1
2
3
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIESGIGI DENGAN KEPATUHAN MEMERIKSAKAN
GIGI PADA SISWA SD NEGERI 1 NGAGLIKKECAMATAN BULUKERTO
KABUPATEN WONOGIRI
Oleh :
Endar PrasetyaningsihNIM. ST13029
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 28 Juli 2015 dan dinyatakantelah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.KepNIK: 201087055
Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.KepNIK:201086057
Penguji
Ns. bc. Yeti Nurhayati, M.KesNIK: 201378115
Surakarta, 28 Juli 2015Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.KepNIK: 201279102
4
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Endar Prasetyaningsih
NIM : ST13029
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untukmendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma HusadaSurakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan TimPenguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis ataudiplubikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkansebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dandicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapatpenyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperolehkarena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Surakarta, 28 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
(Endar Prasetyaningsih)
NIM. ST13029
5
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mengalami banyak
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, kesulitan maupun hambatan tersebut dapat terlewatkan.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi lanjut Program Studi S-1
Keperawatan.
2. Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Utama,
yang telah memberikan arahan, masukan, dorongan, saran dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
3. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing
Pendamping, yang telah memberikan saran, transfer ilmu dan masukan demi
sempurnanya skripsi ini.
iv
6
4. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wonogiri, atas ijin penelitian yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
5. Terima kasih kepada para responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini dan siap dihubungi setiap saat demi kepentingan penelitian.
6. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi pembaca
Surakarta,…Juli 2015
Penulis
v
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
SURAT PERYATAAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x
ABSTAK............................................................................................................. xi
ABSTRACK .........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
2.1. Tinjauan Teori ......................................................................... 9
2.2. Keaslian Penelitian.................................................................. 36
2.3. Kerangka Teori........................................................................ 38
vi
8
2.4. Kerangka Konsep .................................................................... 39
2.5.Hipotesis................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 40
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 40
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................... 40
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 42
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ........... 42
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 45
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 49
3.7. Etika Penelitian ....................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 54
4.1. Analisis Univariat.................................................................... 54
4.2. Analisis Bivariat...................................................................... 58
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 61
BAB VI PENUTUP...................................................................................... 70
6.1. Simpulan ................................................................................. 70
6.2. Saran........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
LAMPIRAN
vii
9
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1. Keaslian Penelitian...................................................................... 36
Tabel 3.1. Proporsi Sampel .......................................................................... 42
Tabel 3.2. Definisi Operasional.................................................................... 44
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Karies Gigi............................. 46
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden MenurutUmur SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto..................... 54
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden MenurutPendidikan SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto ............ 55
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden MenurutPekerjaan SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto .............. 56
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden MenurutPengetahuan tentang Karies Gigi SD Negeri 1 NgaglikKecamatan Bulukerto.................................................................. 57
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden MenurutKepatuhan Memeriksakan Gigi SD Negeri 1 NgaglikKecamatan Bulukerto.................................................................. 57
Tabel 4.6. Crosstabulation Hubungan Pengetahuan Tentang KariesGigi Dengan Kepatuhan Memeriksakan Gigi ............................. 58
Tabel 4.7. Hasil Analisis Kendall Tau-b Hubungan PengetahuanTentang Karies Gigi Dengan Kepatuhan MemeriksakanGigi.............................................................................................. 59
viii
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori......................................................................... 38
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 39
ix
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Keterangan Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Permohonan dan balasan Studi Pendahuluan dan IjinPenelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 1 NgaglikKecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri
Lampiran 2 Surat Surat Rekomendasi dari Kesbanglimas KabupatenWonogiri
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 Instrumen Penelitian
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Penelitian, Analisis Data dan Output SPSSAnalisis Data
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
Lampiran 10 Jadwal Penelitian
x
12
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Endar Prasetyaningsih
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi DenganKepatuhan Memeriksakan Gigi Pada Siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri
Abstrak
Lubang pada gigi (karies gigi) merupakan masalah yang sering munculpada anak usia sekolah. Kepatuhan orang tua dilihat dari kesadaran orang tuauntuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigidengan kepatuhan memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 NgaglikKecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan desain crosssectional. Populasi ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik sebanyak 125 orang, sampelsebanyak 95 orang dengan menggunakan proportionale stratified randomsampling. Variabel yang diamati adalah tingkat pengetahuan dan tingkatkepatuhan. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Sedangkan analisis datamenggunakan uji Kendall Tau-b.
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil pengetahuan ibu tentang kariesgigi kurang baik sebanyak 38,9%, cukup baik sebanyak 37,9% dan baik sebanyak23,2%. Ibu tidak patuh dalam memeriksakan gigi anaknya sebanyak 80% danyang patuh sebanyak 20%. Hasil uji analisis Kendall Tau-b dengan derajatkemaknaan ≤ 0,05 (5%), didapatkan nilai =0,349 dan probabilitas (p) sebesar0,000 maka disimpulkan ada hubungan yang kuat dan signifikan antarapengetahuan tentang karies gigi dengan kepatuhan memeriksakan gigi.
Disarankan kepada SDN 1 Ngaglik diharapkan pihak sekolahmenyelenggarakan adanya Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) guna lebihmemperhatikan kesehatan gigi dan mulut pada anak, kepada ibu untukmeningkatkan pengetahuan tentang karies gigi dan menyediakan makanan yangtidak merusak gigi, kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan penyuluhantentang pendidikan kesehatan gigi dan memotivasi ibu serta bekerja sama dengansekolah dalam penyelenggaraan pemeriksaan gigi secara berkala.
Kata kunci : Pengetahuan, Kepatuhan, Karies gigi.Daftar Pustaka : 35 (2000-2014)
xi
13
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Endar Prasetyaningsih
Correlation between Mothers’ Knowledge Level of Dental Caries andObedience to Dental Examination of the Students of State Primary School 1
of Ngaglik, Bulukerto Sub-district, Wonogiri Regency
ABSTRACTDental caries is a health problem which is frequently encountered by the
school-age children. The parents’ obedience which is viewed from their awarenessto have their children’s health checked is still low. The objective of this researchis to investigate the correlation between the mothers’ knowledge level of dentalcaries and the obedience to dental examination of the students of State PrimarySchool 1 of Ngaglik, Bulukerto Sub-district, Wonogiri Regency.
This research used the correlational method with the cross-sectionaldesign. Its population was 125 students of the aforementioned school. Thesamples of research consisted of 95 and were taken by using the proportionatestratified random sampling. The variables observed were the knowledge level andthe obedience level. The data of research were collected through questionnaire.They were analyzed by using the Kendall Tau-b Test.
The result of research shows that 38.9% of the mothers had less goodknowledge of dental carries, 37.9% of the mothers had fairly good knowledge ofdental caries, and 23.2% of the mothers had good knowledge of dental caries. Inaddition, 80% of the mothers did not have any obedience to have their children’steeth examined, and only 20% of them had an obedience to have their children’steeth examined as indicated by the result of the Kendall Tau-b Test in which thesignificance value was less than or equal to 0.05 (5%), the value of was 0.349,and the p-value was 0.000, meaning that there was a strong and significantcorrelation between the mothers’ knowledge level of dental caries and theobedience to dental examination.
Thus, the school is suggested to hold School Dental Health as to pay moreattention to the dental and oral health of its students. In addition, the mothers aresuggested to improve their knowledge of dental caries and provide their childrenwith food that does not damage the teeth. Finally, the health workers aresuggested to improve the dental health extension and to motivate the mothers aswell as to cooperate with the school to conduct a periodical dental examination.
Keywords: Knowledge, obedience, dental cariesReferences: 35 (2000-2014)
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lubang pada gigi (karies gigi) merupakan masalah yang sering
muncul pada anak usia sekolah. Salah satu penyebabnya adalah sisa
makanan yang tertinggal pada gigi atau pada suatu permukaan gigi dan
kemudian meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi. Gigi yang tidak
dirawat dengan baik akan menyebabkan bau mulut dan karies gigi. Hal ini
dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak, mereka merasakan sakit,
ketidaknyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan dan tidur.
Karies yang parah juga dapat meningkatkan resiko dirawat di rumah sakit
sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi proses
pembelajaran anak (Anwar, 2011).
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh
dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi
tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, sedangkan prevalensi terendah
terdapat di Afrika (Irma dan Intan, 2013). Kejadian karies gigi di negara
industri seperti Amerika, Eropa dan Australia mencapai 60-90% anak usia
sekolah mengalami karies gigi (WHO, 2010).
2
Berdasarkan data dari kantor publikasi Brazil pada tahun 2006
diketahui bahwa 81,9% anak usia sekolah tidak pernah memeriksakan
kesehatan giginya, hal tersebut mengakibatkan tingginya resiko karies pada
anak (Ardhegi, 2012).
Penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi di
Indonesia menjadi urutan tertinggi sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10
besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia
adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari penelitian yang dilakukan oleh
Astoeti (2010) menunjukkan di kota Jakarta 90% anak mengalami masalah
gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka ini diduga akan
lebih parah lagi di daerah – daerah serta anak – anak dari golongan ekonomi
menengah ke bawah. Prevalensi karies gigi Jawa Tengah di kisaran 60-80%
dari populasi (Anonim, 2011).
Kepatuhan orang tua dilihat dari kesadaran orang tua untuk
membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari
banyaknya kasus anak yang periksa ke dokter gigi jika sudah ada masalah,
ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi
dengan rutin yaitu enam bulan sekali sebaiknya dilakukan sejak dini
(Duggal, dkk, 2014). Dalam hal kepatuhan Suparyanto (2014) berpendapat
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala
3
sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu
lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan
tidak patuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya
pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan, umur, kesakitan dan
pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan keluarga, tingkat
ekonomi, dukungan sosial, dan dukungan profesi keperawatan (kesehatan).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Seseorang dengan pendidikan tinggi, maka akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Notoadmojo, 2005).
Demikian halnya dengan pengetahuan orang tua mengenai
kesehatan gigi anak meliputi pengetahuan orang tua tentang penyebab karies
gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis
makanan yang dapat menyebabkan karies serta pentingnya kunjungan
meskipun tidak ada masalah, sebab ini merupakan hal yang sangat penting
bagi kesehatan gigi anak (Anwar, 2011).
4
Penelitian yang berkaitan dengan karies gigi yang pernah dilakukan
yaitu pada 150 responden 97,33% responden memiliki pengetahuan yang
baik mengenai menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya namun dalam
pelaksanaannya belum dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan 71,33% ibu tidak pernah memeriksakan anak ke dokter gigi dan
hanya 38% ibu yang menyikat gigi anak setelah sarapan dan sebelum tidur,
serta 14,6% tidak menyikat gigi anak balitanya (Gultom, 2009).
Hasil studi pendahuluan untuk wilayah Kabupaten Wonogiri pada
tahun 2012 diperkirakan prevalensi karies gigi mencapai 75% dari populasi.
Kejadian karies gigi untuk wilayah kerja Puskesmas Bulukerto diperkirakan
mencapai 80% dari populasi (DKK Wonogiri, 2012). Hasil studi
pendahuluan pada 26 Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan
Bulukerto diketahui bahwa paling banyak penderita karies adalah siswa
kelas 1 dan yang paling menonjol adalah siswa kelas 1 SD Negeri Ngaglik 1
yang menunjukkan data dari 22 siswa hanya tiga anak yang tidak menderita
karies.
Data pemeriksaan gigi di Puskesmas Bulukerto diperoleh data
belum ada kunjungan orang tua yang memeriksakan kesehatan gigi anaknya
(Puskesmas Bulukerto, 2014). Studi pendahuluan dilakukan dilakukan
peneliti pada tanggal 29 September 2014 pada enam orang tua siswa SD
Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto yang anaknya mengalami karies
gigi. Berdasarkan studi tersebut diketahui bahwa empat orang ibu
5
menyatakan tidak pernah memeriksakan gigi anaknya ke dokter gigi atau
puskesmas setiap enam bulan sekali karena ibu beranggapan bahwa karies
gigi bukan masalah serius bagi kesehatan anaknya. Keempat ibu tersebut
berpendapat bahwa karies gigi merupakan hal yang wajar terjadi pada
anaknya dan mereka mengajarkan anaknya menggosok gigi dua kali sehari
setelah mandi. Perilaku menggosok gigi ini tidak sesuai dengan peraturan
yang benar bahwa menggosok gigi seharusnya dilakukan setelah sarapan/
makan dan sebelum tidur. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan hasil
bahwa dua orang ibu mengatakan bahwa mereka tidak melakukan
pencegahan karies gigi dari makanan yang dikonsumsi anak. Pengetahuan
orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi upaya
mereka dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak. Siswa SDN 1
Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri hampir sebagian besar
mengalami karies gigi dan data di Puskesmas Bulukerto menunjukkan
belum ada kunjungan orang tua yang memeriksakan kesehatan gigi anaknya.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi pada siswa di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
6
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan “Adakah
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri.
1.3.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.2.1. Mengidentifikasi karakteristik ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, dan pekerjaannya.
1.3.2.2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri tentang karies gigi
1.3.2.3. Mengidentifikasi kepatuhan ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri dalam memeriksakan gigi anaknya.
7
1.3.2.4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi
dengan kepatuhan memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat bagi SD Negeri 1 Ngaglik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
implementasi tentang upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
terutama untuk para siswanya.
1.4.2.Manfaat bagi Orang Tua SD Negeri 1 Ngaglik
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi orang tua untuk lebih
meningkatkan upaya pencegahan karies gigi serta perawatan kesehatan gigi
anak-anaknya dengan patuh memeriksakan gigi anaknya secara rutin.
1.4.3.Manfaat bagi tenaga kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
Puskesmas Bulukerto untuk meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan
mulut dan gigi dengan penyuluhan kesehatan mulut dan gigi pada orang tua
siswa serta pemantauan kesehatan gigi secara rutin.
1.4.4.Manfaat bagi institusi pendidikan
Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan dalam hal
kesehatan mulut dan gigi untuk kemudian dapat menyusun program-
8
program kesehatan yang mendorong peningkatan kesehatan mulut dan gigi
pada siswa sekolah misalnya dengan pengadaan lomba dokter kecil.
1.4.5.Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian
sejenis tentang karies gigi dan pengembangan penelitian lain.
1.4.6.Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu yang didapatkan
dalam perkuliahan di program studi ilmu keperawatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1.Pengetahuan
2.1.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses penginderaan terhadap
suatu obyek, terutama melalui penglihatan dan pendengaran, karena
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperoleh
dari proses belajar yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan yang diperoleh. Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan proses
mencari tahu, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pengalaman, orang tua, guru, teman, buku, dan media
massa (Notoatmodjo, 2005).
9
10
2.1.1.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Mengetahui (know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Pada tingkatan
memahami ini seseorang dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (aplication) yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
11
6. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, yang didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2005).
2.1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap suatu yang datang dari luar. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pikiran
seseorang. seseorang yang berpendidikan ketika menemui suatu
masalah akan berusaha difikirkan sebaik mungkin dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang berpendidikan
cenderung akan mampu berfikir tenang terhadap suatu masalah.
Seorang individu yang menerima proses pendidikan akan memperoleh
pengetahuan, pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih tinggi
(Faud, 2003).
2. Paparan media massa
Masyarakat dapat menerima informasi dari berbagai media
baik cetak maupun elektronik. Seseorang yang lebih sering mencari
informasi dari media massa akan memperoleh informasi lebih banyak
12
dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
3. Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi yang lebih baik akan lebih
mudah tercukupi dalam memenuhi kebutuhan primer maupun
sekunder dibanding dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena kebutuhan akan
informasi merupakan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2005).
4. Hubungan sosial (lingkungan sosial budaya)
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar kesempatannya untuk
mendapatkan informasi (Notoatmodjo, 2005).
5. Akses layanan kesehatan
Seseorang yang sulit mengakses layanan kesehatan akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang akan kesehatan (Notoatmodjo,
2005).
6. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal biasanya
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya
misalnya dengan sering mengikuti organisasi di masyarakat
(Notoatmodjo, 2005).
13
7. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
kematangan seseorang baik dalam berfikir, bertindak, maupun belajar.
Kematangan dalam berfikir seseorang yang dapat memepengaruhi
baik pengetahuan, sikap, maupun praktek seseorang karena tahapan
kehidupan yang telah dijalani seseorang dapat memberikan
pengalaman yang tidak mudah dilupakan (Azwar, 2006)
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik. Individu mengalami kejadian dan peristiwa yang
datang silih berganti, tidak sedikit yang merekam kejadian atau
peristiwa tersebut dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan. Pengalaman yang dimiliki responden dalam
kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi tingkat pengtahuan
seseorang (Adin, 2009).
2.1.1.4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang
yang bersangkutan mengungkap akan hal-hal yang diketahuinya dalam
bentuk atau jawaban baik lisan maupun tulisan (Notoatmodjo, 2005).
Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
14
1. Pertanyaan subjektif
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga
cara menilainya akan berbeda-beda.
2. Pertanyaan objektif yaitu pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan,
benar atau salah, disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan ini
dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor
subjektifitas.
Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Rustaman (2007),
terdiri dari :
1) Baik, jika 76-100 % pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
2) Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
3) Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
2.1.2.Karies Gigi
2.1.2.1. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi meluas ke daerah pulpa,
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam
dari gigi, misalnya dari email ke denin atau ke pulpa (Tarigan, 2005).
15
2.1.2.2. Penilaian Karies Gigi
Penilaian status karies gigi dinilai dengan menggunakan indeks
def-t dan klasifikasi menurut WHO, yaitu dengan menghitung
banyaknya gigi sulung yang mengalami d (kerusakan karena karies) , e
(dicabut karena karies), f (ditambal karena karies). Skoring d = Decayed /
rusak/jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal. Skoring e =
Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan/ jumlah gigi sulung
yang telah atau harus dicabut karena karies dan skoring f = Filled /
tambal/ jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak
terdapat karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-
gigi yang tidak dihitung adalah gigi yang hilang termasuk gigi yang
belum erupsi dan tidak ada karena kelainan genital, gigi supernumerary,
gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung
sebagai filled (tambalan).
WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t berupa
derajat interval sebagai berikut (1) Sangat rendah: 0,0 - 1,1; (2) Rendah:
1,2 - 2,6; (3) Moderat : 2,7 – 4,4; (4) Tinggi : 4,5 – 6,5; (5) Sangat tinggi:
> 6,6.
2.1.2.3. Faktor Etiologis Karies Gigi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak,
diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung
16
dengan proses terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan
terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan),
mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan
terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut:
1. Host (gigi dan saliva)
Komponen gigi dan air ludah (saliva) meliputi komposisi
gigi, morfologi gigi, posisi gigi, pH saliva, kuantitas saliva dan
kekentalan saliva. Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan
dentin di dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding
lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur
email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Variasi
morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.
Adanya pit dan fisur pada gigi merupakan daerah gigi yang sangat
rentan terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri
akan mudah tertumpuk disini (Irma dan Intan, 2013).
Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies.
Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula
parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta
beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan
mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva
membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga
17
bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang biak (Irma dan Intan,
2013).
Mineral-mineral di dalam saliva membantu proses
remineralisasi email gigi. Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme
yang terdapat dalam saliva mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat
membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Efek lain saliva
adalah efek bufer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak
yang disebabkan oleh gula dan dapat mempertahankan pH supaya
tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran saliva yang baik akan cenderung
membersihkan mulut termasuk melarutkan gula serta mengurangi
potensi kelengketan makanan. Hal di atas dapat disimpulkan bahwa
fungsi saliva sebagai pelarut dan pelumas.
2. Substrat atau diet
Makanan yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam (Irma dan Intan,
2013).
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan email. Pengaruh lain substat atau diet
adalah dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam
18
serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada
gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung
lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai
karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
Hubungan antara diet dengan karies telah banyak diteliti.
Namun diet itu sendiri tidak menyebabkan karies. Makanan-makanan
yang mengandung zat asam dapat menyebabkan demineralisasi dan
erosi. Makanan yang berpotensi sebagai penyebab karies adalah
makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Bakteri plak mulut menggunakan karbohidrat yang dapat
difermentasikan dalam metabolisme glikositik untuk menghasilkan
asam.
3. Mikroorganisme
Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang
mampu menghasilkan asam melalui peragian yaitu Streptococcus dan
Laktobasil. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
19
tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-
beda. Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak
dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain
lainnya. Bakteri lain yang dijumpai adalah Lactobacillus dan beberapa
spesies Actinomyces. Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak
sehingga plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel
(30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat, sedangkan
karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan karbohidrat (Irma dan
Intan, 2013).
4. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi secara umum,
lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
2.1.2.4. Faktor Predisposisi Karies
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan karies
yang mungkin tidak sama pada semua orang. Faktor-faktor resiko
tersebut adalah:
1. Keturunan
Berdasarkan penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan
keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang
20
orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Penelitian lain
ditemukan dari 46 pasang orang tua dengan prosentase karies yang
tinggi terdapat anak dari 40 pasang dengan prosentase karies yang
tinggi pula. Faktor keturunan dalam proses terjadinya karies dapat
dikurangi dengan teknik pencegahan karies yang maju (Tarigan,
2005).
2. Jenis Kelamin
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India
dari total populasi anak usia 6-12 tahun sebanyak 150 orang, diperoleh
kejadian karies lebih tinggi pada laki-laki yaitu 80% sedangkan
perempuan 73%. Hal ini terjadi karena perempuan lebih memiliki
keinginan untuk menjaga kebersihannya.
3. Usia
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan
prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang
paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini
meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi
sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan
gigi antagonisnya. Anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi.
21
4. Kebiasaan Makan
Anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit
untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis
jajanan secara berlebihan sehingga beberapa bakteri penyebab karies
di rongga mulut akan mulai memproduksi asam yang menyebabkan
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah
makan. Antara periode makan, saliva akan berkerja menetralisir asam
dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
jajanan terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan
mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadinya karies.
Sehari-hari banyak dijumpai anak yang selalu dikelilingi
penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan
tempat tinggal hingga di sekolah. Anak yang sering mengkonsumsi
jajanan yang mengandung gula, seperti biskuit, permen, es krim
memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik seperti buah-buahan. Hal
ini disebabkan makanan berupa buah bersifat membersihkan gigi
sebaliknya makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak
gigi (Tarigan, 2005).
22
5. Tingkat Sosial Ekonomi
Anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah
mengalami jumlah karies gigi yang lebih banyak dan kecenderungan
untuk tidak mendapatkan perawatan gigi lebih tinggi dibanding
dengan anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Kemiskinan pada
golongan minoritas juga meningkatkan resiko kesehatan mulut yang
buruk. Pendapatan ekonomi dalam sebuah keluarga akan lebih banyak
diperoleh jika kedua orang tua bekerja dibandingkan hanya satu orang
yang bekerja. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
pada anak dalam menyediakan peralatan untuk menunjang kesehatan
gigi dan mulut, asupan makanan yang baik dan pemeriksaan ke dokter
dengan rutin untuk mencegah terjadinya karies gigi serta guna
melakukan pengobatan lebih dini jika sudah terjadi karies gigi agar
tidak berkelanjutan.
Seseorang yang bekerja secara umum akan mendapatkan
pendapatan, sehingga segala aspek yang dibutuhkan terutama dalam
menunjang pencegahan maupun pengobatan keluarga akan terpenuhi.
Hal ini semua dengan model Andersen dalam Notoatmodjo (2005),
pekerjaan merupakan hal untuk memperoleh pendapatan yang cukup
untuk dapat mendukung untuk meningkatkan pengetahuan seseorang
tentang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.
23
6. Pengetahuan orang tua
Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam
membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya. Orang tua juga mempunyai peran yang
cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan
terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting
dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut
dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui
proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai
kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku
yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Eriska, 2005).
Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan
anggota keluarga terutama anak. Orang tua harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies
gigi. Pengetahuan mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap
perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan
(Notoatmodjo, 2005).
Penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada masyarakat
salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan kesehatan gigi dan mulut (Fankari, 2004). Hal tersebut
24
dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan
gigi dan mulut. Selain pendidikan yang berpengaruh pengetahuan
seseorang ada pula intelegensi, perhatian, minat seseorang. Khususnya
bagi para ibu dalam mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan
keingintahuan responden untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut dari tetangga, teman, maupun berbagai
media massa seperti surat kabar, radio, televisi dan juga poster-poster
yang dipasang petugas kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut meskipun
pendidikan orang tua masih dalam kategori dasar namun memiliki
pengetahuan yang relatif baik, (Slameto, 2003) dan Mubarak, 2006).
2.1.2.5. Faktor Resiko
Resiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada
individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung
terjadinya karies pada suatu periode tertentu. Resiko karies bervariasi
pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan
penghambat terjadinya karies. Resiko karies dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu resiko karies tinggi, sedang dan rendah. Resiko karies
anak dapat diidentifikasi menggunakan suatu penilaian resiko karies
(Angela, 2010).
Penilaian resiko karies ini merupakan suatu metode evaluasi
klinik di mana dokter gigi nantinya dapat menyesuaikan tindakan
25
pencegahan dan perawatan pada setiap anak. Penilaian resiko karies ini
harus dilakukan pada setiap anak sebagai suatu pemeriksaan dasar rutin.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry penilaian resiko
karies pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies
yaitu: kondisi klinik, karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan
umum.
2.1.2.6. Pencegahan Karies Gigi
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi adalah:
1. Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut haruslah dijaga dengan baik dengan selalu
menggosok gigi sebelum atau sesudah makan dan sebelum tidur di
malam hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya
pembusukan pada permukaan gigi. Menggosok gigi setiap hari sangat
berperan untuk mencegah terbentuknya karies di bagian tepi gigi dan
flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat
gigi. Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit.
2. Makanan
Semua makanan yang mengandung banyak karbohidrat dapat
menyebabkan gigi jadi membusuk. Semua makanan yang
mengandung gula seperti gula meja (sukrosa), gula di dalam madu
(levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa)
memiliki efek yang sama terhadap gigi. Bakteri Streptococcus mutans
26
di dalam plak akan menghasilkan asam dalam waktu sekitar 20 menit,
jika gula yang melekat dengan plak gigi. Jumlah gula yang dimakan
tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula
berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies harus
cenderung mengurangi makan yang manis-manis dan senantiasa
berkumur setelah habis memakan makanan yang manis, akan tetapi
cara yang paling efektif adalah dengan sering menggosok gigi.
3. Fluor
Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap
asam yang menyebabkan terbentuknya karies pada gigi.
Mengkonsumsi fluor sangat efektif pada saat gigi sedang tumbuh dan
mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor pada air
adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada
gigi anak-anak tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor akan
menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi.
Jika air yang diminum mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat
tetes atau tablet natrium florida. Fluor juga bisa dioleskan langsung
oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan
akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
27
4. Penambalan
Penambalan cara yang dapat digunakan untuk melindungi
lekukan pada gigi belakang yang sulit untuk dijangkau, setelah
dibersihkan, daerah yang akan ditambal ditutup dengan plastik cair.
Proses selanjutnya setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk
penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan pada gigi
akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat
menjangkau lekukan tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama;
sekitar 90% bertahan sampai satu tahun dan 60% bertahan sampai 10
tahun, tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian.
5. Pemeriksaan gigi secara rutin
Pemeriksaan gigi secara teratur minimal enam bulan sekali
dan lebih sering ketika mengalami karies atau penyakit periodontal
tinggi (Tarigan, 2005). Tindakan preventif karies gigi harus dimulai
sedini mungkin dan orang tua harus dimotivasi untuk membawa
anaknya ke dokter gigi saat umur enam bulan agar perawatan terbaik
dapat dilakukan sebelum timbul masalah. Pencegahan merupakan
dasar dari semua rencana perawatan dan sifatnya individual bagi
setiap pasien. Semua rencana perawatan harus dimulai dengan
tindakan pencegahan saat kunjungan pertama, diteruskan dan semakin
diperkuat seiring perawatan berjalan. Orang tua bertanggungjawab
28
untuk mengontrol kesehatan mulut anaknya secara rutin (Duggal, dkk,
2014).
6. Terapi antibakteri
Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang
sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini
kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak
setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan
terjadinya karies oleh karena itu kecenderungan bahwa pembusukan
gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan
mulut maupun kebiasaan makan yang jelek.
2.1.2.7. Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia SD
Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan
tugas di rumah akan lebih terlihat pada anak usia ini. Perkembangan
motorik halus dan kasar semakin menuju kemajuan. Oleh karena itu anak
lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara
lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan
kebersihan dirinya sendiri. Orang tua dalam hal ini memegang peranan di
dalam menerapkan disiplin dalam melaksanakana tanggung jawab
tersebut.
29
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang
harus diperhatikan pada usia ini adalah:
1. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya
dilakukan oleh anak. Pemberian disclosing solution dapat dilakukan
agar anak dapat melihat bagian-bagian yang kotor pada gigi. Adapun
teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada anak usia ini
adalah teknik roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak
mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada posisi gigi
yang sulit, misalnya bagian rahang atas dan rahang bawah. Pada
keadaan ini hendaknya orang tua tetap memandu anak setelah selesai
menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan pemeriksaan kembali
apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
2. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat.
Orang tua perlu mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak
terjadi luka/trauma pada gusi.
3. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur sudah
dapat dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan
menelan yang baik. Sediaan fluor sangat dianjurkan bagi anak-anak
dengan maloklusi, dimana kelompok tersebut memiliki resiko karies
tinggi.
30
4. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat
diberikan adalah chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan
resiko karies dan penyakit periodontal tinggi. Anak-anak yang
termasuk di dalam kelompok ini adalah penderita penyakit sistemik
dan dengan maloklusi berat.
2.1.3.Kepatuhan
2.1.3.1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain
(Suparyanto, 2014). Kepatuhan berasal dari kata patuh. Kepatuhan adalah
tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan,
misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat.
Seseorang dikatakan tidak patuh dalam pengobatan, apabila orang tersebut
melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan
terhalangnya kesembuhan (Trostle dalam Niven, 2002).
Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas
kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas
(Lukman Ali et al, 1999 dalam Yuanasari 2009). Definisi kepatuhan
adalah tingkat perilaku penderita melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain (Sarafino, 2004).
31
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti
suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan
aturan.
Dalam hal kepatuhan memeriksakan gigi, dikemukakan bahwa
kepatuhan memeriksakan gigi dengan melakukan kunjungan ke dokter
gigi, perawat gigi maupun ke puskesmas merupakan hal yang perlu
dilakukan rutin minimal enam bulan sekali. Pemeriksaan gigi sangat
diperlukan agar dapat dilakukan tindakan perawatan serta pencegahan
keparahan karies gigi bila ada kejadian karies gigi atau permasalahan gigi
yang lain. Karies tinggi banyak terjadi pada keluarga yang jarang
melakukan kunjungan ke dokter gigi sehingga banyak karies gigi yang
tidak dirawat. Anak yang menderita karies dalam kategori resiko tinggi
harus mendapatkan perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstra
harus segera dilakukan untuk menghilangkan karies atau setidaknya
mengurangi resiko karies tinggi menjadi rendah pada tingkatan karies yang
dapat diterima pada kelompok umur tertentu (Angela, 2010).
32
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya (Suparyanto,
2014):
1. Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorangpun mematuhi instruksi jika ia salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun
1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang diwawancarai
setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan kepada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh
kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi
lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak
instruksi yang harus di ingat oleh penderita.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
33
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Tingkat pendidikan
pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara
mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Notoatmodjo, 2005).
3. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika
berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor
umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan
mengalami puncaknya pada umur – umur tertentu dan akan menurun
kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia
semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan
yang rendah.
4. Kesakitan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena
tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas),
saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang
kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak
pantas.
34
5. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal,
orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,
sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang
lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan
perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai
dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya. Variabel-
variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak
patuhan. Salah satu contoh di Amerika Serikat bahwa para wanita
kaum kulit putih dan orang-orang tua cenderung mengikuti anjuran
dokter (Sarafino, 2004).
6. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan
individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka
terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana
seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial,
secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.
7. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita
35
sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan
lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan
dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke
bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat
ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.
8. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting
dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada transportasi
dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita. Keluarga dan teman
dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit
tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan
dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk
mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya efektif di negara
seperti Indonesia yang memiliki status sosial lebih kuat, dibandingkan
dengan negara-negara barat.
9. Perilaku sehat
Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena
itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk
mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan
tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap
36
diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri
terhadap perilaku yang baru tersebut.
10. Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)
Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka
terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan bahwa
perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting. Begitu juga
mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari
penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif bagi
penderita yang telah mampu beradabtasi dengan program
pengobatannya.
2.1.3.3. Pengukuran Tingkat Kepatuhan
Pegukuran tingkat kepatuhan dapat dilakukan dengan wawancara
ataupun menggunakan kuesioner. Dalam hal kepatuhan ibu dalam
memeriksakan gigi anaknya dapat dikategorikan sebagai berikut (Rizka dan
Abi Muhlisin, 2011):
1. Patuh bila melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali.
2. Tidak patuh bila tidak melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan
sekali.
37
2.2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh:
Tabel 2.1. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul PenelitianMetode
PenelitianHasil Penelitian
Rizka PujiYulianti danAbi Muhlisin(2011)
Hubungan AntaraPengetahuan OrangTua TentangKesehatan Gigi danMulut denganKejadian KariesGigi Pada Anak DiSDN V Jaten,Karanganyar
Kuantitatifdengandesain cross-sectional
Terdapat hubunganyang signifikan antarapengetahuan orang tuatentang kesehatan gigidan mulut dengankejadian karies gigipada anak Di SDN VJaten Karanganyar.
Nama Peneliti Judul PenelitianMetode
PenelitianHasil Penelitian
EviyatiSariningrum danIrdawati (2009)
Hubungan TingkatPendidikan, Sikapdan PengetahuanOrang tua tentangKebersihan Mulutdan Gigi pada AnakBalita 3 – 5 Tahundengan KejadianKaries di PAUDJatipurno
Kualitatifdengandesainfenomenologi
1. Tidak adahubungan tingkatpendidikan dengankejadian karies diPAUD Jatipurno.
2. Tidak adahubungan sikapdengan KejadianKaries di PAUDJatipurno
3. Ada hubunganPengetahuan Orangtua tentangKebersihan Mulutdan Gigi padaAnak Balita 3 – 5Tahun denganKejadian Karies diPAUD Jatipurno.
Siti Mudrikatin(2011)
HubunganKepatuhanMenggosok Gigidengan TerjadinyaKaries Gigi di SDN1 Jabon Jombang
Kuantitatifdengandesainrestropective
Ada hubungankepatuhan menggosokgigi dengan terjadinyakaries gigi di SDN 1Jabon Jombang (Zh= -3,065; assymp sig(0,000)
38
2.3. Kerangka Teori
Keterangan:------ : tidak diteliti____ : diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori PenelitianAngela (2010), Notoatmodjo (2005), Duggal, dkk (2014), Suparyanto
(2014), dan Tarigan (2005)
Pengetahuanibu
39
2.4. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis
Berikut ini adalah hipotesis penelitian:
Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan
kepatuhan memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan
kepatuhan memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
Kepatuhanmemeriksakan gigi
Pengetahuan ibutentang karies gigi
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Penelitian korelasi
adalah penelitian dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang berbentuk studi korelasi (correlation study) yang
pada hakikatnya merupakan penelitian tentang hubungan dua variabel atau
lebih pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Pendekatan penelitian
dilakukan secara cross sectional yaitu pengumpulan data baik untuk
variabel independen (variabel sebab) maupun variabel dependen (variabel
akibat) dilakukan secara bersama-sama atau simultan (Notoatmodjo, 2005).
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua siswa
yaitu ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wongiri sejumlah 125 orang.
40
41
3.2.2.Sampel
3.2.2.1. Besar sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampel yang di ambil adalah ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.
Formula untuk menentukan sampel pada populasi lebih kecil dari
10.000 dapat menggunakan formula sebagai berikut (Notoatmodjo,
2005):
2)(1 dN
Nn
Keterangan:
N : Besar populasi sebanyak 125 Siswa
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)
n =2)05,0(1251
125
n = 24,953125,1
125
n = 95,24, Jadi jumlah sampel 95 ibu siswa SD 1 Ngaglik
3.2.2.2. Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2009). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proportionale stratified
42
random sampling. Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel
imbangan ini dilakukan untuk memperoleh sampel yang representatif,
pengambilan subjek dari setiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding
dengan banyaknya subjek dalam masing-masing kelas. Pengambilan
sampel dengan cara proporsional menggunakan rumus :
sampelbesarXpopulasiseluruhJumlah
KelassetiapSiswaJumlahSampel
Proporsi sampel setiap kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Proporsi Sampel
No Ruangan Jumlah Siswa Sampel
1 Kelas 1 22 172 Kelas 2 21 163 Kelas 3 18 144 Kelas 4 22 175 Kelas 5 22 176 Kelas 6 20 15
Jumlah 125 95
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15
April 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
43
oleh kelompok yang lain. Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel
satu dengan yang lain, variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel
tergantung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen dan variabel bebas,
sebab, mempengaruhi atau variabel independen (Notoatmodjo, 2005).
Variabel penelitian ini adalah variabel independen yaitu pengetahuan
orangtua tentang karies gigi dan variabel dependen yaitu kepatuhan
memeriksakan gigi.
Ruang lingkup atau pengertian variabel yang diteliti perlu sekali
diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur
(Notoadmodjo, 2005).
1
Tabel 3.2. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
VariabelDefinisi
OperasionalParameter Alat Ukur
SkalaData
Skor
Pengetahuan ibutentang kariesgigi
Tingkatpengetahuan ibutentang segalasesuatu yangdiketahui,dipahami,diaplikasikan,dianalisis,disintesis dandievaluasimengenai kariesgigi.
1. Pengertian2. Penyebab3. Pencegahan4. Perawatan
Kuesioner Ordinal Hasil pengukuran tingkatpengetahuan tersebutmenggunakan 3 parametersebagai berikut:1. Baik = nilai 15-202. Cukup Baik = nilai 9-143. Kurang Baik = nilai < 9
Kepatuhanmemeriksakangigi
Kepatuhanadalah tingkatperilaku orangtua dalammengambilsuatu tindakanpencegahan danperawatan kariesgigi.
1. Melakukanpemeriksaanrutin setiapenam bulansekali
2. Tidakmelakukanpemeriksaanrutin setiapenam bulansekali
Angket Nominal Hasil pengukuran kepatuhantersebut menggunakan 2parameter sebagai berikut:
1 = Melakukan pemeriksaanrutin setiap 6 bulan sekali
0 = Tidak melakukanpemeriksaan rutin setiap 6 bulansekali
44
45
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1.Alat Penelitian
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan
umum. Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar
pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada
sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pada hal tersebut maka alat
pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner pengetahuan tentang karies gigi dan angket kepatuhan
memeriksakan gigi.
3.5.1.1. Kuesioner Pengetahuan tentang Karies Gigi
Kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh
peneliti. Kuesioner ini berisi tentang pertanyaan yang disusun menggunakan
skala Guttman dengan dichotomy choise. Jumlah pertanyaan dalam
kuesioner ini yang valid dan reliabel sebanyak 20 pertanyaan. Skor untuk
masing-masing jawaban kuesioner yaitu ”Benar” mendapatkan skor 1 dan
”Salah” mendapatkan skor 0. Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu favourable
dan unfavourable terhadap objek. Sifat favourable merupakan sifat positif
dari pertanyaan dan sifat unfavourable merupakan sifat negatif dari
pertanyaan.
Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang karies gigi sebagai berikut:
46
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Karies Gigi
No IndikatorNo Soal
JmlFavourable Unfavourable
1. Pengertian Karies Gigi 1, 2, 4 3,5 52. Penyebab Karies Gigi 6, 9, 10 7,8 53. Pencegahan Karies Gigi 12, 13, 15 11,14 54. Perawatan Karies Gigi 16, 17, 20 18,19 5
Jumlah 12 8 20
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji
validitas dan reliabilitas, maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba/
trial di lapangan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SDN 2 Ngaglik
Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri terhadap 20 responden pada
tanggal 16-21 Februari 2015. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang
mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling
sedikit menggunakan 20 responden. Suatu alat ukur harus mempunyai
kriteria validitas dan reliabilitas. (Notoatmodjo, 2005)
3.5.1.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas yang tinggi yaitu apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006).
Uji validitas kuesioner menggunakan koefisien korelasi yang
menguji konsistensi antara skor tiap nomor soal dengan skor total
kuesioner. Uji validitas dilakukan terhadap kuesioner pengetahuan.
47
Rumus uji validitas menggunakan formula korelasi product moment dari
Pearson, sebagai berikut (Arikunto, 2006):
r XY =2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
X = Skor responden pada nomor soal tertentu
Y = Skor responden pada kuesioner keseluruhan
N = Jumlah sampel,
= Sigma
Kriteria yang ditetapkan dalam menentukan validitas data adalah r
hitung > r tabel (0,444) pada taraf signifikan 0,05. Jika koefisien korelasi
lebih besar dari nilai kritis, maka instrumen dapat dikatakan valid.
Hasil uji validitas dengan One Shot Method (Internal
Consistency) didapatkan: 20 item instrumen pengetahuan ibu tentang
karies gigi dinyatakan valid (rhitung > r tabel (n=20) = 0,444) dengan rentang
nilai antara 0,559-0,837.
3.5.1.2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya
konsisten dan cermat akurat (Arikunto, 2006). Reliabilitas berkaitan
dengan konsistensi data yang dikumpulkan meskipun dievaluasi oleh
instrumen penelitian berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda. Uji
reliabilitas dilakukan terhadap kuesioner pengetahuan.
48
Formula yang dipergunakan untuk menguji reabilitas instrumen
dalam penelitian ini adalah Koefisien Alpha Cronbach (Arikunto, 2006)
dengan rumus sebagai berikut:
2
2
11 t
itt k
kr
Dimana rumus varians =
N
N
xx
2
2
2
Keterangan:
ttr = Koefisien reliabilitas alfa 2t = Varians total
N = Jumlah butir 2i = Jumlah varians butir
k = Banyaknya butir soal x = Skor pada item
Uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach test karena
merupakan tehnik yang handal untuk mengukur konsistensi internal
pertanyaan. Menurut Nursalam (2009), memberikan kriteria untuk
mengetahui tingkat reliabilitas yaitu nilai Cronbanch’s Alpha lebih besar
dari standar baku (0,6).
Hasil uji reliabilitas terhadap pengetahuan ibu tentang karies
gigi sebanyak 20 pertanyaan dinyatakan reliabel dan layak digunakan
untuk penelitian karena nilai Cronbanch’s Alpha = 0,948 > 0,6.
3.5.2.Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu :
3.5.2.1. Data primer yaitu merupakan data yang diperoleh dari hasil kuesioner.
3.5.2.2. Data sekunder yaitu merupakan hasil pencatatan data-data penunjang
seperti data demografi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
49
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1.Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan :
3.6.1.1. Proses Editing
Proses editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang
telah ada sehingga jawaban yang diperoleh dapat lengkap. Editing
dilakukan di lapangan, bila ada kekurangan atau ketidaksesuaian dapat
segera dilengkapi dan disempurnakan.
3.6.1.2. Proses Koding
Data yang terkumpul diubah bentuknya ke dalam bentuk yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode untuk memudahkan dalam
menganalisis data. Dalam penelitian ini yang perlu dilakukan koding
antara lain:
a. Kategori umur
1) Umur < 30 tahun (1)
2) Umur 30-50 tahun (2)
3) Umur > 50 tahun (3)
b. Pendidikan
1) Tidak sekolah (1)
2) Tamat SD (2)
3) Tamat SLTP (3)
4) Tamat SLTA (4)
50
5) Sarjana (5)
c. Pekerjaan
1) Tidak bekerja (1)
2) Petani (2)
3) Buruh (3)
4) Swasta (4)
5) Karyawan (5)
6) PNS (6)
d. Tingkat pengetahuan
1) Kurang baik (1)
2) Cukup baik (2)
3) Baik (3)
e. Kepatuhan
1) Tidak patuh (1)
2) Patuh (2)
3.6.1.3. Pemindahan Data
Data yang sudah di-coding dipindahkan ke dalam media untuk
diolah secara manual dan komputerisasi.
3.6.1.4. Tabulasi
Memindahkan data dari kartu kode ke dalam komputer untuk
diolah. Adapun pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi.
51
3.6.2.Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis statistik sebagai berikut:
3.6.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-
masing variabel. Dalam penelitian ini yang dilakukan analisis univariat
adalah karakteristik responden, variabel pengetahuan dan variabel
kepatuhan.
Hasil dari analisis univariat ini adalah distribusi dan prosentase
dari tiap variabel tersebut dengan rumus menurut Budiarto (2005)
sebagai berikut :
P = %100xN
f
Keterangan :
f = frekuensi
N= jumlah seluruh observasi
3.6.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab
hipotesis, menguji hipotesis bertujuan untuk mengetahui hubungan tiap
variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis data ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan. Karena
skala data variabel berupa data ordinal dan nominal , maka analisis yang
tepat dengan menggunakan uji non parametrik salah satunya
52
menggunakan Kendall Tau-b dengan derajat kemaknaan kurang dari
sama dengan 0,05 (5%) yang berarti ada hubungan antara 2 variabel.
Adapun Rumus Kendall Tau-b menurut Arikunto (2006) adalah:
2:1
Keterangan :
: Koefisien korelasi kendall Tau-b,
ΣA : Jumlah data rangking atas
ΣB : Jumlah data rangking bawah,
N : Banyaknya sampel
Jika nilai XYt hitung > XYt tabel (p-value lebih dari 0,05), maka
hipotesis diterima. Sebaliknya, jika XYt hitung < XYt tabel (p-value
kurang dari 0,05) maka hipotesis ditolak (Arikunto, 2006).
3.7. Etika Penelitian
Etika mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilakukan oleh
manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika penelitian berguna sebagai
pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.
3.7.1. Perijinan
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mendapatkan ijin dari :
3.7.1.1. STIKES Kusuma Husada Surakarta
3.7.1.2. Kesbangpolinmas Kabupaten Wonogiri
53
3.7.1.3. SD Negeri 1 Ngaglik Bulukerto
3.7.1.4. SD Negeri 2 Ngaglik Bulukerto
3.7.2. Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden.
Tujuannya adalah sebagai subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian
serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan persetujuan kepada responden
yang berisi tujuan yang dilakukan peneliti.
3.7.3. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk memjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)
yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu.
Dalam penelitian ini nama responden tidak dicantumkan sama sekali.
Penulisan nama menggunakan inisial saja baik di lembar persetujuan
maupun lembar kuesioner.
3.7.4. Kerahasiaan (Confiedentiality)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti. Dalam penelitian ini peneliti juga menjaga kerahasiaan responden
untuk menghargai privasi responden sehingga responden tidak merasa
dirugikan (Nursalam, 2009). Kerahasiaan responden dijamin dengan cara
menunjukkan surat permohonan menjadi responden.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hasil penelitian yang
diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 15 Maret - 15
April 2015 di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri.
4.1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil data penelitian ini mengenai karakteristik
responden akan disajikan sebagai berikut:
4.1.1. Karakteristik responden
4.1.1.1. Umur
Sampel pada penelitian ini adalah adalah ibu siswa SD Negeri 1
Ngaglik Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri sebanyak 95 orang.
Responden maksimal berumur 41 tahun, minimal 19 tahun dan rata-rata
berumur 29,26 tahun. Distribusi umur responden dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di SD Negeri
1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
No Kelompok Umur Frekuensi(Orang)
Prosentase(%)
1 < 30 Tahun 37 38,9
2 30 - 50 Tahun 58 61,1
3 > 50 Tahun 0 0
Jumlah 95 100
54
55
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada
pada kelompok umur 30-55 tahun sebanyak 58 responden (61,1%), yang
kedua umur < 30 tahun sebanyak 37 responden (38,9%) dan yang berada
kelompok umur > 50 tahun tidak ada.
4.1.1.2. Pendidikan
Hasil distribusi mengenai pendidikan responden dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan di SD
Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
No Pendidikan Frekuensi(Orang)
Prosentase(%)
1 Tidak Sekolah 7 7,4
2 SD 5 5,3
3 SLTP 20 21,1
4 SLTA 56 58,9
5 Sarjana 7 7,4
Jumlah 95 100
Dari Tabel 4.2 dan diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan tamat SLTA sebanyak 56 responden (58,9%), yang kedua
SLTP sebanyak 20 responden (21,1%), ketiga tidak sekolah dan Sarjana
masing-masing sebanyak 7 responden (7,4%) dan paling sedikit SD
sebanyak 5 responden (5,3%).
56
4.1.1.3. Pekerjaan
Hasil distribusi mengenai pekerjaan responden dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan di SD
Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
No Pekerjaan Frekuensi(Orang)
Prosentase(%)
1 Tidak Bekerja 40 42,1
2 Petani 16 16,8
3 Buruh 7 7,4
4 Swasta 14 14,7
5 Karyawan 12 12,6
6 PNS 6 6,4
Jumlah 95 100
Dari Tabel 4.3 dan diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja yaitu sebanyak 40 responden (42,1%), yang kedua petani sebanyak
16 responden (16,8%), yang ketiga swasta sebanyak 14 responden
(14,7%), yang keempat sebagai karyawan sebanyak 12 responden (12,6%)
dan paling sedikit bekerja sebagai PNS sebanyak 6 responden (6,4%).
57
4.1.1.4. Pengetahuan tentang Karies Gigi
.Hasil distribusi jawaban responden mengenai pengetahuan tentang
karies gigi dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pengetahuantentang Karies Gigi di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
No Pekerjaan Frekuensi(Orang)
Prosentase(%)
1 Kurang Baik 37 38,9
2 Cukup Baik 36 37,9
3 Baik 22 23,2
Jumlah 95 100
Dari Tabel 4.4 dan diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan tentang karies gigi kurang baik yaitu sebanyak
37 responden (38,9%), yang kedua pengetahuan cukup baik sebanyak 36
responden (37,9%) dan paling sedikit berpengetahuan baik sebanyak 22
responden (23,2%).
4.1.1.5. Kepatuhan Memeriksakan Gigi
Hasil distribusi mengenai kepatuhan responden dalam
memeriksakan gigi dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.5istribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Kepatuhan
Memeriksakan Gigi di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
No Pekerjaan Frekuensi(Orang)
Prosentase(%)
1 Tidak Patuh 76 80
2 Patuh 19 20
Jumlah 95 100
58
Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
patuh dalam memeriksakan gigi anaknya yaitu sebanyak 79 responden
(80%) dan yang patuh dalam memeriksakan gigi anaknya hanya sebanyak
16 responden (20%).
4.2. Analisis Bivariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini uji analisis
Kendall Tau-b dengan derajat kemaknaan kurang dari sama dengan 0,05
(5%) yang berarti ada hubungan antara 2 variabel. Analisis Kendall Tau-b
digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan
variabel dependen. Untuk menganalisis data digunakan sistem pengolahan
data dengan bantuan SPSS yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.6Crosstabulation Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Gigi Dengan
Kepatuhan Memeriksakan GigiKepatuhan
TotalTidak Patuh PatuhPengetahuantentang KariesGigi
Kurang Baik 35 2 37% 94,6 5,4 100
Cukup Baik 29 7 36% 80,6 19,4 100
Baik 12 10 22% 54,5 45,5 100
Total Jumlah 76 19 95% 80 20 100
59
Tabel 4.6 didapatkan hasil bahwa responden berpengetahuan
kurang baik menunjukkan tidak patuh dalam memeriksakan gigi sebanyak
35 responden (94,6%) dan yang patuh sebanyak 2 orang (5,4%).
Responden dengan pengetahuan cukup baik menunjukan tidak patuh
dalam memeriksakan gigi sebanyak 29 responden (80,6%) dan patuh
sebanyak 7 orang (19,4%). Sedangkan responden berpengetahuan baik
menunjukkan tidak patuh dalam memeriksakan gigi sebanyak 12
responden (54,5%) dan yang patuh sebanyak 10 orang (45,5%).
Tabel 4.7Hasil Analisis Kendall Tau-b Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Gigi
Dengan Kepatuhan Memeriksakan GigiPengetahuan
tentang KariesGigi
Kepatuhan
Kendall'stau_b
Pengetahuantentang KariesGigi
CorrelationCoefficient
1,000 ,349(**)
Sig. (2-tailed) . ,000N 95 95
Hasil analisis dengan program komputerasasi diperoleh nilai
Kendall's tau-b ( ) sebesar 0,349 dengan probabilitas (p) sebesar 0,000
nilai tabel untuk jumlah sampel lebih 40 dalam taraf signifikan 5% (0,05)
sebesar 0,144. Hasil perbandingan antara nilai hitung dengan tabel
menunjukkan bahwa nilai hitung > tabel (0,349 > 0,144) atau dilihat dari
nilai probabilitas (p) menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari level of
significant 5 % (0,000 < 0,05).
60
Karena nilai = 0,349, maka hubungan antara pengetahuan
tentang karies gigi dengan kepatuhan memeriksakan gigi adalah rendah
(Sugiyono, 2007). Nilai koefisien bertanda positif, artinya jika
pengetahuan tentang karies gigi baik maka kepatuhan memeriksakan gigi
juga tinggi atau sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan tentang karies gigi dengan kepatuhan memeriksakan
gigi.
Jadi hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa “Ada
hubungan pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri”, terbukti kebenarannya.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan pembahasan hasil penelitian hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan kepatuhan memeriksakan gigi.
Pembahasan ini berisi tentang perbandingan hasil penelitian dengan teori.
6.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis deskriptik karakteristik ibu dapat dijelaskan sebagai berikut:
6.1.1. Umur
Berdasarkan data primer yang diolah menunjukkan bahwa paling
banyak responden berusia di atas 30 tahun, rata-rata umur responden 29
tahun, usia minimum 19 tahun dan usia maksimum 41 tahun.
Dari hasil penelitian, responden berusia antara 19-41 tahun. Hal ini
disebabkan oleh usia responden mempunyai anak usia sekolah kelas I
sampai VI SD yang berusia antara 6 tahun sampai 13 tahun. Bila
diperhitungkan dengan umur anak, maka usia ibu-ibu memang sudah
sesuai. Meskipun ada beberapa ibu yang usianya 19 tahun sudah
mempunyai anak di kelas 1 SD, hal ini dikarenakan ibu menikah di usia
muda. Di pedesaan kejadian ini sering terjadi karena sesuatu hal akhirnya
ibu harus menikah muda.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
61
62
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia dewasa, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia dewasa akan lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup.
(Ramadhan, 2009)
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2005).
6.1.2. Pendidikan
Pada penelitian ini diketahui bahwa pendidikan responden
terbanyak adalah berpendidikan SLTA sebanyak 56 responden (58,9%).
Hal ini disebabkan bahwa saat ini masyarakat sudah menyadari betul
pentingnya pendidikan, sehingga masyarakat khususnya ibu-ibu harus
mengenyam pendidikan minimal SLTA. .
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
63
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. (Notoatmodjo,
2005)
6.1.3. Pekerjaan
Mayoritas responden tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga
saja yaitu sebanyak 40 responden (42,1%). Hal ini disebabkan sebagian
besar tinggal di pedesaan, dan sebagian besar suaminya merantau,
sehingga ibu-ibu hanya di rumah mengurus anak sebagai ibu rumah tangga
saja. Pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan keluarga, bila pendapatan
kurang maka akan mempengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan
64
fasilitas kesehatan yang ada termasuk akan mempengaruhi kataatan dalam
pengobatan suatu penyakit
6.2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi
Pengetahuan adalah hasil dari proses penginderaan terhadap suatu
obyek, terutama melalui penglihatan dan pendengaran, karena sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperoleh dari proses
belajar yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku sesuai dengan keyakinan yang diperoleh. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmojo, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang karies gigi di SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri pada kategori kurang baik sebanyak 37
responden (38,9%), pengetahuan cukup baik sebanyak 36 responden
(37,9%) dan berpengetahuan baik sebanyak 22 responden (23,2%).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa sebagian ibu mempunyai
pengetahuan tentang karies gigi dalam kategori kurang baik dan cukup
baik. Hal ini disebabkan sebagian besar ibu berpendidikan SLTP dan
SLTA. Faktor lain dipengaruhi oleh tempat tinggal di pedesaan, sehingga
menyebabkan kesempatan responden untuk memperoleh informasi tentang
65
kebersihan gigi baik dari media massa, penyuluhan atau informasi dari
petugas kesehatan relatif kurang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial, akses
layanan kesehatan, pengalaman dan usia. Pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
pengetahuan tertentu. (Notoatmodjo, 2005)
Hasil penelitian terkait hubungan tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan selaras dengan penelitian yang dilakukan Rizka Puji Yulianti
(2011) bahwa sebagian besar pengetahuan orang tua tentang kesehatan
gigi dalam kategori baik dan cukup baik.
6.3. Gambaran Kepatuhan Memeriksakan Gigi
Hasil penelitian mengenai kepatuhan diketahui bahwa sebagian
besar responden tidak patuh dalam memeriksakan gigi anaknya yaitu
sebanyak 76 responden (80%) dan yang patuh dalam memeriksakan gigi
anaknya hanya sebanyak 19 responden (20%). Sebagian besar responden
yaitu sebanyak 80% menyatakan akan memeriksakan gigi anak-anaknya
bila anak mengeluh sakit gigi saja, selebihnya untuk pemeriksaan
kesehatan gigi secara rutin tidak pernah dilakukan. Pemeriksaan gigi siswa
hanya dilakukan oleh petugas Puskesmas dalam kegiatan kesehatan gigi
sekolah.
66
Kepatuhan dalam pemeriksaan gigi secara rutin merupakan upaya
untuk mencegah timbulnya karies gigi pada anak. Seseorang dikatakan
patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa
yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali et al, 1999 dalam Yuanasari
2009).
Dalam hal kepatuhan memeriksakan gigi, dikemukakan bahwa
kepatuhan memeriksakan gigi dengan melakukan kunjungan ke dokter
gigi, perawat gigi maupun ke puskesmas merupakan hal yang perlu
dilakukan rutin minimal enam bulan sekali. Pemeriksaan gigi sangat
diperlukan agar dapat dilakukan tindakan perawatan serta pencegahan
keparahan karies gigi bila ada kejadian karies gigi atau permasalahan gigi
yang lain. Karies tinggi banyak terjadi pada keluarga yang jarang
melakukan kunjungan ke dokter gigi sehingga banyak karies gigi yang
tidak dirawat. Anak yang menderita karies dalam kategori resiko tinggi
harus mendapatkan perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstra
harus segera dilakukan untuk menghilangkan karies atau setidaknya
mengurangi resiko karies tinggi menjadi rendah pada tingkatan karies yang
dapat diterima pada kelompok umur tertentu (Angela, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain:
pemahaman tentang intruksi, tingkat pendidikan, umur, kesakitan dan
pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan keluarga, tingkat
67
ekonomi, dukungan sosial, perilaku sehat dan dukungan profesi kesehatan
(Suparyanto, 2014).
6.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dengan
Kepatuhan Memeriksakan Gigi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan atau
keterikatan antara pengetahuan tentang karies gigi dengan kepatuhan
memeriksakan gigi dengan nilai Kendall's tau-b ( ) sebesar 0,349 dengan
probabilitas (p) sebesar 0,000.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Tingkat
pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh
secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing,
memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada
anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Orang tua
68
juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya
akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan
tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu
melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah
mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari
perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Eriska,
2005).
Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota
keluarga terutama anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi. Pengetahuan
mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil
jangka panjang dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Penyebab timbulnya masalah gigi dan mulut pada masyarakat salah
satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan
kesehatan gigi dan mulut (Fankari, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh
kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.
Selain pendidikan yang berpengaruh pengetahuan seseorang ada pula
intelegensi, perhatian, minat seseorang. Khususnya bagi para ibu dalam
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan keingintahuan
responden untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut
69
dari tetangga, teman, maupun berbagai media massa seperti surat kabar,
radio, televisi dan juga poster-poster yang dipasang petugas kesehatan. Hal
ini dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan
mulut meskipun pendidikan orang tua masih dalam kategori dasar namun
memiliki pengetahuan yang relatif baik. (Slameto, 2003 dan Mubarak,
2006).
Penelitian ini sependapat dengan penelitian Rizka Puji Yulianti
(2011) , bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi
pada anak Di SDN V Jaten Karanganyar. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Eviyati Sariningrum dan Irdawati (2009), ada hubungan pengetahuan
orang tua tentang kebersihan mulut dan gigi pada anak balita 3 – 5 tahun
dengan kejadian karies di PAUD Jatipurno.
70
BAB VI
PENUTUP
9.1. Simpulan
9.1.1. Karakteristik ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri sebagian besar berumur 30-50 tahun (61,1%),
sebagian besar berpendidikan SLTA (58,9%) dan sebagian besar tidak
bekerja (42,1%).
9.1.2. Tingkat pengetahuan ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri tentang karies gigi sebagian besar dalam
kategori kurang baik (38,9%).
9.1.3. Kepatuhan ibu siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan Bulukerto
Kabupaten Wonogiri dalam memeriksakan gigi anaknya sebagian besar
dalam kategori tidak patuh (80%).
9.1.4. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan
kepatuhan memeriksakan gigi pada siswa SD Negeri 1 Ngaglik Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri ( = 0,349 ; p = 0,000).
70
71
9.2. Saran
9.2.1. Bagi SD Negeri 1 Ngaglik
Diharapkan pihak sekolah menyelenggarakan adanya Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) guna lebih memperhatikan kesehatan
gigi dan mulut pada anak, sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi
pada anak-anak.
9.2.2. Bagi Orang Tua SD Negeri 1 Ngaglik
9.2.2.1. Ibu lebih banyak mencari informasi tentang menjaga kesehatan gigi dan
mulut untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu bisa melalui media
cetak maupun elektronik misal TV.
9.2.2.2. Ibu dalam kehidupan sehari-hari hendaknya menyediakan makanan
selingan untuk anak dalam bentuk makanan yang baik untuk kesehatan
gigi misalnya makanan yang kaya kalsium (ikan dan susu), Fluor
(daging sapi dan sayuran hijau), fosfor, serta vitamin A (wortel),
Vitamin C (buah-buahan), Vitamin D (susu), dan Vitamin E
(kecambah). serta tidak selalu membiasakan diri untuk menuruti
keinginan anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan yang
menyebabkan karies gigi misalnya coklat, permen.
9.2.3. Bagi Tenaga Kesehatan
9.2.3.1. Bagi tenaga kesehatan yang berperan sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuan ibu perlu mengadakan penyuluhan
kesehatan tetang kesehatan gigi dan mulut mengenai tentang cara
72
mengajarkan menyikat gigi yang benar pada anak, waktu yang tepat
untuk menyikat gigi, makanan yang baik untuk pertumbuhan gigi,
tindakan saat gigi anak sakit, lakukan penambalan pada gigi yang
berlubang, disarankan melakukan pemeriksaan rutin 6 bulan sekali.
9.2.3.2. Memberikan motivasi bagi ibu supaya memberikan perhatian lebih pada
anak sedini mungkin untuk mencegah terjadinya karies gigi dan rutin
dalam memeriksakan kesehatan gigi anak.
9.2.3.3. Bekerja sama dengan pihak sekolah dalam perawatan dan pengobatan
gigi dan mulut pada anak. Sehingga mengurangi jumlah anak-anak yang
mengalami karies gigi dengan cara mendatangi setiap sekolah-sekolah
di wilayah kerja secara rutin 6 bulan sekali.
9.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya meneliti pengetahuan ibu yang memiliki anak usia
sekolah. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya menambahkan faktor-faktor
lain yang turut mempengaruhi kepatuhan memeriksakan kesehatan gigi
dan mulut pada anak, misalnya pendidikan, umur, pekerjaan dan
sebagainya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adin. (2009). Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Berperan.http://www.salsabilashafiraadin.com. Diakses 24 Desember 2014
Angela, A. (2010). Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi.Medan: Departemen Pedodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasSumatera Utara
Anonim. (2011). Karies Gigi. http://id.wikipedia.org. Diakses 24 Desember 2014
Anwar, Fitriyadu, Umayani. (2011). Hubungan antara kebiasaan menggosok gigidengan kejadian anak karies gigi pada siswa SD Negeri 1 Pasagadang diwilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan.http://apps.um.surabaya.ac.id. Diakses 24 Desember 2014.
Ardhegi, Thiago. (2012). Age of First Dental Visit and Predictor for Oral HealthCare Utilisation in Pre-School Children Vol-10 No I.http://www.ebsco.quintpud.com. Diakses 27 Desember 2014.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Edisi Revisi IV. Jakarta : PenerbitRineka Cipta.
Astoeti. T.E. (2010). Lakukan Perawatan Gigi Menyeluruh. http://www.pdgi-onlinecom. Diakses 24 Desember 2014.
Azwar. (2006). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya edisi ke-2 cetakan keIV. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiarto, Eko. (2005). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta:EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri. (2012). Profil Kesehetan KabupatenWonogiri. Wonogiri: DKK Wonogiri.
Duggal, Cameron dan Toumba. (2014). At a Glance Kedokteran Gigi Anak.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Eriska, (2005). Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini.Jurnal kedokteran gigi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
73
74
Eviyati, Sariningrum, Irdawati (2009). Sikap dan Pengetahuan Orang tua tentangKebersihan Mulut dan Gigi pada Anak Balita 3 – 5 Tahun denganKejadian Karies di PAUD Jatipurno. Skripsi. Surakarta: FIK UMS.
Fankari. (2004). Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi danDemonstrasi Terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigidan Mulut Anak Sekolah Dasar. Yogyakarta: Perawat Pendidik UGM.
Faud. (2003). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Gultom, Meinarly. (2009). Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu RumahTangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut AnakBalitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, SumateraUtara. Medan: USU.
Irma, I dan Intan. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: NuhaMedika.
Mubarak, Wahit. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.
Niven Nail, (2002). Psikologi Kesehatan; Pengantar Untuk Perawat &Profesional Kesehatan Lain. Jakarta:EGC.
Notoatmodjo. (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT RinekaCipta.
Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RinekaCipta.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: PT Salemba medika.
Puskesmas Bulukerto. (2014). Profil Kesehatan Kecamatan Bulukerto Tahun2013. Wonogiri: Puskesmas Bulukerto.
Ramadhan. (2009). Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.https://forbetterhealth.wordpress.com. Diakses 24 Mei 2015.
Rizka Puji Yulianti, Abi Muhlisin. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan OrangTua Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies GigiPada Anak Di Sekolah Dasar Negeri V Jaten, Kabupaten Karanganyar.publikasiilmiah.ums.ac.id. Diakses 27 November 2014.
75
Rustaman, N. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial BhaktiUtama.
Sarafino, E.P. (2004). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction, SecondEdition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Siti, Mudrikatin. (2011). Hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi denganTerjadinya Karies Gigi di SDN 1 Jabon Jombang.www.kopertis7.go.id/jurnal_lengkap-sainmerd. Diakses 24 Desember2014.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta.
Sugito F.S,. (2000). Relationship Between Breastfeeding and Early ChildrenCaries Severing of Children Under Three Years Old in DKI Jakarta.Jakarta: Makalah Kesehatan 2008.
Suparyanto. (2014). Konsep kepatuhan. dr-suparyanto.blogspot.com. Diakses 28November 2014.
Suryanto, (2011). Metodologi dan AplikasiPenelitianKeperawatan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Tarigan, R.,. (2005). Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates.
Yuanasari. (2009). Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dan KepatuhanPada Pasien Dewasa Dengan Diagnosa Tuberkulosis Paru DiPuskesmas Mantingan Ngawi Periode Februari - April 2009. Skripsi.Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zatnika, Lis. (2010). 89% Anak Derita Penyakit Gigi dan Mulut.http://www.pdgi-onlinecom. Diakses 24 Desember 2014.
1