Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REFLEKSI KASUS
Tension Type Headache
Pembimbing:
dr. Fajar Maskuri, M.Sc, Sp.S
Disusun oleh :
Novi Nikhlatuzziadah
15/383088/KU/18288
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
2019
BAB I
DESKRIPSI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 43tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Yogyakarta
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kontraktor
Agama : Islam
Status : Menikah
No. RM : 13-85-xx
Masuk RS : 26/11/2019
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala seperti di tekan-tekan, hilang timbul
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengelukan nyeri kepala seperti ditekan sejak 2 tahun yang lalu. Dalam 1
minggu keluhan bisa muncul >3x. Nyeri diawali dari bagian belakang kepala lalu
menjalar ke seluruh kepala, nyeri dirasakan bilateral, seperti terikat tali di bagian
kepala. Pasien mengatakan jika ada suara memperberat keluhan. Riwayat
pengobatan menggunakan obat warung (paramex, bodrex) à keluhan sedikit
berkurang namun akan muncul kembali.
HMRS keluhan nyeri tidak ada.
Disangkal penurunan kesadaran, kejang, pelo, perot, kelemahan/kesemutan sesisi,
demam, muntah proyektil, benjolan, batuk/sesak, muntah, dan gangguan buang air
kecil dan buang air besar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
3. Riwayat penyakit paru : disangkal
4. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat hipertensi : +, obat amlodipine, tidak
teratur dikonsumsi
6. Riwayat kejang : disangkal
7. Riwayat DM : (-)
8. Riwayat stroke : (-)
9. Riwayat rawat inap : (-)
10. Riwayat alergi : disangkal
11. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan : disangkal
12. Riwayat Keganasan : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat hipertensi : disangkal
3. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
4. Riwayat jantung : disangkal
5. Riwayat stroke : disangkal
13. Review Anamnesis Sistem
Saraf : nyeri kepala bilateral diperparah jika ada suara
Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : tidak ada keluhan
Pernapasan : tidak ada keluhan
Integumen : tidak ada keluhan
Endokrin : tidak ada keluhan
Status Psikologis : tidak ada keluhan
14. Resume Anamnesis
Laki-laki 43 tahun dengan keluhan utama nyeri kepala bilateral seperti ditekan
dengan intensitas ringan-sedang, hilang-timbul sejak 2 tahun yang lalu diperparah
jika mendengar suara. Riwayat pengobatan dengan obat warung dan keluhan
sedikit berkurang namun akan muncul kembali.
15. Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinis : Nyeri kepala bilateral dan fonofobia
Diagnosis Topik : Otot kepala dan leher
Diagnosis Etiologi : Nyeri kepala primer dd nyeri kepala sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tanda vital
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Laju Respirasi : 20 kali/min
- Nadi : 69 kali/min
- Suhu : 36.4 °C
- Saturasi : 99%
b. Pemeriksaan kepala – leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Lnn dbn
c. Pemeriksaan Paru
Dalam batas normal
d. Pemeriksaan Jantung
Dalam batas normal
e. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
f. Pemeriksaan Ekstremitas
- Akral hangat
- WPK <2detik
g. Status Psikiatri
Tingkah Laku : Normoaktif
Perasaan Hati : Normotimik
Orientasi : O/W/T/S baik
Kecerdasan : Baik
Daya Ingat : Baik
h. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Kepala : Pupil Isokor ∅ 3mm/3mm, Reflek cahaya (+/+), Nystagmus (-/-)
Nervus Kranialis
Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu tdp Tdp
N. II Optikus
Daya penglihatan normal normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial normal normal
Gerak mata ke atas normal normal
Gerak mata ke bawah normal normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung normal normal
Reflek cahaya konsensual normal normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
N. V Trigeminus
Mengigit tdn tdn
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal normal
Sensibilitas muka tengah normal normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral normal normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal normal
Mengerutkan dahi normal normal
Mengerutkan alis normal normal
Menutup mata normal normal
Meringis tdn tdn
Menggembungkan pipi tdn tdn
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 70 x/menit 70 xmenit
Bersuara normal normal
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal normal
Artikulasi Tidak jelas
Menjulurkan lidah normal normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah eutrofi eutrofi
Ekstremitas
Pemeriksaan Lengan Kanan Lengan Kiri Tungkai Kanan Tungkai Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5/5/5 5/5/5 5/5/5 5/5/5
Refleks
Fisiologi
+2 +2 +2 +2
Refleks
Patologis
Negatif Negatif Negatif Negatif
Clonus Negatif Negatif
Sensibilitas: Dalam batas normal
Gerakan Abnormal: Tidak ditemukan
16. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil CT-scan
Dilakukan MSCT kepala, pada pasien dengan klinis cephalgia, tanpa bahan kontras IV,
tampilan axial, coronal, dan sagital, hasil:
- Tak tampak soft tissue swelling extracranial.
- Sistema tulang normal.
- Tampak lesi hypodens mengisi sinus maksilaris sinistra dan ruang di sinus etmoidalis
bilateral.
- Deviasi septum nasi ke sinistra.
- Air cellulae mastoidea normal.
- Sulci dan gyri tak prominent.
- Batas cortex dan medulla tegas.
- Sistema ventrikel simetris, ukuran normal, tak tampak edema periventrikuler.
- Struktur mediana ditengah, tidak terdeviasi
Kesan MSCT Head:
- Sinusitis maksilaris sinistra dan etmoiditis bilateral.
- Deviasi septum nasi ke sinistra.
Tak tampak gambaran intracranial SOL.
17. Diagnosis
a. Diagnosis klinis : Cephalgia bilateral cum fonofobia
b. Diagnosis topik : Otot kepala dan leher bilateral
c. Diagnosis etiologi : Frequent episodic Tension type headache headache
18. Penatalaksanaan
• Non – farmakologi :
Bed rest
• Farmakologi :
- Kapsul Celebrex 100 mg
- Tablet Tizanidine 2mg 3x1
- Kaplet N-acetylcisteine+paracetamol 3x1
19. Prognosis
Death : Dubia ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Disability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia ad bonam
Disatisfaction : Dubia ad bonam
Destitution : Dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala
yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan
stres.
Nyeri kepala ini memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan
intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak
didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Mekanisme perifer sangat berperan pada patofisologi Episodik TTH (ETTH), sedangkan
mekanisme sentral berperan dalam kronik TTH (KTTH).
Klasifikasi:
Tension type headache dibagi menjadi 3 tipe yaitu TTH episodic infrekuen, TTH episodic
frekuen, dan TTH kronik dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:
A. Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:
a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn),
b. dan memenuhi kriteria b-d.
c. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
d. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
- Lokasi bilateral.
- Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
- Intensitasnya ringan atau sedang.
- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
e. Tidak didapatkan:
- Mual atau muntah (bisa anoreksia).
- Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
f. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
B. Kriteria diagnosis TTH Episodik frekuen:
a. Terjadi sedikitnya 10 episode yang timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling
b. tidak 3 bulan (12– 180 hari/tahun)
c. Dengan kriteria b-e yang sama pada TTH episodik infrekuen
C. Kriteria diagnosis TTH kronik:
a. bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
b. Nyeri kepala berlangsung dari jam hingga hari atau nyeri kepala yang tidak menghilang
c. Dengan kriteria c-e yang sama pada TTH episodik infrekuen
Dapat disertai/tidak adanya nyeri tekan perikranial yaitu nyeri tekan pada otot perikranial (otot
frontal, temporal, masseter, pteryangoid, sternokleidomastoid, splenius dan trapezius) pada
waktu palpasi manual.
Anamnesis
• Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyerinya mulai dari ringan sampai sedang.
• Waktu berlangsungnya nyeri kepala selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri
timbul sesaat atau terus menerus.
• Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu,
nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
• Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal, rasa kencang pada daerah
bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya tidak
berdenyut.
Kriteria diagnosis
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn), dan
memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
Farmakologis
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:
1. Aspirin 1000 mg/hari,
2. Asetaminofen 1000 mg/hari,
3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, ibuprofen
800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:
1. Antidepresan
Jenis trisiklik: amytriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan tension-
type headache.
2. Antiansietas
Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat ini bersifat adiktif,
dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.
Edukasi
• Hidup dan istirahat cukup
• Hindari tidur sore
• Hindari alcohol
• Hindari tembakau
• Hindari ketinggian
• Hindari sinar terang dan suara gaduh
Daftar Pustaka
Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS) The
International Classification of Headache Disorders, 3rd edition. (2018). Cephalalgia,
38(1), pp.1-211.
Panduan Praktik Klinis Neurologi, Kelompok studi Nyeri Kepala, Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2016, Hal 6-15.