44
WRAP UP Blok Respirasi Skenario 1 Pilek Pagi Hari Kelompok B.16 Ketua : Wahyu Tanzil Furqon 1102012298 Sekretaris : Yuris Adi Prakoso 1102010304 Anggota : Marisa 1102013162 Pinka Anjani 1102013225 Putri Cantika Reveira 1102013230 Putri Pratiwi Merdekawati 1102013233 Qorry Welendri 1102013238 Yogi Saputra Annas 1102013310 Rinto Nugroho Putra Daya 1102010244 FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI 1

WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h

Citation preview

Page 1: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

WRAP UP

Blok Respirasi Skenario 1

Pilek Pagi Hari

Kelompok B.16

Ketua : Wahyu Tanzil Furqon 1102012298

Sekretaris : Yuris Adi Prakoso 1102010304

Anggota : Marisa 1102013162

Pinka Anjani 1102013225

Putri Cantika Reveira 1102013230

Putri Pratiwi Merdekawati 1102013233

Qorry Welendri 1102013238

Yogi Saputra Annas 1102013310

Rinto Nugroho Putra Daya 1102010244

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI

TAHUN AJARAN 2013-2014

1

Page 2: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Scenario 1

PILEK PAGI HARI

Seorang pemuda usia 20 tahun,selalu bersin-bersin dipagi hari, keluar ingus encer, gatal

dihidung dan mata, terutama bila udara berdebu,diderita sejak 14 tahun.tidak ada pada

keluarganyayang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempunyai riwayat penyakit asma.

Pemuda tersebut sangat rajin sholat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungannya

memasukkan air wudhu ke dalam hidungnya di malam hari dengann penyakitnya? Kawannya

menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bias terjadi demikian, dan

apakah berbahaya apabila menderita seperti ini dalam waktu yang lama.

2

Page 3: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Kata sulit1. Asma : peradangan pada bronkus sehingga terjadi pembengkakan dan

penyempitan sehingga terjadi sesak nafas

2. Bersin : rangsangan yang menyebabkan refleks bersin yang biasanya karena ada

iritasi di saluran hidung

3. Ingus : mukus/sekret yang keluar dari hidung

Pertanyaan 1. Apa pertolongan pertama pada penderita?

- Minum anti histamin

2. Mengapa mata terasa gatal

- Karena kena protein asing terjadi pembentukan Ig+ untuk perlawanan

3. Kenapa ada refleks bersin dan keluar ingus?

- Hidung punya antibodi makanya benda asing di keluarkan dengan cara bersin

4. Apakah penyakit tersebut bisa di sembuhkan ?

- Bisa, dan menghindari faktor pencetusnya

5. Apakah penyakit ini berhubungan dengan genetik?

- iya ada hubungannya

6. komplikasi apa saja jika didiamkan?

- Polip hidung, otitis media, sinusitis

7. Faktor apa yang bisa menyebabkan selain udara debu?

- Suhu, tungau, polusi, jamur

8. Kenapa gejala terjadi pada pagi hari?

- Karena suhu di pagi hari rendah

9. Bagaimana kaitan dengan wudhu sehingga air masuk ke hidung?

- Malah membersihkan kotoran dari hidung

10. Dengan gejala seperti ini penyakit apa saja yang bisa memungkinkan?

- Rinitis alergi, rhinitis virus, polip hidung, infeksi hidung

3

Page 4: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

HIPOTESIS

Seseorang dengan bawaan genetik terkena alergen disebabkan oleh suhu, tungau, polusi,

jamur. Gejala yang muncul bisa rinitis alergi, rhinitis virus, polip hidung dan infeksi hidung.

Reaksi bersin dikarnakan terkena protein asing terjadi pembentukan Ig+ untuk perlawanan,

hidung punya antibodi makanya benda asing di keluarkan dengan cara bersin. Penderita pada

pertolongan pertama di beri anti histamin jika tidak di obati bisa terkena Polip hidung, otitis

media, sinusitis. Penyakit ini bisa di sembuhkan dengan cara menghindari faktor pencetusnya.

4

Page 5: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

SASARAN BELAJARLi 1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernapasan Atas

Lo 1.1 Memahami Dan Menjelaskan Makroskopis (Anatomi) Saluran Pernapasan Atas.

Lo 1.2 Memahami Dan Menjelaskan Mikroskopis (Histology) Saluran Pernapasan Atas.

Li 2. Memahami Dan Menjelaskan Mekanisme Pernapasan.

Li 3.Memahami Dan Menjelaskan Rhinitis Alergi.

Lo 3.1 Memahami Dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi.

Lo 3.2 Memahami Dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi.

Lo 3.3 Memahami Dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi.

Lo 3.4 Memahami Dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis Alergi.

Lo 3.5 Memahami Dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Rhinitis Alergi.

Lo 3.6 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi.

Lo 3.7 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Banding

Lo 3.8Memahami Dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi

Lo 3.9Memahami Dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis Alergi.

Li 4.Memahami Dan Menjelaskan Tatalaksana Rhinitis Alergi.

Li 5. Memahami Dan Menjelaskan Manfaat Berwudhu

5

Page 6: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Li 1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernapasan Atas

Lo 1.1 Memahami Dan Menjelaskan Makroskopis (Anatomi) Saluran Pernapasan

Atas.

Sistem pertukaran mengalami dua proses :

a) Terjadinya pertukaran gas (O2 dan CO2) pada paru – paru yang disebut sebagai

“Pernapasan Luar”

b) Sedangkan pertukaran gas (O2 dan CO2) dalam jaringan yang disebut sebagai

“Pernapasan Dalam”

Pada proses respirasi pernapasan luar waktu menarik napas disebut proses inspirasi, melalui

lubang hidung udara masuk membawa O2, ditarik ke dalam paru– paru dan waktu mengeluarkan

disebut proses ekspirasi, udara yang membawa CO2 didorong keluar paru– paru. Sistem saluran

napas atas terdiri atas hidung, faring dan laring. Selanjutnya trakea , bronkus dan paru – paru

dibagi menjadi sistem saluran napas bawah.

Hidung

Organ hidung merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran napas.

Dua buah nares anterior = apertura nasil anterior (lubang hidung)

Vestibulum nasi, bagian hidung tempat muara nares anterior pada mukosa hidung.

Terdapat cilia yang berfungsi sebagai saringan udara.

Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan cavum nasi, yaitu

mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior (choanae).Dilanjutkan kedaerah nasofaring.

Cavum nasi (rongga hidung) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Sekat antara kedua

rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mukosa disebut septum nasi.

Yang dibentuk oleh tulang – tulang :

Kartilago septi nasi

Os. Vomer

Lamina parpendicularis ethmoidalis

Dalam ilmu THT pemeriksaan hidung ada dua cara, yaitu memakai head lamp :

a) Rhinoscopy Anterior, melihat secara langsung cavum nasi serta isinya

b) Rhinoscopy Posterior, secara tidak langsung dari orofaring memakai kaca

6

Page 7: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Pada rhinoscopy anterior, dalam cavum nasi pada sisi lateral terdapat concha – concha nasalis

yang terbentuk dari tulang tipis dan ditutupi mukosa yang dapat mengeluarkan lendir. Ada tiga

buah concha nasalis :

Concha nasalis superior

Concha nasalis media

Concha nasalis inferior

Dan tiga buah saluran keluar cairan melalui hidung :

Meatus nasalis anterior (antara concha nasalis superior dan media)

Meatus nasalis media (antara concha nasalis media dan inferior)

Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)

Sinus – sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan Sinus Paranasal, antara lain :

Sinus sphenoidalis, mengeluarkan sekresinya melalui meatus superior

Sinus frontalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus media

Sinus maxillaris, mengeluarkan sekresinya ke meatus media

Sinus ethmoidalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus superior dan media

Bila terdapat infeksi pada sinus dinamakan dengan sinusitis.Yang sering terjadi pada

komplikasi penderita infeksi rongga hidung dan sakit gigi (rhinitis kronik), yaitu sinusitis

maxillaries.Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui duktus

nasolakrimalis, tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior.Pada nasofaring

terdapat hubungan antara hidung dengan rongga telinga melalui osteum pharyngeum tuba

auditiva austachii (o.p.t.a), torus tubarius.

7

Page 8: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Persarafan hidung

Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung:

1. Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensorik dari cabang nervus

opthalmicus (N. V 1)

2. Bagian lainnya termasuk mukosa hidung cavum nasi dipersarafi oleh ganglion

sfenopalatinum

3. Daerah nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion

pterygopalatinum

Nervus olfactorius (nervus I) memberikan sel – sel reseptor untuk penciuman yang terletak

pada sepertiga bagian atas depan mukosa hidung, septum nasi dan concha nasalis, masuk cavum

nasi melalui lamina cribosa os ethmoidalis. Serabut – serabut nervus olfactorius bukan untuk

mensarafi tapi hanya untuk fungsional penciuman.

Vaskularisasi hidung

Pendarahan hidung berasal dari cabang – cabang A. opthalmica dan A. maxillaris interna

1. Arteri ethmoidalis anterior dengan cabang – cabangnya sebagai berikut : a. nasalis

externa dan lateralis, a. septalis anterior

2. Arteri ethmoidalis posterior dengan cabang- cabangnya : a. nasalis posterior, lateral dan

septal, a. paltinus majus

3. Arteri sphenopalatinum cabang arteri maxillaris interna

Ketiga pembuluh darah tersebut pada mukusa hidung membentuk anyaman kapiler pembuluh

darah yang dinamakan Plexus Kisselbach.Plexus ini mudah pecah oleh trauma atau infeksi

sehingga menjadi sumber epitaxis (perdarahan hidung terutama pada anak).

Laring

Daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilage cricoid. Rangka laring

terbentuk oleh tulang dan tulang rawan ;

o Os. Hyoid (1 buah)

- Terbentuk dari jaringan tulang seperti besi telapak kuda

- Mempunyai dua buah cornu, yaitu cornu majus dan minus

- Dapat diraba pada batas antara batas atas leher dengan pertengahan dagu

- Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilage thyroid

8

Page 9: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

o Cartilago Thyroid (1 buah)

- Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang dikenal dengan prominen’s

laryngis atau Adam’s apple sehari – hari disebut jakun dan lebih jelas pada laki – laki

- Melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah dengan cartilago cricoid, ke belakang

dengan arytenoid

- Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid

- Mempunyai cornu superior dan inferior

- Pendarahan dari arteri thyroidea superior dan inferior

o Cartilago Arytenoid (2 buah)

- Terletak posterior dari lamina cartilago thyroid di atas dari cartilago cricoid

- Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilago cornuculata dan cuneiforme

- Kedua arytenoid dihubungkan oleh musculus arytenoideus transversus

o Epiglottis (1 buah)

- Tulang rawan berbentuk sendok

- Melekat di antara kedua cartilago arytenoid

- Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis

- Berhubungan dengan cartilago arytenoid melalui musculus aryepiglotica

- Pada waktu biasa epiglottis tebuka, tapi pada waktu menelan epiglottis menutup aditus

laryngis agar makanan tidak masuk ke larynx

o Cartilago Cricoid

- Batas bawah cartilago thyroid (daerah larynx)

- Berhungungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan musculus

cricothyroid medial lateral

- Batas bawah adalah cincin pertama trachea

- Berhubungan dengan cartilago arytenoid dengan otot musculus cricoarytenoideus

posterior dan lateral

9

Page 10: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 1.2 Memahami Dan Menjelaskan Mikroskopis (Histology) Saluran Pernapasan Atas.

Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan

homeostasis.Fungsi ini disebut sebagai respirasi.Sistem pernapasan dimulai dari rongga

hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan

karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah

utama:

1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus

dan bronkiolus terminalis

2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.

Saluran pernapasan, secara umum

Dibagi menjadi pars konduksi dan

Pars respirasi

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaituepitel bertingkat silindris

bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam

sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal,

dan sel granul kecil.

Epitel respiratorik,

Berupa epitel bertingkat

Silindris bersilia dengan

Sel goblet

10

Page 11: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis.Pada vestibulum di sekitar nares

terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung).Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel

respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh

septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing

dinding lateralnya.Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka

superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel

olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar

dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai

reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),  sel

basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman

menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses

neuron untuk membaui zat-zat.Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga

hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan

penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Epitel olfaktori, khas pada konka superior

Sinus paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,

semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung.Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel

respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang

11

Page 12: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

mengandung sedikitkelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.Aktivitas

silia mendorong mukus ke rongga hidung.

Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum

mole, sedangkan orofaring dilapisiepitel tipe skuamosa/gepeng.

Laring

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina

propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang

mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi.Epiglotis

merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan

laringeal.Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan

permukaan laringeal ditutupi olehepitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia.Di bawah epitel

terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen

laring: pasangan lipatan atas membentukpita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari

epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentukpita suara sejati yang

terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot

rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang

berbeda-beda.

Epitel epiglotis, pada pars lingual

Berupa epitel gepeng berlapis dan

Para pars laringeal berupa

Epitel respiratori

12

Page 13: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Li 2. Memahami Dan Menjelaskan MekanismePernapasan.

A. Mekanisme pernapasan berdasarkan antomi

Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior → vestibulum nasi →cavum

nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju → nares posterior (choanae) → masuk ke

nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) → daerah larynx →

trakea.masuk ke bronchus primer → bronchus sekunder → bronchiolus segmentalis (tersier) →

bronchiolus terminalis → melalui bronchiolus respiratorius → masuk ke organ paru → ductus

alveolaris → alveoli.pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu

keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra → ventrikel

sinistra → dipompakan melalui aorta ascendens → masuk sirkulasi sistemik → oksigen (O2) di

distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal,selanjutnya CO2

kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena → dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi

CO2 keluar bebas.

B. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya

Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot – otot ,inspirasi akan

meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari

normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi – 6

mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih

negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik

dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai keseimbangan kembali antara

daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif

dan udara mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses

pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada

awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai

peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.

Sistem respirasi secara fisiologis meliputi : pernafasan luar dan pernafasan dalam.

a. Pernafasan luar (eksternal) : pertukaran O2 – CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar.

b. Pernafasan dalam (internal) : respirasi sel didalam mitokondria intrasel, dimana

metabolisme ini membutuhkan O2 dari kapiler jaringan dan menyuplai metabolit CO2 ke

kapiler.

13

Page 14: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Proses pernafasan luar meliputi beberapa tahapan :

1. Ventilasi : pertukaran udara luar dengan alveol paru. Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.

2. Difusi : pertukaran O2 – CO2 antara udara alveol dengan kapiler paru.

- Fase gas : pertukaran gas antara udara luar dengan udara alveol. Semakin berat molekul gas,

semakin cepat proses difusinya. (O2> CO2)

- Fase membran : pertukaran O2 – CO2 antara alveol dengan darah dalam kapiler paru

melewati membran kapiler. Semakin tipis membran, semakin cepat difusinya.

- Fase cairan : pertukaran O2 – CO2 dalam sirkulasi darah dengan hemoglobin dalam eritrosit.

Semakin mudah larut, difusi semakin cepat. (CO2> O2 , karena daya larut CO2 24,3x > O2)

3. Perfusi : pengangkutan O2 dan CO2 oleh pembuluh darah paru ke kapiler jaringan atau

sebaliknya.

4. Pertukaran O2 – CO2 antara darah di kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan.

Pengaturan pernafasan

Tiga pusat pengaturan pernapasan normal yaitu:

1) Pusat Respirasi

Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.Pusat respirasi ini terdiri

atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.

2) Pusat Apneustik

Terletak pada pons bagian bawah.Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi.Pusat

apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-

paru.Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan, maka terjadi apneustik.

3) Pusat Pneumotaksis

Terletak pada pons bagian atas.Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik secara

periodik.Pada hiperpnea, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.

Aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan non-kimia.

penurunan PO2 , peningkatan PCO2 atau konsentrasi ion H darah akan meningkatkan aktivitas

pusat respirasi. Perubahan yang berlawanan mempunyai efek hambatan terhadap aktivitas

respirasi.

Secara non-kimia, pengaturan aktivitas pernapasan adalah melalui suhu tubuh dan aktivitas

fisik.Peningkatan suhu tubuh dapat meningkatkan aktivitas pernafasan.

14

Page 15: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Li 3.Memahami Dan Menjelaskan Rhinitis Alergi.

Lo 3.1 Memahami Dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi.

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yangatopi

yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu

mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.

Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya

cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen

yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE. (ARIA, 2001).

Lo 3.2 Memahami Dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi

Etiologi, faktor predisposisi dan pencetus

Reaksi imunologis berupa “Hipersensitivitas tipe 1” yang diperantarai oleh IgE.Reaksi ini

merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor pencetus.

Faktor predisposisi : genetik atau riwayat atopik keluarga sangat berperan dalam ekspresi rhinitis

alergi.

Faktor pencetus : Bermacam-macam, diantaranya adalah suhu dingin, debu, polusi udara, asap

rokok, aroma yang kuat atau merangsang, obat-obatan tertentu, gigitan serangga, toxin mikroba

dll.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,

serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat,

ikan dan udang.

• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan

lebah.

• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya

bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

15

Page 16: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.3 Memahami Dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi.

1. Lama berlangsung :

Intermitten : kadang-kadang. Gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.

Persisten : menetap. Gejala > 4 hari/minggu dan atau > 4 minggu.

2. Port d’entree (cara masuknya alergen) :

Inhalan : alergen yang masuk lewat inspirasi pernafasan. Co : tungau debu, spora fungi,

serbuk bunga, dll.

Ingestan : alergen yang masuk lewat saluran pencernaan. Co : ikan laut, udang, telur, dll.

Injektan : alergen yang masuk tubuh lewat suntikan atau tusukan. Co : obat-obatan (penisilin)

dan gigitan serangga.

Kontaktan : alergen yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa. Co :

kosmetik, logam, latex, dll.

3. Derajat penyakit :

Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, aktifitas harian, olahraga, belajar, bekerja

dll yang mengganggu.

Sedang/berat : bila didapati 1 / > gangguan terhadap aktifitas yang disebut diatas.

4. Respon :

Fase Cepat : langsung sejak terpapar alergen hingga 1 jam setelahnya. Gejala berupa

bersin-bersin, hidung tersumbat, dan rinore. Disebabkan oleh pengikatan mediator

inflamasi (terutama histamin) dengan reseptornya yang menyebabkan vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas kapiler, perangsangan serabut vidianus (ujung N.V) dan

kontraksi otot polos.

Fase Lambat : 4-8 jam setelah fase cepat. Gejala didominasi hidung tersumbat, hiposmia

dan post nasal drip. Disebabkan pelepasan VCAM (vascular cell adhesion molecule) oleh

sel endotel post-kapiler yang diaktivasi mediator fase cepat. Sehingga sel leukosit

(terutama eosinofil) berinfiltrasi dan memproduksi protein-protein eosinofilik yang

menyebabkan hidung hiperreaktif dan hiperresponsif.

16

Page 17: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.4 Memahami Dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis Alergi

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi

dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari proses sensitivitas dan

2 fase yaitu:

1.Immediate Phase Allergic Reactionatau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung

sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan

2.Late Phase Allergic Reactionatau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam

dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung

sampai24-48 jam.

Kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang

berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung.

Setelah diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan HLA

II membentuk kompleks peptoda MHC II yang dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC

akan melepas interleukin 1 yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi T helper 1 dan

T helper 2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5, IL 13. IL 4 dan IL

13 diikat reseptornya di permukaan limfosit B sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan

memproduksi Ig E. Ig E di sirkulasi darah masuk ke jaringan dan diikat reseptor Ig E di

permukaan sel mastosit atau basofil sehingga kedua sel ini aktif.

Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, kedua rantai Ig E mengikat

alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan terlepasnya mediator kimia

terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan prostaglandin, leukostrin D4, leukotrin C4,

bradikinin, PAF dan berbagai sitokin. Terjadilah reaksi alergi fase cepat.

Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal

pada hidung dan bersin-bersin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet

mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga rinore.

17

Page 18: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.5 Memahami Dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Rhinitis Alergi.

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.Sebetulnya

bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan

sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan

18

Page 19: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap

serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin

Disebut juga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004). Gejala lain ialah keluar

ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-

kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di

hidung, mata, telinga, faring atau laring.Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis

hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas

menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat

muncul kebiruan.Lubang hidung bengkak.Disertai dengan sekret mukoid atau cair.

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,

penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan

lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur (Harmadji, 1993).

Manifestasi Keterangan

Hidung gatal dan bersin-bersin >5x setiap

serangan

Histamin – reseptor di ujung saraf

vidianus (menggiatkan kerja

parasimpatis)

Rinore (ingus encer, jernih dan banyak)Vasodilatasi, pembesaran sel goblet dan

hipersekresi mukus

Mata terasa gatal, merah dan berair

(lakrimasi)

Efek inflamasi histamin pada konjungtiva

mata melalui duktus nasolakrimalis

Konka membengkak, berwarna

pucat/kebiruan

Peningkatan permeabilitas vaskuler -

proliferasi jar. ikat dan hiperplasia

mukosa, pembesaran ruang interseluler

dan penebalan membran basal.

Hidung tersumbatVasodilatasi sinusoid dan hipersekresi

mucus dan edema konka

19

Page 20: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.6 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi.

Ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008).Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).

b. Pemeriksaan fisik

Pada rinoskopi anterior terdapat mukosa, edema, basah, berwarna pucat atau livid dengan

sekret encer banyak.Jika gejala persisten, mukosa inferior tanpak hipertrofi. Gejala lain pada

anak yang spesifik yaitu ada bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena stasis vena

sekunder akibat obstruksi hidung. Disebut juga allergic shiner.Karena gatal, dengan punggung

tangan mengosok-gosok hidung. Disebut juga allergic salute. Keadaan menggosok hidung akan

mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagia sepertiga bawah yang disbut allergic crease.

Dinding posterior faring tanpak granuler dan edema (cobblestone appearance).Dinding lateral

faring menebal.Lidah seperti gambaran peta.

20

Page 21: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

allergic shiner

c. Pemeriksaan penunjang

1. In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi bisa normal atau meningkat.Lebih bermakna adalah

pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test).Pemeriksaan sitologi

hidung walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan

pelengkap.Jika basofil >5 sel/lap mungkin karena alergi makanan.Jika ditemukan sel PMN

menunjukkan adanya infeksi bakteri.

2. In vivo

Alergen penyebab bisa dicari dengan pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau

intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End point Titration/SET). SET dilakukan untuk

alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Keuntungan SET

adalah selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat

diketahui. Pada alergi makanan, uji kulit yang akhir ini banyak digunakan adalah intracutaneus

provocative dilutional food test (IPDFT), tapi sebagai baku emas bisa dilakukan diet eleminasi

dan Challenge test.

Alergen ingestan akan lenyap dalam 5 hari secara tuntas. Pada challenge test, makanan yang

dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya.

Pada diet eliminasi, jenis menu makanan dihilangkan, gejala juga menghilang.

21

Page 22: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.7 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Banding

-Common cold

-Rinitis medikamentosa

-Sinusitis

1. Rhinitis non alergi eosinofilik

Terjadi kebanyakan pada orang dewasa.Gejalanya bertahan lama,membran mukosapucat,

mungkin disertai polip hidung atau penyakit sinus

2. Rhinitis neutrofilik (menular)

Terjadi selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak.Terdapat keluhan rinore kronis

danpenyumbatan hidung,kebanyakan pada cuaca dingin

3. Rhinitis vasomotor

Menggambarkan suatu gangguan yang diduga akibat dari ketidak seimbangan system

pengendalian saraf otonom terhadap vaskularisasi mukosa dan kelenjer mukosa,

dimanagejalannya memberi kesan sebagai rhinitis alergika namun penyebab alerginya belum

dapatdiketahui

4. Mastositosis nasal primer

Timbul paling sering saat dewasa.

Pemeriksaan Laboratorium

a. Uji kulit cukit (Skin Prick Test). Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Pemeriksaan ini dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak-anak. Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik. Akan lebih ideal jika bisa dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point Titration Test bila fasilitas tersedia.

b. Kadar IgE spesifikPemeriksaan kadar IgE spesifik untuk suatu alergen tertentu dapat dilakukan secara invivo dengan uji kulit atau secara in vitro dengan metode RAST (Radio Allergosorbent Test),ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay), atau RAST enzim.Kelebihan metode RASTdibanding uji kulit adalah keamanan dan hasilnya tidak

22

Page 23: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

dipengaruhi oleh obat maupun kelainan kulit. Hasil RAST berkorelasi cukup baik dengan uji kulit dan uji provokasi, namun sensitivitas RAST lebih rendah.

c. IgE total serumPeningkatan kadar IgE serum sering didapatkan pada penyakit alergi sehingga seringkali dilakukan untuk menunjang diagnosis penyakit alergi.Pasien dengan dermatitis atopi memiliki kadar IgE tertinggi dan pasien asma memiliki kadar IgE yang lebih tinggi dibandingkan rhinitis alergi.Meskipun rerata kadar IgE total pasien alergi di populasi lebih tinggi dibandingkan pasien non-alergi, namun adanya tumpang tindih kadar IgE pada populasi alergi dan non-alergi menyebabkan nilai diagnostik IgE total rendah.Kadar IgE total didapatkan normal pada 50% pasien alergi, dan sebaliknya meningkat pada penyakit nonalergi (infeksi virus/jamur,imunodefisiensi, keganasan).

d. Hitung eosinophil dalam secretPeningkatan jumlah eosinofil dalam apusan secret hidung merupakan indikator yanglebih sensitive dibandingkan eosinofilia darah tepi, dan dapat membedakan rinitis alergi daririnitis akibat penyebab lain. Meskipun demikian tidak dapat menentukan alergen penyebab yangspesifik.Esinofilia nasal pada anak apabila ditemukan eosinofil lebih dari 4% dalam apusansekret hidung, sedangkan pada remaja dan dewasa bila lebih dari 10%.Eosinofilia sekret hidung juga dapat memperkirakan respons terapi dengan kortikosteroid hidung topikal.Hitung eosinofil juga dapat dilakukan pada sekret bronkus dan konjungtiva.

Pencitraan yang digunakan dalam diagnosis dan evaluasi rhinitis alergi adalah sebagai berikut:a. Radiografi: Bisa membantu untuk mengevaluasi kemungkinan kelainan

struktur atau untuk membantu mendeteksi komplikasi atau kondisi komorbiditas, seperti sinusitis atau hipertrofi adenoid

b. Computed tomography scanning: Bisa sangat membantu untuk mengevaluasi sinusitis akut atau kronis

c. Magnetic resonance imaging: Juga dapat membantu untuk mengevaluasi sinusitis

23

Page 24: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Lo 3.8 Memahami Dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi

a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel

inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel,

hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.

b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi

akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia

sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan

menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya

fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas

sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).

Lo 3.9 Memahami Dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis Alergi.

Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati.Pada beberapa kasus (khususnya pada

anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang

sensitif pada alergen.Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari

respon peradangan.Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.

Li 4.Memahami Dan Menjelaskan Farmako Rhinitis Alergi.

a. non-medikamentosa;

- Menghindari allergen

- Minum banyak cairan, guna membantu mengencerkan sekret hidung, sehingga lebih mudah

untuk dikeluarkan / dibuang.

- Untuk meringankan nyeri, dapat menggunakan asetaminofen / ibuprofen.

- Pada penderita riwayat alergi, dpaat diberikan antihistamin.

- Menghirup uap / kabut dari suatu vaporizer , karena dapat membantu mengencerkan sekret &

mengurangi sesak di dada

24

Page 25: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

- Mencuci dengan larutan garam isotonic, karena dapat membantu mengeluarkan sekret yang

kental.

- Batuk merupakan salah satu cara u/ mmbuang sekret & debris dari saluran nafas. Oleh itu,

sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu & menyebbkan

penderita susah tidur. Tapi jika batuknya hebat, boleh diberikan obat anti batuk.

b. medikamentosa

a. antihistamin

pake AH-1 ; bekerja sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. AH-1 merupakan

lini pertama yang sering dipakai pada rhinitis alergi.

AH terbagi 2, yaitu;

generasi 1

bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak & placenta.Co; difendhidramin,

klofeniramin, prometasin, siproheptadin & azelatin dapat diberikan secara topical (semprot).

generasi 2

bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Tidak memiliki efek seperti

generasi 1, non-sedatif & antiadrenergic.

AH secara oral diabsorbsi cepat untuk mengatasi gejala pada respon fase cepat, sprt; rhinorrhea,

bersin, gatal, tapi tidak efektif untuk mengatasi obstruksi hidung pada fase lambat.

Kelompok 1; astemisol & terfenadin menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung &

suddenly death.

Kelompok 2 ; loratadine, setirisin, fexofenadine, desloratadine, levosetirisine.

A) antihistamin

1. Antihistamin golongan I

Farmakodinamik

Mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin. Selain itu juga efektif untuk menghambat kerja histamine pada otot polos usus dan bronkus.

Golongan dan contoh obat:

Etanolamin : Karbinoksamin, Difenhidramin, Dimenhidrinat

Etilenediamin : Pirilamin, Tripelenamin

25

Page 26: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Piperazin : Hidroksizin, Siklizin, Meklizin

Alkilamin : Klorfeniramin, Bromfeniramin

Derivat Fenotiazin : Prometazin

Lain-Lain : Siproheptadin, Mebhidrolin Napadisilat

Farmakokinetik

Setelah pemberian oral atau parentral, antihistamin I diabsorbsi sangat baik.Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.Tempat utama biotransformasi AH I adalah hati, tetapi dapat juga di paru-paru dan ginjal. AH I diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

Indikasi

AH I berguna untuk pengobatan simtomatikberbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. AH I juga dapat mengobati alergi tipe eksudatifakut misalnya pada polinosis dan urtikaria. AH I dapat menghilangkan bersin, rinore, dan gatal pada mata, hidung, dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. AH I efektif terhadap alergi yang disebabkan debu, namun AH I tidak efektif pada rhinitis vasomotor.

Efek Samping

Pada dosis terapi semua AH I menimbulkan efek samping, yang paling sering adalah sedasi.Efek ini menguntungkan bagi pasien rawat inap atau pasien yang perlu banyak tidur.Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH I adalah vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia, dan tremor.Efek lain yang mungkin timbul adalah mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.

Intoksikasi Akut

Keracunan akut AH I terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai obat persediaan dalam rumah tangga.Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri.

Pada anak kecil efek intoksikasi yang dominan adalah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis, kejang, kemerahan di muka dan sering pula timbul demam yang akhirnya terjadi koma dan kolaps.

26

Page 27: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

2. Antihistamin golongan II

Antihistamin golongan II ini lebih banyak bekerja menghambat sekresi di lambung.

B) Dekongestan Oral dan Intranasal

Dekongestan oral dan intranasal (pseudoephedrine dan phenylephrine) digunakan untuk menyembuhkan kongesti nasal pada pasien alergi rhinitis.Efek samping obat ini biasanya terjadi pada obat oral, yaitu insomnia, sakit kepala, palpitasi apabila obat ini digunakan dalam jangka panjang.Obat ini tidak dapat diberikan pada pasien hipertensi, CHD.Obat ini tidak boleh diberikan lebih dari 5-10 hari karena bisa menyebabkan rhinitis medicamentosa.

o Indikasi AH1;

berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai penyakit alergi & mencegah/ mengobati

mabuk perjalanan.

Penyakit alergi. Dapat mengobati alergi type eksudatif akut, polinosis & urtikaria. Dapat

juga sbagai penghilang bersin, rhinorrhea, gatal hidung, mata, dan tenggorokan pada

pasien seasonal hay fever.

Mabuk perjalanan & keadaan lain. Efektif u/ 2/3 kasus vertigo, mual, muntah. Efektif u/

pasca bedah, antimuntah, mual munth wajtu hamil.

o Efek samping;

Sedasi, menguntungkan u/ pasien yang perlu banyak tidur.

Vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria,

gelisah, insomnia, dan tremor.

Mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala.

b. preparat simpatomimetik

gol. Agonis adrenergic α dipakai sbagai dekongestan hidung oral dengan / tanpa kombinasi

AH/ topical.Pemakaian topical hanya boleh bbrapa hari, karna dapat mnybbkan rhinitis

medikamentosa.

c. nasal dekongestan

dpt sbgai dekongestan, scara sistemik (oral) yakni, efedril, fenil propanolamin & pseudo-

efedrin & secara topical terutama berguna untuk rhinitis akut, karna tempat kerjanya yang lebih

slektif. Penggunaan secara topical lebih cepat dalam mengatasi penyumbatan hidung

27

Page 28: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

dibandingkan dengan pengguanaan sistemik.Indikasinya per-oral/ topical.untuk

fenilpropanolamin , onat ini harus hati-hati diberikan pada pasien dgn rwayat hipertensi &

hipertrofi prostat.

Pemberian dekongestan oral tidak dianjurkan u/ jangka panjang, karna mmiliki efek

stimulant SSP, jaid bias mnybbkan hipertensi, peny. Jantung coroner, hipertiroid.

d. Kortikosteroid

Merupakan obat antiinflamasi yang kuat.Pengguanaan sistemik engan cepat dapat mngatasi

inflamasi yg akut shngga dianjurkan u/ penggunaan jangka pendek, yakni gejala buntu hidung

yang berat.Jangka waktu kortikosteroid oral, 7-14hari dengan tapering off , tergntung dari respon

pngobatan. Bbrpa kortikosteroid intranasal yg dgnakan; beklometason, flutikasom, mometason &

triamisolon memiliki efektifitas & keamanan yg tdk berbeda.

Li 4. Memahami Dan Menjelaskan Manfaat Berwudhu

Dalil yang menjelaskan tentang berwudhu, Allah berfirman dalam surah Al Maa’idah

ayat 6 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah

mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan

kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan

atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak

memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan

tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak

membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS

Al Maa’idah [5]: 6)

1. Manfaat Wudlu

Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta

melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh,

fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan media

komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan. Begitu besar

fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan kelembaban.

28

Page 29: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut khususnya kelembaban kulit. Kalu

kulit sering kering akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan

bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang

tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Seperti kita

ketahui kulit merupakan tempat berkembangnya banya kuman dan flora normal, diantaranya

Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp

(penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat kuman Streptococcus pneumonia

(penyakit pneumoni paru), Neisseria sp, Hemophilus sp. Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh

kedua belah tangan setiap kali melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru

dikenal abad ke-20, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14 yang lalu.

2. Keutamaan Berkumur Berkumur-kumur

Dalam bersuci berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan

sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan ( dengan

berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman.

Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima kali sehari berarti tanpa kita sadari

dapat mencegah dari infeksi gigi dan mulut.

3. Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung

Melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk

mensucikan selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan juga kuman.Selama

ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan pertama pernapasan.

Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat

dicegah.

4. Pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki beserta telapak kaki

Untuk mencegah berbagai infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara kita.

29

Page 30: WRAP UP SK1 RESPI 1 Siap Printttttt (1)

Daftar Pustaka

1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC

2. Roland Leeson, C. 1996. Buku Ajar Histologi (Textbook of Histology). Edisi 5. Jakarta:

EGC

3. Raden, Inmar Dr. 2011. Bahan Kuliah Anatomi Kedokteran Sistem Respiratorius. Jakarta

4. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi 1. Jakarta: Graha Ilmu

5. Boies, Lawrence R and Adams, George L and Higler, Peter A. 1997. Buku Ajar Penyakit

THT BOIES. Edisi 6. Jakarta: EGC

6. http://gurahjakarta.blogdetik.com/

7. http://kr-cahelek.blogspot.com/2011/05/tata-cara-wudhu-menurut-al-quran-

dan.html

8. Biologi Jl. 3 Ed. 5 - Google Buku

9. Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC 2910.11. Ganong, WF, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 21 th ed , ab. M. Djauhari

Widjajakusumah, Jakarta, EGGC.

12. Guyton AC, Hall JE, 2008, Fisiologi Kedokteran edisi 11, ab. Setiawan dkk, jakarta,

EGC.

13. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/01/fisiologi-pernafasan.html14. http://blog.ilmukeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html 15. http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-saluran-pernafasan/16. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/5/Chapter%20I.pdf 17. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf 18. http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/allergic-rhinitis.pdf

30