Transcript
  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang

    Masa menstruasi merupakan masa pendarahan yang terjadi pada

    perjalanan hidup wanita secara rutin setiap bulan kecuali jika terjadi kehamilan.

    Pada saat menstruasi terjadi siklus normal yang lamanya bervariasi antara 21-45

    hari dan lama periode keluarnya darah berkisar antara tiga sampai lima hari (

    Pieter dan Lubis, 2011) . Sebagian besar wanita terkadang mengeluhkan adanya

    gangguan pada saat menstruasi, salah satu diantaranya adalah dysmenorhea.(

    Smeltzer dan Bare, 2001) mendeskripsikan dysmenorhea sebagai nyeri saat

    menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram.

    Setiap wanita yang mengalami dysmenorhea merasakan derajat nyeri yang

    berbeda beda. Berdasarkan derajat nyeri yang dirasakan sekitar 75% wanita

    mengalami dysmenorhea dengan intensitas gejala nyeri ringan dan sedang,

    selanjutnya 10-15% lagi mengalami nyeri berat yang disertai mual, muntah, dan

    diare yang dapat membuat penderita tidak mampu beraktivitas. Sehingga dengan

    keadaan demikian nyeri yang dirasakan tersebut dapat mengganggu aktivitas

    belajar, pekerjaan dan juga kegiatan sehari-hari ( Baradero dan Merry, 2006).

    Wanita yang mengalami dysmenorrhea pada saat menstruasi lebih sering

    libur kerja dan prestasinya kurang baik di sekolah maupun diperguruan tinggi,

    dibandingkan dengan wanita yang tidak terkena dysmenorrhea.Angka kejadian

    dysmenorhea yang dirasakan oleh sebagian besar wanita tersebar di seluruh

    wilayah.Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dysmenorea di

  • 2

    dunia cukup tinggi.Diperkirakan sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia

    mengalamidysmenore. Di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami

    dysmenorea dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu

    kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga ( Abidin dan Boy, 2005 ).

    Studi epidemiologi di Swedia melaporkan angka prevalensi sebesar 75%

    remaja usia 19-21 tahun mengalami nyeri menstruasi, 15% dari mereka

    membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-obatan

    penangkal nyeri, 8-10% tidak masuk kerja, sekolah dan kuliah. ( Varney, 2004 ).

    Sedangkan angka kejadian Dysmenore di Indonesia mencapai 65 %.yang

    diantaranya dialami oleh pelajar dan mahasiswi. Selanjutnya hasil Penelitian yang

    dilakukan oleh Kurniawati (2008) melaporkan dampak dari dysmenorhea pada

    pelajar di Surakarta diperoleh data sebanyak 52% pelajar tidak dapat melakukan

    aktivitas harian dengan baik selama menstruasi. Jika dysmenorhea terjadi pada

    saat kuliah maka dampaknya akan mempengaruhi partisipasi mahasiswi terhadap

    angka kehadirannya dalam proses belajar mengajar.

    Berdasarkan Survei awal yang peneliti lakukan di Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Teuku Umar dengan jumlah mahasiswi yang masih aktif

    kuliah pada tahun ajaran 2012/2013 sejumlah 393 orang. Survei awal dilakukan

    dengan mewawancarai mahasiwi didapatkan data bahwa sekitar 60 % mahasiswi

    mengalami dysmenorrea ( nyeri haid ). Dan beberapa dari mereka tidak hadir

    mengikuti pelajaran karena nyeri yang di alaminya.Dari hasil tersebut serta karena

    belum adanya penelitian yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka

    peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang

  • 3

    karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktivitas belajar

    mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

    1.2. Rumusan Masalah

    Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian adalah:

    “Bagaimanakah karakteristik gejala dysmenorhea dan pengaruhnya terhadap

    aktivitas belajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

    Umar Tahun 2013.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala

    dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktifitas belajar mahasiswi Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea pada

    mahasiswiFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

    2.Untuk melihat pengaruh gejala Dysmenore terhadap aktivitas belajar mahasiswi

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.

    1.4 Manfaat Penelitian

  • 4

    1.4.1 Manfaat teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi atau data

    ilmiah sebagai masukan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal

    karakteristik gejala dysmenore ( nyeri haid ) dan juga mengenai pengaruhnya

    terhadap aktivitas belajar mahasiswi.

    1.4.2 Manfaat praktis

    1.Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

    karakteristik dysmenorre

    2. Bagi staf pengajar dapat digunakan sebagai bahan masukan mata kuliah yang di

    ajarkan.

    3. Bagi institusi dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang

    ingin melakukan penelitian.

    4. Bagi mahasiswi dapat menambah pengetahuan mahasiswi mengenai gejala

    dysmenorre dan dapat memilih salah satu tindakan dalam mengurangi dan

    mencegah nyeri saat menstruasi sehingga dapat mengikuti aktivitas

    pembelajaran dari awal hingga akhir mata pelajaran.

    BAB II

  • 5

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Menstruasi

    2.1.1 Pengertian

    Menstruasiadalah peluruhan lapisan jaringan pada uterus yaitu endometrium

    bersama dengan darah.Menstruasi terjadi setiap bulan selama masa reproduksi,

    dimulai saat pubertas dan berakhir saat menopause kecuali selama kehamilan.(

    Pieter dan Lubis, 2011 ). Sedangkan menurut Dito dan Ari (2011) menstruasi

    merupakan siklus alami yang terjadi secara regular untuk mempersiapakan tubuh

    perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan. Siklus mentruasi ini melibatkan

    beberapa tahapan yang dikendalikan oleh iteraksi hormon yang dikeluarkan oleh

    hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur. Dengan demikian

    setiap wanita yang memiliki kesehatan yang normal akan mengalami masa

    pendarahan yang terjadi di setiap bulannya yang dinamakan menstruasi.

    2.1.2 Siklus menstruasi

    Siklus menstruasi merupakan jumlah antara periode menstruasi yang

    pertama dengan periode menstruasi berikutnya. Siklus haid yang normal ialah 28

    hari, dan Lamanya menstruasi biasanya terjadi antara 3-5 hari. Namun pada

    beberapa kasus bisa saja terjadi menstruasi yang lebih panjang ataupun lebih

    pendek yaitu ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit , dan ada yang 7-8 hari

    ( Pieter dan Lubis 2011 ).

    Menurut Bobak, M.irene et.al (2004), ada beberapa rangkaian siklus menstruasi

    yaitu :

    1. Siklus Endomentrium

  • 6

    Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase yaitu:

    a. Fase menstruasi

    Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

    pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini

    berlangsung selama lima hari ( rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar

    estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun ataupada kadar

    terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru

    mulai meningkat ( Bobak, 2004 )

    b. Fase proliferasi

    Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

    sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnyahari ke-10

    siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan

    endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang

    perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5

    mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saatovulasi. Fase

    proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium(

    Bobak,2004 )

    c. Fase sekresi/luteal

    Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

    sebelum periode menstruasi berikutnya.Pada akhir fase sekresi, endometrium

    sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

    yang tebal dan halus.Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi

    kelenjar ( Bobak,2004 )

    d.Fase iskemi/premenstrual

  • 7

    Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai10 hari

    setelah ovulasi.Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpusluteum

    yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan

    kadarestrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga

    suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan

    fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.( Bobak,

    2004 )

    2. Siklus Ovulasi

    Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

    pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH ( lutenizing hormone ).

    Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel

    primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial).Sebelum ovulasi,satu

    sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan

    estrogen.Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang

    terpilih.Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang

    kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.Korpus luteum mencapai

    puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon

    estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpusluteum

    berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium

    tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh ( Bobak, 2004 )

    3. Siklus Hipofisis-hipotalamus

    Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan

    progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darahini

  • 8

    menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone(Gn-

    RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating

    hormone(FSH).FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan

    produksi estrogennya.Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus

    memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).LH

    mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila

    tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum

    menyusut,oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi

    menstruasi ( Bobak,2004 )

    2.1.3 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

    Pada saat menstruasi terjadi banyak faktor faktor yang dapat

    mempengaruhinya.Menurut Pieter dan Lubis( 2011 ) ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi menstruasi yaitu :

    1. Faktor perkembangan hormonal

    perkembangan hormon yang dimaksud adalah estrogen dan hormon

    progesteron. Hormon estrogen adalah hormon yang berfungsi merangsang

    pertumbuhan Rahim, payudara, puting susu, dan lapisan vagina yang semuanya

    memperlancar kehamilan dan persalinan. Adapun hormon progesteron ialah

    hormon yang berfungsi dalam menyiapkan dinding Rahim, membuat lingkungan

    Rahim nyaman, dan memproduksi air susu ibu ( Pieter dan Lubis, 2011 )

    2. Faktor Perkembangan Kelenjar

    Dalam hal ini adalah efek perkembangan kelenjar pituitary dan gonad.Dampak

    kelenjar pituitary yaitu mengeluarkan hormon pertumbuhan dan hormon gonad.

  • 9

    Pengaruh hormon pertumbuhan ialah menentukan bertambah besarnya ukuran

    individu .pengaruh hormon gonadotrofik ialah untuk merangsang gonad agar

    mampu meningkatkan aktivitas, adapun dampak gonad adalah memicu ciri ciri

    seks primer dan sekunder lebih matang (Pieter dan Lubis, 2011)

    3. Faktor Enzim

    Adapun faktor enzim yang dimaksud adalah enzim hidrolitik yang terdapat

    pada endometrium. Fungsi enzim hidrolitik ialah merusak sel-sel dan mensitesis

    protein dalam proses metabolisme. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya

    regresi endometrium dan pendarahan (Pieter dan Lubis, 2011 )

    4. Faktor Vaskuler

    Mulai dari fase proliferasi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

    fungsional endometrium, maka pertumbuhan endometrium ikut serta bersama

    arteri da vena.Dengan regresi endometrium menyebabkan timbulnya stagnasi

    pada vena dan saluran yang menghubungkannya dengan arteri. Akhir dari proses

    ini ialah nekrosis dan pendarahan (Pieter dan Lubis, 2011 )

    5. Faktor Prostaglandin

    Endometrium yang mengandung prostaglandin E2 dan F2 dengan desintegrasi

    endometrium menyebabkan pelepasan prostaglandin.Pelepasan prostaglandin

    lebih dikenal dengan myom.Myom menyebabkan terjadinya pendarahan pada

    waktu menstruasi.Pada awal mentruasi rasa nyeri sering dirasakan wanita. Hal ini

    diakibatkan prostaglandin, yaitu suatu zat yang menyebabkan otot otot Rahim

    mengalami kontraksi (Pieter dan Lubis, 2011)

    2.2 Dysmenorrhea

    2.2.1 Pengertian

  • 10

    Smeltzer dan Bare(2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat

    menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Badziad

    (2003) Dysmenorhea adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan

    muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi.Nyeri dapat bersifat kolik atau

    terus menerus.Dysmenorrhea timbul akibat kontraksi disritmik lapisan

    miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan

    hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha.

    Sedangkan menurut (Arief, Mansjoer,2001) selama menstruasi dapat membuat

    wanita tidak dapat bekerja dan harus tidur. Selain itu Manuaba (2001)

    menegaskan bahwa dysmenorrhea merupakan rasa sakit saat menstruasi sampai

    dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    sebagian besar wanita yangmengalami nyeri pada saat menstruasi, harus

    beristirahat pada saat itu. Sehingga mereka juga harus menghentikan aktivitas

    yang sedang dilakukan .

    2.2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea

    Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi).Pada fase ini

    terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen.Sesuai dengan

    sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus.Hormon yang juga

    terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin.Prostaglandin sangat

    terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-

    eklamsi, dan anafilaktik syok.Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan

    respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin.Dan hormon oksitosin ini

    juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat

  • 11

    disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus (

    Manuaba , 2009 )

    2.2.3 Klasifikasi Dysmenorrhea

    Menurut Baradero dan Merry (2006) dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya

    diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

    1. Dysmenorrhea primer

    Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis

    genitalis yang dapat diidentifikasi.Dysmenorrhea primer timbul pada masa

    remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal

    antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga mengenai sekitar

    50-70% wanita yang masih menstruasi.Dysmenorrhea primer diduga sebagai

    akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus

    untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme

    anteriolar.(Baradero dan Merry, 2006)

    2. Dysmenorrhea sekunder

    Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang

    disertai kelainan anatomis genitalis.Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita

    berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri

    dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan

    nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa

    berlangsung selama 2 hari atau lebih.(Baradero dan Merry, 2006 )

    2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorhea

  • 12

    Menurut Wiknjosastro ( 2007 ) terdapat beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi dysmenorheaantara lain:

    1. Faktor Kejiwaan

    Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak

    mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dysmenore.

    Dysmenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap

    pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja

    putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,

    mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,

    misalnya gangguan haid seperti dysmenore( Hurlock, 2007). Wanita mempunyai

    emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dysmenore primer.

    Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dysmenoreakan menimbulkan gangguan tidur

    (insomnia).

    2. Faktor Konstitusi

    Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab

    timbulnya dysmenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang

    terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:

    a. Anemia

    Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga

    menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang.Sebagian besar

    penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan

    hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi ini

    dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh

  • 13

    maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk

    daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

    b. Penyakit menahun

    Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh

    kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang

    termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain

    c. Faktor Endokrin

    Kejang pada dysmenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan.Hal

    ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi

    prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah

    prostaglandin F2 α berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain

    dysmenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

    d. Faktor Alergi

    Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenore primer

    dengan urtikaria, migren atau asma bronkial.Smith menduga bahwa sebab alergi

    ialah toksin haid.

    2.2.5 Gejala Dysmenorrhea

    Gejala Dysmenore adalah kram ( nyeri ) yang terjadi pada bagian perut yang

    bisa berlangsung sampai tiga hari, rasa sakit pada pinggul dengan rasa nyeri yang

    menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal, sakit

    punggung, kepala pusing dan muntah (Baradero dan Merry, 2006) .

    Menurut( Kasdu, 2005 ) gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :

    1. Nyeri pada perut bagian bawah

  • 14

    2. Nyeri menjalar pada punggung bagian bawah dan tungkai

    3. Kram terasa hilang timbul, terkadang terus menerus ada

    4. Nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi

    5. Nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan 2 hari akan menghilang

    6. Sering disertai sakit kepala

    7. Sering disertai sembelit atau diare

    8. Sering disertai mual kadang sampai terjadi muntah

    2.2.6 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

    Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut

    Manuaba ( 2001 ) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

    1. Dysmenorrhea ringan

    Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang

    berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup

    istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian,rasa nyeri tidak menyebar

    tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah ( Manuaba, 2001)

    2. Dysmenorrhea sedang

    Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri

    saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,

    memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah

    mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup

    sehari-hari ( Manuaba, 2001)

    3. Dysmenorrhea berat

  • 15

    Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat

    menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing,

    sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat

    sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau

    lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea( Manuaba, 2001)

    2.2.7 Faktor Resiko Dysmenorrhea

    Menurut Damianus ( 2006), ada beberapa faktor resiko yang bisa

    meningkatkan terjadinya dysmenorrhea yaitu:

    1. Wanita yang merokok

    2. Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan

    memperpanjang nyeri pada saat menstruasi

    3. Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas

    4. Wanita yang tidak memiliki anak

    5. Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun)

    6. Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

    2.3 Aktivitas Belajar

    2. 3.1 Pengertian

    Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,mulai

    dari kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sampai kegiatan psikis

    berupa ketrampilan terintegrasi (Dimyati, 2002).Sedangkan menurut Sardiman

    (2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting didalam

    interaksi belajar mengajar.Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya

    aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental.

  • 16

    Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling berkait. Aktivitas fisik

    ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,bermain

    ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atauhanya

    pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya

    jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran.Seluruh peranan

    dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetapaktif untuk

    mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.Berdasarkan pendapat tersebut,

    aktivitas belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup fisik

    maupun mental yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat perubahan-

    perubahan yang baik pada dirinya.

    2.3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar

    Sardiman (2004), yang dikutip dari Paul B. Diendrich menggolongkan

    aktivitas sebagai berikut :

    1.Visual activity, yang termasuk didalamnya seperti membaca, memperhatikan

    gambar demonstrasi, percobaan.

    2. Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberisaran,

    mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi,interuksi.

    3.Listening activity, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

    music, pidato.

    4. Writing activity, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,menyalin.

    5.Drawing activity, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta,diagram.

    6.Motor activity, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,

    membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,berkebun, beternak.

  • 17

    7. Mental activity, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal,

    menganalisa, mengambil keputusan.

    8. Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,

    gembira, bersemangat.

    2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

    Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar pada diri

    seseorang, menurut Purwanto (2004) terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal

    dan faktor eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Faktor Internal

    Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang

    belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis (psikis).

    a. Aspek Fisik (Fisiologis)

    Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan

    mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak rendah.

    Keadaan sakit pada pisik/tubuh mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat,

    mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar

    dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya

    b. Aspek Psikhis (Psikologi)

    Menurut Sardiman (2004), sedikitnya ada delapan faktor psikologis yang

    mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Secara rinci faktor-

    faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    1) Perhatian

  • 18

    Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik

    didalam maupun di luar dirinya ( Ahmadi, 2003 ). Makin sempurna perhatian

    yang menyertai aktivitas maka akan semakin sukseslah aktivitas belajar itu.

    2) Pengamatan

    Pengamatan adalah cara mengenal dunia secara nyata, baik dari dirinya sendiri

    maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Karena fungsi pengamatan

    sangat sentral, maka alat-alat pengamatan yaitu panca indera perlu mendapatkan

    perhatian yang optimal dari pendidik, sebab tidak berfungsinya panca indera akan

    berakibat terhadap jalannya usaha pendidikan pada anak didik. Panca indera

    dibutuhkan dalam melakukan aktivitas belajar (Sardiman, 2004)

    3) Tanggapan

    Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, yang mana obyek yang

    telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika

    proses pengamatan sudah berhenti , dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.

    (Ahmadi, 2003 ) atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan

    pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar

    setiap siswa (Sardiman, 2004 ).

    4) Ingatan

    Ingatan (memori) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan

    memproduksi kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur dalam perbuatan ingatan, ialah :

    menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Dengan adanya

    kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa

    manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang

    pernah dialami.( Ahmadi, 2003 ).

  • 19

    5) Bakat

    Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan

    dan sudah ada sejak manusia itu ada.Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia

    yang merupakan struktur mental yang melahirkan kemampuan untuk memahami

    sesuatu.(Sardiman, 2004).

    6) Berfikir

    Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan

    pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan (Sardiman, 2004 )

    c. Faktor Eksternal

    Menurut Purwanto (2004) faktor eksternal terdiri dari :

    1. Keadaan keluarga

    Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal (sekolah) sebelumnya telah

    mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga.Di keluargalah setiap orang

    pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan

    keluarga, suasana di lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik, keadaan

    ekonomi, hubungan antar anaggota keluarga, pengertian orang tua terhadap

    pendidikan anak dan hal-hal lainnya di dalam keluarga turut memberikan

    karakteristik tertentu dan mengakibatkan aktif dan pasifnya anak dalam mengikuti

    kegiatan tertentu ( purwanto, 2004)

    2. Guru dan cara mengajar

    Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti kegiatan

    belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya, seperti

    bagaimana guru menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan temannya dan

  • 20

    lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses

    belajar mengajar ( Purwanto, 2004)

    3. Alat-alat pelajaran

    Setiap sekolah harus memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan

    untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,

    kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan

    mempercepat belajar anak-anak ( Purwanto, 2004)

    4. Motivasi sosial

    Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar tanggung jawab

    sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan lingkungan masyarakat atau

    bersumber pada lingkungan alam. Oleh karena itu corak hidup suatu lingkungan

    masyarakat tertentu dapat mendorong seseorang untuk aktif mengikuti kegiatan

    belajar mengajar atau sebaliknya ( Purwanto, 2004)

    5. Lingkungan dan kesempatan

    Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan belajar ,

    misalnya jarak antara rumah dari tempat belajar yang terlalu jauh, sehingga

    memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan

    siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan

    setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain

    terjadi di luar kemampuannya ( Purwanto, 2004 )

    2.4 Kerangka Teori

  • 21

    Skema 2.4 kerangka Teori

    2.5 Kerangka konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Skema 2.5 Kerangka konsep Penelitian

    2.6 Hipotesis Penelitian

    1. Ada pengaruh antara karakteristik gejala dismenoredengan aktivitas

    belajar mahasiswi

    2. Tidak ada pengaruh antara karakteristik gejala dismenoredengan aktivitas

    belajar mahasiswi

    BAB III

    Karakteristik gejalaDysmenore

    Aktivitas belajar

    Karakteristik GejalaDysmenore- Ringan- Sedang- Berat

    ( Baradero dan Merry, 2006)

    Aktivitas belajar

  • 22

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan rancangan

    cross sectional study.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

    3.2.1 Lokasi

    Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

    Universitas Teuku Umar (UTU) Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

    3.2.2 waktu

    Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 juni sampai dengan 03 juli

    2013.

    3.3Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam

    penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2009-2012 yang ada di Fakultas

    kesehatan Masyarakat Universitas Teuku umar Meulaboh. Data yang diberikan

    oleh bagian kemahasiswaan akademik berjumlah 393 orang.

    3.3.2 Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili dari seluruh populasi.

    Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Notoatmodjo

    (2010 ) sebagai berikut:

    RUMUS

  • 23

    21 Ne

    Nn

    80)1,0(3931

    3932

    n

    Keterangan:

    n = besarnya sampel

    N = total populasi

    d = derajat kebebasan = 10 % = 0,1

    Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 80 orang mahasiswi

    Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dari angkatan 2009 sampai angakatan

    2012

    Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah simple random

    sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, yang berdasarkan jumlah

    mahasiswi tiap angakatan dikali dengan jumlah sampel dan dibagi dengan jumlah

    populasi maka diperoleh jumlah sampel untuk tiap angakatan dari 2009-2012.

    Data dikumpulkan menggunakan angket . Untuk menentukan jumlah sampel

    yang berdasarkan tahun angkatan maka menggunakan rumus dibawah ini :

    ∑∑ ∑ sampel

  • 24

    Berikut ini daftar distribusi jumlah sampel Mahasiswi FKM dari

    angkatan 2009 sampai 2012.

    No Mahasiswi ∑ Mahasiswi angkatan ∑ sampel

    1. 2009 95 19

    2. 2010 80 16

    3. 2011 117 24

    4. 2012 101 21

    Jumlah 393 80

    3.4 MetodePengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

    Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan survei langsung kepada

    mahasiswi dengan menggunakan teknik pembagian angket dan pengamatan

    tentang karakteristik dismenorrea dengan aktivitas belajar di Fakultas Kesehatan

    Masyarakat (FKM) Universitas Teuku Umar (UTU) Kecamatan Meureubo

    Kabupaten Aceh Barat

    3.4.2 Data Sekunder

    Data yang diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

    Umar, serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini.

  • 25

    3.5 Defenisi Operasional

    No Variabel independen1. Variabel : Karakteristik gejala Dysmenore( nyeri

    haid)

    Definisi :Nyeri yang terjadi pada bagian perutyang bisa berlangsung sampai tigahari, rasa sakit pada pinggul denganrasa nyeri yang menjalar sampai kepaha bagian atas dan punggung, sakitpunggung, kepala pusing dan muntah

    Cara Ukur :WawancaraAlat Ukur :AngketHasil Ukur 1. Ringan

    2. BeratSkala ukur : Ordinal

    Variabel Dependen2.

    4Variabel : Aktifitas Belajar

    Definisi : Prinsip atau azas yang sangat pentingdidalam interaksi belajar mengajar.

    Cara ukur : WawancaraAlat Ukur : AngketHasil Ukur 1. Terganggu

    2. Tidak TergangguSkala Ukur : Ordinal

    3.6 Aspek Pengukuran

    Pada penelitian ini digunakan angket yang meliputi pertanyaan tertulis

    yang dimana untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang

    pribadinya atau hal-hal yang diketahui.Alat yang digunakan adalah lembar

    angket.Penilaian dengan menggunakan Rata-rata. Dari pengolahan data dengan

    angket diperoleh data sebagai berikut:

    1. Karakteristik gejala Dysmenore dikategorikan dengan tingkatan Ringan

    jika jawaban benar < 3,5, dan dengan gejala berat jika jawaban > 3,5

  • 26

    2. Aktivitas Belajar Mahasiswi dinilai dari jawaban yang dikategorikan

    menjadi tidak terganggu jika jawaban benar< 5 dan dikategorikan

    terganggu apabila jawabannya > 5

    3.7. Teknik Analisa data

    3.7.1 Analisis Univariat

    Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau

    per variabel.Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel

    yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.Analisis univariat dilakukan untuk

    menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam

    bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.( Notoadmotjo, 2010)

    2.7.2 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen

    dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel

    indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi

    square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05(Notoatmodjo, 2005). Dasar

    pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

    a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian di tolak atau dapat disimpulkan

    bahwa ada pengaruh antara karakteristik gejala dysmenorhea dengan

    aktivitas belajar mahasiswi .

    b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat

    disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara karakteristik gejala

    dysmenorhea dengan aktivitas belajar mahasiswi .

  • 27

    Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

    independen dan sebuah variabel dependen. Karena data berbentuk katagorik maka

    untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen

    digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika

    ada sel yang memiliki harapan kurang sama dengan 5, maka digunakan fisher

    exact test (Notoatmodjo. 2005).

    Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

    1. Bila table 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai Contiuty

    Correction.

    Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

    digunakan perangkat komputer dalam analisis Uji Chi-square.

  • 28

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran geografis

    4.1.1 Keadaan Geografis

    Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)merupakan salah satu Fakultas yangada di

    Universitas Teuku Umar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dengan batas batas

    wilayah sebagai berikut :

    1. Sebelah utara berbatasan dengan Stadion Korem

    2. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

    3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Peunaga Cut

    4. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan ADB

    4.2 Analisa Univariat 4.1

    Hasil Penelitian 4.2.1

    Deskriptif karakteristik responden

    Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan angket yang

    meliputi umur. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini :

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Mahasiswi YangAda Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarTahun 2013

    No Umur frekuensi (n) persentase (%)

    1 19 20 252 20 25 31,2

    3 21 16 20

    4 22 19 23,8

    Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )

  • 29

    Dari table 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur

    yang terbanyak adalah berumur 20tahun yaitu sebanyak 25 responden ( 31,2 %)

    dan yang paling sedikit adalah 21 tahun yaitu sebanyak 16 responden ( 20 % ).

    4.2.2 Deskriptif Karakteristik Gejala Dysmenore

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik GejalaDysmenoreMahasiswi di Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Teuku Umar Tahun 2013

    No Karakteristik Gejala Dysmenore frekuensi (n) persentase (%)1 Ringan 41 51,22 Berat 39 48,8

    Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )

    Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 80 responden yang

    menjadi subjek penelitian, yang menjawab karakteristik gejala dismenore ringan

    41 orang ( 51,2 %) dan yang menjawab berat sebanyak 39 orang (48,8 %),

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mahasiswi yang mengalami gejala

    dysmenore ringan lebih banyak dari pada sampel mahasiswi yang mengalami

    gejaja dysmenore berat.

    4.2.3 Deskriptif Aktivitas Belajar

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Belajar Mahasiwi diFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Tahun2013

    No Aktivitas Belajar frekuensi (n) persentase (%)

    1 Terganggu 58 72,52 Tidak Terganggu 22 27,5

    Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )

  • 30

    Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa 80 responden yang

    menjadi subjek penelitian, yang menjawab aktivitas belajar terganggu 58 orang (

    72 % ) dan yang menjawab tidak terganggu sebanyak 22 orang ( 27,5 % ).

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel merasa aktivitas

    belajarnya terganggu akibat gejala dysmenore.

    4.3 Analisa Bivariat

    4.3.1 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenore dengan Aktivitas BelajarMahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarMeulaboh Aceh Barat Tahun 2013

    Tabulasi silang hubungan antara Karakteristik gejala Dysmenore dengan

    aktivitas belajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

    Umar Meulaboh Aceh Barat, dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

    Tabel 4.4 Tabulasi silang Karakteristik gejala Dysmenore dengan aktivitasbelajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasTeuku Umar Meulaboh Aceh Barat

    NoKarakteristikgejala Dysmenore

    Aktivitas belajarTotal

    pvalue

    Tidakterganggu

    TergangguOR

    N % n % n %1 Ringan 16 39 25 61 41 100 0,034 0,05 3,520

    2 Berat 6 15,4 33 72,5 39 100Jumlah 58 22 80

    Sumber :Dari data primer ( diolah tahun 2013)

    Dapat dilihat dari tabel 4.4 di atas bahwa dari 80 responden, diketahui

    responden pada katagori karakteristik gejala ringan dari 41 orang terdapat 25(61

    %) orang yang terganggu dan 16 (39%) orang yang tidak terganggu, bila

    dibandingkan dengan katagori karakteristik gejala berat dari 39 orang dimana 6

    (15,4 %) orang tidak ada yang terganggu,dan 33 ( 72,5 %) orang terganggu.

  • 31

    Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan

    tingkat kepercayaan 95 % pada df 1 diperoleh nilai p-value0,034yang berarti

    lebih kecil dari α-value ( 0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

    terdapat pengaruh antara Karakteristik gejala Dysmenore dengan aktivitas belajar

    mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

    Aceh Barat.Dengan kata lain karakteristik gejala dysmenore di Fakultas kesehatan

    masyarakat ada pengaruh dengan aktivitas belajar.

    Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Ratio (OR) sebesar 3,520

    yang artinya responden yang mengalami dismenore beratmempunyai peluang 3

    kali berpengaruh untuk aktivitas belajar terganggu dibandingkan dengan

    dysmenore ringan untuk aktifitas belajar tidak tergaggu di fakultas kesehatan

    masyarakat universitas Teuku Umar.

    4.4 Pembahasan

    4.4.1 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenore dengan Aktivitas BelajarMahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarMeulaboh Aceh Barat Tahun 2013

    Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.4, serta analisis

    bivariat dengan uji chi square diperoleh ada pengaruh antara karakteristik gejala

    dysmenore didapat nilai p-value = 0,034dengan aktivitas belajar mahasiswi

    kesehatan masyarakat Universitas kesehatan Masyarakat.

    Keadaan mahasiswi yang mengalami dysmenore menyebabkan aktivitas

    belajar mahasiswi tidak maksimal dan kurang Sehingga dengan keadaan demikian

    nyeri yang dirasakan tersebut dapat mengganggu aktivitas belajar, pekerjaan dan

    juga kegiatan sehari-hari ( Baradero dan Merry, 2006).

  • 32

    Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Kurniawati (2008) yaitu

    dengan judul “Pengaruh Dysmenore terhadap Aktivitas Belajar Pada SiswaSMK

    Batik 1 Surakarta” yang menunjukkan adanya pengaruh antara dysmenore dengan

    aktivitas belajar yaitu sebesar 52 % tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik.

    Gejala dysmenore yang dialami mahasiswi Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Teuku Umar akan berdampak pada proses belajar

    mengajar. Hal ini dapat mengurangi partisipasi mahasiswi dalam memperoleh

    ilmu yang seharusnya mereka dapatkan.Sehingga harus ada yang membantu

    mereka untuk mengatasi permasalahan yang sering dialami oleh mahasiswi

    tersebut.

  • 33

    BAB V

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan

    saran mengenai Karakteristik Gejala Dysmenorrhea(Nyeri Haid) dan Pengaruhnya

    Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Teuku Umar Tahun 2013

    5.1 Kesimpulan

    Bahwa ada pengaruh antara Karakteristik Gejala Dysmenorrhea (Nyeri

    Haid) Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Teuku Umar dengan nilai p-value 0,034 yang berarti lebih kecil dari

    α-value 0,05.

    5.2 Saran

    1. Diharapkan kepada Fakultas kesehatan masyarakat agar memberikan

    informasi dan pengetahuan mengenai gejala dysmenore kepada mahasiswi

    agar mereka lebih dapat mengetahui tentang karakteristik gejala dysmenore

    2. Diharapkan kepada staf pengajar agar dapat mempertimbangkan

    kondisimahasiswi yang sedang mengalami dysmenore.

    3. Diharapkan kepada mahasiswi agar tidak menjadikan gejala dysmenore ini

    salah satu alasan untuk malas mendengar dan mengikuti mata kuliah

    4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat manjadi dasar pertimbangan dalam

    menentukan intervensi gejala dysmenore.