Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Ureteral Trauma profile in Soetomo Hospital
January 2006 – December 2011Sriyono1, Tarmono1
1 Departemen Urologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RS Dr Soetomo, Surabaya
Abstract
Objective: To review the prevalence and the results of management of ureteral trauma in
Soetomo hospital
Methods: A retrospective study was done on all patients ureteral trauma who were
admitted in our hospital during January 2006 until December 2011.
Results: There were 20 patients with ureteral trauma consulted in our hospital during 6
years. Most of them are female 17(85%) were caused by iatrogenic gynecologic surgery
16(89%) on distal part 16(80%), and only 2(10 %) caused by blunt trauma. The age of
patients range from 21 to 64 years, with the mean age of 40 years. Most of them on one
side 18(90%) with flank pain 7(47%). Most of them total ureteral trauma 13(65%),
consulted in operating room 44% caused by cutting. Retrograde pyelografi was perform
14(70%) in a doubt patient. End to end was done in 13(65%) patient and all patient was
perform DJ stent with no complication.
Conclusion: The most common cause of ureteral injury is by iatrogenic gynecologic
surgery on the distal part of ureter. Ureteral repair with DJ stent was done of most cases
with no complication.
Keywords: iatrogenic ureteral trauma, retrograde pyelography, ureteral DJ stent.
Abstrak
Objektif : Untuk mengetahui angka kejadian dan penanganan trauma ureter di RSU
Dr. Soetomo surabaya.
Metode : Penelitian rerospektif yang diambil pada semua penderita trauma ureter yang
dirawat di RSUD soetomo Surabaya sejak Januari 2006 sampai desember 2011.
Hasil : Terdapat 20 penderita trauma ureter, terutama wanita 17(85%) dengan usia rata –
rata 40 tahun. Penyebab tersering oleh karena trauma iatrogenik 18(90%), oleh karena
operasi dibidang kandungan 16(89%), hanya 2(10 %) oleh karena trauma tumpul abdomen
dan mengenai ureter distal 16(80%). Terbanyak terjadi pada satu sisi 18(90%), disertai
keluhan nyeri pinggang 7(47%). Sebagian besar trauma ureter total 13(65%) dan 10(56%)
dikonsulkan saat operasi oleh karena terpotong 8(44%) . Retrograde pyelografi dilakukan
pada 14(70%) penderita sebelum dilakukan tindakan. End to end anastomose dilakukan
pada 13(65%) penderita dengan pemasangan DJ stent pada semua penderita memberikan
hasil yang baik tanpa adanya komplikasi.
Kesimpulan : Trauma iatrogenik operasi kandungan merupakan penyebab terbanyak
trauma ureter, terutama ureter distal. Repair ureter dengan pemasangan DJ stent
memberikan hasil yang baik tanpa adanya komplikasi.
Kata kunci : Trauma iatrogenik ureter, retrograde pyelografi, DJ stent ureter.
PENDAHULUAN
Trauma ureter sangat jarang
dijumpai, terjadi 1% dari seluruh trauma
traktus urogenitalia. Penyebab paling sering
biasanya karena trauma iatrogenik (75%),
diikuti trauma tumpul (18%) dan trauma
tajam (7%). Pada trauma iatrogenik,
penyebab paling sering karena operasi
ginekologi (73%), pada ureter distal (74%).
Operasi endourologi transureter
(ureterorenoskopi, ekstraksi batu dengan
dormia, maupun litotripsi batu ureter)
dan operasi di daerah pelvis (operasi
ginekologi, bedah digestif maupun bedah
vaskuler) dapat menyebabkan terjadinya
cedera ureter iatrogenik, baik oleh karena:
terikat, terpotong, avulsi, terkauter, terjepit
oleh klem, robek maupun devaskularisasi
karena banyak jaringan vaskuler yang
dibersihkan.1,2,3,4.
Diagnosis dan Klasifikasi Trauma Ureter
Kecurigaan adanya cedera ureter
pada trauma dari luar adalah adanya
hematuria setelah trauma. Jika diduga
terdapat kebocoran urine, pemberian zat
warna baik dengan indigo carmine maupun
methylene blue, pemeriksaan intravenous
pyelografi, retrograde pyelografi
(merupakan gold standard pemeriksaan
trauma ureter) dan CT scan dengan kontras
yang diberikan 2 mg/kgBB menunjukkan
adanya ekstravasasi pada daerah ureter
yang mengalami trauma. Pemeriksaan
kadar kreatinin atau kadar ureum cairan
kebocoran menunjukkan kadar yang sama
dengan kadar urine. Pada cedera yang lama
mungkin didapatkan hidro-ureteronefrosis
sampai pada daerah sumbatan.2,3,5.
Trauma ureter dari luar seringkali
diketemukan pada saat melakukan
eksplorasi laparotomi karena cedera
organ intraabdominal sehingga
seringkali tidak mungkin melakukan
pemeriksaan pencitraan terlebih dahulu.
Kondisi yang mencurigakan terjadinya
trauma ureter iatrogenik saat operasi adalah
lapangan operasi banyak cairan, hematuria,
anuria atau oliguri jika cedera bilateral.
Adanya demam, ileus, nyeri pinggang
akibat obstruksi, luka operasi selalu basah,
cairan drainase jernih dan banyak,
hematuria persisten dan hematoma atau
urinoma di abdomen dan adanya fistula
ureterokutan atau fistula ureterovagina.2,3,6.
Klasifikasi trauma ureter
berdasarkan AAST ( The american
association for the surgery of trauma)
adalah sebagai berikut.1,2,3.
Grade I : Hematom ureter
Grade II : Laserasi kurang dari 50 %
lingkar ureter
Grade III: Laserasi lebih dari 50 %
lingkar ureter
Grade IV : Terpotong kurang dari 2 cm
Grade V : Terpotong lebih dari 2 cm
Tatalaksana
Tatalaksana yang dilakukan
terhadap trauma ureter tergantung pada
saat trauma ureter terdiagnosis, keadaan
umum pasien, dan letak serta derajat
lesi ureter.1,3.
Trauma parsial (grade I dan II)
Pada trauma ureter grade I dan II
dapat ditangani dengan pemasangan stent
pada ureter maupun nefrostomi untuk
diversi urine yang keluar. Dengan
pemasangan stent diharapkan aliran urine
dapat melewati daerah trauma, memberikan
kanalisasi dan stabilisasi di daerah ureter
yang mengalami trauma sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya
striktur. Pemasangan stent dapat dilakukan
baik secara retrograde maupun antegrade
dengan bantuan fluoroskopi maupun
ureteropyelografi. Pemasangan stent
dipertahankan selama 3 minggu. Sedangkan
kateter uretra dipertahankan 2 hari untuk
mencegah terjadinya refluks dan
memberikan kesempatan penyembuhan.
Pemantauan dengan renogram
maupun intravenous pyelografi dilakukan
pada bulan ke-3 hingga ke-6 atau segera
apabila didapatkan nyeri pinggang pada
daerah trauma ureter. Apabila terjadi
striktur, maka perlu dilakukan tindakan
endourologi maupun pembedahan. Pada
trauma grade I maupun II yang diketahui
saat pembedahan, maka dianjurkan untuk
dilakukan penutupan lesi secara primer
disertai dengan pemasangan stent.1,2,3.
Trauma total (grade III, IV dan V)
Perbaikan pada trauma ureter yang
komplet sebaiknya dilakukan dengan
melakukan debridement jaringan ureter
yang rusak, spatulasi, pemasangan stent
ureter, menjahit ureter dengan benang 4/0
yang diserap secara watertight, memasang
non-suction drain dan menutup tempat
jahitan dengan peritoneum maupun
omentum.1,3.
Tindakan yang dilakukan
bergantung pada lokasi terjadinya trauma.
Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan
adalah: 1) Ureter saling disambungkan (end
to end anastomosis atau uretero-
ureterostomi), 2), menyambung ureter
dengan kalik ginjal (Ureterokalicostomi), 3)
menyambung ureter dengan ureter pada sisi
yang lain (Transuretero-ureterotomi), 4)
neoimplantasi ureter pada buli-buli baik
dengan Boari flap maupun psoas hitch
(Ureteroneosistostomi) 5) interposisi ileal
Graft, 6) Autotransplantasi, dan 7)
Nefrektomi. 1.2.3,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17.
Komplikasi
Pada trauma ureter yang lama akan
menyebabkan terjadinya fibrosis dan
stenosis sehingga menyebabkan
hidronefrosis pada ginjal sisi yang sama.
Ekstravasasi yang lama juga menyebabkan
terjadinya urinoma yang memudahkan
terjadinya infeksi dan memungkinkan
terjadinya urosepsis.2,3,18.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
retrospektif. Sample yang digunakan adalah
seluruh penderita trauma ureter yang
berkunjung ke RSU Dr. Soetomo selama 6
tahun dari bulan Januari 2006 sampai
dengan Desember 2011. Data dikumpulkan
dari medical record, buku laporan pagi
bagian Urologi, laporan ruang operasi
urologi, kandungan, unit rawat darurat
maupun bedah digestif dan buku laporan
poliklinik urologi RSU Dr. Soetomo.
HASIL PENELITIAN
Selama 6 tahun dari tahun 2006
sampai 2011 di RSU Dr. Sutomo Surabaya
telah dirawat 20 penderita trauma ureter, 17
(85%) penderita wanita dan 3(15%) adalah
penderita laki - laki. Umur rata-rata
penderita adalah 40 tahun dengan usia
termuda 21 tahun dan paling tua 64 tahun.
Tabel 1. Distribusi penderita trauma ureter
berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan penyebab terjadinya
trauma, dari 20 penderita ruptur ureter,
terbanyak disebabkan oleh trauma
iatrogenik 18(90%) dan hanya 2(10%)
penderita disebabkan oleh trauma tumpul
abdomen.
Gambar 6.2. Distribusi penderita berdasarkan
penyebab trauma ureter iatrogenik.
Penyebab trauma ureter iatrogenik,
terbanyak oleh karena terpotong 8(44%)
penderita, 3(17%) penderita karena terikat,
1 (6%) penderita oleh karena false route
saat ureterorenoskopi dan 6(33%) penderita
tidak diketahui penyebabnya.
Gambar 6.1. Distribusi penderita
berdasarkan penyebab trauma ureter.
Sebagian besar penderita mengalami
trauma ureter total 13(65%) penderita, dan
7(35%) penderita mengalami trauma ureter
parsial.
Gambar 6.3. Distribusi penderita
berdasarkan derajat trauma ureter.
Jenis operasi yang sering
menimbulkan trauma iatrogenik ureter
adalah operasi kandungan 16(89%), dan
1(6%) penderita oleh karena operasi di
bidang bedah digestif maupun urology.
Gambar 6.4. Distribusi penderita
berdasarkan operasi penyebab trauma
iatrogenik.
Trauma ureter terbanyak hanya satu
sisi 18(90%), dan hanya 2(10%) terjadi
pada kedua sisi ureter.
Gambar 6.5. Distribusi penderita
berdasarkan sisi ureter yang mengalami
trauma.
Tidak semua penderita trauma ureter
iatrogenik diketahui saat operasi 10(56%)
penderita, 8(44%) penderita trauma ureter
diketahui beberapa hari setelah operasi.
90%
10%
Penyebab trauma ureter
iatrogeniktrauma tumpultrauma tajam
Gambar 6.5. Distribusi penderita
berdasarkan awal diagnosa trauma ureter.
Berdasarkan lokasi trauma, maka
terbanyak adalah terjadi pada ureter distal
16(80%), dan hanya 4(20%) terjadi pada
ureter proksimal.
Gambar 6.5. Distribusi penderita
berdasarkan lokasi trauma ureter.
Beberapa gejala klinis yang
dikeluhkan penderita setelah mengalami
trauma ureter adalah nyeri pinggang
7(47%), fistel 4(27%), anuria maupun
hematuria sebanyak 2(13%).
Tabel 2. Distribusi penderita trauma ureter
berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita yang dicurigai
adanya trauma ureter teutama adalah
retrograde pyelografi 14(70%) penderita,
disamping pemeriksaan Ultrasonografi
12(60%) penderita dan intravenous
pyelografi 7(35%), dan CT scan kontras
pada 2(10%) penderita yang mengalami
trauma tumpul abdomen.
Tabel 3. Distribusi penderita trauma ureter
berdasarkan pemeriksaan penunjang .
Semua penderita trauma ureter
dilakukan pemasangan DJ stent 20(100%),
13(65%) penderita dilakukan end to end
anastomose, 2(10%) dilakukan
neoimplantasi maupun release jahitan, dan
1(5%) dilakukan jahit primer maupun
ureterocutaneostomi.
Tabel 4. Distribusi penderita trauma ureter
berdasarkan tatalaksana trauma ureter.
Evaluasi 3 bulan setelah operasi,
semua penderita sembuh tanpa mengalami
komplikasi.
PEMBAHASAN
Dari hasil studi retrospektif
didapatkan bahwa trauma ureter terutama
terjadi pada wanita 17(85%) dengan usia
rata – rata 40 tahun. Penyebab terbanyak
oleh karena trauma iatrogenik saat operasi
18(90%), terutama oleh karena operasi
kandungan 16(89%), pada ureter distal
16(80%), Hal ini seperti yang dilaporkan
oleh dobrowolski bahwa penyebab paling
sering trauma ureter biasanya terjadi karena
trauma iatrogenik (75%), terutama terjadi
karena operasi kandungan (73%) pada
ureter distal (74%).
Penderita dengan trauma ureter satu
sisi dijumpai pada 18(90%) penderita.,
dimana nyeri pinggang setelah operasi
merupakan gejala yang sering dikeluhkan
7(47%) penderita. Keluhan anuria 2(13%)
terjadi pada penderita yang mengalami
trauma ureter pada kedua sisinya 2(10%).
Sebagian besar penderita mengalami
trauma ureter total 13(65%), dan 7(35%)
penderita mengalami trauma ureter parsial,
dimana trauma ureter oleh karena terpotong
merupakan yang terbanyak 8(44%).
Sedangkan 6(33%) penderita yang telah
dilakukan pemeriksaan explorasi tidak
diketahui penyebabnya secara pasti.
Pada penderita trauma ureter yang
diketahui saat operasi terbuka 10(56%) dan
jelas lokasi traumanya maka tatalaksana
dilakukan tanpa pemeriksaan tambahan.
Sedangkan pada penderita yang belum jelas
lokasi traumanya, pemeriksaan retrograde
pyelografi 12(60%) penderita selalu
dilakukan sebelum tindakan definitif,
disamping pemeriksaan tambahan lain yang
memungkinkan untuk dilakukan. Di EAU
guideline 2011 dikatakan bahwa “gold
standard” pemeriksaan trauma ureter adalah
retrograde pyelografi.
Semua penderita trauma ureter di
RSU Dr. Sutomo dilakukan pemasangan DJ
stent 20(100%) penderita. End to end
anastomose dilakukan pada 13(65%)
penderita, 2(10%) dilakukan neoimplantasi
maupun release jahitan, dan 1(5%)
dilakukan jahit primer maupun
ureterocutaneostomi. Seperti dalam EAU
guideline 2011 bahwa tatalaksana yang
dilakukan terhadap trauma ureter
tergantung pada saat trauma ureter
terdiagnosis, keadaan umum pasien, dan
letak serta derajat lesi ureter.
Pemasangan DJ stent dianjurkan pada
semua trauma ureter untuk memberikan
kanalisasi dan stabilisasi di daerah ureter
yang mengalami trauma sehingga
mengurangi terjadinya striktur.
Evaluasi 3 bulan setelah operasi,
semua penderita trauma ureter sembuh
tanpa mengalami komplikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan penanganan
yang tepat dan cepat penanganan trauma
ureter menunjukkan hasil yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Trauma iatrogenik ureter oleh
karena tindakan operasi kandungan
merupakan penyebab terbanyak trauma
ureter, terutama pada ureter distal.
Pemeriksaan retrograde pyelografi
membantu menegakkan adanya trauma
ureter pada penderita yang belum jelas
lokasi trauma ureternya dan pemasangan
DJ stent pada semua penderita
menunjukkan hasil yang baik. Perlu studi
analitik tindakan pencegahan untuk
menghindari terjadinya trauma ureter saat
melakukan tindakan operatif terutama
dibidang kandungan dan follow up lebih
lama lagi untuk melihat hasil terapi yang
telah dilakukan.
Daftar pustaka
1. Djakovic N, Plas E, Martínez L, et all. Guidelines on Urological Trauma. European Association of Urology, 2011 edition.
2. Emil A. Tanagho, Jack W. McAninch. Smith’s General Urology. Injuries to the Genitourinary Tract: injury to the ureter. 17th edition. 2008; 287-288.
3. Wein, kavoussi, novick, et all. Campbell-Walsh Urology. Ureteral injury. 10th ed. 2011. 27 – 32, 1178-1188.
4. Elliott and McAninch, 2003. Elliott SP, McAninch JW: Ureteral injuries from external violence: The 25-year experience at San Francisco General Hospital. J Urol 2003; 170:1213-1216.
5. Gayer et al., 2002. Gayer G, Zissin R, Apter S, et al: Urinomas caused by ureteral injuries: CT appearance. Abdom Imaging 2002; 27:88-92.
6. Dobrowolski Z, Kusionowicz J, Drewniak T, Habrat W, Lipczyñski W, Jakubik P and Wêglarz W. Renal and ureteric trauma: diagnosis and management in Poland. BJU Int 2002 May;89(7):748-51.
7. Blandy et al., 1991. Blandy JP, Badenoch DF, Fowler CG, et al: Early repair of iatrogenic injury to the ureter or bladder after gynecological surgery. J Urol 1991; 146:761-765.
8. Matlaga et al., 2005. Matlaga BR, Shah OD, Singh D, et al: Ureterocalicostomy: A contemporary experience. Urology 2005; 65:42-44.
9. Ahn and Loughlin, 2001. Ahn M, Loughlin KR: Psoas hitch ureteral
reimplantation in adults—Analysis of a modified technique and timing of repair. Urology 2001; 58:184-187.
10. Minervini et al., 2005. Minervini A, Boni G, Salinitri G, et al: Evaluation of renal function and upper urinary tract morphology in the ileal orthotopic neobladder with no antireflux mechanism. J Urol 2005; 173:144-147.
11. Mure et al., 2000. Mure PY, Mollard P, Mouriquand P: Transureteroureterostomy in childhood and adolescence: Long-term results in 69 cases. J Urol 2000; 163:946-948.
12. Tulikangas et al., 2001. Tulikangas PK, Gill IS, Falcone T: Laparoscopic repair of ureteral injuries. J Am Assoc Gynecol Laparosc 2001; 8:259-262.
13. Verduyckt et al., 2002. Verduyckt FJ, Heesakkers JP, Debruyne FM: Long-term results of ileum interposition for ureteral obstruction. Eur Urol 2002; 42:181-187.
14. Bonfig et al., 2004. Bonfig R, Gerharz EW, Riedmiller H: Ileal ureteric replacement in complex reconstruction of the urinary tract. BJU Int 2004; 93:575-580.
15. Wiesner and Thuroff, 2004. Wiesner C, Thuroff JW: Techniques for uretero-intestinal reimplantation. Curr Opin Urol 2004; 14:351-355.
16. Matlaga et al., 2003. Matlaga BR, Shah OD, Hart LJ, Assimos DG: Ileal ureter substitution: A contemporary series. Urology 2003; 62:998-1001.
17. Meng et al., 2003. Meng MV, Freise CE, Stoller ML: Expanded experience with laparoscopic nephrectomy and autotransplantation for severe ureteral injury J Urol 2003; 169(4):1363-1367.
18. Rodriguez and Payne, 2001. Rodriguez L, Payne CK: Management of urinary fistulas. In: Taneja SS, Smith RB, Ehrlich RM, ed. Complications of Urologic Surgery, 3rd ed.. Philadelphia: WB Saunders; 2001:186-203.