Upload
vanmien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi per Siklus
1. Siklus I
Dalam pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Kropak Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan selama ini peneliti alami, siswa kelihatansikap yang
kurang antusias dalam menerima pelajaran. Hal ini menyebabkan suasana kelas
kurang kondusif, interaksi timbal balik antara guru dan siswa tidak terjadi,
pembelajaran masih didominasi oleh guru. Permasalahan yang dimunculkan oleh
guru sebelum dilempar pada siswa justru guru dengan cepat menjawab sendiri,
kondisi inilah yang pada akhirnya membuat hasil belajar Matematika belum
sesuai dengan harapan. Perlu diketahui bahwa pelajaran Matematika kelas I
dilaksanakan secara rutin dalam waktu 1 minggu. Sebelum implementasi tindakan
dimulai terlebih dahulu diadakan tes awal. Hasil tes awal ini dari 40 siswa, rata-
rata nilai 55,90, tingkat ketuntasan klasikal hanya 25%. Ini berarti sebagian besar
siswa belum menguasai materi (prestasi rendah).
Dari hasil pengamatan dan masukan baik teman sejawat maupun
supervisor diketahui bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 tentang
mengurutkan benda- benda ruang yang sejenis pada mata pelajaran Matematika
kelas I semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012 di SD Negeri 2 Kropak Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan, ada peningkatan perbaikan dan menunjukkan hasil
yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa
yang ditunjukkan dengan rata-rata siswa mampu mengerjakan soal-soal tentang
mengurtkan benda- benda ruang yang sejenis. Namun demikian hasil belajar
tersebut masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
a. Perencanaan
Dengan mengetahui hasil pembelajaran sebelum diadakan perbaikan
pembelajaran yang masih jauh dari keberhasilan, maka peneliti menyusun
24
rencana perbaikan pembelajaran siklus I yang memfokuskan pada
penggunaan media konkrit. Dari rencana perbaikan pembelajaran siklus I ini,
ternyata hasil belajar yang dicapai siswa masih belum mencapai kriteria
ketuntasan. Agar hasil belajar mencapai kriteria ketuntasan dan kekurangan
rencana perbaikan pembelajaran siklus I dapat diatasi, selanjutnya penelitii
merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
b. Pelaksanaan
Sebelum perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti telah
menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Dari proses analisis dapat
dikemukakan bahwa jumlah nilai 2315. Dengan jumlah siswa sebanyak 40,
dapat dihitung rata-rata sebesar 57,88. Tingkat ketuntasan klasikal sebelum
perbaikan ini mencapai 25 %. Selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus I pada tanggal 7 November 2011 dengan alokasi waktu 2
x 35 menit (1 x pertemuan) untuk pertemuan pertama, sedangkan untuk
pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 8 November 2011
dengan alokasi waktu juga sama seperti pertemuan I. Dari proses perbaikan
pembelajaran siklus I, jumlah nilai yang diperoleh siswa sebesar 2780, dengan
rata-rata sebesar 69,50 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 70 %. Untuk
mengetahui lebih jelas hasil sebelum perbaikan dan perolehan hasil siklus I
dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Setelah Perbaikan Siklus I
NO STATISTIK PRA SIKLUS PERBAIKAN
SIKLUS I
1. Jumlah nilai 2315 2780
2. Jumlah siswa 40 40
3. Nilai rata-rata kelas 57,88 69,50
4. Tingkat ketuntasan klasikal 25 % 70 %
5 Siswa yang mencapai KKM 10 28
25
Untuk lebih memperjelas tabel 4.1 di atas, berikut ini peneliti sajikan diagram
batang dari data di atas.
I
1.Pra Siklus
2.Siklus I
Diagram 4.1
Nilai Rata-rata Kelas Sebelum dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
1.Pra Siklus
2.Siklus I
Diagram 4.2 Tingkat Ketuntasan Klasikal Sebelum dan Setelah
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
26
Diagram 4.3 Siswa yang memenuhi KKM Pada Pra Siklus dan Siklus I
Dengan melihat tabel 4.1, diagram 4.1 dan diagram 4.2 dan diagram 3 dapat
diketahui bahwa sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata kelas hanya
57,88 dengan tingkat ketuntasan klasikalsebesar 25 %. Ini dikarenakan
pembelajaran masih berjalan apa adanya tanpa menggunakan media gambar
dan dukungan beberapa metode yang relevan sehingga anak kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan nilai tarap serap
masih jauh dari target yang harus dicapai. Setelah diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata kelas 69,50 dengan
tingkat ketuntasan klasikal mencapai 70 %. Ini berarti ada kenaikan jika
dibandingkan dengan kondisi awal ( pra siklus) Hal tersebut menunjukkan
bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus I cukup berhasil karena
penggunaan gabar sangat menarik perhatian siswa.
. Kalau sebelum perbaikan pembelajaran yang tuntas hanya 10
siswa yang tuntas dari 40 orang, pada perbaikan pembelajaran siklus II
menjadi 28 orang. Demikian pula hasil pembelajaran siklus I memperoleh nilai
rata- rata 69,50 , sedangkan perbaikan pembelajaran siklus I ketuntasan
menjadi 70 %
27
c. Pengamatan
Dalam melaksanakan pebaikan pembelajaran siklus I guru sudah
menggunakan media gambar yang telah dipersiapkan dengan baik, akan
tetapi guru belum banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan peran guru masih terlalu
dominan. Sedangkan dari pengamatan terhadap siswa didapat hasil yaitu
siswa sudah terlihat dapat menguasai materi pembelajaran, siswa sudah
banyak yang berani mengerjakan soal tanpa ditunjuk, interaksi antara siswa
dengan guru sudah agak berkembang tapi peran aktif siswa masih sedikit.
Proses pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan cukup berhasil.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran siklus I, ada beberapa
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain, guru sudah
menggunakan media gambar dengan cukup baik dan guru juga menerapkan
metode yang bervariasi untuk membantu mencapai hasil belajar yang
diharapkan, tidak hanya ceramah terus yang dipergunakan selama dalam
proses mengajar. Beberapa keukurangn yang masih dilakukan guru yaitu,
guru belum banyak melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. .
Namun demikian secara garis besar proses perbaikan pembelajaran
siklus I yang memfokuskan pada penggunaan media gambar sudah dapat
meningkatkan hsil belajar siswa, walupun kenaikan presentase ketuntasan
siswa masih kecil. Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus I dapat
dikemukakan bahwa sebelum diadakan perbaikan banyak siswa yang
memperoleh nilai tuntas atau nilai ≥ KKM (65) hanya10 orang dari 40 orang
atau tingkat tuntas klasikal hanya mencapai 25 %, setelah perbaikan
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 28 orang atau tingkat tuntas klasikal
meningkat menjadi 70 %. Untuk rata-rata kelas sudah meningkat dari 57,88
menjadi 69,50. Karena tingkat ketuntasan baru mencapai 45 %, maka perlu
diadakan perbaikan pembelajaran siklus II agar tingkat ketuntasan dapat
mencapai ≥ 60 %.
28
2. Siklus II
Catatan pada proses perbaikan pembelajaran siklus II pada saat perbaikan
pembelajaran yang perencanaan, pelaksanaan, pengamatan sampai dengan
refleksi adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Rencana perbaikan pembelajaran peneliti susun berdasarkan hasil
perbaikan pembelajaran siklus I. Pada siklus II ini rencana perbaikan
pembelajaran peneliti tekankan pada kemampuan siswa memanfaatkan alat
peraga media gambar, karena media ini sangat dengan dekat dengan
kehidupan anak sehari- hari. Rencana perbaikan pembelajaran dapat berhasil
dengan baik dan hasil yang dicapai siswa dapat maksimal apabila segala
sesuatunya telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan demikian rencana
perbaikan pembelajaran siklus II yang telah peneliti susun dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Setelah perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti telah
menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Dari proses analisis dapat
dikemukakan bahwa jumlah nilai 2780. Dengan jumlah siswa sebanyak 40
dapat dihitung rata-rata kelas sebesar 69,50. Tingkat ketuntasan klasikal pada
perbaikan pemebelajaran siklus I mencapai 70 %. Selanjutnya peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II pada tanggal 14 November
2011 untuk pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x
pertemuan), dan pertemuan ke dua pada tanggal 15 November 2011 dengan
alokasi waktu sama dengan pertemuan pertama.Evaluasi juga hanya
dilaksanakan pada pertemuan ke dua mengingat tidak tepatnya waktu pada
pertemuan I .Dari proses perbaikan pembelajaran siklus II jumlah nilai yang
diperoleh siswa sebesar 2860, dengan rata-rata kelas 71,50 dan tingkat
ketuntasan klasikal mencapai 90 %. Untuk mengetahui lebih jelas hasil
perbaikan siklus I dan hasil perbaikan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.1
29
Tabel 4.2 Perolehan Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal
Setelah Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No Statistik Perbaikan
Siklus I
Perbaikan
Siklus II
1. Jumlah nilai 2780 2860
2. Jumlah siswa 40 40
3. Nilai rata-rata kelas 69,50 71,50
4. Tingkat ketuntasan klasikal 70 % 90 %
5 Siswa yang mencapai KKM 28 36
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram batang dari data di atas.
Siklus I Siklus II
Diagram 4.4 Nilai Rata-rata Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
30
Dari tabel 4.2, diagram 4.3 dapat dikemukakan bahwa, dari perbaikan
pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 69,5 dengan tingkat
ketuntasan klasikal mencapai 70 %. Selanjutnya, setelah diadakan perbaikan
pembelajaran siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 71,5 dengan tingkat
ketuntasan klasikal mencapai 90 %. Ini berarti ada kenaikan nilai rata-rata
kelas sebesar 3 dan tingkat ketuntasan klasikal sebanyak 90 %. Dengan
tercapainya tingkat ketuntasan klasikal lebih dari 60 %, berarti perbaikan
pembelajaran pada siklus II sudah berhasil.
Disamping disajikan data nilai rata-rata tingkat ketuntasan klasikal,
agar mudah untuk membandingkan ketuntasan siklus I dan siklus II .Berikut ini
peneliti menyajikan daftar rekapitulasi ketuntasan setelah perbaikan
pembelajaran siklus I dan siklus II pada diagram 4.4
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram batang dari data di atas.
Siklus 1
Diagram 4.5 Pencapaian Hasil Evaluasi Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
31
Diagram 4.6 Siswa yang memenuhi KKM Pada Pra Siklus dan Siklus I
Pada diagram 4.4 dan diagram 4.5 di atas dapat dilihat bahwa,
keberhasilan siswa makin tampak. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus
I jumlah siswa yang tuntas 70 % siswa, setelah pembelajaran siklus II jumlah
siswa yang tuntas menjadi 90 %. Pada siklus II masih ada siswa yang belum
tuntas sebanyak 4 siswa. Walaupun pada perbaikan pembelajaran II ini masih
ada siswa yang memperoleh nilai < KKM, yaitu sebanyak 4 orang, namun
perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan perbaikan pembelajaran cukup
sampai siklus II saja, karena keempat siswa tersebut memang tergolong agak
lambat dalam belajar.
c. Pengamatan
Pembelajaran pada siklus ini berjalan cukup hidup karena guru telah
memanfaatkan media gambar dan pemanfaatan berbagai metode untuk
mendukung keberhasilan. Beberapa catatan yang ada adalah : dengan
menggunakan media gambar dan didukung metode yang bervareasi
memungkinkan siswa untuk terlabat dalam proses kegiatan belajar mengajar
32
, guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa lebih berani berpendapat menyapaikan
temuaannya dan peran guru sudah tidak terlalu dominan, siswa menjadi lebih
senang mengikuti proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru
sudah berlangsung baik dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan memperhatikan hasil temuan di atas maka secara umum
pembelajaran sudah dianggap berhasil.
d. Refleksi
Kegiatan belajar mengajar sudah dilaksanakanoleh guru dengan baik.
Setelah selesai melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II,
ditemukan indikator keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan pembelajaran
yang dilakukan guru antara lain, guru sudah menggunakan media gambar
untuk memperjelas konsep mengurutkan benda- benda ruang menurut
ukurannya dengan baik dan guru sudah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan peran guru sudah
tidak terlalu dominan. Kekurangan yang dilakukan guru yaitu, guru belum
dapat menuntaskan belajar seluruh siswa, masih ada 4 siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Mereka terlihat pasif dan tidak dapat
menyelesaikan soal-soal dengan baik.
Namun walaupun ada beberapa kekurangan, pada proses
pembelajaran siklus II ini, hasil belajar yang dicapai siswa meningkat dengan
signifikan. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus I yang memperoleh nilai
tuntas 25 % . Dan sebanyak 30 dari 40 siswa atau tingkat tuntas klasikall
hanya mencapai 70 %, setelah perbaikan pembelajaran siklus II meningkat
menjadi 25 orang atau tingkat tuntas klasikal meningkat menjadi 87,5 %.
Untuk rata-rata kelas sudah meningkat dari 61 menjadi 73. Dengan tingkat
ketuntasan mencapai 87,5 %, maka tidak perlu diadakan perbaikan
pembelajaran lagi karena tingkat ketuntasan sudah mencapai ≥ 60 %.
33
4.2 Pembahasan
Dengan melihat hasil yang dicapai maka dapat dikatakan bahwa faktor yang
menjadi penentu dalam keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
menyusun dan melaksanakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga anak aktif
dan kreatif dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itu, dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran peneliti bekerja sama
dengan teman sejawat, konsultasi dengan pembimbing dan dengan mengkaji berbagai
sumber yang dapat peneliti pergunakan dalam mengambil tindakan perbaikan
pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang terjadi.
1. Siklus I
Pada siklus I ini peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dengan menggunakan media
berupa gambar hasil belajar siswa dapat meningkat walaupun persentase
ketuntasannya masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika sebelum
perbaikan pembelajaran tingkat ketuntasan sebesar 25 %, setelah diadakan
perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 70%. Demikian pula dengan nilai rata-
rata kelas, kalau sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata siswa hanya
57,88, setelah perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 69,50.
Adanya kenaikan hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa ini karena
guru sudah menggunakan media gambar dengan baik dan guru juga menerapkan
metode yang bervariasi, tidak melulu ceramah terus. Selain beberapa tindakan
tersebut, penggunaan media konkrit ini juga sangat sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Piaget dalam Karim, 1996 : 2 yang mengemukakan bahwa,
anak SD berada pada tahap Operasional Kongkret (7-12 tahun). Pada tahap ini,
anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkrit untuk
menyelidiki hubungan model-model abstrak. Anak mulai berpikir logis sebagai
akibat adanya kegiatan memanipulasi benda-benda konkrit.
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas baru 10 dari 40 siswa atau
peningkatan hasil belajar pada perbaikan pembelajaran siklus I ini belum
mencapai ≥ 60 %, karena tingkat ketuntasan baru mencapai 25% maka
34
selanjutnya peneliti mencari alternatif lain untuk lebih meningkatkan hasil belajar
siswa terutama siswa yang belum tuntas belajar, yaitu senyak 14 siswa atau 43,7
%.
2. Siklus II
Pada siklus II peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan pemanfaatan media gambar. Dengan menerapkan metode
berfariasi, hasil evaluasi belajar siswa ternyata dapat meningkat secara maksimal.
Jika sebelum pada perbaikan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan mencapai
70 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 90 %. Demikian
pula dengan rata-rata kelas, kalau pada sebelum perbaikan pembelajaran nilai
rata-rata siswa hanya 69,50, setelah perbaikan pembelajaran siklus II meningkat
menjadi 71,50.
Kenaikan tersebut dapat terjadi karena pada proses perbaikan
pembelajaran siklus II guru sudah menggunakan media gambar untuk
memperjelas konsep urutan dengan baik dan guru tidak memonopolii
pembelajaran sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran . Dalam
proses perbaikan pembelajaran siklus II dpat dikemukakan bahwa siswa dalam
mengikuti pembelajaran juga sudah serius dan tidak banyak bicara sendiri. Selain
itu penguasaan materi oleh siswa lebih baik karena mungkin juga faktor perbaikan
pembelajaran yang sudah dilakukan dalam dua siklus. Dengan keberhasilan
perbaikan pembelajaran siklus II dapat dikatakan bahwa metode pemecahan
masalah yang diterapkan guru sangat efektif. Dengan demikian perbaikan
pembelajaran dapat selesai pada siklus II.
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas dari 40 siswa sudah sebanyak 36
siswa atau tingkat ketuntasan mencapai 90 %, sehingga peningkatan hasil belajar
siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II ini sudah mencapai ≥60 %, maka
dari itu perbaikan pembelajaran cukup selesai pada siklus II. Untuk 4 siswa yang
belum tuntas, dapat dikemukakan bahwa mereka memiliki tingkat kecerdasan dii
bawah rata-rata. Untuk itu, peneliti mengadakan bimbingan khusus bagi mereka di
hari yang akan datang