Upload
vuhanh
View
234
Download
6
Embed Size (px)
JUDULLATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAHTUJUAN
KEGUNAANKERANGKA PEMIKIRAN
HIPOTESAOBYEK DAN METODE
POPULASI DAN SAMPELMENENTUKAN JUMLAH SAMPELTEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
MODEL ANALISIS STATISTIKOPERASIONALISASI VARIABEL
PENGUJIAN HIPOTESAWAKTU DAN TEMPAT
PEMBIAYAANORGANISASI PENELITIAN
KUESIONER
PELATIHAN METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN PROPOSAL PPM
KERJASAMA FAPET UNPAD DENGAN UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
Maman PaturochmanROCHADI TAWAF
KATA PENGANTAR
1
Sebelum seorang mahasiswa melakukan penelitian dan menuliskannya dalam suatu laporan yang disebut karya ilmiah, maka terlebih dahulu harus mampu membuat suatu perencanaan penelitian sebagai pegangan yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukannya. Perencanaan penelitian ini tiada lain adalah apa yang disebut dengan usul penelitian atau terjemahan dari project proposal. Agar mahasiswa dapat menyusun usul penelitian atau project proposal dengan baik, maka harus memiliki bekal ilmu pengetahuan yang cukup memadai.
Tulisan ini akan mencoba menyampaikan cara-cara menyusun usul penelitian dalam bahasa yang lebih gambling, sehingga mudah untuk dimengerti, difahami dan diaflikasikan oleh siapa saja yang memerlukannya. Pengguna akan dibawa, dituntun dan diarahkan pada jalan yang tepat sasaran yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukannya.
Tulisan ini dimulai dari bagaimana cara merumuskan sebuah judul penelitian, dari mana judul tersebut diperoleh, persyaratan apa saja yang harus dipenuhinya, sampai pada bagian akhir yang berupa penulisan perencanaan waktu penelitian. Suatu usul penelitian yang baik, harus memuat secara lengkap keseluruhan unsur-unsur atau komponen yang menyertainya. Usul penelitian sebagai suatu pedoman yang dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian, bukan hanya untuk dapat dimengerti oleh penyusunnya, tetapi juga berbagai fihak lain yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Tulisan mengenai pembuatan/penyusunan usul penelitian sudah banyak disam-paikan oleh para penulis yang lain, baik dalam bentuk secara khusus, maupun menyatu sebagai bagian dari metodologi penelitian, namun demikian mungkin tulisan ini ada baiknya untuk disampaikan sebagai upaya untuk memperkaya tulisan yang sudah ada.
Tulisan ini mudah-mudahan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dan memberikan manfaat yang besar untuk pengem-bangan ilmu pengetahuan sosial ekonomi khususnya di Indonesia. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca sekalian.
Bandung, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
Bagian I Judul
Bagian II Latar Belakang
Bagian III Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Bagian IV Tujuan
Bagian V Kegunaan
Bagian VI Kerangka Pemikiran
Bagian VII Hipotesa
Bagian VIII Obyek Dan Metode
Bagian IX Populasi Dan Sampel
Bagian X Penentuan Jumlah Sampel
Bagian XI Teknik Pengambilan Sampel
Bagian XII Model Analisis Statistik
Bagian XIII Operasionalisasi Variabel
Bagian XIV Pengujian Hipotesa
Bagian XV Waktu dan Tempat
Bagian XVI Pembiayaan
Bagian XVII Personalia
Bagian XVIII Kuesioner
I
JUDUL PENELITIAN
3
1.1. Kepentingan Judul
Mobil, motor, televisi, komputer dan berbagai jenis barang buatan manusia
mempunyai nama, karena diberi nama oleh orang atau lembaga atau industri pabrik yang
membuatnya. Seuatu nama tentang apapun, punya kepentingan yang sangat besar, karena
jika ada sesuatu barang yang tidak punya nama, maka dapat dibayangkan bagaimana
kesulitan yang dihadapi manusia dalam melakukan komunikasi antara seseorang dengan
yang lainnya. Pada waktu Alloh menciptakan manusia pertama yang diberi nama Adam,
pengetahuan yang pertama kali diajarkan kepadanya adalah tentang nama-nama benda
yang ada. Demikian juga para perintis dalam bidang ilmu pengetahuan, jika mereka
menemukan sesuatu yang dianggap baru, maka pertama kali yang dilakukannya adalah
memberi nama. Dengan demikian, maka nama itu sangat penting, agar terjadi pemahaman
yang sama tentang sesuatu barang, meskipun ada juga orang yang beranggapan bahwa
nama itu tidak penting, seperti ungkapan “apalah artinya sebuah nama”.
Dalam dunia ilmiah, industri dan perdagangan, suatu nama dari barang atau
jasabaru sangat besar kepentingannya dan agar tidak menimbulkan suatu kesalahfahaman
yang tidak diinginkan, barang atau jasa baru tersebutharus didaftarkan untuk memperoleh
hak paten bagi penemunya.Dalam dunia ilmiah keberadaan nama suatu karya ilmiah
sangat penting, karena hal tersebut merupakan kekayaan intelektual yang harus dilindungi
dan secara material dapat memberikan keuntungan bagi penemunya. Nama sesuatu karya
ilmiah yang dihasilkan oleh seseorang, tiada lain adalah yang bernama judul atau topic.
1.2. Memperoleh Judul
Sebelum seorang peneliti melakukan penelitian, maka terlebih dahulu dia harus
memiliki sebuah judul yang akan menjadi focus perhatiannya. Untuk memperoleh judul
penelitian ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu mengamati berbagai mata kuliah
dan teori yang menarik, membaca buku teks, membaca jurnal, membaca berbagai karya
ilmiah seperti skripsi-tesis-disertasi, membaca majalah ilmiah, mengikuti seminar,
diskusi, bertanya kepada orang-orang yang dianggap tahu, mendengarkan berita radio-
televisi dan membuka internet, menghubungi lembaga tempat mahasiswa belajar,
menghubungi berbagai lembaga kedinasan, menghubungi lembaga pemerintahan,
4
menghubungi berbagai lembaga swadaya masyarakat, menghubungi berbagai perusahaan
industri, menghubungi berbagai lembaga keuangan-asuransi-pegadaian, menghubungi
berbagai lembaga yang mengelola pemasaran serta mengamati keadaan lingkungan.
Melalui cara apapun judul itu diperoleh, maka yang terpenting adalah bahwasanya dia
berhubungan dengan sesuatu yang sedang hangat dibicarakan orang, sehingga menarik
untuk dibahas.
Berbagai mata kuliah yang telah diikuti diamati kembali, mungkin di dalamnya ada
bagian-bagian tertentu yang memungkinkan mengarahkan mahasiswa kepada sesuatu
judul penelitian. Dari pengamatan mata kuliah tersebut, mungkin pula mahasiswa
menemukan berbagai teori yang menarik, sehingga dapat pula dirumuskan suatu judul
penelitian. Buku teks sebagai sumber ilmu pengetahuan, tidak perlu dipertanyakan lagi
kebenarannya dan selain dari itu dapat pula memberikan suatu inspirasi yang menuju
pada penemuan suatu judul penelitian.
Membaca jurnal sangat dianjurkan, karena isinya sudah pasti informasi terbaru dari
berbagai penelitian yang dilakukan para ahli. Dari jurnal dapat pula diperoleh informasi
tentang penggunaan model analisis baru, penemuan variable baru atau bahkan suatu teori
baru.Mahasiswa dapat mengambil manfaat dan merumuskan judul tertentu yang berbeda
dengan memilih obyek dan tempat yang berbeda. Selain dari itu mahasiswa dapat pula
mengambil judul yang hampir sama dan melakukan pengujian terhadap sesuatu
penemuan baru tersebut. Karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis dan disertasi juga
merupakan bacaan yang dianjurkan, karena pada bagian akhir tulisan tersebut dapat
ditemui saran-saran yang dapat memberikan inspirasi untuk sebuah judul.
Seminar-seminar yang dilaksanakan secara resmi dan diskusi-diskusi ilmiah yang
membahas berbagai permasalahan yang sedang hangat dibicarakan masyarakat sangat
baik untuk diikuti. Perhatikan dengan seksama bagaimana mereka mengemukakan
pendapat yang sama ataupun berbeda satu sama lainnya dan bagaimana cara mereka
mencari jalan keluar. Dari forum seperti ini, mahasiswa dapat pula memperoleh petunjuk
untuk membuat suatu judul.
Suatu perguruan tinggi adalah pusat tempat berkumpulnya orang-orang yang
bekerja untuk memberikan manfaat dalam trasnformasi dan pengembangan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat. Tri darma perguruan tinggi yang merupakan tugas insan
5
akademik, terdiri dari tiga pilar pokok yang sangat penting, yaitu pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa jangan ragu-ragu mendatangi mereka
untuk bertanya, berdiskusi, menyampaikan pendapat dan meminta pertimbangan dalam
merumuskan sebuah judul.
Radio, televisi dan terutama internet, pada masa kini tidak kalah penting dibanding
dengan berbagai sumber lainnya. Melalui internet mahasiswa dapat menjelajah daerah
yang sangat luas untuk mencari informasi, baik dari berbagai sumber di dalam negeri,
maupun di luar negeri. Penelusuran internet memberikan kemungkinan untuk
memperoleh informasi yang tidak terduga dan sangat bermanfaat dalam menentukan
sebuah judul.
Dari berbagai sumber yang telah diinformasikan di atas, mahasiswa dapat membuat
judul penelitian yang sangat banyak dan berfariasi, selain itu memungkinkan juga untuk
melakukan penelitian kerja sama dan bahkan memperoleh dana.
1.3. Persyaratan Judul
Untuk memperoleh judul yang baik, maka ada beberapa persyaratan yang harus
dipatuhi yang tercakup ke dalam dua kelompok persyaratan, yaitu persyaratan keharusan
dan persyaratan kepatutan. Menurut Sutrisno Hadi (1990) persyaratan yang harus
dipenuhi suatu judul terdiri dari empat unsur, yaitu judul yang dikuasai (manageable
topic), judul yang menarik (interested topic), judul yang bermakna (significance of topic)
dan data yang dapat diperoleh (obtainable data).Menurut penulis, ke empat persyarat
tersebut dalam langkah operasionalnya masih diperlukan persyaratan lainnya yangterdiri
dari lima unsur, yaitu judul menggambarkan isi, judul memperlihatkan hubungan
variabel, judul menghemat penggunaan kata, judul menggunakan kata yang jelas dan
judulharus bebas dari unsur“sara”. Ke empat unsur yang harus dipenuhi oleh suatu judul
yang disampaikan oleh Sutrisno Hadi, dalam pembahasan berikut ini, oleh penulis disebut
persyaratan keharusan, sedangkan persyaratan operasional yang diajukan oleh penulis
disebut persyaratan kepatutan.
1.3.1. Persyaratan Keharusan
6
Sesuai dengan namanya, yaitu persyaratan keharusan, maka berarti mau tidak
mausuatu judul penelitian yang diajukan harus memenuhi ke empat unsurberikut,
yaitu:judul yang dikuasai (manageable topic), judul yang menarik (interested topic), judul
yang bermakna (significance of topic) dan data yang dapat diperoleh (obtainable data).
1.3.1.1. Judul yang dikuasai (manageable topic).
Pada saat mahasiswa merumuskan sesuatu judul penelitian, maka ia harus
menyadari/introspeksi diri apakah judul tersebut tidak memberatkan dirinya dilihat dari
berbagai aspek sehubungan dengan penelitian tersebut. Rumuskanlah judul penelitian
yang sesuai dengan kemampuan, ada dalam jangkauan dan penguasaan peneliti.Suatu
judul yang baik, harus mampu menjawab beberapa pertanyaan berikut: 1. Apakah latar
belakang pengetahuan umum, nilai-nilai mata kuliah yang berhubungan, metodologi
penelitian dan kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi cukup memadai
dan menunjang judul tersebut? 2. Apakah persyaratan pembiayaan sudah tersedia
secukupnya, sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan?3. Apakah batas
waktu yang tersedia cukup leluasa untuk menyelesaikan penelitian sampai tuntas? 4.
Apakah diperlukan bantuan tenaga orang lain untuk tugas pengumpulan data di lapangan?
Suatu penelitian akan mengalami berbagai hambatan, jika peneliti tidak memiliki
bekal pengetahuan yang memadai, sehubungan dengan judul penelitiannya. Contoh yang
extrim misalnya seorang mahasiswa yang mendalami ekonomi, membuat judul penelitian
bidang sosiologi, jelas akan menemui berbagai hambatan dalam berbagai aspek. Suatu
penelitian harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan keilmuan yang harus ditaati
secara ketat. Penelitian tidak dapat dilakukan dengan tangan hampa dan berjalan tanpa
arah meraih apa saja yang ditemui dalam perjalanan.Pengetahuan metodologi yang cukup
sehubungan dengan penentuan jumlah sample, teknik pengambilan sample, penggunaan
model analisis, cara tabulasi dan mengolah data harus dimiliki.Kadang-kadang ada
kejadian, peneliti harus kembali lagi bolak-balik ke lapangan untuk mengumpulkan data
tambahan atau sebaliknya banyak data yang harus dibuang, karena tidak ada
hubungannya dengan judul penelitian. Jika hal yang terakhir tersebut yang terjadi, maka
si peneliti bagaikan Sang Hanoman ketika disuruh mengambil Bunga Wijaya Kesuma
7
oleh Sri Rama, karena ia tidak mengetahui bunga yang dimaksud, maka ia membawa
Gunung yang ditunjuki, dimana bunga tersebut tumbuh.
Permasalahan mungkin juga muncul sehubungan dengan pembiayaan yang tidak
memadai, jika peneliti ingin penelitian besar, tetapi biaya yang tersedia kecil. Buatlah
perencanaan penelitian yang disesuaikan dengan ketersediaan biaya, karena baik tidaknya
suatu penelitian bukan tergantung kepada banyak sedikitnya biaya, tetapi kepada aspek
aspek metodologi, validitas dan reliabilitas instrumen serta data empiric yang disertai
dengan analisa, interpretasi dan pembahasan yang baik.
Ketersediaan waktu harus dipertimbangkan dengan matang, karena penelitian
yang mencakup aspek yang banyak, tentu memerlukan waktu yang lama. Aspek-aspek
penelitian yang banyak, bukan hanya menyita waktu dalam pembuatan perencanaan,
tetapi juga dalam pembuatan kuesioner, pengumpulan data, tabulasi data, analisis data
dan penulisan hasil serta perumusan kesimpulannya. Pilihlah judul penelitian yang hanya
memerlukan waktu yang relative singkat dengan aspek yang sedikit, tetapi difokuskan
pada aspek yang penting, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
Jika pengetahuan, biaya dan waktu tidak menjadi kendala, silahkan saja peneliti
merencanakansesuatu penelitian yang besar, tetapi ada satu hal lain lagi yang harus
mendapat perhatian, yaitu ketersediaan tenaga yang akan membantu penelitian tersebut
sejak mulai dari perencanaan sampai dengan penulisan laporannya. Hal ini mungkin saja
dapat terjadi, jika peneliti mendapat biaya dari kerjasama dengan fihak lain.
1.3.1.2. Judul yang menarik (interested topic).
Penentuan judul penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan, sambil lalu
dan comot sana-sini, tetapi harus harus dipertimbangkan dengan matang dan disetujui
oleh hati kecil peneliti. Rumuskanlah judul yang menarik perhatian peneliti, sehingga
dapat menimbulkan minat, semangat dan perhatian yang besar untuk dapat bersegera
menyelesaikan. Judul yang tidak menarik minat dapat menimbulkan berbagai kendala
yang tidak diharapkan, seperti malas, waktu terbuang, biaya membengkak dan yang
paling jelek pekerjaan tidak kunjung selesai. Jika keadannya sudah seperti itu, tentu akan
menimbulkan berbagai permasalahan lain yang lebih besar lagi dan sangat susah mencari
solusinya. Pertanyaan yang harus dijawab sehubungan dengan judul yang menarik adalah:
8
1. Apakah judul dapat menimbulkan dan membangkitkan minat peneliti yang pasif? 2.
Apakah tidak ada “udang di balik batu”, jika judul tersebut dipilih? 3. Apakah minat yang
timbul tersebut berasal dari keinginan untuk mencari ilmuatau penyimpangan sikap
semata saja?
Timbulnya minat peneliti yang besar terhadap sesuatu judul, mungkin saja berupa
suatu kelemahan dalam suatu penelitian, jika minat tersebut didorong hanya untuk meraih
bukti kebenaran pendapat pribadi dan bukannya untuk mencari kebenaran ilmiah. Sikap
tersebut mungkin saja dapat timbul secara tidak sengaja, tetapi jelas reliabilitas dan
validitas hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Saran yang disampaikan untuk
peneliti adalah, pilihlah judul yang menarik tetapi lakukanlah segala sesuatunya secara
obyektif. Terimalah kenyataan apa adanya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan
keinginan pribadi.
1.3.1.3. Judul yang bermakna (significance of topic).
Judul penelitian yang dipilih harus dapat memberikan kegunaan bagi masyarakat,
baik secara praktis maupun keilmuan. Beberapa pertanyaan yang harus dapat dijawab
dengan baik sehubungan dengan judul yang bermakna adalah: 1. Apakah hasil penelitian
dapat memberikan sumbangan secara praktis dan atau teoritis untuk masyarakat? 2. Judul
penelitian yang dipilih, apakah berbeda dengan yang sudah ada? 3. Apakah ada hasil
penelitian orang lain yang meragukan dan perlu dilakukan pengujian.
Judul penelitian jangan hanya bermanfaat sebatas judul saja dan kemudian tidak
punya arti apa-apa, tetapi harus memberikan manfaat bagi fihak-fihak yang terlibat dalam
penelitian tersebut agar dapat diterapkan secara langsung untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi. Selain itu juga, jika memungkinkan dapat memberikan manfaat dalam
memperkaya, menambah atau mengembangkan teori atau ilmu pengetahuan yang sudah
ada. Apapun wujud sumbangannya, judul yang dipilih harus mampu merumuskan
identifikasi permasalahan yang baru dan pemecahan yang baru atau menemukan
pemecahan baru dari permasalahan yang lama.
Merumuskan judul yang sama dengan yang telah diteliti oleh orang lain, sudah
pasti hanya merupakan kegiatan yang mubazir, tidak bermanfaat dan penghamburan
segala sumber daya dan dana saja. Kegiatan seperti ini dapat dicegah, jika peneliti banyak
9
membaca kepustakaan dalam bidang kajian ilm yang menjadi wawasan dari judul yang
dipilihnya.
Suatu pengetahuan tertentu, pada suatu saat mungkin memerlukan penelitian
kembali, hal ini dimungkinkan karena terjadinya perubahan kondisi kondisiyang sangat
jauh berbeda daripada kondisi pada waktu penelitian lama berlangsung. Kondisi lain yang
memungkinkan seorang peneliti mengkaji kembali sesuatu pengetahuan yang telah ada,
jika ia meragukan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain. Sebagai contoh,
konon katanya suatu judul film kartun anak-anak yang bernama “Popeye the saylor
men”adalah upaya penyuluhan pada masyarakat, agar ibu-ibu rumah tangga mau
memberikan bayam untuk anak-anak mereka, karena kadar protein daun bayam sangat
tinggi, yaitu mencapai angka 23,4%. Jika anak balita diberikan makanan yang
berproteintinggi, diharapkan dapat tumbuh dengan baik dan menjadi anak yang cerdas.
Penelitian yang menghasilkan informasi tersebut dilakukan oleh suatu lembaga
yang terkenal. Di lain fihak, ada seorang ahlidalam bidang yang sama, merasa heran
mengapa daun bayam memiliki kandungan protein yang tinggi, padahal sejauh
pengetahuanyang dimilikinya, tidak ada daun-daunan yang berkadar protein sampai lebih
dari 20%. Terdorong oleh rasa keingintahuannya, kemudia ia melakukan penelitian yang
sama dan hasilnya sangat mengejutkan, karena kadar protein daun bayam hasil
penelitiannya hanya berkisar pada angka dua lebih sedikit.
Berbekal hasil penelitiannya, ia menghubungi lembaga yang terkenal tersebut,
kemudian mendiskusikannya. Hasil diskusi dari kedua orang ahli tersebut, akhirnya
menuju kepada angka yang benar, bahwa kadar protein daun bayam hanya sekitar angka
dua saja. Peneliti dari lembaga yang terkenal tersebut, mengakui telah terjadi kesalahan
yang tidak disengaja saat penempatan tanda koma pada angka hasil penelitiannya. Kadar
protein daun bayam (spinach)dari hasil penelitiannya, bukannya 23,4 tetapi angka yang
sebenarnya adalah 2,34.
Itulah manfaat dari adanya suatu penelitian untuk menguji kebenaran/pengetahuan
yang telah ada. Kasus yang telah dipaparkan di atas harus menjadi pedoman bagi para
peneliti, jika menemukan sesuatu yang berada di luar kebiasaan, maka harus dihadapi
dengan sikap yang extra hati-hati agar tidak menimbulkan permasalahan yang fatal. Dapat
dibayangkan bagaimana kejadiannya, jika ibu-ibu rumah tangga terus menerus
10
memberikan bayam kepada anak balitanya, dengan harapan dapat tumbuh sehat dan
cerdas, tetapi memperoleh hasil yang sebaliknya, yaitu anak-anak yang kerdil dan bodoh.
1.3.1.4. Data yang dapat diperoleh (obtainable data).
Suatu judul penelitian yang baik harus ditunjang dengan ketersediaan data empirik
di lapangan, agar hipotesa yang telah dirumuskan melalui kerangka pemikiran dapat diuji
kebenarannya. Beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan ketersediaan data adalah:
1. Apakah data empirikdi lapangan tersedia secukupnya, untuk kegunaan pengujian dan
pembahasan? 2. Apakah teknik pengumpulan data cukup dikuasai, sehingga diperoleh
data yang valid dan reliable? 3. Apakah sumber kepustakaan tersedia secukupnya, agar
dapat merumuskan hipotesa dengan baik dan pembahasan yang mantap?
Judul penelitian yang ditunjang dengan latar belakang,kerangka pemikiran dan
hipotesa merupakan serangkaian hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
penelitian. Kristalisasi dari latar belakang menghasilkan permasalahan dan intisari dari
kerangka pemikiran menghasilkan hipotesa, dimana keduanya tidak akan memberi
manfaat, jika tidak ada data empirik yang menjadi bahan untuk pengujian hipotesa. Kasus
yang sangatterkenal dan menghebohkan dalam dunia ilmu pengetahuan adalah yang
disebut orang dengan nama Teori Darwin tentang evolusi perubahan mahluk semacam
kera menjadi mahluk yang bernama manusia. Dilihat dari sudut pandang metodologi,
yang namanya Teori Darwin tersebut, sebenarnya belum merupakan suatu teori, tetapi
hanya baru sampai sebatas “hipotesa”. Suatu hipotesa yang dirumuskan melalui cara
berfikir deduktif, baru akan menjadi suatu teori, jika kebenarannya telah teruji dengan
data empiric.
Sejak dahulu sampai dengan awal abad ke 20, meskipun ada yang pro dan kontra
hipotesa tersebut masih banyak diperbincangkan. Pada akhir abad ke 20 hipotesa tersebut
ditolak kebenarannya, dengan adanya bukti secara genetik, ternyatatidak ada hubungan
sama sekali antara mahluk semacam kera dengan manusia. Gen-gen pembawa sifat yang
dimiliki manusia, jauh lebih banyak daripada yang dimiliki mahluk semacam kera. Jadi
tidaklah mugkin mahluk semacam kera berubah menjadi manusia, seperti halnya komodo
bukan keturunan dari biyawak atau sebaliknya. Berbagai jenis mahluk hidup yang ada di
11
dunia sekarang ini, baik itu hewan maupun tanaman, masing-masing diciptakan Allah
sebagaimana adanya sejak diciptakan.
Jika tuan Darwin pada waktu itu, berfikir dengan cara deduktif yang benar, tidak
mungkin merumuskan hipotesa seperti tu, karena berfikir deduktif itu harus berdasarkan
kepada teori/prinsip/hukum/dalil yang sudah berlaku umum. Menurut Sutrisno Hadi
(1990), lahirnya teori Darwin tentang natural selection dan the survival of the fittest ada
pada period ke tiga perkembangan metodologi penelitian (Rummel, 1958), yaitu periode
speculation and argumentation. Perkembangan ilmu pengetahuan pada periode tersebut
sangat menderita, karena orang terlalu mendewakan akal dan ketangkasan lidah, seolah
olah satu satunya kebenaran adalah apa yang dapat dicapai oleh akal (fikir) dan ucapan
semata-mata yang sama sekali dapat dilepaskan dari kenyataanya.
Itulah kepentingannya data empirik, peneliti tidak mungkin melakukan penelitian,
jika tidak ada data empirik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesa. Suatu hipotesa
akan terus berstatus hipotesa, selama tidak ada data empirikyang dapat digunakan untuk
menguji kebenaran dari hipotresa tersebut.
Data yang valid dan reliable hanya mungkin didapat melalui suatu instrumen yang
digunakannya jugavalid dan reliabel. Demikian juga halnya dengan teknik pengumpulan
data, harus dilakukan melalui cara-cara dan langkah-langkah yang benar. Selain itu, ada
hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu penentuan jumlah sample.
Instrumen penelitian yang berupa kuesioner harus disusun sedemikian rupa,
sehinga dapat menghimpun data yang baik dan benar, sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Sebelum instrument tersebut digunakan, maka terlebih dahulu harus dilakukan pengujian
dan jika ada satu atau beberapa pertanyaan yang tidak tepat guna, harus segera diperbaiki
agar dapat digunakan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan.
Teknik pengambilan sample yang biasa digunakan dalam penelitian survey ada
empat macam, yang penggunaannya sangat tergantung kepada keadaan anggota populasi.
Jika keadaan anggota populasi homogen, gunakan teknik pengambilan sample acak
sederhana (simple random sampling).Jika keadaan anggota populasi heterogen, gunakan
teknik pengambilan sample acak berstrata (stratified random sampling). Jika keadaan
anggota populasi terbagi ke dalam kelompok yang mengikat, baik secara organisatoris
ataupun administrative, gunakan teknik pengambilan acak klaster (cluster random
12
sampling). Jika keadaan anggota populasi terbagi ke dalam kelompok yang bertingkat,
gunakan teknik pengambilan sample bertahap ganda (multistage random sampling).
Dalam penelitian survey, sample yang diambil harus betul-betul dapat mewakili
populasi dari mana sampel tersebut diambil. Penentuan jumlah sample dapat dilakukan
dengan berbagai cara menggunakan rumus, ketentuan khusus, berdasarkan pada table
yang dibuat secara khusus atau nomogram. Masing-masing cara penggunaan penentuan
jumlah sample tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi pada dasarnya
semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, karena dibuat oleh para ahli yang
berpengalaman.
Untuk dapat menyusun latar belakang dengan baik dan terutama kerangka
pemikiran beserta pembahasan dari data yang terkumpul, maka harus ditunjang oleh
kepustakaan yang memadai. Makin banyak buku teks, jurnal dan hasil penelitian yang
dapat digunakan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka akan makin baik
pemecahan masalah dan perumusan kesimpulan yang dihasilkan. Melakukan pemecahan
masalah melalui cara berfikir deduktif, induktif dan komparatif dapat dilakukan makin
mudah, jika ditunjang oleh kepustakaan yang banyak.
1.3.2. Persyaratan Kepatutan
Setelah dinilai mampu memenuhi persyaratan keharusan, suatu judul penelitian
dituntut pula untuk memenuhi persyaratan kepatutan atau operasional. Sesuai dengan
namanya kepatutan, maka persyaratan ini bukan persyaratan pokok yang harus dipenuhi,
tetapi hanya berupa persyaratan untuk keindahan penampilan judul. Meskipun demikian,
ada baiknya persyaratan kepatutan ini juga diperhatikan dalam penentuan suatu judul.
Adapun persyaratan kepatutan yang dimaksud adalah: 1. Judul harus menggambarkan isi,
2. Judul memperlihatkan hubungan antar variabel, 3. Judul menghemat penggunaan kata,
4. Judul menggunakan kata yang jelas, 5. Judul harus bebas dari unsur“sara”.
1.3.2.1. Judul harus menggambarkan isi.
Suatu judul yang dirumuskan oleh peneliti harus punya keterkaitan yang sangat
erat dengan isi pokok dan pembahasan karya tulis ilmiah tersebut. Bagi peneliti pemula
kadang-kadang ditemui suatu judul penelitian yang sangat jauh berbeda dengan isi dan
13
pembahasan karya tulis yang dibuatnya. Hal ini harus dihindari, agar setiap orang yang
membaca judul tersebut tidak punya interpretasi lain, selain sesuai dengan yang dimaksud
peneliti. Selain menggambarkan isi dan pembahasan, suatu judul sering juga memberikan
informasi tentang model analisis yang digunakan. Sebagai contoh misalnya, jika suatu
judul menggunakan kata peranan/hubungan/pengaruh, maka sudah dapat diduga bahwa
model analisis yang digunakannya adalah regresi atau korelasi atau model pengembangan
dari regresi seperti path analisis.
1.3.2.2. Judul memperlihatkan hubungan variabel
Judul penelitian sebaiknya memperlihatkan hubungan variabel, artinya minimal
menampilkan dua variabel, sehingga isi dari penelitian tersebut tergambar dengan jelas.
Hal ini mempunyai arti yang sangat penting, karena dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya penelitian yang bersifat duplikasi. Penelitian yang duplikasi, bukan hanya
merupakan pekerjaan yang mubazir saja, tetapi juga peneliti yang belakangan dapat
dianggap sebagai plagiator. Jika keadaannya sudah seperti itu, maka akan menyangkut
Haki yang akan menimbulkan permasalahan yang semakin rumit.Yang dimaksud dengan
hubungan variabel di sini adalah variabel-variabel pokok yang mempunyai peranan besar
dan menjadi fokus analisa, interpretasi, pembahasan dan perumusan kesimpulan nanti.
1.3.2.3. Judul menghemat penggunaan kata
Meskipun suatu judul dituntut untuk dapat memenuhi kedua persyaratan yang
telah disampaikan di atas, harus diperhatikan pula agar dapat menghemat atau tidak
terlalu banyak menggunakan kata-kata yang justru mungkin akan memberikan gambaran
yang membingungkan. Agar dapat memenuhi persyaratan ini maka upayakan jumlah kata
yang digunakan tidak lebih dari 20 atau berkisar antar 15-20. Dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk memenuhi persyaratan tersebut, salahsatu upaya yang biasa
dilakukan oleh para ahli/pakar yang sudah banyak pengalaman adalah memisahkannya
menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan judul pokok yang berisi kata-kata yang
sangat penting saja dan semuanya ditulis dalam huruf kapital. Bagian kedua merupakan
judul tambahan yang bersifat menjelaskan, biasanya berisikan penjelasan tentang metode
yang digunakan, obyek yang diteliti dan tempat penelitian dilakukan. Bagian kedua ini
14
ditulis di dalam kurung dengan menggunakan huruf kecil, kecuali untuk huruf awalnya
digunakan huruf kapital. Jumlah kata yang maksimal 20 dapat disusun menjadi empat
baris dan bentuknya diupayakan seperti piramida terbalik, agar tampaknya bagus dan
menarik.
1.3.2.4. Judul menggunakan kata yang jelas
Penggunaan kata-kata yang jelas untuk suatu judul sangat diharapkan, karena
tidak akan memberikan interpretasi yang berbeda bagi siapa saja yang membacanya. Hal
yang sebaliknya dapat terjadi, jika ada satu atau beberapa kata yang tidak jelas, maka
akan memberikan iterpretasi yang berbeda diantara mereka yang membacanya. Keadaan
seperti ini akan membawa akibat yang lebih jauh, yaitu terjadinya suatu diskusi yang
panjang untuk membahas judul tersebut dan diakhiri dengan perubahan judul tersebut.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bagi para peneliti dianjurkan
untuk menggunakan kata-kata yang jelas, tidak bermakna ganda dan berlaku secara
nasional. Jika ada satu atau beberapa kata asing atau daerah yang tidak dapat dihindari,
maka kata-kata itu diberi tanda petik dan di bagian lain diberi penjelasanapa yang
dimaksud dengan kata-kata tersebut.
1.2.3.5. Judul harus bebas dari unsur “sara”
Salah satu tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan, baik
yang berupa pengetahuan baru yang sebelumnya tidak ada, pengembangan dari yang
sudah ada sebelumnya atau melakukan menguji terhadap teori yang sudah ada. Ilmu
pengetahuan yang sudah dimiliki manusia sangat berguna untuk memecahkan berbagai
permasalahan hidup manusia itu sendiri. Jika suatu judul penelitian mengandung unsur
“sara” (suku bangsa, agama, antar golongan), mungkin akan menimbulkan berbagai
masalah baru dalam pergaulan hidup kita. Hal seperti ini harus dihindari, sebab jika sudah
terjadi akan sangat sulit untuk memperbaikinya. Ada beberapa pepatah yang berhubungan
dengan upaya pencegahan sesuatu kejadian yang dapat menimbulkan bahaya, yaitu: 1.
Jangan membangunkan harimau yang sedang tidur; 2. Lebih baik mencegah penyakit
daripada mengobatinya; 3. Jangan minum racun, karena punya obat penawarnya. Pilihlah
15
judul yang netral atau bebas dari “sara” sehingga dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan kehidupan manusia.
II
LATAR BELAKANG
Setelah peneliti memiliki judul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun latar
belakang, yaitu suatu uraian/keterangan yang menjelaskan secara panjang lebar mengenai
penelitiannya. Adapun isi dari latar belakang adalah berupa informasi yang terdiri dari
berbagai data, fakta, gejala dan pendapat yang berhubungan denganjudul, obyek, variabel
dan tempat penelitian, sejak waktu lampau sampai dengan penyusunan usul penelitian
ini.Sampaikan data, fakta, gejala dan pendapat tersebut secara kronologis dan sistematis,
namun demikian janganlah menyampaikan berbagai hal yang terlalu jauh hubungannya
dengan judul, obyek, variabel dan tempat penelitian.Berbagai informasi ini disampaikan
“apa adanya” secara deskriptif atau orang jerman menyebutnya das sein. Artinya peneliti
tidak boleh menyampaikan pendapat, analisa, pembahasan atau interpretasi secara teoritis.
Sebagai contoh, misalnya seorang peneliti ingin mengkaji sesuatu hal yang
berhubungan dengan sektor informal “pedagang asongan”. Judul yang diajukan peneliti
adalah: Hubungan Antara Eksistensi Pedagang Asongan Dengan Tingkat Pendapatan,
Permodalan Dan Tingkat Pendidikan (Suatu Survey di Terminal Bis/Angkot Cicaheum,
Kota Bandung). Dengan judul penelitian seperti ini, maka berbagai data, fakta, gejala dan
pendapat yang harus diinformasikan peneliti adalah: kriteria pedagang asongan, sejak
kapan mereka itu ada, berbagai jenis barang yang ditawarkan, tempat barang yang
digunakan, perkiraan kisaran usia, tempat tinggal, kebiasaan makan dan minum, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, permodalan, pendapatan, lingkungan sosial, kelompok,
daerah asal, jam kerja, alasan bekerja, jumlah mereka dan pekerjaan orang tua.
Kriteria pedagang asongan: Cari informasi ke dinas perdagangan, tenaga kerja,
tata kota, pasar, kelurahan, kecamatan dan statistik tentang criteria pedagang asongan.
Deskripsikan dengan jelas apa yang dimaksud dengan pedagang asongan. Pedagang
asongan adalah pedagang yang menawarkan berbagai jenis makanan, minuman, rokok
dan gula-gula dan atau berbagai jenis buah-buahan serta jenis barang lainnya kepada
16
konsumen secara langsung yang umumnya berada di pinggir jalan. Mereka termasuk ke
dalam kelompok pedagang pengecer berbagai jenis barang dengan modal sangat kecil.
Sejak kapan mereka berada: Informasikan sejak kapan mereka ada dan berjualan
di terminal bis/angkot di Cicaheum. Apakah keberadaan mereka bersaman dengan
terminal tersebut atau mereka datang belakangan dari tempat lain di sekitar kotaBandung
atau mereka sudah ada sebelumnya. Apakah keberadaan meraka dari waktu ke waktu
makin banyak atau tetap atau mungkin berkurang atau berfluktuasi sejalan dengan situasi
dan kondisi yang menyertainya.
Jenis barang: Informasikan berbagai jenis barang yang mereka tawarkan, apakah
mayoritas sama jenisnya atau ada perbedaan-perbedaan, demikian juga jumlahnya, karena
hal ini ada kaitannya dengan besarnya investasi modal usaha. Informasikan pula tempat
jualan yang mereka gunakan, ukurannya, bahannya, bentuk dan modelnya.
Usia: Informasikan kisaran usia mereka apakah mengelompok pada usia tertentu,
misalnya usia muda sekitar belasan sampai dua puluhan tahun atau relative menyebar dari
usia belasan sampai enam puluhan tahun. Ada dugaan keberadaan mereka ini punya
hubungan dengan ketidakmampuan orang tua menyekolahkan mereka. Mereka umumnya
telah lulus pendidikan Sekolah Dasar atau Sekolah Lanjutan Pertama. Untuk membantun
meringankan beban hidup orang tua, mereka menjadi pedagang asongan yang tidak
memerlukan modal besar.
Modal: Informasikan sumber modal dan besarnya kisaran modal yang mereka
investasikan. Sumber modal dapat dimungkinkan berasal dari beberapa fihak, misalnya
dari orang tua sendiri, pinjaman dari kaum kerabat atau saudaranya. Investasi modal
untuk pedagang asongan ini berapa minimal dan maksimalnya, karena sangat kuat
hubungannya dengan omzet penjualan dan perputaran modal.
Pendapatan: Informasikan besarnya pendapatan mereka dari usaha yang dilakukan
dengan jam kerja sekitar 10-12 jam per hari, berapa penerimaan hasil penjualan barang
dan berapa biaya yang harus dikeluarkan serta berapa keuntungan yang diperoleh.
Apakah dari usaha asongan seperti ini mereka mampu menyisihkan sebagian keuntungan
yang diperolehnya untuk tabungan atau hanya impas saja habis dikonsumsi.
Dalam penelitian bidang ilmu sosial ekonomi, sebelum penelitimembuat usul
penelitian, melakukan survey pendahuluan untuk memperoleh berbagai informasi tentang
17
obyek yang akan diteliti adalah suatu keharusan. Hal ini sangat diperlukan, karena
peneliti hanya akan mendapatkan data dan mampu menulis latar belakang dengan benar,
jika dilandasi oleh berbagai informasi yang benar. Sebagai contoh, misalnya untuk
menentukan jumlah sampel, maka harus diketahui dahulu jumlah anggota populasi dari
mana sampel tersebut akan diambil. Untuk menentukan teknik pengambilan sample yang
cocok digunakan harus tahu terlebih dahulu homogenitas atau heterogenitasnya anggota
populasi.
III
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Pada latar belakang telah diuraikan secara panjang lebar segala sesuatu aspek
yang berhubungan dengan judul penelitian secara terterinci dan sistematis. Langkah
selanjutnya adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan
yang sebenarnya dihadapi dalam bentuk kalimat yang pendek, tegas dan jelas. Jenis
kalimat dari masalah yang berhasil diidentifikasi dan dirumuskan adalah kalimat tanya,
karena permasalahan itu adalah sesuatu keadaan yang harus dicari pemecahannya atau
jalan keluarnya atau penyelesaiannya atau jawabannya. Pengertian dari masalah itu
sendiri adalah terjadinya suatu keadaan kesenjangan antara apa-apa yang diharapkan
dengan kenyataan yang dihadapi.
Sebagai contoh misalnya kita mengharapkan keadaan lingkungan di daerah kita
selalu dalam keadaan bersih, sehingga dapat hidup dengan nyaman, sehat dan senang.
Suatu ketika di daerah tempat tinggal kita terjadi keadaan yang mosak-masik akibat
terjadinya serangan badai. Menghadapi keadaan seperti itu kita tentu merasa tidak
nyaman lagi, karena lingkungan menjadi kotor, bau dan menjijikkan. Dengan adanya
kejadian tadi, masalah yang kita hadapi adalah bagaimana caranya agar lingkungan
tempat tinggal kita menjadi nyaman lagi.
Hubungan antara latar belakang dengan permasalahan yang diidentifikasi sangat
erat sekali, karena permalahan merupakan kristalisasi/intisari dari latar belakang. Dengan
demikian, maka peneliti tidak mungkin merumuskan sesuatu permasalahan tertentu yang
18
tidak ada informasinya di latar belakang. Atau dengan kata lain, jika kita melihatnya dari
sisi permasalahan, maka permasalahan yang diidentifikasi tersebut harus ditunjang oleh
informasi yang diuraikan secara panjang lebar di latar belakang.
Sebagai contoh, misalnya judul penelitian kita sesuai dengan judul yang ada pada
latar belakang, yaitu: Hubungan Antara Eksistensi Pedagang Asongan Dengan Tingkat
Pendapatan, Permodalan Dan Kemampuan Menabung. Peneliti tidak mungkin dapat
membuat identifikasi dan merumuskan masalah “Sejauhmana hubungan antara eksistensi
pedagang asongan dengan tingkat pendapatan”, jika pada latar belakang tidak ada
informasi yang diuraikan secara panjang lebar tentang tentang eksistensi pedagang
asongan dan tingkat pendapatannya. Atau jika pernyataan ini dibalik, maka peneliti tidak
mungkinmengidentifikasi dan merumuskan masalah “Sejauhmana hubungan antara
eksistensi pedagang asongan dengan tingkat pendapatan”, jika tidak ditunjang oleh
informasi yang diuraikan secara panjang lebar pada latar belakang.
Bagi peneliti pemula yang belum punya pengalaman menyusun usul penelitian
mungkin relatif susah untuk mengidentifikasi dan merumuskanmasalah/permasalahan
yang punya hubungan sangat erat dengan latar belakangnya. Hal tersebut adalah suatu
kewajaran saja dan tidak usah menjadi suatu beban pikiran yang memberatkan, karena
dengan cara melatihnya secara konsisten, maka dengan segera akan memahaminya.
Dalam ujian proposal yang diikuti mahasiswa, kadang-kadang masih ditemui sesuatu
keadaan yang tidak menyambung antara apa-apa yang diuraikan pada latar belakang
dengan permasalahan yang diidentifikasi, karena mahasiswa kurang mampu memahami
pengarahan yang diberikan dosen pembimbingnya. Jika ditemui keadaan seperti itu, maka
pembahas/penguji kadang-kadang memberikan komentar “jauh panggang dari api” atau
“permasalahan yang diidentifikasi dipetik dari langit” atau dalam bahasa daerah sunda
berbunyai “nya picung nya hulu maung”. Ketiga ungkapan tadi artinya sama saja, yaitu
suatu keadaan yang tidak menyambung antara latar belakang dengan permasalahan.
Kalimat yang digunakan dalam mengidentifikasi dan merukuskan masalah adalah
berbentuk kalimat tanya, karena masalah itu adalah sesuatu yang dipertanyakan, yang
harus dicari pemecahannya/jalan keluarnya/jawabannya. Agar tidak terlihat seperti ada
sesuatu yang datang secara mendadak, penulisan masalah dalam usul penelitian dapat
diperhatikan contoh berikut: Sejalan dengan uraian latar belakang yang disampaikan
19
secara panjang lebar, maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Sejauhmana hubungan antara eksistensi pedagang asongan dengan tingkat
pendapatan”.
IV
TUJUAN
Setiap gerak langkah manusia pasti mempunyai tujuan tertentu, demikian pula
halnya dengan suatu penelitian. Adapun tujuan dari suatu penelitian ada hubungannya
dengan rasa ingin tahu dan berusaha memperoleh sesuatu yang belum diketahui tersebut.
Rasa ingin tahu inilah yang selalu mendorong manusia untuk maju lebih jauh ke depan
sehingga dapat memuaskan perasaannya untuk waktu itu. Jika hal tersebut telah tercapai
dan dapat dirasakannya, lama kelamaan menjadi bosan dan timbul lagi rasa ingin tahu
yang lainnya dan begitu seterusnya.
Rasa ingin tahu yang dihadapi manusia harus diwaspadai, karena memiliki
sifatambivalen. Pada satu sisi adalah rasa ingin tahu yang bersifat positif, yaitu rasa ingin
tahu terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan sisi lainnya adalah
yang bersifat negatif, yaitu rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang mudarat. Rasa ingin tahu
terhadap yang positif lah yang harus dikembangkan, sedangkan terhadap yang negatif
harus dihindari.
Rasa ingin tahu merupakan sesuatu masalah yang selalu dihadapi manusia yang
kadarnya hanya biasa saja, sedang, kuat atau sangat kuat dan frekuensinya mungkin
hanya datang satu kali atau beberapa kali atau setiap periode waktu tertentu.Rasa ingin
tahu yang timbul harus segera disikapi dengan cara mencari tahu, karena akan
memberikan suatu pengalaman yang berguna untuk mengatasi rasa ingin tahu berikutnya.
Kumpulan pengalaman yang dimiliki masyarakat, lama kelamaan akan berkembang
menjadi suatu pengetahuan. Pengkajian terhadap pengetahuan yang dimiliki masyarakat,
dalam kurun waktu tertentu dan telah teruji kebenarannya, maka pengetahuan tersebut
akan menjadi ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan usul penelitian,cara penulisan tujuan penelitian yang ingin
dicapai, hanya berbeda sedikit dengan pernyataan dari identifikasi dan perumusan
20
masalah. Sebagai contoh, misalnya pada permasalahan di atas berbunyi:”Sejauhmana
hubungan antara eksistensi pedagang asongan dengan tingkat pendapatan”. Rumusan
tujuan penelitianny adalah: Mengetahui keeratan hubungan antara eksistensi pedagang
asongan dengan tingkat pendapatan. Agar penulisannya tidak terasa seperti muncul begitu
saja, maka sebelumnya harus diawali dahulu dengan suatu prolog sebagai penghantar.
Sebagai contoh, misalnya: Sejalan dengan identifikasi dan perumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk: “Mengetahui keeratan hubungan antara
eksistensi pedagang asongan dengan tingkat pendapatan”.
V
KEGUNAAN
Segala sesuatu yang dibuat atau dikerjakan manusia, pada dasarnya harus dapat
memberikan kegunaanatau manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri dan jangan
sebalinya memberikan kemudaratan. Sebagai contoh, misalnya dari suatu penelitian
manusia berhasil mengetahui ada suatu reaksi kimiayang dapat menimbulkan tenaga yang
sangat dahsyat. Gunakanlah tenaga tersebut untuk kemaslahatan hidup manusia, bukan
sebaliknya dijadikan suatu senjata yang dapat memusnahkan manusia itu sendiri.
Dalam suatu penelitian dituntut dua macam kegunaan, yaitu kegunaan praktis dan
teoritis. Kegunaan praktis adalah kegunaan yang ditimbulkan dari hasil penelitian untuk
pemecahan masalah-masalah krusial yang dihadapi oleh fihak-fihak yang terlibat secara
langsung terutama obyek yang menjadi pusat perhatian peneliti. Kegunaan teoritis adalah
kegunaan yang ditimbulkan dari hasil penelitian untuk memecahkan masalah-masalah
yang bersifat teori dalam upaya menuju mengembangkan ilmu pengetahuan.
Hidup dan kehidupan manusia mau tidak mau selalu didampingi oleh berbagai
permasalahan. Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dapat digolongkan ke
dalam tiga kelompok, yaitu permasalahan yang ringan, sedang dan berat. Dilihat dari
frekuensinya, permasalahan tersebut mungkin hanya datang satu kali atau berkali-kali
selama hidup atau bagi permasalahan yang ringan mungkin saja muncul tiga kali dalam
satu hari. Sebagai contoh, misalnya permasalaan rasa lapar dapat muncul tiga kali dalam
21
kurun waktu satu hari, tetapi masalah memperoleh pasangan hidup hanya muncul satu
kali saja seumur hidup.
Permasalahan yang dihadapi manusia memiliki cirri-ciri yang bersifat umum,
begitu juga ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, dengan demikian maka peranan
ilmu pengetahuan dalam memecahkan berbagai permasalahan sangat besar. Berbagai
permasalahan hidup yang dihadapi manusia pada saat ini sangat jauh lebih banyak dan
kompleks dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kita tidak usah khawatir untuk
menghadapi permasalahan tersebut, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia juga
makin banyak dan kompleks dengan spesialisasi yang tinggi.
VI
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran adalah suatu uraian/keterangan yang disampaikan secara
panjang lebar, dalam upaya peneliti untuk mencari jalan keluar/ memperoleh
jawaban/memecahkan permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan dirumuskan. Adapun
isi dari kerangka pemikiran ini adalah berbagai informasi yang berupa: teori, prinsip,
hukum dan dalil yang dituangkan dalam bentuk premis-premis. Penyampaian informasi
pada kerangka pemikiran ini bersifat analitis bagaimana seharusnya (das sollen) menurut
teori, prinsip, hukum dan dalil yang diperoleh dari berbagai buku teks, jurnal, disertasi,
tesis dan hasil-hasil penelitian lainnya yang mutakhir. Kerangka pemikiran punya
keterkaitan yang sangat erat dengan tinjauan pustaka, karena ia dikristalisasidari tinauan
pustaka. Artinya tidak seluruh teori, hokum, prinsip dan dalil yang disampaikan pada
tinjauan pustaka dimasukkan ke dalam kerangka pemikiran, tetapi hanya ia yang punya
hubungan yang erat/relevant saja dengan judul, obyek dan daerah penelitian.
Kerangka pemikiran atau kerangka berfikir merupakan salah satu bagian yang
penting dalam penyusunan usul penelitian, karena di dalam kerangka pemikiran inilah
letaknya ruh yang menjadi makna suatu penelitian yang baik dalam arti valid dan reliable.
Kerangka pemikiran yang baik yang ditunjang oleh premis-premis/dasar argumentasi
22
yang tepat dapat menghasilkan hipotesa yang baik dan tidak terbantahkan dan ketika
dilakukan pengujian, hipotesa tersebut pasti diterima, jika data empirik tidak berubah.
Kerangka pemikiran yang disampaikan harus punya hubungan/keterkaitan yang
sangat erat dengan hipotesa yang dirumuskan, karena hipotesa merupakan kristalisasi dari
kerangka pemikiran. Hipotesa yang berhasil dirumuskan harus didukung oleh berbagai
keterangan yang disampaikan secara panjang lebar pada kerangka pemikiran atau dengan
kata lain tidak mungkin dapat dirumuskan sesuatu hipotesa, jika pada kerangka pemikiran
tidak ada penjelasannya secara panjang lebar sehubungan dengan hipotesa tersebut.
Pemecahan masalah pada kerangka berfikir dilakukan melalui suatu cara berfikir
yang disebut deduktif. Cara berfikir deduktif adalah suatu cara berfikir yang bertitik tolak
dari: norma-norma, dalil-dalil, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori yang sudah
berlaku secara umum, kemudian dirumuskan kesimpulan dan diberlakukan kepada hal-hal
atau keadaan yang bersifat khusus. Perumusan kesimpulan dari kerangka pemikiran yang
disebut dengan hipotesa adalah cara pemecahan masalah yang bersifat deduktif, oleh
karena itu cara pemecahan masalah seperti ini disebut “deducto hypotetico”.
Menurut Sutrisno Hadi (1990), pemecahan masalah pada kerangka berfikir yang
menghasilkan hipotesa, tidak hanya melalui cara berfikir deduktif, tetapi juga cara yang
lain ialah berfikir induktif. Pemecahan masalah melalui cara berfikir induktif adalah cara
pemecahan masalah yang bertitik tolak dari norma-norma, dalil-dalil, prinsip-prinsip,
hukum-hukum dan teori-teori yang berlaku secara khusus, kemudian dirumuskan suatu
kesimpulan dan diberlakukan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Selain cara berfikir deduktif dan induktif, sebenarnya ada lagi cara berfikir yang
dapat dimanfaatkan dalam merumuskan hipotesa, yaitu berfikir komparatif. Pemecahan
masalah melaui cara berfikir komparatif adalah cara pemecahan masalah yang bertitik
tolak dengan cara memperbandingkan dua hal atau lebih untuk memperoleh perumusan
baru yang lebih baik dari pada yang diperbandingkan.
Ke dua cara berfikir yang disebutkan terakhir ini, yaitu induktif dan komparatif,
sebenarnya sudah termasuk ke dalam berfikir deduktif, karena kedua-duanya bertitik
tolak dari sesuatu yang sudah ada atau sudah diinformasikan dan diketahui oleh
masyarakat. Dengan demikian, maka pada dasarnya cara berfikir dalam upaya pemecahan
masalah pada kerangka pemikiran adalah cara berfikir deduktif.
23
VII
HIPOTESA
Hipotesa adalah suatu rumusan kesimpulan sementara terhadap permasalahan
yang diidentifikasi yang harus diuji kebenarannya atau hipotesa adalah jawaban
sementara terhadap permasalahan yang diidentifikasi yang harus diuji kebenarannya.
Mengapa suatu hipotesa yang berhasil dirumuskan dari kerangka pemikiran harus diuji
kebenarannya, karenahipotesa tersebut dirumuskan dengan cara berfikir deduktif. Pada
waktu pengujian hipotesa tersebut dapat menerima dua macam keputusan, yaitu diterima
atau ditolak.Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah berbagai model
analisis statistik dan bahan yang diperlukan untuk pengujian adalah data empirik yang
diperoleh secara langsung dari pengumpulan data di lapangan.
Dalam suatu penelitian, hipotesa itu ada dua macam, yaitu hipotesa penelitian dan
hipotesa statistik. Hipotesa penelitian akan ditemui jika penelitian dilakukan terhadap
populasi, sedangkan hipotesa statistik akan ditemui jika suatu penelitian dilakukan
dengan mengamati sampel dari suatu populasi. Selain itu dalam suatu penelitian ada pula
hipotesa yang lain, yaitu yang disebut dengan hipotesa kerja dan hipotesa alternative.
Hipotesa kerja diberi notasi H1 dan hipotesa alternative sebagai lawannya H0.
VIII
OBYEK DAN METODE
8.1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu benda hidup atau mati yang menjadi fokus
perhatian peneliti dari mana variabel yang akan diukur diperoleh. Obyek penelitian
merupakan sumber data dari mana peneliti akan melakukan pengukuran variabel. Sebagai
contoh, misalnya seorang peneliti ingin mengetahui keadaan kesehatan finansial sebuah
koperasi, maka yang menjadi obyek penelitian dalam hal ini adalah lembaga koperasinya.
Contoh lain, misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara usia orang dewasa
dengan tekanan darah atau usia bayi dengan bobot badan, maka yang menjadi obyek
penelitian dalah hal ini adalah manusia atau bayi tersebut. Dalam konteks yang lain
24
misalnya dalam penentuan jumlah sampel atau teknik pengambilan sampel, maka obyek
penelitian ini tiada lain adalah unit analisis. Dari unit analisis/obyek penelitian inilah
peneliti akan mengukur variabel-variabel yang sesuai dengan keperluannya.
Peneliti pemula yang belum berpengalaman mungkin akan mengalami
kekeliruandalam menentukan mana yang menjadi obyek dan mana yang menjadi variabel,
sebab kedua-duanya sama-sama menjadi pusat perhatian peneliti. Sehubungan dengan
contoh di atas, maka yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah: simpanan
wajib, sisa hasil usaha, usia orang dewasa, tekanan darah, usia bayi dan bobot badan bayi.
8.2. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu tata cara dalam melakukan penelitian yang
dihubungkan dengan generalisasi dari kesimpulan yang diperoleh, apakah hanya terbatas
pada yang diteliti saja atau dapat diberlakukan secara umum. Dalam bidang ilmu sosial
ekonomi, metode penelitian ini dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu metode
penelitian dengan experiment (perlakuan) dan metode penelitian non experiment (tanpa
perlakuan).
Metode penelitian experiment terdiri dari beberapa designs/rancangan, yaitu: 1.
Pre Experimental Designs; 2. True Experimental Designs; 3. Factorial Designs dan 4.
Quasi Experimental Designs. Metode penelitian non experiment terdiri dari beberapa
jenis, yaitu: 1. Studi Kasus (Case Study); 2. Survey (Survey) dan 3. Sensus (Census).
Pada kesempatan ini, penulis tidak akan menjelaskan metode penelitian experiment, tetapi
khusus hanya metode penelitian non experiment.
Studi kasus adalah suatu metode penelitian yang hanya mempelajari kasus-kasus
atau kejadian-kejadian tertentu dalam bidang sosial ekonomi dan kesimpulan yang
berhasil dirumuskan hanya berlaku untuk suatu kasus tertentu saja. Menurut Vredenbregt
(1984), sifat khas dari “case study” adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam
rangka “studi kasus” dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai
obyek yang bersangkutan. Obyek yang diamati atau diteliti dalam studi kasus dapat
dipilih seorang individu, sebuah keluarga, sebuah kelompok sosial, sebuah perusahaan
25
dan lain sebagainya. Penelitian studi kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitian yang
eksploratif. Contoh penelitian studi kasus adalah penelitian Malinowsky mengenai
masyarakat “Trobriand” dan penelitian Whyte mengenai “The Street Corner Gang”.
Survey adalah suatu metode penelitian yang mempelajari sample dari suatu
populasi dengan tujuan untuk memperoleh nilai generalisasi, sejauh populasi dari mana
sample tersebut diambil. Sampel yang diambil dari populasi harus dilakukan secara
random dan sample tersebut harus menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya,
jadi jangan hanya asal diambil begitu saja. Penelitian survey adalah penelitian sample dan
nilai sampel yang diperoleh merupakan nilai duga/prediksi terhadap nilai populasi. Nilai
nilai yang diperoleh dari sample disebut statistik dan nilai populasi disebut parameter atau
tolok ukur. Dengan demikian, maka nilai-nilai statistic yang diperoleh dari sample
merupakan nilai duga terhadap nilai-nilai parameter, sebagai contoh misalnya nilai rata-
rata atau total. Kita hanya akan tahu nilai-nilai parameter, jika penelitian yang dilakukan
adalah penelitian populasi (sensus). Sebagai contoh, misalnya seorang peneliti ingin
mengetahui berapa juta rupiah rata-rata kebutuhan hidup setiap tahun, seorang mahasiswa
Unpad yang kuliah dan tinggal di Jatinangor. Hasil sensus menunjukkan angka 7 juta
rupiah (parameter), hasil yang diperoleh melalui survey akan berkisar antara (6-8) juta
rupiah. Hasil survey ini, mungkin akan berada di bawah angka 7 juta (6 juta) atau di atas
7 juta (8 juta) atau persis 7 juta yang berarti besarnya sama dengan nilai populasi.
Sensus adalah suatu penelitian dengan cara meneliti seluruh unit anggota populasi
sebagai unit analisis atau obyek pengamatan.Nilai-nilai yang diperoleh melalui penelitian
sensus adalah nilai sebenarnya dari suatu populasi atau nilai-nilai parameter. Jika peneliti
ingin memperoleh nilai-nilai yang sebenarnya dari suatu populasi, maka gunakanlah
metode sensus. Dalam kenyataan di lapangan, melaksanakan penelitian sensus ini tidak
mudah, karena banyak masalah yang menyertainya, misalnya seperti biaya, tenaga dan
waktu sangat banyak diperlukan, apalagi jika berhadapan dengan jumlah anggota
populasi di atas 1000 unit. Sebaliknya, jika peneliti berhadapan dengan anggota
populasiyang relative sedikit, misalnya (30-40) unit analisis lakukanlah secara sensus.
26
IX
POPULASI DAN SAMPEL
9.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit yang ada dalam satu kelompok atau kelas
tertentu, yang berupa barang berwujud seperti: berupa orang, hewan, barang, lembaga
atau segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra yang menjadi perhatian
peneliti. Ruang lingkup populasi pada dasarnya tidak ada batasan dan penentuannya
tergantung kepada kehendak peneliti. Sebagai contoh, misalnya Unpad adalah suatu
universitas yang besar, jika dilihat dari jumlahmahasiswanya (student body) yang
mencapai angka 45.000 orang. Seorang peneliti yang ingin mengetahui salah satu
parameter yang berhubungan dengan Mahasiswa Unpad, maka anggota populasi yang
harus dijadikan dasar pengkajiannya adalah 45.000 orang mahasiswa. Jika peneliti ingin
mengetahui parameter di atas dalam ruang lingkup yang lebih kecil, maka ia dapat
menentukan populasi Mahasiswa Unpad yang ada di Fakultas Peternakan saja yang
jumlahnya sekitar 1.500 orang. Jika peneliti inginmengetahui parameter di atas dalam
lingkup yang lebih kecil lagi, maka ia dapat menentukan populasi Mahsiswa Unpad yang
ada di Fakultas Peternakan angkatan tahun 2004/2005 saja yang berjumlah 250 orang.
Dalam suatu penelitian ada dua pengertian populasi, yaitu total populasi dan target
populasi. Total populasiadalah keseluruhan unityang ada dalam satu kelompok atau kelas
tertentuyang menjadi perhatian peneliti, misalnya total mahasiswa (pria dan wanita)
Fakultas Ilmu Komunikasi Program D-3 angkatan 2005/2006 sebanyak 900 orang. Target
populasi adalah sebagian unit dari total populasi yang menjadi perhatian peneliti. Sebagai
contoh, misalnya seorang peneliti ingin tahu berapa ribu rupiah rata-rata uang jajan yang
dibelanjakan mahasiswa (wanita) Fakultas Komunikasi Program D-3 angkatan 2005/2006
yang berjumlah 500 orang.Penelitian hanya difokuskan kepada mahasiswa (wanita) saja,
karena menurut informasi yang ada, mahasiswa (wanita) membelanjakan uang jajan lebih
banyak dari pada mahasiswa. Dalam keadaan lain, total populasi akan sama dengan target
populasi. Sebagai contoh, misalnya peneliti tidak membedakan status gender antara
mahasiswa pria dan wanita, maka total populasi adalah sama dengan target poplasi yaitu
900 orang mahasiswa.
27
9.2. Sampel
Sampel adalah sebagian unit dari anggota populasi,yang menjadi wakil populasi
dalam penelitian yang menggunakan metode survey. Agar sampel dapat mewakili
populasi, maka jumlahnya tidak boleh ditentukan secara sembarangan dan begitu juga
cara pengambilannya harus menggunakan teknik yang tepat. Sampel sebagai wakil dari
populasi harus dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, karena dari
nilai sampel itulah peneliti akan mengadakan generalisasi sejauh populasi dari mana
sampel tersebut diambil. Jika keadaan anggota populasi seragam (homogen), maka
sample juga harus seragam, tetapi jika sample beragam (heterogen), maka sample juga
harus beragam.
X
PENENTUAN JUMLAH SAMPEL
Penentuan jumlah sample dibicarakan hanya ketika peneliti menggunakan metode
survey dalam melakukan penelitiannya, sedangkan penelitian dengan menggunakan
metode sensus dan studi kasus tidak perlu. Penentuan jumlah sampel dari suatau populasi
masih sering menjadi pembicaraan yang hangat, karena adanya tuntutan bahwa sampel
harus mewakili populasi dan hasil penelitian yang valid dan reliable. Untuk menentukan
jumlah sample dari populasi dapat dilakukan melalui beberapa cara, apakah dengan
menggunakan rumus tertentu yang telah disampaikan oleh beberapa orang ahli atau
dengan menggunakan nomogram atau daftar khusus atau ketentuan khusus yang sengaja
dibuat untuk keperluan tersebut. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus
disampaikan oleh para akhli antara lain sebagai berikut, yaitu: Parel,C.P. at all (1973);
Slovin (Husein Umar, 2001); Cochran, W.G. (1977). Penentuan jumlah sampel dengan
menggunakan table yang dibuat khusus antara lain sebagai berikut: Krejcie (Sugiyono,
1997); Paturochman (2005). Penentuan jumlah sampel menurut ketentuan khusus antara
lain sebagai berikut: Parel, C.P. at all (1973); Gay (Husein Umar, 2001).
Rumus apa atau ketentuan dari siapa yang akan digunakan oleh seorang peneliti,
pada dasarnya diberi kebebasan yang seluas-luasnya, karena masing-masing memiliki
28
keunggulan dan kelemahan tersendiri. Sebagai contoh, misalnya menurut ketentuan yang
disampaikan oleh Parel, C.P. at all (1973), jika penggunaan rumus tidak memungkinkan
karena berbagai alasan, maka jalan terbaik untuk menentukan jumlah sample dari suatu
populasi adalah dengan cara menentukan sejumlah persentase tertentu.
XI
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Dalam kegiatan penelitian sosial ekonomi, teknik pengambilan sample dapat
dibagi menjadi tiga cara, yaitu pertama random sampling, kedua semi random sampling
dan ketiga cara non random. Menurut pertimbangan para akhli, cara random dapat
dipandang lebih baik, karena lebih bersifat obyektif dan validitas serta reliabilitasnya
dapat lebih dipertanggungjawabkan dari pada non random. Teknik pengambilan sample
secara random adalah teknik pengambilan sample yang memberi keswempatan yang sama
terhadap seluruh anggota populasi untuk terambil sebagai sample. Teknik pengambilan
sample secara semi random adalah teknik pengambilan sample yang hanya memberi
kesempatan yang sama kepada sebagian anggota populasi saja. Teknik pengambilan
sample non random adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberikan
kesempatan yang samaterhadap seluruh anggota populasi untuk terambil sebagai sample.
Dilihat dari sisi obyektifitas, maka random sampling dianggap lebih obyektif dari pada
non random sampling.
Teknik pengambilan sample secara random ada empat macam, yaitu: 1. Simple
Random Sampling; 2. Stratified Random Sampling; 3. Cluster Random Sampling dan 4.
Mutistage Random Sampling. Teknik pengambilan sample secara semi random ada dua
macam, yaitu: 1. Sistematic Sampling dan 2. Ordinal Sampling.Teknik pengambilan
sample secara non random ada empat macam, yaitu: 1. Purposive Sampling; 2. Quota
Sampling; 3. Accidental Sampling dan4. Snowball Sampling. Pada kesempatan ini,
penulis hanya akan menyampaikan teknik pengambilan sample secara ringkas, karena
perlu perlu tempat yang banyak dan pada tulisan yang lain (Penentuan Jumlah Dan
Teknik Pengambilan Sampel Untuk Ilmu Sosial Ekonomi Peternakan) dipaparkan secara
terperinci.
29
a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 2340
11.1. Simple Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Sederhana)
Teknik pengambilan sampel acak sederhana adalah teknik pengambilan sampel
yang dilakukan terhadap suatu populasi yang keadaannya homogen, dilihat dari satu atau
beberapa variabel penentu yang mempunyai hubungan yang jelas secara teoritis antara
variabel terikat (dependent) dengan variabel bebas (independent). Sebagai contoh,
misalnya peneliti ingin mengetahui besarnya efisiensi usaha peternakan broiler di daerah
Bandung Selatan, maka variabel penentu yang keadaannya harus homogen adalah skala
usaha pemilikan ternak. Contoh lainnya, peneliti ingin mengetahui keuntungan yang
diperoleh pedagang asongan di Terminal Leuwi Panjang, maka variabel yang harus
homogen adalah besarnya modal usaha.
Teknik pengambilan sample acak sederhana dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu: 1. Cara Undian; 2. Cara Penggunaan Tabel Random dan 3. Cara Penggunaan
Kalkulator. Ke tiga cara ini memiliki langkah langkah yang sangat berbeda dan dalam
penerapannya juga memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.Jika ketiga cara
tersebut diperbandingkan, maka penggunaankalkulator lebih sederhana dari dua cara yang
lainnya.
Populasi Homogen Sampel Homogen
11.2. Stratified Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi)
Teknik pengambilan sample acak stratifikasi adalah teknik pengambilan sample
yang digunakan terhadap anggota populasi yang keadaannya heterogen, dilihat dari satu
atau beberapa variabel penentu yang punya hubungan yang jelas secara teoritis antara
variabel terikat dengan variabel bebas. Sebagai contoh, misalnya peneliti ingin
mengetahui hubungan antara keuntungan dengan kemampuan pemupukan modal pada
usaha peternakan sapi perah rakyat yang skala usaha pemilikan ternaknya berkisar antara
a a a aa a a
234
30
dua sampai lima belas ekor.Menghadapi keadaan pemilikan sapi anggota yang heterogen
seperti ini, paling tidak dapat dibagi menjadi tiga strata. Contoh lainnya, peneliti ingin
mengetahui hubungan antara kemampuan acting dengan pengalaman sebagai aktor
sinetron, sedangkan pengalaman actor sinetron tersebut kisarannya antara satu sampai
sepuluh tahun. Menghadapi populasi yang pengalamannya begitu beragam dalam
hitungan tahun, maka paling tidak populasi tersebut harus dibagi ke dalam dua strata.
Pengambilan sample pada populasi yang heterogen, setelah anggota populasi
dibagi ke dalam dua atau lebih strata, maka sejumlah sample yang telah ditentukan
sebelumnya, selanjutnya harus dialokasikan kepada masing-masing sub populasi/stratum.
Alokasi sample kepada sub populasi yang dapat dilakukan secara sederhana ada tiga
macam, yaitu alokasi secara proportional (seimbang); non proportional (sembarang) dan
equal (sama banyak).
Populasi Heterogen Populasi HeterogenSampel HeterogenSub Populasi Homogen
11.3. Cluster Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Klaster)
Teknik pengambilan sample acak klaster adalah teknik pengambilan sample yang
digunakan terhadap anggota populasi yang keadaannya sudah terbagi ke dalam kelompok
kelompok tertentu, baik secara administrative atau normative atau cara lainnya. Secara
administrative contohnya pembagian warga ke dalam Rukun Tetangga, Rukun Warga,
Kelurahan. Pembagian anak Sekolah Dasar ke dalam kelas-kelas tertentu. Secara
normative contohnya Pembagian Anggota Koperasi ke dalam kelompok dan tempat
pelayanan koperasi.
Teknik pengambilan sample pada acak klaster tidak dilakukan kepada unit analisis
secara langsung, tetapi pada kelompok/kelas dimana unit analisis tersebut dihimpun.
Sebagai contoh, misalnya seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) ingin mengetahui
kemampuan siswa kelas dua yang baru naik kelas ke kelas tiga dalam mata pelajaran
Matematika, Fisika dan Biologi di sebuah SMA tertentu di Kota Bandung. Di sekolah
a a b c d d c b a a c b d a c d c a d b b c a
31
a a a a a a a ab b b b b b b c c c c c c c cd d d d d d d
a ab bc cd d
tersebut ada 12 kelas jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang masing-masing berisi
50 orang murid. Sampel ditentukan sebanyak 30 %, maka pengambilan sample secara
acak sederhana dilakukan terhadap 12 kelas sebagai populasi dan diperoleh sample
sebanyak empat kelas. Dengan demikian, maka jumlah murid yang diteliti sebagai unit
analisis adalah: 4 x 50 orang murid = 200 orang murid.
Populasi (12x50) Sampel (4x50)
11.4. Multistage Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Bertahap)
Multistage Random Sampling adalah teknik pengambilan sample yang digunakan
terhadap anggota populasi yang keadaannya sudah terbagi bagi ke dalam kelompok
kelompok tertentu yang keadannya secara bertingkat. Istilah multistage di sini dimulai
dari dua tahap atau lebih pengambilan sample. Untuk memberikan kriteria yang lebih
jelas, lebih baik dinyatakannya secara langsung banyaknya tahapan pengambilan sample
tersebut, misalnya twostage (dua tahap) atau threestage (tiga tahap).
Berbeda dengan cluster yang pengambilan sampelnya kelompok/kelas, pada
multistage ini dimulai dengan pengambilan sample kelompok yang kemudian diikuti
dengan pengambilan sample terhadap unit analisisnya (murid). Sebagai contoh seorang
peneliti melakukan pengambilan sample dua tahap (two stage random sampling), jika
peneliti tersebut adalah guru SMA tersebut di atas, maka setelah pengambilan sampel
kelas yang banyaknya empat, maka pekerjaan itu dilanjutkan dengan melakukan
pengambilan lagi sample dari masing-masing kelas yang berisi 50 orang murid, misalnya
ditentukan sebanyak 50 % atau sebanyak 25 orang. Jadi banyaknya sample murid yang
akan diuji kemampuannya adalah: 4 x 25 = 100 orang murid.
32
50*
50 50 50
50
50*
50*
50
50*
50 50 50
50 50
50 50
Populasi(12x50)Sampe ke I (4x50)Sampel ke II(4x25)
XII
MODEL ANALISIS STATISTIK
Yang dimaksud dengan model analisis statistik adalah berbagai rumus atau
persamaan yang akan digunakan untuk melakukan pengujian analisis secara satatistik.
Adapun berbagai model analisis statistik yang dimaksud antara lain adalah:
1. Analisis Investasi: Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Ratio-ratio
2. Analisis Usaha: Biaya, Pengeluaran, Penerimaan, Keuntungan, Titik Impas, OIR.
3. Tataniaga: Biaya, Marjin, Keuntungan, Elastisitas Permintaan.
4. Hubungan variabel: Trend, Regresi, Korelasi, Path.
Model analisis statistik yang digunakan harus sesuai dengan bagian bagian yang
lainnya, ke bagian belakang sesuai dengan judul, latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesa dan ke bagian depansesuai dengan
operasionalisasi variabel, pengujian hipotesa dan bahkan sampai dengan kesimpulan.
Sebagai contoh misalnya: Seorang peneliti menggunakan model analisis korelasi, maka
pada judul harus sudah terlihat adanya hubungan antar variabel yang akan dianalisa. Pada
latar belakang harus ada data, fakta, gejala dan pendapat yang disampaikan sehubungan
dengan variabel-variabel yang terlibat. Pada identifikasi masalah harus dipertanyakan
tentang hubungan atau pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent.
Pada tujuan penelitian harus dinyatakan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau
hubungan antar variabel, baik secara parsial/mandiri dan atau secara total/bersama. Pada
kerangka pemikiran harus diuraikan secara teoritis hubungan atau pengaruh antar variabel
yang terlibat. Pada hipotesa harus dirumuskan dengan gamblang, jelas dan pasti bahwa
salah satu atau dua atau lebih atau seluruh variabel independent berpegaruh positif atau
33
50 * 50 50 5050 50 * 50 * 5050 * 50 50 50
25 2525 25
50 5050 50
sebaliknya negatif terhadap variabel dependent. Pada operasionalisasi variabel harus
dijelaskan mana variabel independent dan mana variabel dependent, ukuran,
skalapengukuran dan cara mengukur serta jenis datanya, apakah nominal, ordinal, interval
atau ratio. Pada pengujian hipotesa harus dirumuskan bunyi dari H0 dan H1 sebagai
alternatifnya. Terakhir pada perumusan kesimpulan harus dapat dengan jelas menjawab
permasalahan yang diajukan.
XIII
OPERASIONALISASI VARIABEL
Operasionalisasi variabel adalah penjelasan mengenai variabel-variabel yang
terlibat dalam penelitian yang dimaksud sehubungan dengan model analisis yang
digunakan. Apa ukuran dari variabel tersebut, apakan skala nominal, ordinal, interval atau
ratio atau apakah ada transformasi dari ukuran tersebut, sebagai contoh misalnya ukuran
ordinal ditransformasi menjadi ukuran ratio. Apa alat ukur yang akan digunakan untuk
variabel tersebut, sebagai contoh misalnya: 1. untuk mengukur berat digunakan
timbangan; 2. untuk mengukur jarak digunakan meteran; 3. untuk mengukur pendapatan
dilakukan perhitungan besarnya pendapatan untuk satu bulan atau satu tahun.
13.1. Skala Nominal
Ukuran-ukuran variabel dengan skala nominal adalah suatu variabel sebagai
hasildari membuat kategori,memberi nama dan menghitung, dalam hal ini peneliti tidak
melakukan pengukuran. Skala nominal akan menghasilkan data nominal atau diskrit,
sebagai contoh misalnya: pria, wanita, siang, malam, kursi, meja, mobil, kepala bagian,
sekretaris, komputer, jumlah pegawai, jumlah ruangan. Dalam skala nominal sering
terjadi peneliti menggabungkan kategori, nama dan hitungan. Sebagai contoh misalnya
tiga orang pria yang menduduki kepala bagian.
34
13.2. Skala Ordinal
Ukuran-ukuran variabel dengan skala ordinal adalah skala ukur yang memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari skala nominal, karena skala ordinal ini merupakan skala
yang sudah berjenjang, dimana kedudukan yang satu dapat lebih tinggi atau lebih rendah
dari pada yang lainnya. Pada skala ordinal, peneliti sudah melakukan pengukuran dengan
cara menimbang, mengukur, mengelompokan dan membuat peringkat, tetapi jarak antara
kelompok yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Skala ordinal akan menghasilkan
data ordinal, sebagai contoh misalnya: Mengukur kejuaraan olahraga, prestasi kerja,
prestasi mahasiswa. Juara pertama bola voly mahasiswa Unpad; Pegawai berprestasi
peringkat kedua Pemda Kota Bogor; Mahasiswa berprestasi ketiga Fakultas Peternakan.
13.3. Skala Interval
Ukuran-ukuran variabel dengan skala interval adalah skala ukur yang posisinya
lebih tinggi dari skala ordinal, karena selain sudah memperlihatkan adanya jenjang atau
peringkat, jarak antara satu data dengan data lainnya sudah sama dan tetap, tetapi belum
memiliki nilai nol yang mutlak. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
interval disebut data interval. Sebagai contoh misalnya skala ukur pada thermometer,
jarak antara data yang satu dengan yang lainnya sama, yaitu satu derajat, tetapi tinggi
temperatur di suatu daerah pada saat yang bersamaan diukur dengan Thermometer
Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin akan memperlihatkan angka yang berbeda.
Meskipun demikian, orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa 40 0Celcius sama
dengan 104 0 Fahrenheit atau sama dengan 32 0 Reamur, karena ada suatu rumus
perhitungan yang dapat digunakan. Selain tidak punya nilai nol yang mutlak, untuk skala
interval ini belum berlaku perhitungan-perhitungan statistik yang sangat sederhana
sekalipun, seperti penjumlahan, pembagian dan perkalian.
13.4. Skala Ratio
Ukran-ukuran variabel dengan skala ratio adalah skala ukur yang posisinya
menempati urutan paling tinggi, karena skala ukur ini sudah memiliki nilai nol yang
mutlak dan sudah berlaku segala perhitungan dan rumus statistik dari mulai yang paling
sederhana sampai yang paling rumit sekalipun, misalnya perhitungan logaritma, kuadrat,
35
akar, pangkat, sinus dan tangen.Sebagai contoh misalnya berat barang 9 gram, panjang
penggaris 20 cm, pendapatan si Y = Rp.10.000.000,00 dan kecepatan mobil 70 km/jam.
Jika dikatakan pendapatan si Y = Rp.0,00 berarti si Y tersebut tidak berpendapatan sama
sekali atau kecepatan mobil 0 km/jam, berarti mobil tersebut tidak bergerak sama sekali.
Skala ratio merupakan skala ukur yang paling banyak digunakan manusia dengan
berbagai standar baku yang sangat beragam. Skala ukur ini makin lama makin bertambah
banyak dan berkembang dengan pesat, sejalan dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh manusia.
XIV
PENGUJIAN HIPOTESA
Pengujian hipotesa adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji kebenaran
dari hipotesa yang telah dirumuskan sebagai hasil dari cara berfikir deduktif. Alat yang
digunakan untuk melakukan pengujian adalah berbagai model analisis statistik dan bahan
yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesa tersebut adalah data empirik yang
dikumpulkan oleh peneliti dengan alat kuesioner yang telah teruji reliabilitasnya.
Pada saat pengujian, hipotesa yang telah dirumuskan terdahulu, keputusannya ada
dua macam, yaitu hipitesa diterima atau ditolak.Secara prinsip suatu hipotesa yang
dirumuskan dengan baik yang ditunjang oleh premis-premis yang benar dan jalan
deduksinya benar, maka pada waktu pengujian ia harus diterima. Jika ada suatu hipotesa
yang ditolak pada waktu pengujian, maka faktor penyebabnya ada enam macam, yaitu
pertama peneliti kurang mampu memilih premis-premis yang menunjang dengan kuat;
kedua peneliti melakukan kesalahan pada waktu melakukan deduksi; ketiga data empirik
yang dijadikan sebagai bahan untuk pengujian tidak valid dan; keempat model analisis
statistik yang digunakan tidak cocok; kelima jumlah sample yang digunakan tidak
memenuhi syarat minimal; keenam teknik pengambilan sample yang digunakan tidak
cocok. Selain itu, meskipun keenam macam faktor penyebab tadi tidak ada, masih ada
satu kemungkinan lagi yang menyebabkan hipotesa ditolak, yaitu data empirik sudah
berubah. Jika ditemui hal seperti yang terakhir ini, maka berarti peneliti memperoleh
sesuatu pengetahuan yang baru.
36
Seperti telah disampaikan di atas, bahan yang digunakan untuk melakukan
pengujian hipotesa adalah data empirik yang diperoleh dari pengumpulan data di
lapangan, oleh karena itu agar peneliti memperoleh data yang representative dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik, maka kuesioner yang digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data harus diuji reliabilitasnya. Demikian juga halnya dengan model
analisis statistik yang digunakan harus cocok dengan keadaan datanya, pilih model
analisis statistik yang cocok dan sesuai dengan peruntukannya. Kesalahan penggunaan
model analisis statistik ini sering dialami oleh peneliti pemula yang belum berpengalaman
atau ikut-ikutan orang lain, karena menggunaannya sedang “ngetrend “.
XV
WAKTU DAN TEMPAT
15.1. Waktu
Waktu penelitian adalah keseluruhan waktu yang diperlukan untuk melakukan
penelitian, yang dimulai sejak penyusunan proposal sampai dengan pencetakan dan
penyerahan hasil. Dilihat dari lamanya kurun waktu yang diperlukan, suatu penelitian
yang paling cepat dapat ditempuh selama tiga ( 3 ) bulan. Hal ini dapat dilakukan oleh
orang orang yang sudah biasa/berpengalaman melakukan penelitian. Bagi mahasiswa
sebagai peneliti pemula dan di bawah bimbingan dosen, paling cepat dapat selesai dalam
kurun waktu selama enam ( 6 ) bulan.
Banyaknya waktu yang diperlukan harus dihitung berdasarkan jenis dan jumlah
pekerjaan yang akan dikerjakan. Pekerjaan disusun berdasarkan urut-urutan apa-apa saja
yang harus dikerjakan lebih dahulu dan apa saja yang harus belakangan, tetapi sering
ditemui beberapa jenis pekerjaan yang waktunya panjang. Satuan waktu yang diperlukan
biasanya berdasarkan pada kurun waktu miunggu dan bulan. Sebagai contoh misalnya,
pekerjaan penelitian lapangan memerlukan waktu dua bulan. Pada minggu ke berapa dan
bulan apa pekerjaan itu dilaksanakan. Maka pada tabel penggunaan waktu dan jenis
pekerjaan harus terlihat dengan jelas dan pasti.
37
Sebagai contoh misalnya sebuah penelitian memerlukan waktu selama tiga bulan
dan pekerjan yang harus dilakukan adalah: Penyelesaian Administrasi, Penyusunan Usul
Penelitian, Konsultasi dengan Pembimbing, Seminar, Penelitian Lapangan, Tabulasi da
Analisis Statistik, Penulisan, Konsultasi dengan Pembimbing dan Ujiamen. Kronologis
pekerjaan dan waktu yang diperlukan ini harus dibuat dalam suatu tabel khusus, sehingga
siapa saja yang melihatnya akan mendapat kejelasan dan kepastian.
Tabel 9. Jenis Pekerjaan Dan Waktu Yang Diperlukan
No Jenis Pekerjaan Bulan
123456789
Penyelesaian AdministrasiPenyusunan Usul PenelitianKonsultasi Seminar Usul PenelitianPenelitian LapanganAnalisa StatistikPenulisanKonsultasiUjian
1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4x
x xx
xx x
xx x x
xx
15.2. Tempat
Jelaskan dimana tempat penelitian dilakukan, apakah hanya di suatu desa tertentu
atau kecamatan atau kabupaten atau beberapa tempat tertentu atau lembaga tertentu.
Informasi ini disampaikan agar orang lain yang ingin mengetahui atau melakukan
pengujian dapat mencapainya dengan mudah atau untuk menghindari adanya penelitian
yang duplikasi. Sebagai contoh misalnya suatu penelitian tentang Indeks Pembangunan
Manusia pada anggota sebuah koperasi produksi teladan: Penelitian yang berjudul
”HubunganAntara Pendapatan Dengan Indeks Pembangunan Manusia Anggota Koperasi
Tahu Dan Tempe” telah dilakukan di Kecamatan Cibuntu Kabupaten Bandung.
38
XVI
PEMBIAYAAN
Besarnya pembiayaan yang diperlukan untuk penelitian diperinci secara garis
besarnya saja. Perincian pembiayaan sangat berkaitan erat dengan berbagai jenis
pekerjaan yang dilakukan yang telah dijelaskan sebelum ini. Penjelasan ini sangat penting
terutama jika penelitian yang dilakukan mendapat biaya/dana dari sesuatu lembaga. Agar
informasi yang disampaikan ini lebih komunikatif, biasanya ada standar biaya yang
khusus untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh misalnya biaya untuk
perjalanan: Apakah perjalanan itu antar propinsi dan apa jenis transportasi yang
digunakan.
XVII
ORGANISASI PENELITIAN
Organisasi penelitian sangat penting ditampilkan terutama jika suatu penelitian
mendapat biaya/dana dari fihak lain atau suatu penelitian kerjasama antar beberapa orang
dengan sebuah lembaga atau antar lembaga dengan lembaga. Jelaskan siapa yang menjadi
nara sumber, penanggung jawab, ketua pelaksana dan anggota peneliti. Keterangan ini
sangat penting, karena menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan tanggung
jawab kedua belah fihak.
XVIII
KUESIONER
Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan yang digunakan untuk menghimpun
data dari obyek yang diteliti. Istilah lain dari kuesioner adalah Instrumen Penelitian.
Adapun data yang diperlukan biasanya terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang masih murni dalam arti belum dianalisa dan
dilaporkan oleh seseorang atau sebuah lembaga tertentu. Data sekunder adalah data yang
39
telah dianalisa dan dilaporkan oleh seseorang atau sebuah lembga tertentu. Data primer
adalah data utama/pokok yang sengaja dikumpulkan oleh peneliti sebagai bahan untuk
melakukan pengujian hipotesa. Data sekunder adalah data penunjang yang digunakan
oleh peneliti untuk memperkaya analisa dan pembahasan dan berhubungan dengan data
primer.
Kuesioner/instrumen penelitian dalam bidang sosial ekonomi tidak ada yang
sudah baku, karena itu maka setiap peneliti harus membuat sendiri, sesuai dengan
kebutuhannya yang spesifik. Titik tolak penyusunan instrumen adalah variabel-variabel
yang telah ditetapkan untuk diukur, seperti yang telah diuraikan dalam operasionalisasi
variabel sebelumnya. Dari variabel-variabel tersebut kemudian ditentukan berbagai
indikator yang akan diukurnya. Berdasarkan indikator tersebut kemudian disusunlah butir
butir pertanyaan atau pernyataan tertentu. Banyaknya indikator untuk masing-masing
variabel biasanya tidak sama.
Sebagai contoh misalnya salah satu variabel yang diteliti adalah tingkat kekayaan.
Indikator dari kekayaan misalnya: rumah, kendaraan,tempat belanja, jenis makanan, jenis
olahraga dan pendidikan anak. Indikator untuk rumah misalnya: jumlah rumah, daerah
atau jalan letak rumah, luas rumah, banyak lantai, kualitas bangunan. Indikator untuk
pendidikan anak misalnya: di dalam negeri, di luar negeri, sekolah khusus atau sekolah
negeri.Agar dapat menentukan indikator yang tepat dari setiap variabel perlu wawasan
yang luas dan mendalam, karena biasanya relatif sulit apalagi bagi peneliti pemula.
Banyak membaca buku dan bertanya kepada yang berkompeten adalah suatu cara untuk
mencari jalan keluar yang baik dari masalah yang dihadapi.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Blach, J.A.; Champion, D. J. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Penerbit Pt Eresco. Bandung. 1992.
2. D.A. de Vaus. Surveys in Sicial Research. Third Edition. Department of Siciology. La Trobe University. Melbourne. UCL Press. London. 1992.
3. Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Cetakan Keempat PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2001.
4. Joko Subagyo. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Cetakan Pertama. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 1991.
5. Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Cetakan VI. Penerbit Mandar Maju. Bandung. 1990.
6. Mardalis. Metode Penelitian. Suatu Pendekatan Proposal. Cetakan Pertama Pencetak PT Melton Putra Jakarta. 1990.
7. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Peneitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. 1995.
8. Mercado, C.M. Langkah langkah Penelitian Ilmu Sosial, Institut Komuniksi Massa, Universitas Philippina, Philippina. 1971
9. Nasution, S. Metode Research. Penelitian Ilmiah. Penerbit Jembar.Bandung. 1987.
10. Parel, C. P. ; Caldito, G. C. ; Ferrer, P. L. ; De Guzman, G. G. ; Sinsioco,C.S.;Tan,R.H. Sampling Design and Procedures. The Agricultural Development Council 630 Fifth Avenue. New York. N. Y. 10020 and Tanglin P.o. Box 34 Singapore 10. 1973.
11. Sugiyono. Metode Penelitian Adminstrasi. Edisi ke 5.Penerbit Alfabeta. Bandung.1997.
12. Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian. Cetakan Keenam. Rajawali Pers. Jakarta. 1991.
12. Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Jilid I. Cetakan Ke XXII. Penerbit Andi Offset Yogyakarta. 1990.
14. Vredenbregt, J. Metode Dan Teknik Penelitian Masyaearakat. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 1984.
41