138
i UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ (KEJAR PAKET) PADA KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH (QT) TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Siti Rohmaniah NIM 23010150142 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DA ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS SEKOLAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6314/1... · UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS SEKOLAH

    MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ (KEJAR PAKET)

    PADA KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH (QT)

    TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Siti Rohmaniah

    NIM 23010150142

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DA ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Orang yang sukses itu tidak selalu orang yang pintar tapi orang yang sukses adalah

    orang yang gigih dan pantang menyerah

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi ini kepada:

    1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Datun dan Ibu Kasih Sabarti yang selalu

    memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar menjadi orang

    yang bermanfaat.

    2. Kepada segenap staf pendamping di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT)

    yang telah membantu dan memberi informasi serta dukungannya.

    3. Kepada semua narasumber yang telah bersedia memberikan informasinya.

    4. Mas Muhammad Nashirin yang telah mendampingi memberikan motivasi dan

    dorongan serta teman-teman yang telah bersedia dalam dokumentasi penelitian.

    5. Keluarga besar Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang selalu memberi motivasi dan

    bantuannya.

    6. Sahabat-sahabat seperjuangan mahasiswa PAI angkatan 2015 yang tidak bisa saya

    sebutkan satu persatu, semoga kita mencapai kesuksesan bersama. Amiin

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr.wb

    Dengan menyebut nama Allah Swt, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

    segala puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan hidayah dan karunia-

    Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta

    salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad Saw, yang

    telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benerang. Skripsi ini

    disusun sebagai syarat mecapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

    Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

    dan memberikan dorongan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

    melalui ruang penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    4. Bapak Dr. Sa’adi, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik

    5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi

    6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama

    Islam di FTIK IAIN Salatiga.

    Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan

    menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini,

    penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan

    keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan

  • ix

    saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca. Mudah-mudaha skripsi yag

    sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

    Salatiga, 16 Agustus 2019-08-16

    Penulis

    Siti Rohmaniah

    23010150142

  • x

    ABSTRAK

    Rohmaniah Siti. 2019. Upaya Peningkatan Minat Belajar Anak Putus Sekolah Melalui

    Pendidikan Akhlaq (kejar paket) Pada Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

    (Studi Kasus Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) Desa Kalibening

    Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) Tahun 2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah

    dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

    Kata Kunci : Anak Putus Sekolah dan Kejar Paket

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komunitas Belajar Qaryah

    Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ( Studi Kasus Komunitas Belajar

    Qaryah Thayyibah (QT) Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) Tahun

    2019. Pertanyaan pertama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:

    (1) Bagaimana pengelolaan kejar paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT)?

    (2) Apa upaya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus

    sekolah melalui pendidikan akhlaq? (3) Apa saja faktor penghambat dan pendorong

    Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah?

    Untuk menjawab pertanyaan di atas, peneliti menggunakan jenis penelitian

    lapangan (field researce) Dan bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini

    diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan

    tringulasi sumber sebagai instrumen untuk pengecek validitas data. Sumber data dalam

    penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil wawancar pimpinan (QT), pendamping

    serta peserta didik, dan sumber data sekunder yaitu berupa foto kegiatan terkait di

    Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengelolaan di Komunitas Belajar

    Qaryah Thayyibah (QT) yaitu meliputi perencanaan dan pelaksanaan. (2) Upaya

    Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dalam membina anak putus sekolah melalui

    pendidikan akhlaq yaitu perencanaan dan pembinaan peserta didik di Komunitas Belajar

    Qaryah Thayyibah (QT). Pembinaan peserta didik yang berkaitan dengan aspek

    akademik meliputi pembinaan prestasi akademik (seni dan olah raga) sesuai bakat dan

    minat seperti bimbingan pendidikan melalui tau i, menjadikan lingkungan alam sekitar

    sebagai laboratorium belajar, penyelenggaraan bimbingan belajar, membuat media,

    penyelengaraan gelar karya, pembinaan dalam bidang seni yang meliputi (forum film,

    forum musik dan forum sanggar), serta evaluasi peserta didik. Pembinaan peserta didik

    yang berkaitan dengan aspek non akademik meliputi pembinaan dan ketaqwaan Tuhan

    Yang Maha Esa serta pembinaan budi pekerti luhur dan akhlaq mulia. (3) Penghambat

    dan pendorong Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina minat

    belajar anak putus sekolah yang paling utama yaitu peserta didik itu sendiri.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    HALAMAN BERLOGO .......................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii

    DEKLARASI ........................................................................................................... iv

    PENGESAHAN KELULUSAN................................................................................ v

    MOTO ..................................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

    ABSTRAK ............................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

    E. Pengesahan Istilah ....................................................................... 5

    F. Kajian Pustaka ............................................................................. 6

    G. Metode Penelitian ....................................................................... 7

    H. Sistematika Penulisan .................................................................. 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Minat Belajar

    1. Pengertian Minat Belajar....................................................... 24

  • xii

    2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Belajar ........... 25

    B. Anak Putus Sekolah

    1. Pengertian Anak Putus Sekolah ................................................. 27

    2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ....................................... 28

    3. Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat dalam Memperdayaka

    Aak Putus Sekolah ...................................................................... 34

    C. Pendidikan Akhlaq

    1. Pengertian Pendidikan Akhlaq .................................................. 36

    2. Landasa Nilai Pendidikan Akhlaq ............................................. 39

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlaq .......................................... 41

    4. Tujuan Pendidikan Akhlaq ........................................................ 44

    D. Kejar Paket

    1. Pendidikan Non Formal ............................................................. 48

    a. Pengertian Pendidikan Non Formal ..................................... 48

    b. Tujuan Pendidikan Non Formal ........................................ 49

    c. Karakteristik Pendidikan Non Formal ................................. 50

    2. Pendidikan Kesetaraan .............................................................. 51

    a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan ...................................... 51

    b. Komponen Program Pendidikan Kesetaraan ....................... 54

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 63

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 64

    C. Sumber Data .................................................................................... 64

    D. Tekik Pengumpulan Data ................................................................ 65

    E. Analisis Data ................................................................................... 66

  • xiii

    F. Pegeceka Keabsaha Data ................................................................. 67

    G. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................... 68

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambara Umum Kmuitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) ........... 70

    1. Latar Belakang Berdirinya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

    (QT) ........................................................................................... 70

    2. Visi dan Misi ............................................................................. 71

    3. Tujuan ........................................................................................ 72

    4. Struktur Organisasi .................................................................... 72

    5. Peserta Didik ............................................................................. 74

    6. Sarana da Prasarana ................................................................... 75

    7. Sumber Dana ............................................................................. 76

    8. Pendamping (Tutor) ................................................................... 76

    B. Hasil Penelitian

    1. Pengelolaan Kejar Paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

    (QT) ........................................................................................... 79

    a. Perencanaan ......................................................................... 79

    b. Pelaksanaan ......................................................................... 82

    2. Upaya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dalam Membina

    Anak Putus Sekolah Melalui Pendidikan Akhlaq (Kejar Paket)

    a. Perencanaan dan Pe mbinaan Peserta Didik di Komunitas

    Belajar Qaryah Thayyibah (QT) .......................................... 86

    b. Pembinaan Peserta Didik yang Berkaita degan Aspek

    Akademik ............................................................................ 87

  • xiv

    c. Pembinaan Peserta Didik yang Berkaita dengan Aspek Non

    Akademik ............................................................................ 94

    3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran di

    Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) ............................. 96

    BAB V PEUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................... 100

    B. Saran ............................................................................................... 101

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 103

    BIOGRAFI PENULIS .................................................................................................. 124

    LAMPIRAN

  • xv

  • 1

    BA B I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anak merupakan amanah dari Allah sekaligus generasi penerus dalam

    suatu keluarga, Kelompok serta bangsa dan Negara yang perlu dididik dan

    dipelihara agar tumbuh kembang menjadi baik. Masa depan bangsa ada ditangan

    anak-anak masa sekarang. Oleh karena itu, mereka perlu dipersiapkan sejak masa

    kanak-kanak hingga masa dewasa dengan memberikan jaminan pendidikan bagi

    perkembangan kecerdasan dan mentalnya. Agar setiap anak dapat tumbuh dan

    berkembang menjadi insan berakhlaq mulia, berbudi pekerti luhur dan memiliki

    kesetabilan emosi, Maka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk

    dapat mengenyam pendidikan, terutama ditingkat dasar, menengah dan akhir.

    Pemerintah, masyarakat dan terutama orang tua wajib bertanggung jawab

    terhadap pendidikan anak. Sebagai mana dijelaskan dalam undang-undang

    nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 7 ayat (2), bahwa orang tua dari

    anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada

    anaknya. Begitupun masyarakat, dalam pasal 9 dijelaskan bahwa masyarakat

    berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan

    pendidikan. Kemudian dalam pasal 11 ayat (2), dijelaskan bahwa pemerintah dan

    pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya

    pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun.

    Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami

    keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan

    perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa

  • 2

    memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

    Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan

    Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang

    tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau

    murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Anak putus sekolah

    (drop out) adalah anak yang karena suatu hal tidak mampu menanamkan pada

    jenjang pendidikan dasar menengah maupun akhir secara formal (Depag RI,

    2003: 4).

    Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta

    didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak

    dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang

    anak yang hanya mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar (SD) sampai kelas V

    SD, maka disebut sebagai putus sekolah SD. Jika anak yang mengikuti

    pendidikan Sekolah Menengah hanya sampai kelas VIII maka disebut putus

    sekolah SMP, dan seterusnya (Gunawan, 2000: 71).

    Indonesia memiliki program wajib belajar 9 tahun, mulai dari Sekolah

    Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Hal ini dijelaskan dalam peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar,

    dalam pasal 1 ayat (2) bahwa “Pendidikan Dasar adalah jenjang Pendidikan yang

    melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

    Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah

    menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) (Yunus dalam

    Pradata, 2015: 176). Begitu juga dalam agama Islam dijelaskan yang artinya:

    هللاُ به طريًقا ِمن ُطُرِق الَجنَّة سهل لَك طريًقا يطلُُب فيه ِعْلًما،َمن س

  • 3

    Artinya:”...Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu,

    maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga... “.

    (HR. Muslim Hadist Arbain Nawawiyah Nomor 36)

    Jadi kita tidak perlu khawatir jika menempuh jalan mencari suatu ilmu,

    karena berdasarkan hadist di atas, maka janji Allah adalah memudahkan jalan

    kita menuju surga. Meski telah ada kemudah-kemudahan dalam menuntut ilmu,

    misal program pemerintah yang telah dilaksanakan seperti wajib belajar 9 tahun,

    tetapi masih saja ada warga atau masyarakat yang tidak mendapatkan akses

    pendidikan hingga banyaknya anak putus sekolah.

    Orang tua menjadi kepala keluarga. Keluarga adalah sebagai persekutuan

    hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkat ketentraman dan

    kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup

    keluarga yang demikian itu maka, islam memandang keluarga bukan hanya

    sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni s ebagai

    lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan

    bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akhirat. Nabi

    Muhammad sendiri di utus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk

    mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum masyarakat luas.

    Keluarga harus diselamatkan terlebih dahulu sebelum keselamatan masyarakat

    (Arifin, 1977: 74).

    Jadi, orang tua mempunyai peranan yang mendasar terhadap keberhasilan

    pendidikan anak, sedangkan tugas dan tanggung jawab untuk hal tesebut adalah

    tugas bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah serta anak itu

    sendiri. Masa anak adalah masa kritis dan rental, masa ketergantungan dengan

    pihak lain khususnya dengan orang tua dan lingkungan sosial. Oleh karena itu,

    jika orang tua karena kondisi tertentu, tidak dapat menjalankan fungsi dan

  • 4

    perannya sebagai orang tua, maka anak akan menghadapi masalah dalam

    melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.

    Di Indonesia ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan

    pelayanan penidikan terutama untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah.

    Mahalnya biaya pendidikan menjadi faktor utama yang membuat mereka tidak

    mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak sekalipun

    sekolah dasar. Padahal pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif

    dalam meningkatkan pembangunan bangsa.

    Pendidikan merupakan kunci keberhasilan setiap negara. Negara yang

    memperhatikan kualitas dan kuantitas pendidikannya akan lebih maju daripada

    negara yang kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Peran pendidikan

    dalam hal ini adalah menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya guna bagi

    bangsa dan negara yang pada akhirnya berdampak positif pada kemajuan negara

    tersebut diberbagai bidang. Sebagai penjelasan arti pendidikan pada UU Sistem

    Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, ”pendidikan adalah usaha

    sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki

    kakuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    negara (Tim Kreatif UN, 2011: 44), maka artinya bahwa pembangunan

    pendidikan berpengaruh positif terhadap kemajuan bangsa.

    Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek

    kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan

    tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung juga diluar kelas.

    Pendidikan bukan hanya bersifat formal, tetapi juga yang nonformal. Secara

  • 5

    substansial, pendidikan tidak terbatas pengembangan intelektualitas manusia,

    artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan

    seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana prasarana

    utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.

    Di dalam UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem

    Pendidikian Nasional Pasal 10 Ayat (1), pendidikan itu hanya dibagi dua, yaitu

    pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah

    merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar

    mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan, pendidikan luar

    sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui

    kegiatan belajar megajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.

    Jadi pendidikan tidak harus dilaksanakan disekolah (formal) tetapi juga dapat

    dilaksanakan diluar sekolah (non formal). Undang-undang No.20 tahun 2013

    Pasal 16 ayat (14) menyatakan bahwa suatu pendidikan nonformal terdiri atas

    lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

    masyarakat, dan majelis taklim serta suatu pendidikan yang sejenis.

    Pendidikan nonformalv menjadi wacana internasional dalam kebijakan

    pendidikan dimulai pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Pendidikan nonformal

    merupakan pengakuan akan pentingnya pendidikan, belajar dan pelatihan yang

    terjadi diluar lembaga pendidikan yang diakui. Fordham (1993) menyatakan

    bahwa tahun 1970-an ada empat ciri terkait dengan pendidikn nonformal: (1)

    relevan dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung, (2) peduli dengan

    kategori orang tertentu, (3) fokus dengan rumusan dan tujuan yang jelas, (4)

    fleksibel dalam organisasi dan metode (Marzuki, 2012: 143).

  • 6

    Salah satu pendidikan nonformal yaitu dengan pendidikan kesetaraan.

    Dalam Undang-Undang sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal

    26 dalam penjelasan ayat (3) bahwa Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu

    program dari pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum

    setara SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang mencakup program paket A, paket

    B, paket C (Depdiknas, 2003: 60).

    Pernyetaraan hasil belajar pendidikan kesetaraan di atur oleh Undang-

    Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat (6):

    “Pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

    formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan lembaga yang dituju oleh

    pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional

    pendidikan.

    Pendidikan kesetaraan itu sendiri merupakan sebuah program yang

    memberikan pelayanan pendidikan yang tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin,

    ras, kondisi sosial budaya, ekonomi, agama dll.

    Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar

    kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten, metodologi,

    dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan tersebut lebih

    memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan

    permasalahan lingkungan dan melatih kecakapan hidup berorientasi kerja atau

    berusaha sendiri.

    Pendidikan kesetaraan menampung warga masyarakat putus sekolah

    dengan alasan sosial ekonomi tidak dapat melanjutkan ke pendidikan formal.

    Pendidikan kesetaraan paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan

    Paket C setara SMA/MA, sebagai bagian dari pendidikan yang ditunjukan bagi

  • 7

    peserta didik yang berasal dari masyarak yang kurang beruntung, tidak pernah

    sekolah putus sekolah dan putus lanjut serta usia produktif. Pendidikan

    kesetaraan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup,

    dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi

    kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup,

    ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlaq wajib

    dimulai sejak usia dini karena masa kanak-kanak adalah masa yang paling

    kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. yang dimaksud pendidikan

    akhlaq adalah pembiasaan seorang anak untuk berakhlaq baik. yang termasuk

    dalam pendidikan akhlaq adalah menjauhkan anak dari akhlaq yang tercela.

    Seorang anak akan tumbuh baik sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh

    sang pendidik kepadanya.

    Dengan pendidikan akhlaq yang baik ini, seorang anak akan

    menyongsong masa depan yang cerah, didunia dan akhirat. Kebutuhan terhadap

    pendidikan akhlaq sangatlah urgen karena pengaruh akhlaq yang baik akan

    berdampak pada individu anak tersebut dan masyarakat. Oleh karena itu, sejak

    masa awal pertumbuhan anak, pendidikan akhlaq wajib mendapat perhatian yang

    serius dari setiap orang tua dan pendidik.

    Apabila pendidikan akhlaq tidak ditanamkan dalam diri peserta didik

    sejak kecil, maka tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan peserta

    didik pada suatu yang tidak di inginkan oleh masyarakat luas. Misalkan ada

    seorang pelajar membentak, memukul, saling adu jotos sama teman-temannya

    dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang tidak kita inginkan, lebih-lebih bagi

    orang tua.

  • 8

    Belakangan ini umat Islam dilanda berbagai masalah terutama dalam

    pendidikan akhlaq terhadap peserta didik yang menuntut adanya solusi yang

    terbaik dalam memecahkan permasalahan tersebut. Melihat dari permasalahan

    ini, Al-Attas dan Ibnu memberikan analisis bahwa yang menjadi penyebab para

    pelajar melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Islam bersumber dari

    kurangnya pembinaan pendidikan akhlaq terhadap peserta didik baik yang

    bersifat formal dan non-formal (Baharuddin, 2007: 1).

    Menurut Islam pendidikan akhlaq adalah faktor penting dalam membina

    suatu umat membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia

    yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlaq

    (Asmaran, 1994: 47).

    Kondisi seperti inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan

    penelitian UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS

    SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ (KEJAR PAKET) PADA

    KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH (QT)

    B. Rumusan Masalah

    Penelitian ini menetapkan fokus pada:

    1. Bagaimana pengelolaan kejar paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

    (QT)?

    2. Apa upaya komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak

    putus sekolah melalui pendidikan akhlaq ?

    3. Apa saja faktor penghambat dan pendorong komunitas belajar Qaryah

    Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 9

    1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kejar paket di komunitas belajar

    Qaryah Thayyib (QT) ?

    2. Untuk mengetahui upaya komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam

    membina anak putus sekolah melalui pendidikan akhlaq ?

    3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong komunitas belajar

    Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ?

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

    maupun praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

    pengetahuan khususnya mengenai lembaga komunitas belajar Qaryah

    Thayyibah (QT).

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Lembaga dan Tutor

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    masukan lembaga dantutor untuk dapat membina anak putus sekolah.

    b. Bagi Pemerintah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah

    sebagai bahan koreksi atau evaluasi dalam pengelolaan kejar paket di

    komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) sehingga pelaksanaannya bisa

    lebih baik lagi.

    c. Bagi Peneliti

    Melalui penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk

    mengembangkan kemampuan berfikir serta mengetahui lebih

  • 10

    dalamtentang peran komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam

    membina anak putus sekolah.

    E. Pengesahan Istilah

    Untuk mendapatkan kejelasan dari judul diatas, penulis perlu

    memberikan pengesahan terhadap istilah-istilah yang ada, istilah-istilah tersebut

    adalah antara lain.

    1. Minat

    Istilah minat itu sendiri dalam pemakaian sehari-hari sebagaimana

    dapat dili hat dari kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

    kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, perhatian, keinginan

    dan kesukaan (Depdiknas,2002).

    2. Belajar

    Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

    kompetensi, keterampilan dan sikap menurut Sugihartono dkk (2007:74).

    Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

    interaksi individu dengan lingkungan dalam menemukan kebutuhan hidup.

    Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

    perubahan dalam dirinya mel alui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-

    pengalaman (Bahrudin dkk, 2007: 12).

    3. Anak Putus Sekolah

    Putus sekolah adalah predikat yang diberikat kepada mantan peserta

    didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga

    tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan beikutnya

    (Gunawan, 2004: 71).

  • 11

    Putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berhentinya

    anak dari sebuah lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Kalibening

    Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang disebabkan oleh beberapa faktor

    sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

    berikutnya.

    4. Pendidikan Akhlaq

    Pendidikan akhlaq diartikan sebagai perbuatan mendidik,

    pengetahuan didik atau pendidikan, dan pemeliharaan badan, batin dan

    jasmani. Dengankata lain akhlaq adalah pranata perilaku yang mencerminkan

    pola prilaku manusia dalamsegala aspek kehidupan (Ahmadi, 2008: 201).

    Dengan mempelajari ilmu akhlaq, manusia dapat mengetahui ciri-ciri

    perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dapat membedakan mana

    perbuatan yang tergolong baik dan mana perbuatan yang tergolong buruk.

    Kemudian dalam melakukan hal akan dapat mempertimbangkan sekiranya

    perbuatan seperti apa yang tidak merugikan orang lain.

    F. Kajian Pustaka Peneliti Terdahulu

    Kajian tentang upaya peningkatan minat belajar anak putus sekolah

    melalui program pendidikan akhlaq (kejar paket), memang bukan pertama kali

    oleh para penulis, terutama penelitian jurnal atau skripsi. Berikut kajian

    penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai

    acuan.

    Pertama, penelitian tentang Pusat Kegiatan Belajar Mengajar yang

    dilakukan oleh Wahyu Endardi mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan

    Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 yang berjudul “Peran PKBM Maker Dalam

    Rangka Meningkatkan dan Pendapatan Masyarakat di Desa Ngipak, Kecamatan

  • 12

    Karang Mojo, Gunung Kidul”. Penelitian ini memfokuskan pada proses

    pelaksanaan belajar paket B serta pengadaan perpustakaan umum, disamping itu

    juga penelitian ini memfokuskan kajian kepada upaya peningkatan pendapatan

    masyarakat yaitu dengan mendirikan Kelompok Belajar Usaha (KBU).

    Penelitian yang dilakukan saudara Wahyu Endardi memiliki kesamaan dengan

    penelitian ini yakni membahas tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

    (PKBM). Namun, terdapat perbedaan dalam fokus penelitiannya yakni penelitian

    yang dilakukan oleh Wahyu Endardi hanya fokus pada program paket B,

    perpustakaan umum, dan KBU. Sedangkan program yang menjadi fokus

    penelitian ini meliputi program kesetaraan (Paket B dan C).

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Marlina Ekawati di Universitas

    Negeri Yogyakarta tahun 2010 di Krapyak Kulon Sewon Bantul. Dengan tema

    Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Kesetaraan Bagi Santri Salafi Melalui

    PKBM Pesantren Al-Kandiyas, adalah dengan mengadakan program kesetaraan

    yang meliputi Paket A, Paket B, Paket C. Penelitian yang dilakukan oleh saudari

    Marlina Ekawati memiliki kesamaan yakni upaya yang dilakukan Pusat

    Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam pemenuhan program pendidikan

    kesetaraan. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yakni penelitian

    yang dilakukan Marlina Ekawati fokus pada program kesetaraan Paket A, B dan

    C. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini hanya meliputi

    program kesetaraan Paket B dan C.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan Restu Handayani di Universitas Negeri

    Semarang tahun 2017 yang beralamat di Jl. Bridgen Sudiarto No. 32 Ungaran.

    Dengan tema Pengelolaan Program Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket C di

    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Citra Ilmu. Penelitian yang dilakukan oleh

  • 13

    Restu Handayani memiliki kesamaan yaitu upaya yang dilakukan Pusat Kegiatan

    Belajar Masyarakat (PKBM) dalam pemenuhan program pendidikan kesetaraan

    (Kejar Paket). Namun, terdapat perbedaan dalam penelitiannya yakni penelitian

    yang dilakukan oleh saudari Restu Handayani hanya fokus pada program Paket

    C. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini meliputi program

    kesetaraan Paket B dan C.

    Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Siti Ariyanti di Institut Agama

    Islam Negeri Salatiga tahun 2017 yang beralamat di Desa Genting Kecamatan

    Jambu Kabupaten Semarang. Dengan tema Peran Pusat Kegiatan Masyarakat

    (PKBM) dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM

    Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)

    Tahun 2017. Penelitian yang dilakukan Siti Ariyanti mempunyai kesamaan

    dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang PKBM. Namun,

    terdapat perbedaan dalam penelitiannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

    saudari Siti Ariyanti membahas program (Paket A, B Dan C), KBU, dan

    pendidikan Life Skill. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini

    yakni hanya membahas program (Paket B dan C).

    Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Isa Isnaini Wahyuningrum di

    Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2015 yang beralamat di Desa Tirtomulyo

    Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Dengan tema Partisipasi Belajar Peserta

    Didik Paket C Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mandiri Kecamatan

    Kretek Kabupaten Bantul. Penelitian yang dilakukan Isa Isnaini Wahyuningrum

    mempunyai kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang

    PKBM. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitiannya yaitu penelitian yang

  • 14

    dilakukan saudari Isa Isnaini Wahyuningrum hanya terfokus pada program paket

    C. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah program (Paket B dan C).

    G. Metode Penelitian

    Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

    metode, antara lain:

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

    penelitian kualitatif. Menurut Creswell, riset kualitatif mengandung

    pengertian adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan terhadap

    apa yang terjadi pada berbagai individu atau kelompok, yang berasal dari

    persoalan sosial atau kemanusiaan (Santana, 2010: 1).

    2. Kehadiran Peneliti

    Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengumpul

    data. Dapat pula digunakan berbagai instrumen sebagai pendukung tugas

    peneliti namun fungsinya hanya terbatas. Oleh karena itu, kehadiran peneliti

    dilapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

    3. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

    (QT) Alamat Jln. Raden Mas Said No. 12 Kalibening Kec. Tingkir Kota

    Salatiga.

    4. Sumber Data

    Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari

    sumber, di ataranya:

  • 15

    a. Data Primer

    Sumber data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung

    dari tangan pertama di komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT), serta

    mewawancarai narasumber-narasumber terkait. Dalam penelitian ini yang

    termasuk data primer adalah kejar paket di komuitas belajar Qaryah

    Thayyibah (QT) yang diperoleh melalui wawacara dengan pihak terkait

    antara lain: pimpian, pendamping (tutor) dan peserta didik (anak putus

    sekolah).

    b. Data Sekunder

    Sumber data sekunder yaitu data yang mengandung dan

    melengkapi sumber-sumber dari data primer. Adapun data skunder dalam

    penelitian ini adalah dokumentasi, laporan-laporan, serta buku-buku dan

    lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian dan untuk memperkuat

    hasil penelitian ini.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang akurat serta memperhatikan relevansi

    data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data

    menggunakan beberapa metode, yaitu:

    a. Observasi

    Teknik observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatat

    secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai

    fenomenal, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi

    buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Zaenal, 2011: 153). Teknik ini

    digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan upaya

  • 16

    peningkatan minat belajar anak putus sekolah melalui pendidikan akhlaq

    (Kejar Paket) pada Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).

    b. Wawancara

    Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

    mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,

    perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara

    yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai (Burgi, 2011:

    155).

    Interview atau wawancara dalam penelitian ini yang dilakukan

    terhadap responden yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

    upaya peningkatan minat belajar anak putus sekolah melalui pendidikan

    akhlaq (kejar paket) pada komunitas belajar qaryah thayyibah (QT)

    dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.

    Dalam wawancara, peneliti akan menggali sebanyak mungkin

    data yang terkait dengan pengelolaan Komunitas Belajar Qaryah

    Thayyibah (QT) dan upaya untuk membina anak putus sekolah. Pada

    peneliti ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait di

    dalam Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) yang terdiri dari ketua

    (QT), pengelola (QT), tutor (QT) dan siswa belajar (QT). untuk

    mempermudah pelaksanaan wawancara peneliti akan menggunakan alat

    rekaman dan instrumenlain yang dapat membantu pelaksanaan

    wawancara.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

    kepada subjek penelitian. Dokumentasi yang diketik dapat berupa

  • 17

    berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dalam teknik ini digunkan

    untuk memperoleh data mengenai upaya peningkatan minat belajar anak

    putus sekolah melalui pendidikan akhlaq (kejar paket) (Sukandarrumidi,

    2004: 100).

    Dalam dokumentasi ini peneliti mencari dokumen-dokumen

    penting yaitu foto ketika wawancara dengan pendamping dan pertanyaan-

    pertanyaan wawancara yang mendukung data berkaitan dengan peneliti

    dan untuk memperkuat data yang di dapat dilokasi penelitian yaitu di

    Desa Kalibening Kec Tingkir Kota Salatiga.

    6. Analisis Data

    Analisis data (Bogdan & Biklen dalam Lexy J. Moleong 1989: 248)

    adalah upaya yang dilaukan dengan jalan bekerja dengan data,

    mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

    dikelola, mensistesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

    yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

    diceritakan orang lain. Pengecekan Keabsahan Data

    Dalam menguji keabsahan data peneliti mengunakan teknik

    triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

    berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada

    (Saebani,2008: 189).

    7. Pengecekan Keabsahan Data

    Dalam hal ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan.

    Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik

    triangulasi.

  • 18

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sebagai pembanding terhadap

    data-data itu (Moleong, 2011: 332).

    8. Tahap-Tahap Penelitian

    Disini peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap masalah-

    masalah yang ada di sekitar komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT), dari

    berbagai masalah yang timbul kemudian penulis menarik kesimpulan

    menjadi sebuah judul penelitian. Kemudian penulis mengumpulkan data-data

    yang diperoleh di lapangan lalu dianalisis dan digabungkan dengan data-data

    yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding (Susanti,

    2013: 9) dan kemudian disajikan dalam bentuk penelitian.

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika

    pembahasannya dibagi menjadi lima BAB, yang berisi hal-hal pokok yang dapat

    dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini. Adapun perinciannya

    adalah sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Dalam Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

    istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    Dalam bab ini berisi teori tentang: Uraian tentang

    pentingnya minat belajar, pentingnya pendidikan, pendidikan

    menurut Islam, pendidikan menurut Undang-Undang, pengertian

  • 19

    anak putus sekolah, pengertian pendidikan akhlaq dan pendidikan

    kesetaraan (kejar paket).

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Dalam bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam

    penelitian Di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum Komunitas

    Belajar Qaryah Thayyibah (QT) (latar belakang, visi dan misi,

    struktur organisasi, program-program, penyelenggaraan program

    dan sumber pendanaan) serta penyajian dari hasil penelitian

    tentang Pengelolaan Kejar Paket di Komunitas Belajar Qaryah

    Thayyibah (QT), Upaya Peningkatan Minat Belajar Anak Putus

    Sekolah Melalu Pendidikan Akhlaq Di Komunitas Belajar Qaryah

    Thayyibah (QT), serta Faktor Pendorong dan Penghambat

    Pembelajaran diKomunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).

    BAB V : PENUTUP

    Berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-

    saran atau rekomendasi serta lampiran-lampiran.

  • 20

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Minat Belajar

    1. Pengertian Minat Belajar

    Minat belajar adalah suatu penerimaan akan suatu hubungan antara

    diri sendiri dengan sesuatu yang ada diluar diri. Seseorang memiliki minat

    terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih

    besar tehadap subjek tertentu. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas

    akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang

    (Djamarah, 2008: 166).

    Minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

    keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai, (Syah, 2006: 84).

    Ada beberapa cara untuk meningkatkan minat belajar, cara tersebut antara

    lain adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (2)

    menghubungkan dengan persoalan yang lampau, (3) Memberi kesempatan

    untuk mendapatkan hasil yang baik, (4) Menggunakan berbagai macam

    bentuk mengajar.

    Seseorang harus memiliki minat belajar yang besar agar dapat menghasilkan

    prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang rendah akan

    menghasilkan prestasi yang rendah (Sardiman, 2007: 102).

    Menurut Djaali (2007: 121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa

    keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

    Pernyataan tersebut akan mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat

    akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari

  • 21

    rasa senang pada sesuatu. Slameto (2010: 57) berpendapat bahwa minat

    sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus menerus yang

    disertai rasa senang. Beberapa pendapat menunjukkan adanya unsur perasaan

    senang yang menyertai minat seseorang. Melihat beberapa para ahli di atas,

    dapat di ketahui ciri-ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal,

    antara lain: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang

    merupakan akibat dari rasa senang.

    2. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Minat Belajar

    a. Faktor Lingkungan

    Lingkungan adalah suatu norma, harapan, dan kepercayaan dari

    personil-personil yang terlibat dalam organisasi tempat belajar, yang

    memberikan dorongan untuk bertindak dan mengarahkan pada prestasi

    siswa yang tinggi (Sulhan, 2006: 21).

    Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Di

    dalam lingkungan seorang anak didik saling berinteraksi antara

    lingkungan biotik dan abiotik. Selama hidup, anak didik tidak dapat

    menghindari diri dari 2 aspek yang mempunyai pengaruh signifikan

    terhadap belajar anak didik, yaitu:

    1) Lingkungan Hidup

    Lingkungan alami atau lingkungan hidup adalah lingkungan

    tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha didalamnya.

    2) Lingkungan Sosial Budaya

    Lingkungan sosial merupakan suatu hidup dalam kebersamaan

    dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya (Djamarah,

    2008: 166).

  • 22

    b. Faktor Instrumental

    Faktor instrumental ada beberapa bagian yaitu:

    1) Kurikulum

    Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur

    substansi dalam pendidikan.

    2) Program

    Setiap sekolah memiliki program pendidikan yang di susun

    untuk di jalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan

    pendidikan tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang

    dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah

    yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.

    3) Sarana dan Fasilitas

    Misalnya, gedung sekolah yang memiliki ruang kelas, ruang

    kepala sekolah, ruang dewan guru, perpustakaan, laboratorium dan

    semua yang bertujuan untuk memberi kemudahan pelayanan anak

    didik.

    4) Guru

    Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.

    Kehadiran guru mutlak diperlukan didalam pendidikan.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa minat

    dalam belajar mempunyai peran dalam keberhasilan belajar karena

    dengan adanya minat siswa menaruh perhatian dan memperkecil

    kebosanan siswa dalam belajar, lebih konsentrasi dalam belajar, serta

    siswa mengingat materi pelajaran dalam jangka panjang sehingga

    menunjukkan prestasi akademik/prestasi belajar yang lebih tinggi.

  • 23

    Indikator minat belajar meliputi adanya rasa senang/suka dalam belajar,

    adanya perhatian dalam belajar, adanya keterlibatan atau partisipasi siswa

    serta adanya keaktifan siswa dalam belajar.

    B. Anak Putus Sekolah

    1. Pengertian Anak Putus Sekolah

    Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan

    peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan,

    sehingga tidak dapat melanjutkan jenjang studinya ke jenjang pendidikan

    berikutnya. Misalnya seorang anak yang hanya mengikuti pendidikan di

    Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 5 SD, maka disebut sebagai putus sekolah

    SD. Jika anak yang mengikuti pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

    hanya sampai kelas 2 maka disebut putus sekolah SMP, dan seterusnya

    (Gunawan, 2000: 71).

    Di indonesia terdapat undang-undang wajib belajar untuk anak-anak

    di atas umur tujuh tahun dan tidak bersekolah dapat dinyatakan sebagai anak

    nakal karena melnggar undang-undang. Namun, sebagian dari mereka yang

    tidak bersekolah memang karena kondisi yang tidak memungkinkan,

    misalnya karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan atau karena

    masyarakat memang tidak mementingkan sekolah untuk anak-anaknya

    (Sarwono, 2008: 210).

    Menurut Ahmad (dalam Riqa, 2015: 13) anak putus sekolah adalah

    berhentinya belajar seorang murid di tengah-tengah tahun ajaran karena

    berbagai alasan tertentu yang mengharuskan dan memaksanya untuk berhenti

    sekolah. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

  • 24

    putus sekolah adalah suatu predikat yang diberikan kepada anak yang tidak

    menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan berbagai alasan tertentu.

    2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

    Faktor penyebab anak putus sekolah terdiri dari beberapa faktor

    antara lain seperti kondisi ekonomi yang kurang baik, keadaan sarana dan

    prasarana yang kurang mendukung, dan motivasi anak untuk bersekolah yang

    rendah. Selain itu, faktor lingkungan tempat tinggal anak dan lingkungan

    bermain juga sangat berpengaruh terhadap kebelangsungan pendidikan anak

    (Risqa, 2015: 14). Sedangkan menurut Slameto (1995: 54-71), faktor-faktor

    yang mempengaruhi belajar anak dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal

    dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.

    a. Faktor Internal

    Faktor internal yang mempengaruhi belajar anak meliputi faktor

    jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

    Pertama, faktor jasmaniah yang berkaitan kesehatan fisik. Sehat

    berarti keadaan baik segenap badan dan bebas dari penyakit. Kesehatan

    seseorang akan berpengaruh pada aktivitas sehari-harinya, termasuk pada

    aktivitas belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika

    kesehatannya terganggu, selain itu ia akan cepat lelah dan kurang

    bersemangat dalam belajar.

    Kedua, faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian,

    minat, bakat, kematangan dan kesiapan.

    1) Intelegesi

  • 25

    Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari kecakapan

    untuk menghadapi dan menyelesaikan sesuatu ke dalam situasi yang

    baru dengan cepat dan tepat. Intelegensi ini berpengaruh terhadap

    kemajuan belajar anak.

    2) Perhatian

    Pehatian berkaitan dengan mata pelajaran yang diikuti siswa

    didalam kelas. Ketika belajar, siswa harus mempunyai perhatian

    terhadap bahan yang dipelajari. Jika bahan pelajaran tidak menjadi

    perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak suka

    lagi belajar.

    3) Minat

    Minat merupakan kecenderungan terhadap apa yang disukai,

    kemudian ia perhatikan secara terus menerus. Jika siswa belajar tidak

    pada sesuatu yang diminati, maka siswa tidak bersemangat dalam

    belajar.

    4) Bakat

    Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru

    akan terealisasi menjadi kecakapan yang yata sesudah belajar atau

    berlatih. Tetapi jika anak sudah memutuskan untuk berhenti belajar

    atau sekolah maka bakat tidak akan terlihat.

    5) Motif

    Motif berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Motif ini

    merupakan penggerak atau pendorong seseorang melakukan sesuatu,

    termasuk belajar atau memutuskan untuk tidak belajar atau putus

    sekolah.

  • 26

    6) Kematangan

    Kematangan merupakan suatu fase dimana pertumbuhan

    seseorang atau alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan

    kecakapan baru.

    7) Kesiapan

    Kesiapan ini merupakan faktor terakhir yang mempengaruhi

    anak untuk belajar. Jika anak sudah siap untuk belajar, maka anak

    akan dapat menerima ilmu dengan baik. sebaliknya jika anak tidak

    siap dalam belajar maka akan sulit untuk memperoleh hasil yang baik

    dalam belajar sehingga salah satunya akan jatuh terjadi fenomena

    putus sekolah.

    Ketiga, faktor kelelahan. Kelelahan dibagi menjadi dua yaitu

    kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat

    dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk mengistirahatkan

    atau membaringkan tubuh sejenak. Sedangkan, kelelahan rohani

    terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan

    dorongan untuk belajar menjadi hilang. Kelelahan ini sangat terasa di

    bagian kepala (pusing-pusing) sehingga akan sulit untuk

    berkonsentrasi.

    b. Faktor Eksternal

    Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dibagi

    menjadi tiga di antaranya, faktor keluarga, faktor sekolah dan

    masyarakat.

  • 27

    1) Faktor Keluarga

    Anak belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang

    berupa bagaimana orang tua mendidik, bagaimana hubungan dengan

    orang tua atau anggota keluarga dan bagaimana keadaan ekonomi

    untuk menunjang anak dalam belajar.

    Pertama, cara orang tua dalam mendidik sangat berpengaruh

    dalam keberhasilan belajar si anak. Karena pada dasarnya, keluarga

    merupakan sumber pendidikan pertama sebelum anak belajar

    disekolah. Orang tua yang mendidik anaknya degan baik akan

    berpengaruh baik pula pada belajar si anak. Tetapi jika orang tua acuh

    atau kurang memperhatikan pendidikan si anak maka akan

    menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

    Kedua, hubungan anak dengan orang tua atau anggota

    keluarga lainnya juga mempengaruhi belajar anak. Wujud hubungan

    ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan

    pengertian atau diliputi oleh kebencian atau sikap acuh tak acuh.

    Demi kelancaran belajar si anak maka perlu diusahakan hubungan

    yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan

    yang penuh pengertian dan kasih sayang.

    Ketiga, keadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor yang

    mempengaruhi belajar anak. Anak yang sedang belajar harus

    terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,

    perlindungan kesehatan dan lain sebagainya. Selain itu juga

    kebutuhan fasilitas belajar yang terdiri dari ruang belajar, meja, kursi,

    penerangan dan peralatan belajar. Fasilitas belajar tersebut akan

  • 28

    terpenuhi jika kelurga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam

    keluarga miskin, maka kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,

    akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar juga terganggu.

    2) Faktor Sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

    mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

    siswa, di siplin sekolah dan keadaan gedung sekolah.

    3) Faktor Masyarakat

    Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh

    terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang

    tidak terpelajar, penjudi, mabuk-mabukan akan berpengaruh jelek

    pada anak yang berada di lingkungn tersebut. Anak-anak akan tertarik

    serta ikut berbuat seperti apa yang dilakukan orang-orang di

    sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu bahkan anak kehilangan

    semangat belajar. Sebaliknya, jika keadaan orang-orang skitar

    terpelajar dan terdiri maka anak akan terdorong untuk belajar lebih

    giat lagi.

    Di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    anak, jika keseluruhan faktor dapat dipenuhi dan dijalankan dengan

    baik maka belajar anak akan berjalan maksimal dan sebagaimana

    mestinya. Tetapi jika faktor-faktor di atas tidak terpenuhi maka

    semangat belajar anak akan terputus, bahkan hingga putus sekolah.

  • 29

    3. Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat Dalam Memperdayakan Anak

    Putus Sekolah

    Masalah putus sekolah merupakan masalah yang harus segera

    ditangani dan diselesaikan. Hal tersebut merupakan tugas kita semua, baik

    pemerintah maupun masyarakat. Menurut Gunawan (2000: 72-73)

    penanganan putus sekolah dapat melalui stategi dan pemikiran-pemikiran

    sosiologi pendidikan, yaitu terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan untuk

    memperdayakan anak putus sekolah sehingga tidak mengganggu

    kesejahteraan sosial, di antaranya:

    a. Langkah Preventif

    Yaitu membekali para peserta didik dengan ketrampilan-

    ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini untuk menghadapi

    berbagai tantangan-tantangan hidup di tengah masyarakat. Dengan

    adanya ketrampilan yang mereka miliki, sehingga mereka dapat mandiri

    dan tidak menjadi beban masyarakat. Misalnya, ketrampilan-ketrampilan

    kerajinan, perbengkelan, elektronik, batik dan sebagainya.

    b. Langkah Pembinaan

    Yaitu memberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang

    mengikuti perkembangan zaman, melalui bimbingan dan latihan-latihan

    dalam lembaga-lembaga sosial atau pendidikan luar sekolah seperti

    karangtaruna, PKK, LKDM, dan sebagainya.

    c. Langkah Tindak Lanjut

    Langkah tindak lanjut setelah pembinaan adalah memberikan

    kesempatan yang seluas-luasnya untuk terus maju melangkah melalui

    penyediaan fasilitas-fasilitas yang menunjang sesuai kemampuan masing-

  • 30

    masing. Misalnya, memberikan penghargaan, bonus, keteladanan hingga

    berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program Belajar

    Jarak Jauh (BJJ). Menurut Suyanto (2010: 348), untuk mencegah siswa

    tinggal kelas dan putus sekolah dapat di lakukan dengan dua hal, antara

    lain:

    1. Pemasyarakatan lembaga pendidikan pra sekolah

    2. Penanganan siswa yang bermasalah

    Adanya penangan siswa yang bermasalah, khususnya yang memiliki

    prestasi belajar relatif buruk disekolah hingga putus sekolah bisa dengan

    perhatian khusus dari pihak guru dan sekolah.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak putus

    sekolah adalah berhentinya belajar seorang murid di tengah-tengah taun

    ajaran, sehingga tidak dapat melanjutkan jenjang studinya ke jenjang

    pendidikan berikutnya.

    C. Pendidikan Akhlaq

    1. Pengertian Pendidikan Akhlaq

    Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan aspek-

    aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Akan

    tetapi, suatu proses yang digunakan dalam usaha kependidikan adalah proses

    yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada

    titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah

    terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual,

    sosial dan hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.

    Secara bahasa, pengertian akhlaq diambil dari bahasa arab yang

    berarti: perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun). Adapun

  • 31

    pengertian akhlaq secara terminologi, para ulama telah banyak

    mendefinisikan, di antaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-

    Akhlak, beliau mendefinisikan akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang

    mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang tanpa terlebih dahulu

    melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam

    kitabnya Ihya‟ Ulum Al-Din menyatakan bahwa akhlaq adalah gambaran

    tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan

    mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran (Alim, 2011: 151).

    Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan

    atau sikap dapat di katagorikn akhlaq apa bila memenuhi kriteria sebagai

    berikut: (1) Perbuatan akhlaq yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang

    sehingga telah menjadi kepribadiannya, (2) Perbuatan akhlaq adalah

    perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, (3) Perbuatan

    akhlaq adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

    mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, (4) Perbuatan

    akhlaq adalah perbuatan yang di lakukan dengan sesungguhnya, bukan main-

    main, berpura-pura atau bersandiwara.

    Akhlaq adalah suatu kebiasaan dalam diri manusia yang dilakukan

    dengan mudah dan tanpa pertimbangan terlepas itu baik atau buruk. Menurut

    Imam Al-Ghazali, aspek ruhaniyah menjadi motor penggerak dalam diri

    manusia, yang meliputi al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Secara

    ringkasnya, peran keempat aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Al-qalb, indikasi dari al-qalb dapat diperhatikan melalui ciri-ciri

    sebagai berikut: (1) selamat dari setiap nafsu yang menyalahi ajaran

    Allah, (2) selamat dari hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan dan

  • 32

    kebenaran, (3) selamat dari penghambaan selain Allah, (4) bila

    mencintai dan membenci sesuatu hanya karena Allah, (5) memiliki

    sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, (6) memiliki

    keseimbangan mental dan (7) memiliki empati dan kepekaan sosial.

    2. Al-ruh atau nyawa, adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar

    dengan perantara urat-urat yang merasuk kebagian-bagian lainnya.

    Dan perjalanannya ruh pada badan, banjirnya cahaya-cahaya

    kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, pencuiman dari

    padanya atau semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya

    lampu yang diputar disudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu

    tidak sampai kesuatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan

    cahay itu. Kehidupan ini diumpamakan seperti cahaya yang

    menyinari dinding-dinding. Nyawa itu ibarat lampu, perjalanan ruh

    atau gerakannya terhadap hati seperti merapatnya cahaya kesudut-

    sudut ruangan.

    3. An-nafs, atau nafsu dibedakan menjadi dua bagian, yaitu nafs sebagai

    substansi badani yang berpotensi amoral, mengtabaikan

    pertimbangan akal atau hati nurani, dan nafs sebagai substansi ruhani

    yang berpotensi baik dan beradab.

    4. Al-aql, memiliki empat potensi, yaitu: (1) potensi yang dapat

    membedakan ciri manusia dengan hewan, (2) potensi yang dapat

    mengetahui perbuatan baik yang selanjutnya diamalkan dan

    perbuatan buruk selanjutnya ditinggalkan, (3) potensi yang dapat

    menyerap pengalaman, dan (4) potensi yang dapat mengantarkan

  • 33

    seseorang untuk mengetahui akibat dari segala tindakan (Imam Al

    Ghazali, 2009: 5).

    Keempat faktor tersebut berada dalam jiwa manusia. Maka dari itu,

    akhlaq baik maupun buruk, tergantung pada keadaan jiwa manusia itu

    sendiri. Mengenai keadaan jiwa manusia, Imam Al-Ghazali memakai istilah

    untuk menjelaskannya, yakni al-qalb, al-nafs, al-ruh dan al-aql. Di samping

    itu, Imam al-Ghazali juga menjelaskan tentang berbagai sifat yang secara

    alami (bersifat bawaan) terdapat dalam jiwa manusia, yaitu: sifat jahat, sifat

    hewani, sifat syaitan dan sifat malaikat.

    Dilihat dari analisi Imam al-Ghazali mengenai hakikat jiwa dan

    fungsinya diatas, maka untuk melihat akhlaq yang ada pada manusia tidak

    dapat diukur dari perilaku yang tampak jelas, melainkan juga dilihat dari

    motivasi yang mendasari sebuah perilaku manusia. Karena akhlaq, sifat dan

    sikap manusia sangat tergantung dari jenis jiwa yang berkuasa pada diri

    manusia itu sendiri.

    2. Landasan Nilai Pendidikan Akhlaq

    Pendidikann akhlaq tidak terlepas dari pembinaan kehidupan

    beragama peserta didik secata total. Didalam Undang-undang Sistem

    Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi

    kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (1)

    Pendidikan Pancasila, (2) Pendidikan Agama dan (3) Pendidikan

    Kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat di pahami bahwa bidang

    studi pendidikan agama merupakan komponen dasar dalam kurikulum

    pendidikan nasional (Akmal, 2008: 21).

  • 34

    Al-Quran dan As-Sunnah merupakan sumber ajaran akhlaq.

    Sebagaimana di ketahui oleh umat Islam bahwa Al-Quran bukanlah hasil

    renungan manusia, melainkan firman dari Allah, Tuhan yang maha bijaksana

    dan maha pandai. Nabi Muhammad Saw juga bukanlah mausia biasa, karena

    Tuhan Yang Maha Sempurna tidaklah menciptakan manusia biasa untuk

    menjadi utusan-Nya. Namun, Allah menciptakan manusia mulia yang

    sempurna akhlaqnya untuk menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia

    yaitu Nabi Muhammad Saw (Burhanuddin, 2000: 37).

    Kesempurnaan akhlaq Rasulullah Saw juga ditunjukkan dalam

    sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah ra, berkata:

    “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Quran.” (HR.Muslim).

    Hadist tersebut menggambarkan bagaimana sempurnanya akhlaq Rasulullah.

    Hadist Rasulullah meliputi ucapan dan tingkah laku beliau merupakan

    sumber ajaran akhlaq setelah Al-Quran. Allah berfirman:

    Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa

    yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah

    kepada Allah Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

    (QS.Al-Hasyr: 7).

    Dalam ayat tersebut, jelaslah bahwa Rasulullah merupakan contoh

    yang sempurna bagi umat manusia dalam menerapkan akhlaq luhur di

    kehidupan sehari-harinya. Maka Allah pun memerintahkan agar selalu

    mengikuti jejak Rasulullah (Departemen Agama, 2004: 595).

  • 35

    Sebagai sumber pendidikan akhlaq setelah Al-Quran, As-Sunnah juga

    mengandung penjelasan tentang tatanan kehidupan dari setiap perkataan,

    perbuatan, dan izin Nabi Muhammad SAW, untuk kemaslahatan dalam

    membina manusia secara perlahan menjadi mukmin yang kaffah. Kaitan As-

    Sunnah dengan pendidikan tertuang dalam peranan As-Sunnah itu sendiri

    diantaranya adalah, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam

    Al-Quran, sebagai penjelasan isi Al-Quran. Menambah atau mengembangkan

    sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran.

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlaq

    Pendidikan Akhlaq adalah suatu usaha sadar dalam mendidik dan

    memberikan bimbingan berdasarkan ajaran agama yang bertujuan untuk

    membentuk budi pekerti yang baik dalam diri manusia dan menjauhkan dari

    perbuatan yang buruk. Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup

    pendidikan akhlaq mencakup segala perbuatan manusia dalam segala aspek

    kehidupannya yang mana akan ditetapkan apakah perbuatan itu buruk

    sehingga harus dihindari, dan apakah perbuatan itu baik sehingga harus

    dibiasakan untuk dilakukan.

    Akan tetapi, tidak semua perbuatan manusia dapat di katagorikan

    kedalam perbuatan akhlaq. Sebagaimana telah di sebutkan ciri-ciri akhlaq

    yaitu akhlaq adalah perbuatan yang tertanam di dalam jiwa manusia, di

    lakukan dengan mudah tanpa pemikiran yang panjang, timbul dalam diri

    manusia itu sendiri, di lakukan dengan sesungguhnya, dan di lakukan ikhlas

    karena Allah semata (khusus akhlaq yang baik). Maka perbuatan alamiah

    manusia seperti berkedip, makan ketika lapar, atau melakukan sesuatu di

    bawah tekanan bukanlah termasuk perbuatan akhlaq. Sehubungan dengan ini,

  • 36

    Ahmad Amin mengatakan bahwa objek ilmu akhlaq adalah membahas

    perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau

    buruk (Abuddin, 2014: 7).

    Sejalan dengan itu, Asmaran mendefinisikan akhlaq ialah ilmu yang

    mengajarkan manusia berbuat baik. dan mencegah perbuatan jahat dalam

    pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya. Dalam

    definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan akhlaq

    mencakup 3 aspek, yaitu:

    a. Akhlaq Kepada Allah

    Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlaq terhadap

    Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah.

    Dalam hal ini, yaitu dengan menyadari bahwa hanya Allah yang berkuasa

    atas dirinya. Keyakinan seperti ini harus ditanamkan dengann kuat dalam

    hati manusia sebagai hamba Allah. Karena dengan melihat bahwa di

    hidupkannya manusia pun bukan atas kehendak ataupun usaha manusia

    itu sendiri. Kemudian dalam mempersiapkan segala macam kebutuhan

    rohani seperti akal pikiran juga bukan atas dasar kuasa manusia,

    melainkan semuanya adalah nikmat dari Allah. Allah SWT. Berfirman:

    Artinya: “ dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu

    tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-

    benar Maha Penguasa lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl:

    18) (Departemen Agama, 2004: 269).

    b. Akhlaq Kepada Sesama Manusia

  • 37

    Dalam menjalani hidup, tentunya manusia menginginkan

    kehidupan yang damai tanpa permusuhan. Islam melarang perbuatan

    kejahatan seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta

    benda orang lain tanpa alasan menceritakan aib seseorang

    dibelakangnya. Di dalam Al-Quran disebutkan:

    Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

    berburuk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari npurba-

    sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang

    dan janganlahbmenggunjingnya satu sama lai. Adakah

    seseorang diantara kamu yang suka memakan daging

    saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik

    kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

    Maha Penerima Tubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujarat:

    12) (Departemen Agama, 2004: 269).

    c. Akhlaq Terhadap Lingkungan

    Manusia hidup bersinggungan langsung dengan alam sekitarnya.

    Sehingga manusia perlu menjaga kelestarian alam yang kebaikannya pun

    akan kembali kepada manusia sendiri, binatang tumbuhan dan benda-

    benda tak bernyawa semuanya adalah ciptaan Allah, dan kesemuanya

    memiliki ketergantungan kepada-Nya, atau dapat dikatakan pula sebagai

    umatnya (Departemen Agama, 2004: 517).

    4. Tujuan Pendidikan Akhlaq

    Tujuan pendidikan akhlaq secara psikologi memiliki kaitan erat

    dengan tingkah laku individual manusia termasuknilai-nilai akhlaq yang

  • 38

    mengangkat drajat manusia ke drajat yang lebih sempurna. Berkenaan

    dengan hal tersebut, Ahmad Amin dalam Abuddin Nata mengatakan tujuan

    mempelajari ilmu akhlaq dan permasalahannya penyebabnya kita dapat

    menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai baik dan sebagian perbuatan

    lainnya sebagi buruk. Membayar hutang kepada pemiliknya termasuk

    perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk

    (Abuddin, 2005: 98).

    Keteranngan tersebut memberi petunjuk bahwa tujuan pendidikan

    akhlaq adalah agar dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan

    perbuatan yang buruk. Caranya dengan mengetahui segala hal mengenai

    bagaimana seharusnya manusia bermuamalah dengan sesamanya, yaitu

    dengan berbuat baik kepada sesama dan menghormati serta menjalankan

    nilai-nilai dan norma-norma yang ada dilingkungannya.

    Lebih luas lagi, melihat tujuan akhir dari setiap ibadah ialah agar

    manusia bertaqwa kepada Allah, yaitu menjalankan segala nperintah-Nya

    dan menjauhi segala larangan-Nya. Ini berarti melakukan perbuatan-

    perbuatan baik (Akhlaqul Karimah) dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat

    (akhlaqul madzumah). Dengan demikian, orang yang bertaqwa pastinya

    adalah orang yang berakhlaq mulia. Jadi, pendidikan akhlaq meliputi segala

    perbuatan dalam kehidupan manusia disegala bidang, baik kepada sesama

    manusia maupun kepada Allah SWT.

    Dengan mempelajari ilmu akhlaq, manusia dapat mengetahui ciri-ciri

    perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dapat membedakan mana

    perbuatan yang tergolong baik dan mana perbuatan yang tergolong

    perbuatam buruk. Kemudian dalam melakukan suatu hal akan dapat

  • 39

    mempertimbangkan sekitarnya perbuatan seperti apa yang tidak mengikat

    orang lain, untuk selanjutnya dilatih terus menerus sehingga akhlaq luhur

    tertanam kuat dalam hatinya. Selain itu, dalam beribadah kepada Allah,

    akhlaq luhur akan membawa manusia dekat kepada Allah (Bukhari, 2012:

    43).

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlaq

    adalah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik. dan mencegah

    perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk

    sekelilingnya.

    D. Kejar Paket

    Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional,

    kelompok Belajar termasuk dalam kategori pendidikan nonformal. Kelompok

    Belajar (yang lebih dikenal dengan singkatan Kejar) merupakan suatu kelompok

    yang anggotanya terdiri atas usia sekolah maupun anak yang lewat usia

    sekolahnya, tetapi masih diberi kesempatan untuk belajar. Hal ini di karenakan,

    pemerintah telah menghimpun dalam suatu gerakan yang mewajibkan setiap

    orang menjadi orang terpelajar melalui gerakan wajib belajar.

    Program berarti kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan,

    lembaga, institut dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasikan

    dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

    manusia.

    Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus

    dan umum. Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai

    “rencana”. Jika seorang siswa yang di tanya oleh guru, apa programnya sesudah

    lulus dalam menyelesaikan pendidikan disekolah yang di ikuti maka arti

  • 40

    “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang

    akan dilakukan setelah lulus. Ada tiga pengertian penting dan perlu di tekankan

    dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu

    kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi

    jamak yang berkesinambungan dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan

    sekelompok orang.

    Program kejar paket merupakan lingkup dari pendidikan luar sekolah,

    dimana institut atau lembaga ini berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan

    hidup manusia melalui jalur pendidikan nonformal. Sedangkan lingkup

    pendidikan luar sekolah tersebut meliputi: (1) Pendidikan anak usia dini yang

    dilakukan melalui kelompok bermain dan taman penitipan anak, (2) Pendidikan

    kesetaraan yang dilakukan melalui program Paket A setara SD, Paket B setara

    SMP, dan Paket C setara SMA, (3) Pendidikan kecakapan hidup yang menjadi

    bidang garapan program Kelompok Belajar Usaha (KBU), kursus-kursus,

    pelatihan keterampilan, magang dan sanggar, (4) Pendidikan kepemudaan, (5)

    Pendidikan atau pemberdayaan perempuan, (6) Pendidikan orang usia lanjut.

    1. Pendidikan Non Formal

    a. Pengertian Pendidikan Non Formal

    Pendidikan non formal adalah suatu kegiatan pendidikan

    terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan,

    dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan

    yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik

    tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya (Sudjana, 2004: 22-23).

    Depdiknas memberikan pengertian pendidikan nonformal adalah

    usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk perkembangan

  • 41

    kepribadian serta kemampuan anak diluar sekolah atau diluar sistem

    persekolahan. Sulaiman Joeseof menjelaskan bahwa pendidikan non

    formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi

    tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tepat dan ketat.

    Sedangkan menurut Vebriarto (1984: 23) pendidikan non formal ialah

    pendidikan yang teratur, dengan dasar dilakukan tetapi tidak terlalu

    mengikuti peraturan-peraturan yang tepat dan ketat. Selanjutnya dalam

    UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1, disebutkan bahwa pendidikan

    non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

    layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan

    pelengkap pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan

    sepanjang hayat (Depdiknas, 2003: 60).

    Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan non

    formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem

    persekolahan baik di lembaga maupun tidak, melalui kegiatan belajar

    mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan,

    diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

    pendidikan berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap

    pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang

    hayat.

    b. Tujuan Pendidikan Non formal

    Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan, pendidikan non

    formal bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang

    sangat luas jenis, level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas inilah

  • 42

    muncul pendidikan non formal yang bersifat multi purpos. Ada tujuan-

    tujuan pendidikan non formal yang terfokus pada pemenuhan kebutuhan

    belajar tingkat dasar semacam pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam,

    keterampilan vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikp sosial,

    sikap sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum

    dan kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup.

    Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang di

    tujukan untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinya

    pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan perluasan dan pendidikan

    nilai-nilai hidup. Contohnya program pendidikan non formal yang di

    tujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya

    pengajian, sekolah minggu,berbagai latihan kejiwaan, meditasi

    “manajemen kolbu”, latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby,

    pendidikan kesenian, dan sebagainya. Dengan pendidikan ini hidup

    manusia berusaha di isi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika

    dan makna (Abdulhak, 2012: 44).

    c. Karakteristik Pendidikan Non formal

    Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari

    pendidikan sekolah. Namun keduanya pendidikan tersebut saling

    menunjang dan melengkapi. Dengan meninjau sejarah dan banyaknya

    aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non formal memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut:

    1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan di

    pergunakan. Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang

  • 43

    fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta

    didik.

    2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan

    belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan

    pengontrolan kegiatan belajar.

    3) Waktu penyelenggaraan relative singkat, dan pada umumnya tidak

    berkesinambungan.

    4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel,

    dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh

    peserta didik.

    5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan

    penekanan pada belajar mandiri.

    6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik

    adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan di antara kedua pihak

    bersifat informal dan akarab, peserta didik memandang fasilitator

    sebagai narasumber dan bukan sebagai instrumen (Abdulhak, 2012:

    25).

    2. Pendidikan Kesetaraan

    a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

    Pendidikan kesetaraan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

    Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 2 dalam penjelasan ayat (3) di sebut

    bahwa pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang

    menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan

    SMA/MA yang mencangkup program Paket A setara SD/MI, Paket B

    setara SMP/MTs dan Paket C setara SMA/MA (Depdiknas, 2003: 60).

  • 44

    Direktorat penidikan kesetaraan (2003: 60) menyatakan bahwa

    pendidikan kesetaraan adalah pendidikan non formal yang mencakup

    program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs dan Paket C

    setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasa pengetahuan.

    Keterampilan fungsional, serta mengembangkan sikap dan kepribadian

    propesional peserta didik. Pendidikan kesetaraan meliputi program

    Kesetaraan Paket A, Kesetaraan Paket B, Kesetaraan Paket C. Istilah

    “Setara” mempunyai makna sepadan atau sejajar yang berarti peserta

    didik lulusan program pendidikan kesetaraan memperoleh pengakuan

    dalam hal bobot, nilai, ukuran atau kadar, pengaruh, kedudukan fungsi,

    dan kewenangan yang setara atau sama dengan peserta didik lulusan

    pendidikan formal (sekolah). Program ini ditunjukan bagi peserta didik

    yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak sekolah,

    putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin

    meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidup. Program ini juga

    melayani warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam

    memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai dampak dari perubahan

    peningkatan taraf hidupnya (Depdiknas, 2003: 60)

    Karakteristik peserta didik pendidikan kesetaraan adalah anggota

    masyarakat yang kurang beruntung dan memperoleh kesempatan

    menempuh pendidikan melalui jalur formal, termasuk di antaranya

    karena faktor geografi, emografis, ekonomi, psikologi, sosial dan budaya.

    Sasaran pendidikan kesetaraan yaitu:

    1) Petani, yang mana mereka hidup di lingkungan pertanian yang secara

    ekonomi dan geografis tidak mampu mengikuti pendidikan formal.

  • 45

    2) Masyarakat pesisir khususnya nelayan, pengolah dan pembudidaya

    ikan

    3) Masyarakat pondok pesantren salafi

    4) Masyarakat perkotaan (anak jalanan) yang secara ekonomi, sosial,

    psikologi tidak bisa mengikuti pendidikan formal

    5) Masyarakat lainnya yang terasing dan terpinggiran karena alasan

    geografi.

    Berdasarkan acuan Kurikulum Pendidikan Kesetaraan

    (Depdiknas, 2004: 5) program ini bertujuan:

    1) Membentuk warga belajar yang beriman, bertaqwa, berkarakter, dan

    bermartabat,

    2) Memberikan pembelajaran bermakna dan berproduktif dengan

    standar yang memadai,

    3) Memberikan kecakapan hidup yang berorentasi mata pencarian,

    kewirausahaan, kejuruan dan pekerjaan, dan

    4) Memberikan pembekalan untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan

    hidup dimasyarakat.

    b. Komponen Program Pendidikan Kesetaraan

    1) Peserta Didik atau Warga Belajar

    Warga belajar menurut Umberto Sihombing (2001: 36) adalah

    anggota masyarakat yang ikut dalam suatu kegiatan pembelajaran.

    Istilah ini memiliki konotasi bahwa adanya aspek keterlibatan

  • 46

    masyarakat dalam proses pembelajaran terutama pada program

    pendidikan nonformal. Warga belajar merupakan anggota masyarakat

    yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pembelajaran. Peserta

    didik merupakan warga masyarakat yang menjadi sasaran program

    pendidikan kesetaraan pada umumnya warga masyarakat pendidikan

    kesetaraan berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi.

    Sasaran pendidikan kesetaraan adalah kelompok masyarakat usia 10

    tahun keatas yang belum tuntas wajib belajar 9 tahun terutama bagi

    anak usia wajib belajar, sasaran utama adalah peserta didik putus

    sekolah usia 3 tahun diatas usia sekolah dan sebagian usia sekolah

    sebagai layanan khusus bila akses terhadap sekolah formal tidak ada

    (Direktorat Pendidikan Kesetaraan Dirjen PNFI Depdiknas, 2009:

    19).

    2) Pendidik (tutor)

    Istilah tutor adalah pendidikan secara luas identik pengertian

    dengan instrukur dalam pelatihan dan guru atau pendidik

    dipendidikan formal. Pendidik adalah seseorang yang memiliki

    kriteria yang tetap ditetapkan oleh pemerintah dan direktur oleh

    penyelenggara program.

    Secara akademis pendidikan adalah tenaga pendidikan yakni anggota

    masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

    penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik,

    tutor, fasilitator, pamong belajar, widyaswara, instruktur dan sebutan

    lain yang sesuai dengan kekhususan (Suwarno, 2006: 37-38).

    3) Penyelengaraan Program

  • 47

    Penyelengaraan program adalah organisasi atau lembaga yang

    menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan. Organisasi atau

    lembaga tersebut berupa: Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM),

    Pondok Pesantren, Takmir Masjid, Majelis Tklim, Lembaga Swadaya

    Masyarakat (LSM), Yayasan yang berbadan hukum, Yayasan yang

    dimiliki badan usaha, Organisasi kemasyarakatan, Organisasi

    Keaga