Wrap Up Mencret Berkepanjangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

e

Citation preview

MENCRET BERKEPANJANGANSeorang laki-laki, 25 tahun, mengeluh diare yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering demam, sariawan, tidak nafsu makan dan berat badan menurun 10 kg dalam waktu 3 bulan terakhir. Dari riwayatnya dikatakan pasien sering melakukan hubungan seksual secara bebas.Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering dan terdapat bercak-bercak putih. Pemeriksaan laboratorium darah rutin LED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada pemeriksaan screening antibodi HIV didapatkan hasil (+) kemudian dokter menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah limfositT CD4 dan CD8.Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter menganjurkan pasien untuk datang ke dokter lain dengan alasan yang tidak jelas.

SASARAN BELAJARLI.1. Memahami dan Menjelaskan Defisiensi Imun LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Etiologi defisiensi imunLO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi defisiensi imunLO.1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi dan contoh penyakit defisiensi imunLO.1.4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan LabLI.2. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Akibat Terinfeksi Virus HIVLO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi infeksi HIV LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi infeksi HIVLO.2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi infeksi HIVLO.2.4. Memahami dan Menjelaskan Etiologi infeksi HIVLO.2.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi infeksi HIVLO.2.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinis infeksi HIVLO.2.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis infeksi HIVLO.2.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi infeksi HIV LO.2.9. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan infeksi HIV LO.2.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis infeksi HIVLO.2.11. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan screening untuk diagnosis infeksi HIVLO.2.12. Pencegahan dan tindakan preventif infeksi HIV LI.3. Memahami dan Menjelaskan Dilema Etik Kasus HIVLO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah dasar bioetikLO.3.2. Memahami dan Menjelaskan UUD yang berhubungan kasus HIVLI.4. Memahami dan Menjelaskan Hukum dan Etika Islam Terkait dengan Penderita HIV

LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Defisiensi ImunLO. 1.1 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Defisiensi ImunPenyebab defisiensi imun sangat beragam dan penelitian berbasis genetik berhasil mengidentifikasi lebih dari 100 jenis defisiensi imun primer dan pola menurunnya terkait pada X-linked recessive, resesif autosomal, atau dominan autosomal.Penyebab Defsiensi Imun

Defek GenetikDefek gen-tunggal yang diekspresikan di banyak jaringan (misal ataksia-teleangiektasia, defsiensi deaminase adenosin)Defek gen tunggal khusus pada sistem imun ( misal defek tirosin kinase pada X-linked agammaglobulinemia; abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel T) Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik (misal common variable immunodeficiency)

Obata tau ToksinImunosupresan (kortikosteroid, siklosporin) Antikonvulsan (fenitoin)

Penyakit Nutrisi dan MetabolikMalnutrisi (misal kwashiorkor) Protein losing enteropathy (misal limfangiektasia intestinal)Defisiensi vitamin (misal biotin, atau transkobalamin II)Defisiensi mineral (misal Seng pada Enteropati Akrodermatitis)

Kelainan KromosomAnomali DiGeorge (delesi 22q11)Defisiensi IgA selektif (trisomi 18)

InfeksiImunodefisiensi transien (pada campak dan varicella) Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV, infeksi rubella kongenital)

LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Defisiensi Imun Defisit kekebalan humoral (antibodi) mengganggu pertahanan melawan bakteri virulen, banyak bakteri seperti ini yang berkapsul dan merangsang pembentukan nanah Host yang mengalami gangguan fungsi antibodi mudah menderita infeksi berulang di gusi, telinga bagian tengah, selaput otak, sinus paranasal dan struktur bronkopulmonal Pemeriksaan imunoglobulin serum dengan alat nefelometri, sekarang telah banyak digunakan untuk mengukur kadar IgG, IgA, IgM dan IgD pada serum manusia Imunodefisiensi humoral mencolok pada beberapa penyakit keganasan: mieloma multiple, leukemia limfositik kronik, dan perlu mendapat perhatian bila sel tumor menginfiltrasi struktur limforetikuler Fungsi sel T yang tidak sempurna, pada banyak penyakit, juga sebagai defek primer atau disebabkan oleh beberapa gangguan seperti: AIDS, sarkoidosis, penyakit Hodgkins, neoplasma non-Hodgkins dan uremia Fungsi sel T yang gagal terjadi bila timus gagal berkembang (sindrom DiGeorge) diperbaiki dengan transplantasi jaringan timus fetus Perhatian yang serius terhadap setiap orang yang menderita defisiensi sel T yang jelas adalah pd ketidakmampuanya untuk membersihkan sel-sel asing termasuk leukosit viabel dari darah lengkap yang ditransfusikan

LO.1.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi dan Contoh Penyakit Defisiensi Imun1. Defisiensi Imun Non-Spesifika) KomplemenDapat berakibat meningkatnya insiden infeksi dan penyakit autoimun (SLE), defisiensi ini secara genetik. KongenitalMenimbulkan infeksi berulang /penyakit kompleks imun (SLE dan glomerulonefritis). FisiologikDitemukan pada neonatus disebabkan kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah. DidapatDisebabkan oleh depresi sintesis (sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori)b) Interferon dan lisozim Interferon kongenitalMenimbulkan infeksi mononukleosis fatal Interferon dan lisozim didapatPada malnutrisi protein/kaloric) Sel NK KongenitalPada penderita osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit), kadar IgG, IgA, dan kekerapan autoantibodi meningkat. DidapatAkibat imunosupresi atau radiasi.

d) Defisiensi sistem fagositMenyebabkan infeksi berulang, kerentanan terhadap infeksi piogenik berhubungan langsung dengan jumlah neutrofil yang menurun, resiko meningkat apabila jumlah fagosit turun < 500/mm3. Defek ini juga mengenai sel PMN. KuantitatifTerjadi neutropenia/granulositopenia yang disebabkan oleh menurunnya produksi atau meningkatnya destruksi. Penurunan produksi diakibatkan pemberian depresan (kemoterapi pada kanker, leukimia) dan kondisi genetik (defek perkembangan sel hematopioetik). Peningkatan destruksi merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu (kuinidin, oksasilin). KualitatifMengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, fagositosis, dan membunuh mikroba intrasel. Chronic Granulomatous Disease (infeksi rekuren mikroba gram dan +) Defisiensi G6PD (menyebabkan anemia hemolitik) Defisiensi Mieloperoksidase (menganggu kemampuan membunuh benda asing) Chediak-Higashi Syndrome (abnormalitas lisosom sehingga tidak mampu melepas isinya, penderita meninggal pada usai anak) Job Syndrome (pilek berulang, abses staphylococcus, eksim kronis, dan otitis media. Kadar IgE serum sangat tinggi dan ditemukan eosinofilia). Lazy Leucocyte Syndrome (merupakan kerentanan infeksi mikroba berat. Jumlah neutrofil menurun, respon kemotaksis dan inflamasi terganggu) Adhesi Leukosit (defek adhesi endotel, kemotaksis dan fagositsosis buruk, efeks sitotoksik neutrofil, sel NK, sel T terganggu. Ditandai infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka).

2. Defisiensi Imun Spesifik

a. Kongential/primer (sangat jarang terjadi) Sel BDefisiensi sel B ditandai dengan penyakit rekuren (bakteri)1. X-linked hypogamaglobulinemia1. Hipogamaglobulinemia sementara1. Common variable hypogammaglobulinemia1. Disgamaglobulinemia Sel TDefisensi sel T ditandai dengan infeksi virus, jamur, dan protozoa yang rekuren1. Sindrom DiGeorge (aplasi timus kongenital)1. Kandidiasis mukokutan kronik

Kombinasi sel T dan sel B1. Severe combined immunodeficiency disease2. Sindrom nezelof3. Sindrom wiskott-aldrich4. Ataksia telangiektasi5. Defisiensi adenosin deaminase

b. Fisiologik KehamilanDefisiensi imun seluler dapat ditemukan pada kehamilan.Hal ini karena peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yang dibentuk trofoblast. Wanita hamil memproduksi Ig yang meningkat atas pengaruh estrogen Usia tahun pertamaSistem imun pada anak usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Usia lanjutGolongan usia lanjut sering mendapat infeksi karena terjadi atrofi timus dengan fungsi yang menurun.c. Defisiensi imun didapat/sekunder Malnutrisi Infeksi Obat, trauma, tindakan, kateterisasi, dan bedah Obat sitotoksik, gentamisin, amikain, tobramisin dapat mengganggu kemotaksis neutrofil. Kloramfenikol, tetrasiklin dapat menekan antibodi sedangkan rifampisin dapat menekan baik imunitas humoral ataupun selular. Penyinaran Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid, dosis rendah menekan aktivitas sel Ts secara selektif Penyakit berat Penyakit yang menyerang jaringan limfoid seperti Hodgkin, mieloma multipel, leukemia dan limfosarkoma. Uremia dapat menekan sistem imun dan menimbulkan defisiensi imun.Gagal ginjal dan diabetes menimbulkan defek fagosit sekunder yang mekanismenya belum jelas. Imunoglobulin juga dapat menghilang melalui usus pada diare Kehilangan Ig/leukosit Sindrom nefrotik penurunan IgG dan IgA, IgM norml.Diare (linfangiektasi intestinal, protein losing enteropaty) dan luka bakar akibat kehilangan protein. Stres Agammaglobulinmia dengan timoma Dengan timoma disertai dengan menghilangnya sel B total dari sirkulasi. Eosinopenia atau aplasia sel darah merah juga dapat menyertai

d. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)Berbagai jenis virus dapat menekan fungsi system imun atau dengan menginfeksi sel system imun. Contoh fenomena ini adalah AIDS.LO.1.4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan LaboraturiumPemeriksaan imunologi bersifat klinis dan dilakukan dalam laboratorium imunologi. Di dalam laboratorium ini dapat melakukan pemeriksaan seperti : Pengukuran kadarInsulin-like Growth Factor 1(IGF-1) Pemeriksaan kadar kortisol Pengukuran kadarProstate Spesific Antigen(PSA) Pemeriksaan Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) Luminex (Multiplex Flow Cytometry Assay) FACS CALIBUR (Flowcytometry) Pengembangan Vaksin Dengue (Teknologi Sub Unit Protein Rekombinan) Pengukuran kadar testosteron Pemeriksaan Widal Pemeriksaan CRP (C-reactive protein) Pemeriksaan hsCRP Rheumatoid Arthritic Factor (RAF) Pemeriksaan AFP (Alpha fetoprotein) Pemeriksaan Carcinoembryonic antigen (CEA) Pengukuran kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Pengukuran Neuron Specific Enolase (NSE) Pengukuran Thyroid stimulating hormone (TSH) Pemeriksaan kadar prolaktin Pemeriksaan serum progesteron

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi

Suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human immunodefisiensi virus). Pada kebanyakan kasus infeksi HIV menyebabkan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)AIDS didefinisikan oleh Center For Dissease Control and Prevenntion sebagai infeksi HIV dengan indicator penyakit penyerta meliputi :1. Infeksi oportunistik tertentu2. Kanker tertentu seperti sarcoma Kaposi, limfoma, dan karsinoma servikalis atau anal invasive3. Sindrom pelisutan4. Penyakit neurologis penyerta5. Pneumonia berulang atau infeksi HIV dan CD4 < 200

LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi

Menurut spesies terdapat dua jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2 . HIV-1 paling banyak ditemukan di daerah barat, Eropa, Asia, dan Afrika Tengah, Selatan, dan Timur. HIV-2 terutama ditemukan di Afrika Barat. HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur hampir sama, HIV-1 mempunyai gen VPU, tetapi tidak mempunyai gen VPX, sedangkan HIV-2 mempunyai gen VPX tapi tidak memiliki gen VPU.

a. HIV-1Merupakan penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Genom HIV mengkode sembilan protein esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Pada HIV-1 terdapat protein Vpu yang membantu pelepasan virus. Terdapat 3 tipe dari HIV-1 berdasarkan alterasi pada gen amplopnya yaitu tipe M, N, dan O.

b. HIV-2Protein Vpu pada HIV-1 digantikan dengan protein Vpx yang dapat meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan hasil duplikasi dari protein lain (Vpr). Walaupun sama-sama menyebabkan penyakit klinis dengan HIV-2 tetapi kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1.

Terdapat juga klasifikasi menurut jumlah Limfosit T CD4

KategoriCD4+ T- Limfosit

Kategori 1>500 CD4+

Kategori 2200-400 CD4+

Kategori 3