Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
VARIASI PELAKSANAAN AKAD PRODUK TABUNGAN HAJI DI
PERBANKAN SYARIAH KABUPATEN PONOROGO
S K R I P S I
O l e h :
LAILATUL MUAFIDAH
NIM. 210213239
Pembimbing:
Dr. H. ABDUL MUN’IM SALEH, M.Ag.
NIP. 195611071994031001
JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2017
2
ABSTRAK
Muafidah. Lailatul 210213239. Variasi Pelaksanaan Akad Produk Tabungan
Haji di Perbankan Syariah Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Jurusan
Muamalah, Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Abdul Mun‟im, M. Ag.
Kata Kunci: al-wad’ah, murabah, Tabungan
Produk Tabungan Haji di ketiga perbankan syariah di Ponorogo memiliki
perbedaan dalam hal akad, proses pembagian nisbah bagi hasil atau bonus, dan
fasilitas. Seperti Bank Syariah Mandiri yang menggunakan akad murabah
mulaqah. Selanjutnya di Bank Muamalat Indonesia akad yang digunakan
adalah akad al-wad‟ah. BRI Syariah menggunakan akad murabah mulaqah. Skripsi ini akan meneliti variasi pelaksanaan akad produk Tabungan
Haji di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo.
Dari pemaparan di atas dapat dirumuskan ke dalam rumusan masalah yaitu
1) bagaimana pelaksanaan akad al-wad‟ah dalam produk Tabungan Haji di
perbankan syariah Kabupaten Ponorogo, 2) bagaimana pelaksanaan akad
murabah mulaqah dalam produk Tabungan Haji di perbankan syariah
kabupaten Ponorogo.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data melalui
Observasi, Interview dan Dokumentasi. Analisis data menggunakan metode
induktif yang menggunakan fiqh, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN),
berlandaskan al-Qur‟an dan al-Hadist serta Peraturan Bank Indonesia.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan akad al-wad‟ah di
perbankan syariah Kabupaten Ponorogo telah sesuai dengan konsep fiqh serta
ketentuan Fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan Peraturan Bank
Indonesia. Dan memiliki kelebihan yang berbeda dengan bank lain yaitu
memiliki kartu shar-e yang bisa digunakan ditempat berlogo visa/plus. Adapun
pelaksanan akad murabah mulaqah di perbankan syariah Kabupaten
Ponorogo untuk bank pertama telah sesuai dengan konsep fiqh namun belum
sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan PBI. Dalam
rukun tidak dijelaskan berapa prosentase keuntungan yang didapatkan nasabah.
Sedangkan untuk bank kedua telah sesuai dengan konsep fiqh serta ketentuan
Fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan PBI. Dan memiliki kelebihan
memberikan fasilitas asuransi jiwa, tabungan haji untuk anak di bawah usia 17
tahun dan memiliki fasilitas pemotongan zakat.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman seperti sekarang, berbagai macam
perkembangan teknologi, pengetahuan, sosial, budaya dan lain-lainnya
semakin meningkat. Hal tersebut juga berpengaruh pada tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin hari semakin meningkat dan dipermudah dengan
berbagai inovasi. Seperti halnya ibadah haji yang banyak diimpikan oleh
masyarakat muslim. Untuk mewujudkan impian naik haji ke tanah suci
maka perlu mempersiapkan dari sekarang, mulai dari bekal untuk
berangkat dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. Tapi paling tidak
mempersiapkan dana untuk mendapatkan porsi berangkat haji dari
departemen agama.1
Orang dengan dana yang terbatas dan memiliki banyak kebutuhan lain
yang mesti dipenuhi harus jatuh bangun mengumpulkan uang sebelum
bisa melakukan ibadah haji. Namun sebenarnya, ada cara yang lebih
mudah untuk menyiasati pembayaran biaya haji yang nilainya tergolong
besar. Dengan merencanakannya mereka sudah bisa mendaftarkan diri
1Dedi Kurniawan, “Tabungan haji syariah terbaik” dalam http://www-
.infoperbankan.com/artikel/tabungan-haji-syariah-terbaik. html, (diakses pada tanggal 15 April
2017, jam 08.00).
4
untuk menjalankan ibadah haji. Maka, hadirnya perbankan syariah di era
seperti sekarang sangat membantu masyarakat untuk beribadah haji.2
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada
hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun
tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank
syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan
perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di
perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana
yang diatur dalam syariat Islam.3 Dengan demikian, seiring kebutuhan
masyarakat akan keinginan untuk naik haji semakin banyak, bank syariah
sangat sesuai dengan masyarakat yang cenderung semakin memilih
pelayanan perbankan yang sesuai syariat.
Fungsi bank syariah yang sangat penting yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana. Bank menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wad‟ah dan dalam
bentuk investasi dengan menggunakan akad murabah. Al-wad‟ah
adalah akad antara pihak pertama dengan pihak kedua, di mana pihak
pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua menerima
titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi
yang diperbolehkan dalam Islam. Adapun murabah merupakan akad
antara pihak yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya
2Cermati, “Tabungan haji apa saja yang perlu diperhatikan” dalam
http://www.cermati.com/artikel/tabungan-haji-apa-saja-yang-perlu-diperhatikan/, (diakses pada
tanggal 18 April 2017, jam 10.00).
3 Ismail, Perbankan Syariah edisi pertama (Jakarta: Kencana Predana Media Group,
2011), 32.
5
atau disebut juga dengan ib al-ml dengan pihak kedua atau bank yang
menerima dana yang disebut juga dengan murib yang mana pihak
tersebut dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan oleh ib al -ml
untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat Islam.4
Untuk memenuhi permodalan, bank syariah biasanya menggunakan
berbagai produk untuk menarik para nasabah. Salah satunya yaitu produk
penghimpunan dana berupa Tabungan Haji.5 Nasabah dapat mengajukan
permintaan pendaftaran haji pada bank melalui pembukaan rekening
Tabungan Haji dengan syarat memberikan kartu identitas nasabah yang
akan mendaftarkan. Dalam ketentuannya ada batas minimal dana yang
harus dipenuhi nasabah agar nasabah dipastikan terdaftar atau
mendapatkan kursi untuk menunaikan ibadah haji melalui Siskohat
(Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) Kemenag (Kementerian Agama).
Dalam praktiknya, setiap bank syariah berbeda menjalankan produk
tabungan hajinya. Ada yang menggunakan akad al-wad‟ah dan ada yang
menggunakan akad murabah mulaqah . Perbedaan memungkinkan
terjadinya perbedaan pada perolehan bagi hasil atau bonus yang diterapkan
pada masing-masing pihak bank. Seperti halnya bank syariah yang ada di
Kabupaten Ponorogo. Banyak bank syariah yang bisa menjadi pilihan
masyarakat untuk melakukan simpanan berupa tabungan haji. Di antara
bank syariah yang ada di Kabupaten Ponorogo yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat dan BRI Syariah. Di Bank Syariah Mandiri
4 Ibid., 39-40.
5Fahrur Ulum, Perbankan Syari‟ah di Indonesia (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara,
2002), 102.
6
Tabungan Haji ini berbentuk mata uang rupiah. Produk ini juga memiliki
manfaat yaitu aman dan terjamin, fasilitas talangan haji untuk kemudahan
mendapatkan porsi haji dan online dengan Siskohat untuk kemudahan
pendaftaran haji. Karakteristik dari produk Tabungan Haji ini antara lain
berdasarkan dengan prinsip syariah dengan akad murabah mulaqah ,
tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji atau Umrah, setoran awal minimal seratus ribu rupiah, setoran
selanjutnya minimal seratus ribu rupiah, saldo minimal untuk didaftarkan
ke Siskohat adalah dua puluh juta rupiah dan biaya penutupan rekening
karena batal dua puluh lima ribu rupiah.6
Adapun di Bank Muamalat Indonesia produk Tabungan Haji berupa
rekening perorangan dan dapat diperuntukkan atas nama anak (di bawah
17 tahun) dan tersedia dalam pilihan mata uang IDR atau USD. Akad yang
digunakan adalah al-wad‟ah. Syarat yang ditentukan tidak berbeda
dengan produk Tabungan Haji di Bank Mandiri Syariah yaitu dengan
memiliki foto copy kartu identitas dan NPWP untuk warga negara
Indonesia. Untuk warga negara asing syaratnya KITAP atau KITAS,
paspor, surat referensi dan tax registration.7
Bank BRI Syariah juga tak kalah dengan bank syariah di atas. Dengan
membuat produk tabungan haji untuk mewujudkan keinginan para
6 Bank Syariah Mandiri, “Tabungan mabrur BSM” dalam http://www.syariah-
mandiri.co.id /category/consumer-banking/haji-umroh/tabungan-mabrur-bsm/, (diakses pada
tanggal 15 April 2017, jam 07.30).
7 Bank Muamalat, “Tabungan IB Muamalat” dalam http://www.bankmuamalat.co.id/tab-
ungan-consumer/tabungan-ib-muamalat-haji-dan-umrah/, (diakses pada tanggal 15 April 2017,
jam 07.45).
7
nasabahnya naik haji. Produk simpanan ini menggunakan akad murabah
mulaqah dengan beragam fasilitas. Setoran awal mulai dari lima puluh
ribu rupiah diikuti setoran selanjutnya sebesar seratus ribu rupiah dan
bebas setiap saat menambahkan saldo, gratis biaya administrasi, dapat
bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara online,
gratis asuransi jiwa dan kecelakaan, bagi hasil yang kompetitif,
pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang didapatkan,
transaksi online dengan Siskohat untuk kepastian porsi keberangkatan haji,
kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji, dapat dibuka
untuk anak-anak, tersedia pilihan haji regular dan haji khusus untuk
mendapatkan porsi keberangkatan. Untuk syarat berlaku tidak berbeda
dengan bank syariah lainnya yaitu harus melampirkan foto copy kartu
identitas, melampirkan foto copy NPWP dan melampirkan kartu keluarga.8
Produk Tabungan Haji di ketiga perbankan syariah yang ada di
Ponorogo ternyata memiliki perbedaan dalam hal akad, proses pembagian
nisbah bagi hasil atau bonus dan fasilitas lainya. Hal tersebut
mengakibatkan variasi di antara ketiga perbankan syariah di Kabupaten
Ponorogo. Seperti Bank Syariah Mandiri yang menggunakan akad
murabah mulaqah dalam produk tabungan hajinya tidak
mencantumkan besarnya nisbah bagi hasil yang seharusnya dicantumkan
ketika awal pembukaan rekening Tabungan Haji. Kemudian prinsip dari
tabungan adalah on call atau dapat diambil sewaktu-waktu nasabah ingin
8 BRI Syariah, “Tabungan haji BRI Syariah” dalam http://www.brisyariah.co.id/tab-
ungan-haji-BRI-Syariah-iB/, (diakses pada tanggal 18 April 2017, jam 10.30).
8
mengambilnya namun di Bank Syariah Mandiri juga tidak dilakukan.9
Selanjutnya, di Bank Muamalat Indonesia akad yang digunakan adalah
akad al-wad‟ah seperti yang diketahui bahwa akad tersebut adalah akad
titipan di mana bank tidak boleh memanfaatkan dana yang dititipkan
nasabah kepada bank karena sifatnya titipan murni. Berbeda jika diawal
akad dijelaskan bahwa akad yang digunakan adalah akad al-wad‟ah yad
manah. Namun pihak bank menggunakan dana tersebut untuk investasi
atau untuk proses pembiayaan.10
Terakhir, di BRI Syariah menggunakan
akad murabah mulaqah yang menyertakan nisbah bagi hasil ketika
awal bembukaan rekening Tabungan Haji. Di sana juga memberikan
banyak fasilitas seperti asuransi.11
Selanjutnya, untuk menanggapi hal di atas, penulis memilih tema
variasi pelaksanan akad produk Tabungan Haji di lembaga perbankan
syariah di Ponorogo karena dari penelusuran yang penulis lakukan di IAIN
Ponorogo dan di kampus lain belum ada yang mengangkat tema tersebut.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kesesuaian praktik di lembaga
keuangan syariah dengan syari‟at atau ketentuan perbankan syariah. Jadi,
apabila praktik di perbankan syariah belum sesuai, maka harus ditelusuri
penyebab ataupun alasan-alasan yang mendasarinya, dan kemudian dicari
solusi apakah dengan merevisi produk yang dijalankan atau dengan cara
lainnya. Hal itu juga akan mempermudah bagi masyarakat untuk
9 Brosur Produk Bank Syariah Mandiri.
10
Brosur Produk Tabungan Haji Bank Muamalat.
11
Brosur Tabungan Haji BRI Syariah.
9
mempertimbangkan produk yang sudah sesuai dengan syariat atau yang
belum sesuai dengan syariat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berusaha untuk meneliti lebih lanjut
dengan skripsi berjudul “VARIASI PELAKSANAAN AKAD PRODUK
TABUNGAN HAJI DI PERBANKAN SYARIAH KABUPATEN
PONOROGO”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pelaksanaan akad al-wad‟ah dalam produk Tabungan
Haji di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana pelaksanaan akad murabah mulaqah dalam produk
Tabungan Haji di perbankan syariah kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep-
konsep penghimpunan dana berupa Tabungan Haji yang selanjutnya akan
penyusun lakukan penelitian dari segi akad dari perbankan syariah di
Kabupaten Ponorogo sehingga diketahui kesesuaian antara praktik di
ketiga lembaga perbankan syariah tersebut dengan syariat. Adapun tujuan
dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan akad al-wad‟ah di perbankan
syariah Kabupaten Ponorogo di dalam produk Tabungan Haji.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan akad murabah mulaqah di
perbankan syariah Kabupaten Ponorogo dalam produk Tabungan Haji.
10
3. Untuk mengetahui kesulitan dalam menjalankan akad al-wad‟ah dan
murabah mulaqah di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo
dalam produk Tabungan Haji.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akad produk perbankan
syariah, khususnya pada Jurusan Muamalah di Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo.
2. Dapat bermanfaat bagi perbankan syariah Kabupaten Ponorogo,
tempat penulis melakukan penelitian sebagai bahan informasi untuk
memperluas cakrawala pengetahuan dan menambah khazanah
keilmuan, bagi pihak-pihak yang berkepentingan terkait produk
Tabungan Haji.
3. Menarik minat para peneliti, untuk dapat mengembangkan tentang
berbagai permasalahan yang berkenaan dengan implementasi prinsip
al-wad‟ah dan murabah mulaqah dalam operasionalisasi produk
Tabungan Haji di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo.
E. Kajian Pustaka
Beberapa kajian yang telah dilakukan banyak yang dituangkan dalam
tulisan, buku, jurnal, artikel-artikel, dan lain-lain. Namun, sejauh
penelusuran penulis, yang membahas secara khusus tentang “VARIASI
PELAKSANAAN AKAD PRODUK TABUNGAN HAJI DI
11
PERBANKAN SYARIAH KABUPATEN PONOROGO” belum
ditemukan.
Skripsi milik Tatan Cahyono dengan judul “Implementasi Prinsip
Wad‟ah Ya d Damanah dalam Operasionalisasi Produk Tabungan Haji
Arafah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Palembang” dengan latar
belakang masalah Tabungan Haji Arafah memberikan keamanan lahir dan
batin karena dana yang disimpan, dikelola secara syariah. Dengan adanya
akad wad‟ah yad amnah (titipan) yang mengusung produk tabungan
haji ini, maka Bank Muamalat hadir memberikan solusi untuk mengatasi
kegalauan dan keresahan hati para nasabah yang berkeinginan menunaikan
ibadah haji. Namun Bank Muamalat mengubah anggapan masyarakat
bahwa berangkat haji bukan hanya bagi yang mampu baik dalam kesiapan
secara lahiriah maupun batiniah tetapi juga mengubah anggapan
masyarakat bahwa berangkat haji dapat direncanakan sesuai kemampuan.
Selanjutnya dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana cara pe-
ngimplementasian prinsip wad‟ah yad amnah dalam operasionalisasi
produk tabungan Haji Arafah di Bank Muamalat Indonesia Kota
Palembang?, 2) Apakah Bank Muamalat memperoleh keuntungan dari
penerapan prinsip wad‟ah yad amnah dalam operasionalisasi produk
Tabungan Haji Arafah ?. Dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpul-
an bahwa dalam implementasi prinsip wad‟ah yad amanah dalam
operasionalisasi produk Tabungan Haji sudah sesuai dengan konsep serta
buku panduan yang ada pada bank. Keuntungan yang Bank Muamalat
12
dapatkan dalam penerapan atau implementasi akad wad‟ah yad amanah
sudah sesuai dengan upaya dan usaha yang dilakukan pihak bank karena
pengelolaan dana nasabah yang sesuai dengan syara‟. Tujuannya agar
nasabah yang berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji merasa terbantu
dengan adanya pengelolaan dana yang nasabah dengan akad titipan yang
tentunya dalam penyetoran tabungan dapat disesuaikan dengan
kemampuan nasabah Tabungan Haji Arafah.12
Selanjutnya skripsi milik Ida Krisdawati dengan judul “Sistem
Pengelolaan Tabungan Haji Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam”
dengan latar belakang masalah dalam penyaluran dana Tabungan ib
Muamalat Haji dan Umrah Bank Muamalat Indonesia menyalurkan ke
berbagai pembiayaan seperti pembiayaan mudarabah, murabahah dan
musyarakah. Adapun prosedur pendaftaran naik haji pada saat ini tidak
efektif dan efisien. Dari latar belakang masalah tersebut dibuatlah rumusan
masalah: 1) Bagaimana sistem pengelolaan Tabungan Haji di Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Kuningan?. Dari penelitian
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dalam Sistem Pengelolaan Dana
Tabungan Haji pada PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Pembantu Kuningan adalah Tabungan Haji di Bank Muamalat Indonesia
bernama Tabungan IB Muamalat Haji dan Umrah. Tabungan Haji ini
menggunakan akad al-wad‟ah yad amanah. Dalam pengelolaan dananya
12
Tatan Cahyono, “Implementasi Prinsip Wadi‟ah Yad Dhamanah dalam Operasionalisasi Produk Tabungan Haji Arafah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Palembang
(Studi Kasus mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang)” (Skripsi, UIN Raden Fatah, Palembang,
2016).
13
Bank Muamalat menggunakan pendekatan pusat pengumpulan dana (pool
of funds approach), yaitu dengan melihat sumber-sumber dana dan
penempatannya. Dana yang diperoleh dari berbagai sumber diperlakulan
sebagai dana tunggal sehingga sumber dana tidak lagi dibedakan
berdasarkan jenis dan sifat sumber dana. Dalam hukum Ekonomi Islam
terdapat asas-asas dalam perjanjian yang sudah diterapkan 100% oleh
Bank Muamalat Indonesia seperti asas kesetaraan, kerelaan, kejujuran,
kemanfaatan dan tertulis, kebebasan dan keadilan.13
Dari telaah pustaka yang telah dipelajari oleh penulis, yaitu skripsi di
atas memiliki substansi yang berbeda dengan apa yang akan diangkat
dalam penelitian. Dari hal-hal tersebut maka penulis mengambil topik
yang berjudul “VARIASI PELAKSANAAN AKAD PRODUK
TABUNGAN HAJI DI PERBANKAN SYARIAH KABUPATEN
PONOROGO”
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini jenis penelitian yang diambil adalah penelitian
lapangan (field research) dimana suatu metode untuk menemukan baik
secara khusus dan realistik apa yang sedang terjadi pada suatu saat di
tengah masyarakat.14
Penelitian ini menitikberatkan pada kualitas data
dan atau lebih fokus pada pengamatan dari masalah-masalah yang
13
Ida Krisdawati, “Sistem Pengelolaan Tabungan Haji Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam” (Skripsi, IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, 2016)
14 Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),
6.
14
terjadi sehingga penelitian ini bertumpu pada data yang diperoleh dari
lapangan selanjutnya dilakukan sebuah analisis.
Adapun pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku.15
Penelitian tersebut yang memusatkan
perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan
dari satuan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia.16
Dilihat dari segi tujuan, penelitian ini menggunakan pendekatan
eksploratif. Yaitu suatu usaha penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk menemukan problematika-problematika yang baru.17
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai observer. Peneliti
melakukan observasi langsung dengan mewawancarai pihak perbankan
syariah di Kabupaten Ponorogo dengan mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai Produk Tabungan Haji. Selama penelitian
berlangsung, informan dari perbankan syariah menjadi partisipan
penuh, sehingga peneliti dapat mengambil informasi adanya masalah
yang terjadi di perbankan syariah di Kabupaten Ponorogo. Dalam
konteks ini yang menjadi subjek penelitian adalah perbankan syariah di
Kabupaten Ponorogo.
15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), 6. 16
Ibid., 9.
17
Damanuri, Metodologi Penelitian Mu‟amalah,7.
15
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo
antara lain: Bank Syariah Mandiri KCP Ponorogo yang beralamatkan
di Jl. Sukarno Hatta, No. 216, kelurahan Banyudono, Kecamatan
Ponorogo Kabupaten Ponorogo, Bank Muamalat Indonesia KCP
Ponorogo yang beralamatkan di Jl. Sukarno Hatta, No. 35-37 Kota
Ponorogo, Kabupaten Ponorogo dan Bank Rakyat Indonesia Syariah
yang beralamatkan di Jl. Soekarno Hatta No. 2B, Bangunsari,
Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Menurut peneliti,
mengapa memilih lokasi tersebut karena di tiga perbankan syariah
yang ada di Kabupaten Ponorogo tersebut sama-sama melakukan
penghimpunan dana salah satunya melalui Produk Tabungan yang
sama yakni Tabungan Haji. Kemudian lokasi ketiga perbankan juga
berdekatan namun dengan kompetitif beradu strategi untuk menjadi
bank syariah terbaik dan terbesar di wilayahnya, khususnya di
Kabupaten Ponorogo.
4. Data dan Sumber Data
a) Data
Data yang diperoleh adalah dari observasi di Bank Syariah
Mandiri KCP Ponorogo, Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo
dan Bank Rakyat Indonesia Syariah melalui wawancara terkait
dengan pelaksanaan Tabungan Haji. Lalu hasil wawancara tersebut
menjadi pemikiran peneliti yang akan digabungkan dengan teori-
16
teori dari buku-buku. Buku-buku yang digunakan antara lain: Bank
Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan karya Adiwarman Karim,
Perbankan Syari‟ah karya Ismail, Dasar-dasar Perbankan karya
Kasmir, Perbankan Syari‟ah di Indonesi karya Fahrur Ulum,
Asas-asas Perbankan Islam dan lembaga-lembaga terkait di
Indonesia karya Sumitro dan masih banyak lagi.
b) Data Primer
Yaitu data yang hanya di peroleh dari sumber asli atau
pertama. Artinya data primer harus secara langsung di ambil dari
sumber aslinya, melalui narasumber yang tepat dan yang kita
jadikan responden dalam penelitian kita.18
Sumber data yang diambil peneliti adalah melalui wawancara
dan observasi. Dalam konteks ini yang menjadi subyek peneitian
adalah para karyawan dari Bank Syariah Mandiri KCP Ponorogo,
Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo dan Bank Rakyat
Indonesia Syariah yang berkompeten terhadap Produk Tabungan
Haji.
c) Data Sekunder
Sumber data sekunder di peroleh dari beberapa literatur
dokumen, seperti buku, jurnal penelitian, dan publikasi internet
yang berkaitan dengan Tabungan Haji.
18
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), 124.
17
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian guna memperoleh data-data yang
dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan metode wawancara yang terdiri dari :
a) Observasi atau Pengamatan
Pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan disebut dengan
observasi.19
Observasi juga diartikan sebagai penelitian yang
bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama
antara peneliti dengan subjek di dalam lingkungan subjek dan
selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara
sistematis dan berlaku tanpa gangguan.20
Metode ini penyusun
gunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum
pelaksanaan Tabungan Haji di Bank Syariah Mandiri KCP
Ponorogo, Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo dan Bank
Rakyat Indonesia Syariah.
b) Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif.
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang
beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks.21
19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), 115. 20
Moleong, Metodologi., 164. 21
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar (Jakarta: PT. Indeks, 2012), 45.
18
Sebagai tindak lanjut dari apa yang telah peneliti amati, peneliti
melakukan wawancara dengan para pihak yang berkompeten atau
dianggap mengetahui produk Tabungan Haji, dari Bank Syariah
Mandiri KCP Ponorogo, Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo
dan Bank Rakyat Indonesia Syariah. Wawancara yang peneliti
lakukan sebagai berikut:
1) Dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur
spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan
sebelumnya.
2) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok topik,
atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan,
yaitu tentang pelaksanaa akad Tabungan Haji.
c) Dokumentasi
Merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.22
Berkaitan
dengan itu penulis akan mendokumentasikan dan/atau mencari
dokumen-dokumen serta hal-hal yang berkaitan erat dengan
penelitian eksplorasi bank ini, yaitu pelaksanaan akad al-wad‟ah
pada Tabungan Haji, pelaksanaan akad murabah mulaqah dan
kesulitan dalam pelaksanaan kedua akad tersebut. Metode ini,
penyusun gunakan untuk menggali data mengenai bentuk-bentuk
22
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 326.
19
pelaksanaan Tabungan Haji di Bank Syariah Mandiri KCP
Ponorogo, Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo dan Bank
Rakyat Indonesia Syariah.
6. Analisis Data
Metode induktif yaitu cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari
suatu fenomena-fenomena atau pendapat yang khusus menuju ke suatu
kaidah atau pendapat yang bersifat umum.23
Dalam hal ini penulis
berusaha untuk mengumpulkan data sebagaimana tersebut di atas lalu
menganalisisnya dengan teori fiqh muamalah, kemudian dijadikan
pedoman dalam menganalisis pelaksanaan akad Tabungan Haji di
perbankan syariah Kabupaten Ponorogo, untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat umum yaitu apakah pelaksanaan akad
Tabungan Haji di perbankan syariah Kabupaten Ponorogo sudah
benar-benar melaksanakan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pada keabsahan data yang dituliskan dalam laporan penelitian
adalah sesuai dengan realitas yang sesungguhnya. Maka dari itu
peneliti menggunakan beberapa teknis yang bisa dilakukan dan dinilai
sesuai dengan karakteristik penelitian yang dilakukan. Teknik-teknik
tersebut di antaranya adalah:
a) Keikutsertaan yang diperpanjang
23
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2013), 47.
20
Pada perpanjangan pengamatan ini peneliti berada di lapangan
penelitian hingga titik kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Perpanjangan penelitian akan memungkinkan meningkatnya derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan.24
Dengan perpanjangan peng-
amatan ini peneliti mengecek kembali apakah data yang telah
diberikan selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli
atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh
data yang pasti kebenarannya.25
b) Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.26
Peneliti menggunakan teknik ketekunan pengama
tan ini agar memperoleh data yang benar-benar akurat. Selain itu
peneliti juga membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
Produk Tabungan Haji.
c) Triangulasi
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
24
Moleong, Metodologi., 248. 25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), 271. 26
Ibid., 272.
21
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.27
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
sumber dengan cara : (a) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara
pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan
menengah dan tinggi, orang berada, orang pemerintahan (e)
membandingkan hasil wawancara dengan ini suatu dokumen yang
berkaitan.
8. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis akan membagi
dalam lima bab yang dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian dari konsep dasar yang
memberikan gambaran secara umum dari keseluruhan
penelitian, yang meliputi latar belakang masalah,
penegasan masalah, rumusan masalah, telaah pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
27
Sugiyono, Metode., 273.
22
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan kajian terhadap beberapa teori dan
referensi yang meliputi landasan dalam mendukung studi
penelitian. Diantaranya menguraikan teori tentang al-
wad‟ah dan murabah serta macamnya dan pengertian
Tabungan Syariah.
BAB III :PRODUK TABUNGAN HAJI DI PERBANKAN
SYARIAH KABUPATEN PONOROGO
Bab ini berisikan gambaran umum yang menjelaskan
kondisi wilayah penelitian, di antaranya menguraikan
data-data tentang pelaksanaan Produk Tabungan Haji yang
diterapkan di Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia Syariah yang
meliputi tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi
dan bentuk akad.
BAB IV : ANALISIS VARIASI PELAKSANAAN AKAD
PRODUK TABUNGAN HAJI DI PERBANKAN
SYARIAH KABUPATEN PONOROGO
Bab ini berisikan pembahasan dari berbagai hasil
pengumpulan data dan analisis mengenai hasil penelitian.
Di antaranya menganalisis dari aspek variasi pelaksanaa
akad Produk Tabungan Haji di Bank Syariah Mandiri,
23
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia
Syariah Kantor Cabang Ponorogo.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan temuan penelitian berupa kesimpulan
dari keseluruhan pembahasan dan saran dari hasil
kesimpulan tersebut. Dan merupakan tahap akhir
penelitian yang berisi kesimpulan dan jawaban dari
pembahasan-pembahasan bab sebelumnya dengan tujuan
untuk memudahkan pembaca memahami inti sari
penelitian, saran-saran, penutup dan lampiran-lampiran
yang berhubungan dengan penyusunan penelitian ini.
24
BAB II
TEORI TABUNGAN
A. Al-Wad’ah
1. Pengertian al-wad’ah
Secara etimologi wad‟ah berasal dari kata wad‟a yang berarti
meninggalkannya. Sedangkan dinamai wad‟a karena sesuatu yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk dijaga dengan sebutan
qad‟ah lantaran ia meninggalkannya pada orang yang menerima
titipan.28
Secara terminologi al-wad‟ah adalah memberikan harta untuk
dijaga pada penerimanya.29
Atau akad antara pemilik barang (mdi‟)
dengan penerima barang titipan (wdi‟) untuk menjaga harta dari
kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.30
Al-wad‟ah dapat diartikan pula sebagai titipan murni dan
merupakan perjanjian yang bersifat percaya-mempercayai atau
dilakukan atas dasar kepercayaan semata. Maka, akad wad‟ah
termasuk kategori akad yang bersifat kebajikan karena mengandung
unsur tolong menolong antara sesama manusia di lingkungan
sosialnya.31
28
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Bahasa Kamaluddin A. Marzuki), Juz 13, (Bandung: PT.
Al-Ma‟arif, 1997),74.
29 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian,
Ekonomi,Bisnis dan Sosial (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 204.
30
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah (Jakarta: Alvabet, 2003), 27.
31 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 49.
25
l-Jaziri mengemukakan pendapat beberapa imam mazhab. Di
antaranya:32
a) Menurut Ma likiah al-wad‟ah memiliki dua arti. Yang pertama
„ibarat perwakilan untuk pemeliharaan harta secara mujarrad. Arti
kedua „ibarat pemindahan pemeliharaan sesuatu yang dimiliki
secara mujarrad yang sah dipindahkan kepada penerima titipan‟.
b) Menurut H anafyah al-wad‟ah berarti al-„id‟ yaitu ibarat
seseorang menyempurnakan harta kepada yang lain untuk dijaga
secara jelas‟. Makna yang kedua al-wad‟ah adalah sesuatu yang
dititipkan yaitu „sesuatu yang ditinggalkan pada orang terpercaya
supaya dijaganya‟.
c) Menurut Shfi‟iyah al-wad‟ah adalah akad yang dilaksanakan
untuk menjaga sesuatu yang dititipkan.
d) Menurut H anbilah al-wad‟ah adalah titipan perwakilan dalam
pemeliharaan sesuatu secara bebas.
Dari definisi al-wad‟ah tersebut, dapat dipahami bahwa al-
wad‟ah adalah transaksi pemberian mandat dari seseorang yang
menitipkan suatu benda kepada orang lain untuk dijaga sebagaimana
semestinya.33
32
Nawawi, Fikih Muamalah, 204.
33
Ibid,. 205.
26
2. Dasar hukum
a) Al-Quran
Firman Allah SWT dalam Q.S.al-Nisa‟ (4):58:
شش ششى شأل ش ش ك هللاأش ۵۸ش
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya”.34
b) adits
Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban
menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan
sebagaimana mestinya atau melakukan jinyah terhadap barang
titipan. Dari Amru bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya RA dari
Nabi SAW beliau bersabda:
ش ش ىهللا ص ش ش ش هللا ضش ش شج ش شش ش س ش ش ش ش ش ش ش:
س شض ش ش شش ش ش ش ج ش ج ش
“Siapa saja yang dititipi suatu titipan maka ia tidak terkena
jaminan”. (HR. Ibn Majah)35
c) Ijma‟ Al-Wazir berkata, “para ulama sepakat bahwa al-wad‟ah
(sesuatu yang diditipkan) adalah amanat murni yang
penyimpannya tidak bertanggung jawab atas kerusakannya, kecuali
34
Ibid,. 162.
35
Abdullah bin Abdurrahman al Bassam, Syarah Bulughul Maram 5 (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006), 247.
27
jika kerusakan itu disebabkan pelanggaran oleh penerima titipan
atau keteledorannya. Jika seseorang menitipkan sesuatu dan
mensyaratkan penerima harus bertanggung jawab atas
kerusakannya maka syarat itu batal dengan sendirinya”.36
3. Hukum menerima al-wad’ah
Dijelaskan oleh Sulaiman Rasyid bahwa hukum menerima benda
titipan ada empat. Di antaranya:37
a) Sunnah
Dihukumi sunnah menerima titipan bagi orang yang percaya
kepada dirinya bahwa dia sanggup menjaga benda yang dititipkan
kepadanya. Al-wad‟ah sebagai salah satu akad dalam rangka
tolong-menolong sesama insan yang disyari‟atkan dan dianjurkan
dalam Islam.
b) Wajib
Diwajibkan menerima benda-benda titipan bagi seseorang
yang percaya bahwa dirinya sanggup menerima dan menjaga
benda-benda tersebut, sementara orang lain tidak ada seorangpun
yang dapat dipercaya untuk memelihara benda-benda tersebut.
c) Haram
Apabila seseorang tidak kuasa dan tidak sanggup memelihara
benda-benda titipan. Bagi orang yang demikian diharamkan
36
Ibid.
37
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),184.
28
menerima benda titipan karena seperti memberikan kesempatan
kepada kerusakan, kehilangan benda titipan tersebut.
d) Makruh
Bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu
menjaga benda titipan. Tetapi dia ragu pada kemampuannya, maka
orang demikian dimakruhkan menerima benda titipan.
4. Rukun al-wad’ah
l-Jaziri mengungkapkan pendapat para imam mazhab tentang
rukun al-wad‟ah. Berikut rukunnya:38
a) Menurut H anfiyah rukun al-wad‟ah yaitu ijb dan qabl.
Menurut Hanfiyah dalam shighah ijb dianggap sah apabila ijab
tersebut dilakukan dengan perkataan yang jelas maupun dengan
perkataan samaran.
b) Menurut Shfi‟iyah rukun al-wad‟ah ada tiga, yaitu:
1) Barang yang dititipkan
2) Orang yang menitipkan dan yang menerima titipan
3) Pernyataan serah terima
5. Jenis al-wad’ah
a) Al-wad‟ah dari segi tujuan
1) Al-wad‟at al-tijriyat yaitu titipan barang dari pemilik kepada
pihak lain untuk diperdagangkan seperti pemilik kendaraan
menitipkan mobilnya di showroom.
38
Nawawi, Fikih Muamalah, 205.
29
2) Al-wad‟at al -adabiyat yaitu menitipkan barang agar dijaga
atas dasar kepercayaan.
b) Al-wad‟ah dari segi praktik
1) Al-wad‟at al -lzimat yaitu penitipan barang karena terpaksa
seperti gempa bumi.
2) Al-wad‟at al-nqishat yaitu seperti al-wad‟at al-tijriyat.
3) Al-wad‟at al -jriyat yaitu penitipan alat-alat rumah tangga
agar dijaga oleh pihak lain.
4) Al-wad‟at al -hirsat yaitu penitipan barang untuk dijaga
dengan salah satu dari dua alasan. Penitipan barang yang
bersifat sukarela dan penitipan yang sifatnya terpaksa.
c) Al-wad‟ah dari segi tanggung jawab
Al-wad‟ah jenis ini dibagi dalam dua macam praktek
simpanan yang ditetapkan pada awal masa Islam yaitu al-wad‟ah
yad amanah dan al-wad‟ah yad manah.39
Kedua akad ini muncul karena perkembangan dari simpanan
pada masa Rasulullah SAW yang mempunyai konsep awal sebagai
suatu amanah, yang kemudian berubah menjadi pinjaman
sebagaimana yang telah di lakukan oleh Zuber bin Awwam.
1) Al-wad‟ah yad amnah
Al-wad‟ah yad -amnah adalah titipan yang penerima
titipan (wadi‟) pada orang yang dipercayai dan dia tidak harus
39
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali, 2013), 42.
30
mengganti segala resiko baik kerusakan maupun kehilangan
yang terjadi pada barang titipan, namun wadi‟ harus mengganti
kerugian apabila hal tersebut terjadi akibat kelalaian atau
karena akadnya sudah berubah.40
Status wadi‟ akan berubah menjadi al-wad‟ah yad
amnah apabila terjadi salah satu dari dua hal berikut, yaitu:
(a) Harta titipan telah dicampur.
(b) Penerima titipan menggunakan harta titipan.
2) Al-wad‟ah yad amnah
Al-wad‟ah yad amnah yaitu penitipan barang/uang di
mana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan
harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan
barang/uang titipan.41
B. Murabah
1. Pengertian Murabah
Murabah berasal dari kata arb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Murabah
merupakan bahasa penduduk Iraq, sedangkan menurut bahasa penduduk
Hijaz disebut Qirad.42
40
Ibid,. 42.
41
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), 125.
42
Nawawi, Fikih Muamalah, 141
31
Menurut al-Zuhayl murabah adalah akad kerjasama usaha
antara dua pihak. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana atau
hib al-ml yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua sebagai
pengelola usaha atau mudrib. Keuntungan yang didapatkan dari akad
murabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak dan biasanya dalam bentuk presentase.43
Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian maka kerugian itu
ditanggung oleh pemilik modal sepanjang kerugian itu bukan kelalaian
murib. Sementara murib menanggung kerugian atas upaya jerih
payah dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha.
Namun, jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian murib, maka
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.44
Sedangkan definisi murabah atau qiradh menurut para ulama
adalah:
a) Menurut para Fuqaha, murabah adalah akad antara dua pihak
saling menanggung. Salah satu pihak menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah
ditentukan dari keuntungan seperti setengah atau sepertiga dengan
syarat yang telah ditentukan.
b) Menurut H anafyah, murabah adalah memandang tujuan dua
pihak yang berakad atau berserikat dalam keuntungan. Karena
43
Ibid.
44
Ibid.
32
harta diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa
mengelola harta tersebut.
c) Menurut Malikiah, murabah akad perwakilan di mana pemilik
harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk
diperdagangan dengan pembayaran yang ditentukan.
d) Menurut Imam H anbilah, murabah adalah ibarat pemilik harta
menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang
berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui.
e) Menurut Ulama Shfi‟iyah, murabah adalah akad yang
menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain
untuk ditijarahkan.45
f) Menurut Sayyid Sabiq, murabah adalah akad antara dua pihak di
mana salah satunya menyerahkan modalnya kepada yang lain untuk
diperdagangkan dengan pembagian keuntungan sesuai dengan
kesepakatan.
g) Menurut Taqiyuddin, murabah adalah perjanjian atas keuangan
untuk dikelola seseorang (pekerja) di dalam perdagangan.
h) Menurut Wahbah al-Zuhayl, murabah adalah pemberian
(modal) oleh pemilik modal kepada pengelola untuk dikelola dalam
bentuk usaha dengan pembagian keuntungan berdasarkan
kesepakatan.
45
Suhendi, Fiqh Muamalah, 136-137.
33
Maka dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian murabah atau qiradh adalah akad yang dilakukan
antara pemilik modal dengan pengelola modal untuk dikelola
dalam bidang usaha tertentu dengan ketentuan pembagian
keuntungan sesuai dengan kesepakatan.46
2. Dasar hukum
a) Al-Quran
Para „ulama dari berbagai madhab telah sepakat, bahwa
murabah diperbolehkan menurut hukum. Adapun dasar hukum
yang digunakan dari potongan ayat Q.S. al-Muzamil [73] :20 yang
berbunyi:
Artinya: “…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah”.47
Dalam Q.S. al-Jum‟ah: 10:
46
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Teras, 2011), 112-113.
47
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil Qur‟an, 2009), 575.
34
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah”.48
Dalam Q.S. al-Maidah: 1:
…
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…49
b) adits
ش سشش بث ك ب: ا ى بش شش س بج ض ا ش شط بش ششش ش شششش شش ش ش
Artinya: “Tiga perkara yang terdapat barakah di dalamnya: jual beli dengan cara kredit, memberikan modal kepada
seseorang untuk berdagang (murabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan
untuk diperjual-belikan”.(H.R. Ibn Majah)50
c) Ijma‟
Ibn Munzir Asy-Syafi‟I berkata, “tidak mendapatkan dalil
tentang al-qiradh (murabah) dalam kitab Allah dan tidak juga
dalam sunnah Rasulullah. Akan tetapi kita dapatkan bahwa para
ulama telah menyepakati akan kehalalan al-qiradh dengan modal
berupa uang dinar dan dirham.
Ibn Hazm berkata, “murabah telah dikenal sejak zaman
jahiliyah dan dahulu kaum Quraisy adalah para pedagang. Mereka
48
Ibid,. 554.
49
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. ALWAAH,
1989), 156.
50
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Terj, A. Hassan (Bandung: CV Diponegoro,
2006), 400.
35
tidak memiliki mata pencaharian selain darinya, padahal ditengah-
tengah mereka terdapat orang tua yang tidak lagi berkuasa untuk
bepergian, wanita, anak kecil, anak yatim. Oleh karena itu, orang-
orang yang sedang sibuk atau sakit menyerahkan modalnya kepada
orang lain yang mengelolanya dengan imbalan mendapatkan
bagian dari hasil keuntungannya.51
3. Jenis Murabah
Akad murabah dibedakan menjadi dua jenis. Di antaranya:
a) Murabah mulqah
Adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha tanpa
memberikan batasan. Seperti berkata “saya serahkan uang ini untuk
diusahakan, sedangkan labanya akan dibagi di antara kita, masing-
masing setengah atau sepertiga dan lain-lain”.
b) Murabah muqaadah
Adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha dengan
memerikan batasan. Seperti persyaratan bahwa pengusaha harus
berdagang di daerah Bandung atau harus berdagang sepatu, atau
membeli barang dari orang tertentu dan lain-lain.
Ulama H anfiah dan Imam Ahmad membolehkan
memberikan batasan dengan waktu dan orang. Mereka
membolehkan akad apabila dikaitkan dengan masa yang akan
51
Abdullah, Terjemahan Ibn Majah III, Kitab Tijarah (Semarang: Elsy Syi‟fa, 1993), 121.
36
datang, seperti “usahakan modal ini mulai bulan depan. Tetapi
Ulama Shfi‟iyah dan Malikiah melarangnya.52
4. Rukun murabah
a) Pemilik modal yang menyerahkan modal
b) Pekerja, yaitu pihak yang mengelola usaha
c) Ijab dan qabul antara pemilik modal dan pengelola usaha.
d) Pekerjaan dan keuntungan
5. Syarat murabah
a) Modal dalam murabah harus berupa uang bukan berupa barang,
seperti emas dan perak. Jika modal berupa barang akan terjadi
ketidak pastian dalam menetapkan keuntungan, karena boleh jadi
harga barang tidak tetap dan mengalami perubahan.
b) Jumlah modal harus diketahui.
c) Modal harus tunai dan bukan berupa hutang.
d) Modal harus diberikan kepada pengelola, sehingga dia dapat
menggunakan dana sebagai modal usaha.
6. Berakhirnya murabah
Menurut ulama fiqih akad murabah bisa berakhir karena
berbagai hal. Di antaranya:
a) Masing-masing pihak menyatakan akad batal
b) Salah seorang yang berakad meninggal dunia
c) Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum
52
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 227.
37
d) Jika pemilik modal murtad
e) Modal habis di tangan pemilik modal sebelum modal diatur oleh
pengelola.53
C. Tabungan Syariah menurut Hukum Positif
1. Pengertian Tabungan Syariah
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena
dengan menabung berarti seorang Muslim mempersiapkan diri untuk
pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus hal-hal yang
tidak diinginkan.54
Dalam al-Quran terdapat ayat yang menjelaskan tentang anjuran
mempersiapkan hari esok lebih baik. Berikut bunyi Q.S al-Nisa‟:9 :
ك ش شش آ ش شبش ش ضش شش ش ش ش ش ش شبش شش ش شبش ش ش بهللا شش ش ب
Artinya: “Dan, hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”.55
Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 angka 21
tentang perbankan syariah, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
al-wad‟ah atau investasi dana berdasarkan akad murabah atau akad
53
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2000), 180.
54
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, 153.
55
Departemen Agama RI, al-Qur‟an, 144.
38
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat
lainnya yang dipersamakan.56
Menurut ketentuan pasal 1 angka (5) Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan Dan Penyaluran
Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah yang dimaksud murabah adalah penanaman dana
dari pemilik dana kepada pengelola dana untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung
(profit and loss sharing) dan rugi atau metode bagi pendapatan
(revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya.57
Menurut ketentuan pasal 2 angka (1), (2) dan (3) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk
Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah mengatur bank wajib
menerapkan transparansi informasi mengenai produk bank dan
penggunaan data pribadi nasabah. Di antaranya ada tiga ayat yang
pertama, dalam menerapkan transparansi informasi mengenai produk
bank dan penggunaan data pribadi nasabah sebagaimana dimaksud
pada ayat. Kedua, bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki
prosedur tertulis yang meliputi: a) Transparansi informasi mengenai
56
Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik (Yogyakarta: Teras, 2012), 137.
57
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan Dan
Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
39
produk bank, b) Transparansi penggunaan data pribadi nasabah.
Ketiga, kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib diberlakukan di seluruh Kantor Bank.58
Dan al-wad‟ah menurut penjelasan pasal 3 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah adalah transaksi penitipan dana atau
barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan
kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana
atau barang titipan sewaktu-waktu.59
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.02/DSN/MUI/IV/2000
tentang Tabungan, dijelaskan bahwa:
Menetapkan : Fatwa tentang Tabungan
Pertama : Tabungan ada dua jenis
1) Tabungan yang tidak diperbolehkan secara syariah,
yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan
bunga.
2) Tabungan yang dibenarkan yang secara syariah,
yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
murabah dan al-wad‟ah.
Kedua : Ketentuan umum Tabungan berdasarkan murabah
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai
58
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
59
Peraturan Bank Indonesia nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
40
shib al-ml atau pemilik dana, dan bank bertindak
sebagai murib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai murib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya
murabah dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dalam besaran jumlah,
dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam
bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
5) Bank sebagai murib menutup biaya operasional
dana tabungan dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi jisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.
Ketiga : Ketentuan umum tabungan berdasarkan al-wad‟ah
1) Bersifat simpanan
2) Simpanan bisa diambil kapan saja atau berdasarkan
kesepakatan
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian („athaya) yang bersifat sukarela
dari pihak bank.60
60
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta: Erlangga,
2000), 52-53.
41
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tabungan adalah simpanan dengan prinsip al-wad‟ah atau murabah
yang penarikannya hanya dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau bilyet giro, atau
alat lainnya.61
Ketentuan tabungan al-wadi‟ah:
a) Tabungan al-wad‟ah merupakan tabungan yang bersifat titipan
murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call)
sesuai dengan kehendak pemilik harta.
b) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan
barang menjadi milik atau tanggungan bank. Sedangkan nasabah
penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
c) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta
sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad
pembukuan rekening.62
Akad dalam tabungan syariah terdiri dari dua akad. Di antaranya:63
a) Al-wad‟ah adalah transaksi penitipan dana atau barang dengan
kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana
atau barang titipan sewaktu-waktu. Dalam aplikasi perbankan
61
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), 35.
62
Fahrur Ulum, Perbankan Syari‟ah di Indonesia (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara,
2002), 104.
63
Ibid,.36.
42
berbentuk penghimpunan dana. Secara umum terdapat dua jenis al-
wad‟ah yang diaplikasikan dalam produk perbankan. Yaitu :64
1) Al-wad‟ah yad amnah
Al-wad‟ah jenis ini obyek titipannya berupa harta atau
barang yang tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai
penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk
menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.
Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk
membebankan biaya kepada yang menitipkan. Mengingat
barang atau harta yang dititipkan tidak boleh di manfaatkan
oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan
untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.
2) Al-wad‟ah yad damnah
Al-wad‟ah adalah akad antara dua pihak, satu pihak
sebagai pihak yang menitipkan (nasabah) dan pihak lain
sebagai pihak yang menerima titipan. Obyek titipannya juga
berupa harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan
oleh penerima titipan. Karena dimanfaatkan, barang dan harta
yang dititipkan tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun
demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk
memberikan hasil pemanfaatan kepada penitip.
64
Muhammad Syafi‟i Antoni, Bank Syariah dari Teori dan Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2001), 148.
43
Dalam aplikasi perbankan, akad al-wad‟ah yad amnah
dapat diterapkan dalam produk penghimpunan dana pihak
ketiga antara lain giro dan tabungan. Bank syariah akan
memberikan bonus kepada nasabah atas dana yang dititipkan di
bank syariah. Besarnya bonus tidak boleh diperjanjikan
sebelumnya, akan tetapi tergantung kepada kebijakan bank
syariah. Bila bank syariah memperoleh keuntungan, maka bank
akan memberikan bonus kepada pihak nasabah.
Karakteristik al-wad‟ah yad amnah:65
(a) Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh
pihak yang menerima titipan.
(b) Penerima titipan sebagai pemegang amanah. Meskipun
harta yang dititipkan boleh dimanfaatkan, namun penerima
titipan harus memanfaatkan harta titipan yang dapat
menghasilkan keuntungan.
(c) Bank mendapatkan manfaat atas harta yang dititipkan, oleh
karena itu penerima titipan boleh memberikan bonus.
Bonus sifatnya tidak mengikat, sehingga dapat diberikan
atau tidak. Besarnya bonus tergantung pada pihak penerima
titipan. Bonus tidak boleh diperjanjikan pada saat kontrak,
karena bukan merupakan kewajiban bagi penerima titipan.
65
Ismail, Perbankan Syariah Edisi Pertama (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), 65.
44
(d) Dalam aplikasi bank syariah, produk yang sesuai dengan
akad al-wad‟ah yad amnah adalah simpanan giro dan
tabungan.
b) Murabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dan
kepada pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu
yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Murabah adalah salah satu aplikasi perbankan dalam bentuk
penghimpunan dana. Prinsip yang digunakan adalah prinsip
investasi. Dengan tujuan kerjasama antara pemilik dana atau hib
al-ml dan pengelola dana atau mudarib. Secara umum murabah
dibagi menjadi dua jenis. Antara lain66
:
1) Murabah mulaqah
Murabah jenis ini tidak memberikan batasan-batasan atas
dana yang diinvestasikannya. Murib diberi wewenang penuh
mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis
usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai
dengan akad ini adalah deposito biasa.
Ketentuan umum produk murabah mulaqah antara lain:
(a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana
mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan
66
Muhammad Syafi‟i Antoni, Bank Syariah, 150-151.
45
dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana.
(b) Untuk tabungan murabah, bank dapat memberikan buku
tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM dan
atau alat penarikan lainnya kepada penabung.67
2) Murabah muqaadah
Murabah jenis ini memberikan batasan atas dana yang
diinvestasikan. Murib hanya bisa mengelola dana tersebut
sesuai dengan batasan yang diberikan oleh hib al -ml.
misalnya hanya untuk jenis usaha tertentu saja, tempat tertentu,
waktu tertentu dan lainnya. Aplikasi perbankan yang sesuai
dengan akad ini adalah special investment.
2. Mekanisme
a) Tabungan atas dasar akad al-wad’ah
1) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah
bertindak sebagai penitip dana
2) Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau
bonus kepada nasabah
3) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening antara lain biaya materai, cetak laporan
67
Ulum, Perbankan., 106.
46
transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan
rekening.
4) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah
5) Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah
b) Tabungan atas dasar akad murabah
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana
2) Pembagian keuntungan dinyatakan dalambentuk nisbah yang
disepakati
3) Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai
waktu yang disepakati
4) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening antara lain biaya materai, cetak laporan
transaksi dan saldo rekening pembukuan dan penutupan
rekening
5) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan
nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.68
c) Nisbah bagi hasil dalam akad murabah ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu:
(a) Prosentase, nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam
68
Ibid,.
47
bentuk nilai nominal rupiah tertentu. Jadi nisbah keuntungan itu
misalnya adalah 50:50, 70:30, 60:40, atau bahkan 99:1. Jadi
nisbah keuntungan berdasarkan kesepakatan bukan berdasarkan
porsi setoran modal.
(b) Bagi untung dan bagi rugi, ketentuan di atas itu merupakan
konsekuensi logis dari karakteristik akad murabah itu sendiri.
Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapatkan
bagian yang besar pula. Begitu juga sebaliknya. Filosofi ini
hanya bisa berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk
prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah.
(c) Jaminan, para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak
perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan,
sebagaimana dalam akad shirkah. Hal ini konteksnya adalah
business risk. Tetapi untuk menghindari moral hazard dari pihak
murib yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka ib al -
ml dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada murib.
Jaminan ini akan disita oleh ib al -ml jika ternyata timbul
kerugian karena murib melakukan kesalahan, yakni lalai dan
atau ingkar janji. Jadi tujuan pengenaan jaminan dalam akad
murabah adalah untuk menghindari moral hazard murib,
bukan untuk “mengamankan” nilai investasi kita jika terjadi
kerugian karena faktor risiko bisnis. Tegasnya, bila kerugian
48
yang timbul disebabkan karena faktor risiko bisnis, jaminan
murib tidak dapat disita oleh ib al-ml.69
(d) Menentukan besarnya nisbah, besarnya nisbah ditentukan
berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak.
Jadi, angka besarnya nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-
menawar antara ib al -ml dan murib. Dengan demikian,
nisbah ini bervariasi, bisa adalah 50:50, 70:30, 60:40, 80:20 atau
bahkan 99:. Namun para ahli fiqh sepakat bahwa nisbah 100:0
tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya di perbankan modern,
tawar-menawar nisbah antara pemilik modal (yakni investor
atau deposan) dengan bank syariah hanya terjadi bagi
deposan/investor dengan jumlah besar, karena mereka ini
memiliki daya tawar yang relatif tinggi. Kondisi ini disebut
sebagai spesial nisbah. Sedangkan untuk nasabah deposan kecil,
biasanya tawar-menawar tidak terjadi. Bank syariah hanya akan
mencantumkan nisbah yang ditawarkan, setelah itu deposan
boleh setuju boleh tidak. Bila setuju maka ia akan melanjutkan
menabung. Bila tidak setuju, ia dipersilahkan mencari bank
syariah lain yang menawarkan nisbah yang lebih menarik.
(e) Cara menyelesaikan kerugian, jika terjadi kerugian cara
menyelesaikannya adalah:
69
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan edisi IV (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2013), 206-210.
49
(1) Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena
keuntungan merupakan perlindungan modal.
(2) Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari
pokok modal.70
70
Ibid,. 206-210.
50
BAB III
PRODUK TABUNGAN HAJI DI PERBANKAN SYARIAH
KABUPATEN PONOROGO
A. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ponorogo
1. Sejarah
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter tahun
1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak
juli 1997 yang disusul dengan krisis multidimensi termasuk di
panggung politik nasional telah menimbulkan beragamdampak
negative yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan menstrukturisasi dan merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia.71
Salah satu bank konvensional yaitu Bank Susila Bakti yang
dimiliki oleh yayasan kesejahteraan pegawai PT Bank Dagang Negara
dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB mencoba
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan
beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
71Bank Syariah Mandiri, “Sejarah BSM” dalam http://www.syariah-mandiri.co.id /,
(diakses pada tanggal 12 Juni 2017, jam 20.00).
51
Pada saat yang bersamaan pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (persero) Tbk
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.72
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mndiri
melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan
perbankan syariah. pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
Bank Mandiri sebagai respon atas diberlakukannya UU nomor 10
tahun 1998 yang memberi peluang bank umum untuk melayani
transaksi syariah (dual banking sistem).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momen yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. oleh karenanya, tim pengembangan perbankan
syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
72
Ibid.
52
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam akta notaris Sutjipto,
SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.73
Peubahan kegiatan BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesi melalui SK Gubernur BI No.
1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,
yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme
usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan
Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.74
Bank Syariah Mandiri merupakan bank komersial syariah yang
kedua setelah bank Muamalat Indonesia. Sebagai anak perusahaan dari
bank breast tersbesar di Indonesia, bank Mandiri Syariah sudah
memiliki sense of development yang berbeda dari lembaga perbankan
syariah lainnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan lembaga tersebut
membuat produk-produk yang marketable dan acceptable di tengah-
73
Ibid.
74
Ibid.
53
tengah masyarakat sehingga rasio kecukupan modal (CAR) BSM
mengalami kenaikan dari angka 32 persen menjadi sekitar 60 persen.75
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan tersebut,akhirnya BSM mulai
membuka kantor cabang pembantu diseluruh Indonesia.salah satunya
adalah BSM KCP Ponorogo. Di dirikan sekitar tahun 2010, yang
menambah jumlah bank syariah yang ada di Ponorogo. BSM KCP
Ponorogo ini beralamatkan di Jl. Sukarno Hatta, No. 216, kelurahan
Banyudono, Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.76
2. Visi dan Misi
a. Visi
“Bank Syariah Terdepan dan Modern”. Bank syariah terdepan
mengartikan bahwa menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara
pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer,
micro, SME, commercial, dan corporate.77
Sementara Bank Syariah Modern adalah menjadi bank syariah
dengan sistem layanan dan tegnologi mutakhir yang melampaui
harapan nasabah.78
b. Misi
a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan.
75
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 98.
76
Yunias Agil sebagai customer service, Wawancara, 09 Juni 2017.
77
Ibid.
78
Ibid.
54
b) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi
yang melampaui harapan nasabah.
c) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel.
d) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
e) Mengembangkan menejemen talenta dan lingkungan kerja
yang sehat.
f) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan.79
3. Produk Tabungan Haji
Bank Syariah Mandiri adalah salah satu bank syariah yang ada di
Kabupaten Ponorogo. Dalam menjalankan salah satu fungsinya yaitu
penghimpunan dana dari masyarakat, bank ini menggunakan salah satu
produknya yang bernama BSM Tabungan Mabrur. Tabungan Haji ini
berbentuk mata uang rupiah.
Untuk menarik nasabah, Bank Syariah mandiri memberikan
beragam manfaat pada produk BSM Tabungan Mabrur yang
dicantumkan pada brosur. Di antaranya memiliki manfaat aman dan
terjamin, fasilitas talangan haji untuk kemudahan mendapatkan porsi
haji dan online dengan Siskohat untuk kemudahan pendaftaran haji.
Serta nasabah yang akan berangkat menunaikan ibadah haji untuk laki-
79
Ibid.
55
laki mendapatkan souvenir berupa kain ihram dan batik sedangkan
perempuan mendapatkan souvenir berupa mukena dan kain batik80
Seorang nasabah membuka rekening Tabungan Haji dengan
tahapan awal pembukaan rekening BSM Tabungan Mabrur, yaitu
memenuhi segala persyaratan yang harus dipenuhi seperti foto copy
kartu identitas, kartu keluarga dan persyaratan lainnya. Nasabah diberi
penjelasan akan menabung dengan sistem langsung daftar ke siskohat
atau menunggu saldo cukup untuk mendaftar haji. Jika telah selesai
mendengarkan penjelasan customer service nasabah diminta untuk
mengisi formulir pendaftaran rekening Tabungan Haji. Dalam lembar
formulir nasabah diminta mengisi kolom yang telah dicentang oleh
petugas customer service. Dalam hal ini nasabah diberi tahu bahwa
akad yang digunakan adalah murabah mulqah. 81
Tahap awal pembukaan rekening Tabungan Haji yaitu customer
service menjelaskan karakteristik produk BSM Tabungan Mabrur
seperti tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji karena tabungan ini bukan
diperuntukkan untuk keperluan sehari-hari. Maka fasilitas ATM tidak
diberikan namun jika nasabah ingin menarik uang guna pelunasan
BPIH maka dapat menggunakan slip pengambilan yang telah
disediakan di kantor bank. Kemudian nasabah mengisi lembar
80Bank Syariah Mandiri, “Tabungan mabrur BSM” dalam http://www.syariah-
mandiri.co.id /category/consumer-banking/haji-umroh/tabungan-mabrur-bsm/, (diakses pada
tanggal 15 April 2017, jam 07.30).
81
Teguh Wiyono sebagai nasabah, wawancara, 16 Oktober 2017.
56
pembukaan rekening yang telah disediakan. Setelah nasabah mengisi
formulir pembukaan rekening maka terjadilah kesepakatan antara
kedua belah pihak, dari sana akad murabah mulqah berlaku dalam
BSM Tabungan Mabrur. Di dalam formulir yang di sediakan BSM
KCP Ponorogo pada pembukaan BSM Tabungan Mabrur terdapat poin
berapa nilai prosentase bagi hasil yang akan diperoleh masing-masing
pihak. Bagi hasil tidak ditetapkan diawal dan nasabah tidak
mengetahui berapa prosentase bagi hasil yang diperoleh. Pihak bank
mengatakan bahwa keuntungan langsung masuk pada sistem
pembukuan rekening tabungan.82
Hal tersebut sama seperti yang
dikatakan oleh nasabah bahwa pada awal pembukaan rekening
Tabungan Haji tidak ada penjelasan mengenai nisbah bagi hasil.83
Selanjutnya nasabah juga diberikan pilihan dua sistem proses
menabung. Yakni sistem menabung terlebih dahulu tanpa mendaftar ke
Siskohat dan menabung sekaligus langsung mendaftar haji ke
Siskohat. Jika menabung terlebih dahulu sesuai ketentuan yang
ditentukan harus menyerahkan setoran awal senilai Rp. 100.000,-.
Namun jika ingin langsung mendaftar haji ke Siskohat Kemenag maka
harus memenuhi setoran awal senilai Rp. 25.100.000,- guna
memastikan mendapatkan kursi haji.84
Sigat ijb qbul yang terjadi dalam akad BSM Tabungan Mabrur
ini berbentuk tertulis, yakni pada saat nasabah mengisi serta
82
Yunias Agil sebagai customer service, Wawancara, 21 April 2017.
83
Teguh Wiyono sebagai nasabah, wawancara, 16 Oktober 2017.
84
Ibid.
57
menandatangani formulir pembukaan rekening. Dalam berkas
pembukaan rekening BSM Tabungan Mabrur telah termasuk aplikasi
pembukaan yang berisi akad/perjanjian secara tertulis, formulir
identifikasi nasabah, maka dengan ditanda tanganinya aplikasi
persyaratan tersebut, ijb qa bul dapat dikatakan sah, karena telah
disepakati oleh kedua belah pihak.85
Sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan customor
service Bank Syariah Mandiri KCP Ponorogo saudara Yunias Agil,
beliau mengatakan bahwa dana yang dihimpun dari masyarakat
diinvestasikan ke dalam produk-produk pembiayaan yang dijalankan
seperti produk pembiayaan Rumah Hunian serta BSM warung mikro.86
B. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Ponorogo
1. Sejarah
Berkembangnya perbankan syariah di negara-negara Islam
berpengaruh di Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi
mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A.
Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien
Aziz, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas
telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitut Tamwil-Salman,
85
Ibid.
86
Ibid.
58
Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk
lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.87
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di
Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan
Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25
Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk
kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.88
Amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut
Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait. Begitu kuat sokongan untuk mendirikan
bank berdasarkan shariah ini dan begitu tangkas bekerjanya Tim
Perbankan MUI, sehingga hanya dalam waktu satu tahun setelah
tercetusnya gagasan, maka pada tanggal 1 November 1991
dilaksanakanlah penandatangan Akta Pendirian PT Bank Muamalat
Indonesia di Sahid Jaya Hotel dengan Akta Notaris Yudo Paripurno,
S.H., izin Mentri Kehakiman No. C.2.2413.HT.01.01. tanggal 21
Maret 1992/ Berita Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 28
April 1992. Pada saat itu terkumpul dana sebanyak Rp 84 Miliar dan
87
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Shari‟ah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2001), 25.
88
Ibid.
59
dua hari berselang tanggal 3 November 1991 Tim Perbankan MUI
mengadakan silaturahmi dengan Presiden Soeharto dan masyarakat
Jawa Barat di Istana Bogor dan modal total telah menjadi Rp 116
miliar.89
Dengan modal awal tersebut dan berdasarkan Surat keputusan
Menteri Keuangan No. 1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991
serta izin usaha yang berupa Keputusan Menteri No.
430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat Indonesia
mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412
H. Dalam upacara “Soft Opening” yang diadakan di Kantor Pusat
Bank Muamalat di Gedung Arthaloka, Jl. Jend. Sudirman Kav. 2
Jakarta, dihadiri oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Indonesia.90
Dan untuk memperluas jaringan dan memperkenalkan bank syariah
pertama di Indonesia maka Bank Muamalat Indonesia mulai
memperluas jaringannya dengan membuka kantor cabang Devisa dan
Muamalat Center. Salah satunya adalah Bank Muamalat Cabang
Pembantu Ponorogo. Berdirinya BMI Ponorogo melalui proses
pengajuan proposal ke Bank Indonesia (BI). Dalam proses pemberian
izin itu, Bank Indonesia mempertimbangkan format pihak yang
mengajukan dan juga melihat kemampuan bank dalam melayani
89
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 446-447.
90
Ibid.
60
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanan. Setelah semua persyaratan terpenuhi dan Bank Indonesia
menganggap layak untuk didirikannya Bank Muamalat Cabang
Pembantu Ponorogo, pada tanggal 29 Desember 2009 diresmikan
Bank Muamalat Cabang Pembantu Ponorogo.91
BMI kantor Cabang Pembantu Ponorogo ini berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta kav 35 & 37 Ponorogo. Secara geografis, lokasi BMI
Cabang Pembantu ini cukup strategis dan sangat tepat karena berada di
wilayah jatung kota Ponorogo. Dengan tempat yang sangat strategis ini
dapat mempermudah jangkauan masyarakat kota maupun desa untuk
bisa memanfaatkan jasa dari BMI Cabang pembantu Ponorogo.92
2. Visi dan Misi
Bank Muamalat Cabang Pembantu Ponorogo mempunyai visi dan
misi yang sama dengan Bank Muamalah pusat, yaitu :93
a. Visi
"The Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with Strong
Regional Presence"
b. Misi
Membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan
berkesinambungan dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan
sumber daya manusia yang islami dan professional serta orientasi
91
Sugiono sebagai direktur Bank Muamalat, Wawancara, 20 Februari 2017.
92
Ibid.
93
Ibid.
61
investasi yang inovatif, untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh
pemangku kepentingan.
3. Produk Tabungan Haji
Tabungan IB Muamalat Haji adalah salah satu produk
penghimpunan dana di Bank Muamalat Indonesia. Produk Tabungan
Haji berupa rekening perorangan dan dapat diperuntukkan atas nama
anak (di bawah 17 tahun) dan tersedia dalam pilihan mata uang IDR
atau USD.
Tabungan IB Muamalat Haji ini menggunakan akad al-wad‟ah.
Dimana nasabah menitipkan dana yang akan digunakan untuk
menunaikan ibadah haji kepada pihak bank guna memenuhi BPIH.
Sebelum membuka rekening, nasabah harus memenuhi persyarat yang
ditentukan oleh pihak bank. Yaitu dengan memiliki foto copy kartu
identitas dan NPWP untuk warga negara Indonesia. Sedangkan untuk
warga negara asing syaratnya KITAP atau KITAS, paspor, surat
referensi dan tax registration. Pada produk ini juga memberikan
fasilitas berupa kartu shar-e yang bisa digunakan untuk bertransaksi di
seluruh ATM dan pembayaran belanja di toko/merchant berlogo
Visa/Plus. Namun pada produk Tabungan IB Muamalat Haji tidak ada
nisbah bagi hasilnya melainkan mendapatkan bonus yang menjadi
kebijakan dari bank. Dalam hal ini Bank Muamalat KCP Ponorogo
memberikan beberapa bonus berupa souvenir untuk digunakan
62
beribadah haji dan bonus menarik lainnya.94
Hal yang sama juga
dijelaskan oleh nasabah yang mendapatkan bonus berupa souvenir
yaitu kain ihram yang akan diberikan ketika nasabah akan berangkat
haji.95
Setelah proses pembukaan rekening telah terpenuhi, nasabah yang
menggunakan akad al-wad‟ah dapat memilih setoran tabungan yang
akan dilakukan sesuai kemampuan dan jangka waktu yang diinginkan.
Karena di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Ponorogo
menawarkan kepada nasabah jumlah setoran beserta estimasi waktu
yang dibutuhkan ketika menabung sampai jumlah yang memenuhi
untuk melakukan pendaftaran haji di Siskohat. Setoran awal minimal
Rp. 50.000,- dan saldo minimal Rp. 50.000,-.96
Ada 10 pilihan biaya setoran. Di antaranya:
Pilihan Setoran Tabungan Jangka waktu
Per bulan Per hari
1 100.000,- 3.333,- 20 tahun10 bulan
2 150.000,- 5.000,- 13 tahun 11 bulan
3 200.000,- 6.667,- 10 tahun 5 bulan
94
Bank Muamalat, “Tabungan IB Muamalat” dalam http://www.bankmuamalat.co.id/tab-
ungan-consumer/tabungan-ib-muamalat-haji-dan-umrah/, (diakses pada tanggal 15 April 2017,
jam 07.45).
95
Kabil sebagai nasabah, wawancara, 13 Oktober 2017.
96
Desi sebagai Relationship Manager , Wawancara, 14 Juni 2017.
63
4 250.000,- 8.333,- 8 tahun 4 bulan
5 300.000,- 10.000,- 7 tahun 0 bulan
6 350.000,- 11.667,- 6 tahun 0 bulan
7 400.000,- 13.333,- 5 tahun 3 bulan
8 450.000,- 15.000,- 4 tahun 8 bulan
9 500.000,- 16.667,- 4 tahun 2 bulan
10 1.000.000,- 33.333,- 2 tahun 1 bulan
Khusus untuk Tabungan IB Muamalat Haji dan Umrah nasabah
dapat mengambil dana dari rekening Tabungan IB Muamalat Haji jika
digunakan untuk pembayaran biaya penyelenggaraan haji. Namun
tidak bisa mengambil dana jika digunakan untuk keperluan lain.
Biaya administrasi dalam produk Tabungan IB Muamalat ini tidak
dikenai biaya. Biaya telah ditanggung oleh pihak bank. Nasabah juga
akan mendapatkan buku tabungan untuk mengetahui jumlah saldo
dalam rekening tabungannya. Untuk biaya pengganti buku tabungan
nasabah dikenai biaya Rp. 10.000,-. Jika suatu saat nasabah ingin
menutup rekening Tabungan IB Muamalat sebelum keberangkatan haji
maka dikenai biaya Rp. 50.000,-.
Sebelum dana terkumpul dan digunakan untuk mendaftarkan haji,
pihak bank menginvestasikan dana nasabahnya terlebih dahulu
64
kedalam berbagai produk yang ada di Bank Muamalat Indonesia KCP
Ponorogo seperti pembiayaan KPR IB Muamalat, pembiayaan IB
Muamalat Pensiun, dan pembiayaan IB Muamalat Multiguna.97
C. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang Ponorogo
1. Sejarah
Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi PT
Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih
PT Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel
modern terkemuka dengan layanan financial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai dengan harapan nasabah
dengan prinsip syariah.98
Kehadiran PT Bank BRI Syariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan
97
Ibid.
98
Bank Rakyat IndonesiaSyariah, “Profil BRI Syariah” dalam http://www.BRISyariah.co.
id/sejarah/, (diakses pada tanggal 13Juni 2017, jam 12.00).
65
tuntunan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT Bank
BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brandPT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.99
Aktivitas PT Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam PT
Bank BRI Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1
januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT Bank BRI (Persero) Tbk dan Bapak Ventje
Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank BRI Syariah. PT BRI
Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan asset PT BRI
Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi asset, jumlah pembiayaan
dan perolehan dana pihak ketiga. Fokus pada segmen menengah
bawah, PT Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan pelayanan perbankan.100
Bak BRI Syariah adalah unit usaha BRI Syariah yang mulai
membuka cabang pada bulan Oktober 2002. BRI Syariah melengkapi
produk penghimpunan dananya dengan Giro al-wadi‟ah, Tabungan
mudarabah dan Depositi Berjangka mudarabah. Sedangkan produk
pembiayaannya bank yang identik dengan UKM mengandalkan pada
99
Ibid.
100
Ibid.
66
dua produk utama yakni pembiayaan murbahah dan murabah. BRI
Syariah juga fokus pada retail banking.
Data yang dikemukakan di atas jelas bahwa bank syariah sebagai
lembaga bisnis memiliki komitmen dan strategi operasional yang
berorientasi pada konsumen. Namun dengan mencermati perubahan
lingkungan bisnis dan persaingan yang semakin berubah dengan
drastis, strategi pelayanan dan produk perbankan syariah juga harus
terus didesain sedemikian rupa sehingga komitmen nasabah akan tetap
terjaga.101
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan BRI Syariah
kepada masyarakat dibukalah kantor cabang diseluruh Indonesia.salah
satunya yaitu BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ponorogo. Yang
beralamatkan di Jl. Soekarno Hatta No. 2B, Bangunsari, Kecamatan
Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.102
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan
financial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna
b. Misi
a) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan financial nasabah.
101
Muhammad, Bank Syariah, 100.
102
Novi sebagai Branch ops. spv, Wawancara, 14 Juni 2017.
67
b) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika
sesuai dengan prinsip syariah.
c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana
kapanpun dan dimanapun.
d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas
hidup dan menghadirkan ketentraman pikiran.103
c. Produk Tabungan Haji
3. Produk Tabungan Haji
BRI Syariah memiliki produk tabungan haji untuk mewujudkan
keinginan para nasabahnya naik haji. Produk simpanan ini bernama
Tabungan Haji BRI Syariah IB.
Tahap awal jika nasabah ingin membuka tabungan ini harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan pihak bank. Seperti
melampirkan foto copy kartu identitas, melampirkan foto copy NPWP,
melampirkan kartu keluarga. Tabungan Haji ada dua macam yaitu
tabungan Haji Khusus dan tabungan Haji Reguler. Untuk tabungan
Haji Reguler nasabah menabung terlebih dahulu dengan setoran
minimal Rp. 50.000,- dan belum dapat mendaftarkan haji ke Siskohat
sebelum mencukupi senilai Rp. 25.100.000,-. Sedangkan tabungan
Haji Khusus nasabah bisa langsung mendaftarkan diri ke Siskohat
karena setoran awal senilai Rp. 25.100.000,-.104
103
Bank Rakyat IndonesiaSyariah, “Visi dan Misi” dalam http://www.BRISyariah.co.id/visi-misi/, (diakses pada tanggal 13Juni 2017, jam 13.00).
104
Novi sebagai Branch ops. spv, wawancara, 9 Juni 2017.
68
Jika nasabah telah mengisi formulir pembukaan rekening tersebut
otomatis telah mensetujui perjanjian. Dalam hal ini akad yang
digunakan adalah akad murabah mulaqah . Bank juga
mencantumkan prosentase bagi hasil antara bank dan nasabah sejak
awal pembukaan rekening tabungan. Yakni 10% untuk nasabah dan
90% untuk pihak bank.105
Hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan oleh seorang nasabah bahwa prosentase bagi hasil yang
diperolehnya adalah sebesar 10% yang diketahuinya sejak awal
pembukaan rekening.106
Untuk dana yang telah terkumpul oleh pihak
bank diinvestasikan kedalam produk pembiayaan seperti Kredit Usaha
Rakyat mikro IB dan KPR Faedah BRI Syariah.107
BRI Syariah juga memberikan beragam fasilitas seperti asuransi
jiwa ketika nasabah atau calon peserta haji mengalami kecelakaan
ketika melakukan ibadah haji. Banyak juga kemudahan yang
didapatkan seperti setoran awal mulai dari lima puluh ribu rupiah
diikuti setoran selanjutnya sebesar seratus ribu rupiah, bebas setiap
saat menambahkan saldo, gratis biaya administrasi, dapat bertransaksi
diseluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara online,
pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang didapatkan, dan
transaksi online dengan Siskohat untuk kepastian porsi keberangka.108
105
Ibid.
106
Sumani sebagai nasabah, wawancara, 14 Oktober 2017.
107
Novi sebagai Branch ops. spv, wawancara, 9 Juni 2017.
108
BRI Syariah, “Tabungan haji BRI Syariah” dalam http://www.brisyariah.co.id/tab-
ungan-haji-BRI-Syariah-iB/, (diakses pada tanggal 18 April 2017, jam 10.30).
69
BAB IV
ANALISIS TEORI TABUNGAN TERHADAP VARIASI
PELAKSANAAN AKAD PRODUK TABUNGAN
HAJI DI PERBANKAN SYARIAH
KABUPATEN PONOROGO
A. Analisis Teori Tabungan terhadap Pelaksanaan Akad al-Wad’ah
dalam Produk Tabungan Haji di Perbankan Syariah Kabupaten
Ponorogo
1) Bank Muamalat Indonesia KCP Ponorogo
Tabungan IB Muamalat Haji ini menggunakan akad al-wad‟ah. Di
mana nasabah menitipkan dana yang akan digunakan untuk
menunaikan ibadah haji kepada pihak bank guna memenuhi BPIH atau
biaya penyelenggaraan ibadah haji. Sebelum membuka rekening,
nasabah harus memenuhi persyarat yang ditentukan oleh pihak bank.
Yaitu dengan memiliki foto copy kartu identitas dan NPWP untuk
warga negara Indonesia. Sedangkan untuk warga negara asing
syaratnya KITAP atau KITAS, paspor, surat referensi dan tax
registration. Selain itu pada produk Tabungan IB Muamalat Haji tidak
ada nisbah bagi hasilnya melainkan mendapatkan bonus yang menjadi
kebijakan dari bank. Dalam hal ini Bank Muamalat KCP Ponorogo
memberikan fasilitas berupa kartu shar-e debit gold dan bonus berupa
souvenir untuk digunakan beribadah haji serta bonus menarik
70
lainnya.109
Hal tersebut sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.02/DSN/MUI/IV/2000 tentang Tabungan, tabungan berdasarkan
al-wad‟ah antara lain bersifat simpanan. Simpanan bisa diambil kapan
saja atau berdasarkan kesepakatan dan tidak ada imbalan yang
disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian („ataya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.110
Setelah proses pembukaan rekening telah terpenuhi, nasabah yang
menggunakan akad al-wad‟ah dapat memilih setoran tabungan yang
akan dilakukan sesuai kemampuan dan jangka waktu yang diinginkan.
Karena Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Ponorogo
menawarkan kepada nasabah jumlah setoran beserta estimasi waktu
yang dibutuhkan ketika menabung sampai jumlah yang memenuhi
untuk melakukan pendaftaran haji di Siskohat. Setoran awal minimal
Rp. 50.000,- dan saldo minimal Rp. 50.000,-. Setelah nasabah mengisi
semuanya maka terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak, maka
akad al-wad‟ah mulai berlaku dalam Tabungan Muamalat IB Haji.111
Dari produk Tabungan Muamalat IB Haji barang yang dititipkan
berupa dana yang akan digunakan untuk BPIH calon jamaah haji.
Sementara orang yang menitipkan dan yang menerima titipan yaitu
nasabah yang menitipkan dana dan yang menerima titipan yaitu pihak
109
Bank Muamalat, “Tabungan IB Muamalat” dalam http://www.bankmuamalat.co.id/tab- ungan-consumer/tabungan-ib-muamalat-haji-dan-umrah/,
(diakses pada tanggal 15 April 2017, jam 07.45).
110
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta:
Erlangga, 2000), 52-53.
111
Sugiyono sebagai direktur Bank Muamalat, Wawancara, 14 Februari 2017.
71
bank. Dan pernyataan serah terima yaitu dilakukan nasabah dan pihak
bank. Terlihat dari formulir pembukaan rekening tabungan yang
disepakati oleh nasabah dan pihak bank.112
Sebab menurut fiqh, rukun
akad al-wad‟ah yang menjadi syarat sah akad ada tiga, yaitu barang
yang dititipkan, orang yang menitipkan dan yang menerima titipan
serta pernyataan serah terima.113
Dari dana yang ditabungkan, nasabah tidak bisa mengambil
sewaktu-waktu. Karena sifat Tabungan Muamalat IB Haji yang khusus
diperuntukkan untuk menampung BPIH bukan untuk keperluan sehari-
hari. Karena sesuai penjelasan pasal 3 Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah dijelaskan transaksi penitipan dana atau barang dari
pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi
pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan
sewaktu-waktu.114
Dalam produk Tabungan Muamalat IB Haji dijelaskan secara rinci
mengenai informasi produk. Seperti syarat dan ketentuan akad yang
digunakan.115
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 2 angka (2)
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi
112
Ibid.
113
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian,
Ekonomi,Bisnis dan Sosial (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 205.
114
Peraturan Bank Indonesia nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
115
Brosur produk Tabungan Haji Bank Muamalat.
72
Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah
mengatur bank wajib menerapkan transparansi informasi mengenai
produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah. Salah satunya yang
dijelaskan pada ayat (2), bank wajib menetapkan kebijakan dan
memiliki prosedur tertulis yang meliputi: a) Transparansi informasi
mengenai produk bank.116
Dari penjelasan di atas ada kelebihan produk Tabungan Muamalat
IB Haji di antaranya terdapat fasilitas standing instruction (SI).
Nasabah memperoleh kartu shar-e debit gold. Kartu tersebut dapat
digunakan bertransaksi di seluruh ATM dan pembayaran belanja di
toko/merchant berlogo visa/plus. Dengan fasilitas tersebut nasabah
dipermudah pada saat perjalanan haji karena tidak perlu membawa
uang tunai berlebih. Selain itu produk Tabungan Muamalat IB Haji
telah sesuai dengan fiqh, Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.02/DSN/MUI/IV/2000 tentang Tabungan, ketentuan pasal 3
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah dan ketentuan pasal 2 angka
(2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang
Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah. Dalam produk tersebut telah memenuhi syarat dan rukun
116
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
73
akad al-wad‟ah. Sistem pengambilan dana yang dititipkan bisa
diambil sewaktu-waktu ketika nasabah ingin membayar BPIH.
B. Analisis Teori Tabungan Terhadap Pelaksanaan Akad Murabah
Mulaqah dalam Produk Tabungan Haji di Perbankan Syariah
Kabupaten Ponorogo
1) Bank Syariah Mandiri KCP Ponorogo
Tahapan awal pembukaan rekening BSM Tabungan Mabrur,
customer service menjelaskan segala persyaratan yang harus dipenuhi
dan formulir pendaftaran BSM Tabungan Mabrur. Dia juga
menjelaskan karakteristik produk BSM Tabungan Mabrur seperti
tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji atau Umrah. Maka fasilitas ATM tidak diberikan. Namun
jika nasabah ingin menarik uang guna pelunasan BPIH maka dapat
menggunakan slip pengambilan yang telah disediakan di kantor bank.
Kemudian nasabah mengisi lembar pembukaan rekening yang telah
disediakan. Setelah nasabah mengisi formulir pembukaan rekening
maka terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak, sekaligus akad
murabah mulqah berlaku dalam produk BSM Tabungan Mabrur.
Bagi hasil tidak ditetapkan diawal dan nasabah tidak mengetahui
berapa prosentase bagi hasil yang diperoleh pihak bank, padahal sudah
jelas bahwa dalam formulir pendaftaran sudah menyantumkan kolom
bagi hasil. Namun pihak bank mengatakan bahwa keuntungan
langsung masuk pada sistem pembukuan rekening tabungan dalam
74
bentuk nominal.117
Nasabah juga mengatakan bahwa pada saat awal
pembukaan rekening bank tidak menjelaskan berapa nisbah bagi hasil
antara kedua belah pihak.118
Hal tersebut belum sesuai dengan dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.02 / DSN / MUI/ IV/ 2000 tentang
Tabungan bagian ketentuan umum tabungan berdasarkan murabah
juga dijelaskan bahwa pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam
bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dan
menurut ketentuan pasal 2 angka (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah mengatur bank wajib menerapkan
transparansi informasi mengenai produk bank dan penggunaan data
pribadi nasabah. Salah satunya yang dijelaskan pada ayat (2), bank
wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis yang
meliputi transparansi informasi mengenai produk bank.119
Dalam produk BSM Tabungan Mabrur, nasabah berperan sebagai
pemilik modal. Sementara pihak bank yaitu pihak yang mengelola
usaha. Pelaksanaan ijb dan qbul antara pihak nasabah dan pihak
bank telah dilakukan yang dinyatakan dalam formulir pembukaan
rekening BSM Tabungan Mabrur. Dan terakhir adalah pekerjaan dan
keuntungan. Pekerjaan terlihat dari dana yang di investasikan oleh
pihak bank kepada produk pembiayaan yang ada di Bank Syariah
117
Yunias Agil sebagai customer service, Wawancara, 21 April 2017.
118
Teguh Wiyono sebagai nasabah, wawancara, 16 Oktober 2017.
119
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
75
Mandiri seperti pembiayaan Rumah Hunian dan keuntungan diberikan
pihak bank setiap bulan ketika dana yang diinvestasikan mendapatkan
hasil.120
Sesuai konsep fiqh, suatu akad dikatakan sah apabila sesuai
dengan rukun dan syarat murabah terpenuhi. Rukun yang pertama
yaitu pemilik modal yang menyerahkan modalnya. Kedua, pekerja .
Ketiga, ijb dan qbul antara pemilik modal dan pengelola usaha.
Keempat, pekerjaan dan keuntungan.121
Sigat ijb qbul yang terjadi dalam akad BSM Tabungan Mabrur
ini berbentuk tertulis, yakni pada saat nasabah mengisi serta
menandatangani formulir pembukaan rekening. Dalam berkas
pembukaan rekening produk BSM Tabungan Mabrur telah termasuk
aplikasi pembukaan yang berisi akad/perjanjian secara tertulis,
formulir identifikasi nasabah, maka dengan ditanda tanganinya aplikasi
persyaratan tersebut, ijb qa bul dapat dikatakan sah, karena telah
disepakati oleh kedua belah pihak.122
Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 282:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah, tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliska nnya. Dan
120
Yunias Agil sebagai customer service, Wawancara, 21 April 2017.
121
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2000), 180.
122
Ibid.
76
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar”.123
Dari penjabaran di atas produk BSM Tabungan Mabrur belum
sesuai dengan fiqh, Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.02/DSN/MUI/IV/2000 tentang Tabungan dan ketentuan pasal 2
angka (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Tentang
Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah. Karena dalam rukun terkait bagi hasil tidak dijelaskan pada
awal akad atau pembukaan rekening dan tidak dalam bentuk
prosentase, melainkan nominal yang langsung masuk kedalam
rekening nasabah. Sementara terkait transparansi produk dalam produk
BSM Tabungan Mabrur di Bank Syariah Mandiri KCP Ponorogo
belum sepenuhnya melaksanakan peraturan tersebut. Dilihat dari
produk BSM Tabungan Mabrur yang melakukan pemasaran produk
melalui brosur. Dalam brosur tersebut tidak dituliskan secara rinci
terkait informasi produk yang tentunya membingungkan bagi para
nasabah yang ingin membuka produk BSM Tabungan Mabrur. Seperti
tidak mencantumkan nisbah bagi hasil yang sudah menjadi rukun dari
akan yang digunakan yaitu murabah mulqah.
2) Bank Rakyat Indonesia Syariah KCP Ponorogo
Nasabah yang ingin membuka tabungan ini harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan pihak bank. Seperti melampirkan foto
123
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci al-Qur‟an, 1982), QS. 2: 282.
77
copy kartu identitas, melampirkan foto copy NPWP dan melampirkan
kartu keluarga. Setelah itu nasabah mengisi formulir yang telah
disediakan oleh pihak bank. Jika nasabah telah mengisi formulir
pembukaan rekening tersebut otomatis telah mensetujui perjanjian.
Dalam hal ini akad yang digunakan adalah akad murabah mulaqah.
Bank juga mencantumkan prosentase bagi hasil antara bank dan
nasabah sejak awal pembukaan rekening tabungan. Yakni 10% untuk
nasabah dan 90% untuk pihak bank. Maka setelah ditandatangani
formulir pembukaan rekening tabungan terjadilah ijb dan qbul
antara pihak bank dan nasabah.124
Seperti yang dikatakan nasabah
bahwa nisbah bagi hasil untuk nasabah sebesar 10%.125
Akad yang digunakan dalam produk Tabungan BRI Syariah IB
yaitu murabah. Ada empat rukun dan syarat yang harus dipenuhi
dalam akad yaitu: Pertama, adanya pelaku nasabah ib al -ml dan
bank sebagai murib. Bank akan mengelola tabungan nasabah dan
keuntungannya akan dibagi antara kedua belah pihak. Kedua, adanya
(objek murabah yang menjadi objek disini adalah uang tabungan
nasabah yang dikelola oleh pihak bank. Uang tabungan akan di jadikan
modal oleh pihak bank dalam menjalankan investasinya. Ketiga,
adanya ijb qa bul yang dilakukan secara tertulis oleh kedua belah
pihak melalui formulir pembukaan tabungan yang telah disediakan
124
Novi sebagai Branch ops. spv, wawancara, 09 Juni 2017.
125
Sumani sebagai nasabah, wawancara, 13 Oktober 2017.
78
bank. Keempat, Nisbah telah disebutkan dalam formulir pembukaan
tabungan dan akan di tetapkan diawal akad oleh kedua pihak.126
Hal tersebut sesuai dengan fiqh yang dijelaskan bahwa
terpenuhinya rukun dan syarat dari suatu akad adalah yang
menyebabkan sahnya akad. Terdapat empat rukun dalam akad
murabah yaitu: Faktor pertama (pelaku) dalam akad murabah,
harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai
pemilik modal (ib al -ml), sedangkan pihak kedua bertindak
sebagai pelaksana usaha (murib). Faktor kedua (objek murabah),
pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek murabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
murabah. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak (Ijb
qbul), merupakan konsekuensi dari prinsip „an-taradin minkum
(sama-sama rela). Faktor yang keempat (yakni nisbah) merupakan
rukun yang khas dalam akad murabah.127
Dari penjelasan di atas juga telah sesuai dengan ketentuan pasal 2
angka (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang
Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah mengatur bank wajib menerapkan transparansi informasi
mengenai produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah. Salah
satunya yang dijelaskan pada ayat (2), bank wajib menetapkan
126
Ibid.
127
Adiwarman Azwar Karim, Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia,
2003), 181-182.
79
kebijakan dan memiliki prosedur tertulis yang meliputi: a)
Transparansi informasi mengenai produk bank.128
Berdasarkan penjabaran di atas ada kelebihan dari produk
Tabungan BRI Syariah diantaranya nasabah yang mendaftar akan
mendapat fasilitas asuransi jiwa yang dapat melindungi nasabah jika
terjadi kecelakaan atau hal lain yang tidak diinginkan. Selain itu ada
pula kelebihan lain yaitu produk Tabungan BRI Syariah IB juga
menyediakan rekening untuk anak dibawah usia 17 tahun untuk
mempersiapkan BPIH. Hal lain yang menjadi kelebihan produk ini
yaitu pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang
didapatkan. Hal-hal ini yang menyebabkan perbedaan antara produk
perbankan syariah lainnya.
Dan dapat ditarik kesimpulan, secara fiqh serta ketentuan fatwa
DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000. Pelaksanaan akad Tabungan BRI
Syariah IB telah sesuai dengan konsep fiqh serta ketentuan fatwa DSN
No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad murabah. Karena dalam
akad murabah yang dijalankan oleh Bank BRI Syariah telah
memenuhi rukun dan syarat murabah yang ada. Serta telah sesuai
dengan ketentuan pasal 2 angka (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
128
Ibid., Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan akad al-wad‟ah dalam produk Tabungan Haji di
perbankan syariah Kabupaten Ponorogo yaitu bank hanya
menggunakan satu akad tersebut. Jadi calon nasabah diberi penjelasan
bahwa akad yang digunakan hanya akad al-wad‟ah. Nasabah diberi
kebebasan untuk memilih produk Tabungan Hajinya atau di bank lain.
Bank yang melaksanakan akad al-wad‟ah adalah bank Muamalat KCP
Ponorogo. Dan pelaksaaan akad al-wad‟ah di bank tersebut telah
sesuai dengan fiqh, fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan
Peraturan Bank Indonesia.
2. Pelaksanan akad murabah mulaqah dalam produk Tabungan Haji di
Perbankan Syariah Kabupaten Ponorogo memiliki dua pelaksanaan
yang berbeda. Yang pertama, bank dalam awal pembukaan rekening
Tabungan Haji kurang dalam menjelaskan akad yang digunakan.
Seperti nisbah bagi hasil yang tidak dijelaskan di awal akad. Bank
yang melaksanakan akad murabah mulaqah ini adalah Bank
Syariah Mandiri. Yang kedua, bank dalam awal pembukaan rekening
Tabungan Haji sangat rinci menjelaskan akad yang digunakan. Bagi
hasil juga dijelaskan diawal akad. Selain itu bank juga menjelaskan
beragam fasilitas yang didapatkan nasabahnya. Bank yang
melaksanakan akad murabah mulaqah ini adalah BRI Syariah. dari
81
kedua bank tersebut pelaksanaan akad murabah mulaqah di Bank
Syariah Mandiri sudah sesuai dengan fiqh namun belum sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan PBI. Sedangkan
pelaksanaan akad murabah mulaqah di BRI Syariah telah sesuai
dengan fiqh, Fatwa DSN-MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan PBI.
Jadi pelaksanaan akad dalam produk Tabungan Haji di perbankan
syariah Kabupaten Ponorogo menggunakan skema dua akad yaitu akad al-
wad‟ah yang hanya dilaksanakan oleh Bank Muamalat dan akad
murabah mulaqah yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri dan
BRI Syariah.
B. Saran
Perbankan syariah di Kabupaten Ponorogo sebaiknya menjalankan
ketentuan yang telah ditetapkan terkait akad yang digunakan dalam produk
yang dijalankannya. Seperti ketentuan yang telah dijelaskan dalam fiqh,
fatwa dan Peraturan Bank Indonesia.
82
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Abdullah, Terjemahan Ibnu Majah III, Kitab Tijarah. Semarang: Elsy Syi‟fa, 1993.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram Terj, A. Hassan. Bandung: CV
Diponegoro, 2006.
Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. Syarah Bulughul Maram 5. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2006.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syari‟ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah. Jakarta: Alvabet, 2003.
Bugin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
Brosur Produk Bank Muamalat Kantor Cabang Ponorogo tentang Tabungan Haji.
Brosur Produk BRI Syariah Kantor Cabang Ponorogo tentang Tabungan Haji.
Brosur Produk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ponorogo tentang Tabungan
Haji.
Chapra, Umer. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Dahlan, Ahmad. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta: Teras, 2012.
Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Muamalah. Ponorogo: STAIN Po Press,
2010.
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Qur‟an, 2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang: CV. ALWAAH,
1989.
Dewan Syariah Nasional MUI. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah. Jakarta:
Erlangga, 2000.
Huda, Qamarul. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Teras, 2011.
Horoen, Nasrun. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pertama, 2000.
Ismail. Perbankan Syari‟ah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013.
83
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014.
Nawawi, Ismail. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian,
Ekonomi,Bisnis dan Sosial. Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Rajawai Press, 2012.
K. Lubis, Suhrawardi. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
Peraturan Bank Indonesia nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan
Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah (Bahasa Kamaluddin A. Marzuki) Juz 13. Bandung:
PT. Al-Ma‟arif, 1997.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta: PT. Indeks, 2012.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2008.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Sumitro. Asas-asas Perbankan Islam dan lembaga-lembaga terkait di Indonesia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Syafe‟i, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Syafi‟i Antoni, Muhammad. Bank Syariah dari Teori dan Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Ulum, Fahrur. Perbankan Syari‟ah di Indonesia. Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara, 2002.
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia . Jakarta: Kencana, 2005.
84
Skripsi
Cahyono, Tatan. Implementasi Prinsip Wadi‟ah Yad Dhamanah dalam Oprasionalisasi Produk Tabungan Haji Arafah pada Bank Muamalat
Indonesia KCP Palembang (Studi Kasus mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang). Skripsi UIN Raden Fatah. Palembang, 2016.
Krisdawati, Ida. Sistem Pengelolaan Tabungan Haji Dalam Perspektif Hukum
Ekonomi Islam. Skripsi IAIN Syekh Nurjati. Cirebon, 2016.
Internet
Bank syariah mandiri, “Tabungan Mabrur BSM” dalam http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/haji-
umroh/tabungan-mabrur-bsm/, (diakses pada tanggal 15 April 2017, jam
07.30)
Bank Muamalat, “Tabungan IB Muamalat” dalam http://www.bankmuamalat.co.id/tabungan-consumer/tabungan-ib
muamalat-haji-dan-umrah/, (diakses pada tanggal 15 April 2017,jam
07.45)
BRI Syariah, “Tabungan haji BRI Syariah” dalam http://www.brisyariah.co.id/tabungan-haji-BRI-Syariah-iB/, (diakses pada
tanggal 18 April 2017, jam 10.30).