Upload
phamdang
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Wilayah NegaraPengertian “negara” secara umum, pada awalnya terdapat dalam KonvensiMontevideo tahun 1933 mengenai hak dan kewajiban negara, yang menyebutkan beberapa unsur daripada suatu negara sebagai subjek hukumInternasional (characteristic of State as a person of International Law) :
a) permanent population;
b) a defined territory;
c) a Government; and
d) a capacity to enter into relations with other States.
Pengertian mengenai negara sangatlah luas tergantung dari sudut manapengertian tersebut akan ditinjau. Dari ke-empat unsur yang disebut olehkonvensi tersebut diatas, yang banyak terkait dengan pelaksanaan konvensiadalah unsur ke-dua, yaitu “a defined territory”, karena “defined territory” inimemerlukan kejelasan dan kepastian hukum. Dalam Pasal 2 (1) KonvensiHukla terlihat bahwa setiap negara memiliki “land territory” dan “internal waters”. Konvensi Hukla 1982 ini telah menjawab sebagian nsur kedua, khususnya tentang bagaimana suatu negara menetapkan “defined territory” dilaut, yang berbatasan dengan laut territorial. Penetapan “defined territory” serta status hukumnya yang terkait dengan udara diatasnya, selain terdapatdalam Pasal 1 dan 2 Konvensi Chicago tentang Civil Aviation tahun 1944, jugadiatur “kembali” tatanannya dalam Konvensi Hukla 1982 ini.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Wilayah Indonesia
• Sesuai dengan prinsip hukum internasional uti possidetisjuris, wilayah Indonesia adalah wilayah bekas kekuasaanHindia Belanda.
• Wilayah Indonesia ditentukan pertama kali denganTerritoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939.
• Selanjutnya seiring dengan perjalanan NKRI, Pemerintah RI memperjuangkan konsepsi Wawasan Nusantara mulai dariDeklarasi Djuanda, berbagai perundingan dengan negaratetangga, sampai pada akhirnya konsep Negara Kepulauanditerima di dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS ’82)
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
UNCLOS
1982
• Ditandatangani di Montego Bay, Jamaica pada30 April 1982
• Telah diratifikasi oleh 149 negara
• Berisi mengenai penetapan batas-batas terluardan garis batas antar negara dari berbagai zonamaritim seperti : Perairan Dalam, Laut teritorial, Selat, Zona Tambahan, Zona EkonomiEksklusif, Landas Kontinen, Laut Bebas/Lepas, dan Kawasan.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Darmawan
Istilah Negara dalam Konvensi Hukum Laut 1982
1. Coastal State (Negara Pantai)
Istilah teknis
2. Archipelagic State
Part IV. Archipelagic State
3. Landlocked State
Part V. EEZ. Art. 69
4. Geographical Disadvantage State
Part V. EEZ. Art. 70 para (2)
5. Flag State
Part VII. High Seas. Art. 91
6. Port State
Art. 218
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
1. Negara Pantai
Tidak ada perumusan hukum tersendiri untuk pengertian Coastal
State. Tidak ada use of terms untuk Coastal State. Coastal State
merupakan pengertian tehnis, yang maknanya dapat dilihat dari
pengertian linguistiknya, sedangkan fungsinya dapat ditemukan
berdasarkan sistematika penggunaan istilah Coastal State tersebut
dalam ketentuan-ketentuan konvensi.
Coastal State diterjemahkan sebagai Negara Berpantai. Artinya
semua bentuk negara yang memiliki pantai, termasuk Negara
Kepulauan.
3. Land-Locked States yang memiliki pengertian Negara Tak
Berpantai, sudah tentu tidak termasuk dalam Coastal States. Dalam
sharing sumber daya alam laut di ZEE dengan land-locked States,
timbul pula istilah Developed Coastal States (Art.69 para 4).
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap Darmawan
2. Negara Kepulauan
Negara Kepulauan atau “Archipelagic States” merupakan lembaga
hukum baru dalam Konvensi Hukum laut, yang sebelumnya
(Konvensi Geneva 1958) tidak ada. Oleh karena itu istilah ini memiliki
pengertian hukum tersendiri.
Part IV : Archipelagic States.
Art.46 : Use of terms.
For the purpose of this Convention :
1. “archipelagic State” means a State constituted wholly by one or
more archipelagos and may include other islands;
2. “archipelago” means a group of islands, including parts of
islands, interconnecting waters and other natural features which
are so closely interrelated, that such islands, waters and other
natural features form an intrinsic geographical, economic and
political entity, or which historically have been regarded as such.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap Darmawan
3. Land-Locked States
Artinya Negara Tak Berpantai, sudah tentu tidak termasuk dalam
Coastal States. Dalam sharing sumber daya alam laut di ZEE dengan
land-locked States, timbul pula istilah Developed Coastal States
(Art.69 para 4).
4. Geographically Disadvantage States :
Artinya Negara yang secara geografis tak beruntung. Pengertian ini
diperlukan, karena persoalan pembagian sumber daya alam laut
harus memberikan keadilan bagi semua negara.
Negara ini merupakan negara yang pantainya kecil, atau terjepit,
sehingga akses ke laut untuk memperoleh sumberdaya alam di laut
tidak seperti halnya negara berpantai lainnya. Pengertiannya
terdapat dalam Art.70 para (2)
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap Darmawan
5. Flag State :
Flag State dimaksudkan sebagai Negara bendera. Ketentuan mengenai Flag
State juga dirumuskan secara khusus dalam ketentuan tersendiri, karena
pengertian ini dapat menimbulkan akibat hukum yang luas. Semua kapal wajib
memiliki kebangsaan kapal. Hal ini selain menyangkut status hukum “teritori”
diatas kapal, juga menyangkut pertanggungan jawab negara dalam
penyelenggaraan keamanan pelayaran, serta pelaksanaan hukum laut.
Pengaturan mengenai Flag State dalam Konvensi Hukla “terpaksa”
ditempatkan di Bab mengenai High Seas. Karena Kebangsaan Kapal sangat
diperlukan dalam pergaulan internasional di laut bebas, maka penempatan
masalah kebangsaan kapal ini akhirnya diletakkan di Bab II :
Part VII : High Seas
Section 1 : General Provisions.
Art.91 : Nationality of ships.
Every State shall fix the conditions for the grant of its nationality to ships, for
the registration of ships in its territory, and for the right to fly its flag. Ships
have the nationality of the State whose flag they are entitled to fly. There must
exist a genuine link between the State and the ship.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap Darmawan
Darmawan
Istilah-Istilah Kewilayahan Laut
1. Territorial Sea
Part 2. Section 1. General provision
Art. 2. Legal Status
Part 2. Section 2. Limits of the territorial sea
Art. 3. Breadth
Art. 4. Outer limit of territorial sea
Art. 5. Normal Baseline
Art. 6. Reefs
Art. 7. Straight baselines
Art. 8. Internal waters
Art. 9. Mouths of rivers
Art. 10. Bays
Art. 13. Low-tide elevations
Art. 14. Combination
Art. 16 Charts
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Laut teritorial / Territorial Waters
• Laut yang terletak di sisi luar garis pangkal yang tidak melebihi lebar 12 mil laut dari garis pangkal.
• Kedaulatan penuh / Full sovereignty.
• Ketentuan ini dalam pasal 3 UNCLOS telah dianggap sebagai hukum kebiasaan internasional.
• Terdapat hak lintas damai (right of innocent passage).
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Darmawan
2. Archipelagic Waters (Part IV.)
Art. 47. Archipelagic baselines
Para (1) ratio of the area of the water to the area of
the land, is between 1 to 1 and 9 to 1
Para (2) Length of such baselines shall not exceed 100
nm, except 3 % but maximum 125 nm
Para (4) not from low-tide elevations, unless lighthouses…
Para (8) and (9) charts
3. Economic Exclusive Zone (Part V.)
Art. 55. legal regime
Art. 56. Rights, jurisdiction and duties
Art. 57. Breadth of the EEZ
Art. 58. Rights and duties of other States in the EEZ
Art. 60. Artificial islands, installations and structures
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Darmawan
Art.55 : Specific legal regime of the exclusive economic zone
The exclusive economic zone is an area beyond and adjacent to the territorial
sea, subject to the specific legal regime established in this Part, under which the
rights and jurisdiction of the Coastal State and the rights and freedoms of other
States are governed by the relevant provisions of this Convention.
Disini meskipun hanya disebut hak Coastal State saja tetapi Archipelagic State
juga termasuk
In the EEZ, the coastal State has:
(a) Sovereign rights for the purpose of exploring and exploiting, conserving and
managing the natural resources, whether living or non-living, of the waters
superjacent to the sea-bed and of the sea-bed and its subsoil, and with regard
to other activities for the economic exploitation and exploration of the zone,
such as the production of energy from the water, currents and winds,
(b) Jurisdiction
- Establishment and use of artificial islands, installations and structures
- Marine scientific research
- The protection and preservation of marine environment
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Zona Ekonomi Eksklusif /
Economic Exclusive Zone
• Zona selebar 200 mil laut yang dihitung dari garis pangkal.
• Di zona tersebut terdapat Hak Berdaulat / Sovereign rights.
• Hak-hak tersebut adalah hak untuk eksplorasi & pengelolaan sumber kekayaan alam, hayati maupun non hayati, dari perairan diatas dasar laut & dari dasar laut dan tanah dibawahnya untuk kepentingan ekonomi.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Copyright (c) Arie Afriansyah 2007
Darmawan
4. Continental Shelf (Part VI.)
Art. 76. Definition
Para (1) …the continental shelf of a coastal state comprises the sea-bed and
subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial sea throughout
the natural prolongation of its land territory to the outer edge of the continental
margin, or to a distance of 200 nm from the baselines from which the breadth of
the territorial sea is measured where the outer edge of the continental margin
does not extend up to that distance…
Para (4) beyond 200 nm
Art. 77. Rights of the coastal state
Para (1) sovereign rights
Para (3) rights do not depend on occupation, effective or notional, or on any
express proclamation
Disini meskipun hanya disebut hak Coastal State saja tetapi Archipelagic State
juga termasuk
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Landas Kontinen / Continental Shelf
• Landas kontinen suatu negara pantai meliputidasar laut & tanah dibawahnya dari area dibawahpermukaan laut yang terletak diluar lautteritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayahdaratnya hingga pinggiran luar tepi kontinen atauhingga jarak 200 mil laut dari garis pangkal. Dapatdiperpanjang hingga 350 mil laut. (pasal 76 UNCLOS 1982).
• Negara pantai tersebut mempunyai hak berdaulatuntuk melakukan eksploitasi & eksplorasi SDAnyasesuai dgn pasal 77 UNCLOS 1982.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Darmawan
5. High Seas (Part VII.)
Art. 86. Application of the provisions of this part
Art. 87. Freedom of the high seas
Para 1 : The high seas are open to all States, whether coastal or
land-locked. Freedom of the high seas is exercised under the
conditions laid down by this Convention and by other rules of
international law. It comprises, inter alia , both for coastal and
land-locked States:
a) freedom of navigation;
b)freedom of overflight;
c) freedom to lay submarines cables and pipelines, subject to Part
VI; etc.
Disini meskipun hanya disebut hak Coastal State saja tetapi
Archipelagic State juga termasuk.
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap
Laut Bebas/Lepas / High Seas
(International Waters)
• Laut diluar dari ZEE.
• Tidak ada / berlaku kedaulatan negara manapun.
• Merupakan res communis dengan beberapa kebebasan seperti kebebasan berlayar, penerbangan, memasang kabel laut, perikanan, dan riset ilmiah.
• Terdapat hak pengejaran seketika (right of hot pursuit).
Kapita Selekta Kebijakan Perikanan Tangkap