Transcript
Page 1: 14 hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis

14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPEREMESISGRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRI MESTER I DI BPS NY. SAYIDAH KENDAL

THE CORRELATION BETWEEN STRESS LEVEL WITH HYPEREMESIS GRAVIDARUMOCCURRENCE IN PREGNANT MOTHER ON TRIMESTER I AT BPS NY. SAYIDAH KENDAL

Sulistyowati1), Edy Soesanto2), Indri Astuti Purwanti3)

1)2)3) Program Studi D-III Kebidanan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,Universitas Muhammadiyah Semarang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang : Gangguan mual muntah biasanya berlangsung hingga minggu ke dua puluh kehamilan yangditandai dengan mual tidak terkendali serta muntah-muntah hampir sepuluh kali tiap hari, hal ini lebih dikenaldengan istilah hiperemesis gravidarum. Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesisgravidarum dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan yang penting pada penyakit.Data yang didapatkan peneliti di BPS Ny. Sayidah Kendal menunjukkan terdapat 110 ibu hamil dengan keluhanmual muntah sebanyak 57 ibu hamil. Tujuan : mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadianhiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Bidan Praktik Swasta (BPS) Ny. Sayidah Kendal. Metode :Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester I yangmelakukan kunjungan ANC di BPS. Ny. Sayidah Kendal pada Juli 2011-Juni 2012 yang berjumlah 387 orang.Teknik samplingnya adalah quota sampling dengan jumlah 79. Hasil : penelitian ini menunjukkan sebagian besartingkat stress yang dialami oleh ibu adalah dalam kategori ringan (79,7%) yang ditandai oleh seringnya merasakesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu, sebagian besar tidak terjadi hiperemesis (78,5%).Simpulan : hubungan yang bermakna antara tingkat stress dengan kejadian hiperemesis pada ibu hamil tri mesterI di BPS Ny. Sayidah Kendal.

Kata Kunci : Tingkat stres, Kejadian hiperemesis gravidarum

ABSTRACT

Background : Nausea and vomiting in pregnancies usually occurs until 20-weeks of gestation which can becharacterized by severe nausea and vomiting for almost 10 times a day, or known as hyperemesis gravidarum.Stress is called to be one of the main causes of hyperemesis gravidarum, since stress gives psychological effect inthe diseases. The data obtained in the BPS investigators Ny. Hadrat Kendal shows there are 110 pregnant womenwith complaints of nausea and vomiting as many as 57 pregnant women. Purpose : This research aims to identifythe correlation between stress level with hyperemesis gravidarum occurrence in pregnant mother on trimester 1 atNy. Sayidah Kendal. It is a correlation descriptive research with quota sampling technique. Result : Shows that thestress level experienced by pregnant mothers is mostly in low level (79,7%) which is presented by the difficulties tosettle down after something bothering, most pregnancies do not experience h yperemesis (78,5%). Conclusion : Asignificant correlation between stress levels with hyperemesis occurrence in pregnant mother on trimester 1 at BPSNy. Sayidah Kendal.

Key words: Stress level, Hyperemesis gravidarum occurrence

Page 2: 14 hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis

15

PENDAHULUAN

Mual (nausea) dan muntah (emesisgravqtidarum) adalah gejala yang wajar dansering terdapat pada kehamilan trimester I.Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapidapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6minggu setelah hari pertama haid terakhirdan berlangsung selama kurang lebih 10minggu (Prawirohardjo, 2007 hal 190). Mualmuntah yang berlebihan menyebabkan cairantubuh berkurang, sehingga darah menjadikental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darahke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi,maka konsumsi oksigen dan makanan kejaringan juga ikut berkurang. Kekuranganoksigen dan makanan ke jaringan akanmenimbulkan kerusakan jaringan yang dapatmengurangi kesehatan ibu danperkembangan janin yang dikandungnya.Kasus semacam ini memerlukan penangananyang serius (Hidayati, 2009 hal 19).

Hiperemesis gravidarum dapatmenimbulkan dampak psikologis berupakecemasan, rasa bersalah dan marah jikagejala mual dan muntah semakin memberat.Selain itu dapat terjadi konflik antaraketergantungan terhadap pasangan dankehilangan kontrol jika wanita sampaiberhenti bekerja. Kontak dengan orang lainjuga berubah karena wanita mengalamiperubahan yang sangat kompleks terhadapkehamilannya. Hal ini dapat menimbulkanperasaan terisolasi dan kesendirian.Pernyataan ini di dukung oleh studi yangdilakukan oleh Steele, et al. (dalam Runiari,2010 hal 61) yang menyatakan bahwa satudari tiga wanita dengan mual dan muntahmengalami stres dan perpecahan dalamkeluarga, gangguan emosional dan gangguanfungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanitayang bekerja di mana hampir 50%mengalami penurunan efisiensi kerja dan25% membutuhkan waktu untuk istirahatbekerja.

Stres dianggap sebagai salah satufaktor penyebab terjadinya hiperemesis

gravidarum dimana stres ini merupakanbentuk psikologik yang memegang perananyang penting pada penyakit ini walaupunhubungannya dengan terjadinya hiperemesisgravidarum belum diketahui dengan pasti.Kondisi rumah tangga yang retak, kehilanganpekerjaan, takut terhadap kehamilan danpersalinan, takut terhadap tanggung jawabsebagai ibu, dapat menyebabkan konflikmental yang dapat memperberat mual danmuntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadapkeengganan menjadi hamil atau sebagaipelarian karena kesukaran hidup (Mitayani,2009, hal 55).

Data yang didapatkan peneliti di BPSNy. Sayidah Kendal menunjukkan terdapat110 ibu hamil dengan jumlah ibu hamiltrimester I adalah 61 orang dengan keluhanmual muntah sebanyak 48 orang, trimester IIsebanyak 27 orang dengan keluhan mualmuntah 9 orang dan trimester III sebanyak 22orang dan tidak ditemukan keluhan mualmuntah lagi. Sebanyak 48 orang ibu hamiltrimester I yang mengalami mual muntahterdapat 11 orang mual muntah berat dan 3diantaranya harus dirawat di rumah sakit.Fenomena tersebut mndorong penelitimelakukan penelitian ini. Tujuan penelitianini adalah mengetahui hubungan antaratingkat stres dengan kejadian hiperemesisgravidarum pada ibu hamil trimester I di BPSNy. Sayidah Kendal. Sistematika penulisanyang digunakan peneliti meliputi:pendahuluan, metode penelitian, hasil danpembahasan, serta simpulan.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalahanalitik korelasi dengan pendekatanlongitudinal. Pengambilan data dilakukanbulan bulan Agustus 2012. Populasipenelitian adalah semua ibu hamil trimester Iyang melakukan kunjungan ANC di BPS.Ny. Sayidah, Kampung Sabrang Lor, DesaKutogarjo, Kaliwungu, Kendal pada Juli2011-Juni 2012 yang berjumlah 387 orang.Pengambilan sampel dalam penelitian ini

Page 3: 14 hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis

16

menggunkan teknik quota sampling sebanyak79 orang. Instrumen penelitian untukmengukur tingkat stres adalah DASS 42 yangtelah dibakukan sehingga peneliti tidakmelakukan uji validitas dan uji reliabilitas.Analisis data menggunakan uji Chi squaredengan taraf signifikan sebesar 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 berikut menunjukkan bahwasebagian besar responden mengalami stresskategori ringan. Kategori ringan iniditunjukkan oleh jawaban responden yangsebagian besar (77,2%) menjawab “tidakpernah” pada pertanyaan “sulit untukmentoleransi gangguan-gangguan terhadaphal yang sedang dilakukan”. Respondendinilai memiliki tingkat kesabaran yangtinggi serta menyadari bahwa dirinya yangsedang hamil harus menjaga sikap danperilakunya agar tidak terjadi sesuatu padajanin yang dikandungnya.

Stress yang dialami respondendisebabkan ketakutan tanpa alasan yang jelas(70,9%) dan merasakan gangguan dalambernapas, yaitu napas cepat/sulit bernapas(69,6%). Hal ini menunjukkan bahwaresponden penelitian mengalami stress dalammenjalani kehamilannya walaupun dalamkategori ringan. Keberadaan janin di dalamtubuh membawa perubahan secara fisiologisdalam tubuh ibu hamil yang akhirnyaberimplikasi terhadap kondisi kejiwaan ibuhamil.

Tabel 1.Distribusi frekuensi responden berdasarkan stressibu hamil trimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal

Stres Frekuensi Persentase (%)

RinganSedang

6316

79,720,3

Jumlah 79 100,0

Kondisi psikologis respondencenderung tenang karena pengaruh hormonprogesteron yang meningkat selamakehamilan. Hormon progesteron ini

dihasilkan oleh korpus luteum pada masaawal kehamilan dan mempunyai fungsimenenangkan tubuh ibu hamil selamakehamilan, termasuk saraf ibu hamil,sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang.Hormon ini juga berfungsi membangunlapisan di dinding rahim untuk menyanggaplasenta di dalam rahim dan untukmencegah gerakan kontraksi atau pengerutanotot-otot rahim. Hormon ini dapat"mengembangkan" pembuluh darah sehinggatekanan darah menurun dan menyebabkanibu hamil sering pusing. Hormon ini jugamembuat sistem pencernaan jadi lambat,perut menjadi kembung atau sembelit,mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibuhamil, meningkatkan suhu tubuh,meningkatkan pernafasan, mual, danmenurunnya gairah berhubunganintim selama hamil. (Prawirohardjo, 2002,hal 77).

Tabel 2.Distribusi frekuensi responden berdasarkan

kejadian hiperemesis ibu hamil trimester I di BPSNy. Sayidah Kendal

KejadianHiperemesis

Frekuensi Persentase (%)

HiperemesisTidak hiperemesis

1762

21,578,5

Jumlah 79 100,0

Patofisiologi hiperemesis gravidarumdapat disebabkan karena peningkatan HCGdan hormone progesteron. Peningkatan kadarhormone progesterone menyebabkan ototpolos pada sistem gastrointestinal mengalamirelaksasi sehingga motilitas usus danlambung menurun. Penurunan motilitas inimenyebabkan organ pencernaan menjadipenuh. Ketika ibu hamil mulai makan karenalapar yang mengikuti irama sirkadian,makanan tersebut cenderung akandimuntahkan (Runiari, 2010 hal 67)

Kejadian mual muntah yang lebih dari10 kali sehari ini dapat membahayakankondisi ibu beserta janinnya. Kondisi ini jikaterus berlanjut dan tidak mendapatpenanganan maka dapat menyebabkan

Page 4: 14 hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis

17

kekurangan cairan, penurunan berat badan,atau gangguan elektrolit, sehinggamenganggu aktivitas sehari-hari danmembahayakan janin dalam kandungan.Mual dan muntah berlebihan yang terjadipada wanita hamil dapat menyebabkanterjadinya ketidakseimbangan kadarelektrolit, penurunan berat badan (lebih dari5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dankekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadipada minggu keempat sampai kesepuluhkehamilan dan selanjutnya akan membaikpada usia kehamilan 20 minggu. Namun padabeberapa kasus dapat terus berlanjut sampaipada kehamilan tahap berikutnya (Runiari,2010 hal 68).

Table 3 menunjukkan bahwa sebagianbesar responden yang merasakan stressringan tidak mengalami hiperemesis (95,2 %)sedangkan sebagian besar responden yangmerasakan stress sedang mengalamihiperemesis (87,5 %). Hasil uji statistik nonparametric dengan uji Fisher’s exactdidapatkan nilai p value sebesar 0,000 lebihkecil dari taraf signifikan (0,05). Hal tersebutmenunjukkan bahwa terdapat hubungan yangbermakna antara tingkat stress dengankejadian hiperemesis pada ibu hamiltrimester I di BPS Ny. Sayidah Kendal. Hasilpenelitian mendapatkan nilai OR sebesar0,007 yang berarti bahwa responden yangmemiliki stres tingkat sedang 0,007 kaliberpeluang mengalami hiperemesis.

Runiari (2010 hal 69) menyebutkanbahwa salah satu faktor yang menyebabkankejadian hiperemesis gravidarum adalahkondisi psikosomantik. Kondisipsikosomantik yaitu gangguan psikologisyang berubah menjadi bentuk gangguan fisik.Gangguan psikologis yang terimplikasi padagejala fisik ini dapat berupa mual danmuntah, kelelahan yang berat dansebagainya. Hiperemesis gravidarummerupakan salah satu keadaan gangguanpsikologis yang diubah dalam bentuk gejalafisik. Hal ini dipertegas dalam Mitayani(2009 hal 56) yang menyebutkan bahwafaktor psikologis yang meliputi pengetahuan,

sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress,peningkatan hormon progesteron, estrogendan hCG, alergi, infeksi dan diabetes mellitusikut menjadi penyebab kejadian hiperemesis.

Kondisi psikologis ibu yang menjalaniproses kehamilan dapat menyebabkanterhadinya stress. Ibu yang dalam keadaanstress ini dapat meningkatkan tekanan darahdan peningkatan denyut jantung sehinggadapat meningkatkan HCG. HCG adalahhormone yang dihasilkan selama kehamilan,yang dapat dideteksi dari darah atau air seniwanita hamil kurang lebih 10 hari sesudahpembuahan. HCG ini dapat menstimulasiterjadinya mual dan muntah pada ibu hamil(Guyton, 2003 hal 46).

Tabel 3Hubungan antara stress dengan kejadian

hiperemesis pada ibu hamil trimester I di BPSNy. Sayidah Kendal

Hal ini memperjelas bahwa faktorpsikologis yaitu stress dan kecemasan dapatmemicu terjadinya morning sickness, yangditunjukkan dengan timbulnya rasa mual danmuntah hingga mencapai lebih dari 10 kalisetiap hari. Hal ini jika dibiarkan dan tidakdilakukan penanganan dengan baik makadapat membahayakan kesehatan ibu danjanin.

Stres sendiri reaksi fisik, mental dankimiawi dari tubuh terhadap situasi yangmenakutkan,membingungkan,membahayakndan merisaukan seseorang. Hardjana dalamYosep (2007 hal 67) menyebutkan bahwastress sebagai keadaan atau kondisi yangtercipta bila transaksi seseorang yangmengalami stress dan hal yang dianggapmendatangkan stress membuat orang yangbersangkutan melihat ketidaksepadanan

Page 5: 14 hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hiperemesis

18

antara keadaan atau kondisi dan systemsumber daya biologis, psikologis dan socialyang ada padanya. Dalam kondisi stress initubuh akan memberikan reaksi tertentuterhadap berbagai tantangan yang dijumpaidalam hidup kita berdasarkan adanyaperubahan biologi dan kimia dalam tubuh.

SIMPULAN

1. Sebagian besar tingkat stress yang dialamioleh responden adalah stress tingkatringan (79,7%).

2. Sebagian besar responden tidak terjadihiperemesis (78,5%).

3. Terdapat hubungan yang bermakna antaratingkat stress dengan kejadian hiperemesispada ibu hamil trimester I di BPS Ny.Sayidah Kendal (p value 0,000 ).

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti Wardiyah .2011. HeperemesisGravidarum. Makalah JournalReading. Universitas Indonesia

Bobak, I.M., Deitra L.L., Margaret D.J., danShannon E.P., 2005. Buku AjarKeperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta: Buku Penerbit KedokteranEGC.

Guyton AC., Hall JE. 2004. Text Book ofMedical Physiology. 10th ed. NewYork: WB. Saunders Company.

Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatanpada Kehamilan Fisiologis danPatologis. Jakarta : Salemba Medika.

Huliana, M. 2008. Panduan MenjalaniKehamilan Sehat. Jakarta : PuspaSwara.

Maulana, M. 2008. Panduan LengkapKehamilan. Jogyakarta : Kata Hati.

Mitayani 2009. Asuhan KeperawatanMaternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta

_____________. 2007. Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku. Jakarta : RinekaCipta

Nursalam. 2003. Manajemen KeperawatanAplikasi dalam Praktek KeperawatanProfesional. Jakarta : Salemba Medika.

_________ 2008. Konsep dan PerawatanMetodologi Penelitian IlmuKeperawatan Profesional. Jakarta:Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2009 Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka.

Puspitarini, W. 2009. Hubungan Pengetahuanibu Hamil Tentang Keluhan MualMuntah pada masa KehamilanTrimester I dengan upaya dalamMengatasi Keluhan di BPS Ny SriSusanti, Am. Keb, Kabupaten Demak,jawa tengah. Semarang, UniversitasMuhammadiyah Semarang. Skripsi


Recommended