Upload
-tony-santoso-putra-
View
43
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang
berasal dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi
sebagai bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis
berat, tergantung dari lokasi atau penyebaran sistemik.1 Penyakit infeksi
merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia. Infeksi saluran
kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran
nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita
di atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran
kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira
40-60%.2 Sebagian besar sepsis berat dilaporkan dalam literatur
berhubungan dengan pernapasan (50%), infeksi abdomen (24%), traktur
urinarius (5%).3 Sepsis sebagian besar ditemukan pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.4 Dalam bebarapa tahun terakhir insidensi sepsis meningkat 8,7%
per tahun.5 Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai
bakteriuria dengan gejala yang terbatas, sepsis, sepsis berat, tergantung
pada lokasi dan penyebaran sistemik. Sepsis berat merupakan keadan
yang berat dengan laporan mortalitas berkisar 20-42 %.5 Angka kematian
itu turun karena diduga pengingkatan manajemen pasien yang bagus. 6
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISIUrosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang
berasala dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi
sebagai bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis
berat, tergantung dari lokasi atau penyebaran sistemik. Sepsis didiagnosis
jika infeksi disertai oleh tanda-tanda SIRS ( Systemic Inflamatory
Response Syndrome ) yang tandai dengan: 1
Hipotermi/Hipertermi
Takikardi
Takipnu
Leukopeni / leukositosis
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh
dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua
setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-
rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65
tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang
mencapai kira-kira 40-60%. 2
Urinary Tract Infection (UTI) atau lebih dikenal Infeksi saluran kemih(ISK)
merupakan masalah yang banyak dijumpai dalam praktek klinis. Menurutsaluran
yang terkena maka ISK dapat dibedakan menjadi bagian atas(pielonefritis) dan
bagian bawah (sisititis, prostatitis, uretritis) (Tisher danWilcox, 1997).Dari segi klinis ISK
dibagi menjadi:7
1. Infeksi saluran kemih tidak terkomplikasi (simple / uncomplicated urinarytract
infection) yaitu bila tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguanstruktur
maupun fungsi saluran kemih
2. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu
bila terdapat hal-hal tertentu sebagai penyulit ISK dan kelainan struktural maupun
fungsional yang merubah aliran urin, seperti:
a. Obstruksi saluran urin
2
a. Anomali konginetal
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi urete
d. Kista ginjal
e. Abses ginjal
f. Tumor ginjalb
b. Refluks vesikouretral
c. Penderita gangguan fungsi dan struktur ginjal
d. Residu urin dalam kandung kemih
a. Neurogenic bladder
b. Struktur uretra
c. Penyakit dengan pembesaran prostate
Wanita lebih beresiko terkena infeksi saluran kemih daripada laki-lakikarena pada
wanita panjang uretranya lebih pendek dibandingkan laki-laki. Padawanita panjang
uretra 1,5 inci dan pada laki-laki panjang uretra 8 inchi.8
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi
penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia.
Penatalaksanaan infeksi berkaitan dengan pemberian antibiotika.
Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk mengatasi
masalah resistensi kuman.9
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu
Panduan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria.
Panduan ini merujuk panduan yang sudah dibuat oleh EAU (European
Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America).10
B. EPIDEMIOLOGIPenelitian di rumah sakit di Amerika Serikat selama kurun waktu
antara 1979-2000 menunjukkan bahwa insidens sepsis menunjukkan
peningkatan rata-rata 8,7% setiap tahunnya. Insiden laki-laki lebih banyak
mengalami sepsis dibandingkan wanita. Sebagian besar kematian
3
disebabkan karena disfungsi organ multiple. Dikatakan bahwa jika tidak
disertai dengan komplikasi disfungsi organ, hanya 15% pasien sepsis
yang meninggal, sedangkan jika diikuti dengan disfungsi organ multiple
angka kematian meningkat menjadi 70%. 11 Penyebab terbanyak
urosepsis ini adalah golongan bakteri gram negative. Urosepsis sama
dengan tipe sepsis lainnya dimana berat ringannya sepsis tergantung
pada respon host. Pasien yang mudah terkena urosepsis adalah :
Pasien usia tua
Pasien diabetes
Pasien dengan imunokompromis
Resepien tranplantasi organ
Pasien kanker yang medapatkan kemoterapi atau kprtikosteroid
Pasien dengam acquired immunodeficiensy syndrome
Urosepsis juga dipengaruhi oleh faktor lokal seperti, kalkulus traktus
urinarius, obstruksi pada traktus urinarius, penyakit neurogenic bladder,
atau pemeriksaan dengan endoskopi.13
Bakteremia simtomatik yang menyebabkan syok dan kematian
akibat bakteri berasal dari traktus urinarius yang merupakan komplikasi
dari ISK. 1
Bakteremia : Bakteri terdapat dalam darah yang dikonfirmasi dengan kultur,
dapat bersifat sementara.3
Systemic inflammatory response syndrome :Respon sistemik ini memiliki kondisi berikut :
Temperatur > 38°C atau < 36°C
Denyut nadi > 90 kali / min
Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (<
4.3 kPa)
Leukosit > 12,000 sel/mm3, < 4,000 sel/mm3 atau 10% bentuk
imatur (batang).3
Sepsis syndrome
4
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.3
Syok septik Sepsis dengan hipotensi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan
yang cukup dan masih tetap terdapat gangguan perfusi berupa
asidosis laktat, oliguria dan gangguan mental akut. Pasien dengan
obat inotropik dan vasopressor dapat tidak memberikan gambaran
hipotensi saat terjadi gangguan perfusi.
Refractory septic shock Syok septik yang berlangsung > 1 jam dan tidak respon terhadap
pemberian cairan atau intervensi farmakologi.
C. ETIOLOGIKarena merupakan penyebaran infeksi maka kuman penyebabnya
sama dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu
golongan kuman coliform negatif. E coli merupakan penyebab tersering
menimbulkan sepsis. Kelainan urologi yang sering menimbulkan urosepsis
adalah batu saluran kemih, hyperplasia prostat, dan keganasan saluran
kemih yang menyebabkan hidronefrosis dan bahkan pyelonefrosis.2
D. PATOFISIOLOGIPatogenesis dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya
endotoksin, suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri
kedalam sirkulasi darah. Dengan adanya endotoksin tersebut memacu
terjadinya rangkaian septic cascade. Keadaan ini menimbulkan sindroma
respon inflamasi sistemik atau systemic inflammatori response syndrome.
Dikatakan SIRS jika terdapat paling sedikit dua dari beberapa kriteria
berikut:3,4
1. Suhu tubuh > 38ºC atau <36ºC
2. Denyut nadi > 90
3. Frekuensi nafas >20 atau PaCO2 <32
5
4. Leukosit darah >12000 atau <4000/dL atau >10% bentuk leukosit
muda
Dikatakan sepsis jika didapatkan SIRS dengan tanda infeksi dan
sepsis berat jika disertai dengan hipotensi (sistole <90mmHg), atau
terdapat disfungsi organ, atau hipoperfusi (terdapat salah satu kondisi
berikut, yaitu hipoksemia, peningkatan asam laktat, atau oliguria). Derajat
sepsis paling berat adalah syok septic yaitu sepsis yang disertai dengan
hipotensi dan hipoperfusi.
Adapun yang berperan dalam ISK adalah12
Mekanisme Pertahanan Host
Saluran kemih yang normal umumnya resisten terhadap invasi oleh bakteri
dan efisien dengan cepat menghilangkan mikroorganisme yang mencapai
kandung kemih.Urin dalam keadaan normal mampu menghambat dan
membunuh mikroorganisme. Faktor-faktor yang dianggap bertanggung jawab
termasuk pH rendah, ekstrem diosmolalitas, konsentrasi urea tinggi, dan
tingginya konsentrasi asam organik. Pertumbuhan bakteri pada laki-laki
terhambat oleh sekresi pada prostat. Adanyabakteri di dalam kandung kemih
merangsang berkemih, dengan diuresis meningkat dan efisien pengosongan
kandung kemih. Faktor-faktor ini sangat penting dalam mencegah inisiasi dan
pencegahan infeksi kandung kemih. Pasien yang tidak mampu untuk
membuang urin sepenuhnya berada pada risiko lebih besar untuk mengalami
infeksi. Selain itu, pasien dengan jumlah urin sisa lebih sedikit dalam kandung
kemih mereka menanggapi dengan kurang menyenangkan dibandingkan
dengan pasien yang dapat mengosongkan kandung kemih mereka
sepenuhnya. Salah satu faktor virulensi penting dari bakteri adalah
kemampuan mereka untuk masuk ke sel epitelkemih, sehingga Kolonisasi
kemih saluran, infeksi kandung kemih, dan faktor pyelonephritis(Dipiro,
2005).Faktor lain yang mungkin mencegah masuknya bakteri adalah
imunoglobulin(Ig) G dan A. Peran Igs dalam mencegah infeksi kandung
kemih kurang jelas. Setelah bakteri benar-benar telah menginvasi mukosa
6
kandung kemih, respon peradangan dirangsang dengan mobilisasi
polymorphonuclear leukosit (PMNs) dan fagositosis yang dihasilkan PMNs.
PMNs adalah terutama bertanggung jawab untuk membatasi invasi jaringan
dan mengendalikan penyebaran infeksi pada kandung kemih dan
ginjal.Faktor-faktor yang mungkin memainkan peran dalam pencegahan UTI
adalah kehadiran Lactobacillus dalam vagina flora dan estrogen. Pada wanita
premenopause, estrogen mendukung pertumbuhan laktobasilus, yang
menghasilkan asam laktat untuk membantu mempertahankan pH vagina
yang rendah, sehingga mencegah kolonisasi E. Coli di vagina. Yang dapat di
gunakan Spermisida, β-laktamantimikroba digunakan, estrogen tingkat
rendah. 12
Faktor Virulensi Bakteri
Organisme patogen memiliki perbedaan derajat patogenisitas (virulensi), yang
berperan dalam pengembangan dan beratnya infeksi. Bakteri yang masuk
epitel saluran kemih terkait dengan kolonisasi dan infeksi. Mekanisme adhesi
bakteri gram negatif, terutama E.coli, berkaitan dengan bakteri fimbriae ini
fimbriae adalah komponen glikolipid pada sel epitel spesifik. Jenis yang paling
umum dari fimbriae adalah tipe 1, yang mengikat residu mannose dalam
glikoprotein. Glikosaminoglikan dan Tamm- protein Horsfallkaya residu
mannose yang berisi tipe 1 fimbriae. Selain itu sekretori IgA antibodi
mengandung reseptor untuk tipe 1 fimbriae, yang memudahkan fagositosis,
tetapi mereka bukan reseptor untuk fimbriae P. faktor virulensi lainnya adalah
produksi hemolisin dan aerobactin. hemolisin adalah protein yang diproduksi
oleh bakterisitotoksik menyebabkan lisis berbagai sel, termasuk eritrosit, dan
monosit. E. coli dan bakteri gram negatif lainnya membutuhkan besi untuk
metabolisme aerobik.Aerobactin memfasilitasi mengikat dan menyerap zat
besi oleh E. coli, namun, makna dari patogenesis UTI masih belum
diketahui.12
E. DIAGNOSIS10
Untuk menegakkan diagnosis suatu urosepsis harus dibuktikan bahwa
bakteri yang beredar didalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri
7
yang ada dalam urin (kutur urin). Secara umum dikatakan urosepsis
merupakan komplikasi dari beberapa situasi antara lain:
1. tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria
2. abses renal
3. pielonefritis akut
4. Infeksi akibat obstruksi saluran kemih atau pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas
5. bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien
dengan gangguan kekebalan imunitas.
Selain itu, dilakukan pemeriksaan untuk mencari sumber infeksi dan
akibat dari kelainan yang ditimbulkan pada beberapa organ. Segera
dilakukan pemeriksaan yang meliputi laboratorium, dan pencitraan.
F. PENATALAKSANAAN 10
Penanganan urosepsis harus dilakukan secara komprehensif dan
ditujukan terhadap:
Penanganan infeksi yang meliputi eradikasi kuman penyebab
infeksi serta menghilangkan sumber infeksi
Akibat dari infeksi yaitu SIRS, syok septic atau disfungsi multiorgan
Toksin atau mediator yang dikeluarkan oleh bakteri
Tindakan umum
– Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium
penunjang. Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia, perdarahan,
gangguan jantung, anafilaktik dll.
– Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta
fungsi ginjal
– Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
– Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz
kateter, kateter urin
– Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
8
Tindakan khusus urologi :
– Drainase semua obstruksi
– Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.3
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical
Presentation of Urinary Tract Infections. Med. Clin of North Am
1991; 75:2. 241-52.
2. Smyth EG, O'Connell N, Complicated urinary tract infection. Drugs
& Therapy Perspectives 1998; 11(1): 63-6.)
3. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysiology and treatment of
sepsis. N Engl J Med 2003;348(2):138-50.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12519925
4. Rosser CJ, Bare RL, Meredith JW. Urinary tract infections in the
critically ill patient with a urinary catheter. Am J Surg
1999;177(4):287-90.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10326844
5. Martin GS, Mannino DM, Eaton S, Moss M. The epidemiology of
sepsis in the United States from 1979through 2000. N Engl J Med
2003;348(16):1546-54.
6. Brun-Buisson C, Meshaka P, Pinton P, Vallet B; EPISEPSIS Study
Group. EPISEPSIS: a reappraisal of the epidemiology and outcome
of severe sepsis in French intensive care units. Intensive Care Med
2004;30(4):580-8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14997295.
7. Mangatas AM, Ketut suwitra, 2004 . Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Infeksi Saluran Kemih Terkomplikasi , available at
http://www.dexamedica.com/test/htdoes/dexamedica/article_files/isk.pdf
8. Price, S. Anderson. Lorraine McCathy Wilson. 1994. Patofisiologis Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit , edisi ke empat, diterjemahkan oleh Peter
Anigrah.Jakarta: EGC
9. Rubin RH, Shapiro ED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. General
guidelines for the evaluation of new anti-infective drugs for the
treatment of urinary tract infection. Clin Inf Dis 1992 (15) : S216-27.
10
10.Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel
B (ed). European Association of Urology : Guidelines on Urinary
and Male Genital Tract Infections. 2001.
11.Concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V
dan Barke RS. Urol Clin of N Am, 1999, 26, hal 688
12.Dipiro, Joseph T (editor), 2005 Pharmacotherapy: A Pathophisiology
approach, 3 rd Edition , McGraw Hill, New York
13.Bone RC, Balk RA, Cerra FB, Dellinger RP, Fein AM, Knaus WA,
Schein RM, Sibbald WJ. Definitions for sepsis and organ failure and
guidelines for the use of innovative therapies in sepsis. The ACCP/
SCCM Consensus Conference Committee. American College of
Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine. Chest
1992;101(6):1644-55.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1303622
11
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIENNama :Tn. AM
Umur : 50 tahun
No. RMK : 708439
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Alamat : Kompleks TNI AU No.7
MRS :
II. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : nyeri pinggang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan penderita batu ginjal dan telah dilakukan
operasi pengeluaran batu kandung kemih, dalam pemeriksaan lab
didapatkan pasien juga menyandang penyakit kencing manis dan
gagal ginjal kronis. Pada pasien ini sempat dilakukan penundaan
operasi sebelum gula darah pasien terkontrol dan mendapatkan
perawatan di penyakit dalam.
Sebelumnya, pasien mengeluhkan adanya nyeri pinggang
sebelah kanan dan kiri sejak ± 6 bulan yll. Nyeri pinggang yang
dirasakan hilang timbul, jika diolesi dengan obat nyeri keluhan
menghilang, namun kemudian muncul kembali. Pada saat bulan
puasa kemarin, pasien sempat meminum obat “Batugen” yang
dibelinya sendiri di apotik dan keluar batu kecil-kecil saat pipis serta
warna kencingnya berubah kemerahan, namun hanya berlangsung 1
hari namun pasien tidak memeriksakannya ke dokter.
Pada 1 minggu setelah lebaran, pasien pergi ke RS Sumitro
dikarenakan demam selama >7hari dan dilakukan rawat inap, oleh
dokter di RS tersebut dikatakan pasien mengalami infeksi. Di RS 12
tersebut dilakukan pemeriksaan USG dan dikatakan hasilnya ada
batu di kedua ginjal dan di rujuk ke RS Haji oleh karena fasilitas yang
tidak memadai. Keluhan lain berupa kencing yang berwarna keruh
seperti susu ± 1 bulan yll dan nyeri setiap selesai berkemih. Pasien
mengaku jika BAK jumlahnya banyak dan tidak pernah mengalami
bengkak pada kakinya.
Pasien mengaku memiliki riwayat kencing manis sejak 2 tahun
yll, namun pasien tidak pernah memeriksakannya ke dokter. Dalam 3
bulan terakhir pasien merasa lebih banyak makan, sering kencing
dan sering merasa ingin minum, mengalami penurunan badan dan
merasa lemah, nyeri pada dada disangkal, gatal disangkal, mata
kabur disangkal, aktivitas seksual menurun disangkal dan rasa tebal
maupun kesemutan pada anggota badan disangkal, jika luka lama
sembuhnya disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit serupa (-), HT (-), DM (+), alergi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Penyakit serupa (-), HT (-), DM (-), alergi (-)
5. Riwayat Sosial :
Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi ±2 gelas per hari,
senang minum yang manis-manis, serta merokok ±1 pak/hari.
III. PEMERIKSAAN FISIK (Jumat, 19 September 2015)A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak sakit berat
2. Berat badan: 65kg ; tinggi badan 180 cm; IMT=68/(1,802)= 20
berat badan normal
3. Kesadaran : Composmentis, GCS : 4-5-6
4. Tanda Vital
Tekanan darah: 120/70
Respirasi rate : 20 x/menit
Nadi : 78 x/menit
13
Suhu : 36,5 oC
B. Pemeriksaan Kepala dan Leher
K/L : a/i/c/d -/-/-/-, pemb. KGB -/-
C. Pemeriksaan Thoraks
Paru
Inspeksi : pola napas reguler, retraksi (-)
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, Fremitus vokal
simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+), nyeri ketuk tidak ada
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus dan pulsasi tidak tampak
Palpasi : Iktus tidak kuat angkat, Thrill (-)
Perkusi : batas jantung dbn
Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
D. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : flat
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, Hepar, lien, massa tidak teraba, nyeri tekan(-)
Perkusi : Timpani
E. Pemeriksaan Ekstremitas
HKM +/+, edema -/-, CRT <2 det.
F. Status Urologi
Flank
Dressing (+) flank (S), rembesan darah (-)
VUkosong, produks urin 300cc/ 24 jam
Genitalia Eksterna
Penis: dbn
Testis: dbn
Skrotum: dbn
RT
BCR +
14
Tonus spinchter animenjepit kuat
Mass (-)
Prostat: dbn
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Kamis, 17 September 2015 )Hb: 11,6 g/dl
Lekosit: 17. 460/mm3
Hct: 35,8 %
Trombosit: 556.000/mm3
GDA: 70 mg/dl
HbA1c: 8,2%
V. PROBLEM LISTPost pyelolitotomi hari ke-9
Batu ren (D)
Lekositosis
DM type II
CKD
VI. ASSESMENTPost pyelolitotomi (S) hari ke-9 + DJ stent (S)+ batu ren (D)+ DM type
II+ CKD
VII. PLANNINGDiagnosis (-)
TerapiDiet TKTP
IVFD PZ 1000 cc/24 jam
Inj. Cefotaxime 2x1
Inj. Metronidazole 3x1
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Antrain 3x115
MonitoringKeluhan pasien
TTV
Bekas jahitan
Input dan output cairan
DL
BUN, SC
GDA
Edukasi Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang di
deritanya yaitu adanya batu pada kedua ginjalnya.
Menjelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan
penyebab penyakitnya tersebut.
Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan operasi yang
akan dilakukan.
Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan apa saja
yang akan dilakukan.
Menjelaskan kepada pasien mengenai komplikasi yang
mungkin terjadi pada saat dilakukan tidakan operasi.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga pola hidup yang
sehat.
Menjelaskan kepada pasien mengenai prognosis dari
penyakitnya tersebut.
VIII. PROGNOSISDubia ad malam
16