Upload
trinhphuc
View
253
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL
ADEGAN PERANG BHARATAYUDHA SEBAGAI
TEMA PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
PENCIPTAAN KARYA SENI
Oleh:
I WAYAN DEWANA
NIM 1012104021
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2017
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
A. Judul: ADEGAN PERANG BARATAYUDHA SEBAGAI TEMA
PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
B. Abstrak
Oleh:
I Wayan Dewana
(NIM. 1012104021/SL)
Abstrak
Pengalaman mampu menggerakkan seorang seniman untuk menciptakan
karya, salah satunya didapatkan melalui interaksi dengan lingkungan sekitar yang
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dalam berkarya seniman
mendapatkan pengalaman melalui pengamatan, kekaguman, serta kecintaan
terhadap hal-hal tertentu. Sebagian besar individu yang hidup dan berinteraksi
dengan lingkungan, maka kehidupan dan aktivitas yang dilakukan juga
dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketertarikan pada cerita pewayangan yang menjadi warisan nenek moyang,
menjadi inspirasi untuk karya tugas akhir seni lukis. Penulis mencoba untuk
mengadopsinya menjadi bagian-bagian dan mengurai tokoh-tokoh pada cerita
pewayangan yang menjadi kekuatan pada cerita perang Baratayudha dalam epos
Mahabharata.
Cerita perang Bharattayuddha adalah perang yang terjadi karena perselisihan
Pandawa dengan saudara mereka Korawa. Cerita Bharatayudha, adalah sebuah
pedoman atau gambaran contoh agar kita bisa lebih memaknai kehidupan dengan
cara bersosial dan berperilaku yang lebih baik. Timbulnya berbagai masalah sosial
yang terjadi di masyarakat menjadi pekerjaan rumah paling utama bagi segenap
lapisan masyarakat untuk membenahi mental-mental kurang baik yang telah
menjangkit, hal ini juga menimbulkan ide untuk mewujudkan perang
Bharatayudha dalam karya seni rupa bentuk visual dua dimensional yaitu lukisan.
Bharatayudha yang berhubungan dengan budaya dan filosofinya merupakan
faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan mengapa tertarik terhadap
cerita perang Bharatayudha sebagai tema dalam tugas akhir yang kemudian
diteruskan dengan pengalaman yang dirasakan sendiri dan melihat dari
lingkungan sekitar, seperti cerita legenda yang banyak mengandung nilai-nilai
kehidupan, menghubungkan manusia dengan alam sekitar serta manusia dengan
manusia seiring berkembangnya zaman era gobalisasi.
Kata kunci:Tokoh, Cerita, Budaya, Filosofi.
Abstract
Experience is able to move an artist to create a creation, one of which is
obtained through interaction with the surrounding environment that occurs
directly or indirectly. In creating, artists get experience through observation,
admiration, and love of certain things. Most of the individuals who live and
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
interact with the environment, then the life and activities undertaken are also
influenced by the environment.
The interesting in the puppet story that became the heritage of the ancestors,
became the inspiration for the final project of painting. The author tries to adopt
them into sections and unravel the characters in the puppet story that became the
power of the war story of the Bharatayudha in the Mahabharata epic.
Bharatayudha war story is a war that occurred because of the Pandawa and
Korawa dispute. Bharatayudha story is a guideline or illustration of the example
so that we can interpret life by way of social and behave better. The emergence of
various social problems that occur in society becomes the most important
homework for all levels of society to fix the bad mentality that has been infected.
It also raises the idea to realize the Bharatayudha war in the art of visual two
dimensional, which is painting.
Bharatayudha that is related to culture and philosophy is the external and
internal factors that become the basis why interested in Bharatayudha war story as
the theme in the final project and then continued with the experience of perceived
and seen from the environment, such as the stories of legends that contain many
values of life, connecting humans with the natural surroundings and humans with
humans as the era of globalization grows.
A.1 Latar Belakang Penciptaan
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan.
Kebudayaan yang ada penting untuk dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi
muda saat ini, sehingga kekayaan budaya di Indonesia dapat terjaga dengan baik.
Penulis tertarik untuk mengangkat salah satu cerita pewayangan yang selama ini
masih melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Terbukti pada
pertunjukkan seni budaya yang menjadi hiburan dan tontonan masyarakat
Indonesia. Ketertarikan penulis pada cerita pewayangan yang menjadi warisan
nenek moyang, menjadi inspirasi untuk karya tugas akhir seni lukis. Penulis
mencoba untuk mengadopsinya menjadi bagian-bagian dan mengurai tokoh-tokoh
pada cerita pewayangan yang menjadi kekuatan pada cerita perang baratayudha
dalam epos Mahabharata.
Berbagai pengalaman yang telah dilalui selama tinggal di Bali sebagai kota
kelahiran dan lingkungan berkesenian, menjadi inspirasi untuk merepresentasikan
cerita perang Baratayudha dengan mengisahkan tentang tokoh-tokoh kesatria pada
peperangan di medan tempur Kurusetra. Alasan lain adalah kesenangan
menonton film Mahabharata dan membaca komik yang dikarang oleh R.A.
Kosasih serta ketertarikan pada kesenian tradisi yang menceritakan legenda
Mahabharata. Kisah perang dari cerita Mahabaratha menjadi daya tarik yang kuat
karena beragam karakter dan sifat manusia yang melekat dalam cerita legenda
tersebut. Selain berisi cerita kepahlawanan, juga mengandung nilai-nilai agama
Hindu, oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap cerita suci, diistimewakan
oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta
ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan
peradaban Hindu pada masa lalu.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Ketertarikan untuk memvisualkan karakter tokoh Mahabharata dalam perang
bharatayudha ini karena kekaguman pada tokoh yang memiliki peran dan karakter
kuat pada cerita. Karakter ini didukung dengan visualisasi gambar dan ilustrasi
yang ditonjolkan pada komik perang Bharatayudha. Setiap pembaca komik
maupun penonton film Mahabharata pada edisi perang Bharatayudha memiliki
ketertarikan yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik dari segi karakter
maupun penggambaran tokoh-tokohnya pada setiap alur cerita yang ditayangkan.
Seperti halnya ketertarikan dengan adegan akhir pada setiap tokoh yang menonjol
dalam episode cerita peperangan Bharatayudha.
Perang Bharatayudha disajikan sebagai pokok pikiran di dalam suatu ekspresi
pengalaman estetik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan
menggunakan garis dan bentuk, dan dalam hal ini lebih banyak membuat
visualisasi dari beberapa adegan dari babak dalam perang Bharathayuddha.
Adegan yang dipilih untuk divisualisasikan ke dalam lukisan berdasar pada cerita
yang sarat makna maupun secara visual terlihat dramatis dan artistik.
C.2 Rumusan / Tujuan
a. Apa yang menarik dari tokoh-tokoh dan kisah perang Bharatayudha?
b. Apa manfaat yang terkandung dari cerita pertempuran Bharatayudha?
c. Bagaimana adegan pertempuran pada perang Bharatayudha divisualisasikan
dalam karya seni lukis?
C.3 Teori dan Metode
A. Teori
Konsep merupakan rancangan dalam penciptaan seni lukis, konsep
penciptaan atau ide sangat terpengaruh berlangsungnya proses kreatif. Timbulnya
ide atau konsep tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti: “Faktor
dari dalam yang disebut faktor intrinsik: yang tekandung di dalamnya”1 yaitu
proses intuitif, yang muncul dari imajinasi dan pengalaman yang pernah dialami.
“Faktor luar yang disebut faktor ekstrinsik: yaitu merupakan faktor dari luar
diri”2 dimana melihat fenomena berdasarkan pengalaman orang lain atau melihat
dimana melihat fenomena berdasarkan pengalaman orang lain atau melihat
melalui informarmasi dari koran atau berita di televisi.
Pengalaman mampu menggerakkan seorang seniman untuk menciptakan
karya, salah satunya didapatkan melalui interaksi dengan lingkungan sekitar yang
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dalam berkarya seniman
mendapatkan pengalaman melalui pengamatan, kekaguman, serta kecintaan
terhadap hal-hal tertentu. Sebagian besar individu yang hidup dan berinteraksi
dengan lingkungan, maka kehidupan dan aktivitas yang dilakukan juga
dipengaruhi oleh lingkungan.
1Suharso dan Ana Retnoningsih, ''Kamus Besar Bahasa Indonesia'', (Semarang: Widya
Karya, 2 009),p. 188. 2Ibid., p.131.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Pada era globalisasi saat ini banyak masyarakat di Indonesia telah kehilangan
jati diri kebangsaan, kehilangan sikap ke Indonesiaan, seperti sikap sopan santun,
saling tolong menolong, saling menghargai sesama mahluk sosial . Sikap baik
tersebut kini mengalami pergeseran menjadi sikap seperti bringas, cepat emosi,
anarkis, bengis, cepat tersinggung, acuh, dan sifat-sifat yang bertentangan dengan
jati diri bangsa. Melihat permasalahan yang terjadi dimasyarakat juga menjadi
kegelisahan karena memahami cerita perang Bharattayuddha adalah perang yang
terjadi karena perselisihan Pandawa dengan saudara mereka Korawa. Cerita
Bharatayudha, adalah sebuah pedoman atau gambaran contoh agar kita bisa lebih
memaknai kehidupan dengan cara bersosial dan berperilaku yang lebih baik.
Timbulnya berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat menjadi pekerjaan
rumah paling utama bagi segenap lapisan masyarakat untuk membenahi mental-
mental kurang baik yang telah menjangkit, hal ini juga menimbulkan ide untuk
mewujudkan perang Bharatayudha dalam karya seni rupa bentuk visual dua
dimensional yaitu lukisan.
B. Metode
Ide yang sudah ditemukan divisualkan dengan pembuatan sketsa alternatif
pada kertas. Proses pertama memberi warna pada kanvas dengan cara berlapis
hingga rata setelah itu memindahkan sketsa pada kertas ke kanvas menggunakan
cat atau kapur tulis. Proses pemindahan sketsa tidak harus sama persis dengan apa
yang ada pada kertas, jika dibutuhkan akan terjadi penambahan atau pengurangan
beberapa bentuk yang sekiranya mendukung, setelah itu secara transparan dan
plakat serta langsung membentuk volume dan pencahayaan.
Penulis juga menggunakan foto-foto sebagai acuan. Foto yang digunakan
adalah foto-foto gerak dan anatomi tubuh manusia untuk membantu proses
mencari ide/gagasan. Foto-foto didapat dari observasi di lapangan maupun dengan
cara mencari di internet
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Gb. 1. Ide yang sudah ditemukan direalisasikan dengan
membuat sketsa alternatif pada kertas HVS.
(Foto: I Putu Cipta Suryanta, 2016)
Bentuk merupakan sesuatu yang diamati, sesuatu yang memiliki makna dan
sesuatu yang berfungsi secara struktural pada objek-objek seni. Bentuk yang
dimaksud dalam karya tugas akhir, adalah bentuk objek yang masih mengangkat
nilai tradisional klasik yang timbul dari renungan cerita legenda. Bentuk
dipergunakan dalam menvisualkan dan mempertegas ide atau gagasan.
Garis merupakan perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
atau kesan yang terbentuk oleh batas limit dari bentuk.Dalam karya ini garis hadir
sebagai volume dari bentuk atau warna.
Tekstur adalah nilai raba atau ciri khas suatu permukaan atau raut. Tekstur
yang digunakan adalah tekstur semu yaitu tekstur yang seolah-olah kasar/timbul
tapi bila diraba terasa datar/halus, dibentuk dengan pengolahan gelap terang warna
dan penempatan bayangan. Pada karya ini memakai tekstur untuk memperkuat
kesan artistik pada lukisan.
Komposisi dalam setiap karya dipertimbangkan secara matang. Komposisi
yang dimaksud di sini suatu integritas dari komponen objek yang membangun
kesatuan hingga menghadirkan kesan seimbang dan harmonis, komposisi yang
disajikan dalam karya ini sebagian besar komposisi formal atau seimbang.
beberapa karya memakai komposisi formal untuk menimbulkan kesan objek tokoh
berada di tengah-tengah medan pertempuran.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Gb. 2. Proses pewarnaan pada karya
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan
manusia berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. Warna mempunyai
beberapa fungsi yang dapat mendukung karakter objek dan tema yang diangkat
dalam karya. Mengenai fungsinya, warna dijelaskan sebagai berikut: “Warna
mempunyai tiga fungsi yaitu: warna simbol, media ekspresi dan warna tanpa
mengasosiasikan sesuatu”.3 Warna yang digunakan dalam berkarya hanya untuk
menghasilkan komposisi warna yang menarik tanpa harus mengasosiasikan
dengan sesuatu atau hanya sebagai ekspresi dalam berkarya.Warna yang
divisualkan pada karya seni lukis ini lebih banyak memakai warna-warna
monokrome, hitam putih, serta dominan memakai warna abu-abu pada setiap
karakter tokoh-tokoh Bharatayudha.
Berdasarkan uraian elemen-elemen bentuk karya di atas dapat dinyatakan
bahwa konsep bentuk pada tugas akhir ini menghadirkan tokoh dalam perang
Bharatayudha menampilkan penggalan cerita dan gambaran tokoh-tokohnya, yang
direpresentasikan secara nyata melalui komposisi elemen-elemen seni rupa pada
bidang dua dimensi dengan figur objek yang telah mengalami proses visualisasi.
3Fajar Sidik dan Aming Prayitno, Disain Elementer, (Yogakarta: STSRI”ASRI”,1981),
P. 4.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Adapun karya-karya beberapa seniman yang menjadi acuan penulis dalam
penciptaan seni lukis. Karya-karya yang menjadi acuan penulis merupakan karya-
karya yang penulis kagumi secara ide maupun visual.
C. PEMBAHASAN KARYA
Gb. 3. Perang Bersaudara, 120 cm x 80 cm, Mixed media pada kanvas, 2016.
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Karya ini menggambarkan awal peperangan yang terinsiprasi dari sifat
manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang dimilikinya. Pada umumnya
sifat manusia memang tidak pernah puas, ketika satu keinginan terpenuhi akan
ada keinginan-keinginan lain yang akan meracuni pemikiran manusia jika hal itu
terjadi akan menjadi bumerang dikemudian hari untuk manusia itu sendiri, seperti
dalam karya ini memvisualkan awal peperangan Bharatayudha. Karya ini
memiliki intensitas kekuatan warna sama pada setiap karakternya dominan
berwarna gelap dengan tujuan semakin memunculkan kesan kesuraman,
kesedihan, pertumpahan darah yang ditimbulkan dari peperangan. Seperti yang
diketahui perang Bharatayudha adalah perang saudara yang memperebutkan tahta
kerajaan Astina Pura.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Gb. 4. Formasi daun Teratai, 100 cm x 100 cm, Mixed Media pada Kanvas, 2016.
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Karya ini menggambarkan kegigihan dan pengorbanan Abimanyu saat
perang Bharatayudha. ''Direncanakan pada hari itu, Yudistira memanggil
Abimanyu dan berkata. ''Anakku, Mahaguru Durna berusaha menembus pasukan
kita. Arjuna tidak berada di sini. Ia akan amat sedih jika kita kalah.tidak ada yang
bisa mengalahkan Durna. Hanya engkau yang bisa menahan Durna. Aku berharap
engkau bersedia memikul tugas ini.''
Jawab Abimanyu: ''Ya, Paman. Aku bersedia melakukannya. Ayah pernah
mengajarkanku cara menembus formasi itu. Hanya saja aku belum mempelajari
cara keluarnya.
Seperti yang direncanakan, para Pandawa mengikuti Abimanyu ketika
kesatria muda itu menerjang dan menerobos masuk formasi pasukan Korawa.
Tapi, putra ipar Destarata, Jayadrata, Raja Sindhu yang gagah berani menghalangi
jalan para Pandawa dengan pasukannya. Gerakan yang tidak terduga ini membuat
pasukan Korawa bisa menutup kembali celah yang berhasil dibuka Abimanyu.
Abimanyu terjebak dan terpaksa bertarung sendirian melawan pasukan Korawa.
Dengan memutar-mutar pedangnya. ia hadang serangan musuh-musuh yang
mengeroyoknya. Tombak Durna mematahkan pedang Abimanyu dan Karna
berhasil menghancurkan prisai yang digunakan kesatria muda itu.
Abimanyu terus melawan, diambilnya roda kereta yang sudah berantakan
dan menggunakannya sebagai senjata. Roda dimaknai sebagai kehidupan
terkadang diatas, dan ada kalanya dibawah, berbagai permasalahan di masyarakat
kebanyakan dari kita hanya memikirkan hal tersebut ketika berada dibawah.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Dalam cerita ini kita diajarkan kegigihan Abimanyu yang menggunakan roda
kereta sebagai senjata, pesan yang bisa kita artikan dalam cerita ini adalah: jangan
menyalahkan nasib ketika di bawah dan jangan terbuai ketika mendapat posisi
puncak. Dalam kehidupan hal terpenting perlu untuk diingat roda tidak akan
berputar tanpa ada niat dan usaha manusia untuk memutarnya.''
Gb. 5. Amarah Raksasa Muda, 90 cm x 70 cm, Mixed Media pada Kanvas, 2016.
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Karya ini menceritakan tentang ketangguhan putra Bima, Gatotkaca pada
hari ke delapan. Hari itu Duryudana mengirimkan sahabatnya, raksasa Alambasa
untuk melawan pasukan raksasa yang datang bersama Irawan dari kerajaan Naga.
Setelah bertarung sengit, Irawan pun tewas. Melihat Irawan putra Arjuna
terbunuh, Gatotkaca meraung sekeras-kerasnya. Raungan itu membuat pasukan
musuh gemetar ketakutan. Bersama pasukannya, ia menerjang pasukan Korawa
dengan ganas. Serangan itu membuat pasukan Korawa kacau balau. Dalam karya,
warna emas pada atribut Gatotkaca menyimbolkan putra kesayangan dari para
Pandawa, komposisi formal yang disajikan dalam karya yang menyimbolkan
Gatotkaca sedang berada di tengah-tengah medan tempur.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Gb. 6. Senjata Konta, 100 cm x 70 cm, Mixed Media pada Kanvas, 2016.
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Karya ini menggambarkan saat Gatotkaca dikejar tombak sakti yang di
lepaskan adipati Karna, yang nampak dari kejauhan di udara. Terlihat dalam
penempatan penggunaan warna hitam yang menutupi warna putih di sekeliling
Gatotkaca menyimbolkan kematian yang medekatinya.
Pertarunggan sengit berlangsung antara Gatotkaca dengan Karna, beberapa
panah dilontarkan kearah Gatotkaca gatotkaca yang memiliki kesaktian akan
kebal senjata hanya diam dan menerima serangan dari Karna, anak panah yang
dilontarkan ke arah Gatotkaca jatuh bertaburan keatas tanah tidak ada satupun
senjatanya yang mampu menembus kulitnya, Karna semakin geram karena
melihat lawannya hanya diam membusungkan dada seolah-olah menantang
dirinya, ditengah kegaduhan dan kepanikan akhirnya Karna melontarkan senjata
konta ke arah Gatotkaca. Menyadari kekuatan senjata konta yang dimiliki Karna,
Gatotkaca mencoba untuk menghindar dengan terbang kelangit, namun senjata
Konta adalah senjata yang diberikan oleh Batara Indra kepada Karna, pasti akan
merenggut nyawa apabila sudah dilepaskan.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Gb. 7. Senjata Konta #2, 120 cm x 80 cm, Mixed Media pada Kanvas, 2016.
(Dokumentasi oleh: I Putu Cipta Suryanta), 2016.
Karya ini digambarkan senjata konta yang merenggut nyawa kesatria
muda putra dari Bima, karya ini lebih dominan menggunakan warna abu-abu yang
menyimbolkan kesedihan Gatotkaca akan dirinya dikarenakan tidak dapat
menemani ayah serta paman-pamannya sampai perang berakhir serta aksen merah
yang dimasudkan darah atau pengorbanan Gatokaca dalam membukakan jalan
kemenangan Pandawa. Dalam kisahnya, nyawa Arjuna terselamatkan tetapi
dengan pertukaran yang sangat mahal yaitu kematian putra Bima menjadi tameng
untuk pamannya Arjuna.
D. KESIMPULAN
Penciptaan karya Tugas Akhir ini muncul karena adanya keinginan untuk
menyampaikan sesuatu tentang kisah peperangan Bharatayudha, karena dari setiap
peristiwa pada perang itu mengandung nilai-nilai kehidupan yang menarik untuk
dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Tugas Akhir yang berjudul
''Adegan Perang Bharattayudha Sebagai Tema Penciptaan Karya Seni'' ini adalah
ungkapan ketertarikan imajinatif atas cerita legenda yang di jumpai dalam
kehidupan, yang kemudian diproses secara personal dan simbolik dalam bentuk
karya seni lukis. Selain itu karya ini juga sebagai salah satu sarana untuk
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
meluapkan emosi, perasaan, dan kegelisahan, berkaitan dengan kehidupan yang
sudah dikonsepkan secara matang.
Karya yang disajikan menghadirkan figur dari beberapa tokoh Bharatayudha
dan objek pendukung lainnya sehingga memunculkan cerita, situasi peperangan
yang dipresentasikan, melalui komposisi elemen-elemen seni rupa pada bidang
dua dimensi dengan figur objek yang telah mengalami proses pembaharuan (masa
kini). Dari pemikiran kemudian diwujudkan dalam bentuk visual yaitu karya dua
dimensional. Karya seni lukis ditampilkan melalui berbagai aspek estetis visual
atau elemen-elemen seni rupa yaitu garis, warna, bentuk, bidang, tekstur, dan
komposisi
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
E. DAFTAR PUSTAKA
Fajar Sidik dan Aming Prayitno. (1981), Disain Elementer, Yogakarta,
STSRI”ASRI”.
Suharso dan Ana Retnoningsih. (2009), Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Semarang.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta