37
1 SKENARIO 3 Hasil Riskesdas 2010 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut :  prevalence rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6- 12 tahun adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek.  Prevalence rate kekurusan padan anak umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%. RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak. Terutama pada anak usia sekolah (6-12 tahun), usia praremaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun), dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan. Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta  perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena perilaku yang kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang olahraga, dan sering makan makanan “junk food” yang tinggi lemak, kalori, garam, dan rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat. Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    1/37

    1

    SKENARIO 3

    Hasil Riskesdas 2010

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh

    Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi

    anak sebagai berikut :prevalence rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-

    12 tahun adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence

    rate kekurusan padan anak umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan

    7,6% kurus. Secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi

    yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%.

    RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya

    adalah masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umuranak. Terutama pada anak usia sekolah (6-12 tahun), usia praremaja (13-15 tahun), usia

    remaja (16-18 tahun), dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.

    Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta

    perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan

    karena perilaku yang kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah

    membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang olahraga, dan sering makan

    makanan junk foodyang tinggi lemak, kalori, garam, dan rendah serat.

    Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolahadalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan tambahan di

    daerah miskin dapat dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah

    dan masyarakat.

    Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga

    melakukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    2/37

    2

    KATAKATA SULIT :

    1. Prevalence Rate : Prevalensi penyakir lama dan baru yang berjangkit dalammasyarakat disuatu tempat pada waktu tertentu.

    2. Status gizi : Keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajatkebutuhan fisik, energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari makanan dan

    dampaknya dapat diukur dengan antopometri. Standar baku BB/U, TB/U dan BB/TB.

    3. RISKESDAS : Survey dengan desain cross sectional atau riset yangmengumpulkan data dasar dan indikator kesehatan yang menggambarkan wilayah

    nasional, provinsi dan kabupaten.

    4. PHBS : Sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaransebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang/ keluarga dapat menolong diri

    sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

    masyarakat.

    5. Balitbangkes : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan.

    PERTANYAAN :

    1. Apa indikator yang menentukan status gizi baik?2. Mengapa kita harus menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat?3. Faktor apa yang mempengaruhi status gizi dan bagaimana cara menanggulanginya?4. Bagaimana cara menanggulangi gizi ibu hamil?5. Bagaimana cara meneliti pola konsumsi energi dan protein menurut RISKESDAS?6. Apa saja program PHBS di dalam keluaga dan sekolah?7. Kapan waktu program pemberian makanan tambahan?

    JAWAB :

    1. Kurva CDC2. Sesuai ajaran islam karena bersih sebagian dari iman.3. Faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain tingkat sosial ekonomi dan

    pendidikan yang rendah. Cara menanggulanginya dengan adanya penyuluhanmakanan 4 sehat 5 sempurna.

    4. Dari program puskesmas yaitu perbaikan gizi masyarakat dan ibu hamil.5. Dilakukan survey tiap keluarga.6. Di sekolah : jamban bersih, air yang mengalir, tidak ada sampah yang berserakan,

    tersedianya uks yang baik, siswa tidak merokok.

    Di keluarga : mengunakan jamban yang sehat, mencuci tangan, memberantas jentik

    nyamuk sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok didalam

    rumah.

    7.

    Tergantung program puskesmas masing masing.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    3/37

    3

    HIPOTESIS

    RISKESDAS

    Status Gizi Anak Status Gizi Ibu Hamil

    Gizi Lebih Gizi KurangKonsumsi Energi dan

    Protein Kurang

    Perilaku kurang

    baik : kurang

    olahraga dan

    mengkonsumsi

    junk food

    Konsumsi energi dan

    protein kurang

    Faktor sosial ekonomi

    kurang

    Tatalaksana pemberianmakanan tambahan

    PHBS Pandangan Islam

    Pihak Lain

    Lintas sektoral : masyarakat, ulama, sekolah

    Lintas program : KIA, gizi

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    4/37

    4

    SASARAN BELAJAR

    1. Memahami dan menjelaskan status gizi anak dan ibu hamil1.1. Memahami dan menjelaskan definisi status gizi

    1.2. Memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

    1.3. Memahami dan menjelaskan masalah gizi buruk dan gizi berlebih pada anak

    1.4. Memahami dan menjelaskan upaya pemerintah menangani status gizi

    2. Memahami dan menjelaskan PHBS2.1. Memahami dan menjelaskan definisi

    2.2. Memahami dan menjelaskan tujuan

    2.3. Memahami dan menjelaskan manfaat

    2.4. Memahami dan menjelaskan strategi

    2.5. Memahami dan menjelaskan jenis (rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat

    kerja, institusi kesehatan)

    3. Memahami dan menjelaskan PHBS dilihat dari pandangan Islam

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    5/37

    5

    1. Memahami dan menjelaskan status gizi anak dan ibu hamil1.1. Memahami dan menjelaskan definisi status gizi

    Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang

    dikonsumsi dinilai dengan ukuran atau parameter gizi.

    Status Gizi Anak Sekolah

    Masa anak sekolah dasar adalah masa anak berumur 612 tahun. Anak anak yang berumur 6

    12 tahun sedang masa puncak perkembangan. Saat umur inilah pertumbuhan ini agak

    lambat tapi perkembangan berangsur angsur menjadi mengetahui banyak tentang diri dan

    dunianya.

    Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan

    fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak

    fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar

    baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

    Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

    1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan olehpetugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran

    tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi

    badan (mikrotoise)2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB,

    kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada

    sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12

    bulan.

    a. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku(SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan

    (Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB

    dapat dipakai rumus :

    NSBR

    NMBRNISRujukanBakuSkor

    Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

    NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

    NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    6/37

    6

    Hasil pengukuran dikategorikan sbb

    1. Untuk BB/Ua. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD

    b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD

    2. TB/Ua. Pendek Bila SSB < -2 SD

    b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Tinggi Bila SBB > +2 SD

    3. BB/TBa. Kurus Bila SSB < -2 SD

    b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Gemuk Bila SSB > +2 SD

    Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri,

    Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3

    Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks

    (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

    InterpretasiIndeks yang digunakan

    BB/U TB/U BB/TB

    Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal

    Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah

    Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah

    Normal Normal Normal Normal

    Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah

    Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi

    Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal

    Obese Tinggi Rendah Tinggi

    Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi

    Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

    Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    7/37

    7

    Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

    Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

    Sumber: Depkes RI, 2004

    Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya

    adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam

    pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang

    dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Umur.Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan

    menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupuntinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

    yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih

    angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur

    anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan

    adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur

    dalam hari tidak diperhitungkan.

    b. Berat BadanBerat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,

    termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik

    karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini

    dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan

    penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang

    dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak

    digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada

    ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi

    gizi dari waktu ke waktu.

    c.

    Tinggi BadanTinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan

    kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi

    masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang

    gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan

    menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang

    dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan

    setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan

    lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang.

    Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan

    status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    8/37

    8

    Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya

    gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh.

    Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam

    menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.

    Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD

    diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat

    serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

    Jadi untuk indeks BB/U adalah= Z Score = ( 60 kg56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD

    = status gizi baik

    Untuk IndeksTB/U adalah

    = Z Score = ( 145 kg169 ) / 8.1 = - 3.0 SD

    = status gizi pendek

    Untuk Indeks BB/TB adalah= Z Score = ( 6036.9 ) / 4 = + 5.8 SD

    = status gizi gemuk

    Status Gizi Ibu Hamil

    Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB V Upaya

    Kesehatan Pasal 20 ayat 2 menyebutkan Status gizi ialah tingkat kecukupan gizi seseorang

    yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur.

    Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk

    pertumbuhan dan perkembangan janin sebesar 40 persen sedangkan 60 persen untuk

    memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukangizipadaibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka

    kemungkinan dapat terjadigangguan dalamkehamilan,baik terhadap ibu maupunjanin yang

    dikandungnya.

    Kecukupan gizi selama hamil dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan

    berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat

    diaplikasikan pada wanita hamil, perubahan fisiologi selama hamil dapat digunakan sebagai

    petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat yang tidak adekuat

    merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhanjanin. Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan untukpertumbuhan dan perkembangan

    janinnya maupunaktivitas ibu.

    Cara Pengukuran Status Gizi

    Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya

    persalinan small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan

    untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat

    badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat

    badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam

    http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/ibu-hamil/http://www.lusa.web.id/tag/pertumbuhan/http://www.lusa.web.id/tag/perkembangan/http://www.lusa.web.id/tag/janin/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/ibu-hamil/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/janin/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/pertumbuhan/http://www.lusa.web.id/tag/perkembangan/http://www.lusa.web.id/tag/aktivitas/http://www.lusa.web.id/tag/aktivitas/http://www.lusa.web.id/tag/perkembangan/http://www.lusa.web.id/tag/pertumbuhan/http://www.lusa.web.id/tag/kehamilan/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/janin/http://www.lusa.web.id/tag/kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/ibu-hamil/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/janin/http://www.lusa.web.id/tag/perkembangan/http://www.lusa.web.id/tag/pertumbuhan/http://www.lusa.web.id/tag/ibu-hamil/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    9/37

    9

    menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula

    ini digunakan untuk menghitung BMI adalah

    BM I = Berat/Tinggi2

    BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :

    a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendahb. 19,8 sampai dengan 26,0 normalc. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggid. Lebih dari 29 obesitas

    PenambahanBerat Badan StatusGizi Ibu Sebelum Hamil

    Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB

    (Kg)

    Penambahan BB

    TM I (Kg) TM II

    (Kg)

    Normal ( BMI 19,8-26) 12,513 2,3 0,49

    Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,516 1,6 0,44

    Lebih 711, 6 0,9 0,3

    Obesitas ( BMI > 29 ) 6

    Distribusi penambahan berat badan ibu hamil

    Trimester Distribusi

    I Terutama pertambahan pada jaringan ibu dan cadangan

    lemak, berat janin pada 10 minggu 5 gram

    II Pertambahan yang pesat pada cadangan lemak ibu dan

    jaringan, berat janin pada minggu 20 350 gram.

    III Pertambahan terutama pada janin dan bertambahnya

    cairan, berat janin pada 32 minggu 2 kg.

    Pola PertambahanBerat Badan

    Berat badan lebih ataupun kurang dariberat badan rata-rata untuk umur tertentu, merupakanfaktor menentukan jumlah zat makanan yang harus dicukupi selama hamil.Di negara maju

    http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/hamil/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/berat-badan/
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    10/37

    10

    pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Kalau ibu kekurangan gizi,

    pertambahannya hanya sekitar 7-8 kg dengan akibat melahirkan bayi BBLR. ( Paath,dkk.,

    2005 )

    National Academy of Scienses ( 1970 ) menganjurkan pertambahan berat badan sekitar 9-

    11,3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12,2 kg, dan diperbaiki menjadi 11,3-

    15,9 kg ( bagi wanita yang normal berat badan dan tinggi badannya ).

    Manfaat Nutrisi

    a.Nutrisi untuk pertumbuhanDengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat

    berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti,

    selsel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yangmasak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.

    b. Makanan sebagai suku cadangDengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat

    berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti,

    selsel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang

    masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.Untuk itu, setelah sakit kita

    perlu banyak makan makanan bergizi. Begitu juga untuk yang menjalani operasi atau yang

    baru melahirkan.

    c. Makanan sebagai bensin tubuhMakanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu,

    juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas,

    degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan

    perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya

    sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.

    1.2.Memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

    a. Suhu LingkunganPada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk

    mempertahankan metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh

    dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi

    kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan

    hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka

    akan semakin besar pula panas yang akan dilepaskan. Dengan adanya perbedaan suhu

    antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus

    diganti dengan hasil metabolisme tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu berarti lebih

    besar masukan energi yang diperlukan.b.Status Ekonomi dan Sosial

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    11/37

    11

    Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih

    makanannya. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis

    kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian ibu mampu membeli dan

    memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.

    c. Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap MakananBudaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. Wanitayang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari

    anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian

    yang serius mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan

    yang bergizi demi pertumbuhan dan perkembangan.

    d.UsiaUsia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Usia

    akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam

    pemberian nutrisi anak balita. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil,

    akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk

    pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang

    sedang dikandungnya. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar jugakarena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka

    memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang

    berlangsung. Lebih muda umur seorang wanita hamil, lebih banyak energi yang di

    butuhkan. Angka kematian maternal yang berusia 10-14 tahun 5 kali lebih besar dari

    mereka yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang berumur 15-19 tahun menunjukkan angka

    kematian 2 kali lebi besar. Ini berhubungan dengan status gizi remaja yang

    perkembangan fisik dan mentalnya masih membutuhkan energi lebih banyak. Masalah

    yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin pertumbuhan

    sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau

    umur terlalu tua (diatas 35 tahun)

    e. PendidikanKonsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

    terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,

    lebih baik, dan lebih matang dari individu, kelompok atau masyarakat. Bagi masyarakat

    yang berpendidikan tinggi dan cukup tentang nilai gizi lebih banyak menggunakan

    pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan atau pertimbangan

    fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan psikis.

    Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Pasal I ayat 11 menyebutkan sebagai

    berikut :11Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

    terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.f .Status Kesehatan

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Statusialah keadaan kedudukan seseorang. Status

    kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang

    ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu

    yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus ingat, bahwa gizi yang dapat ia dapat akan

    dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk dirinya.

    Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan. Ibu hamil dianjurkan

    mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi atau makanan yang nebgandung zat besi

    seperti bayan, hati dan sebagainya. Menurut Reverlly, Sakit adalah tidak adanya

    keselarasan antara lingkungan dengan individu. Menurut white tahun 1977, sehatadalah

    suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupuntidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan. Sedangkan menurut UU RI No. 23

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    12/37

    12

    tahun 1992 Tentang Kesehatan BAB I Pasal I menyebutkan, kesehatan ialah keadaan

    sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

    secara sosial dan ekonomis.

    Status Gizi Bagi Ibu Hamil Menurut WHO, dampak kekurangan gizi pada ibu hamil,kekurangan gizi pada ibu hamil, akibat kurang gizi pada ibu hamil, dampak kurang gizi pada

    ibu hamil, kebutuhan gizi seimbang dan pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi,

    kebutuhan energi ibu hamil menurut who, pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi

    akan dijelaskan dalam artikel kesehatan kali ini: Status gizi ibu hamil pada

    waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

    janin. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini

    dikarenakan berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan bayi yang normal juga.

    Di negara maju, rata-rata kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kilogram. Tetapi

    berdasarkan perkembangan terkini, disampaikan bahwa penambahan berat badan ibu selama

    hamil tidak terlalu mempengaruhi berat badan bayi.

    Kekurangan asupan gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum,kelahiran prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat.

    Sedangkan pada trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan

    janin terganggu, berat bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan

    kekuatan rahim saat persalinan, dan perdarahan post partum.

    Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil

    Kategori Berat (BMI) Total Kenaikan BB (Kg) Penambahan BB

    TM I (Kg) TM II (Kg)

    Normal ( BMI 19,8-26) 12,513 2,3 0,49

    Kurus ( BMI < 19,8 ) 11,516 1,6 0,44Lebih 711, 6 0,9 0,3

    Obesitas ( BMI > 29 ) 6

    Tanda Kecukupan Gizi pada Wanita Dewasa dan Ibu Hamil

    Zat Gizi Satuan Wanita Dewasa Ibu Hamil

    Energi Kal 2200 2485

    Protein gr 48 60

    Vitamin A RE 500 700

    Vitamin D ug 5 15

    Vitamin E mg 8 18Vitamin K mg 65 130

    Thiamin mg 1,0 1,2

    Niacin mg 9 9,1

    Vitamin B12 mg 1,0 1,3

    Asam folat ug 150 300

    Piridoksin mg 1,6 3,8

    Vitamin C mg 60 70

    Kalsium mg 500 900

    Fosfor mg 450 650

    Zat besi mg 26 46

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    13/37

    13

    Seng mg 15 20

    Yodium ug 150 175

    Selenium ug 55 70

    Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004)

    Status Tanda

    Keadaan umum Responsive, gesit

    Berat badan Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh

    Postur Tegak, tungkai dan lengan lurus

    Otot Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit

    Saraf Perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks

    normal, mental stabil

    Pencernaan Nafsu makan baik

    Jantung Detak dan irama normal, tekanan darah normal

    sesuai usiaVitalitas umum Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh

    semangat

    Rambut Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit kepala

    normal

    Kulit Licin, cukup lembab, warna segar

    Muka dan leher Warna sama, licin, tampak sehat, segar

    Bibir Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak bengkak

    Mulut Tidak ada luka dan selaput merah

    Gusi Merah normal, tidak ada perdarahan

    Lidah Merah normal, licin, tidak ada lukaGigi geligi Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, lurus dagu

    normal, bersih dan tidak ada perdarahan

    Mata Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada

    perdarahan

    Kelenjar Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada

    perdarahan

    Kuku Keras dan kemerahan

    Tungkai Kaki tidak bengkak, normal

    a. Faktor Predisposisi1. Faktor Langsung

    Konsumsi MakananKeadaan keseimbangan gizi tergantung dari ringakat konsumsi kualitas hidangan

    yang menunjukan quantum suatu zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan

    hidangan kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan

    kesehatan gizi sebaik baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik dalam

    kuaiitas maupun kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi yang

    baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yangdikonsumsi dengan banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    14/37

    14

    InfeksiInfeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan si

    penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu

    juga penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan

    protein atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguangizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk kemampuan

    seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi.

    Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna meneapai hasil yangoptimal sesuai dengan kebutuhan. Apabila zat gizi ini kurang, maka akan dapat

    mengakibatkan infeksi dan rawat gizi pada remaja. Pada remaja yang kekurangan

    energi protein akan menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan.

    2. Faktor tidak langsung

    PengetahuanPengetahuan seseorang biasanya diperoieh dari pengalaman yang berasal dari

    berhagai macam sumber, misalnya media massa, elektronik, buku petunjuk,

    penyuluhan, dan kerabat dekat. (Yuwono, 1999). Pengetahuan gizi merupakan

    pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan

    makanan sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban

    responden terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kuesioner.

    Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi seharihari

    dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal

    tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi

    seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperolehcukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh

    mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.

    Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah

    yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. Semakin tinggi

    gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang dipilih untuk

    dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih

    makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan

    nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih

    banyak mempergunakan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilaigizi makanan tersebut, sehingga seorang ibu dapat menyusun dan mengolah makanan

    yang bergizi bagi keluarga.

    PendidikanPendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja, sistematis, dan

    terencana oleh orang dewasa kepada an ak yang belum dewasa yang merupakan

    bimbingan, pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat mencapai

    tingkat kedewasaan jasmani dan rohani. Menurut tingkat atau jenjang pendidikan

    terdiri dari :

    Pendapatan

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    15/37

    15

    Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan penerimaan berupa uang

    atau barang dari semua anggota keluarga, maupun penerimaan transfer.

    Tingkat pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang dibeli dengan uang

    tambahan tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain yang

    menyebabkan orang orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yangdiperlukan. Pada pendapatan terendah, maka hampir semua pendapatan akan

    dikeluarkan untuk makan. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian

    besar pendapatan tambahan itu untuk makan. Sedangkan yang kaya tentu akan lebih

    berkurang dari jumlah itu. Bagian untuk makanan padi padian akan menurun dan

    untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga keluarga

    beranjak ke pendapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakm

    bertambah besar pula persentase pertambahan pembelanjaannya. Dengan demikian,

    pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas.

    Pendidikan Orang TuaLatar belakang pendidikan orang tua, baik kepala keluarga istri merupakan salah satu

    unsur yang berperan penting dalam menentukan keadaan gizi anak. Hubungan positif

    antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaaan gizi anak telah banyak

    diungkapkan oleh para ahH. Pada masyarakat yang rata rata tingkat pendidikannya

    rendah, prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang

    tingkat penididikan cukup tinggi prevalensi gizi kurang lebih rendah.

    Besar KeluargaSurvey pangan di India memperlihatkan bahwa tersedianya protein bagi setiap anak

    dalam keluarga dengan salah satu atau dua anak, mendapat 22% lebih tinggi

    dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak empat atau lima anak. Kasusgizi buruk yang paling berat sering menimpa anak-anak dari keluarga besar.

    IBU HAMIL

    Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan

    zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

    diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ

    kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi

    tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

    Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali

    menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan

    Kalsium.

    Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester

    II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan

    selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume

    darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III

    energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    16/37

    16

    1.3. Memahami dan menjelaskan masalah gizi buruk dan gizi berlebih pada

    anak

    Gizi baik

    Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memilki keunggulan dankelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi KH tetapi kurang vitamin

    dan mineral. Sedangkan beberapa makanan kaya vitamin dan mineral namun kurang KH

    dan Protein. Nah apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka

    akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan

    untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang

    beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh

    keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi

    yang seimbang.

    13 Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :

    1. Makanlah Aneka Ragam Makanan2. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan energi4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi5. gunakan garam beryodium6. makanlah makanan sumber zat besi7. berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI

    sesuadahnya

    8. biasakan makan pagi9. minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya10.lakukan aktivitas fisik secara teratur11.hindari minuman yang beralkohol12.makanlah makanan yang aman bagi kesehatan13.bacalah label pada makanan yang dikemas

    Gizi buruk

    Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.Gizi

    buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan

    protein (KEP) dalam makanan sehari hari

    Banyakfaktor yang mengakibatkan terjadinya kasusgiziburuk. MenurutUNICEF ada

    dua penyebab langsung terjadinyagiziburuk, yaitu :

    1. Kurangnya asupangizi darimakanan. Hal ini disebabkan terbatasnyajumlahmakanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak

    memenuhiunsurgizi yang dibutuhkan karena alasan sosial danekonomi yaitu

    kemiskinan.

    http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-gizi-buruk-faktor-penyebab.htmlhttp://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-gizi-buruk-faktor-penyebab.htmlhttp://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/unicef/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/unsur/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/ekonomi/http://www.lusa.web.id/tag/ekonomi/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/unsur/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/unicef/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-gizi-buruk-faktor-penyebab.htmlhttp://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-gizi-buruk-faktor-penyebab.html
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    17/37

    17

    2. Akibat terjadinyapenyakit yang mengakibatkaninfeksi. Hal ini disebabkan olehrusaknya beberapa fungsi organtubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-

    zatmakanan secara baik.

    Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasusgiziburuk yaitu:1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuhanak3. Pengelolaan yang buruk dan perawatankesehatan yang tidak memadai.

    MenurutIkatan DokterAnak Indonesia (IDAI), ada 3faktorpenyebabgiziburuk

    padabalita,yaitu:

    1. Keluarga miskin2. Ketidaktahuanorang tua atas pemberiangizi yang baik bagianak3. Faktorpenyakitbawaan padaanak, seperti:jantung, TBC,HIV/AIDS, saluran

    pernapasan dandiare.

    Tanda-tanda gizi buruk

    Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U) dibandingkan

    dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian

    dicocokkan dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti

    termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk

    akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga dilanjutkan dengan pengukuranLILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi

    buruk akut.

    Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu :

    a. Marasmus dengan tanda-tanda : Anak sangat kurus Wajah seperti orang tua. Perut cekung Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit

    b. KwashiorkorEdema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut

    kusam, mudah dicabut.

    c. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMSada juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita berada

    dibawah garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi kalau

    status gizi buruk balita pasti BGM. (Abdur, 2008)

    Penatalaksanaan Gizi Buruk1. Rumah Tangga

    http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/infeksi/http://www.lusa.web.id/tag/tubuh/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/perilaku/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/kesehatan/http://www.lusa.web.id/tag/ikatan/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/balita/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/orang-tua/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/jantung/http://www.lusa.web.id/tag/hivaids/http://www.lusa.web.id/tag/diare/http://www.lusa.web.id/tag/diare/http://www.lusa.web.id/tag/hivaids/http://www.lusa.web.id/tag/jantung/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/orang-tua/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/balita/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/ikatan/http://www.lusa.web.id/tag/kesehatan/http://www.lusa.web.id/tag/anak/http://www.lusa.web.id/tag/perilaku/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/category/gizi/http://www.lusa.web.id/tag/faktor/http://www.lusa.web.id/tag/makanan/http://www.lusa.web.id/tag/tubuh/http://www.lusa.web.id/tag/infeksi/http://www.lusa.web.id/tag/penyakit/
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    18/37

    18

    Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untukmengetahui pertumbuhan berat badannya.

    Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun.

    Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuranpemberian makanan.

    Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakitatau

    2. Posyandu

    Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasilpenimbangan pada KMS.

    Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi seimbangdan PMT Penyuluhan.

    Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali(3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).

    Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukangizi buruk dan penyakit penyertalain.

    3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

    PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan

    dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian

    makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh

    kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakanPMT Pemulihan anak balita. Layanan yang dapat diberikan adalah:

    Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapatdilayani di PPG.

    Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi caramenyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.

    Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantauperubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya.

    Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan.

    Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian

    PMT pemulihan sampai 90 hari.

    Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMSkader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.

    Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkanpada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap

    melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

    4. Puskesmas

    http://www.sarjanaku.com/http://www.sarjanaku.com/
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    19/37

    19

    Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayahkerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.

    Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U BakuMedian WHO-NCHS.

    Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkankembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.

    Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku MedianWHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas

    sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P

    dari PPG.

    Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untukevaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke

    rumah sakit untuk mencari penyebab lain.

    Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tandakegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum

    Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpakomplikasi

    Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan dipojok gizi buruk).

    Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu. Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu

    sekali.

    Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan

    kemajuan asupan makanan

    Gizi lebih

    Gizi lebih dalam dua dekade terakhir meningkat akibat perubahan pola hidup masyarakat

    terutama di daerah urban. Bahkan masalah gizi lebih ini telah menjadi polemik sendiri di

    negara maju. Gizi lebih dapat dinilai dari berat badan. Dari data yang dihimpun WHO

    tahun 2008 menyebutkan bahwa sekitar 1.5 miliar penduduk dewasa mengalami

    kelebihan berat badan, 200 juta pria dewasa mengalami obesitas, dan lebih dari 300 jutawanita mengalami obesitas. Sebuah studi pada tahun 2008 oleh Centers for Disease

    Controldi Atlanta yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan hampir satu dari lima

    anak usia 6-11 tahun dan 18,1 persen anak usia 12-19 tahun yang menderita obesitas. Di

    Indonesia sendiri pada tahun 2003 terdapat 2.24 % balita yang mengalami gizi lebih,

    sedangkan data untuk penduduk di atas 15 tahun terdapat 10.3 % mengalami gizi lebih.

    Data di atas menunjukan betapa besarnya jumlah penderita gizi lebih di Indonesia.

    Penyebab yang paling nyata adalah perubahan ekonomi. Perubahan ini terjadi akibat

    pasar globalisasi dan modrenisasi di semua aspek. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah

    penduduk yang berat badan lebih ataupun obesitas lebih banyak terjadi di daerah

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    20/37

    20

    perkotaan. Peningkatan ekonomi ini menyebabkan perubahan pola hidup, mulai dari pola

    makan dan aktivitas fisik. Makanan yang awalnya lebih banyak persentase karbohidrat

    kini telah berubah menjadi lebih banyak persentase lemak, sepertifast food. Jenis

    makanan yang seperti ini akan meningkatkan persentase lemak tubuh yang akhirnya akan

    berimplikasi kepada kelebihan berat badan.

    Selain faktor ekonomi, faktor cahaya lampu secara tidak langsung juga mempengaruhi

    gizi lebih dan obesitas. Penelitian terbaru dariReuroscience di Ohio State University

    menemukan bahwa semakin banyak cahaya pada saat kita makan, maka resiko untuk

    mengalami kelebihan berat badan semakin tinggi. Penelitian ini menggunakan tikus

    sebagai hewan coba. Tikus-tikus tersebut diperlakukan dalam tiga kondisi. Kondisi

    pertama tikus diberi terpaan cahaya selama 24 jam terus-menerus, kondisi kedua tikus

    diberi terpaan cahaya dengan siklus standar terang selama 16 jam dan gelap selama 8 jam,

    sedangkan kondisi ketiga tikus diberi terpaan cahaya terang selama 16 jam dan cahaya

    redup selama 8 jam. Para peneliti mengukur berapa banyak makanan yang dipakai tikus

    setiap hari. Selain itu mereka juga mengukur berapa banyak mereka bergerak di sekitar

    kandang mereka setiap hari melalui sistem persimpangan sinar inframerah. Kemudian

    massa tubuh tikus dihitung setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus

    dengan cahaya redup saat malam massa tubuhnya meningkat lebih tinggi dari tikus yang

    hidup dalam siklus standar terang dan gelap. Berat badan tikus terus meningkat sejak

    minggu pertama penelitian. Pada akhir penelitian tikus yang hidup dengan cahaya redup

    malam hari berat badannya lebih kurang 12 gram sedangkan tikus yang hidup dengan

    siklus standar terang dan gelap berat badannya 8 gram. Tikus yang mendapat terpaan

    cahaya terus-menerus juga memiliki berat badan lebih besar dari tikus yang hidup dengansiklus standar terang dan gelap.

    Faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih dan obesitas adalah kebiasaan ketika makan.

    Salah satu kebiasaan yang buruk ketika makan adalah makan di depan komputer atau

    televisi, karena hal ini akan mengakibatkan jumlah makanan yang masuk ke mulut akan

    lebih banyak.

    Selain asupan makanan, hal lain yang dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas adalah

    faktor aktivitas. Kurangnya aktivitas dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas. Salahsatu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas seseorang adalah tuntutan pekerjaan.

    Tuntutan pekerjaan pada saat ini menyebabkan kebanyakan penduduk lebih banyak

    menghabiskan waktunya duduk di kursi dari pada bergerak. Ditambah lagi kesadaran

    berolahraga yang masih kurang di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat

    meningkatkan resiko berat badan berlebih. Dari analisis lebih lanjut didapatkan seorang

    remaja yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam per hari dengan menonton televisi

    memiliki resiko obesitas 12.3 kali lebih besar dari pada remaja yang menonton televisi

    yang kurang dari 3 jam per hari.

    Walaupun kita mengetahui bahwa berat badan berlebih tidak akan terjadi apabila

    seseorang tidak memiliki faktor genetik untuk gizi lebih atau obesitas. Apabila kedua

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    21/37

    21

    orang tua gizi lebih atau obesitas maka kemungkinan anak menderita berat badan berlebih

    sekitar 80%, sedangkan apabila salah satu dari orang tua mengalami gizi lebih atau

    obesitas maka kemungkinan itu menjadi setengahnya atau 40 %.

    Faktor-faktor sosiokultural juga berperan penting dalam gizi lebih dan obesitas, sepertimasih banyaknya masyarakat yang berpendapat bahwa gemuk adalah lambang

    kemakmuran. Pendapat seperti ini dapat memicu peningkatan jumlah konsumsi kalori

    pada masyarakat tersebut. Anggapan gemuk makmur ini berimplikasi pada orang tua

    yang akan senang ketika anaknya memiliki berat badan lebih. Padahal apabila pada waktu

    masih anak-anak berat badannya sudah berlebih akan meningkatkan faktor resiko menjadi

    berat badan berlebih pada waktu dewasa.

    Prevalensi ini akan terus meningkat, mengingat setiap anak yang memiliki faktor

    predisposisi genetik akan tinggal bersama dengan orang tua yang telah terbiasa dengan

    pola hidupsedentary. Peneliti memprediksi 8 dari 10 pria dan 7 dari 10 wanita akan

    mengalami obesitas pada tahun 2020. Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel

    di satu negara maju yakni Inggris. Negara maju dan negara berkembang cenderung

    memiliki gaya hidup seragam saat ini. Sehingga dapat diperkirakan trendobesitasnya

    antara negara maju dan negara berkembang akan sama.

    Konsekuensi gizi lebih dan obesitas adalah meningkatnya resiko kematian. Seseorang

    yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 40% dari normal, diperkirakan meninggal 8

    tahun lebih cepat dari pada populasi rata-rata. Peningkatan mortalitas ini terjadi karena

    insiden diabetes melitus tipe dua, penyakit jantung koroner, penyakit kandung kemih,osteoarthritis atau radang sendi, stroke, dan kanker. Sedangkan pada anak-anak dapat

    menimbulkan gangguan seperti dislipidemia, stenosis hepatis, gangguan saluran

    pencernaan, dansleepapnea.

    Pada orang yang menderita gizi lebih prevalensi munculnya kanker 30% lebih tinggi

    dibanding orang yang memiliki berat badan ideal. Jenis kanker yang sering muncul adalah

    kanker ginjal, kanker rahim, kanker payudara, kanker esophagus, kanker pancreas, dan

    kanker kolon.

    Berat badan lebih dan obesitas adalah penyakit mahal. Bahkan untuk negara maju

    peningkatan jumlah penyakit akibat gizi lebih dan obesitas dalam beberapa dekade

    terakhir telah menguras anggaran kesehatan. Di Australia telah menghabiskan dana 464

    juta dolar Australia , 12 milyar franc di Perancis, 1 milyar golden di Belanda, dan 45,8

    juta dolar Amerika di Amerika Serikat. Dana yang dikeluarkan itu merupakan directcost,

    artinya dana yang berhubungan langsung dengan gizi lebih dan obesitas yang sebagian

    besar merupakan akibat penyakit jantung koroner dan hipertensi. Sedangkan kerugian

    akibat berkurangnya produktifitas akibat kematian dini dan morbiditas pasti lebih besar

    lagi.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    22/37

    22

    Di Indonesia belum diketahui besar kerugian akibat penyakit yang berhubungan dengan

    gizi lebih dan obesitas. Hal ini disebabkan masih kurangnya studi tentang biaya yang

    dikeluarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi melihat yang terjadi di negara lain

    dapat diperkirakan biaya yang akan dikeluarkan negara berkembang pasti lebih besar lagi.

    Hal tersebut disebabkan Indonesia masih mengimpor alat-alat kedokteran dan obat-obatandemi kepentingan rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.

    Untuk mengatasi masalah gizi lebih dan obesitas ini tak cukup dengan hanya

    mengandalkan tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan gizi lebih dan obesitas sangat

    kompleks sehingga membutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat. Strategi yang

    harus dilakukan agar hasilnya lebih optimal adalah tindakan preventif dan promotif. Jika

    dioptimalkan pada tindakan kuratif dan rehabilitatif maka dana yang disediakan tidak

    akan cukup (WHO, 2000). Ironinya, di lapangan dana yang dikucurkan untuk usaha

    promotif dan preventif hanya 10 % sedangkan dana untuk kuratif dan preventif sekitar 60

    85 %. Hal ini menyebabkan usaha promotif dan preventif kurang maksimal.

    Usaha promotif dan preventif yang paling penting adalah dengan menyadarkan

    masyarakat itu sendiri. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai

    aspek. Di lihat dari segi pendidikan, kementrian pendidikan nasional dapat memasukan

    materi gizi ke dalam kurikulum pendidikan. Memang sebelumnya telah ada materi gizi,

    namun hal itu hanya sepintas lalu dan hanya membahas satu aspek yaitu gizi kurang.

    Diharapkan dari kurikulum yang lebih komprehensif masyarakat mulai disadarkan sejak

    di bangku sekolahan. Dari pendidikan dasar ini paradigma gemuk makmur sedikit demi

    sedikit akan terkikis.

    Di sektor lain usaha yang dapat dilakukan oleh kementrian perdagangan yaitu

    mewajibkan semua produk makanan untuk mencantumkan label kadar kalori dari produk

    makanan tersebut baik yang ada dalam kemasan maupun jenis masakan cepat saji.

    Pencantuman ini akan membantu masyarakat untuk menghitungintakekalori. Label ini

    juga membantu komunikasi antar produsen dan konsumen mengenai hal-hal tentang

    pangan yang dibutuhkan konsumen. Bagi produsen sendiri label tersebut dapat digunakan

    sebagai sarana promosi.

    Usaha dari tenaga medis dapat dilakukan dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan

    tentang gizi lebih dan obesitas terutama di sekitar perkotaan. Dalam penyuluhan ini

    dijelaskan tentang bahaya laten dari gizi lebih dan obesitas. Promosi tentang diet yang

    seimbang serta olahraga yang cukup juga perlu ditekankan. Sebagai komunitas terkecil,

    keluarga dapat menghabiskan waktu liburan dengan beraktivitas bersama. Hal ini

    bertujuan untuk mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganutsedentarylife, selain

    untuk mengeratkan hubungan antar anggota keluarga tersebut.

    Dari uraian di atas jelas sekali masalah gizi dan kesehatan di masyarakat di masa yang

    akan datang menjadi semakin kompleks dan menjadi tantangan pembangunan

    masyarakat. Kompleksitas masalah gizi dan kesehatan ini menuntut perhatian dari semua

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    23/37

    23

    pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Jika dibiarkan saja bukan tidak mungkin

    prediksi tahun 2020 akan terwujud atau bahkan lebih tinggi.

    1.4. Memahami dan menjelaskan upaya pemerintah menangani status gizi

    Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting Usaha Perbaikan

    Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah. PMT sebagai sarana

    pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan

    merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga,

    dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima

    makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar sebagai

    penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah.

    Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak

    balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.

    Jenis PMT

    PMT sebagai sarana pemilihan keadaan gizi, dalam arti kuratif dan rehabilaitas

    meeruuupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian zat gizi beruupa makanan dari kelurga

    daalam rangka Program UPGK.

    PMT sebagai sarana penyuluhan merupakan salah satu cara penyuluhan gizi, khususnya

    untuk meningkatkan keadaan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui (Depkes-UNICEF,

    1980)

    Tujuan PMT

    PMT sebagai sarana penyuluhanTujuan umumnya adalah memberikan pengtahuan dan menumbuhkan kesadaran

    maasyarakat ke arah perbaikan cari pembagian pemberian makanan anak balita, ibu

    hamil dan ibu menyusui, tujuan khususnya.

    Adalah memperluas jangkauan pelayanan program UPGK serta mengumumkan

    kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan makanan setempat dan dapat

    diusaahakan secara swadana. (Depkes-UNICEF, 1980).

    PMT sebagai sarana pemulihano Tujuan umum dari PMT sebagai sarana pemulihan adalah memberikan

    makanan tambahan kepada ibu hamil kurang Energi Kronis (KEK), ibu nifas

    KEK, bayi (6-11 bulan) dari keluarga miskin sebagai upaya mempertahankan

    /meningkatkan status gizi GD. (Depkes, 1998).

    o Tujuan khususnya adalah memperbaiki kedaan gizi yang menderita kuranggizi. (Depkes-UNICEF, 1980).

    Sasaran Program PMT

    Semua anak balita

    Ibu hamil trimester IIIIbu menyusui yang anaknya berumur dibawah 150 hari (Depkes-UNICEF, 1980).

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    24/37

    24

    PMT sebagai sarana penyuluhan diberikan kepada :

    Seluruh bayi umur 6-11 bulan dari keluarga miskin

    Seluruh anak umur 12-23 bulan dari keluarga miskin

    Seluruh ibu hamil KEK dari keluarga miskin (Depkes, 1998)

    Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi

    Makanan tambahan yang diberikan pada saat bayi memerlukan zat-zat gizi yang kadarya

    sudah berkurang pada ASI. Tujuan memberikan makanan tambahan: Melatih dan

    membiasakan bayi memakan makanan yang akan dimakan dikemudian hari; memberikan

    serat makanan sebagai pelancar untuk bayi yang sembelit.

    Makanan Tambahan bagi Bayi Sebagai Pendamping ASI

    Sesudah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan

    sebagai pelengkap berupa sari buah, atau buah-buahan, makanan lunak dan akhimya

    makanan lembek. Pada saat ini kebutuhan bayi akan zat gizi semakin bertambah dengan

    pertumbuhan dan perkembangan bayi, sedangkan produksi ASI semakin menurun, oleh

    karena itu bayi sangat memerlukan makanan tambahan. Tujuan pemberian makanan

    tambahan adalah: Melengkapi zat gizi ASI yang mulai berkurang; mengembangkan

    kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa danbentuk; mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan; mencoba

    adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

    Tabel Kebutuhan akan zat gizi.

    Cara pemberian makanan pendamping pada bayi:

    Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian lebih kental. Makanan diperkenalkan satu per satu sampai bayi mau menerimanya. Pada pemberian makan jangan dipaksa, sebaiknya diberikan pada waktu lapar. Makanan yang dapat menimbulkan alergi, harus dicoba sedikit-demi sedikit.

    http://e-medis.blogspot.com/2013/05/kandungan-gizi-manfaat-pemberian-asi.htmlhttp://e-medis.blogspot.com/2013/05/gangguan-laktasi-memperbanyak-asi-cara.htmlhttp://1.bp.blogspot.com/-J6PxSjdEkkc/UZtNHr9SSOI/AAAAAAAAB2E/TqdXfFLdibk/s1600/kebutuhan+zat+gizi+anak_resize.jpghttp://e-medis.blogspot.com/2013/05/gangguan-laktasi-memperbanyak-asi-cara.htmlhttp://e-medis.blogspot.com/2013/05/kandungan-gizi-manfaat-pemberian-asi.html
  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    25/37

    25

    Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan diantaranya ialah sebagai berikut:

    pisang, pepaya, jeruk manis, tomat dan lainnya:

    Pisang (pisang ambon/raja)

    Pilih sebuah pisang yang matang benar. Lalu dicuci dengan air bersih. Alas dada bayi dipasang. Buka kulit pisang sedikit demi sedikit secara memanjang agar isinya tidak tersentuh

    tangan.

    Keriklah pisang sedikit demi sedikit dengan sendok kecil yang telah dicuci dengan airpanas.

    Berilah sedikit demi sedikit sampai bayi mau makan dan mengunyah. Setelah selesai makan, bilas dengan air matang. Mulut bayi dibersihkan, alat-alat dibereskan.

    Pepaya

    Pilih pepaya yang matang dan isinya berwarna merah. Cuci pepaya dengan air bersih dan potonglah secukupnya. Pepaya dikupas lalu dicuci dengan air matang. Pepaya digilas dengan sendok yang bersih di atas saringan. Tampung pepaya yang keluar dari saringan dengan mangkuk. Suapi bayi dengan pepaya sedikit demi sedikit. Setelah selesai bilas sedikit dengan air putih. Alat-alat yang digunakan dibereskan.

    Jeruk

    Pilih jeruk yang manis dan cucilah dengan air panas. Jeruk dipotong. Peraslah dengan perasan jeruk. Air jeruk disaring, bila pertama kali memberikan air jeruk diencerkan. Berikan pada bayi sedikit demi sedikit dengan sendok kecil. Setelah selesai bilaslah mulut bayi dengan air matang, kemudian bayinya bersihkan. Alat-alat bekas dibereskan.

    Tomat

    Ambilah sebuah tomat yang agak besar dan matang. Siramlah dengan air panas di dalam mangkok selama 5 menit. Buanglah kulitnya lalu diperas dengan saringan kawat dengan menekan memakai

    sendok.

    Tampunglah perasan tomat dengan mangkok. Bila memberikan baru pertama kali encerkan terlebih dahulu dengan air matang

    manis.

    Berikan air tomat pada bayi dengan sendok kecil. Setelah selesai bilas dengan air putih, mulut bayi dibersihkan, bayi dirapihkan. Alat-alat yang digunakan bereskan dan bersihkan.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    26/37

    26

    Pemberian Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah

    Program ini lebih dikenal dengan Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT

    AS) yang dicanangkan tahun 1996. Hal ini diupayakan untuk mengatasi kecerdasan bagi

    anak usia sekolah yang amat membutuhkan pasokan makanan makanan bergizi. Makanan

    pendukung program ini ditetapkan mengandung 300 kalori energi, 5 gram protein, sejumlah

    vitamin (khususnya vitamin A) dan mineral (terutama zat besi).

    Akan tetapi kenyataan di lapangan prevalensi kurang gizi masih tinggi, yaitu status gizi

    kurang kalori, protein, zat besi dan vitamin A masing-masing 50, 55, 25, dan 40 %.

    Tingginya prevalensi ini berkorelasi dengan makanan pendukung yang didominasi produk

    olahan nabati. Meskipun ada bahan yang digunakan bersal dari hewani seperti daging, susu,

    telur, mentega dan udang, pada jenis makanan kudapan tahu isi, bakwan sayur, perkedel

    kentang, pastel sayur, namun jumlahnya relatif kecil. Hal ini menyebabkan rata-rata

    andungan protein dalam menu PMT AS hanya 3,76 gram, energi rata-rata 228,14 kalori. (Sibuea , 2002 )

    Pada akhirnya pemerintah di samping memfokuskan pada bantuan makanan bergizi kepada

    keluarga murid peserta PMT AS. Di samping perlu peningkatan dana sehingga makanan

    pendukung lebih bergizi seperti susu, telur dan daging sebagai sumber protein. Hal ini perlu

    dilakukan agar program tercapai. Bila program hanya sekedar membagi-bagi makanan

    kepada anak sekolah, maka program ini masih berorientasi proyek dan tidak

    memperhitungkan kesinambunagan program, sehingga saat peserta PMT AS tidak lagi

    mendapat makanan tambahan, status gizinya akan kembali rendah. Banyak hal yang telahdilakukan oleh pemerintah terhadap program peningkatan kecukupan gizi antara lain sebagai

    berikut: Pengawasan mutu garam briodium ditingkat produksi melalui pengujian

    kandungan KIO3. Pengaturan tata niaga garam sehingga semua pelaku niaga/pedagang

    garam bebas melakukan perdaganagan garam baik antar propinsi maupun antar daerah

    sepanjang mempunyai surat ijin perdagangan yang masih berlaku dan mutunya memenuhi

    persyaratan.

    Tetap mengupayakan KIE melaui media cetak maupun elektronik berupa pendistribusian

    materi-materi KIE ke daerah antara lain berupa melalui poster, leaflet, buku petunjuk

    pembuatan garam beriodium, pemutaran film, pelatihan petugas, dan penyuluhan langsung di

    lapangan.

    Koordinasi pelaksanaan kegiatan antara pusat dan pemerintah daerah untuk mengadakan

    pembinaan dan pengawasan umum. Akan tetapi setelah pemberlakuan otonomi daerah maka

    hal ini sepenuhnya diserahkan kepada daerah tujuannya untuk meningkatkan komitmen

    kepala daerah memberantas peredaran garam iodium serat meningkatkan dukungan media

    massa. Dari 37 kabupaten/kota yang dilibatkan, beberapa yang aktif melakukan pemantauan

    adalah Probolinggo, Tulungagung, Malang, Mamuju, Banjarnegara, Rembang dan Cirebon.

    Menjalin kerjasama dengan departemen kesehatan dalam rangka pemberian

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    27/37

    27

    suplemen zat besi berupa tablet FeSO4, 500 mg, kepada kelompok sasaran yaitu anak-

    anak sekolah dasar wanita usia subur dan hamil. Khusus bagi anak sekolah dasar (SD)

    maupun madrasah ibtidaiyah (MI) dilakukan program Pembinaan Makanan Tambahan

    untuk Anak Sekolah (PMTAS) guna mengatrol tingkat kecerdasan.

    2. Memahami dan menjelaskan PHBS2.1. Memahami dan menjelaskan definisi

    Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas

    dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

    menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

    masyarakatnya.

    Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga

    faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:

    1. Faktor Pemudah (Predisposing factors)Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih

    dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang

    menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan,

    tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.

    2. Faktor pemungkin (enambling factors)

    Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan

    terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

    kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban,

    ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnyamendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

    3. Faktor penguat (reinforcing factors)

    Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau

    tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau

    orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh

    pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum

    makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat

    untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

    2.2. Memahami dan menjelaskan tujuan

    Tujuan PHBS:

    1. Tujuan UmumMeningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

    2. Tujuan Khusus Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga

    untuk melaksanakan PHBS.

    Berperan aktif dalam gerakanPHBS di masyarakat.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    28/37

    28

    2.3. Memahami dan menjelaskan manfaat

    Manfaat PHBS:

    1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

    b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan

    anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat

    dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga

    dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

    2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.

    b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

    (UKBM) seperti

    3. posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisanjamban, kelompok

    4. pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.

    2.4. Memahami dan menjelaskan strategi

    Strategi PHBSStrategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.

    Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi

    kesehatan dan PHBS yaitu:

    1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

    Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

    berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran

    agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek

    knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu

    melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

    Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok

    masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh

    jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan

    dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan

    mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community

    organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu

    sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk

    bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun

    masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari

    dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS

    dengan program kesehatan yang didukungnya.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    29/37

    29

    2. Bina Suasana (Social Support)

    Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu

    anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang

    akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia

    berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompokarisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung

    perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan

    masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase

    mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana

    yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

    3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

    Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

    mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

    (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formalyang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan

    penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal

    seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat

    berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau

    sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan

    dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang

    singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu:

    a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi

    masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkanberbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah

    dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan

    tindak lanjut kesepakatan

    2.5. Memahami dan menjelaskan jenis (rumah tangga, sekolah, tempat umum,

    tempat kerja, institusi kesehatan)

    PHBS RUMAH TANGGA

    Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:1. Pasangan Usia Subur2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui3. Anak dan Remaja4. Usia Lanjut5. Pengasuh Anak

    Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat.

    Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator

    Gaya Hidup Sehat sebagai berikut:

    1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    30/37

    30

    Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga

    para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan

    peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan

    bahaya kesehatan lainnya.

    2. Memberi ASI ekslusifAdalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan

    makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan

    kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi

    tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening

    berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena mengandung

    zat kekebalan terhadap penyakit.

    3. Menimbang balita setiap bulanPenimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya

    setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai

    5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh

    sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai

    menderita gizi buruk.

    4. Menggunakan air bersihAir adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak,

    mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya

    agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang

    memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-harinyamemakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur

    terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat

    penampungan kotor air limbah.

    5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabunManfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang

    ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus,

    cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe

    Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari

    kuman.

    6. Menggunakan jamban sehatJamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

    manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

    atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan

    kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk

    daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah

    yang cukup air dan daerah padat penduduk.

    7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    31/37

    31

    Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan

    jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala

    adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat

    penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga,

    tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalahmelakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan

    nyamuk).

    8. Makan buah dan sayur setiap hariMakan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung

    vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta

    mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak

    kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau

    dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral

    dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapavitamin seperti vitamin C.

    9. Melakukan aktivitas fisik setiap hariAktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

    pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,

    mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang

    hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari-hari yaitu

    berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga.

    Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang,

    senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.

    10.Tidak merokok di dalam rumahTidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1

    bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya

    perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut,

    gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal

    dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak gigi,

    sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan

    keguguran.

    Menurut Dinas Keshatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut :

    1. Klasifikasi I (warna merah) : jika melakukan 1 sampai dengan 3 dari 10indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.

    2. Klasifikasi II (warna kuning) : jika melakukan 4 sampai dengan 5 dari 10indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.

    3. Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai dengan 7 dari 10indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.

    4. Klasifikasi IV (warna biru) : klasisifikasi III + ikut dana sehatKlasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    32/37

    32

    mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan

    tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.

    PHBS SEKOLAH

    Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagaipenyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 10 tahun), yang ternyata umumnya

    berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang

    dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

    kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

    meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

    Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

    Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan diinstitusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun

    swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan

    indikator :

    a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswab. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelasc. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasid. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baike. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersihg. Siswa tidak merokokh. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10

    orang)

    Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :

    - Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakatlingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

    - Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajarpeserta didik.

    - Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarikminat orang tua (masyarakat).

    - Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.- Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lainSyarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu :

    - Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.- Jajan di kantin sekolah yang sehat.- Membuang sampah pada tempatnya.- Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.- Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.- Tidak merokok di sekolah.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    33/37

    33

    - Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.- Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah.

    PHBS TEMPAT UMUM

    Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta,

    atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata,

    transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan, dsb. PHBS ditempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan

    pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS

    serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui

    penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat

    umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

    Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :

    - Menggunakan air bersih.- Menggunakan jamban.- Membuang sampah pada tempatnya.- Tidak merokok.- Tidak meludah sembarangan.- Memberantas jentik nyamuk.- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.- Menutup makanan dan minuman.PHBS TEMPAT KERJA

    PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan

    mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

    Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    34/37

    34

    mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat

    kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah

    sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.

    Syarat tempat umum yang sehat yaitu :

    - Mengkonsumsi makanan bergizi.- Melakukan aktivitas fisik setiap hari.- Tidak merokok di tempat kerja.- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.- Menggunakan air bersih.- Memberantas jentik di tempat kerja.- Menggunakan jamban.- Membuang sampah pada tempatnya.

    PHBS INSTITUSI KESEHATAN

    Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau

    perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti

    rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya

    untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan

    mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

    mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan

    sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan

    mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.

    Syarat institusi sehat yaitu :

    - Menggunakan air bersih.- Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.- Menggunakan jamban.- Membuang sampah pada tempatnya.- Tidak merokok di Institusi Kesehatan.- Tidak meludah sembarangan.- Memberantas jentik nyamuk

    3. Memahami dan menjelaskan PHBS dilihat dari pandangan IslamPerilaku hidup bersih, sehat, dan islami (PHBSI)

    Perilaku hidup bersih dan sehat, suatu program dari kementerian kesehatan yang

    selalu digemborkan-gemborkan. Namun, sangat susah untuk direalisasikan di negeri ini.

    Hal ini ditunjukkan dengan persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS

    masih rendah. Menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat 2010, rata-rata

    persentase PHBS nasional hanya 35,68 persen. Hal ini berarti bahwa hanya 35,68 persen

    dari total warga Indonesia yang yang notabene warga yang beragama Islam paling

    banyak di dunia telah berperilaku hidup bersih dan sehat.

  • 5/25/2018 Wrap Up a-14 Ske3 Kedkom

    35/37

    35

    Tidak dapat dipungkiri, perubahan perilaku tidak bisa dilakukan dilakukan secara

    tiba-tiba. Sebenarnya perilaku ini senada dengan istilah akhlak. Akhlak yang baik akan

    terbentuk dari iman yang kuat (aqidah, red), di mana iman ini harus dimantapkan dalam

    hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Begitu juga dengan

    perilaku, didahului dengan pengetahuan yang baik, kemudian sikap yang baik, lalumuncul tindakan yang baik, sehingga membentuk perilaku yang baik pula.

    Mungkin, perilaku hidup bersih dan sehat tidak bisa diwujudkan karena masyarakat

    Indonesia rata-rata hanya lulusan sekolah dasar. Namun, alangkah mirisnya, saat kita

    masih melihat beberapa bahkan sebagian besar tenaga kesehatan yang belum bisa

    berperilaku hidup bersih dan sehat. Ini merupakan alasan yang tersembunyi di balik

    data-data yang menunjukkan PHBS di negara kita masih dalam kategori rendah.

    Patut diakui, bahwa tenaga kesehatan juga manusia, tetapi apakah masih wajar

    seorang tenaga kesehatan masih tidak mau melakukan salah satu PHBS yang mudah

    seperti cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan. Sesungguhnya, seorang tenaga

    kesehatan memiliki peran yang hampir sama dengan pendakwah seperti Kiai dan Ustadz

    di mata masyarakat. Perkataan seorang Pendakwah hanya dianggap angin lalu apabila

    Pendakwah tersebut tidak melaksanakan apa yang disampaikannya. Sama halnya dengan

    tenaga kesehatan, apa yang disampaikan kepada masyarakat terutama hal yang

    berhubungan dengan PHBS, seharusnya bisa dilaksanakan terlebih dahulu agar bisa

    menimbulkan kepercayaan dalam diri masyarakat.

    Akan tetapi, akar dari alasan tersembunyi tersebut terletak pada spiritual tenaga

    kesehatan tersebut. Pada dasarnya, Islam telah mengajarkan kita cara berperilaku hidup

    bersih dan sehat

    Sesungguhnya Allah Taala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintaikebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan.

    Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.

    (HR. Tirmidzi)

    Sampai-sampai teori tentang mencuci tangan pun diatur dalam Islam. So, adakah yang

    bisa menyaingi teori Islam yang perlahan-lahan kita tinggalkan selama ini? PHBS

    yang dibuat oleh WHO yang diadopsi oleh kementerian kesehatan hanyalah sekedar

    pelengkap teori dalam Islam. Oleh karena itu, apabila kita bisa menjadi muslim dan

    muslimah sejati, tentu saja kebersihan tidak akan menjadi permasalahan lagi.

    Meskipun pada kenyataannya, sekarang Islam diikonkan sebagai agama yang cukupjorok. Nggak percaya? Banyak dari kaum lain yang mengatakan bahwa anak pesantren

    itu jorok, orang Islam jarang mandi, orang Islam mulutnya bau, dan celoteh-celoteh lain

    yang sangat tidak mengenakkan di hati. Mau marah? Tentu. Mau caci maki balik? Pasti.

    Itu s