32
WILAYAH PESISIR Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat- sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk

WILAYAH PESISIR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resume kuliah

Citation preview

WILAYAH PESISIRWilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat

meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-

sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh

vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas

terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini masih

dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti 

sedimentasi dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat

seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir merupakan daerah

pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun

terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan

perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang

disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002

tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir

didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling

berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari

wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas

administrasi kabupaten/kota.

Berdasarkan batasan tersebut di atas, beberapa ekosistem wilayah pesisir yang khas

seperti estuaria, delta, laguna, terumbu karang (coral reef), padang lamun(seagrass), hutan

mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalam wilayah ini. Luas suatu

wilayah pesisir sangat tergantung pada struktur geologi yang dicirikan oleh topografi dari

wilayah yang membentuk tipetipe wilayah pesisir tersebut. Wilayah pesisir yang berhubungan

dengan tepi benua yang meluas (trailing edge) mempunyai konfigurasi yang landai dan luas. Ke

arah darat dari garis pantai terbentang ekosistem payau yang landai dan ke arah laut terdapat

paparan benua yang luas. Bagi wilayah pesisir yang berhubungan dengan tepi benua patahan atau

tubrukan (collision edge), dataran pesisirnya sempit, curam dan berbukit-bukit, sementara

jangkauan paparan benuanya ke arah laut juga sempit.

Mendasarkan pada batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan

wilayah peralihan (interface) antara daratan dan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir merupakan

ekosistem khas yang kaya akan sumberdaya alam baik sumberdaya alam dapat pulih (renewable

resources) seperti ikan, terumbu karang, hutan mangrove, dan sumberdaya tak dapat pulih (non-

renewableresources) seperti minyak dan gas bumi, bahan tambang dan mineral lainnya. Selain

itu diwilayah pesisir juga terdapat berbagai macam proses yang sangat khas pula, seperti

gelombang, erosi dan pengedapan, dan proses lainnya yang dapat membentuk wilayah pesisir

menjadi lebih komplit.

Ekosistem alami di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan

mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky

beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, delta dan ekosistem pulau kecil.

Sedangkan ekosistem buatan dapat berupa tambak, pemukiman, pelabuhan, kawasan industri,

pariwisata dan sebagainya.

A. Pembagian Zone Wilayah Pesisir

Setiap zone perairan dipesisir mengalami proses mengahasilkan struktur sedimen yang

khas dan berbeda satu sama lainnya.Berdasarkan hal ini zone pesisir dibagi menjadi backshore,

foreshore, shoreface, dan offshore.

1. Backshore terletak diantara batas bawah gumuk pasir (sand dune) hingga ke garis air

pasang paling tinggi (mean high water line). Jadi Backshoreterdapat di amabang pantai

(beach bar).

2. Foreshore yaitu zone pasang surut, kawasan yang terletak di antara batas atas dan bawah

pasang air laut disebut. Backshore dan foreshoremerupkan bagian atas dari pesisir pantai.

Dikawasan ini terdapat zone pemecah, zone swash dan arus sepanjang pantai (longshore

current). Sehingga kawasan ini menerima tenaga aliran yang kuat. Sedimensedimen yang

ada diwilayah ini kebanyakan terdiri dari material pasir.

3. Shoreface yaitu zone yang berbatasan dengan zone peralihan. Batas

bawahshoreface bergantung pada rata-rata dasar gelombang maksimal (average

maximum wave base). Di kawasan shoreface sedimennya terdiri dari pasir bersih,

dibagian atas shoreface terdapat arus pesisir pantai. Pada saat cuaca buruk arus ini akan

bertambah kuat dan akan mengkikis bagian atasshoreface dan mengendapkannya semula

di bagian bawah shoreface atau membawanya kearah daratan seperti laguna. Jadi

dibagian shorefacesedimennya makin kasar kearah daratan dan riak simetri berubak

menjadi tak simetri dan gumuk (Clifton, 1967). Bagian bawah shoreface terdiri dari

lapisan dan percampuran antara lumpur dan pasir, tetapi pada saat cuaca buruk bagian

bawahnya mengalami tindakan gelombang dan akibatnya endapan pasir akan

percampuran lumpur dan pasir akan terbentuk di kawasan ini

4. Offshore merupakan zone lepas pantaiyang mengarah kelaut.

Gambar Pembagian Zone Pesisir Berdasarkan Strukturnya

Selain pembagian diatas wilayah pesisir juga dapat dibagi berdasarkan kedalamannya, yaitu:

1. Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayahini pada saat

air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubahmenjadi daratan. Oleh karena

itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.

2. Zona Meritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga

kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga

wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun

tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut disekitar

kepulauan Riau.

3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara

150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu

kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona meritic.

4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman

lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan,

jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.

Gambar Pembagian Zone Pesisir Berdasarkan Kedalamannya

B. Proses yang Terjadi di Wilayah Pesisir

Daerah pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah

tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan.

Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada

imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan

angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen

pesisir melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai

akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang

surut, gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D. Putinella, 2002).

Iklim mempengaruhi gelombang dan juga aktivitas biologi serta proses-proses kimia di

permukaan atau dekat dengan permukaan seperti evaporation, penyemian dan lain-lain. Menurut

Dahuri (1996) dalam Johanson. D. Putinella (2002), ombak merupakan salah satu penyebab yang

berperan besar dalam pembentukan pesisir. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya

tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya

ombak yang terdapat di dekat pesisir, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi

besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pesisir, seperti menyeret sedimen

(umumnya pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir.

Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan

daratan (erosi laut). Daya penghancur ombak terhadap daratan atau batuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain keterjalan garis pesisir, kekerasan batuan, rekahan pada batuan,

kedalaman laut di depan pesisir, bentuk pesisir, terdapat atau tidaknya penghalang di muka

pesisir dan sebagainya.

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pesisir, arus laut, terutama yang

mengalir sepanjang pesisir merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi

pesisir. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula

terjadi karena ombak yang membentur pesisir secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang

mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang

mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah

pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pesisir. Bentuk morfologispit, tombolo,

beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty (dermaga atau tembok laut) dan tanggul

pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi

sebagai penyebab terjadinya abrasi pesisir.

Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan

sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pesisir. Apabila jumlah

sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan

dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus

laut dalam pengangkutannya, maka dataran pesisir akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia

yang memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi

pesisir menjadi rusak apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

Proses-proses lainnya yang terjadi di wilayah pesisir antara lain:

• Proses Fisika yaitu proses-proses fisik yang mempengaruhi pembentukan pesisir seperti

gelombang, rombakan arus (rip current), arus pasang surut, pasang surut dan sebagainya.

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi .

• Erosi dan atau abrasi merupakan proses pengikisan batuan yang diakibatkan oleh tenaga

eksogen seperti air, angin, ombak, dan lainlainnya.

• Sedimentasi yang dibawa melalui sungai, arus sepanjang tepi pantai (longshore drift), dan

arus pasang surut. Sedimen ini terbentuk dari lumpur, pasir, hingga kerikil. Sedimen

bertekstur kasar terdapat di kawasan bertenaga tinggi.

• Arus laut pasang surut yang disebabkan oleh pasang surut air laut (subsidence) adalah

proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda

angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sehari sekali

(pasang surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda). Ketika pasang surut

terbentuk dilautan luas merambat sebagai gelombang menuju lereng benua (continental

slope) dan paparan benua (continental shelf), gelombang tersebut akan mengalami proses

perubahan karena nakin dangkalnya perairan.

C. Geomorfologi Wilayah Pesisir

Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai, ditentukan oleh

kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan proses tektoniknya. Relief/topografi

dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal,

palung llaut, gunung bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di

kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus, gelombang, kondisi

suhu, salinitas serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik

pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir

meliputi: sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda),

sedimentasi dan abrasi serta upwelling. Bentukan-bentukan yang umum terdapat diwilayah

pesisir adalah sebagai berikut:

1. Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang surut.

2. Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan

teluk atau danau yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai.

3. Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai yang

dipisahkan dari pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias tebentuk sebagai spit atau

gumuk pasir yang dibentuk oleh angin atau air.

4. Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang mengendap di

muara suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta

Arcuate (Berbentuk kipas), Delta Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta Estuarine

(Berbentuk estuarine).

5. Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau

tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.

6. Sea Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari hantaman

ombak.

7. Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang tersusun dari

batuan yang resisten sehingga masih bertahan dari hantaman gelombang.

8. Rawa Air Asin (Salt Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat genangan air laut di

dinggir pantai.

9. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai akibat erosi

gelombang.

10. Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai yang

terjadi oleh pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadanngkadang terbenam seluruhnya

oleh air laut.

Beberapa jenis bar antara lain:

• Spit yaitu yang salah satu ujunganya terikat pada daratan, sedangkan yang

lainnya tidak. Bentuknya kebanyakan lurus sejajar dengan pantai, tetepai oleh

pengaruh arus yang membelok ke arah darat atau oleh pengaruh pasang naik

yang besar, spit itupun membelok pula ke arah darat yang

disebut Hook atau Recurved Spit (Spit Bengkok).

• Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat pada daratan yang

menyeberang dibagian muka teluk.

• Tombolo adalah spit yang menghubungkan pulau dengan daratan induk atau

dengan pulau lain, contohnya daratan antara Pulau Pananjung dengan daratan

induknya Pulau Jawa.

 Gambar Bentukan Wilayah Pesisir

Gambar. Jenis Bar

Gambar. Barrier Island

Gambar Padre Island dan Pesisir Laguna Belize

KARAKTERISTIK  LAUT

Genesa Dan Tipologi Pantai

Kepulauan Indonesia terbentuk oleh proses (endogen) rumit geologi dari gejala

konvergensi lempeng (litosfer) menghasilkan bentang alam (fisiografi) yang sangat kompleks.

Demikian halnya dengan pantai pulau-pulaunya, terbentuk seiring evolusi geologi dengan ciri

masing-masing berdasar proses dan mandala geologinya, yang kemudian terlihat pada

keragaman jenis batuan, struktur dan kelurusan, lereng pantai dan perairan bentuk muara sungai

dan lain-lain bagian bentang pantai. Kondisi iklim/cuava (atmosfer) dan laut (biosfer) mengiringi

evolusi tersebut memberi pengaruh (eksogen) pada proses pembentukan bentang alam. Kegiatan

manusia (biosfer) mulai ikut berpengaruh pada proses evolusi mengubah bentang alam melalui

upaya (anthropogenic) mengubah lingkungan untuk kepentingannya sejak zaman Anthroposen.

Berdasar kenyataan demikian, klasifikasi wilayah pesisir dan pantai di Indonesia akan

lebih sempurna bila didasarkan atas beberapa hal yang menyangkut proses pembentukan

(genesa) dan perubahannya yang melibatkan unsur-unsur di atas. Berdasar klasifikasi ini, dapat

lebih mudah mengenali sifat dan potensi hingga kerawanan yang dimilikinya, yang bermanfaat

sebagai dasar dalam upaya pengelolaannya berdasar keseimbangan dan kelestarian, di masa yang

akan datang. Suatu pengkelasan pantai berdasar genesa, morfologi serta kondisi perairannya

diusulkan sebagai berikut, mengikuti kriteria-kriteria:

Tektonik:

Proses tektonik akibat konvergensi gerak lempeng dan kerak adalah sebagai kendali

utama proses yang menghasilkan geologi dan bentang alam pesisir dan pantai saat ini.

Penunjaman (Subduction): Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara

menghasilkan penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB).

Penunjamann dicirikan oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur busur luar dan

jalur volkanik. Pesisir dan pantai jalur ini umumnya dibentuk oleh perbukitan terjal dengan

tebing lereng depan curam tanpa tutupan tumbuhan. Pantai umumnya menerima langsung

hempasan gelombang dan erosi, sementara teluk terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang

rumit dan batas antar litologi. Pasir pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen

sungai. Terumbu karang tumbuh di perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan pulau-

pulau kecil.

Ciri morfologi pantai dan pesisir lainnya adalah:

- Tebing curam perbukitan pantai

- Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam

- Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang

membentuk bukit pasir (sand dune) dengan selingan rawa.

- Pola aliran sungai hampir tegak lurus pantai dengan gradient tebing curam lambah

sungai

- Kegempaan kuat dan sering kejadiannya, adakalanya diikuti tsunami

- Penenggelaman bergantian dengan pengangkatan pantai atau terumbu karang

mengiringi proses penunjaman. Curah hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan

ini memberikan bentang alam dengan tebing dan lereng curam. Contoh kota

pantai di jalur ini adalah: Sibolga, Padang, Bnegkulu, Cilacap, dll.

Tumbukan (collision): Gerak lempeng yang saling bertumbukan menghasilkan batuan

yang tercampur aduk (chaotic) yang terkerat kuat oleh struktur geologi patahan dan rekahan.

Proses tumbukan dapat diamati hasilnya di kawasan antara Flores hingga Wetar sebagai sisa

jalur volkanik dengan ciri pantai kaki volkanikdengan tutupan batu gamping terangkat, Sumba

sebagai busur luarnya denganmorfologi pantai teras terumbu terangkat, dan jalur Sabu-Rote dan

Timor sebagai jalur tumbukan dengan ciri pantai curam serta singkapan batu gamping terangkat

dengan terobosan lumpur endapan tua. Contoh kota di jalur ini adalah: Kupang, Waingapu, Baa,

dll

Gerakan Lateral : Jenis konvergensi yang menghasilkan batas pertemuan dari lempeng yang

saling geser ini di Indonesia tidak begitu mudah dilihat gejalanya didaratan, kecuali di kepala

burung Irian Jaya yang menghasilkan sesar geser. Sorong dengan pegunungan terjal menghadap

langsung ke laut membentuk pantai curam berbukit. Patahan dan rekahan menandai jalur ini

menyebabkan batuan pantai bertebing curam bertambah rentan longsor dan terabrasi. Pantai di

jalur ini umumnya sangat labil dan rawan bencana, mengingat kegempaan juga relatif tinggi

(gempa dan tsunami di. P Biak). Contoh kota di mandala ini: Biak, Manokwari, Sorong

Kraton Stabil : Inti atau kraton di Indonesia ditandai oleh hampir absennyakegempaan,

sebagaimana dicatat di Kalimantan (barat dan selatan) yang dianggap sebagai kraton dari busur

kepulauan Indonesia saat ini. Stabilnya kawasan ini dari kerjaan gejala geologi menyebabkan

gaya eksogen (cuaca, dll) mengontrol lebih jauh dengan gejala denudasi atau

pendataran (peneplain) dari bentang alam pegunungan tua menghasilkan wilayah pesisir sangat

luas yang ditempati rawa dataran (lahan) basah (wet land) dari bentang alam hilir yang telah

lanjut. Dataran basah ditutupi rawa atau hutan tropis basah. Estuari terbentuk lebar di bagian

yang memiliki beda pasang tinggi, yang pasang naiknya dapat dirasakan di pedalaman jauh dari

muara. Rataan tebal bakau menutup pantai, menahan gempuran gelombang dan

menangkap sedimen dari muara yang menyebar, menghasilkan akresi pantai. Contoh kota di

jalur ini adalah: Pontianak, Banjarmasin

Pantai terangkat dan tenggelam : Jenis pantai yang mengalami pengangkatan dan penuruan

dapat ditemukan di berbagai pulau di kawasan yang saat ini berada pada jalur aktif  tektonik yang

menghasilkan gerak tegak, di jalur tumbukan atau penunjaman. Di darat, gejala ini terlihat di

pantai yang bertutupan tumbuhan adalahtenggelamnya sebagian tumbuhan (Cassuarina sp,

mangrove, dll) atau bentukkhusus terumbu karang yang menandai gejala ini (out side stepping)

dan gejala erosi pantai. Adanya pengangkatan dapat terlihat dari bentuk undak teras pantai dan

adanya akresi pantai sementara munculnya terumbu karang membentuk daratan merupakan tanda

di bagian perairan. Penurunan daratan dapat diakibatkan oleh adamya kompaksi endapan di

pesisir, atau memang ada gejala kenaikan permukaan air laut. Contoh kota di pulau ini

adalah: Waingapu (Sumba), Tuah Pejat (Mentawai)

Volkanik: Jalur gunung api menempati suatu kelurusan, yang di pulau besarseperti Sumatra dan

Jawa, hasil kegiatannya membentuk kerucut yang kakinya tidak mencapai pesisir (kecuali

beberapa: Muria, Rajabasa, dll), namun di Sunda Kecil, pulau volkanik relatif kecil dan memiliki

gugusan gunung api yang muntahan kegiatannya mencapai pesisir dan masuk ke laut (Bali-

Flores, Alor). Batuan padat dan keras hasil kegiatan volkanik membentuk tebing curam pantai

pulau gunung api, diseling lereng landai kaki gunung berbatuan lepas dan pasir membentuk

pantai sempit datar. Aliran lava atau lahar seringkali langsung masuk ke laut, membentuk lereng

dasar laut dengan kemiringan dan jenis batuannya tergantung dari komposisi magmanya.

Pantai sempit landai dengan sungai kecil disekitarnya memungkinkan bakau tumbuh, adakalanya

bersisian atau menumpang di atas substrat pasiran danterumbu karang. Kota-kota pantai di

mintakat ini antara lain: Jepara, Denpasar, Larantuka, dll.

Pantai dan pesisir berdasar fisiografi kepulauan:

Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas : Pantai dan pesisir yang menghadap ke

arah laut/samudera lepas ditandai oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam

kasar, berbukit terjal menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir

adakalanya menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai. Jalur ini

umumnya erat kaitannya dengan jalur tumbukan atau penunjaman. Gelombang besar

merupakan bagian dari sistim gelombang samudra, namun tsunami adakalanya terjadi

menyusul gempa kuat yang sering terjadi di jalur ini. Contoh kota di pesisir ini antara

lain: Sibolga, Padang, Bengkulu, Cilacap, dst.

Pantai – pesisir yang menghadap cekungan belakang (tepian paparan) Cekungan

belakang dari jalur konvergensi tektonik ditandai oleh paparan landai luas dengan alur

sungai (dendritic) panjang dan dataran tangkapan hujan luas, mengalir berkelok-kelok

melalui rawa dan dataran limpahan banjir, ke pantai berawa dan ber tutupan tebal bakau

membentuk muara delta luas dengan pulau pulau delta di depannya. Jenis pesisir ini

dijumpai di perairan timur Sumatra utara Jawa dan selatan Irian. Contoh kota yang

mewakili dan berada di mintakat ini adalah: Lhokseumawe, Palembang, Jakarta,

Semarang, dll.

Pesisir menghadap tepian kontinen. Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan

Sahul yang ke arah mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan

sangat stabil dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran

saat sempat kering ketika susut laut hingga –145 m dari muka laut sekarang. Bentang

alam saat susut laut memiliki kemiripan dengan bentang pesisir sekarang, ditandai oleh

daerah limpahan banjir, rataan terumbu karang dan bakau serta endapan pasir pantai.

Beberapa sisa bentang alam tinggian masih terlihat berupa pulau pulau di perairan ini

(Senayang-Lingga-Bangka- Natuna-Karimata dll). Landai dan dangkalnya perairan

seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut saat musim barat sulit hilang.

Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan. Sisa pematang pantai purba membentuk

rataan tipis oleh endapan pasir kuarsa. Terumbu karang kurang pertumbuhannya di

perairan ini yang umumnya ditandai oleh air keruh siltasi sedimen agitasi gelombang.

Kota-kota yang mewakili antara lain: Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, dll

Jalur pulau busur luar:Jalur pulau non volkanik busur luar terbentuk hampir menerus di

barat dari pulau Sumatra menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur

Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau tersebut

terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan tumbukan lepeng,

dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk perbukitan dan terpotong patahan.

Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut terangkat keluar membentuk perbukitan

di pantai bertebing curam. Teluk terbentuk oleh struktur geologi, umumnya padanya

bermuara sungai membentuk endapan pasir disekelilingnya atau tutupan bakau.

Dangkalan akibat terangkatnya batuan, ditumbuhi terumbu karang yang di atasnya

seringkali kemudian tumbuh bakau. Sedimen lepas atau keras terkomkakan dari endapan

karbonat di pantai terbentuk dari hasil rombakan terumbu karang. Pulau-pulau di barat

Sumatra mengalami gerak pengangkatan mengiringi kegempaan yang adakalanya diikuti

tsunami, namun ditengarai pula adanya penurunan. Di Sumba dan Sabu, pengangkatan

lebih dominan dan menerus menghasilkan undak teras. Kota-kota yang mewakili, antara

lain: Muara Siberut, Waingapu, Seba, Baa, dll

Pulau gunung api: Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan bahan volkanik yang

dimuntahkan hingga ke perairan membentuk pesisir pantai landai di bagian mana sering

ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya. Endapan lahar atau lava sering

mencapai rataan bakau dan terumbu, namun dapat segera tumbuh pulih kembali setelah

5-6 tahun kemudian. Pulau-pulau ini membentuk jajaran dari Bali hingga Flores. Pantai

curam terbentuk oleh terobosan batuan volkanik atau batuan tufa lelehan dan lahar

konglomeratan yang tersemenkan. Lembah sungai dalam di hulu berakhir pada muara

yang berpantai landai pada pesisir datar, namun sering berupa muara sempit. Contoh kota

yang mewakili mintakat ini antara lain: Denpasar, Mataram, Bima, Banda, Maumere, dll

Pulau kecil di laut dalam: Guyot dan kerucut gunung api aktif banyak ditemukan di

perairan Laut Banda, membubung naik dari kedalaman membentuk pulau yang terisolasi.

Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas dekat

permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada batuan

volkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit batu gamping

karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan. Pantai sempit landai

adakalanya ditumbuhi bakau. Contoh kota yang mewakili pemukiman di pulau ini antara

lain adalah Banda

Pulau-pulau kecil di paparan tepian kontinen. Pulau terbentuk oleh tinggian batuan yang

resistan dari kerjaan cuaca di kawasan geologi yang stabil bagian dari paparan kontinen.

Perubahan paras muka laut lebih mengontrol evolusi morfologi perairan ini membentuk

alur perairan dangkal yang ditutupi endapan pantai dan sungai purba. Dangkalnya

perairan menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang, menyebabkan kualitas terumbu

karang kurang baik namun endapan pantai di perairan tenang mengalasi rataan tebal

bakau. Pantai purba sempit terbentuk di pesisir yang menghadap ke periaran bebas yang

bergelombang kuat yang membantu pembentukan endapan pasir kuarsa putih. Contoh

kota yang menempati gugusan pulau ini adalah: Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, dll.

Pulau Delta:Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang

mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan membentuk

pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau hutan tropis dataran

basah pada kisaran supra tidal atau intertidal. Kota-kota di pesisir timur Sumatra dari

Riau hingga Jambi menempati kawasan ini (Rumbai, dst). Daerah peralihan antara daratn

dan lautan sering ditandai dengan adnya suatu perubahan kedalaman.

Ada tiga daerah untuk membedakan kedalaman, yaitu sebagai berikut.

Continental Shelf

Continental Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng yang landai (kemiringan

kira-kira sebesar 0,4 %) dan berbatasan langsung dengan daerah daratan. Daerah ini biasanya

mempunyai lebar antara 50-70 km dan kedalam maksimum dari lautan yang ada di atasnya tidak

lebih besar di antara 100-200 m.

Continental Slope

Continental Slope mempunyai lereng yang lebih terjal dari Continental Shel di mana

kemiringannya bervariasi antara 3 % dan 6 %.

Continental Rise

Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan lahan

menjadi datar pada dasar lautan. Masih ada lagi istilah di kawasan pantai, yaitu lepas pantai

(offshore), tepi laut depan (foreshore), dan tepi laut belakng (backshore). Adapun rincian

penjelannya yaitu:

1. kawasan lepas pantai (offshore) adalah daerah yang ada di luar lintasan gelombang laut

2. kawasan tepi laut depan (foreshore) dibatasi dari zona pasang rendah hingga pasang

tinggi.

3. Kawasan tepi laut belakang (backshore) adalah kawasan yang tidak tergenang laut pada

waktu pasang tinggi, tetapi hanya terbenam bila ada gelombang ataupasang yang sangat

besar.

Adapun kenampakan yang terkait dengan pantai yaitu:

Laguna (haff) atau danau pantai atau pantai berdanau, yaitu bagian laut yang ada di tepi

pantai yang terpisah sebagian atau seluruhnya akibat adanya lidah tanah atau kubus

pesisir (nehrung)

Estuarium adalah sebagian lembah yang sudah tenggelam di sebuah pantai rendah.

Estuarium terjadi karena di tempat itu terdapat perbedaan besarantara tingginya air laut

pada waktu pasang naik dan pasang surut. Estuarium berbentuk corong agak jauh kea rah

darat.

Delta adalah daratan yang rendah sekali di muara sebuah sungai, yang terjadi karena

pengendapan hasil erosi

Fyord adalah lembah-lembah gletser pada zaman es yang digenangi kembali oleh air laut

setelah berakhirnya zaman es

Ria adalah genangan air laut yang terdapat pada lembah sungai yang mengalami

penurunan.

Teluk adalah laut yang menjorok ke darat.

Laut

Laut adalah bagian dari permukaan bumi yang digenangi oleh air dan mempunyai kadar

garam yang cukup tinggi. Ilmu yang mempelajari laut adalah oseanografi. Indonesia adalah

Negara maritime, luas laut territorial sebesar 3,1 juta km2 atau kira-kira 63 % dari seluruh

wilayah Indonesia. Laut dapat dikelompokkan menurut letak, kedalaman, dan terjadinya.

Menurut letaknya, laut dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Laut tepi adalah laut yang terletak di tepi benua, seakan-akan terpisah oleh sederetan

pulau-pulau atau jajazirah, seperti laut cina selatan.

2. Laut pertengahan adalah laut yang terletak di antara benua, seperti laut tengah yang

berada di antara benua eropa, benua afrika dan benua asia.

3. Laut pedalaman adalah laut yang berada di tengah-tengah benua atau laut yang dikelilingi

oleh daratan, seperti laut mati, laut hitam, dan laut kaspia.

Menurut kedalamanya, laut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu  ebagi berikut.

1. Zona litoral (zona pesisir), yaitu laut yang terletak di antara garis pasang dan garis surut.

2. Zona neritios, yaitu laut yang mempunyai kedalaman dari 0 m - 200 m.

Wilayah ini memiliki cirri-ciri:

Sinar matahari masih tembus sampai dasar laut

Kedalaman 200 m

Tempat ikan dan tumbuhan laut, seperti yang terdapat di laut jawa, selat malaka,

dan laut arafuru

3. Zona bathyal, yaitu laut dengan kedalaman 200 m – 1000 m. wilayah ini memiliki cirri-

ciri:

Sinar matahari tidak bisa mencapai dasar laut

Ikan dan tumbuhan yang dihidup di wilayah ini mulai berkurang

4. Zona abyssal, yaitu laut yang mempunyai kedalaman 1000 m – sampai 6000 m. wilayah

ini memiliki cirri-ciri:

sinar matahari tidak ada lagi

suhu sangat rendah hingga mencapai titik beku

tumbuhan dan binatang yang ada sangat terbatas.

Menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

1. Laut trangresi (laut genangan), yaitu laut yang terjadi setelah zaman es berakhir, dengan

kedalaman kurang dari 200 m. contoh, laut transgresi adalah laut yang memisahkan

pulau-pulau di Indonesia.

2. Laut ingresi (laut tanah turun), yaitu laut yang terjadi akibat tanah longsor, patahan atau

pelipatan kulit bumi dan biasanya sangat dalam. Contohnya, laut banda

Morfologi Laut Dan Pantai

Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu adalah datar dan tidak

mempunyai bentuk. Namun, ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi

laut kompleks seperti daratan. Dasar laut hamper sama dengan permukaan bumi, ada yang datar,

rata, lereng, ngarai, lembah, dan ada juga dataran rendah, dataran tinggi, dan gunung berapi.

• Relief dasar laut

a. daerah jeluk (abisal) daerah atau kawasan ini relative datar terletak di bagian laut dalam.

Kawasan abisal luasnya mencakup hingga dua pertiga luas dasar lautan.

b. Trench Palung memanjang adalah ngarai dasar laut sempit yang dalam dan panjang.

Bagian laut yang terdalam adalah berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah

sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua dengan kepulauan. Contohnya

palung jawa. Palung ini ada yang mencapai kedalaman 7700 m.

c. Seamount .Gunung laut adalah gunung yang ada di dasar laut. Gunung tersebut

merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar lautan, tetapi tidak dapat

mencapai permukaan laut. Seamount mempunyai lereng yang curam, berpuncak runcing

dan kemungkinan mempunyai tinggi 1 km.

d. pulau gunung api pulau gunung api adalah gunung api laut yang tersembul hingga

permukaan laut.

e. punggung laut atau pematang tengah samudera pematang tengah samudera adalah

pegunungan besar dan sangat panjang yang ada di tengah samudera. Panjangnya hingga

puluhan ribu kilometer. Contohnya. Pematang tengah samudera pasifik dan pematang

tengah samudera atlantik.

f. atol-atol daerah ini terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagaian tenggelam di bawah

permukaan air. Batu-batuan yang terdapat di sini ditandai oleh adanya terumbu karang

yang terbentuk seperti cincin.

Adapun Pantai yaitu terdiri dari beberapa kelompok yaitu:

• Pantai curam singkapan batuan : Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang

menghadap laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan, berupa pantai

curam singkapan batuan volkanik, terobosan, malihan atau sedimen. Jenis pantai

ditemukan pantai barat Sumatra, Pulau Simeuleule hingga Enggano, Pantai Selatan

Jawa, Nusa Dua-Bali, Pantai selatan Lombok - Flores, Sumba, Sabu, Rote, Timor, Solor

- Wetar, Pantai timur Tanimbar, Pantai utara Ceram Irian Jaya.

• Pantai landai atau datar: Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton

stabil atau cekungan belakang. Absennya gejala geologi berupa pengangkatan dan

perlipatan atau volkanisme, pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen

cuaca dan hidrologi. Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian

pesisir dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi di

perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan delta sangat

lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan tanah, sementara air tanah

tawar sulit ditemukan.

• Pantai dengan bukit atau paparan pasir: Pantai menghadap perairan bergelombang dan

angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan

perbukitan pasir. Kondisi kering dan berangin kuat dapat membentuk perbukitan pasir.

Air tanah seringkali terkumpul dari air meteorik yang terjebak. Sementasi sedimen

terbentuk bila terdapat cukup kelembaban dari air laut (spray) dan terik matahari. Jenis

pantai ini berkembang baik di perairan yang menghadap samudra Hindia (Sumatra

pantai barat, Jawa, dst.). Paparan pasir juga terbentuk di perairan yang menghadap

cekungan dalam di pulau kecil atau gunung api sejauh cukup landai lereng pantai dan

sedimen sungai serta agitasi gelombangnya.

• Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar: Pantai tepian samudra dengan agitasi kuat

gelombang serta memiliki sejumlah muara sungai kecil berjajar padanya dengan asupan

sedimen, dapat membentuk garis lurus dan panjang pantai berpasir. Erosi terjadi bila

terjadi ketidak seimbangan lereng dasar perairan dan asupan sedimen.

• Pantai berbukit dan tebing terjal: Bentang pantai ini ditemukan di berbagai mintakat

berbeda, yaitu di jalur tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa tinggian di

paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser. Batuan keras yang

terkerat patahan dan rekahan umun dijumpai di kawasan yang gejala tektoniknya kuat.

Batuan terobosan atau bekuan tufa dapat membentuk tebing terjal di pantai pulau

volkanik. Di kawasan dengan proses pengangkatan dan pelipatan, kecuraman lereng

pantai atau bukit adakalanya tergantung arah lipatan dan kemiringan perlapisan dan

kekerasan maupun kestabilan batuannya. Terjalnya tebing pantai dan kuatnya agitasi

gelombang meniadakan peluang terumbu karang tumbuh, demikian halnya dengan

bakau. Tutupan tumbuhan masih mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di

kawasan dengan curah hujan memadai.

• Pantai erosi Terjadinya erosi terhadap pantai disebabkan oleh adanya: batuan atau

endapan yang mudah tererosi, agen erosi berupa air oleh berbagai bentuk gerak air.

Gerak air dalam hal ini bisa berupa arus yang mengikis endapan atau agitasi gelombang

yang menyebabkan abrasi pada batuan. Erosi tidak hanya berlangsung di permukaan,

namun juga yang terjadi di permukaan sedimen dasar perairan. Erosi maksimum terjadi

bila enersi dari agen erosi mencapai titik paling lemah materi tererosi. Pada sedimen

lepas di pantai, arus sejajar pantai oleh adanya gelombang atau arus pasang surut sudah

mampu menjadi penyebab erosi. Erosi yang terjadi pada dasar perairan akan mengubah

lereng yang berdampak pada perubahan posisi jatuhnya enersi gelombang pada pantai.

Berikutnya, agitasi gelombang dapat merusak titik terlemah dari apapun yang

ditemukan dengan enersi maksimal. Pencapaian titik terlemah dapat terjadi bila saat

badai dengan gelombang kuat terjadi bersamaan dengan posisi paras muka laut jatuh

pada sisi paling lemah, yaitu permukaan rataan pasir pantai. Erosi diperparah bila

sedimen sungai yang menjadi penyeimbang tidak cukup mengganti sedimen yang

tererosi. Jenis pantai dengan ancaman seperti ini terdapat di pesisir barat Sumatra,

selatan Jawa dan beberapa tempat yang menghadap perairan dengan agitasi gelombang

kuat. Pada tebing pantai batuan keras, abrasi terjadi pula namun memerlukan waktu

lama untuk menghasilkan dampak yang terlihat. Takik pada batuan di ketinggian

tertentu diakibatkan kerjaan abrasi ini, bila takik terlalu dalam dan beban tidak dapat

tertahan lagi, bagian atas tebing runtuh. Pada beberapa kejadian, takik juga dipercepat

dalamnya oleh kegiatan pelubangan biota.

• Pantai akresi: Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan sedimen lebih dari

jumlah yang kemudian dierosi oleh laut. Dengan demikian, akresi merupakan kebalikan

dari proses erosi. Keseimbangan yang menyebabkan dua proses tersebut berlangsung

bergantian adalah kondisi: berubahnya paras muka laut, perubahan enersi agen erosi,

perubahan jumlah sedimen yang tersedia, dan lereng dari dasar perairan. Akresi pantai

oleh sedimen halus sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai

penguat endapan baru dari erosi atau longsor. Kecepatan akresi di beberapa pantai

dikendalikan oleh intensifnya sedimentasi hasil erosi di hulu.