Upload
truongmien
View
251
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
WAWASAN BUDAYA NUSANTARA
“OBSERVASI SANGIRAN”
Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn.
Oleh:
Muhammad Faried (14148116)
Alim Yuli Aysa (14148137)
Jurusan Seni Media Rekam
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Seni Indonesia Surakarta
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih-
Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-Nya sehingga
memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan laporan karya wisata
untuk pengamatan manusia purba di Museum Sangiran ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami terhadap
manusia purba, menjadikan keterbatasan kami dalam penjabaran yang lebih dalam tentang
masalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca terutama pembimbing yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan kami, semoga laporan karya wisata ini membawa manfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana manusia
purba dan perkembangannya di Indonesia yang merupakan bangsa kita sendiri.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan laporan ini. Terutama kepada rekan angkatan Televisi Film 2014 mata
kuliah Wawasan Budaya Nusantara kelas B atas kerjasamanya, dan kepada dosen pengampu
Wawasan Budaya Nusantara kelas B yang telah memberikan kesempatan kami untuk
menambah wawasan kami dengan adanya tugas ini.
Surakarta, 28 Agustus 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Temuan-temuan fosil Homo Erectus di Indonesia memgang peranan yang sangat
penting dalam khasanah pengetahuan tentang manusia purba. Fosil Homo Erectus
pertama kali di temukan di Indonesia oleh Eugene Dubois (1891) di Trini, Jawa Timur,
dan dianggap sebagai the missing-link dan dinamai pithecanthropus erectus (manusia
kera berjalan tegak). Temuan fosil dan juga jejak keberadaan Homo Erectus di Indonesia
dapat memberikan bukti kehidupan Homo Erectus ketika beradaptasi di daerah kepulauan
yang tidak didapatkan di situs-situs lain.
Sejauh ini,Indonesia menyumbangkan paling banyak fosil Homo Erectus di dunia.
Situs Sangiran sendiri telah menghasilkan lebih dari 70 individu fosil Homo Erectus,
yang merupakan 75% dari jumlah keseluruhan fosil Homo Erectus yang pernah di
temukan di dunia. Daerah Sangiran memang sudah lama dikenal sebagai penghasil fosil
purba (baik binatang,maupun manusia) dan kemudian didatangi oleh beberapa ahli
arkeolog dari Eropa sebagai daerah penelitian.
Oleh sebab itulah, sebagai generasi penerus bangsa dan juga masyarakat asli
Indonesia, sudah seharusnya kita ikut mengapresiasi dan melestarikan aset-aset yang ada
di museum Sangiran. Salah satunya dengan kunjungan karya wisata yang bertujuan
mengamati peradaban manusia purba yang ada di Sangiran maupun dari seluruh
Indonesia. Dengan begitu wawasan kita akan bertambah dan juga kita akan mengetahui
sejarah asal-usul bangsa kita sendiri, yaitu Indonesia. Kunjungan karya wisata ini pun
ditujukan juga untuk memenuhi tugas Wawasan Budaya Nusantara kelas B semester 3
yang membahas mengenai peradaban manusia purba di Sangiran dan asal-usul bangsa
Indonesia.
1.2 TUJUAN KUNJUNGAN
Tujuan dari kunjungan karya wisata ini antara lain :
1.2.1 Pemenuhan tugas mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara kelas B
1.2.2 Menambah pengetahuan tentang peradaban manusia purba di Sangiran
1.2.3 Menambah pengetahuan bagaimana asal-usul bangsa Indonesia dan kronologi
perkembanganya
1.2.4 Mempelajari data-data hasil penemuan manusia purba
1.2.5 Menambah wawasan mengenai sejarah peradaban manusia di dunia
1.3 MANFAAT KUNJUNGAN
Manfaat dari kunjungan karya wisata ini antara lain :
1.3.1 Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan
1.3.2 Mengetahui tentang peradaban manusia purba di Sangiran
1.3.3 Mengetahui bagaimana asal-usul bangsa Indonesia dan kronologi perkembanganya
1.3.4 Dapat menghargai kekayaan dan sejarah bangsa sendiri
BAB II
LAPORAN KUNJUNGAN DAN HASIL PENGAMATAN
2.1 LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM SANGIRAN
Kunjungan karya wisata ini kami lakukan secara kolektif (bersama-sama) pada hari
Rabu,26 Agustus 2015. Dengan mengendarai sepeda motor, kami menuju lokasi dengan
waktu kurang lebih 30 menit dari kampus II ISI-Surakarta Mojosongo. Kami berangkat pukul
±!3.15 dan sampai pada pukul ±13.45. Pengamatan dan pengumpulan data kami lakukan dari
pukul ±13.45 hingga pukul 16.00 bertepatan dengan jam tutup museum. Pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan sesuai dengan kelompok masing-masing yang terbagi dalam dua
anggota pada tiap-tiap kelompok. Data dikumpulkan melalui ruang display museum yang
berjumblah tiga ruang display. Ruang display pertama menyajikan tentang awal mula
peradaban manusia dan teori teori evolusi manusia serta perkembangan manusia yang ada di
Sangiran. Ruang display kedua menampilkan tentang proses terbentuknya bumi yang
didukung oleh tampilan LCD proyektor dan juga sejarah peradaban manusia di dunia serta
asal-usul bangsa Indonesia beserta perkembangannya. Sedangkan pada ruang display ketiga
banyak menampilkan replika-replika manusia purba yang dibuat oleh para ahli arkeolog.
2.2 HASIL PENGAMATAN
2.2.1 PERKEMBANGAN PRIMATA PURBA DI SANGIRAN
A. Berdasar Cara Hidup dan Peradaban Budaya
1) Ramapithecus
Merupakan primata paling purba dengan tinggi
tidak lebih dari 1 meter. Temuan beberapa gigi serta sejumlah kepingan rahang atas
dan bawah mempunyai bentuk hominid.
2) Austrolopithecus Africanus
Merupakan primata pemakan tumbuhan
dan juga daging sehingga menjadi spesies
pertama yang melakukan perburuan
binatang besar. Temuan tulang binatang
yang berasosiasi langsung dengan fosil
Austrolopithecus Africanus membuktikan
hal tersebut.
3) Australopithecus Robustus dan Australopithecus Boisei
Merupakan dua jenis Australopithecus
bertipe kekar. Perbedaan tipe kekar dan
ramping ini terjadi karena penyesuaian
terhadap makan yang berbeda. Tipe
kakar diperkirakan sebagai vegetarian
sejati yang menggantungkan makanan
sepenuhnya kepada tumbuhan dan daun-
daunan keras yang memerlukan
komponen penghancur dan penggiling yang kuat. Ciri yang menonjol adalah bagian
tengah atap tengkorak ditemukan igir yang memanjang kebelakang. Ini merupakan
tautan otot pengunyah dengan tulang perietal.
4) Homo Habilis
Merupakan jenis pertama yang memiliki
kebudayaan, mereka mampu menciptakan alat
batu dengan teknik sederhana di lembah
Olduval. Kebudayaan mereka terkenal dengan
Oldowan.
5) Homo Erectus
Merupakan manusia penjelajah pertama di
dunia. Homo Erectus mampu menyebar ke
berbagai belahan dunia dan beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen.
6) Co-Magnon
Merupakan manusia seniman ulung pertama
yang meninggalkan warisan kaya dalam
bentuk lukisan gua, pahatan, dan patung ukir.
7) Homo Sapiens
Merupakan spesies yang telah perkembang
pesat sejak 100.000 tahun silam. Dengan
kemampuan yang dimilikinya, ia mampu
menciptakan peradaban dan teknologi tinggi.
B. Berdasar Volume Otak
Selama 1,5 juta tahun telah terjadi 3 tingkatan evolusi Homo Erectus di Jawa.
Sangiran telah memberikan 2 bukti tahap evolusi Homo Erectus yang paling tua, yaitu Homo
Erectus Arkaik (1,5-1 juta tahun yang lalu) dan Homo Erectus Tipik (0,9-0,3 juta tahun yang
lalu). Satu tingkatan yang lebih muda yaitu Homo Erectus Progresif (0,2-0,1 juta tahun yang
lalu).
1) Homo Erectus Arkaik
Merupakan tipe yang paling tua, ditemukan pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan
dan grenzbank di Sangiran, serta pasir vulkanik diantara Pening (Mojokerto). Tipe ini
menunjukkan tipe yang paling arkaik dan kekar dengan volume otak sekitar 870 cc.
2) Homo Erectus Tipik
Tipe ini merupakan tipe yang lebih maju dibandingkan dengan tipe arkaik, merupakan bagian
terbanyak dari Homo Erectus di Indonesia, sebagian besar ditemukan di Sangiran, dan
lainnya ditemukan di Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan sejak
tahun 2011 ditemukan pula di Semedo (Tegal). Kontruksi tengkoraknya masih ramping,
meskipun dahi masih landai dan agak tonggos. Kapasitas otak sekitar 1.000 cc
3) Homo Erectus Progresif
Merupakan jenis yang paling maju, sebagian besar ditemukan pada endapan aluvial di
Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi), dan pada endapan vulkanik di Sambungmacan
(Sragen). Volume otak sudah mencapai 1.100 cc, dengan atap tengkorak yang lebih tinggi
dan lebih membudar.
2.2.2 MIGRASI MANUSIA DAN ASAL-USUL BANGSA INDONESIA
Homo Erectus bermigrasi ke kepulauan Indonesia sekitar 1 juta tahun yang lalu.
Ketika itu Sumatra, Jawa, dan Kalimantan bergabung dengan Benua Asia menjadi daratan
luas yang disebut Paparan Sunda. Di daratan itu terbentuk koridor sabana daari semenanjung
Malaya hingga Kalimantan dan Jawa. Beberapa sungai purba mengalir di Paparan Sunda
yang kiniberada di bawah laut Jawa. Diduga Homo Erectus bermigrasi melalui alur sabana
dan lembah sungai purba, karena itu dapat dipastikan banyak bukti-bukti keberadaanya kini
ada di dasar lautan.
Hingga kini masih terjadi perdebatan mengenai kapan Homo Erectus mulai tinggal di
Jawa. Ada ahli yang berpendapat sejak 1,8 juta tahun yang lalu. Namun lebih banyak ahli
yang berpendapat Homo Erectus mulai menghuni pulau Jawa pada 1 jutan tahun yang lalu.
Homo Erectus di Indonesia juga dianggap sebagai manusia purba yang istimewa,
karena mereka menjadi manusia pertama yang beradaptasi pada lingkungan kepulauan,
terutama ketika air laut pasang dan menenggelamkan sebagian Paparan Sunda. apalagi
mereka telah terbukti berhasil melayari selat selat sempit di antara pulau-pulau di Nusa
Tenggara hingga akhirnya menghuni Indonesia.
Temuan fosil Homo Erectus yang cukup banyak di Indonesia dapat memberikan
memberikan gambaran perkembangan bertahap atau evolusi di dalam genus Homo Erectus
itu sendiri, mulai yang amat purba (arkaik), tipik, maupun yang paling maju (progresif).
Fosil-fosil Homo Erectus di Indonesia khususya dari Ngandong, menunjukkan ciri-ciri yang
berlanjut ke Homo Sapiens, sehingga beberapa ahli berpendapat bahwa tidak hanya Homo
Erectus di Afrika yang dapat berevolusi menjadi Homo Sapiens, tetapi juga Homo Erectus di
Indonesia mungkin saja berevolusi menjadi Homo Sapiens yang kemudian menurunkan
orang Aborijin Australia.
A. PEMBAGIAN RAS
1. Teori penggusuran/ Teori penggantian (Replasment Theory)
Teori ini berpendapat bahwa semua manusia
modern berasal dari Homo Erectus yang berevolusi
menjadi Homo Sapiens di Afrika. Dari sini mereka
lalu tersebar luas dan hidup di berbagai tempat dunia.
Homo Erectus di luar Afrika semuanya punah. Secara
genetika telah dibuktikan jika seluruh manusia di
dunia berasal dari satu ibu yang dulunya tinggal di
Afrika.
2. Teori kesinambungan setempat (Multiregional Theory)
Teori ini berpendapat bahwa manusia modern
berasal dari Homo Erectus yang menghuni dan
berevolusi di berbagai tempat di dunia. Karena itu,
orang Kaukasoid (Eropa pada umumnya) berasal dari
Homo Erectus yang berevolusi di Eropa, Negroid
dari Homo Erectus yang berevolusi di Afrika, orang
Mongoloid berasal dari Homo Erectus dari Cina, dan
orang Australoid (Aborijin Australia) berasal dari
Homo Erectus di Asia Timur dan Indonesia.
B. ASAL-USUL BANGSA INDONESIA
Homo Erectus mungkin telah menghuni Pulau Flores sekitar 800.000 tahun yang lalu.
Namun, Homo Erectus juga berhasil menyeberang ke Benua Australia dengan melayari laut
yang lebarnya 90 km?
Hingga kini,belum pernah ditemukan jejak-jejak kehidupan Homo Erectus di
Australia. Banyak ahli yakin bahwa Homo Erectus belum mampu berlayar hingga ke Benua
kangguru itu. Namun, ada juga ahli yang yakin bahwa keturunan Homo Erectus dari
kepulauan lndonesia adalah manusia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya pada benua
itu. Mereka adalah para ahli penganut teori kesinambungan setempat yang berpendapat
bahwa manusia Homo Erectus berevolusi menjadi Homo Sapiens diberbagai tempat di dunia,
tidak hanya di Afrika. Mereka berpendapat bahwa nenek moyang Aborijin Australia berasal
dari dua asal. Yang pertama berasal dari Homo Erectus yang maju dari Jawa yang tiba di
Australia sekitar 60.000 tahun lalu. Setelah itu datang gelombang migrasi keturunan Homo
Erectus dari Cina yang tubuhnya lebih mungil. Hingga kini, asal nenek moyang Aborijin
Australia masih menjadi perdebatan. Namun, lebih banyak ahli berpendapat Homo Erectus
tidak pernah bermigrasi ke Australia. Migrasi pertama ke benua itu dilakukan oleh manusia
yang sudah termasuk Homo Sapiens.
Temuan fosil Homo Erectus di Sangiran dan situs lain di Jawa Timur dan Flores
membuktikan Kepulauan Nusantara telah dihuni manusia paling tidak sejak satu juta tahun
lalu. Namun, Homo Erectus ternyata punah
Mayoritas suku-suku bangsa yang kini tinggal di Kepulauan Nusantara adalah orang
pendatang baru. Mereka adalah orang-orang yang berbahasa Austronesia, tetapi dari mana
asal para pendatang ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Ada yang berpendapat dari
Yunann (Vietnam), dari Filipina Selatan dan Indonesia Utara dari Formosa (Taiwan).
Pendapat terakhir inilah yang kini banyak mendapat dukungan.
Pada sekitar 5.000 tahun lalu, penduduk Formosa yang berbahasa Austronesia mulai
bermigrasi ke kepulauan Filipina, untuk selanjutnya menghuni Borneo dan Sulawesi sekitar
4.500 tahun lalu. Dari sini, mereka menyebar ke barat (Sumatra), selatan (Jawa), ke timur
(Maluku dan Papua), ke tenggara (Nusa Tenggara) sehingga sekitar 4.000 tahun lalu
kepulauan Nusantara telah dihuni para penutur Austronesia yang kemudian menjadi cikal
bakal bangsa Indonesia.
Awalnya komunitas yang mencirikan ras Mongoloid Selatan ini membawa budaya
baru berupa pertanian padi dan umbi-umbian, hewan ternak (babi,ayam,kerbau), tembikar
dan kapak yang diupam, serta ketrampilan pelayaran, menenun dan mendirikan rumah
panggung.
Unsur-unsur budaya inilah yang menjadi akar budaya bangsa Indonesia sekarang.
namun, karena mereka bermigrasi ke kepulauan Nusantara yang memiliki keragaman
lingkungan alam tinggi, mereka akhirnya mengembangkan budaya-budaya lekat yang khas
sebagai upaya adaptasinya. Karena itu budaya di Kepulauan Nusantara menjadi Bhineka
Tunggal Ika. Artinya beragam sesuai keadaan setempat, tetapi memiliki inti budaya yang satu
karena berasal dari induk budaya yang sama. Dengan demikian, bangsa Indonesia bukanlah
keturunan langsung dari Homo Erectus yang pernah tinggal di kepulauan ini ratusan ribu
tahun lalu.
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI KEGIATAN