48
Studi Paradigma Pembangunan Pertanian dari Perspektif Islām 1 Oleh: Daru Nurdianna 2 Abstrak: Paper ini bertujuan untuk melakukan kajian paradigma pembangunan pertanian dari perspektif Islām. Pertanian Indonesia yang dimana menjadi basis ekonomi Bangsa, mengalami sebuah keadaan yang tidak berkembang dengan baik. Maka, persoalan yang multidimensi ini, mendorong dilakukannya usaha-usaha pembangunan pertanian. Namun dari kajian pembangunan pertanian, ia berkiblat dan selalu diarahkan kepada kemajuan peradaban Barat. Di sisi lain, Islam sebagai dīn sekaligus peradaban, memiliki paradigmanya sendiri dalam melihat realitas, kebenaran, tujuan dan konsep dari sebuah pembangunan atau sebuah usaha yang membawa kepada suatu keadaan yang lebih baik dan maju. Maka, paper ini akan menjelaskan persoalan mendasar dari paradigma pembangunan yang pada umumnya tidak menyentuh aspek spiritual; dan memberikan gambaran bagaimana haluan pembangunan dari perspektif Islām adalah untuk menuju kemenangan hakiki (al-falāḥ) kesejahteraan yang materil dan non-materil; dan mengetahui perbedaan mendasar paradigma pembanguan Barat dan Islām. Kata Kunci: Paradigma, Pembangunan, Pertanian A. Pendahuluan Dewasa ini, sektor pertanian dari nasion agraris yang bernama Indonesia, masih belum termaksimalkan potensinya. Masih terpatri dalam menghadapi persoalan dan tantangan 1 Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII Tahun 1439-1440 H/2018 M yang disampaikan di acara Seminar Nasional Workshop Tugas Akhir PKU UNIDA Gontor Tour se-Jawa pada bulan Desember 2018 – Januari 2019. 2 Peserta Program Kaderisasi Ulama’ (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Ponorogo, Angkatan ke-XII Tahun 1439-1440 H/2018 M.

nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

Studi Paradigma Pembangunan Pertaniandari Perspektif Islām1

Oleh: Daru Nurdianna2

Abstrak:Paper ini bertujuan untuk melakukan kajian paradigma pembangunan pertanian dari perspektif Islām. Pertanian Indonesia yang dimana menjadi basis ekonomi Bangsa, mengalami sebuah keadaan yang tidak berkembang dengan baik. Maka, persoalan yang multidimensi ini, mendorong dilakukannya usaha-usaha pembangunan pertanian. Namun dari kajian pembangunan pertanian, ia berkiblat dan selalu diarahkan kepada kemajuan peradaban Barat. Di sisi lain, Islam sebagai dīn sekaligus peradaban, memiliki paradigmanya sendiri dalam melihat realitas, kebenaran, tujuan dan konsep dari sebuah pembangunan atau sebuah usaha yang membawa kepada suatu keadaan yang lebih baik dan maju. Maka, paper ini akan menjelaskan persoalan mendasar dari paradigma pembangunan yang pada umumnya tidak menyentuh aspek spiritual; dan memberikan gambaran bagaimana haluan pembangunan dari perspektif Islām adalah untuk menuju kemenangan hakiki (al-falāḥ) kesejahteraan yang materil dan non-materil; dan mengetahui perbedaan mendasar paradigma pembanguan Barat dan Islām.

Kata Kunci: Paradigma, Pembangunan, Pertanian

A. PendahuluanDewasa ini, sektor pertanian dari nasion agraris yang bernama Indonesia, masih belum termaksimalkan potensinya. Masih terpatri dalam menghadapi persoalan dan tantangan yang tidak sedikit dan multidimensi, diantaranya: kerusakan lingkungan dan perubahan iklim; infrasturktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan pembibitan nasional; akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh; keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian.3 Karena itu, dibutuhkan dialektika pembangunan agar ketahanan pangan terjaga dan sektor pertanian –yang menjadi penopang perekonomian bangsa- menjadi lebih baik. Kemudian, krisis multidimensi dan kompleks yang dikhawatirkan berkepanjangan ini, memerlukan penyelesaian melalui kejernihan pandangan tentang tiga hal yaitu: pertama, memahami kenyataan sekarang; kedua, bagaimana keadaan yang diinginkan di masa depan; dan ketiga, paradigma yang diperlukan untuk mewujudkan

1 Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII Tahun 1439-1440 H/2018 M yang disampaikan di acara Seminar Nasional Workshop Tugas Akhir PKU UNIDA Gontor Tour se-Jawa pada bulan Desember 2018 – Januari 2019.

2 Peserta Program Kaderisasi Ulama’ (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Ponorogo, Angkatan ke-XII Tahun 1439-1440 H/2018 M.

3 Lihat Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 19/Permentan/Hk.140/4/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Link: www1.pertanian.go.id/file/RENS-TRA_2015-2019.pdf

Page 2: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

2

keadaan yang diinginkan.4 Hal ini karena paradigma, akan menentukan hasil yang dicapai. Adapun di dunia ini, ternyata ada banyak berbagai cara pandang yang dipengaruhi oleh ‘kepercayaan’.5 Keanekaragaman cara memandang dunia (weltanschauung atau worldview) atau paradigma ini, membuat interpretasi yang beragam terhadap realitas dari suatu fenomena yang ada.6 Sehingga, interpretasi ini akan mempengaruhi pemahaman tentang konsep-konsep dasar yang dibutuhkan dalam menentukan arah dan desain pembangunan.

Adapun diskursus pembangunan pertanian di Indonesia dewasa ini, merujuknya kepada konsep pembangunan Barat. Hal ini bisa dilihat dari kuliah “Pembangunan Pertanian”, buku yang terkenal adalah “Getting Agriculture Moving” karya Arthur Theodore Mosher. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia di tahun 1970-an praktis mengacu pada prinsip-prinsip yang dikembangkan pada buku ini.7 Sehingga, dalam praksis kebijakan pada tahun itu dipengaruhi oleh buku tersebut.8 Di sisi lain, lembaga rujukan diskursus pertanian dunia, merujuk ke FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations).9 Umat Islām yang menjadi mayoritas di Indonesia lupa dan terputus akan konsep dan ilmu pertanian dari Ulama’ Islām.10

4 Singgih Hawibowo, “Menggali Visi dan Paradigma Pembangunan”, dalam Sutanto J, Revitalisasi Pertanian dan Dialog Perdaban, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006), 558.

5 Ninian Smart, Worldview; Crosscultural Explorations of Human Beliefs, (New York: Charles Scribner’s Sons, ), 37.

6 Ibid.,7 Lihat P. Wiryono, “Pembangunan Pertanian Indonesia ke Depan: Ke Mana Mau Diarahkan?

(Sebuah Pencarian dalam Terang Baru), dalam Jusuf Sutanto et al. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban…, 87.

8 Dalam Bahasa indonesia terkenal dengan judul “Menggerakkan Sektor Pertanian”. Buku “Getting Agriculture Moving: Essentials For Development And Modernization” diterbitkan di New York oleh ‘For The Agricultural Development’ pada tahun 1966. Beberapa negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia mengikuti saran dan langkah kebijakan yang disarankan Mosher. Lihat Bustanul Arifin, Pembangunan Pertanian; Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2005), 11.

9 Lihat publikasi-publikasi dan karya-karya FAO seperti Jelle Bruinsma, World Agriculture: Toward 2015-2030 An FAO Perspektif, (London: Earthscan Publications Ltd, 2003). FAO,“Biotechnologies for Agricultural Development”, Proceedings of the FAO International technical conference on “Agricultural Biotechnologies in developing countries: options and opportunities in crops, forestry, livestock, fisheries And Agro-industry to face the challenges of food insecurity and climate change”, (Rome: FAO, 2011). Land and Water Division (NRL) and the Climate, Energy and Tenure Division (NRC) Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), The Water-Energy-Food Nexus A New Approach In Support Of Food Security And Sustainable Agriculture, (Roma: FAO, 2014).

10 Lihat A. H. Fitzwilliam-Hall, An Introductory Survey of the Arabic Books of Filāḥa and Farming Almanacs, Link: alfilaha.org, 2010, Diakses pada tanggal 7 November 2018. Di zaman kegemilangan peradaban Islam, berkembang keilmuan dan teknologi pertanian. Ditemukan banyak manuskrip-manuskrip para Ulama’ Islam yang membahas pertanian. Menurut lembaga riset manuskrip pertanian dalam peradaban Islām ‘al-Filāha Text Project’, di antara banyak sumber karya yang dikagumi dan dikutip oleh ahli agronomi Islām adalah mereka yang berasal dari Yunani. Diantaranya termasuk Aristotle (384-322 SM), yang banyak dikutip oleh Abu'l-Khayr, dan dokter yang sekaligus filsuf Bolos Democritos dari Mendes di Mesir (abad ke-2 SM). Mereka dikutip oleh Ibn Wafid, Abū 'l-Khayr, Ibn Ḥajjāj dan Ibn al-'Awwām. Selain itu, ada juga yang dari tradisi Kartago, Mago, yang dikenal ‘Father of Agriculture’, dan dari orang Latin, Varro (116-27 SM), yang mengirim materi dari Cato, penulis pertanian Romawi pertama, dan Columella (abad ke-1 M) yang

Page 3: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

3

Umat Islām melupakan sumbangsih Ulama’ Islām sebelum Barat mengalami rainnasance dan masuk kepada zaman modern.11 Bahawa salah satu karya Ulama’ yang mengubah dunia saat itu adalah ilmu pertanian. Sehingga, tidak sadar, konsep pembangunan pertanian Indonesia yang mayoritas muslim ini, jauh dari konsep pertanian dalam Islām dan terpengaruhi ilmu dan budaya peradaban Barat.

Padahal, Islām sebagai dīn sekaligus peradaban, memiliki cara pandangnya sendiri (Islamic Worldview)12 terhadap realitas dan konsep-konsep penting dalam kehidupan seperti pembangunan. Sehingga, Islām sebenarnya memiliki khazanah keilmuan dan konsep pertanian yang khas. Dikarenakan umat Islām terputus akan sejarah tersebut dan rujukan pembangunan pertanian merujuk ke Barat, maka makalah ini akan berusaha memberikan gagasan dan penjelasan mengenai pembangunan pertanian dari sudut

berasal dari Gades di Roman Hispania; dari Akhir Romawi Timur Dekat, Vindonios Anatolios of Berytos (abad 4-5 M), yang dikenal langsung dari orang-orang Arab dan banyak dikagumi oleh Ibn Wafid, Ibn Ḥajjāj dan Ibn al-'Awwām; dari tradisi Bizantium ada kitab “Al-Filāḥa al-Rūmīya”, 'pertanian Bizantium', dari Cassianus Bassus (abad 6/7th abad ke-7); dan akhirnya yang paling berpengaruh dari semuanya, Al-Filāḥa al-Nabatīya awal abad ke-10, ‘pertanian Nabataean’, diterjemahkan oleh Ibnu Waḥshīya, yang sebagian tampaknya mencerminkan tradisi teologi peradaban lain. Maka, Ada dua karya yang berpengaruh dan diakui oleh para ahli agronomi Arab. Pertama adalah “al-Filāḥa al-Rūmīya”, 'pertanian Bizantium' atau “al-Filāḥa al-Yūnānīya al-Rūmīya, 'Pertanian Yunani-Bizantium', yang ditulis oleh Qusūs ibn Askūrāskīnah (dari judul Yunani skholastikós), juga disebut Qusṭūs al-Rūmī, yang mungkin ia adalah Cassianus Bassus Scholasticus berdasar kepada siapa karya agronomi yang dikumpulkan dari penulis Yunani dan Latin yang dikatakan telah hidup pada akhir tahun ke-6 atau awal abad ke-7. Sayangnya, tidak ada yang diketahui tentang Cassianus Bassus, karena karyanya tidak lagi ada dalam terjemahan asli bahasa Yunani atau dalam bahasa Syriac. Kedua, adalah kitab “al-Filāḥa al-Nabatīya” yang dikenal kontroversial dan misterius. Buku ini menjadi sumber yang paling banyak digunakan dalam Buku-buku Pertanian Andalusi (Andalusi Books of Filāḥa), dan “the Rasulid Yemeni and Syrian texts”, yang dikenal juga untuk Maimonides dan Thomas Aquinas di dunia abad pertengahan yang lebih luas. Subjek perdebatan sengit di antara para ilmuwan abad ke-19 dan ke-20, adalah bahwa 'pertanian Nabatea' sangat populer dan berpengaruh ditanggung oleh sejumlah besar naskah awal dan akhir (setidaknya empat puluh yang diketahui), dan keberadaan banyak ringkasan (abridgements) dan ikhtisar (summary). Seperti yang telah kita lihat, risalah pertanian Andalusi di awal abad ke-14 dari Ibn al-Raqqām adalah versi ringkasan yang telah dihilangkan hal-hal yang tidak perlu (expurgated) dari 'pertanian Nabataean', sementara Al-Falāḥa al-muntakhaba Al-Tamār-Tamurī dari Mesir dan 'Mutiara Suriah Dimashqī' yang diperoleh dari ilmu pertanian dari Bizantium dan Nabataean tampaknya sebagian besar didasarkan pada itu juga.

11 Pada hakikatnya, Barat mengambil dan menemukan ilmu Yunani, tidak bisa lepas dari bantuan ilmuwan Muslim. Hal ini karena ilmuwan Muslim saat itulah yang menemukan, menyalin, menjelaskan, dan melengkapi ilmu-ilmu peninggalan peradaban Yunani. Setelah itu, barulah Barat menyalin dan mengambil dari ilmuwan Muslim. Cemil Akdoğan mengatakan, “Most European scholars unjustifiably ignore the achievements of islamic science and philosophy in order to trace the origin of their civilization directly to ancient Greek legacy. According to them the only contribution Muslims made was to transmit to Europe what they had inherented from Greek science and philosophy with not much addition”. Lihat Cemil Akdoğan, Science in Islam & the West, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2018), 63.

12 Islam memililki cara pandang terhadap dunia yang khas. Untuk menyebutkan cara pandang Islām yang khas, dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘Islamic Worldview’ sebagai bahasa Univerasal abad ini. Syed Muahmmad Naquib al-Attas menyebutnya dengan isilah ‘Ru’yat al-Islām lil-wujūd’, yang bermakna sebuah cara pandang Islām dalam memandang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakikat wujud. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islām; an Exposition of the Fundamental Elements of The Worldview of Islām, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995) 2.

Page 4: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

4

pandang ajaran Islām yang universal; dengan tujuan mengembalikan apa yang seharusnya diusahakan dalam pembangunan pertanian dari perspektif Islām bagi umat Islām khususnya dan pada umat manusia pada umumnya.

B. Peluang dan Persoalan Paradigma Pembangunan Pertanian IndonesiaIndonesia merupakan negara kepulauan tebesar dan kaya sumber daya alamnya. Alam Indonesia sangat kaya karena dipengaruhi letak geografis dan iklim. Alam Indonesia memiliki dua faktor keadaan yang membuat ia memiliki potensi pertanian yang baik. Pertama, adalah faktor keadaan iklimnya. Bahwa dari kombinasi hujan lebat untuk kondisinya yang tropis, disertai temperatur tinggi yang tidak berlebihan setiap tahunnya, membuat iklim ini disukai banyak jenis tanaman. Kedua, adalah faktor geologi dan elevasi dari lansekap bentangan daratannya. Pulau di nesia ini berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik yang berbeda. Hal ini menghasilkan area gunung dengan jumlah yang tinggi gunung berapi yang aktif.13 Sehingga Indonesia memiliki potensi besar akan kekayaan alam yang mendukung kemajuan di sektor pertanian. Tidak heran, Thomas Stamford Rafless menyatakan:

“The island of Java is great agricultural country; its soil is the grand source of its wealth. In its cultivation the inhibitants exert their chief industry, and upon its produce they rely, not only for their subsistence, but the few articles of foreign luxury or convience which they purchase.”14

Namun, kekayaan itu belum teroptimalkan sehingga membawa Indonesia menjadi negeri yang makmur. Pertanian Indonesia sekarang justru mengalami involusi15 dan malaise16. Pertanian mengalami involusi dan masyarakat tani mengalami malaise sehingga petani lebih memilih menjual tanahnya dan dikonversi sebagai lahan non-

13 “Geography of Indonesia is dominated by about 150 volcanoes of all types and dimensions that were formed due to subduction processes occurring along the collision zone separating the Eurasian and the Indo-Australian tectonic plates.” Kemudian, Indonesia memiliki luas daratan sekitar 190 juta ha, yang memiliki 55 juta ha area pertanian, dan 129 juta ha adalah hutan. Lahan Pertanian, 24 juta ha terdiri dari tanah yang baik dutanami (arable land), dengan 20 juta ha dibawah panen yang permanen “Volcanoes of Indonesia”, dalam DJ. Kozák dan V. Cemák, The Illustrated History of Natural Disasters, (Dordrecht: Springer, 2010), 103. DOI: 10.1007/978-90-481-3325-3_19. Gunung-gunung berapi yang aktif, jika meletus akan mengeluarkan kekayaan alam dari perut bumi dan menjadi tanah yang subur untuk pertanian. Lihat Harro Maat, “Agriculture in Indonesia”, dalam Encyclopedia of the History of Science, Technology, and Medicine in Non-Western Culture, 2014, 1. DOI 10.1007/978-94-007-3934-5-10229-1.

14 Thomas Stamford Raffles, The History of Java (London: John Muray, 1830), 117. 15 Involusi: kemunduran dalam perkembangan (seperti kemunduran alat-alat tubuh karena ketuaan);

kemerosotan (tentang kondisi sesuatu). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Link: https://kbbi.kemdikbud.go.id16 Ibid., Malaise: keadaan lesu dan serba sulit (terutama dalam bidang perekonomian); (keadaan)

perasaan kurang sehat dan lesu, yang mendahului timbulnya keadaan sakit yang lebih gawat.

Page 5: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

5

pertanian.17 Kemudian, ia juga mengalami krisis generasi. Bagaimana bisa mengalami krisis generasi? Ini dikarenakan posisi petani selalu tersubordinasi oleh kepentingan politis dan pelaku bisnis yang eksesif.18 Sehingga masyarakat tani akan tetap menduduki tangga masyarakat miskin yang selalu ‘dimanfaatkan’ dan mejadi sasaran pemberdayaan, dan akhirnya menjadi terlihat sebagai posisi yang semakin tidak menguntungkan.

Keadaan pertanian yang tidak berkembang dengan baik itu, menyebabkan problem cara pandang terhadap pertanian. Pertanian sering dipandang sempit yang berdampak pada minimnya minat pemuda untuk bertani.19 Kekliruan cara pandang dan krisis generasi ini akan berdampak pada proses pembangunan, sehingga diperlukan pengingat bahwa diperlukan upaya untuk menyelesaikan problem ini terlebih dahulu agar pembangunan dapat berjalan berkelanjutan.20

Dalam perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia, pemerintah sudah berusaha untuk menjadikan pertanian Indonesia menjadi lebih baik. Namun, realitanya persoalan pertanian belum terbangun dengan baik sampai sekarang; dan ternyata ada kebijakan yang sudah diupayakan justru menimbulkan persoalan lain yang kusut. Kebijakan itu adalah kebijakan Revolusi Hijau 1950-1980an. Maka, ada tiga kebijakan yang akan dimunculkan dalam makalah ini: dimulai dari pertama, kebijakan Revolusi Hijau era Presiden Soeharto tersebut. Kedua, Strategi Revitalisasi Pertanian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketiga, RENSTRA Kementan 2015-2019 era Presiden Joko

17 Rosalina, Makin Banyak Petani Menjual Lahannya, Juli 2011 Link: https://bisnis.tempo.co/read-/347299/makin-banyak-petani-menjual-lahannya. Lihat Kuntadi, Sawah Mengering, Petani Memilih Jual Tanah, Agustus 2015, Link: https://news.okezone.com/read/2015/08/06/51-0/1191739/sawah-mengeringpe-tani-memilih-jual-tanah Lihat juga Muhamad Ridlo, Kisah Petani Miskin Terpaksa Jual Bongkahan Tanah Sawah di Musim Kemarau, Juli 2018, Link: https://www.liputan6.com/regi-onal/read/3585144/kisah-petani-miskin-terpaksa-jual-bongkahan-tanah-sawah-di-musim-kemarau. Diakses 27 November 2018.

18 Mardikanto T, Sistem Penyuluhan Pertanian, (Surakarta: LPP dan UNS Press, 2010), 116. Bandingkan Iskandar J, “Metodologi Memahami Petani dan Pertanian”. Jurnal analisis Sosial, Vol. 11, No. 1., 2006.

19 Niswatin Hasanah, Indonesia Krisis Petani Muda, 20 Agustus 2018. Link: https://geotimes.co.id/o-pini/indonesia-krisis-petani-muda/. Lihat juga Deviana Wijaya Dewi, Young Farmers are What Indonesia Needs, Oktober 2017. Link: http://www.thejakartaapost.com/academia/2017/10/16/young-farmers-are-what-indonesia-needs.html. Diakses 27 November 2018.

20 Prof. Dr. Ahmad A. Mattjik (Rektor IPB Bogor 2002-2007) mengatakan: “Hal penting dalam proses revitalisasi pertanian adalah mengubah pandangan mengenai pertanian itu sendiri. Disadari atau tidak, pertanian masih dipandang sebagai hal yang miskin dan kumuh. Ikon pertanian masih saja petani bercaping dengan cangkul dan tanpa alas kaki. Padahal, pertanian adalah sektor yang mencakup agrobisnis, agroindustri, agroservis, perikanan, peternakan, kehutanan, kegiatan dari hulu sampai hilir, mengubah input menjadi output pangan, sandang, papan yang beromset miliaran dolar AS dan sering mengubah nasib pengusaha menjadi konglomerat.” Lihat sambutan dalam Sutanto J, Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban..., xlii-xliv.

Page 6: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

6

Widodo; dimana Revolusi Hijau menjadi kebijakan yang ditekankan karena masih relevan untuk dibahas karena pengaruhnya masih ada. Adapun kebijakan setelahnya, merupakan kebijakan-kebijakan yang meneruskan sebelumnya dan ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada umumnya.

Revolusi Hijau berperan penting terhadap pertanian Indonesia yang membawa pertanian Indonesia kepada kapitalisasi dan industrialisasi.21 Adapun dinamika saat itu, Indonesia mengalami devisit pangan kronis, sehingga kebijakan Revolusi Hijau dipilih dan dianggap dapat menyelesaikan persoalan.22 Revolusi Hijau adalah upaya adopsi dan introduksi teknologi modern ke dalam dunia pertanian. Karena titik tekannya adalah penggunaan teknologi pupuk kimia dan pestisida.23 Kemudian, kebijakan ini sempat membawa swasembada beras, namun ternyata setelah itu banyak menuai persoalan. Bustaul Arifin mengungkapkan:

“Tidak berlebih jika dikatakan bahwa kisah sukses pembangunan pertanian seakan berakhir pada momen swasembada tersebut (swasembada beras tahun 1980an). Setelah itu, sektor pertanian lebih banyak bermasalah dan mengalami peminggiran struktural karena kesalahan kebijakan yang terlalu banyak berpihak pada sektor industri dan jasa. Terlalu banyak untuk diuraikan permasalahan yang menyelimuti proses transformasi struktur perekonomian Indonesia, mulai dari anggapan berlebihan, ‘taken for granted’ bahwa sektor pertanian akan berkembang mengikuti skenario pembangunan ekonomi, industrialisasi, liberalisasi sampai seting ekonomi politik konglomerasi dan kronisme yang tidak mendukung pembangunan pertanian.”24

Disamping itu, pembangunan yang orientasinya ke Barat dan mengedepankan aspek ekonomi kapitalis-liberal yang materialis, bukanlah tanpa syarat dan konsekuensi.25 Ia

21 Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia, (Yoyakarta: Insist, 1999), 163.

22 Tejoyuwono Notohadiprawiro, “Revolusi Hijau dan Konservasi Tanah”, Disampaikan pada Kursus Konservasi Sumberdaya Alam Angkatan I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 21-27 Juni 1995, 2. Link: http://faperta.ugm.ac.id/download/publikasi_dosen/tejoyuwono/1991/1995%20-revo.pdf

23 Mufid A Busyairi, Republik Salah Urus; Menguak Nasib Buram Petani Indonesia, (Jakarta: Penerbit RMBOOK, 2008), 26-27. Penerapan teknologi Revolusi Hijau, dinilai kurang menguntungkan untuk masyarakat Muslim. Ia dinilai hanya melahirkan proyek-proyek pertanian seperti Bimas, Inmas, Palagung yang hanya menekankan peningkatan produktivitas pangan dengan memperbanyak input luar seperti: pupuk buatan; racun pestisida; dan bibit produksi pabrik. Ini jauh dari pemeliharaan kelestarian ekologis sehingga lahan terdegradasi, kesejahteraan petani, peningkatan pengetahuan dan pengembangan teknologi petani, serta keuntungan petani

24 Bustanul Arifin, Pembangunan Pertanian…, 12.25 Konsep pertanian modern yang berkembang dalam dua dekade terakhir dicirikan antara lain oleh

penggunaan alat dan mesin pertanian secara masif. Konsep pertanian modern tersebut menekankan mekanisasi pertanian sebagai komponen penting dalam upaya mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Konsep pertanian modern tidak terpisahkan dari upaya optimalisasi sumber daya lahan pertanian dan upaya meningkatkan daya saing sektoral. Secara ringkas pembangunan pertanian modern dapat

Page 7: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

7

secara tidak sadar membawa kepada penegasian Agama dan menimbulkan persoalan cara pandang penempatan sektor pertanian. Bayu Krisnamurthi mengungkapkan bahwa:

“Jika Indonesia selalu memakai ideologi politik kapitalis-liberal-murni, maka akan menempatkan pertanian hanya sekedar komoditi atau produk yang tunduk pada hukum permintaan, penawaran, harga, dan keuntungan.26

Hal ini berbeda dengan konsep Islām yang menempatkan pertanian tidak hanya berorientasi pasar atau bisnis yang hanya mengejar aspek materil. Dari cara pandang Islām, hasil pertanian tidak hanya sekedar fisik, namun memiliki nilai lebih, yakni adanya nilai halal dan haram. Jika ia mengandung nilai keharaman, maka akan berdampak buruk pada diri seorang Muslim tersebut.27 Jika demikian, dilihat dari perspektif Islām, tujuan pembangunan pertanian yang hanya materil ini akan tidak mampu membawa kepada kesejahteraan hakiki. Kemudian, Bayu Krisnamurthi menyatakan, bahwa pertanian dapat diposisikan pada posisi yang lebih terhormat jika hanya dengan cara pandang Agama. Ia lanjut mengatakan:

“Apabila kita mulai dari manusia sebagai makhluk Tuhan maka kita akan memberikan nilai yang berbeda bagi pertanian. Tanaman, ternak, dan ikan yang termasuk dalam pertanian, akan kita pandang sebagai bagian dari rezeki yang diberikan Tuhan bagi kelangsungan hidup manusia, sebagai amanah yang harus dimanfaatkaan sekaligus dipertanggungjawabkan pemanfaatannya. Hanya dengan cara pandang ini kemudian kita bisa memasukkan aspek halal atau haram, lestari atau tidak, bahkan bermartabat atau tidak.”28

Maka, dalam makalah ini, dalam bab selanjutnya, akan lebih rinci bagaimana sebenarnya konsep dan bentuk pembangunan yang ada sekarang ini yang dimana ia memiliki substansi cara pandang tertentu dan budaya tertentu yang berbeda dengan cara pandang dan budaya yang ada dalam peradaban Islām.

C. Konsep Pembangunan pada Umumnya: Tinjauan Kritis

didefinisikan sebagai “upaya menggerakkan seluruh komponen pembangunan dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat yang memungkinkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian mampu melaksanakan kegiatan usaha pertanian berbasis bisnis, yang dicirikan antara lain oleh kemampuan menangkap peluang usaha dalam menghasilkan komoditi yang dibutuhkan pasar”. Effendi Pasandaran, Menuju Pertanian Modern, (Jakarta: IAARD PRESS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017), 3-4. Lihat juga Totok Mardikanto, Membangun Pertanian Modern, (Surakarta: LPP dan UNS Press), 116.

26 Bayu Krisnamurthi, “Revitalisasi Pertanian…, 20.27 Makanan Haram menyebabkan doa tidak terkabul, HR. Muslim: [1015]; Daging yang tumbuh dari

makanan yang haram, mendapat peringatan mendapat balasan di Neraka, HR. Ibnu Hibban [11: 315]28 Bayu Krisnamurthi, “Revitalisasi Pertanian…, 20.

Page 8: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

8

Berangkat dari persoalan diatas, ada tiga hal yang menjadi intrumen fundamental antara konsep pembangunan pada umumnya yang dipakai oleh pemegang kebijakan dan konsep pembangunan dari perspektif Islām. Pertama, adalah persoalan paradigma yang ada di balik konsep pembangunan tersebut; kedua adalah tentang konsep pembangunannya yang dipengaruhi oleh paradigma; dan ketiga pada cara padangnya terhadap pertanian. Adapun dalam bab ini akan menjelaskan konsep pembangunan yang ada pada umumnya.

1. Paradigma dan WorldviewDewasa ini, bangunan cara pandang atau paradigma ini secara ilmiah, dalam cakupan yang lebih luas diteorisasikan dalam terma ‘worldview’. Adapun worldview ini bisa disimpulkan sama dengan teori paradigma yang dimunculkan oleh Thomas S. Kuhn, karena keduanya adalah perangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang berhubungan dengan yang prinsip.29 Namun, ia memiliki perbedaan, yakni: worldview lebih bersifat luas dan konseptual. Adapun paradigma lebih spesifik dan disipliner. Jadi, struktur paradigma ini, dipengaruhi oleh worldview. Sebagaimana yang di jelaskan oleh Kuhn, menyatakan bahwa paradigma memiliki kaitan yang erat dengan sains normal; bahwa paradigma mengandung cakupan dalil, teori, penerapan dan instrumentasi yang menyajikan model-model yang daripadanya lahir tradisi-tradisi padu tertentu dari riset ilmiah.30 Maka, paradigma adalah sebuah bentuk yang lebih spesifik, disipliner; dan biasa digunakan dalam ruang sains daripada worldview.

Paradigma pembangunan Indonesia, merujuk pembangunan yang konsepnya merujuk ke Barat atau pada umumnya. Disini disebut pada umumnya karena pengaruh Barat menyebar ke seluruh dunia pada abad ini. Maka, konsep pembangunannya sebenarnya terpengaruh cara pandang Barat yang sekular (memisahkan urusan agama dan dunia) dan materialistik (mengejar hal-hal materi saja). Syed al-Attas dalam karyanya yang berjudul ‘Risalah untuk Kaum Muslimin’, menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan modern saat ini tidaklah bebas nilai. Ia dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat.31 Adapun kebudayaan Barat yang disebut disini, bukan maksud sebuah letak geografis. Namun sebuah faham yang merupakan hasil warisan yang dipupuk oleh bangsa-bangsa Eropa dari kebudayaan Yunani Kuno, kemudian dicampur dengan Kebudayaan Romawi dan

29 Ibid., 12.30 Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions, (Chicago: The University of Chicago Press,

1996), 10. 31 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001), 43-

44.

Page 9: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

9

unsur-unsur dari kebudayaan bangsa Eropa sendiri, terkhusus pada budaya Jerman, Inggris, dan Prancis.32 Sehingga, ia memiliki dasar kebudayaan Barat yang pada dasarnya memiliki paham sekularisme33, dualisme34, dan humanisme35 yang mempengaruhi segala sendi kehidupan.36

Adapun sejarahnya, pemikir asal Jerman yang bernama Emanuel Kant (1724-1804) adalah orang pertama yang memunculkan istilah itu. Kant menyebutnya dengan ‘weltanschauung’. Sejak saat itu, kata ini sering digunakan dalam ruang pendidikan dan diskursus yang populer.37 Worldview atau weltanschauung ini, secara umum sering diartikan sebagai filsafat hidup atau prinsip hidup.38

Di sisi lain, Alparslan mengartikan worldview sebagai visi tentang realitas dan kebenaran. Kemudian, worldview ini menjadi sebuah kesatuan mental dan tindakan

32 Ibid., 18.33 Sekularisme dalam bahasa inggris ‘secularism’ bermakna: Regard for worldy as opposed to

spiritual matter; specifically, the belief of secularists. The New International Webster’s Comprehensive Dictionary of the English Language, (Florida: Triden Press International, 1996), 1138. Sekularisme dalam KBBI adalah sebuah paham atau kepercayaan yang berpendirian bahwa paham agama tidak perlu dimasukkan dalam urusan politik, negara, satau institusi publik. Link: https://kbbi.kemdikbud.go.id

34 Dualisme adalah pandangan filosofis yang menegaskan eksistensi dari dua bidang (dunia) yang terpisah, tidak dapat direduksi, unik. Contoh: Adikodrati/kodrati, Allah/Alam Semesta, Roh/Materi, Jiwa/Badan, Dunia yang kelihatan/Dunia yang tidak kelihatan, Dunia inderawi/Dunia intelektual, Substansi yang berfikir/Substansi material, Realitas aktual/realitas kemungkinan, Dunia noumenal/Dunia fenomenal, Kekuatan kebaikan/kekuatan kejahatan. Alam semesta dapat dijelaskan dengan kedua bidang (dunia) itu. Istilh ini sidah diperkenalkan tahun 1700 oleh Thomas Hyde. Dipakai untuk menunjukkan kepada konfllik baik-jahat antara Ormad dan Ahriman dalam Zoroastrianisme. Christian Wolff adalah orang pertama yang menerapkan kata itu untuk menunjukkan oposisi metafisis pikiran dan materi. Istilah ini semenjak itu telah diterapkan pada banyak oposisi dalam agama, metafisika, dan epistemologi. Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), 174-175.

35 Ibid., 295. Humanisme adalah sebuah paham mengangkat manusia sebagai ukuran, dengan begitu, kontras dengan macam-macam bentuk absolutisme. Adapun dalam bahasa inggris, ‘humanism’ diartikan: “a system of thought that considrrs that solving human problem with the help of reason is more important than religious belief. It emphasizes the fact that the basic nature of humans is good.” Lihat A.S. Hornby, Oxford Advenced Learner’s Dictionry, Edisi ke-9, (United Kingdom: Oxford University Press, 2015), 768.

36 Lebih jelas lagi Syed al-Attas menggambarkan peradaban barat dengan ciri-ciri sebagai berikut: “Reliance upon the powers of human reason alone to guide man through life; adherence to the validity of the dualistik vision of the reality and truth; affirmation of the reality of the evanescent-aspect of existence projecting a secular worldview; espousal of the doctrine of humanism; emulation of the allegedly universal reality of drama and tragedy in the spiritual, or transendental, or inner life of man, making drama and tragedy real and dominant element in human nature and existence-these elements althogether taken as a whole, are, in my opinion what constitute the subtance; the spirit; the character and personality of Western culture and civilization. It is these elements that determine fpt that culture and civilization the moulding of the concept of knowledge and the direction of its purpose, the formulation of its contents and the systematization of its dissemination; so that the knowledge tht is now systematically disseminated throughout the world is not necesarrily true knowledge, but that which is imbued with the character and personality of Western culture and civilization, and charged with its spirit and geared to its purpose.” Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 137.

37 David Keith Naugle, The History and Theory of The Concept of ‘Welthanscauung’ (Wordlview), 21.

38 Hamid Fahmy Zarkayi, ‘Kata Pengantar’, dalam Muslih MK et al, Worldview Islam; Pembahasan tentang Konsep-Konsep Penting dalam Islam, (Ponorogo: PII-UNIDA Gontor Press, 2018), vii.

Page 10: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

10

yang digunakan sebagai landasan atau pondasi metafisika atas aktivitas ilmiah dan teknologi.39 Jika demikian, tidak berlebihan setiap aktivitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya; dan dalam pengertian itu, aktivitas manusia dapat direduksi menjadi hasil dari sebuah pandangan hidup. Alparslan menyatakan:

“The foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview”40

Sehingga, dalam konteks ini, setiap peradaban memiliki bangunan worldview yang berbeda. Worldview dapat untuk melihat desain sebuah peradaban, karena akan tidak lepas dengan membahas masalah ini.41 Setiap kepercayaan, bangsa, kebudayaan atau peradaban dan bahkan setiap orang mempunyai worldview masing-masing.42 Worldview itulah yang membuat bentuk dan wajah sebuah peradaban. Jika kata worldview ini dikaitkan dengan sebuah kebudayaan, maka spektrum maknanya akan mengikuti kebudayaan tersebut.43 Sebagaimana yang diteliti oleh David Keith Naugle dalam Disertasinya yang berjudul “The History and Theory of The Concept of ‘Weltanschauung’ (Wordlview)”, menjelaskan bahwa ‘weltanschauung’ ada dan berpengaruh dalam unsur dasar peradaban seperti sains, agama dan teologi.44

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan, bahwa Barat bersifat dualistik materil dan non-materil; dan berbeda perihal kepercayaannya terhadap Tuhan dan Agama. Modernisasi atau industrialisasi pertanian di Indonesia, adalah jalan westernisasi dan sekularisasi45 pertanian di Indonesia. Barat yang sekular dan humanismenya membuat agama tidak penting untuk masuk kepada ruang sains

39Alparslan Açikgençe, Islamic Scienc: A Toward Definition, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 29.40 Alparslan Açikgençe, “The Framework for a history of Islamic Philosophy”, Al Shajarah: Journal

of The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Vol. 1, No. 1-2, 1996, 6. Suatu worldview terbentuk dalam pikiran individu secara perlahan-lahan, bermula dari akumulasi konsep-konsep dan sikap mental yang dikembangkan oleh seseorang sepanjang hidupnya, sehingga akhirnya membentuk mental framework atau worldview.

41 Abul A’lā Mawdūdī, Islamic Civilization…, 43.42 Hamid Fahmy Zarkayi, ‘Kata Pengantar’, dalam Muslih MK et al, Worldview Islam…, vii.43 Ibid.,44 David Keith Naugle, The History and Theory…, 270-357.45 Sekularisasi adalah sebuah pembebasan manusia, pertama dari hal-hal yang religios, lalu hal-hal

yang metafisika atas alasannya dan bahasannya. “Secularization is defined as the deliverance of man”first from religious and then from metaphysical control over his reason and his language” . Mengutip dari definisi yang dimunculkan oleh seorang teolog Belanda yang bernama Cornelis van Peursen, seorang ketua bidang Filsafat di Universitas Leiden yang kemudian definisi ini dikutip Harvey Cox, dalam bukunya “The Secular City”. Adapun tiga komponen integral dalam dimensi sekularisasi sebagai inti dari ideologi tersebut. Pertama, adalah “disenchantment of nature” yang memiliki makna pengosongan alam dari semua makna spiritual; kedua, adalah “desacralization of politics” yang bermakna desakralisasi politik atau peniadaan kesucian dan kewibawaan politik; dan ketiga, adalah “deconsecration of values”, yang bermakna pengosongan nilai-nilai agama dari kehidupan. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islām and Secularism…, 17-18.

Page 11: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

11

pertanian, ruang ekonomi, dan pembangunan. Tidak heran, Isma’īl Rājī al-Fārūqī menyatakan salah satu cara untuk mengangkat kembali peradaban Islām adalah dimulai dari menyelesaikan persoalan pendidikan yang harus dibersihkan dari sistem sekular.46 Karena sistem sekular ini, bertolak belakang dengan cara pandang Islām.

2. PembangunanCara pandang dualitik atau sekular, akan mempengaruhi desain pembangunan. Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian dan intrumen pembangunan yang terlahir dari paradigma diatas.

Dimulai dari pengertian, pembangunan dalam bahasa inggris disepadankan dengan kata ‘development’. Dalam kamu Oxford Advenced Learned dictionary, memiliki 4 pengertian yakni: ‘growth’, ‘new product’, ‘new event’, dan ‘new building’. Growth memiliki maksud sebuah pertumbuhan bertahap dari sesuatu titik sehingga menjadi lebih maju atau lebih kuat. New product adalah proses memproduksi atau menciptakan sesuatu yang baru atau lebih maju atau produk baru atau lanjutan. New event merupakan peristiwa atau tahap baru yang cenderung mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi yang berkelanjutan. Sedangkan new building, adalah berkonotasi adanya sebidang tanah dengan bangunan baru di atasnya, seperti pembangunan komersial, bisnis, dan perumahan.47

Secara umum, ‘development’ berarti peristiwa yang merupakan tahap baru dalam perubahan situasi atau proses perubahan ‘per se’. Jika tidak terkualifikasi, "pembangunan" secara implisit dimaksudkan sebagai sesuatu yang positif atau diinginkan. Ketika mengacu pada masyarakat atau ke sistem sosial-ekonomi, "pengembangan" biasanya berarti peningkatan, baik secara umum situasi sistem, atau dalam beberapa elemen penyusunnya. Pengembangan dapat terjadi karena beberapa tindakan yang disengaja dilakukan oleh agen tunggal atau oleh beberapa otoritas yang diutamakan untuk mencapai perbaikan, untuk keadaan yang menguntungkan di keduanya.48

Adapun instrumen pembangunannya, publikasi dari FAO menyebutkan ada empat yakni, Economic Development (pembangunan ekonomi), Human Development (pembangunan manusia), Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan), dan Territorial Development (pembangunan berkelanjutan). Pembangunan ekonomi: yaitu, peningkatan yang ada dalam jalur dukung pada barang dan jasa yang digunakan oleh sistem untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Ini untuk memberikan konsumsi tambahan dan kemungkinan investasi kepada

46 Isma’īl Rājī al-Fārūqī, Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan, Edisi 3, (USA: IIIT, 1995), 13.

47 A.S. Hornby, Oxford Advenced Learner’s Dictionry…, 420.48 Lorenzo G. Bellù, Development and Development Paradigms A (Reasoned) Review of Prevailing

Visions, (Roma: FAO-EASYPol, 2011), 2.

Page 12: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

12

anggota sistem. Pengembangan manusia: adalah pembangunan yang berpusat pada manusia, di mana fokusnya adalah pada peningkatan berbagai dimensi yang mempengaruhi kesejahteraan individu dan hubungan mereka dengan masyarakat (kesehatan, pendidikan, hak, kemampuan, pemberdayaan dll). Pembangunan berkelanjutan: merupakan pembangunan yang mempertimbangkan perspektif jangka panjang dari sistem sosio-ekonomi, untuk memastikan bahwa perbaikan yang terjadi dalam jangka pendek tidak akan merugikan status masa depan atau potensi pengembangan sistem. Pembangunan diarahkan pada pembangunan yang "berkelanjutan" pada lingkungan, sosial, keuangan dan alasan lainnya. Pengembangan teritorial: dimaksudkan sebuah pengembangan wilayah (ruang) tertentu yang dapat dicapai dengan memanfaatkan potensi sosio-ekonomi, lingkungan dan kelembagaan khusus dari daerah tersebut, dan hubungannya dengan subyek eksternal.49

Dalam usaha pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu, ada tiga dimensi pembangunan pertanian yang di upayakan secara komplementer yang mirip apa yang di usung oleh FAO. Pertama, dimensi Broad-Based (Berspektrum Luas) yang berorientasi kepada pertumbuhan pertanian. Kedua, dimensi pemerataan dan pengentasan kemiskinan. Orientasi dimensi ini adalah bahwa pertanian mampu berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan, disamping pertumbuhan pertanian itu sendiri. Ketiga, dimensi keberlanjutan dan pelestarian lingkungan hidup. Orientasi dimensi ini hanya menambahkan agar dimensi satu dan dua dilakukan tidak merusak ekologi.50

Adapun dalam kabinet Kerja, dalam RENSTRA Pertanian, memiliki visi yakni: “Terwujudnya Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang Menghasilkan Beragam Pangan Sehat dan Produk Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani.” Kata “Berkelanjutan” memiliki maksud untuk melanjutkan kebijakan, program, dan kegiatan utama rencana stategis sebelumnya, dengan menekankan aspek kelestarian daya dukung lahan mapun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensi.51

Maka, dapat dilihat dari uraian diatas, dikarenakan paradigma yang dipakai adalah paradigma sekular dan materialis, maka dalam pembangunannya tidak berasaskan atau tidak menyentuh nilai-nilai agama dan hanya mengejar kesejahteraan yang materil.

49 Ibid., 350 Lihat Bustanul Arifin, Pembangunan Pertanian…, 13-17.51 Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, 106.

Page 13: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

13

3. PertanianPertanian sebagai objek pembangunan, akan dipandang sesuai paradigma dan konsep pembangunan yang menyertainya. Dilihat dari model paradigma dan pembangunan, pertanian bukanlah hal yang memiliki nilai kesakralan. Sehingga, pertanian hanya dipandang sebagai kegiatan yang tidak ada kaitanya dengan agama dan hanya sekedar sebuah kegiatan pemenuhan kebutuhan materil dari alam untuk manusia saja.

Hal ini bisa dilihat dari pegertian pertanian di Barat. Kata pertanian dalam bahasa Inggris adalah ‘Agriculture’, disusun dari bahasa latin ‘Ager’ dan ‘Cultiva’. ‘Ager’ berarti adalah tanah (land) atau ladang (field) dan ‘Cultiva’ berarti pengolahan atau penanaman (cultivation). Maka, secara terminologi agriculture adalah pengolahan tanah.52 Dalam kamus Oxford Advenced Learner’s Dictionry, kata agriculture memiliki makna sebuah sains atau praktik ‘farming’.53 Kemudian, kata ‘farming’ memiliki makna bisnis yang memanajemen atau bekerja di ‘farm’.54 Adapun kata ‘farm’ memiliki makna sebuah area lahan dan bangunan yang digunakan untuk menanam tanaman (growing crops) dan atau memelihara hewan (keeping animal).55

Di sisi lain, pengertian pertanian lazim dilakukan adanya pembedaan pengertian antara pertanian dalam arti sempit, yakni kegiatan bercocok tanam dan pengertian pertanian dalam arti luas yang mencakup bidang pertanaman, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.56 Secara lebih spesifik arti pertanian dalama arti sempit adalah kegiatan mengelola lahan atau media tanam lain yang menggantikan fungsi tanah dan upaya modifikasi iklim mikro dalam budidaya tanaman (dan/atau ternak) serta kegiatan lainnya yang terkait langsung dengan proses budidaya dan pengelolaan pascapanennya. Ruang lingkupnya sangat luas, tetapi yang selalu menjadi fokus utamanya adalah kegiatan budidaya tanaman. Kegiatan budidaya ini disebut juga kegiatan on-farm. Kegiatan pra-budidaya dan pasca-budidaya disebut kegiatan off-farm hulu dan off-farm hilir. Kegiatan off-farm hulu mencakup kegiatan: pertama, pemuliaan tanaman baik secara konvensional maupun dengan bioteknologi untuk menghasilkan dan memproduksi benih dan bibit unggul; kedua, kegiatan formulasi dan produksi bahan pendukung kegiatan pertanian seperti pupuk dan zat pengatur tumbuh; ketiga, kegiatan formulasi dan produksi bahan agrobiologi,

52 Chandrasekaran B, Annadurai K, dan Somasundaran E, A Textbook of Agronomy, (New Delhi: New Age International (P) Limited Publisher, 2010), 1.

53 A.S. Hornby, Oxford Advenced Learner’s Dictionry…, 31.54 Ibid., 560.55 Ibid., 559.56 Kusmiadi E, “Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian”, dalam Pangaribuan N dan

Kusmiadi E, Pengantar Ilmu Pertanian (Tangerang: Universitas Terbuka, 2014), 1.4.

Page 14: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

14

termasuk mikroba hidup sebagai teknologi pertanian ramah lingkungan; dan keempat, mendesain dan melakukan produksi alat dan mesin pertanian yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman.57

Maka, dari uraian tentang pertanian, ia hanya menyentuh hubungan aspek manusia dan alam; dan menafikkan ada Tuhan diantara manusia dan alam tersebut. Ataupun jika diakui ada, itu hanya sebagai sebuah hal yang normatif dan hal yang dianggap bukan sebagai bagian penting dalam kegiatan keilmuan tersebut. Jadi, konsep agriculture dan pertanian, adalah sebuah ilmu yang dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi kepada bisnis yang bersifat duniawi saja, tanpa memperhatikan unsur spiritual.

D. Paradigma Pembangunan Pertanian dari Perspektif IslāmTiga hal yang menjadi titik pembeda antara konsep pembangunan pada umumnya tidak bertentangan pada aspek materialnya. Namun ia memiliki konsepnya memiliki perbedaan dengan konsep pertanian dan pembangunan dalam Islām. Perbedaannya, pertama adalah persoalan paradigma yang ada di balik konsep pembangunan tersebut, Islām tidak sekular; kedua adalah tetang konsep pembangunannya yang bertujuan meraih kesejahteraan materil dan non materil; dan ketiga pada cara padangnya terhadap pertanian yang dimana pertanian dianggap hal yang tidak lepas dari hal-hal yang transendental. Secara lebih mendalam, dalam bab ini akan dijelaskan konsep pembangunan dari perspektif Islām, yang disusun atas tiga titik poin seperti bab sebelumnya.

1. Paradigma dan The Worldview of IslāmIslām, sebagai dīn memiliki subtansi yang mendasar, yakni paradigma atau bangunan cara pandang. Paradigma Islām, berpusat pada prinsip Tawḥīd yang komprehensif dan tidak memisahkan urusan dunia dan Agama seperti Barat. Cara pandang atau worldview ini akan mempengaruhi struktur paradigma yang lebih spesifik dan disipliner. Untuk mengenal dan mendalami cara pandang Islām yang khas, akan lebih rinci dijelaskan di bab ini.

Cara pandang Islām, berpusat pada keyakinan terhadap Ke-Esa-a Tuhan. Tawḥīd adalah cara pandang umum dari realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia dan tujuan.58 Sehingga, setiap Muslim seharusnya memiliki cara

57 Benyamin Lakitan, Materi 01 – Pengantar Ilmu Pertanian Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Pertanian, 2015. LINK: https://benyaminlakitan.com/2015/10/15/pengantar-ilmu-pertanian-01-pengertian-dan-ruang-lingkupilmu-pertanian/ Diakses pada tanggal 14 Agustus 2018

58 Isma’īl Rājī al-Faruqi, Tawhīd; Its Implications For Thought and Life, (Pakistan: IIIT, 1982), 10-11

Page 15: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

15

pandang yang khas dalam memandang realitas dan kebenaran ketika ia beriman dan memahami kalimat syahadat. Adapun īmān menurut Abul A’lā Mawdūdī, īmān adalah fondasi mental manusia. 59 Satu jenis īmān yang tunggal ini, akan menciptakan harmoni di antara karakter dan keseragaman dalam tindakan yang akan menumbuhkan budaya khusus dan sebuah peradaban yang gemilang (glorious civilization).60 Jadi, īmān yang sarinya adalah Tawḥīd, menjadi pusat pandangan atau cita-cita dan keyakinan terhadap konsep.

Adapun secara proses pembentukan secara praksisnya, paradigma atau worldview yang ada di dalam seseorang dalam bentuk ‘architectonic network’ ini rata-rata terbentuk oleh pendidikan serta kehidupan bermasyarakat. Kemudian, dalam Islām, worldview banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh Agama. Worldview Islām dibangun oleh Nabi Muhammad S.A.W. di Mekkah, melalui Wahyu. Maka, worldview seorang muslim ini, secara bahasa internasional abad ini (bahasa Inggris) diberi nama Islamic worldview atau The Worldview of Islām yang dimana sebenarnya ia juga sebagai quasi-scientific worldview.61

Kemudian, Syed al-Attas mengatakan bahwa konsep inti dan ciri khas pandangan hidup muslim terhadap realitas adalah tidak mendualiskan antara yang suci (sacred) dan yang selain yang suci (profane). Menurutnya, pandangan Islām tidak mendikotomikan antara dunia (al-dunyā) dan akhirat (al-akhīrah).62 Syed al-Attas menegaskan bahwa:

“in which the dunyā-aspect must be related in a profound and inseparable way to the ākhirah-aspect, and which the ākhirah-aspect has ultimate and final significance. The dunyā-aspect is seen as a preparation for the ākhirah-aspect.”63

Sehingga, Syed al-Attas mendefinisikan cara pandang Islām dengan istilah ‘Ru’yat al-Islām lil-wujūd’, yang bermakna sebuah cara pandang Islām dalam memandang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakikat wujud.64 Dari beberapa teorisasi weltanscahuung/worldview atau paradigma oleh Ulama’ Islām, dapat disintesiskan menjadi sebuah cara pandang Islām mengenai realitas dan kebenaran yang menjelaskan tentang hakikat wujud. Kemudian, pemahaman itu, akan berakumulasi dalam akal pikiran dan memancar

59 Abul A’lā Mawdūdī, Islamic Civilization: Foundation Beliefs and Principle, (Islamabad: Institute of Policy Studies, 2013), 69.

60 Ibid., 7061 Alparslan Açikgençe, Islamic Science: A Toward Definition…, 19.62 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena…, 1.63 Ibid.64 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena…, 2.

Page 16: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

16

dalam keseluruhan kegiatan umat Islām di dunia. Ketika ia terpatri kokoh dalam diri seorang muslim, maka ia mengkristal menjadi aturan atau paradigma (nizām).65

Cara pandang ini, akan mempengaruhi pandangan seseorang terhadap konsep-konsep hidup lainnya. Thomas F. Wall menyebutkan, konsep Tuhan akan menjadi pusat dan mempengaruhi konsep pengetahuan, realitas, diri, etika, dan masyarakat.66 Adapun dalam konteks pembangunan, yang menjadi sorotan adalah konsep kesejahteraan yang dipengaruhi konsep-konsep dasar tersebut. Sehingga, paradigma pembangunan pertanian dalam Islām, akan mengejar tujuan kesejahteraan yang tidak hanya materil saja. Sebagaimana yang dikatakan al-Ghazali, yang menerangkan bahwa konsep kesejahteraan suatu masyarakat tergantung kepada pemeliharaan lima hal dasar yakni: Agama; kehidupan atau jiwa; akal atau intelektual; keturunan dan keluarga; dan harta atau kekayaan.67 Kelima hal dasar tersebut dapat terbagi menjadi tiga hierarki utilitas individu dan sosial yang meliputi kebutuhan, kenyamanan dan kemewahan.68 Maka, kesejahteraan yang materialis bertolak belakang dengan konsep kesejahteraan dalam Islām, karena Islām tidak memisahkan antara kebutuhan material dan non material; kepentingan al-dunyā dan al-ākhirah; dan bahkan kepentingan al-ākhirah lebih diutamakan.69 Maka, dalam diskursus pembangunan pertanian, yang memikirkan kesejahteraan manusia, ia pasti tidak menegasikan Syariat sebagai intrumen pembangunannya; dan tidak memisahkan antara syariat Islām dan intrumen kebijakan.

65 Hamid Fahmy Zarkasyi, “Islamic Worldview; Sebagai Paradigma Sains Islām, dalam Syamsuddin Arif, Islamic Science; Paradigma, Fakta dan Agenda, (Jakarta: INSISTS, 2016), 1.6.

66 Thomas F. Wall, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, (Australia: Wodswort Thomson Learning, 2001), 60.

67 Abu Isḥāq al-Syāṭibi, al-Muwāfaqāt fī Uṣul al-Syarī’ah, Edisi 2 (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2009) 23.

68 Ibid, 62.69 Hal ini dikarenakan Islām memandang manusia dipahami sebagai mahkluk dengan dua dimensi

jasmani dan rohani dan keduanya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Antara jasmani dan rohani harus berjalan sinergis sehingga dapat berjalan secara seimbang. Hubungan keduanya harus seimbang demi terciptanya relasi yang harmonis. Mereka tidak bisa berjalan sendiri-sendiri karena dapat menimbulkan kegagalan untuk mencapai kesejahteraan yang manusia dambakan. Untuk itu Umer Chapra mengatakan: “if only material well-being is catered for and there are accompanying moral and cultural maladjustment, there would be increased manifestation of the symptoms of anomie, such as frustration, crime, alcoholism, extra-martial relations, divorce, mental illness, and suicide, all indicating lack of inner happiness. If only the spiritual need of life is catered for, the mass of the people would find it impratible and unrealistic, thus generating a dhicitomy and comflict between material and spiritual values which may threaten to destroy all values in human society.” M Umer Chapra, The Objectives of Islamic Order, (Leicester: The Islamic Foundation, 1979), 10-11.

Page 17: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

17

2. Konsep Pembangunan IslāmPengertian dan dimensi pembangunan secara umum, tidak bertentangan dengan prinsip Islām dalam meraih kesejahteraan materil. Namun, pembangunan dalam Islām, berbeda dengan konsep kemajuan Barat atau yang pada umumnya pada tataran titik tekan tujuannya yang tidak hanya materil saja. Sehingga, konsep pembangunan dan kemajuan Islām tidak bisa disepadankan atau tidak memiliki equivalensi dengan konsep ‘development’. Namun semantik kata yang dapat menjelaskan konsep pembangunan dan kemajuan dari sudut pandang Islām merujuk pada kata al-iṣlāḥ.70

Kata ‘iṣlāḥ’ berasal dari kata ṣalaḥa (ḍiddu al-fasad: kebalikan dari kerusakan). Kata ini membentuk kata ṣālīḥ (ḍiddu al-fāsid: kebalikannya perusak), yang memiliki maksud orang yang memenuhi hak dan kewajibannya.71 Maka, dari medan magnet semantik kata al-iṣlāḥ, konsep pembangunan dalam Islām lebih menekankan aspek kebaikan manusia itu secara kualitas. Kualitas disini merujuk pada konsep diciptakan manusia itu. Adapun kewajiban manusia adalah beribadah. Hal ini karena konsep manusia dalam Islām ditujukan untuk ibadah. Syed al-Attas menyatakan:

“Man’s purpose is to do ‘ibādah to God (51: 56), and his duty is obedience (ṭā’ah) to God, which comforms eith his essential nature (fiṭrah) created for him by God (q. v. 30:30).72

Kemudian, pembangunan yang diwakili kata iṣlaḥ, jika diserap dalam bahasa Indonesia, proses melakukan perbaikan dapat dikatakan ‘pengislahan’; dan pengislahan inilah yang dimaksud dengan pembangunan yang sebenarnya dalam Islām. Substansinya, tumbuh atau tidak tumbuh, asalkan dia menghasilkan kebaikan, maka itu yang disebut dengan pembangunan yang sebenarnya.73 Hal ini karena kemajuan dalam Islām adalah menekankan pada pembangunan modal insān seperti aspek moral, spiritual, dan akhlak yang menuju kemurnian nilai Islām, namun tidak menafikkan perubahan material di alam.74 Sedangkan, kemajuan dalam perspektif

70 Sebenarnya ada beberapa kata dalam Bahasa Arab yang merujuk kepada kemajuan, seperti at-Tanmiyah yang berarti pertumbuhan (growth), at-Tagayyur, yang artinya perubahan (change). kemajuan juga dalam Bahasa Arab bisa diartikan sebagai at-Taqaddum yang dalam Bahasa inggrisnya (progress). Namun kemajuan dalam al-Qur’an lebih tepatnya merujuk kepada kata ishlāh. Kata Islah sendiri dapat dilihat pada al-Baqarah, [2: 11-12], 220; 7: 56 dan 85. Hamid Fahmi Zarkasyi and dkk, Membangun Peradaban Dengan Ilmu (Depok: Kalam Indonesia, 2010), 4–5.

71 Kamus Al-Munjid, (Beirut: Dar el-Machreq s.a.r.l. Publisher, 2017), 432.72 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism…, 139-140.73 Wan Mohd Nor Wan Daud, “Pendidikan Tinggi dan Pembangunan: Perspektif Islām”, dalam

Hamid Fahmy Zarkasyi et al, Membangun Peradaban dengan Ilmu…, 1.74 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin…, 88.

Page 18: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

18

Barat ialah ketika maju secara material tanpa memperhatikan aspek moral akhlak manusia yang diajarkan Agama; karena moralitasnya berpusat pada manusia (relatif). Jadi, dalam sejarahnya, Barat memilih sekular dianggap salah satu bentuk kemajuan.75 Maka, pembangunan di Barat dapat dikatakan juga dalam pandangan hidupnya.

Kisah ini berkaitan dengan Agama Kristen yang menerima sekularisasi. Ini berkonsekuensi pembentukan pada nilai-nilai yang selalu berubah (ever-shifting).76 Peristiwa ini dianggap evolusi dari sejarah manusia; sebagai proses pendewasaan; dan sebagai proses yang tidak terelakkan dari perubahan sosial-politik; serta perubahan dalam nilai yang seperti yang diungkap Karl Marx perihal sejarah manusia.77 Adapun pembangunan atau kemajuan dalam Islām, tidak menerima perkembangan atau pembangunana dalam Agama seperti halnya Barat.78 Maka, pembangunan dalam Islām menekankan bahwa kemajuan yang baik ialah kemajuan pembangunan aspek manusianya yang meliputi segala dimensinya dan tidak mengabaikan aspek moral dan nilai-nilai akhlak sebagai elemen yang memimpin kekayaan material.79

75 Barat menjadi Sekular antara lain: Pertama, adanya trauma sejarah, khususnya yang berhubungan dengan dominasi agama (kristen) di zaman pertengahan. Kedua, adanya problem pada teks Bibel, dan ketiga, adanya problem teologis ajaran Kristen. Ketiga problem itu saling terkait, sehingga memunculkan sikap traumatis terhadap agama, pada akhirnya memunculkan sikap berpikir sekular-liberal dalam sejarah tradisi pemikiran Barat Modern. Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: dari Hagemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, (Jakarta: Gema Insani, 2005), 28-46.

76 Cara pandang Barat yang sekular, menjadikan faham humanisme sebagai ciri khas budaya dan falsafah hidup Barat. Hal ini karena Syed Al-Attas menyebutkan, pandangan hidup humanisme merupakan muara sikap penerimaan pengalaman tragedi atau kesengsaraan hidup sebagai satu kepercayaan yang mutlak yang menentukan nasib serta peranan manusia hidup. Semangatnya senantiasa gelisah bergerak, membayangkan sesuatu yang ‘menjadi’ tetapi tiada juga ‘jadi’. Faham ini memainkan peran penting dalam mayarakat, karena mempengaruhi pemahaman tentang ‘pembangunan’, ‘perubahan’, dan ‘kemajuan’. Jadi, karena pusat nilai di manusa yang relatif, yang disebut kemajuan itu di Barat seperti orang yang meraba-raba dalam kegelapan dan memiliki arah samar-samar. Apakah demikian bisa disebut dengan sebuah kemajuan? Jika iya, maka hakikatnya ia menipu makna dan kahikat kemajuan dan membohongi diri sendiri. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism…, 84-89.

77 Ibid., 4-5. 78 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah Untuk Kaum Muslimin…, 88.79 “The conventional understanding of human resources development however stops short of

determining the source of the qualitative development in human capital theory. This is largely true because the human capital theory sticks to the economic and deterministic aspects. This may be due to the dichotomy between the mundane affairs and his spiritual observation a fundamental aspects of secularism is very much rooted in conventional economic doctrines. Hence, we find that qualitative development in the form of suffiency of basic tools of education and training in teknological skills accompany rather than precede the capital accumulation and utilization of many nations. Despite this however, the author does observe a positive trend among witings on human resource which is converging towards realization that qualitative development must manifest from spiritual observations. Hopefully, this will ultimate be a widely accepted norms”. Lihat Aidit Ghazali, Development: An Islamic Perspective (Petaling Jaya, Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Pelanduk Publications, 1990), 64.

Page 19: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

19

Adapun syed al-Attas menegaskan bahwa pembangunan dalam Islām adalah pemurnian kehidupan manusia menjadi bersislam sepenuhnya; yakni kepada tatanan nilai tujuan hidup yang sudah pasti yang digariskan Ilahi. Ia menyatakan dalam buku berbahasa melayu ‘Risalah untuk Kaum Muslimin’:

“Pada faham Islām maka perubahan dan perkembangan dan pembangunan itu merujuk kepada diri dan bereti pemuliahan kepada kemurnian yang tulen; apabila terdapat keadaan dimana orang dan masharakat Islām sudah tersesat dan keliru dan jahil dan zalim kepada dirinya masing-masing, maka dayausaha serta kegiatannya untuk mengarahkan dirinya ke Jalan yang Lurus dan Benar yang akan memulihkannya kepada keadaan keislaman yang sejati asli-itula pembangunan. Jadi pada pengertian kita Umat Islām maka gerak-daya yang menuju ke arah Islām yang tulen itulah pembangunan, dan pembangunan demikianlah sahaja yang dapat kita kenali kemajuan.”80

Sehingga, Islām memiliki konsep pembangunan dan kemajuan yang menuju kepada implementasi penegakkan syariat Islām dalam sendi kehidupan yang berorientasi menjadikan manusia itu menjadi baik secara ruhani dan jasmani. Jika kaum Muslimin hendak meniru dan mengadopsi konsep pembangunan pertanian yang merujuk pada pembangunan ekonomi dan manusia dari peradaban Barat tanpa kritis dan selektif dengan tujuan kemajuan, merupakan sebuah kesalahan dan sebuah kemunduran. Karena akan terjadi sebuah proses pembaratan (westernization) dan sekularisasi (secularization) yang akan mengakibatkan tereduksinya nilai-nilai Islām (deislamisasi).81 Hal ini dapat dilihat pada kebijakan yang tidak mewajibkan kepengurusan zakat pertanian. Padahal zakat pertanian hukumnya wajib.82

3. Pertanian dari Perspektif IslāmDalam memahami pertanian dari sudut pandangn Islām, dalam bahasa Arab, istilah pertanian dalam arti luas dan konsep yang ideal, di wakilkan dengan kata ‘al-filāḥah’.83 Adapun kata ‘az-zirā’ah’ mewakili pertanian dalam arti sempit bercocok tanam saja dan sebuah proses dalam praksisnya.84 Filāḥah ia bermakna ‘cultivation’ atau ‘tillage’ (mengolah tanah) dan ekstensinya adalah ‘agriculture’, ‘farming’,

80 Ibid., 88-89.81 M. Jameelah, Islam Versus the West (Sh. Muhammad Ashraf, 1962), 109.�رض 82 األ من� �كم ل �ا جن �خر� أ و�مما بتم �س� ك م�ا �ات ب ط�ي من �نفقوا أ �م�نوا آ ذين� ال ه�ا �ي أ �ا ;QS. al-Baqarah [2: 267] ي

و�غ�ير� ابها �ش� مت مان� و�الر يتون� و�الز أكله �لفا مخت رع� و�الز خل� و�الن ات م�عروش� و�غ�ير� ات م�عروش� ات ن ج� � أ �نش� أ ذي ال و�هو�ح�ص�اده �وم� ي ح�قه �توا و�آ �ثم�ر� أ إذ�ا �م�ره ث من كلوا ابه �ش� .QS. Al-An’ām [6: 141] مت

83 Ibnu Manzur, Lisān al-Arab, Juz 2 Cet 3 (Beirut: Dār Ṣādir, 1414 H), 548. Lihat juga Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progresif, 1997), 1070.

84 Ibnu Manzur, Lisān al-Arab, Juz 8 Cet 3…, 141.

Page 20: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

20

husbandy’. Pelaku utamanya disebut ‘al-fallāḥ’ yang bermakna ‘husbandman’, ‘tiller of the soil’, ‘peasant’, atau ‘farmer’. Dimana kata itu jadian dari kata ‘falaḥa’ yang memiliki arti ‘to cleave’, ‘split’, dan di dalam pengertian yang khusus ‘to plough’, ‘till’, atau ‘cultivate the land’. Ia juga bermakna ‘to thrive’, ‘prosper’, ‘be succesfull’, ‘lucky’, dan ‘happy’.85 Isma’īl al-Fārūqī juga mengatakan bahwa kata falāḥ berasal dari kata “to grow vegetation out of the earth” (pertanian). Maka, yang berarti bahwa keduanya memiliki hubungan yang khusus.86

Pemaknaan yang berasal dari semantik kata ini penting. Hal ini karena setiap peradaban, memiliki istilah semantik87 yang berbeda untuk menggambarkan sebuah istilah. Kemudian, sebuah bahasa adalah tanda dari budaya sebuah peradaban. Karena bahasa memiliki peran sebagai semiotik ide. Walapun definisi standar terhadap sesuatu konsep atau istilah biasanya dapat merujuk pada suatu kamus atau ensiklopedia, sejatinya istilah terhadap sesuatu atau sebuah konsep atau definisi dalam bentuk semantik kata, selalu dilandasi pandangan hidup, keyakinan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan bahkan kepentingan tertentu.88 Jadi, Bahasa mampu sebagai sebuah pembawa substansi ideologi tertentu.89 Sehingga, Syed al-Attas menyatakan bahwa Islamisasi bahasa adalah hal yang sangat penting karena bahasa menunjukkan konsep yang seharusnya dipahami oleh manusia.90 Al-Attas menyatakan:

“In the language of Muslim peoples, including Arabic, there is a basic vocabulary consisting of key term which govern the interpretation of the Islamic vision of reality and truth, and which project the worldview of Islām in correct perspective. Because the words that comprise this basic vocabulary have their origins in the Holy Qur’ān these word are naturally in Arabic, and are deployed uniformly in all Muslim languages, reflecting the intellectual and spiritual unity of the Muslim throughout the world. The Islamic basic vocabulary is composed of key term and concepts related to one another meaningfully, and altogether determining the conceptual structure of reality and existence projected by them.”91

85 A. H. Fitzwilliam-Hall, The Filāha Texts Project: The Arabic Books of Husbandry, Link: https://filaha.org, 2010, Diakses 17 Oktober 2018.

86 Ismā’īl Rājī al-Fārūqī, Tawḥīd; Its Implications For Thought and Life, (Pakistan: IIIT, 1982), 9. 87 Semantik adalah istilah teknis yang mengacu kepada studi tentang makna (arti, Inggris: meaning).

Mansur Pateda Semantik Leksikal; Edisi kedua, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 2.88 Fuad Mas’ud, Manajemen Bisnis Berbasis Pandangan Hidup Islām: Islamic Wordlview-Based

Business Management, (Semarang: UNDIP Press, 2017), 57. 89 Kumaravadivelu B, Understanding Language Teaching; from Method to Postmethod, (London:

Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2006), 11.90 Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena…, 30.91 Ibid…, 29-30.

Page 21: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

21

Kemudian, kata falāḥ yang memiliki satu asal kata dengan pertanian Islām (al-Filaḥa) memberikan sebuah tanda arah kemana pertanian itu hendak digerakkan. Kata falāḥ dan derivasinya (aflihu, taflihu, tuflihum, yuflihu, muflihun, dan muflihin) disebutkan sebanyak 40 kali di dalam al-Qur’ān yang memiliki dimensi materil dan spiritual.92 Sehingga dalam domain pertanian sebagai kegiatan ekonomi, konsep al-falāḥ memiliki nilai-nilai Islām (islamic values), aktivitas entrepreneur (Entrepreneurial Activities), dan komitmen religius individu (Individual Religiosity Chommitment)93. Adapun kevitalan konsep falaḥ ini terefleksi pada dipakainya kata falāḥ ini dipakai dalam panggilan ibadah kaum Muslimin ‘hayya ‘ala ’l-falāḥ’ (mari menuju kepada kemenangan) yang dikumandangkan lima kali setiap hari.

Maka, pertanian dalam Islām adalah sebuah kegiatan hubungan manusia dan alam, yang tidak menafikkan kehadiran Tuhan. Pertanian dalam Islām merupakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk menuju pada falāḥ kemenangan dan kesejahteraan materil dan non materil. Dalam dimensi pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia di dalam Islām ia memiliki tujuan yang tidak hanya kesejahteraan di dunia namun juga akhirat. Sehingga, konsekuensi dan tuntutannya dalam pembangunan pertanian, adalah ia menjalankan syariat Islām sebagai salah satu inti pada intrumen dasar pembangunannya.

E. Pembangunan Pertanian: Tinjauan Maqaṣīd al-Syarī’ah dan Ekonomi SyariahDalam melakukan pembangunan pertanian dari perspektif Islām, dibutuhkan implementasi syariat Islām agar pertanian dapat memberikan maslahat dan mencapai falāḥ sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini karena beberapa sebab. Pertama, Islām sebagai dīn, sekaligus peradaban memiliki sebuah aturan yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh. Kedua, manusia juga diperintahkan sebagai penjaga, pemakmur, dan pemimpin bumi (khalifatul fī al-ard).94 Ketiga, pandang hidup seorang muslim tidaklah sekular, sehingga paradigma pembangunannya tidak memisah agama dan pertanian. Maka, dalam melakukan pembangunan pertanian, hendaknya ia berprinsip pada syariat Islām dalam kerangka Maqāṣid al-Syarī’ah agar tujuan masalahat dapat di dapatkan dari bidang pertanian dan dibutuhkan pengaplikasian konsep Ekonomi Syariah dalam praktik pertanian.

92 Terdapat empat elemen dalam kata al-falāḥ, yakni: Imān 20%, Syarīat/Ibadah 36%, Da’wah 30%, dan akhlak 9%. Lihat Mohd Dali NRS et al, “Economic Growth and Falah”, Res. J. Economic and Business Studies, Vol. 04 No. 04, 2015, 3.

93 Aminuddin ZS et al, “Exploring the Concept of al-Falāḥ (succes) in Bussines: An Insight from Muslim Expert”, International Journal, Information Technology and Engineering, Vol. 4, No. 8, 2016, 32.

94 QS. al-Baqarah [2: 30-33]

Page 22: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

22

1. Maqaṣīd al-Syarī’ahKata ‘al-falāḥ’ yang menjadi filosofi dasar tujuan pertanian Islām, biasa di sepadankan dengan kesejahteraan, dan menjadi basis pengembangan dan tujuan ekonomi Islām. Kenapa demikian? Dikarenakan kata ini menjadi terma penting dalam kerangka Maqāsid al-Syarī’ah. Hal ini karena mencakup tujuan utama manusia yang seharusnya, yakni mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat; serta kehidupan yang baik dan terhormat (al-hayāt at-tayyibah).95

Adapun definisinya secara bahasa, terma ‘maqṣid’ yang jika berbentuk jamak ‘maqāṣid’, memiliki maksud (purpose/intent), objektif (objective), prinsip (principle) tujuan (goal); dan dalam bahasa Yunani adalah telos, dalam bahasa Prancis adalah ‘finalité’, dan bahasa Jerman sepadan dengan kata ‘zweck’.96 Sehingga, Maqāṣid al-Syarī’ah dapat ditarik pengertian bahwa ia adalah kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyariatan hukum.

Adapun menurut al-Syātibi, Maqāṣid al-Syarī’ah menjelaskan bahwa tujuan ditetapkannya hukum Allah adalah untuk kemaslahatan manusia. Hal ini karena dalam kitabnya yang berjudul “al-Muwāfaqāt”, Syāṭibi menyatakan tentang konsep maslahat dalam Maqāṣid al-Syarī’ah tersebut, terdapat di dalam al-Qur’ān yang diturunkan oleh Allah S.W.T. kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad S.A.W. sebagai kabar gembira dan peringatan; dan rahmat bagi seluruh alam.97 Maka, dari pendekatan ini, syariat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW harus dipercayai dan dimaknai bahwa ia sejatinya hanya untuk kesejahteraan manusia.98

Di sisi lain, Islām memiliki konsep dasar adil. Syariat Islām berdiri atas prinsip ini. Setap ketentuan, untuk kepentingan kesejahteraan manusia, mencakup dimensi sosial. Salah satu contohnya adalah bahwa setiap manusia dipandang memiliki kedudukan yang sama di depan undang-undang dan pengadilan. Tidak ada pembedaan antara kaya dan miskin, tidak mengenal stratifikasi sosial (kasta) dengan memberikan privilege kepada kelas tertentu. Kemudian, dalam tinjauan Syara’, dalam setiap hukum Islām, ada sebuah tujuan puncak yang hendak dicapai, yakni maslahat yang tidak membawa hawa nafsu, tetapi menyangkut kepentingan umum. Namun, ia tidak hanya mengejar materil saja. Dalam mencapai masalahat yang hakiki, ia

95 Farida UJ, “Memahami Konsep al-Falāḥ Melalui Upaya Penguatan Ketahanan Pangan dalam World Islamic Economic Forum (WIEF)”, Journal of Islamic Economic Lariba, Vol. 1, No. 1, 2015, 53-69.

96 Jasser Auda, Maqāṣid al-Sharī’ah as Philosophy of Islamic Law A Systems Approach, (London-Washington: IIIT, 2007) 2.

97 Lihat Abu Isḥāq al-Syāṭibi, al-Muwāfaqāt fī Uṣul al-Syarī’ah, Edisi 2, (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2009), 220.

98 QS. Al-Anbiyā’ [21: 107].

Page 23: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

23

mengacu kepada pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.99 Dari konsep adil inilah, terpancar sebuah sistem dan konsep yang dapat menyelesaikan persoalan pemerataan kesejahteraan.

Bagaimana contoh tujuan syariat Islām, yang dapat dilihat dari konsep pembangunan pertanian? Dari perspektif Islām, RENSTRA 2015-2019 yang memiliki visi “Terwujudnya Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang Menghasilkan Beragam Pangan Sehat dan Produk Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”, dan tiga dimensi ‘Revitalisasi Pertanian 2005’ memiliki atau sejalan dengan maksud Syariat. Yakni; memiliki nilai hifdzu nafs dan hifdzu māl dalam kerangka Maqāṣid al-Syarī’ah. Dimensi pertama dalam revitalisasi adalah untuk kemajuan pertanian. Ini sejalan dengan syariat Ihyā’ul Mawāt100, yang memiliki tujuan produktivitas lahan. Kemudian, dimensi revitalisasi kedua adalah untuk pemerataan dan pengentasan kemiskinan. Ini sejalan dalam Surat al-Hasyr ayat ke-7, yang dimana Allah memerintahkan untuk memeratakan rizki.101 Di sisi lain, Islam juga memiliki syariat Zakat yang rinci, untuk membagikan hasil panen kepada yang berhak membutuhkan sebagai prinsip pemerataan dan penghilangan sekat atau gap kaya-miskin.102 Adapun dimensi ketiga revitalisasi yang bertujuan menjaga ekologi dan keberlanjutan, sejalan dengan perintah Allah yang memerintahkan untuk tidak mersusak di muka bumi.103 Maka, berlandaskan nilai-nilai Islām, karakter perekonomian Islam memiliki komitmen tinggi terhadap keadilan dan pemerataan kesejahteraan yang sejalan dengan dimensi revitalisasi pertanian.

Adapun dalam UUPA (Undang-undang Penetapan Agraria) 1960104, ia juga menganut konsep Maqaṣid al-Syarī’ah. Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) yang berisi bahwa “bumi dan air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat", adalah dasar pembentukan UUPA.105 UUPA sebenarnya juga memiliki tujuan berusahana

99 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih-Terj Saefullah Ma’shum et al, (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2008) 543 – 548.

100 Musthafa Dīb Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap: Penjelasan Huhkum-Hukum Islam Madzhab Syafi’i-Terj Pakihsati., Cet 6, (Solo: Media Zikir, 2016), 308.

101 Q.S al-Hasyr [ :7], Q.S al-Dzāriyāt [52: 9], al-An’ām [6: 141], al-Baqarah [2: 267].102 Lihat fikih zakat binatang ternak dan buah-buahan. Musthafa Dīb al-Bugha, al-Khann M, dan al-

Syurbaji A, Fikih Manhaji: Kitab Fikih Lengkap Imām asy-Syāfi’i-Terj Misran, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2002), 280.

103 QS. al-Baqarah [2: 11-12]104 Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria. Link: http://dkn.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Undang-Undang-RI-nomor-5-Tahun-1960-tentang-Pokok-Pokok-Dasar-Agraria.pdf. Diakses 26 Desember 2018.

105 Sahnan, Hukum Agraria Indonesia, (Malang: Setara Press, 2016), 31-32.

Page 24: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

24

untuk mengatasi berlakunya dualisme hukum agraria masa kolonial, yakni: hukum yang berasal dari penjajah (kolonial) atau disebut juga hukum Barat; dan hukum yang berasal dari adat asli Indonesia.106 Hal ini merupakan implementasi hadits tentang perserikatan rumput/pohon, air, dan api/energi.107

Maka, UUPA, Revitalisasi Pertanian, dan Renstra 2015-2019 tersebut memiliki tujuan untuk kemaslaatan umat manusia secara merata yang telah tercantum dalam tujuan-tujuan al-Syarī'ah. Sehingga, Muslim di Indonesia, hendaknya memperhatikan pembangunan pertanian, karena hakikatnya ia bisa mengandung sebuah ibadah. Hal ini karena pada intinya, ia adalah usaha dalam menjalankan Syariat Islām dan menghidupkan Sunnah Nabi di sektor pertanian.

2. Ekonomi SyariahEkonomi syariah, dibutuhkan dalam pembangunana pertanian untuk mencapai pemerataan kesejahteraan dan membangun kemandirian sistem yang melingkupi petani. Jika tujuan pembangunan yang berfokus pada pemerataan kesejahteraan, berafiliasi kepada ekonomi global-kapitalis, maka ia tujuan pembangunan itu tidak bisa tercapai. Sistem kapitalis akan masuk dan mempengaruhi dinamika nasib petani.108

Dalam konteks dewasa ini, neokapitalisasi pertanian yang terjadi sekarang dapat dirasakan pada komodifikasi benih, pupuk kimia, dan pestisida kimia. Komodifikasi ini membuat petani kesulitan dan dikeluhkan di berbagai daerah di Indonesia sejak mulai tahun 2000an. Jika dulu petani dianggap profesi yang paling produktif, karena segalanya dibuat, diciptakan, dan disediakan sendiri; sekarang segalanya harus membeli.109 Pasalnya, ketika tanaman dipupuk kimia, maka akan

106 Noer Fauzi, Petani dan Penguasa… vi. 107 HR Imam Ahmad (38/174). Terjemahan haditnya, “Kaum muslimin berserikan dalam tiga perkara

yaitu air, rumput liar dan energi api.” 108 Hal ini karena dalam sistem kapitalisme, memiliki sebuah sistem komodifikasi dalam segala hal,

terkhusus saran produksi pokok yakni lahan. Genealoginya, dalam sejarah Inggris ada peristiwa yang dikenal disebut ‘Enclosure’. Yakni terjadinya proses pengkaplingan lahan model kepemilikan absolut khas borjuasi beserta pengusiran kaum tani penggarap. Proyek ini terjadi sampai sampai ke pinggiran kapitalis seperti Indonesia. Proses pengkaplingan secara dialektis berkelindan dengan penciptaan pranata-pranata sosial yang cocok dengan model kepemilikan pribadi kapitalis. Kemudian ia didukung dua pranata pokok berupa pasar tanah dan pasar uang yang menjadi penyokong lanjutan pranata kepemilikan pribadi model borjuis. Ini yang membuat akumulasi kekayaan pada segelintir orang. Mulyanto D, Genealogi Kapitalisme; Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik, (Jogjakarta: Resist Book, 2012) 23.

109 Petani tidak bisa melepaskan diri segala macam obat kimia. Selain budaya hidup yang mulai malas dan tak mau repot, juga ada perasaan atau keinginan bahwa kalau tidak diobat (pupuk kimia) belum merasa puas, ditambah pula hasrat untuk memperoleh hasil yang cepat dan banyak. Sebuah lingkaran yang kian mengukuhkan lingkaran industri kapitalistik yang eksesifTrimanto BN, Kapitalisasi Pertanian, Link: https://www.kompasiana.com/m.triman-to/57ea0c5829b0bdf2088b4569/kapitalisasi-pertanian?page=all,

Page 25: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

25

menghasilkan hasil yang tinggi dan panen lebih cepat, namun disisi lain tanah menjadi rusak dan tanah tersebut mencandu harus dipupuk kimia lagi agar dapat ditanami dan karena jika tidak dipupuk kimia lagi, maka tidak mampu menumbuhkan tanaman dengan baik.110 Adapun benih yang menjadi unsur utama produksi petani, memiliki problem. Benih hanya bisa ditanam sekali saja. Untuk masa tanam selanjutnya, ia harus membeli kepada korporat produsen benih. Jadi, petani memiliki ketergantungan untuk pupuk kimia dan benih hibrida yang membuat ia kehilangan kemandirian dan usaha bertani menjadi tidak menguntungkan karena biaya produksinya tinggi.

Sehingga, petani sekarang ini, tidak dipungkiri identik dengan kemiskinan. Hal ini sudah dibahas di atas, bahwa penyebabnya adalah sistem kapitalis dan ia tersubordinasi kepentingan politis dan bisnis, sehingga petani memiliki posisi yang tidak egaliter terhadap pemerintah dan pasar. Maka, tawaran untuk mengeluarkan petani dari kondisi yang terhimpit, dalam makalah ini adalah: Pertama, adalah membangun kemandirian petani pada sarana produksi berupa benih dan pupuk; dan kedua, adalah membuat sistem pembiayaan permodalan kepada petani yang sesuai syariat Islām. Secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, adalah melakukan dekapitalisai sarana produksi. Yang dimaksud sarana produksi disini adalah benih dan pupuk. Benih adalah sarana vital bagi petani.111 Diperlukan pengembangan benih unggul yang non-hybrid agar petani mampu untuk memproduksi sendiri benih untuk setiap masa tanam. Sarana produksi vital lainnya adalah pupuk. Diperlukan pengembangan pupuk yang baik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan ramah lingkungan. Pengambangan pupuk disini akan mengarah kepada teknologi pupuk organik dan pupuk hijau. Benih dan pupuk

2003, Diakses pada Tanggal 14 Agustus 2018.110 Benih yang dihasilkan memiliki keunggulan dari induknya, namun kekurangannya adalah ia

menjadi benih hybrid yang akan gagal menurunkan sifat unggul ke generasi berikutnya. Jadi, benih hanya bisa ditanam sekali dan jika ingin menanam di musim tanam selanjutnya, petani ‘harus’ membeli ke produsen benih. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang kapitalis untuk menguasai pasar dan membuat petani mempunyai ketergantungan dengan korporat penyedia benih. Selanjutnya, selain terkekang ketergantungan dengan membeli pupuk kimia, petani terkekang juga dengan problem benih ini. Sehingga, keadaan ini sangat pahit dirasa para petani sekarang karena biaya produksi sebanding atau bahkan lebih mahal dari pada laba panen. Diperparah lagi, dari arah pasar, tidak sedikit petani diperas oleh renterir yang juga menjadi penebas atau tengkulak. Maka tidak heran melihat sawah yang ditanami tanama tahunan, dan petani lebih memilih mencari pekerjaan lain atau sawah-sawah dibangun rumah-rumah karena dijual ke pembisnis properti.

111 Hendrato Kuswanto, Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 9. Berdasarkan Undang-Undang R.I. No. 12 tahun 1992, tentang Sistem Budi Daya Pertanian, Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4, benih di definisikan sebagai: “Benih tanaman selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa apa yang dimaksud dengan benih dapat diperoleh dari perkembangan secara generatif maupun secara vegetatif.

Page 26: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

26

tersebut mampu meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan, dan ditujukan pada pembangunan kemandirian petani. Artinya, teknologi itu diciptakan untuk kemudahan petani. Bukan untuk mengeksploitasi petani sebagai konsumen seperti pada orang kapitalis yang eksesif yang mementingkan keuntungan dirinya sendiri.

Kedua, adalah menghidupkan sistem pembiayaan (modal), pranata kerja, dan sistem pasar yang sesuai syariat Islām. Hal ini karena pertanian selain sebuah ilmu dan sains, ia juga diartikan sebagai bisnis.112 Pada pengembangan sistem ini, diperlukan konsep-konsep Ekonomi Islām dalam kegiatan praktik pertanian. Maka, diperlukan penerapan ekonomi syariah secara umum dan menghadirkan mode-mode partisipasi syirkah dan variasinya seperti musyarakah, mudharabah dan korporasi modern sebagai pembantu pembiayaan petani agar memiliki akases pemodalan yang sesuai syariat dalam melakukan bisnis taninya.113

Secara umum, ekonomi kapital memberi persoalan persebaran kesejahteraan. Kaum kapital semakin kaya, dengan petani tidak dizinkan menjadi kaya. Sedangkan Islām memiliki prinsip persebaran kekayaan yang berbeda dengan ekonomi kapital.114 Dalam sistem kapital, dari uraian neokapitalisasi diatas, petani diposisikan sebagai konsumen yang dimanfaatkan; dan sebagai buruh yang hanya dibeli tenaganya dan dipisah dari sarana produksinya. Maka, ekonomi Islām, menjadi perlu untuk diangkat dalam memberi solusi masalah ekonomi petani ini, karena dalam ekonomi Islām berdiri atas asas keadilan.115 Maka, secara praksisnya, disiplin ilmu Agro Ekonomi Syari’ah perlu dirumuskan dan dijadikan mata kuliah wajib. Hal ini karena ekonomi Islām menjadi salah satu harapan bagaimana menyelesaikan persoalan ekonomi pertanian (Agro Ekonomi) untuk memajukan pembangunan pertanian sebagai sektor pekerjaan masyarakat; tonggak ekonomi; dan basis ketahanan pangan.

F. Kesimpulan112 Agriculture as the business : As long as agriculture is the way of life of the rural population,

production is ultimately bound to consumption. But agriculture as a business aims at maximum net return through the management of land, labour, water and capital, employing the knowledge of various sciences for production of food, feed, fibre and fuel. In recent years, agriculture is commercialized to run as a business through mechanization. B. Chandrasekaran, K. Annadurai, E. Somasundaram, a Texbook of Agronomy…, 2.

113 Lihat Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance-Terj Aditya Wisnu Pribadi, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), 469.

114 Ibid., 111-115.115 Lihat; Abul A’la Mawdūdī, First Principles of Islāmic Economics, (ed.) Kurshid Ahmad, Terj.

Ahmad Imam Shafaq Hashemi, (Pakistan: Institute of Policy Studies, 2013), 17-21.

Page 27: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

27

Pembangunan pertanian dari perspektif Islam, merupakan sebuah usaha dan proses bagaimana pertanian mampu menuju kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta kehidupan yang baik dan terhormat (al-hayāt at-tayyibah). Sehingga, konsep falāḥ menjadi filosofi dasar tujuan pembangunan pertanian; karena kata ini menjadi terma penting dalam kerangka maqāsid al-syarī’ah; dan mencakup tujuan-tujuan materil pembangunan sektor pertanian yang sudah dirumuskan di Indonesia.

Lebih lanjut dalam konteks kesejahteraan materil, Islām menawarkan sebuah konsep pembangunan yang adil dan menjamin pemerataan yang berlawanan dengan konsep ekonomi global yang didominasi kapitalis. Sistem kapitalis, memiliki pranata-pranata yang membuat akumulasi kekayaan terhadap orang-orang tertentu. Maka, jika paradigma pembangunan pertanian memakai sistem ekonomi global-kapitalis, dimensi pembangunan yang ditujukan untuk pemerataan dan pengentasan kemiskinan akan tidak mampu untuk dicapai. Sebaliknya, jika memakai prinsip-prinsip Islām, ia akan mampu menuju tujuan pembangunan pertanian tersebut. Kemudian, apabila kaum Muslim hendak meniru dan mengadopsi konsep Barat tanpa kritis dan selektif dengan tujuan kemajuan Islām, selanjutnya yang akan terjadi ialah westernisasi dan sekularisasi yang akan mengakibatkan tereduksinya nilai-nilai Islam (deislamisasi) seperti yang ada di sistem dan kebijakan pertanian Indonesia sekarang ini. []

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. 2008. Ushul Fiqih-Terj Saefullah Ma’shum et al. Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus.

Açikgençe, Alparslan. 1996. “The Framework for a history of Islamic Philosophy”. Al Shajarah: Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Vol. 1. No. 1-2.

_____. 1996. Islamic Scienc: A Toward Definition. Kuala Lumpur: ISTAC.Aidit, Ghazali. 1990. Development: An Islamic Perspective. Petaling Jaya; Selangor Darul

Ehsan: Pelanduk Publications.Akdoğan, Cemil. 2018. Science in Islam & the West. Kuala Lumpur: ISTAC..Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1995. Prolegomena to The Metaphysics of Islām; an

Exposition of the Fundamental Elements of The Worldview of Islām. Kuala Lumpur: ISTAC.

_____. 1996. Islām and Secularism. Kuala Lumpur: ISTAC._____. 2001. Risalah untuk Kaum Muslimin. Kuala Lumpur: ISTAC.Aminuddin, ZS et al. 2016. “Exploring the Concept of al-Falāḥ (succes) in Bussines: An

Insight from Muslim Expert”. International Journal, Information Technology and Engineering. Vol. 4. No. 8.

Page 28: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

28

Arif, Syamsuddin. 2016. Islamic Science; Paradigma, Fakta dan Agenda. Jakarta: INSIST.Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian; Paradigma Kebijakan dan Strategi

Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.Ayub, Muhammad. 2007. Understanding Islamic Finance-Terj Aditya Wisnu Pribadi.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Bellù, Lorenzo G. 2011. Development and Development Paradigms A (Reasoned) Review

of Prevailing Visions. Roma: FAO-EASYPol.Al-Bugha, Musthafa Dīb. 2016. Fikih Islam Lengkap: Penjelasan Huhkum-Hukum Islam

Madzhab Syafi’i-Terj Pakihsati. Cet 6. Solo: Media Zikir. Al-Bugha, Musthafa Dīb et al al. 2002. Fikih Manhaji: Kitab Fikih Lengkap Imām asy-

Syāfi’i-Terj Misran. Yogyakarta: Darul Uswah.Busyairi, Mufid A. 2008. Republik Salah Urus; Menguak Nasib Buram Petani Indonesia.

Jakarta: Penerbit RMBOOK.Chandrasekaran, B et al. 2010. A Textbook of Agronomy. New Delhi: New Age

International (P) Limited Publisher.Dali, Mohd NRS et al. 2015. “Economic Growth and Falah”, Res. J. Economic and

Business Studies. Vol. 04. No. 04.Encyclopedia of the History of Science. 2014. Technology, and Medicine in Non-Western

Culture. DOI 10.1007/978-94-007-3934-5-10229-1.FAO, 2011. “Biotechnologies for Agricultural Development”, Proceedings of the FAO

International technical conference on “Agricultural Biotechnologies in developing countries: options and opportunities in crops, forestry, livestock, fisheries And Agro-industry to face the challenges of food insecurity and climate change”. Rome: FAO.

Farida, UJ. 2015. “Memahami Konsep al-Falāḥ Melalui Upaya Penguatan Ketahanan Pangan dalam World Islamic Economic Forum (WIEF)”. Journal of Islamic Economic Lariba. Vol. 1. No. 1.

al-Fārūqī, Isma’īl Rājī. 1982. Tawhīd; Its Implications For Thought and Life. Pakistan: IIIT.

_____. 1995. Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan. Edisi 3. USA: IIIT.

Fauzi, Noer. 1999. Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria di Indonesia. Yoyakarta: Insist.

Hornby, AS. 2015. Oxford Advenced Learner’s Dictionry. Edisi ke-9. United Kingdom: Oxford University Press.

Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat: dari Hagemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta: Gema Insani.

Ibnu Manzur. 1993/1994. Lisān al-Arab. Beirut: Dār Ṣādir.Iskandar, Johan. 2006. “Metodologi Memahami Petani dan Pertanian”. Jurnal analisis

Sosial. Vol. 11. No. 1.Jameelah, Maryam. 1962. Islam Versus the West. Lahore: Sh. Muhammad Ashraf. Jasser, Auda. 2007. Maqāṣid al-Sharī’ah as Philosophy of Islamic Law A Systems

Approach. London-Washington: IIIT.Jelle, Bruinsma. 2003. World Agriculture: Toward 2015-2030 An FAO Perspektif,

(London: Earthscan Publications Ltd, 2003).

Page 29: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

29

Kamus Al-Munjid, (Beirut: Dar el-Machreq s.a.r.l. Publisher, 2017), 432.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) 1246.Kozák, DJ dan Cemák, V. 2010. The Illustrated History of Natural Disasters. Dordrecht:

Springer.Kuhn, Thomas. 1996. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The University of

Chicago Press.Kumaravadivelu, B. 2006. Understanding Language Teaching; from Method to

Postmethod. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.Kusmiadi, E. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Tangerang: Universitas Terbuka.Kuswanto, Hendrato. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih,

(Yogyakarta: Kanisius, 2003), 9.Land and Water Division (NRL) and the Climate, Energy and Tenure Division (NRC) Food

and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), The Water-Energy-Food Nexus A New Approach In Support Of Food Security And Sustainable Agriculture, (Roma: FAO, 2014).

Mardikanto, Totok. 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: LPP dan UNS Press. _____. 2009. Membangun Pertanian Modern. Surakarta: LPP dan UNS Press), 116.Mas’ud, Fuad. 2017. Manajemen Bisnis Berbasis Pandangan Hidup Islām: Islamic

Wordlview-Based Business Management. Semarang: UNDIP Press.Mawdūdī, Abul A’lā. 2013. Islamic Civilization: Foundation Beliefs and Principles.

Islamabad: Institute of Policy Studies._____. 2013. First Principles of Islāmic Economics, (ed.) Kurshid Ahmad. Terj. Ahmad

Imam Shafaq Hashemi. Pakistan: Institute of Policy Studies.Mulyanto, Dede. 2012. Genealogi Kapitalisme; Antropologi dan Ekonomi Politik Pranata

Eksploitasi Kapitalistik. Jogjakarta: Resist Book.Munawwir, Ahmad Warson. 1997. al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Penerbit Pustaka Progresif.Muslih, Muhammad Kholid et al. 2018. Worldview Islam; Pembahasan tentang Konsep-

Konsep Penting dalam Islam. Ponorogo: PII-UNIDA Gontor Press.Naugle, David Keith. 1998. The History and Theory of The Concept of ‘Welthanscauung’

(Wordlview). Disertasi. Arlington: The University of TexasPasandaran, Effendi. 2017. Menuju Pertanian Modern. Jakarta: IAARD PRESS Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal; Edisi kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta.Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 19/Permentan/Hk.140/4/2015

Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Link: www1.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf

Raffles, Thomas Stamford. 1830. The History of Java. London: John Muray.Sahnan. 2016. Hukum Agraria Indonesia. Malang: Setara Press.Smart, Ninian. 1983. Worldview; Crosscultural Explorations of Human Beliefs. New York:

Charles Scribner’s Sons. Al-Syāṭibi, Abu Isḥāq. 2009. al-Muwāfaqāt fī Uṣul al-Syarī’ah, Edisi 2. Lebanon: Dar al-

Kotob al-Ilmiyah.The New International Webster’s Comprehensive Dictionary of the English Language.

1996. . Florida: Triden Press International.

Page 30: nurulhuda.uns.ac.id · Web viewStudi Paradigma Pembangunan Pertanian. dari Perspektif Isl. ā. m. Makalah Tugas Akhir Program Kaderisasai Ulama’ (PKU) UNIDA Gontor angkatan XII

30

Wall, Thomas F. 2001. Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction. Australia: Wodswort Thomson Learning.

Zarkasyi, Hamid Fahmy et al. 2010. Membangun Peradaban dengan Ilmu. Depok: Kalam Indonesia.

Sumber Online:

Dewi, Deviana Wijaya. 2017. Young Farmers are What Indonesia Needs, Link: http://www.thejakartaapost.com/academia/2017/10/16/young-farmers-are-what-indonesia-needs.html. Diakses 27 November 2018.

Fitzwilliam-Hall, H. 2010. An Introductory Survey of the Arabic Books of Filāḥa and Farming Almanacs, Link: alfilaha.org, Diakses pada tanggal 7 November 2018.

Hasanah, Niswatin. 2018. Indonesia Krisis Petani Muda, 20 Agustus 2018. Link: https://geotimes.co.id/o-pini/indonesia-krisis-petani-muda/. Diakses 27 November 2018.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Link: https://kbbi.kemdikbud.go.id.Kuntadi. 2015. Sawah Mengering, Petani Memilih Jual Tanah, Agustus 2015, Link:

https://news.okezone.com/read/2015/08/06/51-0/1191739/sawah-mengeringpe-tani-memilih-jual-tanah. Diakses 27 November 2018.

Lakitan, Benyamin. 2015. Materi 01 – Pengantar Ilmu Pertanian Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Pertanian. Link: https://benyaminlakitan.com/2015/10/15/pengantar-ilmu-pertanian-01-pengertian-dan-ruang-lingkupilmu-pertanian/ Diakses pada tanggal 14 Agustus 2018

Muhamad Ridlo, Kisah Petani Miskin Terpaksa Jual Bongkahan Tanah Sawah di Musim Kemarau, Juli 2018, Link: https://www.liputan6.com/regi-onal/read/3585144/kisah-petani-miskin-terpaksa-jual-bongkahan-tanah-sawah-di-musim-kemarau. Diakses 27 November 2018.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1995. “Revolusi Hijau dan Konservasi Tanah”, Disampaikan pada Kursus Konservasi Sumberdaya Alam Angkatan I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 21-27 Juni 1995. Link: http://faperta.ugm.ac.id/download/publikasi_dosen/tejoyuwono/1991/1995%20-revo.pdf

Rosalina. 2011. Makin Banyak Petani Menjual Lahannya, Juli 2011 Link:https://bisnis.tempo.co/read-/347299/makin-banyak-petani-menjual-lahannya. Diakses 27 November 2018.

Trimanto BN, Kapitalisasi Pertanian, Link: https://www.kompasiana.com/m.triman-to/57ea0c5829b0bdf2088b4569/kapitalisasi-pertanian?page=all, 2003, Diakses pada Tanggal 14 Agustus 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Link: http://dkn.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Undang-Undang-RI-nomor-5-Tahun-1960-tentang-Pokok-Pokok-Dasar-Agraria.pdf. Diakses 26 Desember 2018.