8
USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG TANAH TERHADAP PENYAKIT SAPU PADA KACANG TANAH DENGAN JAlAN RADIASI DENGAN SINAR GAMMA DARI C060 *) Oleh : ABDUL MADJID H) PENYAKIT SAPU DIINDONESIA a. Hama Penyakit sapu (heksenbezem _ Belanda; hexenbesen _ Jerman; witches'broom _ Inggris), diberi nama demikian karena gejala_gejala serangannya yang khas yang mengakibatkan banyak terbentuknya ranting_ranting sehingga tanaman yang diserang berbentuk mirip sapu. Dalam literatur penyakit ini sering disebut "krulziekte" (Rutgers, 1913), "krul" _ atau "heksenbezem _ ziekte" (Schwarz, 1927), "bunchy plant disease" (Morwood, 1954). b. Gejala-gejala Bos (1957) menggambarkan gejala-gejala penyakit sapu pada tanaman kacang tanah don tanaman_tanaman tropika lainnya seperti Crotalaria usaramoensis Bak. f., Crotalaria juncea L., kacanguci (Phaseolus calcaratus Roxb.) , rowai (Phaseolus lunatus L. ), kacang ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang panjang (Vigna sinensis Endl.). Secara singkat gejala-gejala serangan penyakit sapu pada tanaman kacang tanah dapat digambarkan sebagai berikut. Tanaman yang diserang penyakit menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang luar biasa. Pada hampir tiap_tiap ketiak daun timbul tunas_tunas yang berdaun kecil_kecil, jauh lebih kecil daripada daun_daun normal. Bakal bunga mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi daun_daun berukuran kecil. Oleh karena menurut Goethe (cit. Dobzhansky, 1959) dalam evolusi tanaman "segala sesuatu berasal dari daun", termasuk bagian_ bagian bunga itu, maka serangan penyakit ini mengakibatkan gejala-gejala serupa kemunduran dalam evolusi tanaman. Apabila ginofora telah terbentuk, maka pada pertumbuhan selanjutnya mengalami perubahan dari positip geotrop menjadi negatip geotrop. Dilihat sepintas lalu ginofora itu nampak berbentuk serupa pancing. Tanaman yang telah menunjukkan gejala pada waktu pembungaan, sedikit harapan dapat menghasilkan polong yang berisi. *) Progress Report dikemukokon podo Symposium Rodioisotop yang diselenggorokon oleh Badon Tenogo Atom Nosionol, dilongsungkon di Bondung tonggol 1_2 Agustus 1966. **) Ahli Tumbuh_tumbuhon Tingkot I Deportemen Pertonion. Alomat: Jolon Bandongon 45 F, Bogor. 218

USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG TANAH

TERHADAP PENYAKIT SAPU PADA KACANG TANAH DENGANJAlAN RADIASI DENGAN SINAR GAMMA DARI C060 *)

Oleh :ABDUL MADJID H)

PENYAKIT SAPU DIINDONESIA

a. Hama

Penyakit sapu (heksenbezem _ Belanda; hexenbesen _ Jerman; witches'broom _ Inggris),diberi nama demikian karena gejala_gejala serangannya yang khas yang mengakibatkanbanyak terbentuknya ranting_ranting sehingga tanaman yang diserang berbentuk miripsapu. Dalam literatur penyakit ini sering disebut "krulziekte" (Rutgers, 1913), "krul"_ atau "heksenbezem _ ziekte" (Schwarz, 1927), "bunchy plant disease" (Morwood,1954).

b. Gejala-gejala

Bos (1957) menggambarkan gejala-gejala penyakit sapu pada tanaman kacang tanahdon tanaman_tanaman tropika lainnya seperti Crotalaria usaramoensis Bak. f., Crotalariajuncea L., kacanguci (Phaseolus calcaratus Roxb.) , rowai (Phaseolus lunatus L. ), kacangijo (Phaseolus radiatus L.), kacang panjang (Vigna sinensis Endl.).

Secara singkat gejala-gejala serangan penyakit sapu pada tanaman kacang tanahdapat digambarkan sebagai berikut.

Tanaman yang diserang penyakit menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang luar biasa.Pada hampir tiap_tiap ketiak daun timbul tunas_tunas yang berdaun kecil_kecil, jauhlebih kecil daripada daun_daun normal. Bakal bunga mengalami perubahan bentuk,yaitu menjadi daun_daun berukuran kecil. Oleh karena menurut Goethe (cit. Dobzhansky,1959) dalam evolusi tanaman "segala sesuatu berasal dari daun", termasuk bagian_bagian bunga itu, maka serangan penyakit ini mengakibatkan gejala-gejala serupakemunduran dalam evolusi tanaman.

Apabila ginofora telah terbentuk, maka pada pertumbuhan selanjutnya mengalamiperubahan dari positip geotrop menjadi negatip geotrop. Dilihat sepintas lalu ginoforaitu nampak berbentuk serupa pancing. Tanaman yang telah menunjukkan gejala padawaktu pembungaan, sedikit harapan dapat menghasilkan polong yang berisi.

*) Progress Report dikemukokon podo Symposium Rodioisotop yang diselenggorokon oleh BadonTenogo Atom Nosionol, dilongsungkon di Bondung tonggol 1 _ 2 Agustus 1966.

**) Ahli Tumbuh_tumbuhon Tingkot I Deportemen Pertonion.Alomat: Jolon Bandongon 45 F, Bogor.

218

Page 2: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

Gambar 1 menunjukkan tanaman kacang tanah varitas Gajah yang sehat dibandingkandengan yang diserang penyakit sapu.

c. Sebab-sebab penyakit

Thung (1947) pertama kali mengemukakan bahwa penyakit sapu itu disebabkan olehvirus. Dugaan ini dikuatkan dengan berhasiJnya percobaan penularan penyakit itu secarabuatan dengan jalan penyambungan tanaman yang sakit atas tanaman yang sehat.

d. Tanaman inang

Adapun tanaman_tanaman yang diduga merupakan tanaman inang penyakit sapu iniadalah kacang parang (Canavalia ensiform is DC), Crotalaria spp., ubijalar ( Ipomoeabatatas Poir), kacang panjang (Vigna sinensis L.), (cit. Bos, 1957).

e. Penular'penyakitMenurut penelitian Bergman (Bergman, 1956) pembawa penyakit ini adalah sejenis

Jassidae, yaitu Orosius argentatus (Evans). Serangga ini merupakan pula penular penya_kit sapu pada alfalfa yang gejala_gejala serangan penyakitnya serupa benar denganyang telah dikemukakan diatas. (Jones dan Smith, 1953). Jones dan Smith (1953) tidakmenemukan bukti_bukti bahwa penyakit sapu pada alfalfa itu dapat ditularkan melaluibiji. Hal serupa itu didapat pula oleh penulis pada tanaman kacang tanah.

f. Penyebaran

Penyakit ini pertama kali diJaporkan terdapat dibekas Karesidenan Surabaya olehRutgers pada tahun 1913 (Rutgers, 1913). Bos (1957) membuat daftar tempat_tempat di_ketemukannya penyakit sapu tersebut berdasarkan laporan_laporan dari Lembaga PenelitianHama dan Penyakit Tanaman di Bogor dari tahun 1914 hingga 1932. Pada jangka waktutersebut, penyakit sapu dikenal terdapat di Malang, Bangkalan, Kediri, Madiun, Cire_bon, Indramayu dan Rembang.

Pada waktu ini, penyakit sapu itu sudah merupakan penyakit yang biasa terdapat diJawa. Adapun besarnya serangan berl ai nan di berbagai tempat. Sauer (1953) mengang_gap bahwa serangan penyakit sapu itu sedikit yaitu hanya mencapai 8%. Penulis ber_pendapat bahwa pada waktu ini anggapan serupa itu sudah tidak sesuai dengan kenyataanlagi. Penyakit ini makin lama makin meluas dan semakin berat. Disebuah kebun petanidi Ciawigebang (Kuningan) pernah diketemukan serangan lebih dari 30% (musim kering1962) dan di Kebun Percobaan Cimanggu (Bogor) lebih dari 40% (musim kering 1963).

Oleh karena 83% dari luas pertanaman kacang tanah Indonesia terdapat di Jawa(Madjid, 1963) yang sudah banyak penyakit sapu itu, maka sudah selayaknyalah apa_bila perhatian banyak ditujukan terhadap usaha mengatasi penyakit ini.

g. Sumber ketahanan terhadap penyakit sapuMenzies (cU. Jones dan Smith,' 1953) menemukan pada alfalfa beberapa tanaman

yang lebih toleran terhadap penyakit sapu daripada tanaman_tanaman yang lain. Didugadengan jalan pengujian sejumlah besar tanaman akan diperoleh tanaman yang tinggitoleransinya.

Menurut observasi yang dijalankan oleh penulis atas 200 varitas kacang tanah daritipe tegak maupun menjalar, tidak nampak adanya ketahanan terhadap penyakit sapupada sesuatu varitas. Observasi ini diJakukan atas varitas-varitas yang sudah lama di_anjurkan maupun atas varitas_varitas yang masih merupakan tanaman_tanaman koleksihasil introduksi.

Sauer (1953) mengemukakan, bahwa pengharapan untuk seleksi terhadap ketahananpenyakit sapu untuk beberapa waktu masih kosong. Namun disarankannya penggunaanspecies liar sebagai sumber ketahanan penyakit itu. Tidak disebutkan species liar mana_kah yang dapat dipergunakan untuk tujuan tersebut.

Berdasarkan hal_hal tersebut diatas, penul is berpendapat bahwa penggunaan carakonvensionil dengan jalan persilangan antar varitas dan seleksi sedikit memberi harapan

219

Page 3: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

diperolehnya tanaman yang tahan terhadap penyakit itu. Penggunaan species liar dariArachis, masih memerlukan mendatangkan b'ahan-bahan tersebut dari luar negeri _ ter_utama negeri asal kacang tanah Brasil ia _ serta menguji species_species tersebut baikketahanannya terhadap penyakit sapu maupun kemampuan untuk dipersilangkan dengankacang tanah. Keadaan_keadaan ini mendorong penulis untuk menempuh jalan menimbul_kan mutasi ketahanan penyakit itu dengan radiasi terhadap varitas yang sudah dianjur_kan secara luas.

PENGGUNAAN RADIASI DALAM PEMULlAAN KACANG TANAH

Kegunaan sinar_X dalam pemuliaan tanaman kacang tanah dikemukanan oleh Gregory(Gregory, 1955). Ditundjukkannya kemungkinan_kemungkinan yang luar biasa yang di_peroleh dari variabilitas yang dapat ditimbulkan dari radiasi itu. Variabilitas 'yang luarbiasa pada fenotipe diketemukan pada populasi X2 dan X3• Adapun dosis tertinggi yangdipergunakan oleh Gregory dalam percobaan ini adalah 18.500 r, sedangkan radiasidikerjakan atas biji tanaman.

Penggunaan sinar_X untuk menimbulkan mutan yang tahan penyakit becak_becakdaun (Cercospora personata (B & C) E & F dan Cercospora arachjdjcola Hori) dilapor_kan oleh Cooper dan Gregory (Cooper dan Gregory 1960) dengan pemilihan tanaman_tanaman yang telah diradiasikan dengan sinar_X pada dosis 18.500 r don diselenggara_kan pada generasi X2 dan X3• Ternyata ketahanan itu tetap, sedangkan hasil danfertilitanya tinggi.

Didalam literatur belum pernah didapat penggunaan radiasi dalam usaha menimbulkanmutan yang tahan terhadap penyakit sapu pada kacang tanah.

PENELITIAN PENDAHULUAN CARA-CARA PENULARAN PENYAKIT

Penelitian pendahuluan ini dikerjakan secara kerjasama dengan Sdr. RochimatAtmaleksana, semula pegawai pada Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanamandi Bogor. Adapun penelitian ini merupakan perluasan dari penelitian yang pernah di_kerj akan oleh Thung (Thung, 1947).

Adapun perlakuan_perlakuan yang diambil adalah sebagai berikut,

1. Sambungan, yaitu menyambungkan tanaman yang sakit diatas tanaman yang sehat.2. Pembubuhan cairan (sap) tanaman yang sakit kepada tanaman yang sehat. Tanaman

yang sehat dipotong pucuknya, kl. 2 cm dari ujung, dan pada tonggak potongandibubuhkan kapas kira_kira sebesar 1 butir jagung. Cairan ini dari tanamansakitsegera ditetaskan diatas kapas sampai basah benar.

3. Injeksi batang tanaman yang sehat dengan cairan dari tanaman yang sakit dengankepekatan yang sama seperti pada angka 2 diatas.

4. Perl ukaan daun dengan karborundum dan penularan dengan menggunakan cairan daritanaman yang sakit pada daun yang telah dilukai itu.

5. Penanaman diatas tanah bekas ditumbuhi tanaman yang sakit. Tanah itu diambilsegera sesudah tanaman yang sakit di cabut, dan penanaman dikerjakan pada waktuitu pula.

6. Penanaman dikerjakan pada tanah yang dicampur dengan potongan_potongan dariseluruh bagian tanaman yang sakit. Panjang potongan kl. 3 cm. Tiap_tiap pot ber_isi kl. 40 9 potongan_potongan itu. Penanaman dijalankan 1 minggu setelah pe_nguburan potongan_potongan tanaman.

7. Penularan penyakit dengan menggunakan Cuscuta sp. Tanaman yang sakit dijajarkandengan tanaman yang diuji. Pada kedua tanaman tersebut dililitkan Cuscuta sp.

8. Tanaman pembanding.

Perlakuan 1, 2, 3, 4 dan 7 dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu.

220

Page 4: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

Adapun penularan dengan menggunakan serangga_serangga pengisap daun tidak di_kerjakan berhubung tidak tersedianya fasilitas untuk penelitian semaeam itu.

Varitas kaeang tanah yang dipergunakan adalah Gajah, baik untuk penular penyakitmaupun yang menerima penularan penyakit. Biji_biji ditanam didalam pot_pot berbentukkubus berukuran 20 x 20 x 20 em. Pereobaan menggunakan eorak blok dengan 5 ulang_an. Tiap perlakuan pada tiap ulangan terdiri dari 2 pot, masing_masing pot berisi 2tanaman. Dengan demikian tiap perlakuan pada seluruh pereobaan terdiri dari 20tanaman. Pereobaan disel enggarakan didalam rumah kaea yang tertutup.

Adapun hasil dari pereobaan pendahul uan ini adalah sebagai berikut.Pada pereobaan ini penularan dengan menggunakan Cuscuta sp. tidak memberi hasil

berhubung kegagalan Cuseuta tersebut untuk hidup pada kaeang tanah.Gejala adanya serangan penyakit sapu, dalam hal ini terbentuknya ginofora yang

negatip geotrop, mulai nampak pada tanaman_tanaman yang disambung setelah tanamanberumur 63 hari. atau 40 hari setelah penyambungan. Perlakuan_perlakuan lain tidakmenunjukkan kemanfaatan sebagai eara penularan, yaitu tidak menunjukkan gejalaserangan penyakit sampai waktu panenan pada umur 105 hari.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa: (l) penularan penyakit sapu itu lambatsekali; (2) nampaknya penyakit sapu ini tidak dapat ditularkan dengan sentuhan, tanahdan sisa tanaman yang sakit.

USAHA MENDAPATKAN MUTAN DENGAN RADIASI

a. Bahan dan cara

Kaeang tanah yang dipergunakan adalah varitas Gajah, yaitu suatu varitas yangtinggi keseragamannya dan luas dianjurkan. Biji kaeang tanah itu diradiasikan dengansi nar gamma dari Co 60 dengan dosis sebagai berikut.

1. Pembanding, tak diradiasikan

2. 10.000 r

9. 45.000 r

3. 15.000 r

10. 50.000 r

4. 20.000 r

11. 60.000 r

5. 25.000 r

12. 70.000 r

6. 30.000 r

13. 80.000 r

7. 35.000 r

14. 90.000 r

8. 40.000 r

15. 100.000 r

Untuk masing_masing dosis dipergunakan biji sebanyak 1 kg (kl. 2000 biji). Radiasidikerjakan oleh Badan Tenaga Atom Nasional di Jakarta.

Dua minggu setelah diradiasikan, biji ditanam didalam pot dan di kebun. Pertanam_an didalam pot terdiri dari 2 bagian, sebagian untuk observasi morfologi tanaman dansebagian lagi untuk infeksi terhadap penyakit sapu dengan penyambungan. Masing_masing perlakuan radiasi pada tiap-tiap bagian tersebut terdiri dari 10 pot, tiap_tiappot 2 tanaman pada jarak kl. 10 em. Penanaman dikebun dengan jarak 25 x 25 em,untuk tiap perlakuan dipergunakan petak ukuran 1.25 x 9 m, tiap petak berisi 180tanaman. Penyambungan dikerjakan 2 minggu setelah penanaman. Untuk penyambunganyang eermat, tiap orang memerlukan waktu kl. 5 menit untuk 1 sambungan. Persentasesambungan yang berhasil dirumah kaea kl. 80%, sedangkan dikebun hanya kl. 25%berhubung terik matahari.

221

Page 5: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

b. Hasil

1. Observasi morfologi tanaman.

BnLbiji yang dirodiosikon podo dosis 60.000 r keotos ternyoto podo perkeeombahan_nya mengalami kelambatan 7 hari atau lebih dibandingkan dengan pembanding dan biji_biji dari dosis dibawah dosis_dosis tersebut. Pertumbuhannyapun sangat terhambat. Padaumur 25 hari tanaman berasal dari radiasi diatas 60.000 r sangat pendek (kl. 3 em),daun ti dak mampu berkembang, sedangkan pueuk tanaman berwarna kemerah_merahan.Keadaan ini disusul dengan kematian tanaman itu.

Pada dosis 25.000 r sampai 50.000 r daun_daun tonaman kepueat_pueatan, menun_jukkan terganggunya jumlah chlorofil didalam daun. Pertumbuhan vegetatif tidak normal(gambar 2.). Walaupun pada gambar nampaknyo hasil radiasi Iebih baik daripada pem_banding, namun kenyataannya besarnya batang dan daun yang terbentuk semakin kecilsejalan dengan dosis yang diberikan.

Berhubung dengan banyaknya tanaman yang mati serta sangat buruknya pertumbuhantanaman dari perlakuan 40.000 r keatas dikebun, maka pada pencatatan beberapa sifatagronomi yang diperl ukan, data yang diambil hanya sampai pada dosis 35.000 r.Adapun hasilnya dapat dilihat pada daftar 1.

Daftar 1

BEBERAPA SIFAT AGRONOMI TERPENTING PADA KACANG TANAHYANG DIRADIASIKAN. BANYAKNYA LUBANG TANAMAN 180.

DITANAM 15 JUNI 1962. PANEN 3 OKTOBER 1962.

Sifat agronomiDesis rodiasi (r)

0

100001500020000250003000035000

Tg. mulai berkecambah

21/621/622/623/623/623/623/6

Tg. berkecambah merata 24/6

24/628/628/628/628/628/6

Jumlah berkecambah (%) 83

626055918697

Jumlah terserang peny.layu

1-5 337 4

Jumlah tanaman mati

101132 9304153

Tg. mulai berbunga

15/715/715/715/715/717/717/7

Tg. berbunga serempak

20/720/720/720/720/727/727/7

Jumlah tanaman waktupanen

1341591401521248973

Rata_rata bobot hijauanper tanaman (g)

125.4 90.589.394.786.389.956.1

Rata-rato bobot polongkering per tanaman(g)

22.417.117.615.18.111.43.4

Depat dilihat, bahwa tanaman yang mendapat radiasi 30.000 r dan 35.000 r terlam_. bat mulai berbunga dengan 2 hari, dan keserempakan berbunga terlambat 7 hari diban_dingkan dengan perlakuan dengan dosis lebih rendah dari 30.000 r. Adapun mengenaihasil hijauan dan polong kering nampak jelas sangat berkurang pada dosis 35.000 r.

222

Page 6: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

Gambar 2. TINGGI TANAMAN, BANYAKNYA DAUN DAN CABANG PADA UMUR 25 HARI

tinggi tanaman banyaknyabanyaknya(em)

dauneabang

18 I.19

14+ {\

/ \ t18t3,5

/\

17 t.'\

t17\\ r\ 13

16 tjI\\

A15

+ \ I \. \ i \Ii f14

\

i \15 t-

II \ \..

+I /\+13+2,5

\I

./ \

\

I\

~12

\i \

14 t!I ---- _ \ i i

\

r~-------'.V

\.\.2

\ 10\. , \"/ \1 9

\

~ 8~ 1,5

\12 I-

1\•••••.... ~\\t 7\

\, I 6

111

\/T• \ 4

.

. ., ,10 I ,

.,,,'tr'.,I 3!0,500000000000 088888880 0

0Ll)0Ll)gLl)0~0N N M"'<t Ll)

--+---+.- tinggi tanaman

______ banyaknya daun..• 6 'u. 6 banyaknya cabang

DOSIS RADIASI (r)

223

Page 7: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

2. Penul arun penyakitPenularan penyakit sapu dengan jalan penyambungan di kebun tidak memberi hasil

yang memuaskan berhubung kesulitan teknis dalam penyambungan dan rendahnya persen­tase sambungan yan<J jadi (kl. 25%). Adapun penularan dengan penyambun<Jan di rumah­kaca berhasil dengan baik. Pada akhir' percobaan tidak satupun dari tanaman yang di_sambung yang kalis dari penyakit sapu. Nampak adanya kecenderungan semakin hebat_nya serangan semakin tinggi dosis yang diberikan. Semua tanaman yang diradiasikanpada 25.000 r atau lebih, lebih awal menunjukkan akibat serangan.

c. Pembicaraan dan kesimpulanKerusakan fisik atau penghambatan pertumbuhan akibat radiasi adalah hal yang biasa,

yan<J derajatnya berlainan tergantung pada tanaman dan bahan radiasi. Gordon (1957)berpendapat bahwa gangguan pertumbuhan itu disebabkan oleh akibat radiasi itu ter_hadap reaksi penting yang terjadi sebelum sintesis auksin dan ADN (asamdeoksiribonuk_leat). Gangguan itu pada dosis yang tinggi semakin hebat, sehingga tanaman tidakmampu tumbuh lebih lanjut. Dalam percobaan ini dosis itu nampaknya 50.000 r keatas.

Berkurangnya bobot polong terbentuk pada tanaman yang diradiasikan, mungkindisebabkan oleh berkurangnya fertil ita tanaman. Patil dan Bora (1961) dengan meng_gunakan sinar_X menemukan gangguan pembelahan meiosis pada tanaman_tanaman X 1­

Adapun gangguan yang diderita misal nya terjadinya translokasi timbal balik, inversiterbentuknya kumparan ganda, pemisahan chromosoma yang menyimpang dari kebiasaanbahkan kegagalan sitokinesis didapat pula. Apakah kejadian_kejadian tepat semacamitu terdapat dalam penelitian ini, masih perlu dibuktikan.

Walaupun dalam percobaan ini penggunaan radiasi untuk menimbulkan mutant yangtahan penyakit sapu itu "tidak memberi harapan", namun usaha kearah itu musih harusditeruskan, berhubung dalam percobaan ini banyaknya bahan yang dipergunakan sangatterbatas. M7ncari cara penularan buatan yang paling efisien dan praktis merupakandasar yang memungkinkan memperbesar bahan yan<J diuji ketahanannya itu. Semen taraitu 2 cara yang mungkin dapat ditempuh sebelum didapat cara yang lebih baik lagi,yaitu :

1. penggunaan serangga penular penyakit sapu, Orosjus argentatus (Evans).2. penularan dial am terbuka, dengan menggunakan tempat yang sedapat mungkin ter_

pencil dari tanaman_tanaman pertanian yang dapat kena tular.Berhubung risiko besar yang harus dihadapi sebagai akibat negatifnya, maka seyo_gyanya cara kedua ini tidak diambil ••

Menilik hasil _ hasil diatas, dosis yang dipergunakan setinggi_tingginya adalah25.000 r.

SINGKATAN

Penyakit sapu (Witches'broom) merupakan salah satu penyakit terpenting yang meng_hal ang i usaha menaikkan produksi kacang tanah. Pada pertanaman kacang tanah dilembaga Penelitian di Bogor, tidak pernah didapat pertanaman yang kalis dari penyakitini.

Penelitian tentang cara penularan buatan, yang kemudian dilanjutkan dengan peng­gunaannya pada tanaman_tanaman hasil radiasi (R,), dimulai sejak 15 Nopember 1961.Adapun cara penginfeksian yang didapat efektif dalam percobaan ini ialah penyambungandari tanaman yang sakit (batang atas) terhadap tanaman_tanaman hasil radiasi (batangbawah). Dalam 3 _ 4 minggu setelah penyambungan, akibat penularan dapat dil ihat.Semua tanaman yang diradiasikan pada 25.000 r atau lebih, lebih awal menunjukkanakibat serangan. Pada akhir percobaan tidak satupun tanaman dari radiasi yang kal isdari serangan.

224

Page 8: USAHA UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KACANG …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/SimposiumI... · ijo (Phaseolus radiatus L.), kacang ... Tanaman yang diserang penyakit

Dalam melanjutkan penelitian ini, penulis berkesimpulan untuk (1) mencari carayang paling efektif dan murah dalam penularan buatan penyakit itu, (2) menggunakantanaman yang lebih banyak, (3) radiasi dengan dosis dibawah 25.000 r.

DAFTAR PUSTAKA

1. BERGMAN, B.H.H. 1956. Het mozaiek I en de heksenbezemziekte van de aard_noot (Arachjs hypogaea 1.) in West Java en hun vector, de JassideOrosjus argentatus (Evans). Tijdschr. Plantenz. 62 : 291 _ 304.

2. BOS, L. 1957. Heksenbezem verschijnselen _ een pathologisch_morfologisch onder_zoek. Med Landbh., Wageningen 57 (1) : 1 _ 79.

3. COOPER, W. E. dan W. C. GREGORY 1960. Radiation _ induced leafspot resistantmutants in the peanut (Arachjs hypogaea 1. ). Agron. J. 52 : 1 _ 4.

4. DOBZHANSKY, T. 1959. EvoluUon, GeneUcs, and Man. John Wiley & Sons,Inc., N.Y ••

5. GORDON, S. A. 1957. The effects of ionizing radiation on plants: Biochemicaland physiological aspects. Quart. Rev. Bio'i. 32 (1) : 3 _ 14.

6. GREGORX, 0 W. C~. 1955 X_ray breeding of peanuts. Agron. J. 47, : 396 _ 399.

7. JONES, F. R. dctn O. F. SMITH 1953. Sources of healthier alfalfa. Dalam Yearbook 01: Agdculture . 1953, U. S.A.8. MADJID A. 1963'.-Uscrha mempertinggi produksi kacang tanah. Jawatan Pertanian,

Bogor.9. MO RWOO D, R. B. 1954. Peanut di seases. Queensl. Agr. J. 79 : 267 _ 270.

10. PATlL, S. H. dan K. C. BORA 1961. Meiotic Abnormalities induced by X_rays inArachjshypogaea. Indian J. Genet. 21 : 59 _ 74.

11. RUTGERS, A.A.L. 1913. De krulziekte van kacang tanah (Arachjs hypogaea 1. ).Meded. Inst. Plantenz Buitenzorg. 6.

12. SAUER, G. 1953. Selectie van de aardnoot (Arachjs hypogaea 1. ) op ziek_teresistensie Landbouw 25 : 265 _ 281 •

13. SCHWARZ, M. B. 1927. Enige ziekten van onbekende aard bij groenbemesters.Korte Meded. Inst. PIantenz. Buitenz. 7.

14. THUNG, LHo 1947. Virusziekten van Arachjs hypogaea. Landbouw 19 (8) :337 _347.

225