22
31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau 5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur Identifikasi penyebaran dan analisis perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Jakarta Timur dilakukan berdasarkan data RTH Dinas Tata Kota pada tahun 2002 dan 2007. Tabel 6menunjukkan dinamika perubahan luas dan proporsi Ruang Terbuka Hijau setiap kecamatan di Jakarta Timur pada periode tahun 2002 sampai 2007. Tabel 6. Dinamika Luasan RTH Kawasan Jakarta Timur Kecamatan RTH 2002 (ha ) % RTH 2007 (ha) % Cakung 67,7 8,15 94,7 8,96 Cipayung 172,9 20,82 159,1 15,06 Ciracas 6,.2 0,75 80,0 7,57 Duren Sawit 52,1 6,27 45,2 4,28 Jatinegara 39,5 4,76 42,2 3,99 Kramat Jati 7,0 0,84 90,3 8,55 Makasar 17,7 2,13 309,0 29,24 Matraman 0,1 0,01 1,4 0,13 Pasar Rebo 182,6 21,98 128,5 12,16 Pulo Gadung 162,7 19,59 106,4 10,07 Jumlah 830,6 100 1.056,7 100 Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kawasan Jakarta Timur (2002 dan 2007) Dari Tabel 6 diketahui luasan RTH tahun 2002 sebesar 830,6 ha, sedangkan luas RTH tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2007 luasan RTH meningkat seluas 226,1 ha. Peningkatan RTH dari tahun 2002 ke tahun 2007 salah satunya dikarenakan banyaknya lahan kosong milik pemerintah yang dijadikan sebagai kawasan RTH seperti jalur hijau dan lapangan golf di Jakarta Timur. Hasil identifikasi luas RTH berdasarkan digitasi ulang data RTH Dinas Tata Kota berbeda dengan data RTH yang resmi dikeluarkan oleh Dinas Tata

V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

  • Upload
    dotram

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau

5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur

Identifikasi penyebaran dan analisis perubahan Ruang Terbuka Hijau di

kawasan Jakarta Timur dilakukan berdasarkan data RTH Dinas Tata Kota pada

tahun 2002 dan 2007. Tabel 6menunjukkan dinamika perubahan luas dan proporsi

Ruang Terbuka Hijau setiap kecamatan di Jakarta Timur pada periode tahun 2002

sampai 2007.

Tabel 6. Dinamika Luasan RTH Kawasan Jakarta Timur

Kecamatan RTH 2002

(ha )

% RTH 2007

(ha)

%

Cakung 67,7

8,15 94,7

8,96

Cipayung 172,9

20,82 159,1

15,06

Ciracas 6,.2

0,75 80,0

7,57

Duren Sawit 52,1

6,27 45,2

4,28

Jatinegara 39,5

4,76 42,2

3,99

Kramat Jati 7,0

0,84 90,3

8,55

Makasar 17,7

2,13 309,0

29,24

Matraman 0,1

0,01 1,4

0,13

Pasar Rebo 182,6

21,98 128,5

12,16

Pulo Gadung 162,7

19,59 106,4

10,07

Jumlah 830,6 100 1.056,7 100

Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kawasan Jakarta Timur (2002 dan 2007)

Dari Tabel 6 diketahui luasan RTH tahun 2002 sebesar 830,6 ha,

sedangkan luas RTH tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha. Sejak tahun 2002 hingga

tahun 2007 luasan RTH meningkat seluas 226,1 ha. Peningkatan RTH dari tahun

2002 ke tahun 2007 salah satunya dikarenakan banyaknya lahan kosong milik

pemerintah yang dijadikan sebagai kawasan RTH seperti jalur hijau dan lapangan

golf di Jakarta Timur.

Hasil identifikasi luas RTH berdasarkan digitasi ulang data RTH Dinas

Tata Kota berbeda dengan data RTH yang resmi dikeluarkan oleh Dinas Tata

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

32

Kota (Tabel 4).Adanya perbedaan luas RTH Tahun 2007 antara hasil klasifikasi

sebesar 1.056,7 ha (Tabel 6) dengan data Dinas Tata Kota (Tabel 4) sebesar

1.052,37 ha, salah satunya dikarenakan adanya perbedaan koreksi geometri,

sehingga luas total administrasi Jakarta Timur hasil klasifikasi sebesar 19.023 ha

(Tabel 7) sedangkan menurut BPS DKI Jakarta sebesar 18.775 ha (Tabel 3).

5.1.2. Luas dan Penyebaran RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur

Proses perkembangan yang pesat di wilayah DKI Jakarta terjadi juga di

Jakarta Timur. Proses perkembangan tersebut mempengaruhi luas RTH di

beberapa wilayah kecamatan di Jakarta Timur. Gambar 3 menunjukkan Peta RTH

per Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002, sedangkan Gambar 4 menunjukkan

Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007.

Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002

Pada tahun 2002 RTH di Jakarta Timur seluas 830,6 ha. Kecamatan yang

memiliki RTH terbesar adalah Kecamatan Pasar Rebo, yaitu seluas 182,6 ha,

sedangkan yang memiliki RTH terkecil adalah Kecamatan Matraman sebesar 0,1

ha. Kecamatan Pasar Rebo memiliki RTH paling luas karena selain masih banyak

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

33

RTH yang dilestarikan, juga karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit

dibandingkan wilayah kecamatan lain. Lokasinya yang berada di area terluar dan

berbatasan dengan wilayah Bogor menyebabkan laju perkembangan wilayah yang

tidak sepesat wilayah lain dan berimplikasi pada pertumbuhan fasilitas yang tidak

terlalu cepat. Kecamatan Matraman memiliki luas terkecil di Jakarta Timur,

sehingga luas agregat lahan yang dijadikan sebagai RTH pun relatif kecil.

Disamping itu, posisinya yang berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat

menyebabkan laju perkembangan yang tinggi dan pertumbuhan fasilitas yang

relatif lebih cepat dibandingkan dengan wilayah Jakarta Timur lainnya.

Gambar 4. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007

Luas RTH di Jakarta Timur tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha meningkat dari

kondisi di tahun 2002. Proporsi RTH yang terbesar adalah di Kecamatan

Makassar seluas 309,0 ha, dan terkecil di Kecamatan Matraman seluas 1.4 ha.

Kecamatan Makasar memiliki potensi lahan kosong cukup luas di tahun 2002.

Peningkatan RTH di tahun 2007 umumnya berasal dari penataan lahan kosong

dan dimanfaatkan menjadi RTH. Kecamatan Matraman di tahun 2007 tetap

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

34

memiliki RTH relatif tersempit. Posisinya yang strategis berdekatan dengan

Jakarta Pusat menyebabkan tumbuh suburnya perkantoran dan pusat perbelanjaan

dan memperkecil peluang bertambahnya RTH sejak tahun 2002 ke 2007.

Gambar 5 menunjukkan RTH yang bertambah di Jakarta Timur, diperoleh

dari hasil pengecekan lapang. Gambar 5a merupakan gambar lapangan Sarwo

Edhie Wibowo di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 5b adalah persawahan di

Kecamatan Cipayung; Gambar 5c merupakan gambar jalur hijau di Kecamatan

Cipayung, Gambar 5d merupakan Lapangan Golf Halim Perdana Kusuma II di

Kecamatan Makasar; Gambar 5e adalah Lapangan Golf Royale Jakarta di

Kecamatan Makasar; dan Gambar 5f merupakan gambar Tempat Pemakaman

Umum Tanah Merah di Kecamatan Duren Sawit.

Gambar 6a merupakan gambar Korea World Center di Kecamatan Pulo

Gadung; Gambar 6b adalah Gedung Putih di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6c

merupakan Gambar Kantor Sekretariat di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6d

adalah perumahan Cijantung II di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6e merupakan

gambar rumah susun Komplek Kopassus di Kecamatan Pasar Rebo; dan Gambar

6f adalah gambar perumahan Calista Residence di Kecamatan Cipayung.

Dari Gambar 7 diketahui bahwa dari tahun 2002 ke tahun 2007

peningkatan luas RTH terjadi di Kecamatan Makassar sebesar 291,3 ha,

sedangkan penurunan luas RTH terbesar di Kecamatan Pulo Gadung sebesar 56,2

ha. Kecamatan Makasar merupakan Kecamatan dengan peningkatan RTH paling

luas karena banyaknya lahan kosong yang dijadikan sebagai lokasi RTH,

sedangkan Pulo Gadung mengalami penurunan RTH terluas karena

perkembangan kawasan industri dan perumahan.

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

35

a. Pasar Rebo (705.302; 9.301.426) b. Cipayung (711.521; 9.303.082)

c. Cipayung ( 708.534; 9.302.642) d. Makasar (709.369; 9.305.470)

e. Makasar ( 710.219; 9.306.884) f. Duren Sawit (714.841; 9.311.098)

Gambar 5. Penggunaan Saat Ini di Lokasi Penambahan RTH dari Lahan Kosong di Jakarta Timur

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

36

Gambar 6 menunjukkan RTH yang berkurang menjadi penggunaan lain di Jakarta

Timur, diperoleh dari hasil pengecekan lapang.

a. Pulo Gadung (709.323; 9.316.494) b. Pasar Rebo (705.294; 9.301.436)

c. Pasar Rebo (705.781; 9.301.650) d. Pasar Rebo (705.830; 9.301.686)

e. Pasar Rebo (706.679; 9.309.338) f. Cipayung (709.567; 9.297.782)

Gambar 6. Penggunaan saat ini dari perubahan RTH menjadi lahan terbangun di Jakarta Timur

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

37

Gambar 7. Perubahan RTH Tahun 2002 dan 2007

5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta Timur

RTRW merupakan wujud kebijakan pemerintah terkait rencana alokasi

ruang di masa depan. Peta RTRW yang digunakan dalam analisis adalah Peta

RTRW Jakarta Timur Tahun 2005-2010. Pada Tabel 7 disajikan luasan

penggunaan lahan dalam RTRW di Jakarta Timur. Penggunaan lahan terbesar

dalam RTRW adalah perumahan sebesar 7.568,0 ha, sedangkan yang terkecil

adalah alokasi untuk jaringan jalan sebesar 191,7 ha.

Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan menurut RTRW di Jakarta Timur

No Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Jaringan Jalan 191,7 1.01

2 Rel Kereta 270,0 1.42

3 Tata Air 363,0 1.91

4 Bangunan Umum dan Perumahan 370,6 1.95

5 Bangunan Umum Berkepadatan Rendah 1.243,2 6.53

6 B angunan Umum 1.374,8 7.23

7 Perindustrian dan Pergudangan 1.616,2 8.50

8 Perumahan Berkepadatan Rendah 2.532,8 13.31

9 Ruang Terbuka Hijau 3.493,3 18.36

10 Perumahan 7.568,0 39.78

Jumlah 19.023,8 100,00

‐100,0

‐50,0

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

ha

Kecamatan

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

38

Berdasarkan Tabel 7 diketahui alokasi luas RTH dalam RTRW sebesar

3.493,3 ha atau 18,36 %. Sementara itu, berdasarkan identifikasi luas RTH tahun

2002 diketahui seluas 830,6 ha dan tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha. Proporsi RTH

tahun 2002 dan 2007 lebih kecil dari proporsi RTH dalam RTRW. Hal ini

menunjukkan belum tercapainya rencana alokasi ruang untuk RTH sesuai yang

diamanatkan dalam RTRW 2010. Ketetapan RTH menurut UU adalah sebesar

19.845,6 ha untuk wilayah DKI Jakarta, sedangkan menurut PEMDA DKI Jakarta

adalah sebesar 9.195,1 ha. Ketetapan RTH menurut PEMDA untuk wilayah

Jakarta Timur sendiri adalah sebesar 3.122,3 ha. Kondisi riil RTH di Jakarta

Timur Tahun 2007 2.436,6 ha lebih rendah dari luas RTH yang sudah

diamanatkan dalam RTRW.Masih belum tercapainya target yang ditetapkan oleh

PEMDA DKI, menuntut upaya antara lain dengan memanfaatkan ketersediaan

lahan kosong yang masih ada yang akan dijelaskan lebih rinci pada pembahasan

berikutnya. Gambar 8 merupakan peta RTRW Jakarta Timur tahun 2000-2010.

5.2. Identifikasi Perubahan Luas Lahan Kosong di Jakarta Timur

Luas lahan kosong di Jakarta Timur dari tahun 2002 ke tahun 2007

menurun cukup drastis. Pada Tahun 2002 luas lahan kosong di Jakarta Timur

sebesar 4.395,4 ha, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 2.910,8 ha atau terjadi

penurunan sebesar 1.484,6 ha.Dinamika luasan lahan kosong di Jakarta Timur

ditunjukkan pada Tabel 8.

Luas lahan kosong yang paling besar pada tahun 2002 adalah di

Kecamatan Makasar seluas 1.407,2 ha, sedangkan yang terkecil seluas 21,1 ha di

Kecamatan Matraman. Pada tahun 2007 kecamatan dengan luas lahan kosong

terbesar adalah Kecamatan Cakung, yaitu seluas 1.160,1 ha, sedangkan yang tidak

memiliki lahan kosong lagi adalah Kecamatan Matraman.

Gambar 9 menunjukkan perubahan luas lahan kosong tahun 2002 dan

2007. Diketahui bahwa dari tahun 2002 ke tahun 2007 luas lahan kosong di

semua kecamatan cenderung menurun.

Penurunan luas lahan kosong paling besar terjadi di Kecamatan Makasar

seluas 1259.019 ha, salah satunya dikarenakan perubahan menjadi lapangan golf

dan jalur hijau Bandara Halim Perdana Kusuma.

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

39

Gambar 8. Peta RTRW Jakarta Timur Tahun 2000-2010

 

Tabel 8. Dinamika Luasan Lahan Kosong di Jakarta Timur

Kecamatan

Lahan Kosong

Tahun 2002

(ha)

Lahan Kosong

Tahun 2007

(ha)

Cakung 1.282,4 1.160,1

Cipayung 780,3 596,5

Ciracas 197,7 119,6

Duren Sawit 307,8 177,4

Jatinegara 72,4 26,5

Kramat Jati 131,8 64,5

Makasar 1.407,2 581,0

Matraman 21,1 0

Pasar Rebo 136,5 129,7

Pulo Gadung 58,2 55,6

Jumlah 4.395,4 2.910,8

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

40

Gambar 9. Perubahan Luas Lahan Kosong Tahun 2002 dan 2007

5.3.Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk dan Pendatang Tahun 2002-2008

Berdasarkan penelitian Aurelia (2010) diketahui bahwa pertumbuhan

penduduk menjadi faktor penting yang mempengaruhi terjadinya perubahan luas

RTH di suatu wilayah. Tabel 9 menunjukkan jumlah penduduk di Jakarta Timur

dari tahun 2002 sampai tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 9 nampak bahwa jumlah penduduk tiap tahun di

Jakarta Timur dari tahun 2002 sampai 2007 cenderung meningkat. Pada tahun

2002 sebanyak 2.083.099 jiwa penduduk yang menempati wilayah Jakarta Timur,

sedangkan 2.195.300 jiwa penduduk pada tahun 2008. Kecamatan Duren Sawit

merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya, sebaliknya Kecamatan

Cipayung merupakan yang paling jarang penduduknya. Berkembangnya jumlah

dan jenis fasilitas seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, sarana pendidikan yang

ada merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah

penduduk di Jakarta Timur.

Gambar 10 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Jakarta

Timur pada periode tahun 2002 sampai 2008 secara umum sebesar 0.9 % per

tahun. Tumbuhnya penduduk Jakartasecara umum disebabkan oleh pertumbuhan

alamiah maupun karena banyaknya migran. Dalam konteks Jakarta, pertumbuhan

melalui proses migrasi disinyalir lebih besar dibandingkan dari proses kelahiran.

Oleh karena itu, dalam menganalisis pertumbuhan penduduk Jakarta Timur,

‐1400,000

‐1200,000

‐1000,000

‐800,000

‐600,000

‐400,000

‐200,000

0,000

ha

Kecamatan

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

41

informasi dan analisis data migran (pendatang) sangat dibutuhkan. Pada Tabel

10disajikan banyaknya jumlah pendatang di Jakarta Timur dari tahun 2002 sampai

2007.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Jakarta Timur

Kecamatan Penduduk (Jiwa)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pasar Rebo 143815 146568 149405 153536 158147 162747 164755

Ciracas 195765 198119 198135 199482 200806 202815 204107

Cipayung 113905 115571 117164 119342 122151 125716 137253

Makasar 168497 170455 171903 174192 177158 180581 182441

Kramat Jati 200543 200750 201024 202041 204178 206327 209960

Jatinegara 263595 263447 263254 265246 263706 263949 264371

Duren Sawit

312323 313771 314188 315463 317862 320925 321991

Cakung 209390 211477 213972 218106 224001 232140 237185

Pulo Gadung

280096 279564 279959 279704 279519 280147 279623

Matraman 195170 194864 194521 194168 193700 193254 193614

Jumlah 2083099 2094586 2103525 2121280 2141228 2168601 2195300

Sumber : BPS DKI Jakarta (2009)

Gambar 10. Laju Pertumbuhan PendudukTahun 2002-2008

Jumlah pendatang yang masuk ke Jakarta Timur tahun 2002 sebanyak

21.686 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 21.677 jiwa sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 10.

0,000

0,002

0,004

0,006

0,008

0,010

0,012

0,014

2002‐2003

2003‐2004

2004‐2005

2005‐2006

2006‐2007

2007‐2008

Laju Pertumbuhan

 Penduduk

Tahun

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

42

Tabel 10. Jumlah Pendatang Jakarta Timur

No

Kecamatan

Pendatang(Jiwa)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pasar Rebo 1.958 1.452 2.197 2.732 3.335 2.396 2.188

2 Ciracas 1.994 3.515 1.423 1.733 1.632 2.912 2.046

3 Cipayung 1.563 1.856 1.693 2.031 1.945 1.696 1.874

4 Makassar 2.179 2.202 2.307 1.805 2.300 2.304 1.953

5 Kramat Jati 2.616 1.503 3.336 1.973 2.613 3.646 2.562

6 Jatinegara 1.740 2.044 2.052 1.737 1.854 1.770 1.764

7 Duren Sawit 2.840 2.726 2.109 2.301 3.381 3.269 3.441

8 Cakung 3.196 2.274 1.834 1.609 2.227 2.545 2.568

9 Pulo Gadung 2.268 2.301 755 890 2.338 2.303 2.007

10 Matraman 1.332 1.622 1.622 980 929 983 1.274

Jumlah 21.686 21.495 19.328 17.791 22.554 23.824 21.677

Sumber : BPS DKI Jakarta (2009)

Dari tahun 2002 sampai tahun 2008 terjadi fluktuasi jumlah pendatang di

Jakarta Timur. Kecamatan yang memiliki jumlah pendatang terbanyak adalah

Kecamatan Duren Sawit, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan

Matraman. Kecamatan Duren Sawit memiliki jumlah pendatang terbanyak karena

lokasinya berdekatan dengan Kecamatan Cakung yang merupakan kawasan

industri dan adanya konsentrasi sarana ekonomi seperti pusat perbelanjaan, dan

pertokoan. Kondisi ini menyebabkan peluang berusaha dan alternatif untuk

memilih mata pencaharian bagi para pendatang cukup besar di lokasi tersebut.

Menurunnya jumlah pendatang antara 2004-2005 di Jakarta Timur salah satunya

disebabkan oleh adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendatang

untuk memenuhi persyaratan yang diberlakukan, salah satunya seperti harus

memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta. Gambar 11 menunjukkan

bahwa laju pertumbuhan pendatang pada periode 2002 sampai 2006 secara umum

sebesar 0.7 % per tahun.

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

43

Gambar 11.Laju Pertumbuhan Pendatang Tahun 2002-2008

5.4. Hirarki, Luas RTH dan Perkembangan Wilayah di Jakarta Timur Tahun 2003 dan 2006

Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan

menggunakan metode skalogram didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit

sarana-prasarana pembangunan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang

tersedia. Metode ini menghasilkan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada

pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana

pembangunan yang lebih banyak. Distribusi penduduk dan luas jangkauan

pelayanan sarana-prasarana pembangunan secara spasial tidak dipertimbangkan

secara spesifik.Tingkat perkembangan suatu wilayah dinyatakan dalam

bentukHirarki I, II, dan III. Pada Gambar 12 ditunjukkan Peta Hirarki Wilayah

Jakarta Timur Tahun 2003.

Di Jakarta Timur, pada tahun 2003 kelurahan yang berhirarki III

berjumlah 40. Kelurahan yang berhirarki II berjumlah 18, sedangkan yang

berhirarki I berjumlah 7 kelurahan. Kelurahan yang berhirarki I berada berdekatan

dengan jalan utama, dan memiliki fasilitas yang paling banyak dan lengkap

dibandingkan dengan kelurahan pada kelompok hirarki lain.

‐0,150

‐0,100

‐0,050

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

2002‐2003

2003‐2004

2004‐2005

2005‐2006

2006‐2007

2007‐2008

Laju Pertumbuhan

 Pendatan

g

Tahun

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

44

Gambar 12. Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun 2003

Pada Gambar 13 disajikan Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun

2006.Kelurahan yang berhirarki I berjumlah 11, jumlah kelurahan yang berhirarki

II adalah 19, sedangkan yang berhirarki III berjumlah 35 kelurahan. Adanya jalan

utama di kelurahan berhirarki I mempermudah penduduk mencapai fasilitas yang

dibutuhkan. Sementara itu kelurahan yang berhirarki III berdekatan dengan jalan

tol nasional. Nampaknya keberadaan jalan tol tidak memberikan dampak terhadap

tumbuhnya fasilitas di kelurahan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena

pembangunan jalan tol tersebut juga masih relatif baru, sehingga dampaknya

belum dirasakan bagi wilayah di sekitarnya. Akibatnya fasilitas yang tersedia di

kelurahan-kelurahan berhirarki III paling sedikit dan tidak lengkap. Berikutnya

pada Gambar 14 disajikan perubahan jumlah desa berhirarki I, II dan III pada

periode tahun 2003 dan 2006.

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

45

Gambar 13. Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun 2006

Kelurahan berhirarki I jumlahnya meningkat sebanyak 4 kelurahan dari 7

kelurahan pada tahun 2003 menjadi 11 kelurahan pada tahun 2006. Jumlah

kelurahan yang berhirarki II pada tahun 2003 sebanyak 18 kelurahan dan pada

tahun 2006 sebanyak 19 kelurahan, sehingga terjadi peningkatan jumlah

kelurahan berhirarki II sebanyak 1 kelurahan, sedangkan jumlah kelurahan yang

berhirarki III menurun menjadi 35 kelurahan pada tahun 2006 dari tahun 2003

yang jumlahnya 40 kelurahan atau menurun sebanyak 5 kelurahan.

Penurunan jumlah kelurahan berhirarki III seiring dengan peningkatan

jumlah kelurahan berhirarki II dan I. Hal ini berarti banyak kelurahan berhirarki

III yang telah berkembang dari segi jumlah serta kelengkapan fasilitasnya menjadi

kelurahan berhirarki II dan I.

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

46

Gambar 14. Perubahan Jumlah Kelurahan Berhirarki I, II dan III Tahun 2003 dan 2006

Sejalan dengantarget utama penelitian ini, yaitu perubahan luas

RTH di Jakarta Timur, pada bagian berikut disajikan luas RTH untuk setiap kelas

hirarki wilayah per Kecamatan (Tabel 11) dan pada setiap kelas hirarki pada

Tabel 12. Pada tahun 2002 luas RTH yang paling besar dimiliki di kelompok

wilayah hirarki III sebesar 572,3 ha, sedangkan yang terkecil kelompok wilayah

berhirarki I sebesar 58,5 ha. Pada tahun 2007 kelompok wilayah berhirarki III

memiliki luas RTH terluas sebesar 727,2 ha, sedangkan kelompok wilayah

berhirarki II memiliki luas RTH terkecil seluas 162,6 ha.

Perubahan RTH pada tahun 2002 dan 2007 yang meningkat paling besar

berada pada hirarki III sebesar 154,9 ha, salah satunya dikarenakan pada daerah

berhirarki III fasilitas yang ada belum berkembang, sehingga masih banyak lahan

yang dapat dijadikan RTH. Penurunan luas RTH terluas berada pada hirarki II

sebesar 37,2 ha, salah satunya disebabkan karena wilayah pada hirarki II sudah

relatif lebih berkembang sehingga banyak fasilitas yang dibangun. Oleh karena

itu, luas lahan yang dijadikan RTH juga semakin kecil.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Hirarki I Hirarki II Hirarki III

Jumlah Desa

Hirarki

2003

2006

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

47

Tabel 11. Luas RTH setiap Hirarki per Kecamatan Tahun 2002 dan 2007

Kecamatan

Luas RTH Tahun 2002 (ha) Luas RTH Tahun 2007 (ha)

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki I Hirarki II Hirarki III

Cakung 38.6 14.5 14.6 48.8 38.1 7.7

Cipayung 2.3 8.0 162.6 8.8 17.9 132.3

Ciracas 0 56.4 7.9 0 20.5 59.5

Duren Sawit 0 2.7 49.4 0 4.6 40.6

Jatinegara 0 1.6 37.9 1.7 20.1 20.4

Kramat Jati 0 26.9 44.2 10.2 22.2 58.0

Makasar 0 0.1 17.6 0 3.6 305.4

Matraman 0 0 0.1 0 1.4 0

Pasar Rebo 0 89.6 93.0 0 25.1 103.3

Pulo Gadung 17.6 0.0 145.1 97.3 9.1 0

Jumlah 58.5 199.8 572.3 166.9 162.6 727.2

Tabel 12. Luas RTH Setiap Hirarki

Hirarki RTH

Perubahan (ha) 2002 (ha) 2007 (ha) I 58,5 166,9 108,4 II 199,8 162,6 -37,2 III 572,3 727,2 154,9

Jumlah 830,6 1.056,7 226,1

Berkembangnya suatu wilayah umumnya ditandai dengan perkembangan

jumlah sarana-prasarana di wilayah tersebut. Sarana-prasarana yang dimaksud

adalah fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Pada

Gambar 15 disajikan laju pertumbuhan setiap fasilitas di Jakarta Timur Tahun

2003 dan 2006.

Dari Gambar 15 diketahui bahwa laju pertumbuhan fasilitas ekonomi dan

kesehatan meningkat masing-masing sebesar 1.1 % dan 6.4 % per tahun,

sedangkan laju fasilitas pendidikan menurun sebesar 1.5 % per tahun. Fasilitas

ekonomi di Jakarta Timur meningkat salah satunya disebabkan meningkatnya

jumlah warnet dan pusat perbelanjaan seperti toko, dan supermarket.

Meningkatnya laju pertumbuhan fasilitas kesehatan juga ditandai dengan makin

banyaknya rumah sakit, tempat praktek dokter dan bidan, posyandu, apotik dan

toko obat yang dibangun. Fasilitas pendidikan yang semakin menurun salah

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

48

satunya disebabkan banyak lembaga-lembaga kursus yang berubah menjadi lahan

industri. Gambar 15 menunjukkan perkembangan setiap fasilitas di Jakarta Timur.

Gambar 15. Laju Perkembangan Setiap Fasilitas di Jakarta Timur Tahun 2003 dan 2006

Fasilitas perekonomian terdiri dari wartel, warnet, toko, supermarket,

hotel, industri kecil dan menengah, serta bank. Pada Gambar 16 disajikan jumlah

fasilitas perekonomian pada tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur.

Gambar 16. Jumlah Fasilitas Perekonomian Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur

‐2,0‐1,00,01,02,03,04,05,06,07,0

Fasilitas Ekonomi Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Kesehatan

Laju Pertumbuhan

 Fasilitas

Fasilitas

0500

10001500200025003000350040004500

CAKUNG   

CIPAYU

NG   

CIRACAS   

DUREN

 SAWIT   

JATINEG

ARA   

KRAMAT JATI   

MAKASA

R   

MATR

AMAN   

PASA

R REB

O   

PULO

 GADUNG   

Jumlah Fasilitas

Pereko

nomian

Tahun 2003

Tahun 2006

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

49

Pada tahun 2003 jumlah fasilitas perekonomian di Jakarta Timur sebesar

20.344 unit, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 21.026 unit atau terjadi

peningkatan sebesar 682 unit. Kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah

fasilitas perekonomian terbanyak adalah Kramat Jati yaitu sejumlah 1477 unit.

Peningkatan tersebut terutama karena dibangunnya pasar induk sayur dan buah-

buahan serta dibangunnya pusat perbelanjaan sehingga banyak dibangun juga

bank sebagai penunjang proses transaksi jual-beli. Kecamatan Pulo Gadung

merupakan Kecamatan dengan fasilitas perekonomian yang mengalami penurunan

paling banyak sebesar 1147 unit.

Sekolah-sekolah negeri dan swasta serta lembaga-lembaga kursus

merupakan fasilitas pendidikan yang banyak menurun jumlahnya di Jakarta

Timur. Pada tahun 2003 jumlah fasilitas pendidikan di Jakarta Timur sebanyak

2570 unit berkurang 114 unit menjadi 2456 unit pada tahun 2006. Gambar 17

menunjukkan Jumlah Fasilitas Pendidikan Pada Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta

Timur.

Gambar 17. Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur

Peningkatan jumlah fasilitas pendidikan paling besar terjadi di Kecamatan

Duren Sawit sebanyak 17 unit, sedangkan yang menurun paling banyak adalah

Kecamatan Cakung sebesar 78 unit. Di Kecamatan Cakung penurunan fasilitas

050100150200250300350400450

CAKUNG   

CIPAYU

NG   

CIRACAS   

DUREN

 SAWIT   

JATINEG

ARA   

KRAMAT JATI   

MAKASA

R   

MATR

AMAN   

PASA

R REB

O   

PULO

 GADUNG   

Jumlah Fasilitas 

Pendidikan

Tahun 2003

Tahun 2006

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

50

pendidikan terbesar salah satunya dikarenakan banyak lahan lembaga-lembaga

khursus yang berubah menjadi lahan industri dan perumahan, atau dtutupnya

sekolah karena tidak sesuai dengan standar pemerintah.

Fasilitas kesehatan terdiri dari rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas,

tempat praktek dokter, tempat praktek bidan, posyandu, polindes, apotik, dan toko

obat. Pada Gambar 18 menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan pada tahun 2003

dan 2006 di Jakarta Timur.

Gambar 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur

Tahun 2003 jumlah fasilitas kesehatan di Jakarta Timur sebanyak 2450

unit, sedangkan tahun 2006 menjadi 2920 unit sehingga terjadi peningkatan

sebanyak 470 unit. Peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang paling besar

terjadi di Kecamatan Kramat Jati sebanyak 176 unit, sedangkan yang mengalami

penurunan paling banyak adalah Kecamatan Pulo Gadung sebanyak 42 unit.

Kecamatan Kramat Jati mengalami banyak peningkatan karena selain merupakan

salah satu kecamatan yang padat penduduknya, jumlah fasilitas ekonominya juga

yang paling banyak meningkat sehingga pembangunan fasilitas kesehatan lebih

dibutuhkan.

050100150200250300350400450500

CAKUNG   

CIPAYU

NG   

CIRACAS   

DUREN

 SAWIT   

JATINEG

ARA   

KRAMAT JATI   

MAKASA

R   

MATR

AMAN   

PASA

R REB

O   

PULO

 GADUNG   

Jumlah Fasilitas  

Kesehatan

Tahun 2003

Tahun 2006

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

51

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan RTH

Seiring dengan tingginya pertambahan penduduk di perkotaan, baik akibat

proses migrasi dari desa ke kota maupun akibat pertumbuhan penduduk kota itu

sendiri secara alamiah, maka peningkatan kebutuhan akan ruang pun semakin

meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap pergeseran fungsi lahan RTRW

yang telah ditetapkan dan mengakibatkan tingginya intensitas perubahan lahan.

Pendekatan yang dilakukan untuk menduga faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya perubahan RTH adalah dengan menggunakan model

analisis regresi berganda dengan prinsip stepwise. Tabel 13 menunjukkan hasil

analisis regresi tersebut.

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi untuk Identifikasi Faktor Penentu Perubahan RTH di Jakarta Timur

Variabel Koefisien T P-level

Pertambahan Jumlah

Fasilitas Kesehatan

0.107 1.560 0.163

Pertambahan Lahan Kosong -0.394 -10.840 0.000

R-square (R²) 0.94

Koefisien determinasi (R²) yang dihasilkan dari analisis regresi untuk

mengidentifikasi faktor penentu perubahan luas RTH di Jakarta Timur tersebut

adalah sebesar 94 %. Nilai R² yang mendekati 1 menunjukkan bahwa pemilihan

variabel penduga sebagai variabel yang mempengaruhi variabel tujuan relatif

tepat. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh

sangat nyata dengan tingkat kepercayaan ±95% (p-level < 0.05) adalah perubahan

lahan kosong tahun 2002 dan 2007 dan alokasi RTH dalam RTRW, sedangkan

yang merupakan variabel yang potensial berpengaruh nyata adalah pertambahan

jumlah fasilitas kesehatan tahun 2003 dan 2006. Secara ringkas penjelasan hasil

regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007. Gambar 3. Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002 Pada tahun

52

Koefisien regresi pertambahan lahan kosong dan alokasi RTH dalam RTRW

bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil pertambahan

lahan kosong, maka perubahan luas RTH di kelurahan tersebut semakin

besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan RTH di Jakarta Timur

sebagian besar berasal dari revitalisasi lahan kosong.

Koefisien regresi untuk variabel pertambahan jumlahfasilitas kesehatan tahun

2003 dan 2006 bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

pertumbahan jumlah fasilitas kesehatan, maka pertambahan luas RTH

semakin besar. Kondisi ini mengisyaratkan pembangunan fasilitas kesehatan

umumnya selalu mengalokasikan sebagian lahannya untuk RTH.