Author
alyazafira
View
276
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
h
WRAP UP
Blok Respirasi Skenario 1
Pilek Pagi Hari
Kelompok B.16
Ketua : Wahyu Tanzil Furqon 1102012298
Sekretaris : Yuris Adi Prakoso 1102010304
Anggota : Marisa 1102013162
Pinka Anjani 1102013225
Putri Cantika Reveira 1102013230
Putri Pratiwi Merdekawati 1102013233
Qorry Welendri 1102013238
Yogi Saputra Annas 1102013310
Rinto Nugroho Putra Daya 1102010244
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI
TAHUN AJARAN 2013-2014
1
Scenario 1
PILEK PAGI HARI
Seorang pemuda usia 20 tahun,selalu bersin-bersin dipagi hari, keluar ingus encer, gatal
dihidung dan mata, terutama bila udara berdebu,diderita sejak 14 tahun.tidak ada pada
keluarganyayang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempunyai riwayat penyakit asma.
Pemuda tersebut sangat rajin sholat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungannya
memasukkan air wudhu ke dalam hidungnya di malam hari dengann penyakitnya? Kawannya
menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bias terjadi demikian, dan
apakah berbahaya apabila menderita seperti ini dalam waktu yang lama.
2
Kata sulit1. Asma : peradangan pada bronkus sehingga terjadi pembengkakan dan
penyempitan sehingga terjadi sesak nafas
2. Bersin : rangsangan yang menyebabkan refleks bersin yang biasanya karena ada
iritasi di saluran hidung
3. Ingus : mukus/sekret yang keluar dari hidung
Pertanyaan 1. Apa pertolongan pertama pada penderita?
- Minum anti histamin
2. Mengapa mata terasa gatal
- Karena kena protein asing terjadi pembentukan Ig+ untuk perlawanan
3. Kenapa ada refleks bersin dan keluar ingus?
- Hidung punya antibodi makanya benda asing di keluarkan dengan cara bersin
4. Apakah penyakit tersebut bisa di sembuhkan ?
- Bisa, dan menghindari faktor pencetusnya
5. Apakah penyakit ini berhubungan dengan genetik?
- iya ada hubungannya
6. komplikasi apa saja jika didiamkan?
- Polip hidung, otitis media, sinusitis
7. Faktor apa yang bisa menyebabkan selain udara debu?
- Suhu, tungau, polusi, jamur
8. Kenapa gejala terjadi pada pagi hari?
- Karena suhu di pagi hari rendah
9. Bagaimana kaitan dengan wudhu sehingga air masuk ke hidung?
- Malah membersihkan kotoran dari hidung
10. Dengan gejala seperti ini penyakit apa saja yang bisa memungkinkan?
- Rinitis alergi, rhinitis virus, polip hidung, infeksi hidung
3
HIPOTESIS
Seseorang dengan bawaan genetik terkena alergen disebabkan oleh suhu, tungau, polusi,
jamur. Gejala yang muncul bisa rinitis alergi, rhinitis virus, polip hidung dan infeksi hidung.
Reaksi bersin dikarnakan terkena protein asing terjadi pembentukan Ig+ untuk perlawanan,
hidung punya antibodi makanya benda asing di keluarkan dengan cara bersin. Penderita pada
pertolongan pertama di beri anti histamin jika tidak di obati bisa terkena Polip hidung, otitis
media, sinusitis. Penyakit ini bisa di sembuhkan dengan cara menghindari faktor pencetusnya.
4
SASARAN BELAJARLi 1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernapasan Atas
Lo 1.1 Memahami Dan Menjelaskan Makroskopis (Anatomi) Saluran Pernapasan Atas.
Lo 1.2 Memahami Dan Menjelaskan Mikroskopis (Histology) Saluran Pernapasan Atas.
Li 2. Memahami Dan Menjelaskan Mekanisme Pernapasan.
Li 3.Memahami Dan Menjelaskan Rhinitis Alergi.
Lo 3.1 Memahami Dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi.
Lo 3.2 Memahami Dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi.
Lo 3.3 Memahami Dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi.
Lo 3.4 Memahami Dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis Alergi.
Lo 3.5 Memahami Dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Rhinitis Alergi.
Lo 3.6 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi.
Lo 3.7 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Banding
Lo 3.8Memahami Dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi
Lo 3.9Memahami Dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis Alergi.
Li 4.Memahami Dan Menjelaskan Tatalaksana Rhinitis Alergi.
Li 5. Memahami Dan Menjelaskan Manfaat Berwudhu
5
Li 1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernapasan Atas
Lo 1.1 Memahami Dan Menjelaskan Makroskopis (Anatomi) Saluran Pernapasan
Atas.
Sistem pertukaran mengalami dua proses :
a) Terjadinya pertukaran gas (O2 dan CO2) pada paru – paru yang disebut sebagai
“Pernapasan Luar”
b) Sedangkan pertukaran gas (O2 dan CO2) dalam jaringan yang disebut sebagai
“Pernapasan Dalam”
Pada proses respirasi pernapasan luar waktu menarik napas disebut proses inspirasi, melalui
lubang hidung udara masuk membawa O2, ditarik ke dalam paru– paru dan waktu mengeluarkan
disebut proses ekspirasi, udara yang membawa CO2 didorong keluar paru– paru. Sistem saluran
napas atas terdiri atas hidung, faring dan laring. Selanjutnya trakea , bronkus dan paru – paru
dibagi menjadi sistem saluran napas bawah.
Hidung
Organ hidung merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran napas.
Dua buah nares anterior = apertura nasil anterior (lubang hidung)
Vestibulum nasi, bagian hidung tempat muara nares anterior pada mukosa hidung.
Terdapat cilia yang berfungsi sebagai saringan udara.
Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan cavum nasi, yaitu
mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior (choanae).Dilanjutkan kedaerah nasofaring.
Cavum nasi (rongga hidung) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Sekat antara kedua
rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mukosa disebut septum nasi.
Yang dibentuk oleh tulang – tulang :
Kartilago septi nasi
Os. Vomer
Lamina parpendicularis ethmoidalis
Dalam ilmu THT pemeriksaan hidung ada dua cara, yaitu memakai head lamp :
a) Rhinoscopy Anterior, melihat secara langsung cavum nasi serta isinya
b) Rhinoscopy Posterior, secara tidak langsung dari orofaring memakai kaca
6
Pada rhinoscopy anterior, dalam cavum nasi pada sisi lateral terdapat concha – concha nasalis
yang terbentuk dari tulang tipis dan ditutupi mukosa yang dapat mengeluarkan lendir. Ada tiga
buah concha nasalis :
Concha nasalis superior
Concha nasalis media
Concha nasalis inferior
Dan tiga buah saluran keluar cairan melalui hidung :
Meatus nasalis anterior (antara concha nasalis superior dan media)
Meatus nasalis media (antara concha nasalis media dan inferior)
Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)
Sinus – sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan Sinus Paranasal, antara lain :
Sinus sphenoidalis, mengeluarkan sekresinya melalui meatus superior
Sinus frontalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus media
Sinus maxillaris, mengeluarkan sekresinya ke meatus media
Sinus ethmoidalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus superior dan media
Bila terdapat infeksi pada sinus dinamakan dengan sinusitis.Yang sering terjadi pada
komplikasi penderita infeksi rongga hidung dan sakit gigi (rhinitis kronik), yaitu sinusitis
maxillaries.Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui duktus
nasolakrimalis, tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior.Pada nasofaring
terdapat hubungan antara hidung dengan rongga telinga melalui osteum pharyngeum tuba
auditiva austachii (o.p.t.a), torus tubarius.
7
Persarafan hidung
Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung:
1. Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensorik dari cabang nervus
opthalmicus (N. V 1)
2. Bagian lainnya termasuk mukosa hidung cavum nasi dipersarafi oleh ganglion
sfenopalatinum
3. Daerah nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion
pterygopalatinum
Nervus olfactorius (nervus I) memberikan sel – sel reseptor untuk penciuman yang terletak
pada sepertiga bagian atas depan mukosa hidung, septum nasi dan concha nasalis, masuk cavum
nasi melalui lamina cribosa os ethmoidalis. Serabut – serabut nervus olfactorius bukan untuk
mensarafi tapi hanya untuk fungsional penciuman.
Vaskularisasi hidung
Pendarahan hidung berasal dari cabang – cabang A. opthalmica dan A. maxillaris interna
1. Arteri ethmoidalis anterior dengan cabang – cabangnya sebagai berikut : a. nasalis
externa dan lateralis, a. septalis anterior
2. Arteri ethmoidalis posterior dengan cabang- cabangnya : a. nasalis posterior, lateral dan
septal, a. paltinus majus
3. Arteri sphenopalatinum cabang arteri maxillaris interna
Ketiga pembuluh darah tersebut pada mukusa hidung membentuk anyaman kapiler pembuluh
darah yang dinamakan Plexus Kisselbach.Plexus ini mudah pecah oleh trauma atau infeksi
sehingga menjadi sumber epitaxis (perdarahan hidung terutama pada anak).
Laring
Daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilage cricoid. Rangka laring
terbentuk oleh tulang dan tulang rawan ;
o Os. Hyoid (1 buah)
- Terbentuk dari jaringan tulang seperti besi telapak kuda
- Mempunyai dua buah cornu, yaitu cornu majus dan minus
- Dapat diraba pada batas antara batas atas leher dengan pertengahan dagu
- Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilage thyroid
8
o Cartilago Thyroid (1 buah)
- Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang dikenal dengan prominen’s
laryngis atau Adam’s apple sehari – hari disebut jakun dan lebih jelas pada laki – laki
- Melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah dengan cartilago cricoid, ke belakang
dengan arytenoid
- Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid
- Mempunyai cornu superior dan inferior
- Pendarahan dari arteri thyroidea superior dan inferior
o Cartilago Arytenoid (2 buah)
- Terletak posterior dari lamina cartilago thyroid di atas dari cartilago cricoid
- Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilago cornuculata dan cuneiforme
- Kedua arytenoid dihubungkan oleh musculus arytenoideus transversus
o Epiglottis (1 buah)
- Tulang rawan berbentuk sendok
- Melekat di antara kedua cartilago arytenoid
- Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis
- Berhubungan dengan cartilago arytenoid melalui musculus aryepiglotica
- Pada waktu biasa epiglottis tebuka, tapi pada waktu menelan epiglottis menutup aditus
laryngis agar makanan tidak masuk ke larynx
o Cartilago Cricoid
- Batas bawah cartilago thyroid (daerah larynx)
- Berhungungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan musculus
cricothyroid medial lateral
- Batas bawah adalah cincin pertama trachea
- Berhubungan dengan cartilago arytenoid dengan otot musculus cricoarytenoideus
posterior dan lateral
9
Lo 1.2 Memahami Dan Menjelaskan Mikroskopis (Histology) Saluran Pernapasan Atas.
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis.Fungsi ini disebut sebagai respirasi.Sistem pernapasan dimulai dari rongga
hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah
utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Saluran pernapasan, secara umum
Dibagi menjadi pars konduksi dan
Pars respirasi
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaituepitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam
sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal,
dan sel granul kecil.
Epitel respiratorik,
Berupa epitel bertingkat
Silindris bersilia dengan
Sel goblet
10
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis.Pada vestibulum di sekitar nares
terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung).Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel
respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh
septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing
dinding lateralnya.Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka
superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel
olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar
dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai
reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel
basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman
menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses
neuron untuk membaui zat-zat.Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga
hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
Epitel olfaktori, khas pada konka superior
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,
semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung.Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel
respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang
11
mengandung sedikitkelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.Aktivitas
silia mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum
mole, sedangkan orofaring dilapisiepitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina
propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang
mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi.Epiglotis
merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan
laringeal.Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi olehepitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia.Di bawah epitel
terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring: pasangan lipatan atas membentukpita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari
epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentukpita suara sejati yang
terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
Epitel epiglotis, pada pars lingual
Berupa epitel gepeng berlapis dan
Para pars laringeal berupa
Epitel respiratori
12
Li 2. Memahami Dan Menjelaskan MekanismePernapasan.
A. Mekanisme pernapasan berdasarkan antomi
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior → vestibulum nasi →cavum
nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju → nares posterior (choanae) → masuk ke
nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) → daerah larynx →
trakea.masuk ke bronchus primer → bronchus sekunder → bronchiolus segmentalis (tersier) →
bronchiolus terminalis → melalui bronchiolus respiratorius → masuk ke organ paru → ductus
alveolaris → alveoli.pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu
keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra → ventrikel
sinistra → dipompakan melalui aorta ascendens → masuk sirkulasi sistemik → oksigen (O2) di
distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal,selanjutnya CO2
kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena → dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi
CO2 keluar bebas.
B. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya
Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot – otot ,inspirasi akan
meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari
normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi – 6
mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih
negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik
dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai keseimbangan kembali antara
daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif
dan udara mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses
pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada
awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai
peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.
Sistem respirasi secara fisiologis meliputi : pernafasan luar dan pernafasan dalam.
a. Pernafasan luar (eksternal) : pertukaran O2 – CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar.
b. Pernafasan dalam (internal) : respirasi sel didalam mitokondria intrasel, dimana
metabolisme ini membutuhkan O2 dari kapiler jaringan dan menyuplai metabolit CO2 ke
kapiler.
13
Proses pernafasan luar meliputi beberapa tahapan :
1. Ventilasi : pertukaran udara luar dengan alveol paru. Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.
2. Difusi : pertukaran O2 – CO2 antara udara alveol dengan kapiler paru.
- Fase gas : pertukaran gas antara udara luar dengan udara alveol. Semakin berat molekul gas,
semakin cepat proses difusinya. (O2> CO2)
- Fase membran : pertukaran O2 – CO2 antara alveol dengan darah dalam kapiler paru
melewati membran kapiler. Semakin tipis membran, semakin cepat difusinya.
- Fase cairan : pertukaran O2 – CO2 dalam sirkulasi darah dengan hemoglobin dalam eritrosit.
Semakin mudah larut, difusi semakin cepat. (CO2> O2 , karena daya larut CO2 24,3x > O2)
3. Perfusi : pengangkutan O2 dan CO2 oleh pembuluh darah paru ke kapiler jaringan atau
sebaliknya.
4. Pertukaran O2 – CO2 antara darah di kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan.
Pengaturan pernafasan
Tiga pusat pengaturan pernapasan normal yaitu:
1) Pusat Respirasi
Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.Pusat respirasi ini terdiri
atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
2) Pusat Apneustik
Terletak pada pons bagian bawah.Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi.Pusat
apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-
paru.Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan, maka terjadi apneustik.
3) Pusat Pneumotaksis
Terletak pada pons bagian atas.Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik secara
periodik.Pada hiperpnea, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.
Aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan non-kimia.
penurunan PO2 , peningkatan PCO2 atau konsentrasi ion H darah akan meningkatkan aktivitas
pusat respirasi. Perubahan yang berlawanan mempunyai efek hambatan terhadap aktivitas
respirasi.
Secara non-kimia, pengaturan aktivitas pernapasan adalah melalui suhu tubuh dan aktivitas
fisik.Peningkatan suhu tubuh dapat meningkatkan aktivitas pernafasan.
14
Li 3.Memahami Dan Menjelaskan Rhinitis Alergi.
Lo 3.1 Memahami Dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi.
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yangatopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya
cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen
yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE. (ARIA, 2001).
Lo 3.2 Memahami Dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi
Etiologi, faktor predisposisi dan pencetus
Reaksi imunologis berupa “Hipersensitivitas tipe 1” yang diperantarai oleh IgE.Reaksi ini
merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor pencetus.
Faktor predisposisi : genetik atau riwayat atopik keluarga sangat berperan dalam ekspresi rhinitis
alergi.
Faktor pencetus : Bermacam-macam, diantaranya adalah suhu dingin, debu, polusi udara, asap
rokok, aroma yang kuat atau merangsang, obat-obatan tertentu, gigitan serangga, toxin mikroba
dll.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,
serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat,
ikan dan udang.
• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan
lebah.
• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).
15
Lo 3.3 Memahami Dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi.
1. Lama berlangsung :
Intermitten : kadang-kadang. Gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.
Persisten : menetap. Gejala > 4 hari/minggu dan atau > 4 minggu.
2. Port d’entree (cara masuknya alergen) :
Inhalan : alergen yang masuk lewat inspirasi pernafasan. Co : tungau debu, spora fungi,
serbuk bunga, dll.
Ingestan : alergen yang masuk lewat saluran pencernaan. Co : ikan laut, udang, telur, dll.
Injektan : alergen yang masuk tubuh lewat suntikan atau tusukan. Co : obat-obatan (penisilin)
dan gigitan serangga.
Kontaktan : alergen yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa. Co :
kosmetik, logam, latex, dll.
3. Derajat penyakit :
Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, aktifitas harian, olahraga, belajar, bekerja
dll yang mengganggu.
Sedang/berat : bila didapati 1 / > gangguan terhadap aktifitas yang disebut diatas.
4. Respon :
Fase Cepat : langsung sejak terpapar alergen hingga 1 jam setelahnya. Gejala berupa
bersin-bersin, hidung tersumbat, dan rinore. Disebabkan oleh pengikatan mediator
inflamasi (terutama histamin) dengan reseptornya yang menyebabkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler, perangsangan serabut vidianus (ujung N.V) dan
kontraksi otot polos.
Fase Lambat : 4-8 jam setelah fase cepat. Gejala didominasi hidung tersumbat, hiposmia
dan post nasal drip. Disebabkan pelepasan VCAM (vascular cell adhesion molecule) oleh
sel endotel post-kapiler yang diaktivasi mediator fase cepat. Sehingga sel leukosit
(terutama eosinofil) berinfiltrasi dan memproduksi protein-protein eosinofilik yang
menyebabkan hidung hiperreaktif dan hiperresponsif.
16
Lo 3.4 Memahami Dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari proses sensitivitas dan
2 fase yaitu:
1.Immediate Phase Allergic Reactionatau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung
sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan
2.Late Phase Allergic Reactionatau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam
dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
sampai24-48 jam.
Kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang
berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung.
Setelah diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan HLA
II membentuk kompleks peptoda MHC II yang dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC
akan melepas interleukin 1 yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi T helper 1 dan
T helper 2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5, IL 13. IL 4 dan IL
13 diikat reseptornya di permukaan limfosit B sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi Ig E. Ig E di sirkulasi darah masuk ke jaringan dan diikat reseptor Ig E di
permukaan sel mastosit atau basofil sehingga kedua sel ini aktif.
Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, kedua rantai Ig E mengikat
alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan terlepasnya mediator kimia
terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan prostaglandin, leukostrin D4, leukotrin C4,
bradikinin, PAF dan berbagai sitokin. Terjadilah reaksi alergi fase cepat.
Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal
pada hidung dan bersin-bersin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet
mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga rinore.
17
Lo 3.5 Memahami Dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Rhinitis Alergi.
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.Sebetulnya
bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan
sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan
18
sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap
serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin
Disebut juga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004). Gejala lain ialah keluar
ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-
kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di
hidung, mata, telinga, faring atau laring.Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis
hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas
menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat
muncul kebiruan.Lubang hidung bengkak.Disertai dengan sekret mukoid atau cair.
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,
penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan
lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur (Harmadji, 1993).
Manifestasi Keterangan
Hidung gatal dan bersin-bersin >5x setiap
serangan
Histamin – reseptor di ujung saraf
vidianus (menggiatkan kerja
parasimpatis)
Rinore (ingus encer, jernih dan banyak)Vasodilatasi, pembesaran sel goblet dan
hipersekresi mukus
Mata terasa gatal, merah dan berair
(lakrimasi)
Efek inflamasi histamin pada konjungtiva
mata melalui duktus nasolakrimalis
Konka membengkak, berwarna
pucat/kebiruan
Peningkatan permeabilitas vaskuler -
proliferasi jar. ikat dan hiperplasia
mukosa, pembesaran ruang interseluler
dan penebalan membran basal.
Hidung tersumbatVasodilatasi sinusoid dan hipersekresi
mucus dan edema konka
19
Lo 3.6 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi.
Ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008).Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).
b. Pemeriksaan fisik
Pada rinoskopi anterior terdapat mukosa, edema, basah, berwarna pucat atau livid dengan
sekret encer banyak.Jika gejala persisten, mukosa inferior tanpak hipertrofi. Gejala lain pada
anak yang spesifik yaitu ada bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung. Disebut juga allergic shiner.Karena gatal, dengan punggung
tangan mengosok-gosok hidung. Disebut juga allergic salute. Keadaan menggosok hidung akan
mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagia sepertiga bawah yang disbut allergic crease.
Dinding posterior faring tanpak granuler dan edema (cobblestone appearance).Dinding lateral
faring menebal.Lidah seperti gambaran peta.
20
allergic shiner
c. Pemeriksaan penunjang
1. In vitro
Hitung eosinofil dalam darah tepi bisa normal atau meningkat.Lebih bermakna adalah
pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test).Pemeriksaan sitologi
hidung walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan
pelengkap.Jika basofil >5 sel/lap mungkin karena alergi makanan.Jika ditemukan sel PMN
menunjukkan adanya infeksi bakteri.
2. In vivo
Alergen penyebab bisa dicari dengan pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End point Titration/SET). SET dilakukan untuk
alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Keuntungan SET
adalah selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat
diketahui. Pada alergi makanan, uji kulit yang akhir ini banyak digunakan adalah intracutaneus
provocative dilutional food test (IPDFT), tapi sebagai baku emas bisa dilakukan diet eleminasi
dan Challenge test.
Alergen ingestan akan lenyap dalam 5 hari secara tuntas. Pada challenge test, makanan yang
dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya.
Pada diet eliminasi, jenis menu makanan dihilangkan, gejala juga menghilang.
21
Lo 3.7 Memahami Dan Menjelaskan Diagnosis Banding
-Common cold
-Rinitis medikamentosa
-Sinusitis
1. Rhinitis non alergi eosinofilik
Terjadi kebanyakan pada orang dewasa.Gejalanya bertahan lama,membran mukosapucat,
mungkin disertai polip hidung atau penyakit sinus
2. Rhinitis neutrofilik (menular)
Terjadi selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak.Terdapat keluhan rinore kronis
danpenyumbatan hidung,kebanyakan pada cuaca dingin
3. Rhinitis vasomotor
Menggambarkan suatu gangguan yang diduga akibat dari ketidak seimbangan system
pengendalian saraf otonom terhadap vaskularisasi mukosa dan kelenjer mukosa,
dimanagejalannya memberi kesan sebagai rhinitis alergika namun penyebab alerginya belum
dapatdiketahui
4. Mastositosis nasal primer
Timbul paling sering saat dewasa.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Uji kulit cukit (Skin Prick Test). Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Pemeriksaan ini dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak-anak. Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik. Akan lebih ideal jika bisa dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point Titration Test bila fasilitas tersedia.
b. Kadar IgE spesifikPemeriksaan kadar IgE spesifik untuk suatu alergen tertentu dapat dilakukan secara invivo dengan uji kulit atau secara in vitro dengan metode RAST (Radio Allergosorbent Test),ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay), atau RAST enzim.Kelebihan metode RASTdibanding uji kulit adalah keamanan dan hasilnya tidak
22
dipengaruhi oleh obat maupun kelainan kulit. Hasil RAST berkorelasi cukup baik dengan uji kulit dan uji provokasi, namun sensitivitas RAST lebih rendah.
c. IgE total serumPeningkatan kadar IgE serum sering didapatkan pada penyakit alergi sehingga seringkali dilakukan untuk menunjang diagnosis penyakit alergi.Pasien dengan dermatitis atopi memiliki kadar IgE tertinggi dan pasien asma memiliki kadar IgE yang lebih tinggi dibandingkan rhinitis alergi.Meskipun rerata kadar IgE total pasien alergi di populasi lebih tinggi dibandingkan pasien non-alergi, namun adanya tumpang tindih kadar IgE pada populasi alergi dan non-alergi menyebabkan nilai diagnostik IgE total rendah.Kadar IgE total didapatkan normal pada 50% pasien alergi, dan sebaliknya meningkat pada penyakit nonalergi (infeksi virus/jamur,imunodefisiensi, keganasan).
d. Hitung eosinophil dalam secretPeningkatan jumlah eosinofil dalam apusan secret hidung merupakan indikator yanglebih sensitive dibandingkan eosinofilia darah tepi, dan dapat membedakan rinitis alergi daririnitis akibat penyebab lain. Meskipun demikian tidak dapat menentukan alergen penyebab yangspesifik.Esinofilia nasal pada anak apabila ditemukan eosinofil lebih dari 4% dalam apusansekret hidung, sedangkan pada remaja dan dewasa bila lebih dari 10%.Eosinofilia sekret hidung juga dapat memperkirakan respons terapi dengan kortikosteroid hidung topikal.Hitung eosinofil juga dapat dilakukan pada sekret bronkus dan konjungtiva.
Pencitraan yang digunakan dalam diagnosis dan evaluasi rhinitis alergi adalah sebagai berikut:a. Radiografi: Bisa membantu untuk mengevaluasi kemungkinan kelainan
struktur atau untuk membantu mendeteksi komplikasi atau kondisi komorbiditas, seperti sinusitis atau hipertrofi adenoid
b. Computed tomography scanning: Bisa sangat membantu untuk mengevaluasi sinusitis akut atau kronis
c. Magnetic resonance imaging: Juga dapat membantu untuk mengevaluasi sinusitis
23
Lo 3.8 Memahami Dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi
a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel
inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel,
hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.
b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi
akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia
sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan
menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya
fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas
sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).
Lo 3.9 Memahami Dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis Alergi.
Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati.Pada beberapa kasus (khususnya pada
anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang
sensitif pada alergen.Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari
respon peradangan.Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.
Li 4.Memahami Dan Menjelaskan Farmako Rhinitis Alergi.
a. non-medikamentosa;
- Menghindari allergen
- Minum banyak cairan, guna membantu mengencerkan sekret hidung, sehingga lebih mudah
untuk dikeluarkan / dibuang.
- Untuk meringankan nyeri, dapat menggunakan asetaminofen / ibuprofen.
- Pada penderita riwayat alergi, dpaat diberikan antihistamin.
- Menghirup uap / kabut dari suatu vaporizer , karena dapat membantu mengencerkan sekret &
mengurangi sesak di dada
24
- Mencuci dengan larutan garam isotonic, karena dapat membantu mengeluarkan sekret yang
kental.
- Batuk merupakan salah satu cara u/ mmbuang sekret & debris dari saluran nafas. Oleh itu,
sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu & menyebbkan
penderita susah tidur. Tapi jika batuknya hebat, boleh diberikan obat anti batuk.
b. medikamentosa
a. antihistamin
pake AH-1 ; bekerja sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. AH-1 merupakan
lini pertama yang sering dipakai pada rhinitis alergi.
AH terbagi 2, yaitu;
generasi 1
bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak & placenta.Co; difendhidramin,
klofeniramin, prometasin, siproheptadin & azelatin dapat diberikan secara topical (semprot).
generasi 2
bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Tidak memiliki efek seperti
generasi 1, non-sedatif & antiadrenergic.
AH secara oral diabsorbsi cepat untuk mengatasi gejala pada respon fase cepat, sprt; rhinorrhea,
bersin, gatal, tapi tidak efektif untuk mengatasi obstruksi hidung pada fase lambat.
Kelompok 1; astemisol & terfenadin menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung &
suddenly death.
Kelompok 2 ; loratadine, setirisin, fexofenadine, desloratadine, levosetirisine.
A) antihistamin
1. Antihistamin golongan I
Farmakodinamik
Mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin. Selain itu juga efektif untuk menghambat kerja histamine pada otot polos usus dan bronkus.
Golongan dan contoh obat:
Etanolamin : Karbinoksamin, Difenhidramin, Dimenhidrinat
Etilenediamin : Pirilamin, Tripelenamin
25
Piperazin : Hidroksizin, Siklizin, Meklizin
Alkilamin : Klorfeniramin, Bromfeniramin
Derivat Fenotiazin : Prometazin
Lain-Lain : Siproheptadin, Mebhidrolin Napadisilat
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau parentral, antihistamin I diabsorbsi sangat baik.Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.Tempat utama biotransformasi AH I adalah hati, tetapi dapat juga di paru-paru dan ginjal. AH I diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
Indikasi
AH I berguna untuk pengobatan simtomatikberbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. AH I juga dapat mengobati alergi tipe eksudatifakut misalnya pada polinosis dan urtikaria. AH I dapat menghilangkan bersin, rinore, dan gatal pada mata, hidung, dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. AH I efektif terhadap alergi yang disebabkan debu, namun AH I tidak efektif pada rhinitis vasomotor.
Efek Samping
Pada dosis terapi semua AH I menimbulkan efek samping, yang paling sering adalah sedasi.Efek ini menguntungkan bagi pasien rawat inap atau pasien yang perlu banyak tidur.Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH I adalah vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia, dan tremor.Efek lain yang mungkin timbul adalah mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.
Intoksikasi Akut
Keracunan akut AH I terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai obat persediaan dalam rumah tangga.Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri.
Pada anak kecil efek intoksikasi yang dominan adalah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis, kejang, kemerahan di muka dan sering pula timbul demam yang akhirnya terjadi koma dan kolaps.
26
2. Antihistamin golongan II
Antihistamin golongan II ini lebih banyak bekerja menghambat sekresi di lambung.
B) Dekongestan Oral dan Intranasal
Dekongestan oral dan intranasal (pseudoephedrine dan phenylephrine) digunakan untuk menyembuhkan kongesti nasal pada pasien alergi rhinitis.Efek samping obat ini biasanya terjadi pada obat oral, yaitu insomnia, sakit kepala, palpitasi apabila obat ini digunakan dalam jangka panjang.Obat ini tidak dapat diberikan pada pasien hipertensi, CHD.Obat ini tidak boleh diberikan lebih dari 5-10 hari karena bisa menyebabkan rhinitis medicamentosa.
o Indikasi AH1;
berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai penyakit alergi & mencegah/ mengobati
mabuk perjalanan.
Penyakit alergi. Dapat mengobati alergi type eksudatif akut, polinosis & urtikaria. Dapat
juga sbagai penghilang bersin, rhinorrhea, gatal hidung, mata, dan tenggorokan pada
pasien seasonal hay fever.
Mabuk perjalanan & keadaan lain. Efektif u/ 2/3 kasus vertigo, mual, muntah. Efektif u/
pasca bedah, antimuntah, mual munth wajtu hamil.
o Efek samping;
Sedasi, menguntungkan u/ pasien yang perlu banyak tidur.
Vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria,
gelisah, insomnia, dan tremor.
Mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala.
b. preparat simpatomimetik
gol. Agonis adrenergic α dipakai sbagai dekongestan hidung oral dengan / tanpa kombinasi
AH/ topical.Pemakaian topical hanya boleh bbrapa hari, karna dapat mnybbkan rhinitis
medikamentosa.
c. nasal dekongestan
dpt sbgai dekongestan, scara sistemik (oral) yakni, efedril, fenil propanolamin & pseudo-
efedrin & secara topical terutama berguna untuk rhinitis akut, karna tempat kerjanya yang lebih
slektif. Penggunaan secara topical lebih cepat dalam mengatasi penyumbatan hidung
27
dibandingkan dengan pengguanaan sistemik.Indikasinya per-oral/ topical.untuk
fenilpropanolamin , onat ini harus hati-hati diberikan pada pasien dgn rwayat hipertensi &
hipertrofi prostat.
Pemberian dekongestan oral tidak dianjurkan u/ jangka panjang, karna mmiliki efek
stimulant SSP, jaid bias mnybbkan hipertensi, peny. Jantung coroner, hipertiroid.
d. Kortikosteroid
Merupakan obat antiinflamasi yang kuat.Pengguanaan sistemik engan cepat dapat mngatasi
inflamasi yg akut shngga dianjurkan u/ penggunaan jangka pendek, yakni gejala buntu hidung
yang berat.Jangka waktu kortikosteroid oral, 7-14hari dengan tapering off , tergntung dari respon
pngobatan. Bbrpa kortikosteroid intranasal yg dgnakan; beklometason, flutikasom, mometason &
triamisolon memiliki efektifitas & keamanan yg tdk berbeda.
Li 4. Memahami Dan Menjelaskan Manfaat Berwudhu
Dalil yang menjelaskan tentang berwudhu, Allah berfirman dalam surah Al Maa’idah
ayat 6 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS
Al Maa’idah [5]: 6)
1. Manfaat Wudlu
Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta
melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh,
fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan media
komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan. Begitu besar
fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan kelembaban.
28
Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut khususnya kelembaban kulit. Kalu
kulit sering kering akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan
bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang
tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Seperti kita
ketahui kulit merupakan tempat berkembangnya banya kuman dan flora normal, diantaranya
Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp
(penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat kuman Streptococcus pneumonia
(penyakit pneumoni paru), Neisseria sp, Hemophilus sp. Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh
kedua belah tangan setiap kali melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru
dikenal abad ke-20, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14 yang lalu.
2. Keutamaan Berkumur Berkumur-kumur
Dalam bersuci berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan
sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan ( dengan
berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman.
Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima kali sehari berarti tanpa kita sadari
dapat mencegah dari infeksi gigi dan mulut.
3. Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung
Melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk
mensucikan selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan juga kuman.Selama
ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan pertama pernapasan.
Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat
dicegah.
4. Pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki beserta telapak kaki
Untuk mencegah berbagai infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara kita.
29
Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC
2. Roland Leeson, C. 1996. Buku Ajar Histologi (Textbook of Histology). Edisi 5. Jakarta:
EGC
3. Raden, Inmar Dr. 2011. Bahan Kuliah Anatomi Kedokteran Sistem Respiratorius. Jakarta
4. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi 1. Jakarta: Graha Ilmu
5. Boies, Lawrence R and Adams, George L and Higler, Peter A. 1997. Buku Ajar Penyakit
THT BOIES. Edisi 6. Jakarta: EGC
6. http://gurahjakarta.blogdetik.com/
7. http://kr-cahelek.blogspot.com/2011/05/tata-cara-wudhu-menurut-al-quran-
dan.html
8. Biologi Jl. 3 Ed. 5 - Google Buku
9. Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC 2910.11. Ganong, WF, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 21 th ed , ab. M. Djauhari
Widjajakusumah, Jakarta, EGGC.
12. Guyton AC, Hall JE, 2008, Fisiologi Kedokteran edisi 11, ab. Setiawan dkk, jakarta,
EGC.
13. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/01/fisiologi-pernafasan.html14. http://blog.ilmukeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html 15. http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-saluran-pernafasan/16. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/5/Chapter%20I.pdf 17. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf 18. http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/allergic-rhinitis.pdf
30