Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK SHOLAT
WAJIB DI DESA SUMBER SARI KECAMATAN TUNGKAL
JAYA KABUPATEN MUSI BANYUASIN
SKRIPSI
YETTI ANGGRAENI
NIM : TP 151485
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
UPAYA ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK SHOLAT
WAJIB DI DESA SUMBER SARI KECAMATAN TUNGKAL
JAYA KABUPATEN MUSI BANYUASIN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1)
YETTI ANGGRAENI
NIM : TP 151485
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
vi
PERSEMBAHAN
لام على أشرف النبياء والمرسلين، وعلى أله وأصحابه الحمد لله رب العالمين، والصلاة والس
ين، أما ب عد ومن تبعهم بإحسان إلى ي وم الد
Dengan Rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang segala puji bagi
Allah, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, ucapan rasa
syukur yang tiada hentinya pada-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang mulia
Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada
kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda Suharjo. S (Alm) dan
Ibundaku Tercinta Marsinah yang telah mengasuhku mulai dari lahir hingga
dewasa sekarang ini, semoga kedua orang tuaku selalu mendapat rahmat dari
Allah Subhanahu wa Ta‟ala, Aamiin. Saudara saudari ku yang tercinta Emiyati,
A.Md dan Ali Imron, S.P terima kasih atas dukungan dan do‟a kalian sehingga
saya dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi ini, sahabat-sahabat
seperjuanganku khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam, umumnya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi serta orang-
orang yang mencintai ilmu pengetahuan. Terima kasih untuk semua yang telah
membantuku dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala
selalu memberi taufiq dan hidayah kepada kita semua. Amin yaa Robbal „Alamin.
Akhir Kata, Semoga Skripsi Ini Memberikan Manfaat Baik Untuk Penulis
Maupun Pembacanya Aamiin .
vii
MOTTO
ى ل ع ب ص وا ر ك ن م ل ا ن ع ه ن وا روف ع م ل ا ب ر م وأ ة ل ص ل ا م ق أ ن ب ا يك ب ا ص أ ا ور م لم ا زم ع ن م ك ل ذ ن إ
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (Q. S Luqman : 17)
viii
ix
ABSTRAK
Nama : Yetti Anggraeni
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Upaya Orang Tua dalam Mendidik Anak Sholat Wajib di Desa
Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin
Skripsi ini membahas tentang upaya orang tua dalam mendidik anak sholat di desa
Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya kabupaten Musi Banyuasin ini merupakan
penelitian kualitatif. Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa upaya
orang tua dalam mendidik anak sholat wajib di desa Sumber Sari kecamatan
Tungkal Jaya kabupaten Musi Banyuasin antara lain dengan cara mengantar anak
ke tempat pengajian (antara maghrib dan isya), memasukkan anaknya ke
Madrasah Ibtidaiyah, memberi contoh yang baik dan dinasehati serta diberi tahu
tentang dampak meninggalkan sholat. Adapun kendala orang tua adalah
kesibukan orang tua dalam bekerja, pengetahuan agama dari orang tua, anak yang
malas, pengaruh negative media informasi. Sementara solusi orang tua dalam
mengatasi kendala adalah memasukkan anak belajar ke madrasah, orang tua
mengikuti pengajian agama, mengajak anak sholat berjamaah, membatasi dan
mengawasi penggunaan media informasi anak-anak. Hasil dari penelitian ini
diharapkan kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan pendidikan sholat
anak. Bantuan yang diberikan orang tua merupakan kontribusi positif yang
membantu tercipta insan kamil sesuai dengan tujuan pendidikan islam. Kepada
pihak orang tua juga harus selalu melakukan pengawasan dan mengontrol anak
selama anak melakukan aktivitas sholat di rumah, karena ini sangat membantu
kemajuan pendidikan sholat anak. Kepada para orang tua juga harus bekerja sama
dengan guru pengajian malam menghadapi segala permasalahan pendidikan sholat
anak di rumah. Pengalaman yang berbeda antara dua tempat pendidikan ini sangat
membantu pencapaian pendidikan sholat pada diri anak.
Kata kunci : Upaya, Orang tua, Sholat Wajib
x
ABSTRACT
Name : Yetti Anggraeni
Study Program : Islamic Education
Thesis Tittle : Parents' Effort in Educating Children to Do Praying at
Sumber Sari village Tungkal Jaya district Musi Banyuasin
regency.
This thesis discusses parents' effort in educating children to do praying at Sumber
Sari regency Tungkal Jaya district Musi Banyuasin regency. This is a qualitative
research. The instrument of collecting the data in this research is interview,
observation, and documentation. This research finds that parents' effort in
educating children to do praying at Sumber Sari village Tungkal Jaya district
Musi Banyuasin regency includes bring them to the recitation place, enrolled them
to the Madrasah Ibtidaiyah, give them good example, and advise them, and let
them know about the effect of not doing praying. On the other side, the problem
faced by the parents is their business in work, parents' knowledge, the lazy
children, negative effect of informational media. While the solution for parents in
overcoming the problem is by enrolled the children to madrasah, parents join the
recitation activity, teach them to pray with others, limit and control the children of
using informational media. The result of this research is hoped for the parents to
pay more attention to children's praying. The help provided by the parents be the
positive contribution that help to create good person in line with the purpose of
Islamic education. The parents should also watch and control their children while
doing praying at home since it will help children's progress in doing praying. The
parents must also have cooperation with the teacher at recitation place in facing
the problem related to students' praying at home. The different experience in these
two place will help much in gaining praying education for cchildren.
Key words : Effort, Parents, Praying.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
NOTA DINAS ........................................................................................ ii
PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PERYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................. 4
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ........................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis ........................................................................ 6
B. Studi Relevan .......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penlitian ............................................ 22
B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................. 23
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 25
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 28
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................... 29
G. Jadwal Penelitian .................................................................... 31
xii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ....................................................................... 33
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................... 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 61
B. Saran ....................................................................................... 61
C. Penutup .................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian................................................................... 31
Tabel 2 Letak Geografis ..................................................................... 33
Tabel 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa .............................. 36
Tabel 4 Orbitasi/Jarak Ibu Kota ........................................................ 37
Tabel 5 Prasarana Umum Yang Ada ................................................. 37
Tabel 6 Aset atau Kekayaan Desa ...................................................... 38
Tabel 7 Sumber Daya Alam ............................................................... 38
Tabel 8 Sumber Daya Manusia .......................................................... 40
Tabel 10 Sumber Daya Sosial Budaya ................................................ 41
xiv
DAFTAR GAMBAR
4.1 Struktur Organisasi ............................................................................................. 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah yang utama dan pertama, tetapi kadang-kadang perilaku
menunjukkan penyimpangan, hal ini disebabkan karena makna amanah dari
pendidikan dipahami secara sempit, terbatas dan cenderung kapada materi saja,
sedangkan aspek-aspek yang mendasar yaitu masalah akidah terabaikan.
Akibatnya bermunculan perilaku generasi yang hampa aqidah, dingin dan acuh
kepada hakikat hidup dan kehidupan mereka termasuk pendidikannya.
Untuk itu orang tua menampakkan perilaku dan contoh yang baik mereka
akan dapat diarahkan menjadi sosok pribadi yang beriman, berakhlak dan berbudi
luhur. “Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Kepribadian orang tua, cara dan sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-
unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu” (Zakiah Darajat, 2010, hal. 71).
“Anak pada masa kecil menurut Ph. A. Kohnstam adalah masa estetika,
anak memandang dan mengamati dunia sekelilingnya dengan suatu keindahan,
mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba mengenal benda-
benda yang warna mencolok, aneh menurutnya, dan berusaha untuk
mengenalinya”. (Departemen Agama, 2010, hal. 99).
Pendidikan dalam keluarga merupakan sesuatu yang penting dilaksanakan
semaksimal mungkin.Pendidikan yang diberikan kepada mereka bersifat
menyeluruh dan seimbang. Luqman seorang ayah yang mulia memberi pelajaran
kepada anaknya, pertama-tama, dengan mengajarinya tauhid (Keesaan Allah),
sebuah contoh bagi para ayah bahwa fondasi pendidikan dan pengajaran anak
harus dimulai dengan pelajaran tauhid. Dia meneruskan pelajaran kepada
anaknya dengan menanamkan sikap hormat kepada orang tua, serta memelihara
dan menegakkan shalat.(Anonim, Al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Orang tua berkewajiban untuk membimbing anaknya ke jalan yang benar,
dalam arti kata mendidik, menasehati dan mampu memberi contoh yang
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
baik.Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan Islam. Anak
merupakan nikmat, karunia dan rahmat Allah yang teramat besar. Dia bukan saja
buah hati keluarga, tetapi yang terpenting merupakan amanah Allah yang harus
dijaga dan dipelihara. Masalah anak dalam kehidupan keluarga, menurut ajaran
Islam, termasuk penting, sebab menurut Islam, anak merupakan generasi penerus,
semua itu di mintai Allah pertanggung jawaban nanti.
Allah memerintahkan kepada setiap kepala keluarga dan orang-orang yang
beriman agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka dalam surat At-Tahrim,
66: 6.
Anak dalam agama Islam mempunyai hak-hak yang di realisasikan dengan
sebaik-baiknya, salah satunya hak untuk memperoleh pendidikan, karena
pendidikan bagi anak sangat banyak memberi manfaat positif bagi perkembangan
kehidupan selanjutnya. Pengajaran dan pengarahan yang di berikan keluarga
kepada anak merupakan upaya untuk membentuk sebuah generasi penerus yang
mempunyai kepedulian dan mengerti arti tanggung jawab. Selain itu, generasi
penerus juga harus format sesuai dengan tata karma, baik itu pada akal, jasmani
maupun rohani.
Menciptakan generasi penerus yang dapat di jamin eksistensinya sebagai
tonggak baru, pendidikan Islam segera di tanamkan sedini mungkin dalam
lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan inti masyarakat dan memiliki
pengaruh besar terhadap anak sebagai kader-kader umat yang berkualitas imtaq
dan mantap. Keselamatan dan kesejahteraan anak, adalah penting, bukan saja baik
bagi masyarakat yang bersangkutan, melainkan juga bagi kedua orang tuanya.
Anak-anak sebagai generasi penerus bagi kelangsungan hidup bangsa dan Negara
bahkan agama, kesuksesan mereka tergantung dari Ibu dan Bapak dalam mendidik
mereka.
Nabi dan Rasul yang diutus untuk manusia memiliki tugas sebagai
penyampai pesan Illahi untuk menjadikan manusia yang taat kepada penciptanya.
Ketaatan tersebut dibuktikan melalui berbagai macam bentuk yang meliputi, segi
keamanan, akhlak dan ibadah.Segi terakhir yang dibicarakan tersebut tidak bisa
ditinggalkan oleh pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab dalam
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pendidikan anak-anak mereka. Realitas kehidupan sehari-hari sekarang ini terlihat
banyak orang yang mengatasnamakan beragama Islam, namun tidak
mengamalkan keislaman ini dalam kehidupan mereka, yang diantaranya adalah
segi ibadah sholat.
Ibadah sholat yang merupakan kewajiban setiap umat Islam, termasuk
anak yang telah berkewajiban mendirikan sholat. Ada sejumlah anak yang
terkadang sengaja meninggalkan sholat lima waktu. Terutama sholat shubuh,
dzuhur, dan ashar, faktor lain adalah tidak adanya sanksi dari orang tua untuk
anaknya yang meninggalkan sholat, sehingga membiasakan anak-anaknya tidak
sholat. Padahal anak-anak sejak kecil perlu diperkenalkan kepada kewajiban
sholat dan melaksanakannya sebagai suatu yang tidak bisa diringankan atau
ditunda-tunda.
Permasalahan di atas juga terkait dengan kesibukan orang tua dalam
bekerja hingga membuat para orang tua hanya sedikit memberi pendidikan
terhadap ibadah sholat anak. Pada umumnya pekerjaan orang tua di Desa Sumber
Sari adalah petani, pedagang dan pekerjaan lainnya yang banyak menita waktu
utuk bisa mendidik dan mengawasi pelaksanaan ibadah sholat anak di rumah,
maka dari itu orang tua perlu menggunakan upaya untuk membiasakan ibadah
sholat anak. Berdasarkan permasalahan di atas dan dari pengamatan awal (grand
tour) pada tanggal 01 Agustus 2018 yang dilakukan oleh penulis di Desa Sumber
Sari Kec.Tungkal Jaya Kab. Musi Banyuasin dengan jumlah KK keseluruhan
sebanyak 892 KK, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti dan membahas
masalah ini dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul :“Upaya Orang
Tua dalam Mendidik Anak Shalat Wajib di Desa Sumber Sari Kecamatan
Tungkal Jaya Kab. Musi Banyuasin”.
A. Fokus Penelitian
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula, maka perlu
adanya pembatasan masalah maka peneliti hanya meneliti upaya orang tua
terhadap pendidikan sholat wajib anak yang berusia 7-12 tahun karena di
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
lingkungan penulis banyak anak-anak usia kisaran usia 7-12 tahun yang masih
melalaikan sholat.
Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Sari Rt 13 Kecamatan Tungkal Jaya
Kabupaten Musi Banyuasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari judul dan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan dalam
penelitian ini. Penulis perlu merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya orang tua dalam pelaksanaan sholat wajib bagi anak-
anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin?
2. Apa saja kendala yang dihadapi orang tua dalam pelaksanakan sholat
wajib bagi anak-anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya
Kabupaten Musi Banyuasin?
3. Bagaimana solusi orang tua dalam pelaksanaan sholat wajib bagi anak-
anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
yakni sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam mendidik sholat wajib bagi
anak-anak Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin
b. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi orang tua dalam mendidik
sholat wajib bagi anak-anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal
Jaya Kabupaten Musi Banyuasin
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Untuk mengetahui solusi orang tua dalam mendidik sholat wajib bagi
anak-anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin
2. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara
lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Untuk syarat mencapai gelar S1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
STS Jambi.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai
Upaya Orang tua dalam mendidik shalat anak di Desa Sumber Sari
Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin
c. Untuk Desa Sumber Sari, Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi
atas kelemahan-kelemahan yang ada.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
Untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dan judul yang dibahas,
maka diperlukan suatu kajian dan analisa dari beberapa teori atau pendapat para ahli.
1. Pengertian Upaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Istilah upaya dapat diartikan
dengan “Usaha, kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, perkara, ikhtiar) daya upaya
untuk mencapai sesuatu.”(Anonim, 1988, hal. 1524).
Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional (2008, hal.
1787), “Upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya”.
Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan maksud tertentu agar
semua permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa upaya yang
dimaksud disini adalah upaya orang tua dalam mengatasi semua permasalahan
yang ada pada anak, yang mana permasalahannya adalah tentang pendidikan
shalat anak.
2. Pengertian Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “Orang tua
adalah ayah ibu kandung”. Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa,
“Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama oleh putra putrinya”.
Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang tua menjadi kepala
keluarga”.(M Arifin, 1987, hal. 74).
7
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada
umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan
karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya
pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara
orang tua dan anak.(Zakiah Daradjat, 2012, hal. 35).
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang tua terhadap anak-
anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap
anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati,
pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap
anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. (M. Ngalim Purwanto, 2009,
hal. 80)
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang
terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu
di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu
bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta
kepada ibunya daripada anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar
yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah
seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya.Sebagian orang
mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat tugas
seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya
pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari.
8
Dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak dan segala aspek kehidupannya sejak anak masih
kecil hingga mereka dewasa.
3. Tanggung Jawab Orang tua
Secara sederhana peran orang tua dapat dijelaskan sebagai kewajiban
orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib memenuhi hak-hak
(kebutuan) anaknya, seperti hak untuk melatih anak menguasai cara-cara
mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan berdoa,
sungguh sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan
perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang tua sangat memengaruhi
perkembangan anak.Sikap menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh
tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan
secara langsung memengaruhi reaksi emosional anak. (Hasbullah, 2011, hal. 88).
Upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas,
diperlukan adanya usaha yang konsisten dan kontinyu dari orang tua di dalam
melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anak mereka
baik lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan atau mampu berdiri
sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban orang tua. Begitu pula halnya
terhadap pasangan suami istri yang berakhir perceraian, ayah dan ibu tetap
berkewajiban untuk memelihara, mengasuh dan mendidik anak-
anaknya.(Mahmud Gunawan dkk, 2013, hal. 132).
Sebagaimana Allah memerintahkan kepada setiap kepala keluarga dan
orang-orang yang beriman agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka dalam
surat At-Tahrim, 66: 6.
ها يا انار وأهليكم أنفسكم قوا آمنوا الذين أي
9
“Hai Orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”. (Departemen Agama, 2002: 561).
Melalui pengasuhan, perawatan dan pengawasan yang terus menerus, diri
serta kepribadian anak dibentuk. Dengan nalurinya, bukan dengan teori,
orang tua mendidik dan membina keluarga. Tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya dalam hal pengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak,
ajaran Islam menggariskannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
c. Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak
d. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual (Hasbullah,
2011, hal. 137-138).
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan
kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah
darah dagingnya namun bila ada keterbatasan dari kedua orang tua ini, maka
sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu
melalui sekolah.Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina
oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:
a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan
makan, minum dan perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya
lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa
mampu , berdiri sendiri dan membantu orang lain.
10
d. Membahagiaan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan
akhir hidup muslim. (Zakiah Darajat, 2012, hal. 38).
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
orang tua terhadap anak meliputi berbagai hal diantaranya membentuk pribadi
seorang anak, bukan hanya dalam hal fisik saja (materi), juga pada mental
(rohani), moral, keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak
secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan
yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiassaan yang dilihat dari orang tua,
tetapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan
perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar
bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat tabiat anak
sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang
lain.(Hasbullah, 2011, hal. 89).
4. Mendidik Anak Sholat Wajib
1. Pengertian Anak
Menurut Subino Hadisubroto, anak apabila dilihat dari perkembangan
usianya, dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama, umur 0-3
tahun.Pada periode ini yang terjadi adalah perkembangan fisik penuh. Oleh
karena itu, anak yang lahir dari keluarga cukup material, pertumbuhan
fisiknya akan baik bila dibandingkan dengan kondisi ekonomi yang rata-rata.
Periode kedua, umur 3-6 tahun.Pada masa ini yang berkembang adalah
bahasanya. Oleh karena itu, ia akan bertanya segala macam, terkadang apa
yang ditanya membuat kesulitan orang tua untuk menjawabnya. Periode
ketiga, umur 6-9 tahun, yaitu masa social imitation (masa mencontoh). Pada
11
usia ini, masa terbaik untuk menanamkan contoh teladan perilaku yang baik.
Periode keempat, umur 9-12 tahun, periode ini disebut tahap individual. Pada
masa ini, anak sudah timbul pemberontakan, dalam arti menentang apa yang
tadinya dipercaya sebagai nilai atau norma. Masa ini merupakan masa kritis.(
M. Mahmud dkk, 2013, hal. 132).
2. Shalat pada Anak
Shalat menurut arti harfiahnya berasal dari kata shilah yang berarti
hubungan antara seseorang manusia dengan Tuhannya. (Ebrahim, 1988).
Dalam istilah ilmu fiqih, shalat adalah salah satu macam atau bentuk ibadah
yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai
dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu.
(Departemen Agama RI, 1983, hal. 79).
Dengan demikian ibadah shalat adalah suatu penghambaan manusia
kepada khaliq, yang dilaksanakan karena iman dan taqwa dan dinyatakan
dengan perbuatan serta mengikuti aturan-aturan yang telah disyaratkan. Shalat
memiliki kedudukan yang sangat tinggi, antara lain sebagai berikut:
a. Shalat sebagai tiang agama
b. Ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah
c. Amalan yang pertama kali dihisab
d. Benteng terakhir yang menopang Islam
e. Merangkum semua unsur rukun Islam (M. Mu‟inudinillah Basri,
2014, hal.
Selanjutnya shalat secara terminologis berarti bentuk ibadah mahdah
yang terdiri dari getaran jiwa, ucapan dan gerakan badan tertentu yang diawali
dengan takbiratul ihram dan diakhiri degan salam dan dilaksanakan untuk
mendekatan diri secara khusu‟ yang ditujukan dalam rangka penccapaian
keridhoan dan kecintaan Ilahi. (Zakiah Darajat, 1984, hal. 45)
12
Perintah shalat adalah Al-Qur‟an Surat Al Ankabut : 45 yang artinya
“Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur‟an) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya) dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selanjutnya dalil dari Hadits yang bersumber dari Abdillah bin Umar
yang artinya “Dari Abdillah bin Umar berkata : Rasulullah SAW bersabda :
Islam itu dibina atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, menegakkan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan haji
(H.R Muslim), karena keduanyalah yang menjadi dasar dari segala gerak-
gerik kehidupan umat Islam termasuk dalam upaya mendidik anak. Jika umat
Islam tidak mengambil landasan Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai
pedomannya dalam mendidik anak, maka jelaslah iaakan menuju kepada
kesesatan dan akan rusaklah semua pola fikir serta usahanya untuk mendidik
anaknya itu.
Mendidik ketaatan ibadah pada anak mulai dari dalam keluarga
dengan membimbing dan mengajarkan atau melatih anak dengan ajran agama
seperti syahadat, shalat, berwudhu, doa-doa, bacaan Al-Qur‟an. Lafas zikir
dan akhlak terpuji, seperti bersyukur ketika mendapatkan anugrah, bersikap
jujur, menjalin persaudaraan dengan orang lain, dan menjauhkan diri dari
perbuatan yang dilarang Allah.(Syamsu Yusuf LN, 2010, hal. 139).
3. Teknik atau Cara Mendidik Shalat pada Anak
Orang tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam
lingkungan keluarga, termasuk tanggung jawab atas pendidikan anggota
keluarganya. Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan untuk
13
mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik yang diserahkan pada
kedewasaan secara utuh agar sanggup berdiri sendiri untuk mengembangkan
segala tugas kehidupan sesuai dengan idiologi yang dimilikinya. Dengan
demikian maka proses bimbingan, pertolongan serta pengarahan harus
meliputi pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. (A. Muri Yusuf, 1982,
hal. 13).
Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan adalah:
Membina boleh berarti sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan
secara sistematis metodis dan demokratis dari seseorang yang memiliki
kompetensi yang memadai dalam mengadakan pendekatan, metode dan teknik
layanan kepada individu agar si terbantu ini lebih memahami diri,
mengarahkan diri dan memiliki kemampuan nyata dini dalam mengadakan
penyesuaian, membuat pilihan dan memecahkan persoalan-persoalan secara
lebih memadai sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapai.(Andi
Mapiare, 1984, hal. 136).
Dengan demikian konsepsi bimbingan dalam skripsi ini penulis
memberi batasan bahwa yang dimaksud bimbingan adalah upaya orang tua
dalam memberikan bimbingan, arahan, tuntunan serta pendidikan terhadap
anaknya dalam melaksanakan ibadah shalat.
Orang tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam
lingkungan keluarga, termasuk tanggung jawab atas pendidikan anggota
keluarganya.Dalam upaya memberikan pendidikan serta pendidikan kepada
anak terutama dalam memberikan pendidikan terhadap pelaksanaan ibadah
shalat. Perlu diperhatikan bimbingan-bimbingan Nabi Muhammad SAW,
maka kita temukan bahwa beliau memfokuskan mendidik anak ini beberapa
pilar (Muhammad Suwaid, 2009, hal. 175). Berikut beberapa pilar tersebut :
14
a. Memerintahkan Shalat
Kedua orang tua bisa mulai membimbing anak untuk mengerjakan
shalat dengan cara mengajak melakukan shalat di sampingnya, dimulai ketika
dia sudah mengetahui tangan kanan dan tangan kirinya. Ini berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abdullah bin Habib bahwa Nabi
Muhammad SAW berdsabda, ” Jika seseorang anak sudah mengetahui dan bisa
membedakan tangan kanan dan kirinya, maka perintahkanlah dia untuk
mengerjakan shalat”.
b. Mengajari Shalat
Pada periode ini, kedua orang tua mulai mengajarkan rukun-rukun
shalat, kewajiban-kewajiban dalam mengerjakan shalat serta hal-hal yang bisa
membatalkan shalat. Nabi Muhammad SAW telah menetapkan bahwa usia
tujuh tahun merupakan awal periode pengajaran.
Abu Daud meriwayatkan dari Sibrah bin Ma‟bad Al-Juhani bahwa dia
berkata Rasulullah SAW bersabda yang Artinya: “Perintahkanlah anak-anak
kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka telah berumur 7 tahun dan
pukullah mereka (jika mereka tidak mau mengerjakannya) ketika mereka telah
berumur sepuluh tahun. Pisahkanlah juga tempat tidur mereka (antara laki-laki
dan perempuan).
Rasulullah SAW sendiri yang langsung mengajarkan kepada anak-
anak hal-hal yang dibutuhkan didalam shalat. Rasulullah SAW juga
meluruskan kesalahan mereka dalam mengerjakan shalat, kemudian juga
mengajarkan adzan dan iqamah. Rasulullah SAW biasa menyampaikan saran
setiap hendak mengerjakan shalat dengan menempatkan anak-anak di shaf
terakhir, lalu juga memperingatkan anak-anak agar tidak menoleh ke kanan
dan kiri ketika sedang melaksanakan shalat .
15
c. Memukul Anak Jika Enggan Shalat
Periode ini dimulai ketika anak berumur sepuluh tahun. Jika dia
mengabaikan shalatnya atau bermalas-malasan dalam menunaikannya, ketika
itu kedua orang tua boleh memukulnya sebagai pelajaran atas pengabdian ini,
dan juga atas kezhalimannya mengikuti jalan setan.Sebab, yang menjadi
prinsip dalam hal ini adalah mematuhi perintah Allah di mana dia masih
berada dalam periode fitrah, dan pengaruh setan pun masih lemah. Jika dia
tidak menunaikan shalat, merupakan bukti bahwa setan sedikit demi sedikit
menguasai dirinya. Oleh karena itu, harus diatasi dengan terapi Nabi, yaitu
dengan memukulnya.
لاة وهم أبناء سبع سنين ، واضربوهم عليها وهم أبناء مروا أولادكم بالصقوا بينهم في المضاجع عشر ، وفر
Artinya: “Perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan shalat saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka saat mereka berusia sepuluh
tahun, pisahkan tempat tidur di antara mereka.” (HR. Al-Albany dalam
Shahih Abu Daud)
Hukuman dan menghukum itu bukanlah soal perseorangan, melainkan
mempunyai sifat kemasyarakatan.Hukuman tidak dapat dilakukan sewenang-
wenang menurut kehendak seseornag, tetapi menghukum itu adalah suatu
perbuatan yang tidak bebas, yang selalu mendapat pengawassan dari
masyarakat dan negara.Apalagi hukuman yang bersifat pendidikan, harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Islam memberi arahan dalam memberi hukuman terhadap anak atau
peserta didik, si pendidik hendaknya memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
1) Tidak menghukum anak ketika marah, karena terbawa emosional
yang dipengaruhi nafsu syetan
16
2) Tidak menyakiti perasaan dan harga diri anak
3) Tidak merendahkan derajat dan martabat yang dihukum
4) Tidak menyakiti secara fisik
5) Bertujuan mengubah perilaku yang tidak atau kurang baik.( Heri
Jauhari Muchtar, 2005, hal. 18-22).
Jadi dapat dipahami bahwa hukuman memiliki tujuan untuk merubah
tingkah laku manusia menjadi lebih baik. Hukuman merupakan upaya akhir
yang dilakukan pendidik apabila upaya yang bersifat lemah lembut tidak
menunjukkan perubahan atau hasil yang positif. Dalam menerapkan hukuman
harus dilakukan dengan hati-hati dan proporsional dalam arti sesuai dengan
tingkat kesalahan anak dan yang terpenting adalah hukuman dapat merubah
perilaku menjadi lebih baik.
d. Mendidik Anak agar Menghadiri Shalat Berjamaah
Mendidik anak untuk melaksanakan shalat berjamaah bagi anak laki-
laki dapat dimulai dari menjalankan shalat Jumat di Masjid atau dapat pula
diajarkan ketika shalat berjamaah pada waktu Maghrib di Masjid. Maka ketika
dia baligh maka dia telah terbiasa menunaikannya. Sebagaimana hadits Nabi
yang berbunyi :
داء فلم يأته فلا صلاة له إلا من عذر من سمع الن
“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada
shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” (Hr. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits
ini dinilai shahih oleh Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 dan
Irwa‟ al-Ghalil no. 551)
e. Beberapa Contoh Qiyamul Lail (Shalat Malam)
Anak-anak para sahabat tidak hanya memelihara shalat lima waktu,
namun juga menambahnya dengan shalat-shalat sunnah yang berupa shalat
17
malam, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Abbas. Seorang pendidik atau orang
tua yang sadar dan akan selalu berusaha mencari cara yang efektif untuk
membimbing anak dalam melaksanakan ibadah terutama ibadah shalat. Ada
pula cara yang dapat ditempuh orang tua menurut Abdullah Nasih Ulwan
adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dengan Teladan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling sukses
untuk mempersiapkan akhlak seorang anak, dan membentuk jiwa serta rasa
sosialnya. Sebab, seorang pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan
anak, dan akan menjadi panutan baginya. Disadari atau tidak, sang anak
didik akan mengikuti tingkah laku pendidiknya. Bahkan akan terpatri kata-
kata, tindakan, rasa dan nilainya di dalam jiwa dan perasannya, baik ia tahu
maupun tidak tahu. Dari sini, teladan merupakan faktor yang amat penting
dalam memperbaiki atau amat penting dalam memperbaiki atau merusak
anak. Jika seorang pendidik bersifat jujur, amanah, mulia dan jauh dari
maksiat, maka anak akan tumbuh dengan sifat jujur, amanah,berakhlak,
mulia, berani dan suci. Tapi, bilamana pendidiknya pendusta, pengkhianat,
nakal, kikir, pengecut dan hina, maka anak akan tumbuh dengan sifat dusta,
khianat, nakal, pengecut, kikir dan hina. Pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa anak akan mengikuti perbuatan orang tua nya atau anak memiliki
sifat meniru (imitasi). Maka sudah sepatutnya orang tua dalam membimbing
anak harus mempunyai cara atau metode keteladanan.
2. Pendidikan Dengan Pembiasaan
Merupakan ketetapan syariat Islam bahwa seorangg anak sejak lahir
telah diciptakan dalam fitrah tauhid yang bersih, juga fitrah agama yang
lurus dan iman kepada Allah, pembiasaan, pengajaran, dan pendidikan
tampak memainkan peranannya dalam pertumbuhan anak, untuk
18
membesarkannya di atas tauhid yang murni, akhlak yang mulia, keutamaan
jiwa, dan etika Islam yang benar.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga lebih menitikberatkan pada
penanaman nilai-nilai moral keagamaan pada anak yang diawali dengan
pengenalan symbol-simbol agama, tatacara sholat, baca al-Qur‟an serta doa-
doa.Orang tua diharapkan mampu membiasakan diri melaksanakan shalat,
membaca al-Qur‟an dan melafalkan doa-doa di setiap melaksanakan sesuatu
atau kegiatan baru.
Pengajaran adalah aspek teoritis dalam perbaikan dan pendidikan,
sedangkan pembiasaan merupakan aspek praktis dalam pembentukan dan
persiapan.Usia anak-anak lebih mudah untuk menerima pengajaran dan
pembiasaan daripada usia atau tahapan lainnya. Maka, orang tua dan para
guru harus memfokuskan pengajaran tentang kebaikan pada anak dan
pembiasaannya sejak ia mulai dapat berpikir dan memahami hakikat
kehidupan.
3. Pendidikan dengan Nasihat yang Bijak
Nasihat merupakan metode pendidikan yang cukup efektif dalam
membentuk iman seorang anak, serta mempersiapkan akhlak, jiwa dan rasa
sosialnya. Nasihat dan petuah memberikan pengaruh besar untuk membuka
hati anak terhadap hakikat sesuatu, mendorongnya menuju hal-hal yang
positif, mengisinya dengan akhlak mulia dan menyadarkannya akan prinsip-
prinsip Islam. Tidaklah aneh bila Al-Qur‟an menggunakan metode ini dan
menyeru jiwa-jiwa manusia dengan nasihat, serta mengulangnya pada
beberapa ayat di tempat yang berbeda-beda.Perhatian orang tua yang
diberikan kepada anak biasa dilakukan dengan dialog dan berusaha
memahami persoalan yang dihadapi anak. Pada anak mereka mulai berfikir
logis, kritis, suka dengan membandingkan apa yang mereka lihat di rumah
19
dan di luar rumah. Diharapkan orang tua dapat memberikan penjelasan dan
pemahaman yang sesuai dengan tingkat pola berfikir anak mereka.
Bimbingan dengan cara memberikan dialog atau nasihat ini dapat
dilakukan orang tua dalam memaparkan makna dan manfaat shalat atau
dengan cara menceritakan tentang perintah shalat yang telah tercantum di
dalam Al-Qur‟an.
Metode ini secara tidak langsung menanamkan etika perlunya
menghargai orang lain. Perlu diketahui waktu yang dihabiskan anak di
sekolah lebih sedikit dibanding waktu di rumah. Sebagai orang tua harus
mengingatkan anak agar bisa menggunakan waktu di rumah untuk belajar
apa yang telah dipelajari di sekolah hendaknya dapat diulang atau
diteruskan di rumah untuk hasil yang lebih baik. Tanpa sikap yang demikian
dari pihak orang tua, maka problem pendidikan yang dihadapi anak tambah
runyam, termasuk menghilangnya gairah membaca buku dan mencintai
pelajaran sekolah.
Beberapa pendapat diatas mengenai teknik atau cara membimbing
anak maka penulis lebih menekankan pada pendapat Abdullah Nasih Ulwan
yang membagi cara membimbing anak dengan tiga cara yaitu pendidikan
dengan teladan, pendidikan dengan pembiasaan, pendidikan dengan nasihat
yang bijak.
B. Studi Relevan
Berdasarkan pada pengkajian penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini
diantaranya sebagai berikut :
1. Ni‟mah, tahun 2016 Program Studi Pendidikan Agama Islam tentang
“Peranan Orang Tua dalam Membimbing Anak untuk melaksanakan Shalat
Lima Waktu di Lingkungan Pasar Kahayan Palangka Raya”. Fakultas
20
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangka Raya. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa 1. Peranan orang tua dalam memberikan bimbingan yaitu
menggunakan metode pembiasaan, nasihat dan cerita , keteladanan,
pemeliharaan, partisipasi, disiplin, hiwar nabawi, ibrah, danmau‟izzah dan
metode targhib. Orang tua memberikan bimbingan secara bergantian setiap
hari, tetapi dalam pelaksanaanya seorang ibu lebih banyak berperan dalam
memberikan bimbingan. Orangtua mengajarkan cara berwudhu, bacaan dan
gerakan shalat serta rukun shalat 2. Kendala yang dihadapi yaitu karena
kesibukan pekerjaan orang tua , banyak anak yang sering malas bangun
subuh, malas shalat, senang menonton TV dan asik bermain bersama teman-
teman sehingga malas untuk shalat. 3. Solusi yang di gunakan yaitu orang tua
selalu bergantian untuk membimbing anak, mengingatkan, mengajak,
menasihati, dan ada keluarga yang menggunakan trik khusus. Faktor
pendukung dalam memberikan bimbingan pada anak seperti buku-buku yang
berhubungan dengan shalat, poster serta memasukan anak ke sekolah TPA.
2. Nur Shufiyati, Tahun 2017 Program Studi Program Studi Pendidikan Agama
Islam tentang “Upaya Orang Tua dalam meningkatkan kedisiplinan shalat
lima waktu pada anak di dusun pulosari Karangasem Rt 04/03 Desa Sroyo
Jaten Karanganyar 2016/2017”. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Surakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Upaya Orang
tua dalam meningkatkan kedisiplinan shalat lima waktu pada anak di desa
Pulosari Karangasem meliputi : 1. Perintah. Dari hasil penelitian di tiga
keluarga mereka memerintahkan anak untuk segera melaksanakan shalat. 2.
Keteladanan. Maksud dari keteladanan disini adalah ketika para orang tua
memerintah anak untuk segera melaksanakan shalat atau mengajak shalat
berjama‟ah. 3. Nasehat. Para orang tua dalam penelitian ini selalu
memberikan nasehat-nasehat agar anak-anak mereka mengerti dan faham
pentingnya shalat.
21
3. Ernaya Amor Bhakti, Tahun 2017 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Islam tentang “Peran Orang Tua dalam Menanamkan Ibadah Shalat pada
Anak Usia Dini di Desa Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung. Adapun factor
pendukung orang tua dalam menanamkan ibadah shalat pada anak usia dini
yaitu adanya dorongan dari orang tua, dukungan dari masyarakat, sarana
prasarana yang memadai. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat kurang
maksimalnya orang tua dalam menanamkan ibadah shalat pada anak usia dini
yaitu adanya siaran televisi, kesibukan dari orang tua, lingkungan pertemanan,
sehingga akan membuat terhambatnya pendidikan bagi anak. maka diperoleh
kesimpulan bahwa peran orang tua dalam menanamkan ibadah shalat pada
anak usia dini sudah terlaksana, namun belum maksimal.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, jenis penelitian ini termasuk
dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Yaitu suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga/gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus
hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit tetapi dari sifat penelitian,
penelitian kasus lebih mendalam. (Suharsimi Arikunto, 2002, hal. 120).
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong
mendefinisikan bahwa ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. (Lexy J Moleong, 2011, hal. 3) Metode
deskriptif juga dapat didefinisikan sebagai suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya
menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini berupaya
menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung berdasarkan
fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian dianalisis
beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk memberikan
solusi tentang Upaya orang tua dalam mendidik shalat anak, yang dimana lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin.
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih bisa menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Lexy J Moleong, 2011, hal. 5)
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sumber Sari kecamatan
Tungkal Jaya kabupaten Musi Banyuasin, atas berbagai pertimbangan;
banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi pada anak-anak di Desa Sumber
sari kecamatan Tungkal Jaya kabupaten Musi Banyuasin dari kurangnya
perhatian orang tua terhadap shalat anak. Alasan pemelihan lokasi tersebut
karena didasarkan beberapa pertimbangan yaitu, keterjangkauan lokasi
penelitian oleh peneliti, baik dari tenaga maupun waktu.
2. Subjek Penelitian
Istilah subyek penelitian menunjuk pada orang atau individu atau
kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti. (Sanapiah
Faisal, 2007, hal. 109) maka yang akan dijadikan sebagai informan (Subjek
penelitian) ini adalah:
a) Kepala Desa Sumber Sari kec. Tungkal Jaya kabupaten Musi
Banyuasin
b) Para Orang tua di Desa Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya
kabupaten Musi Banyuasin.
c) Anak-anak di desa Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya
kabupaten Musi Banyuasin
Penentuan subjek didasarkan dengan tekhnik purposive sampling.
Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang di perlukan.Dalam bahasa sederhana purposive
sampling itu dapat dikatakan secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika
orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat,
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
karakteristik, ciri, kriteria) sampel. (Lexy J Moleong, 2011, hal. 5) Sumber
data ialah subyek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi Arikunto, 1998 :
114). Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Kepala Desa Sumber Sari
b) Para Orang Tua
c) Tokoh Masyarakat
d) Anak-anak yang berusia 7-12 Tahun
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari sumber utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata
lain data sekunder dapat diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi
serta peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan
sebagai data pelengkap atau data pendukung dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar, 2010, hal. 86)Yakni data
yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan
(observasi) terhadap Upaya Orang tua dalam Mendidik Anak Sholat
Wajib, informasi kendala orang tua, sarana dan prasarana dalam
menerapkan solusi orang tua dalam mendidik anak di Desa Sumber sari
kecamatan Tungkal Jaya kabupaten Musi Banyuasin.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil sekolah dan struktur
organisasi) atau publikasi lainnya. (Mukhtar, 2010, hal. 90) Data sekunder
adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
orang di luar penyelidik sendiri walau yang dikumpulkan itu
sesungguhnya data asli. (Zarkasi syam, 2006, hal. 74). Data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi struktur
organisasi Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.
(Suharsimi Arikunto, 2002, hal. 207) Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana data-
data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002, hal. 106) Sumber data yaitu
berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat melalui wawancara.
Sumber data peristiwa (situasi) yang didapat melalui observasi.Dan sumber
data dari dokumen didapat dari instansi terkait. “menurut Lofland sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Jam‟an
Satori, 2009, hal. 105)
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh yaitu :
a. Sumber data berupa manusia, yakni Kepala Desa, para anak dan
Orang tua di lingkungan Desa Sumber Sari.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di Desa Sumber sari
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip
dokumentasi resmi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan
data/fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid.
karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2009, hal. 308). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode observasi,
wawancara, dokumentasi.
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1. Metode Observasi
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung,
(Lexy J Moleong, 2011, hal. 125) Metode ini dilakukan dengan jalan terjun
langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan
pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang
dibutuhkan. Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara
langsung data yang ada dilapangan, terutama Sejarah Desa, Letak Geografis,
Struktur Organisasi Pemerintahan, Orbitasi/Jarak Ibu Kota, Prasarana Umum
yang Ada, Aset atau Kekayaan Desa, dan Keadaan Sosial yang ada di Desa
Sumber Sari kecamatan Tungkal jaya kabupaten Musi Banyuasin.
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan meningkatkan
nilai-nilai keagamaan di lingkungan sekitar.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Mengamati upaya orang tua dalam mendidik anak shalat wajib di
desa Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin
b) Mengamati apa saja kendala orang tua dalam mendidik anak shalat
wajib di Desa Sumber Sari
c) Memperhatikan solusi yang diterapkan para Orang tua dalam
mendidik Anak shalat wajib di Desa Sumber Sari
2. Metode Wawancara / interview
“Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi ”(Nasution,
2006, hal. 113) Metode wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil
data, dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden dan
mendengarkan langsung serta mencatat dengan teliti apa yang diterangkan
oleh responden, Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi
dari beberapa sumber data yang bersangkutan yaitu, anak dan Orang tua di
desa Sumber sari. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif dengan menggunakan instrument yaitu pedoman wawancara.
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara yang tidak
terstruktur. Wawancara yang tak terstruktur merupakan wawancara yang
berbeda dengan yang terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer.
Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan
baku atau informasi tunggal (Lexi J Moleong, 2013 , hal. 190). Sebelum
penulis melalukan wawancara, penulis sudah mempersiapkan seperangkat
pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
Adapun datanya meliputi:
a) Metode yang digunakan dalam bentuk pelaksanaan dan kegiatan
dalam mendidik Anak shalat wajib di Desa Sumber Sari.
b) Upaya-upaya Orang tua dalam mendidik anak shalat wajib di Desa
Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya di Kabupaten Musi
Banyuasin.
c) Sejauh mana pencapaian yang diperoleh dari bentuk metode yang
digunakan.
Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi :
a) Interview bebas (inguided interview) dimana pewancara bebas
menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang
akan dikumpulkan.
b) Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang
dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan
pertanyaan lengkap dan terperinci seperti, yang dimaksud dalam
interview terstruktur.
c) Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas
dan interview terpimpin. (Suharsimi Arikunto, 2002, hal. 132)
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu cara mencari data terhadap hal-hal
seluk beluk penelitian baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
prasasti, majalah, agenda dan lain sebagainya. (Sugiyono, 2012, hal. 138)
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui tentang catatan
catatan atau dokumen yang ada di Desa Sumber Sari kecamatan Tungkal Jaya
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Kabupaten Musi Banyuasin yang nantinya dapat mendukung kegiatan
penulisan skripsi ini. Data tersebut antara lain :
a) Historis dan geografis
b) Struktur Organisasi
c) Keadaan Orang Tua dan Anak
d) Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian iniakandi analisis melalui pendekatan kualitatif dengan
menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berfikir dengan
mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas kepada
permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi”.(Jam‟an Satori, 2009, hal. 219) Setelah dibaca, dipelajari, maka
langkah selanjutnya adalah reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang
muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan
selama penelitian berlangsung.
2. Penyajian data
Setelah melalui reduksi data selanjutnya langkah analisa data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melalukan penarikan kesimpulan.
3. Verifikasi / penarikan kesimpulan
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
awal, didukung oleh bukti-bukti yang fvalid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang temukan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada di lapangan (Sugiyono,2013, hal. 252).
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu,
ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan,
diantaranya :
1. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu di
lapangan sehingga kejenuhan pengumpilan data tercapai. Jika hal ini
dilakukan maka membatasi membatasi gangguan dari dampak peneliti pada
konteks, membatasikekeliruan peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh
dari kejadian atau peristiwa yang memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan
waktu di lapangan akan memungkinkan penungkatan derajat kepercayaan
data yang dikumpul. (Sugiono, 2012, hal. 219)
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara
rinci berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.(Sugiono,
2012, hal. 99). Hal ini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul
akibat peneliti terburu-buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun
kesalahan responden yang tidak benar dalam memberikan informasi.
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Triangulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok. Untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu, terdapat empat macam teknik
pemerikasaan menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori.(Lexy J
Moleong, 2011, hal. 178)
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, mulai dari Oktober 2018 sampai Februari 2019, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 3.1.Rencana Penelitian
Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah
N
o Kegiatan
Bulan, Ke- Tahun 2018-2019
Agustus Januari Februari Maret April Mei Juni Juli September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
penelitian √
2
Menyusun
atau menulis
konsep
proposal
√
3
Mengajukan
judul ke
Fakultas
untuk
persetujuan
judul
√
4
Konsultasi
dengan
dosen
pembimbing
√ √
5 Seminar
proposal √
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
6 Izin atau
perintah riset √
7 Pelaksanaan
riset √
8
Penulisan
konsep
skripsi √
9
Konsultasi
kepada
dosen
pembimbing
√
10 Penggandaa
n skripsi
√
11
Munaqasah
dan
perbaikan
√
12
Penggandaa
n skripsi dan
penyampaia
n skripsi
kepada tim
Penguji dan
Fakultas
33
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Desa
Desa Sumber Sari dahulunya pada tahun 1987merupakan Desa
Transmigrasi dengan jumlah Kepala Keluarga gelombang pertama sebanyak
20 KK, selanjutnya pada tahun yang sama gelombang kedua datang dengan
nama Trans Swakarsa mandiri hingga jumlah Kepala keluarga mencapai 500
KK.Pada awal Pemerintahan Desa hingga tahun 1990 Kepala Pemerintahan
dipimpin oleh KUPT Bapak Taufik, pada tahun 1990 Kepala Pemerintahan
dipimpin oleh PJS Bapak Kustiyoso, selanjutnya pada tahun 1991 dipimpin
oleh PJS Ibu Painah.
Pesta Demokrasi pertama pemilihan Kepala Desa Sumber Sari terjadi
pada tahun 1991 dengan terpilihnya Bapak Rohmat Wahyudi sebagai Kepala
Desa Pertama Desa Sumber Sari. Selanjutnya berturut – turut Kepala
Pemerintahan Desa Sumber Sari dipimpin oleh :
a. Tahun 1999 – 2003 Kepala Desa Mukzi dan Sekretaris Desa
Sunanto.
b. Tahun 2003 – 2008 Kepala Desa Sarto Cipto Sukarto dan
Sekretaris Desa Suwarso.
c. Tahun 2008 – 2014 Kepala Desa Suparmin dan Sekretrais Desa
Suwarso
d. Tahun Agustus 2014– Mei 2015 PLT Kepala Desa Suwarso.
e. Tahun 2015 sampai sekarang Kepala Desa M. Taufik Ilahi, S.Pd.I
dan Sekretaris Desa Hafidz Asnan.
Dan sampai dengan sekarang Desa Sumber Sari terus berkembang.
2. Letak Geografis
Secara geografis Desa Sumber Sari berbatasan wilayah dengan :
Tabel 1 : Letak Geografis
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Batas Desa Kecamatan
Sebelah Utara Desa Tampang Baru,
Desa Sinar Tungkal
Bayung Lencir,
Tungkal Jaya
Sebelah Selatan Desa Banjar Jaya Tungkal Jaya
Sebelah Timur Desa Sumber Harum Tungkal Jaya
Sebelah Barat Desa Srimulyo Tungkal Jaya
Luas wilayah Desa Sumber Sari menurut penggunannya adalah ± 1.750 Ha
yang terdiri dari :
Tabel 2 : Luas Wilayah
Luas tanah pemukiman perkarangan rakyat 125 Ha
Luas tanah persawahan rakyat - Ha
Luas tanah Perkebunan rakyat 1.457 Ha
Luas tanah Kuburan 4 Ha
Luas tanah Perkantoran ¼ Ha
Luas tanah Desa 9 Ha
Luas tanah Lainnya - Ha
Dari luas wilayah Desa Sumber Sari diatas untuk luas tanah lahan
hanya perkiraan oleh karena belum di ukur secara akurat.
Dilihat secara umum keadaannya merupakan daerah dataran rendah
dan tidak berbukit - bukit, beriklim tropis hal tersebut mempengaruhi pola
perekonomian penduduk setempat.
3. Struktur Organisasi Pemerintahan
Terorganisasi suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor
berjalannya dengan baik serta berhasilnya suatu pemerintahan dan
kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan.Selain merupakan peraturan
pemerintah bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus secara
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
sistematis, hal ini juga merupakan gambaran aktivitas kerja objektif.
Organanisasi yang baik dan teratur merupakan ujung tombak dan keberhasilan
pembangunan.Suatu wilayah keluaran biasanya mempunyai tiga persyaratan
unsur penting yaitu ada rakyat, pimpinan dan daerah. Maka demikian juga
halnya dengan Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi
Banyuasin.Desa Sumber Sari dipimpin oleh seorang Kepala Desa, berjalan
atau tidaknya suatu pemerintahan Desa Sumber Sari sangat bergantung pada
kemampuan, kemauan dan kecakapan dari pemimpinnya. Kondisi
Pemerintahan Desa Sumber Sari sebagai berikut :
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sumber : Dokumen kantor Kepala Desa Sumber Sari Tahun 2015
KEPALA DESA
M. TAUFIK ILAHI, S.Pd.I
SEKRETARIAT DESA
HAFIDZ ASNAN
KEPALA URUSAN PERENCANAAN DANI CAHYONO
KEPALA URUSAN Tata Usaha Dan
Umum KUAT BASUKI
KEPALA URUSAN Keuangan MUGIONO
KEPALA SEKSI Pemerintahan
EKA BOY SANDI
KEPALA SEKSI Kesejeteraan SUHARTONO
KEPALA SEKSI Pelayanan
MUNIRUL IHWAN
KEPALA DUSUN 3
ISMAIL
KEPALA DUSUN 2
SUPRIADI
KEPALA DUSUN 1
SAMIDI
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4. Orbitasi/Jarak Ibu Kota
Orbitasi Desa Sumber Sari yaitu :
Uraian Keterangan
Jarak ke ibukota Kecamatan Sumber Sari 30 Km
Jarak ke ibukota Kabupaten Musi Banyuasin 120 Km
Jarak ke ibukota Provinsi Sumatera Selatan 180Km
Sumber : kantor Kepala Desa Sumber Sari Tahun 2015
5. Prasarana Umum Yang Ada
Desa
: Sumber Sari
Kecamatan : Tungkal Jaya
Kabupaten : Musi Banyuasin
Provinsi : Sumatera Selatan
Tabel 5 : Prasarana Umun
No Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan
1 Aset prasarana umum :
a. Jalan Utama 15 KM
a. Jalan Setapak 250 M
b. Jembatan 2 Unit
d. Dan seterusnya...............
2 Aset Prasarana pendidikan :
a. Gedung SD 1 Unit
b. Taman Pendidikan Alqur'an 4 Unit
c. Dan seterusnya...............
3 Aset prasarana kesehatan :
a. Posyandu 1 Unit
b. Polindes 1 Unit
c. Sarana Air Bersih 1 Unit
d. Dan seterusnya...............
Sumber : Kantor Kepala Desa Sumber Sari Tahun 2015
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
6. Aset atau Kekayaan Desa
Kekayaan Desa Sumber Sari yaitu barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa atau diperoleh hak lainnya yang syah.beberapa Aset Desa
Sumber Sari yaitu :
Aset atau Kekayaan Desa
No Jenis Aset Volume Lokasi
1 Tanah Kas Desa 9 Ha Dusun 2
2 Pasar Desa 5000 M² Dusun 1
3 Bangunan Desa 2500 M² Dusun 1
4 Lainnya M²
Sumber Daya Alam
DesaSumber Sarimemiliki beberapa potensi Sumber Daya Alam, Sampai saat
ini potensi sumber daya belum benar-benar optimal diberdayakan.hal ini
terjadi dikarenakan belum teratasinya hambatan-hambatan yang ada. Berikut
beberapa potensi Sumber Daya Alam Desa Sumber Sari :
Sumber Daya Alam
No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan
1 Lahan Perkebunan 1.450 Ha
2 Lahan Persawahan - Ha
3 Lahan Hutan - Ha
4 Sungai - Km
7. Keadaan Sosial
Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, Agar dapat menjadi dasar
pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas
SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga
potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pembangunan,khususnya pembangunan Desa Sumber Sari berkaitan dengan
kependudukan, aspek yang penting antara lain perkembangan jumlah
penduduk, kepadatan dan persebaran serta strukturnya.
Pertumbuhan sumber penghasilan Ekonomi Masyarakat Desa Sumber
Sarisecara umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari
bertambahnya jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan
walaupun jenis pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan
bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman
modal usaha dari pemerintah.Yang menarik perhatian penduduk Desa
Sumber Sarimasih banyak yang memiliki usaha atau mata pencaharian tetap
dibidangperkebunan, hal ini dapat di indikasikan bahwa masyarakat Desa
Sumber Sariterbebasnya dalam ilmu pengetahuan dibidang pertanian dan
perkebunan karet dan kelapa sawit oleh karena tidak adanya tenaga ahli yang
mendampingi mareka dalam hal ini, bagaimana masyarakat berbuat untuk
menjadi petani yang baik dan hasil yang maksimal untuk didapatkan,
masyarakat untuk mendapakan ilmu pengetahuan dibidang pertanian dan
perkebunan hanyalah dari mulut petani kemulut petani serta penyaluran
pupuk bersubsidi tidak tepat waktu sehingga berpengaruh pada hasil produksi
pertanian dan perkebunan, meskipun ada tenanga yang dinanamakan PPL
didesa, Ini yang menyebabkanbelum terlepas dari kemiskinan, sementara
potensi cukup tersedia.
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan
sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia,
sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh kerena itu pembangunan kualitas
manusia harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Sumber
Saricukup baik, Pada masa yang akan datang akan lebih baik lagi.
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat
kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kewirausahaan dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan
pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah
untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran.
Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola
pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju.
Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-rata Sumber Daya Manusia
Desa Sumber Sari yaitu :
Sumber Daya Manusia
No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan
1 Penduduk dan keluarga :
a. Jumlah penduduk laki-laki 1478 Jiwa
b. Jumlah penduduk perempuan 1409 Jiwa
c. Jumlah Kepala keluarga 892 KK
2 Sumber penghasilan utama penduduk :
a. Pertanian, perikanan, perkebunan dan
Perternakan 1147 Jiwa
b. Buru Tani, Buru Bangunan 120 Jiwa
c. PNS/TNI/POLRI 50 Jiwa
d. Tenaga Honor 100 Jiwa
e. Sopir 51 Jiwa
f. Bengkel 10 Jiwa
g. Ibu Rumah Tangga 1409 Jiwa
h. Belum Bekerja 361 Jiwa
i. Dan seterusnya ...... ... Jiwa
3 Tenaga kerja berdasarkan latar belakang
pendidikan :
a. Lulusan Sarjana S-1 keatas
Jiwa
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Lulusan Sarjana S-1 59 Jiwa
c. Lulusan Sarjana D3 – D1 20 Jiwa
d. Lulusan SMU 290 Jiwa
e. Lulusan SMP 375 Jiwa
f. Lulusan SD 500 Jiwa
g. Tidak Sekolah 40 Jiwa
Sumber : Kantor Kepala Desa Sumber Sari Tahun 2015
Sumber Daya Sosial Budaya
a. Pada bidang budaya ini masyarakat DesaSumber Sarimenjaga dan
menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para
leluhur, hal ini terbukti masi berlakunya tatanan budaya serta kearipan
lokal pada setiap prosesi pernikahan, panen raya.
b. Kehidupan beragama
Penduduk DesaSumber Sari 99 % memeluk agama islam. Dalam
kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan
khususnya agama islam sangat berkembang dengan baik.
c. Politik
Proses reformasi yang bergulir sejak tahun 1997 telah memberikan
peluang untuk membangun demokrasi secara lebih nyata menuju arah
proses konsolidasi demokrasi. Kemajuan demokrasi telah
dimamfaatkan oleh masyarakat untuk menggunakan hak demokrasinya
antara lain dibuktikan dengan adanya peningkatan partisipasi
masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam proses pemilihan
umum
Berikut tabel data sumber Daya Sosial Budaya Desa Sumber Sari
adalah :
Daftar Sumber Daya Sosial Budaya
Desa
: Sumber Sari
Kecamatan : Tungkal Jaya
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Kabupaten : Musi Banyuasin
Provinsi
: Sumatera Selatan
No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Jumlah Satuan
1 Gotong Royong 1 Kali 1 Bulan
2 Panen raya 2 Kali 1 Tahun
3 Dan seterusnya ....... .......
Sumber : Kantor Kepala Desa Sumber Sari Tahun 2015
B. Temuan Khusus
1. Upaya Orang Tua dalam Mendidik Anak Sholat Wajib
Sifat pendidikan dalam keluarga adalah informal dan berlangsung
sepanjang waktu, bahkan ketidak beradaan orang tuapun proses pendidikan itu
tetap berlangsung.
Pendidikan Sholat anak dalam keluarga yang terpenting adalah apa
yang di berikan pada anak agar anak melaksanakan Sholat, baik itu berupa
pembiasaan yang ataupun dengan contoh tauladan yang baik dari orang tua
terhadap anak. Mereka menjadi sumber kebahagiaan keluarga, yang harus
dijaga dan dipertahankan kesuciannya oleh kedua orang tuanya dan seluruh
anggota keluarga lainnya guna kelestarian pertumbuhan kepribadian mereka
secara totalitas, karena semua itu memiliki pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ajaran tanpa diamalkan.
Dan ada juga orang tua yang benar-benar mau anaknya mengenal
tentang Sholat dimulai dari yang dia ajarkan sendiri tanpa harus anaknya
mengenyam pendidikan agama dari orang lain terlebih dahulu, karena bagi
mereka itu semua amal jariyah yang akan bermanfaat bagi mereka ketika
mereka telah tiada.(Observasi, 12 April 2019)
Sebagaimana salah satu orang tua yang mengungkapkan bahwa :
“Saya mengajar anak saya mengaji dan sholat dimulai dari usia anak
saya 7 tahun, karena saya tidak mau anak saya mengenyam pendidikan agama
dari orang lain sebelum dia tau dasar-dasar dari bacaan Al-Qur‟an dan dasar-
dasar shalat karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua dan insyaallah akan
menjadi amal jariyah bagi kami sebagai orang tua.” (Wawancara, 12 April
2019).
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Anak yang orang tuanya rajin sholat, anaknya tidak memerlukan waktu
banyak untuk mengajarinya, bahkan ada beberapa anak yang baru berumur 7
tahun atau kelas dua, sudah hafal semua bacaan sholat, setelah saya tanyakan
tertanya yang mengajarinya adalah kedua orang tuanya, sebaliknya ada
beberapa anak yang susah sekali diajaari tatacara sholat, apalagi bacaan sholat
padahal sudah kelas IV (empat), setelah saya konfirmasikan kepada anak
tersebut tentang kebiasaan orang tua melaksanakan sholat di rumah, ia dengan
jujur mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat orang tuanya sholat di rumah.
(Observasi, 17 April 2019)
Dari hasil Observasidi atas, penulis tanyakan kepada seorang anak yang
bernama Rahmania Aulia Sari 11 tahun, ia mengatakan :
“Saya sejak kecil selalu diajari orang tua sholat di rumah, dan diajari
bacaan-bacaannya, jadi sekarang saya sudah jarang ketinggalan
sholatnya, karena memang saya dimarahi dan tidak diberi uang jajan
kalau ketahuan meninggalkan sholat.” (Wawancara, Rahmania Aulia
Sari, 12 April 2019)
Lain halnya dengan anak bernama Riki Abdul Halim, dia dengan jujur
mengatakan bahwa :
“Gimana saya mau sholat, saya jarang melihat orang tua saya sholat,
dan juga tidak pernah menyuruh saya sholat, yang sering menyuruh
saya sholat paling guru sekolah saya.” (Wawancara, Riki Abdul Halim,
12 April 2019)
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
kebiasaan orang tua mengerjakan sholat, akan berdampak pada anaknya untuk
rajin melaksanakan sholat, sebaliknya orang tua yang jarang atau tidak
melaksanakan sholat, maka seorang anak juga tidak atau jarang melaksanakan
sholat.
Kesimpulan yang penulis uraikan di atas sesuai dengan pengamatan
yang penulis lakukan selama di Desa Sumber sari. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa kesimpulan tersebut tidak berlaku 100% sebab dalam
pengamatan yang penulis uraikan di atas sesuai dengan pengamatan
selanjutnya penulis menemukan beberapa orang anak yang rajin melaksanakan
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
sholat, hal ini penulis mewawancarai seorang anak yang bernama Kevin
Setiawan, ia mengatakan :
“Orang tua saya jarang saya lihat melakukan sholat, tapi karena guru-
guru di sekolah selalu mengajarkan tentang perintah sholat terutama
sekali saat ngaji malam, jadi saya juga rajin sholat, walaupun orang tua
saya jarang melaksanakan sholat.” (Wawancara , Kevin, 17 April 2019)
Seperti yang penulis lihat dari sumber di atas bahwa peran orang tua
sangat strategis dalam mengajarkan kewajiban Sholat terhadap anaknya.
Walaupun orang tua tidak atau jarang melaksankan Sholat tapi ia
berkeyakinan akan kewajiban sholat, dan kewajiban untuk mengajarkan
Sholat kepada anaknya tetaplah ia menyuruh anaknya menunaikan Sholat
akan tetapi ada juga yang belum menyadari hal tersebut. (Observasi 17 April
2019)
Selain itu ada pula upaya-upaya yang dilakukan orang tua dalam
mendidik sholat wajib anak menurut pengamatan penulis diantaranya :
a. Mengantar anak ke tempat pengajian (Antara maghrib dan isya)
Upaya seperti ini dilakukan orang tua yang punya pendidikan rendah
dan orang yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk
melaksanakan sholat dan juga terlalu sibuk sehingga untuk mengajarkan
anak sholat tidak sempat dan tidak ada waktu, dan hanya diserahkan ke
guru ngaji untuk mengajarkan dan mendidik anaknya tentang pengetahuan
sholat, seperti diungkapkan oleh bapak Sunarwan:
“Saya sholat seadanya, mungkin masih banyak yang salah karena
memang saya sekolah sampai SD saja.Jadi untuk mengajarkan anak
Sholat saya menyuruh anak belajar di tempat guru ngajinya di Masjid.”
(Wawancara, Sunarwan, 18 April 2019)
Anak-anak di Desa Sumber Sari, disamping belajar agama secara
formal di sekolah, juga terdapat beberapa tempat pengajian, baik yang
dilaksanakan di surau/langgar atau di masjid, maupun yang dilaksanakan di
rumah penduduk yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan agama
yang memadai, khususnya kemampuan membaca Al-Qur‟an dan tentang
sholat.
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pengajian yang dilaksanakan di Desa Sumber Sari umumnya
dilaksanakan setalah sholat maghrib sampai masuk waktu Isya, walaupun
ada beberapa tempat pengajian yang dilaksanakan sholat ashar. Anak yang
masuk ke tempat pengajian umumnya adalah anak-anak yang memiliki
orang tua yang pengetahuan agamanya sedikit. Walaupun demikian ada
juga yang memasukkan anaknya ke tempat pengajian, agar anak
termotivasi dengan melihat temannya, disamping itu orang tua tidak
memiliki kesempatan untuk mengajar anaknya (Obsevasi 19 April 2019)
Seperti yang diungkapkan oleh bapakAdin :
“Sebenarnya kalau sekedar Sholat dan mengaji mampulah saya
mengajari anak-anak, tapi kadang tidak punya waktu karena sibuk
mencari nafkah dan anak juga inginnya belajar dengan teman-teman
sebayanya, saya serahkan kepada guru ngaji biar dia belajar dan
berbaur dengan teman-temannya.” (Wawancara, Adin 19 April 2019)
Dengan adanya kondisi seperti penulis paparkan di atas, maka secara
tidak langsung guru ngajinya disamping ia mengajarkan fiqh terutama
tentang tatacara mengerjakan wudhu dan sholat. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Hamdan, salah satu guru ngaji di Desa Sumber
sari.
“Biasanya saya sebelum mengajar ngaji anak-anak sholat berjama‟ah
maghrib dulu, setelah selesai mengaji ia sholat isya lagi secara
berjama‟ah dengan masyarakat pada umumnya. Dalam satu minggu
saya sediakan waktu untuk mempelajari cara berwudhu, bacaan sholat
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah keagamaan.”
(Wawancara, Hamdan, 20 April 2019)
Dan tidak semua orang tua juga menyerahkan anaknya ke tempat
pengajian atau serahkan kepada guru ngaji da nada juga yang mengajarkan
anak-anaknya dengan sedikit demi sedikit tentang sholat seperti yang
diungkapkan oleh beberapa orang tua di bawah ini :
Penulis telah menanyakan hal ini kepada bapak Kaslan yang
merupakan imam salah satu Masjid di Desa Sumber Sari, beliau
mengungangkapkan bahwa :
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
“Untuk mengajarkan sholat bagi anak itu musti dan wajib, sebab kita
orang islam dan sudah kewajiban kita mengajari anak, sebab kalau kita
tidak mengajari anak-anak nanti anak tidak tahu sholat, tapi kalau dia
tahu bahwa ciri-ciri islam yang baik adalah sholat, dari yang
membedakan islam dengan agama lain adalah sholat, pasti anak mau
sholat.”(Wawancara, Kaslan, 20 April 2019)
Pernyataan bapak di atas hampir senada dengan yang diungkapkan
oleh Ibu Eva (Guru Agama di SD Sumber sari) beliau mengatakan :
“Untuk mengajari anak sholat, yang pertama diajarkan adalah
kedudukan sholat dulu gbagi orang islam, sebab kalau langsung diajari
sholat, nanti anak akan bingung untuk apa sholat, tapi kalau keyakian
dulu ditanamkan pada jiwa anak bahwa sholat adalah kewajiban orang
islam, alat untuk berhubungan dengan Allah SWT dan yakin dengan
ajaran itu maka dengan sendirinya akan mau belajar Sholat, apalagi
kalau ditanamkan dalam jiwa anak bahwa kalau kita tidak sholat nanti
akan masuk neraka.”(Wawancara , Eva, 22 April 2019)
Lebih lanjut dalam hal ini penulis menanyakan langsung kepada salah
seorang anak bernama Kholif :
“Sholat itu adalah kewajiban setiap orang islam, baik laki-laki atau
perempuan, kata bapak guru kalau kita tidak berarti kita sama dengan
orang kafir, dan kita nanti kalau mati pasti masuk
neraka.”(Wawancara, Kholif, 22 April 2019)
Hal senada dikemukakan oleh anak yang bernama Qori, murid
Madrasah Ibtidaiyah swasta di Desa Sumber sari, ia mengatakan :
“Kata ibu kalau tidak Sholat kita bukan islam, makanya kalau ibu
Sholat saya juga sholat sebab saya takut nanti kalau sudah mati
berpisah dengan ibu, saya mau masuk surga bersama-sama dengan ibu
dan bapak, saya takut masuk neraka kalau tidak sholat.” (Wawancara,
Qori 22 April 2019)
Dari beberapa sumber di atas dapat diketahui bahwa kewajiban Sholat
dan kemauan menunaikan kewajiban Sholat lima waktu didasari karena
adanya pengetahuan dasar tentang kedudukan Sholat dalam agama
Islam.”(Observasi, 22 April 2019)
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Walaupun berbeda cara dan upaya yang dilakukan dengan beberapa
responden di atas, namun hasil yang diperoleh hampir sama, hal ini
dibuktikan dengan rajinnya anak-anaknya dalam melaksanakan sholat.
Seperti beberapa wawancara di atas, orang tua yang melaksanakan
upaya seperti ini ialah orang yang memiliki keyakinan yang kuat dan
pengamalan ibadah yang baik. Biasanya orang tua seperti ini orang tua
yang memiliki pengetahuan agama yang luas dan kesadaran akan
keududukan sholat bagi orang islam.
b. Memasukkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah
Di Desa Sumber Sari terdapat dua lembaga pendidikan keagamaan atau
Madrasah Ibtida‟iyah.Satu Madrasah Ibtida‟iyah swasta pada pagi hari
belajar umum dengan agama tapi lebih banyak pelajaran agama dan satu
lagi pada sore hari Sekolah Madrasah (khusus agama).
Dari hasil pengamatan penulis sepanjang hari sebagian anak hampir
tidak punya waktu untuk ada di rumah, ia hanya pulang makan siang dan
mengganti pakaian dan kembali lagi ke madrasah sore, dan pulang dari
madrasah jam lima sore, menjelang maghrib ia berangkat lagi ke masjid
untuk mengaji, ia pulang setelah menunaikan sholat isya.(“Observasi, 23
April 2019)
Aktivitas anak di Desa Sumber sari mayoritas seperti yang penulis
paparkan di atas. Kondisi ini didukung oleh kebiasaan anak-anak dan
dorongan para orang tua mereka, dengan alasan dapat mengurangi
kegiatan anak yang kurang baik, seperti yang dikemukakan oleh Lia :
“Memasukkan anak di Madrasah paling tidak ia dapat belajar agama
lebih banyak dibandingkan dengan SD, dengan demikian kita sebagai
orang tua tidak menemukan kesulitan untuk mengajari agama lagi di
rumah, apalagi kalau dia juga belajar di tempat pengajian, kita sebagai
orang tua tidak menemukan kesulitan untuk menyuruh mereka sholat,
karena anak sering mempraktekkan di Madrasah pada waktu ashar, dan
di praktekkan di masjid pada saat waktu sholat maghrib dan isya. Jadi
di rumah hanya sholat subuh dan dzuhur saja”. (Wawancara, Lia, 11
April 2019)
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dari informan di atas dapat diketahui bahwa peran madrasah
diharapkan oleh orang tua yang ada di Desa Sumber Sari sebagai tempat
untuk mempelajari pengetahuan agama, khususnya tatacara Sholat dan
ketika beranjak remaja, dewasa diharapkan dapat mengamalkannya,
dengan adanya kebiasaan mengamalkan sewaktu masih berusia 7-12
tahun.
c. Memberi contoh yang baik dan dinasehati serta diberi tahu tentang
dampak meninggalkan sholat
Apapun yang dilakukan oleh kedua orang tua biasanya menjadi contoh
bagi anak-anaknya. Seorang ayah yang rajin melaksanakan ibadah atau ibu
yang rajin melaksanakan ibadah, maka besar harapan anaknya akan
mengikuti kedua orang tuanya, sebaliknya orang tua yang jauh dari ajaran
agama, maka anaknya akan besar kemungkinan akan jauh dari agama.
Keterangan yang sama penulis dapatkan dari seorang ibu yang bernama
Eni yang rajin sholat berjamaah di rumahnya bersama anak-anaknya, ia
mengatakan :
“Supaya anak rajin sholat, kita dulu sebagai orang tua yang rajin, kalau
kita saja malas, tidak mungkin kita menyuruh anak yang rajin.Orang tua
harus terlebih dahulu baru diikuti anak, kalau kita sudah rajin, anak kita
masih malas, baru anak disuruh.”(Wawancara, Eni, 24 April 2019)
Pernyataan di atas searah dengan apa yang penulis temukan disaat
mengadakan observasi bahwa ada beberapa keluarga yang tidak
melaksanakan sholat karena kedua orang tuanya tidak mengajarkan
anaknya sholat.(Observasi, 25 April 2019)
Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
orang tua memiliki peran yang sangat penting dan memiliki kewajiban dan
tanggung jawab yang besar yaitu kewajiban memimpin, kewajiban
menafkahi, dan kewajiban mendidik dan membimbing.
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Kendala yang dihadapi Orang tua dalam Mendidik Anak Sholat Wajib
di Desa Sumber Sari
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa ternyata orang tua di
Desa Sumber Sari dalam mendidik anaknya sholat masih menemukan
beberapa kendala, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan agama
yang dimilikinya, namun mereka tetap berupaya untuk melaksanakan
kewajiban mereka mendidik ibadah sholat anak-anaknya. (Observasi, 13 April
2019)
Pengamatan yang penulis lakukan dalam hal ini didukung oleh
pengakuan beberapa orang tua yang memiliki kesulitan dan kendala dalam
mendidik anak-anaknya sholat, hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak
Rasno yang memiliki anak berumur 10 tahun. (Observasi 13 April 2019)
“Saya tidak bisa mengajarkan anak saya bacaan sholat, sebab saya
masih banyak salah dalam menyebutkan atau melafalkan bacaan sholat
karena saya kurang tahu ngaji, saya sholatnya masih pas-pasan belum
bisa dicontoh oleh orang banyak.”(Wawancara, 11 April 2019)
Ungkapan Bapak Rasno di atas menunjukkan adanya kendala yang
dihadapi dalam memenuhi kewajiban mendidik anak sholat karena orang tua
tidak mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap sholat.
a. Kesibukan orang tua dalam bekerja
Masyarakat yang berada di Desa Sumber Sari ini mempunyai kesibukan
yang berbeda-beda, hal ini tentunya membuat lalai para orang tua dalam
memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, apalagi pendidikan sholat
yang seharusnya diberikan pada anak sedini mungkin.
Hal di atas penulis mewawancarai orang tua yang hasilnya dapat dilihat
pada hasil wawancara sebagai berikut :
“Saya menyadari sangat sedikit sekali perhatian saya terhadap anak-
anak saya, itu sebenarnya bukan keinginan saya tetapi pekerjaan yang
menuntut demikian, karena saya bekerja sebagai petani yang pergi pagi
pulang sore, dan terkadang pada malam hari sudah capek karena
bekerja seharian, dan sedikit sekali waktu untuk bersama anak dan
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
mengajarkan sholat kepada anak saya”. (Wawancara, Raso, 14 April
2019)
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa tingkat kesibukan
orang tua juga kendala besar bagi upaya mendidik anak-anak mereka,
tetapi hal itu tentunya bisa disadari, apabila orang tua menyadari betapa
pentingnya mendidik anak agar melaksanakan sholat karena anak adalah
amanat dari yang maha kuasa sebagai generasi penerus yang mesti diajar,
di didik, serta dibimbing oleh orang tua sebagai pendidik dalam rumah
tangga.
Wawancara dengan Taufik Ilahi Kepala Desa Sumber Sari yang
mengemukakan :
“Di Desa Sumber Sari ini kebanyakan atau mayoritas orang tua bekerja
sebagai petani atau berkebun, pegawai honorer, sehingga orang tua
dapat dikatakan jarang di rumah untuk meluangkan waktunya dengan
anak-anak di rumah dengan mengajarkan sholat”. (Wawancara, Taufik
Ilahi, 15 April 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa yang
menjadi hambatan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan sholat
terhadap anaknya yaitu sedikitnya waktu orang tua bersama anak-anaknya
karena kesibukan orang tua itu sendiri dalam bekerja sehingga untuk
mengontrol anak itu dalam melaksankan sholat sedikit sekali.
b. Pengetahuan Agama dari Orang Tua
Sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mukallaf atau baligh.
Jika orang tua yang jarang sholat atau tidak memahami betapa pentingnya
sholat dalam mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim dan
berakhlak mulia maka tidaklah mustahil ia keluar dari jalur kebenaran.
Orang tua sebagai pendidik yang selalu jadi contoh oleh anak, setiap
tingkah laku orang tua senantiasa untuk ditirunya, karena orang tuanya
yang paling pertama memberikan pendidikan.
“Walaupun saya tidak terlalu tahu tentang pendidikan agama, tapi
dalam hal sholat saya tetap berusaha mencari solusi agar anak saya
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
tetap melaksanakan sholat wajib, karena saya tidak ingin anak saya
sama seperti saya”. (Wawancara, 14 April 2019)
Orang tua yang tinggal di Desa Sumber Sari kurang mengerti dan
memahami tentang pendidikan agama yang baik dan benar, sangat sulit
sekali dalam mendidik anak mereka ini terlihat ketika anak bertanya
tentang sholat, para orang tua hanya dapat menyerahkan kepada guru
mereka, bahkan ada orang tua yang meminta anaknya menanyakan
langsung kepada guru di sekolah atau guru ngaji. (Observasi, 14 April
2019)
Pengetahuan orang tua dalam keagamaan tentu sangat dominan dalam
membentuk kepribadian anak yang muslim khususnya dalam sholat.
Pendidikan sholat yang didapat pertama sekali oleh anak yaitu dari orang
tuanya sendiri.Jika orang tua kurang memiliki pengetahuan dan
pemahaman keagamaan apalagi tentang sholat, maka ini merupakan suatu
hambatan dalam pelaksanaan pendidikan sholat kepada anak-anak mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Maryati, yang mengatakan :
“Dalam mengajarkan sholat yang menjadi hambatan bagi saya yaitu
masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan dalam melaksanakan
sholat dengan baik dan benar, baik itu bacaan serta gerakan yang
sempurna, karena saya dari dahulu tidak pernah menempuh
pendidikan agama dan juga masih kebiasaan malas dalam
mengerjakan sholat”. (Wawancara, Maryati, 17 April 2019)
Salah satu kendala dalam pelaksanaan pendidikan kepada anak yaitu
adalah masalah bacaan sholat. Dalam bacaan sholat yang masih kurang
baik sehingga untuk mengajarkan sholat kepada anak menjadi hambatan
karena pendidikan sholat yang akan diberikan kepada anak bisa menjadi
tidak baik dan benar.
Berdasarkan hasil temuan wawancara dia atas dapat dipahami bahwa
salah satu hambatan orang tua dalam pelaksanaan pendidikan sholat
terhadap anak yaitu masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
tua tentang sholat, sehingga orang tua kurang memiliki kemampuan dalam
pelaksanaan pendidikan sholat terhadap anak.
Untuk mengetahui kendala orang tua dalam mengajarkan sholat
dalam hal ini juga dapat diketahui dengan hasil data observasi dimana
orang tua masih memiliki kebiasaan malas dalam melaksanakan sholat
seperti halnya dalam sholat jum‟at orang terkadang masih malas untuk
sholat ke masjid. (Observasi, 15 April 2019)
Berkaitan dengan hal ini maka dapat diketahui dari seorang informan
sebagai tokoh agama yaitu Suwarli, yang mengemukakan :
“Warga disini memang ada beberapa sebagian orang tua yang tidak
pernah menempuh sekolah agama dan juga tergolong rendah
pendidikannya, sehingga pemahamannya tentang agama masih
kurang khususnya tentang sholat.Oleh karena iulah mungkin orang
tua itu tidak merasakan penting utnuk melaksanakan sholat”.
(Wawancara, Suwarli, 17 April 2019)
Dengan demikian salah satu hambatan orang tua dalam pelaksanaan
ibadah sholat kepada anak dapat disimpulkan, masih kurangnya
pemahaman orang tua dalam pelaksanaan pendidikan sholat kepada anak
serta kurangnya merasakan pentingnya itu sholat, selain itu juga yang
menjadi hambatan orang tua karena kurangnya keseriusan anak dalam
belajar sholat, sehingga tidak efektif orang tua untuk mengajarkan sholat,
karena anak masih senang bermain-main.
c. Anak yang Malas
Satu lagi kendala yang dihadapi orang tua, yakni penyebabnya dari
anak itu sendiri karena malas melaksanakan sholat.Hal ini bisa jadi karena
anak tersebut terlalu dimanjakan oleh salah satu orang tuanya, atau mereka
juga melihat ada orang-orang disekitarnya atau teman-teman
sepermainannya yang juga tidak melaksanakan sholat. Untuk mengetahui
penyebab anak yang seperti ini dapat dilihat dalam hasil wawancara
penulis dengan orang tua berikut ini :
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
“Saya selaku orang tua rasanya sudah cukup sering menasehati anak
saya untuk melaksanakan sholat, dari kecil dia sudah saya didik untuk
melaksanakan sholat, sepertinya sampai saat ini sepertinya dia sangat
malas untuk melaksankan sholat, mungkin semakin menariknya
acara-acara yang ditawarkan di televisi dan juga karena bapaknya
yang terlalu memanjakan dia, jadi walaupun saya marah, dia tidak
merasa takut, karena bapaknya akan membelanya.” (Wawancara, Sri,
16 April 2019)
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua yang
bernama Isah memberikan komentar berbeda :
“Dalam melaksanakan sholat di rumah kepada anak yang merupakan
hambatan bagi saya yaitu anak tidak pernah serius dan malas untuk
belajar sholat, selain itu juga dia tidak menghiraukan
saya.”(Wawancara, Isah, 17 April 2019)
Dapat juga dikatakan hambatan dalam pelaksanaan pendidikan sholat
terhadap anak yaitu kurangnya keseriusan anak belajar sholat di rumah.
Memang ada saja hambatan atau masalah yang dihadapi oleh orang
tua dalam mendidik anak-anak mereka, terhadap masalah yang dihadapi
oleh orang tua ini, para orang tua mencoba dan terus mencoba
mengatasinya sehingga apabila telah sampai pada saatnya nanti, mereka
tidak disalahkan oleh anak-anak mereka, untuk mengetahui tindakan orang
tua terhadap anak yang malas melaksanakan sholat dapat dilihat pada hasil
observasi yang penulis lakukan sebagai berikut :
Penulis melihat bahwa orang tua tetap mendorong anak untuk
melakukan sholat walaupun itu dilakukan dengan memberi hukuman
kepada anak, karena mereka menganggap bahwa anak sekarang ini jika
dibiarkan tanpa hukuman mereka tidak akan menurut dalam melaksanakan
sholat, dilain pihak ada juga orang tua yang memberikan nasehat saja
dengan harapan agar anak terbuka hatinya untuk melaksanakan sholat
dengan tanpa kekerasan. (Observasi, 18 April 2019)
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ini semua menunjukkan bahwa orang tua memperhatikan anak-anak
mereka untuk melaksanakan sholat tetap berusaha memberikan dorongan
masih sangat tinggi, karena orang tua harus bersikap sabar dalam
menghadapi anak-anaknya.
d. Pengaruh Negatif Media Informasi
Seperti canggihnya alat komunikasi seperti yang diketahui saat
sekarang ini, sangat memberikan pengaruh yang besar bagi anak. Media
elektronik seperti Handphone, Televisi dan lain sebagainya sangat
berpengaruh terhadap kesehatan akhlak anak. Hasil observasi di lapangan
diperoleh suatu data maupun gambaran bahwa ada anak yang memiliki
pola hidup yang belum islami seperti tidak taat beribadah.Hal ini
disebabkan pengaruh tontonan yang marak saat ini. (Observasi, 18 April
2019)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Darningsih orang tua di Desa
Sumber Sari yang mengatakan :
“Faktor lain yang mempengaruhi pendidikan terhadap pelaksanaan
sholat anak di Desa Sumber sari karena dampak negatif media
elektronik seperti TV. Dimana melalui TV ini didukung dengan
adanya parabola, video, film-film, terutama dari luar sehingga para
anak keasyikan nonton akhirnya lupa dan malas untuk
beribadah.”(Wawancara, Darningsih, 18 April 2019)
Masalah ini memang dapat dirasakan bersama para orang tua di desa,
dimana pengaruh media massa menghambat bagi orang tua dalam
memberikan pendidikan terhadap pelaksanaan sholat bagi anak di Desa
Sumber Sari.
3. Solusi Orang tua dalam mengatasi kendala dalam Mendidik Anak
Sholat Wajib di Desa Sumber Sari
Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggung jawabannya sebagai seorang pemimpin, begitu pula orang tua
dalam keluarga juga merupakan pemimpin bagi keluarga dan anak-anak,
terutama tanggung jawab sebagai pendidik pertama dan utama dalam
keluarga.
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan, dan jika tanggung jawab tersebut dilalaikan oleh orang
tua, maka ia akan dituntut dan dipersalahkan. Kewajiban orang tua terhadap
anak dalam suatu keluarga sangatlah banya, namun dalam hal ini yang
menjadi sasaran penelitian adalah upaya yang dilakukan orang tua dalam
mendidik Ibadah sholat bagi anak-anaknya.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan selama ini, khususnya
dalam rangka menyusun skripsi ini, penulis menemukan beberapa usaha yang
dilakukan oleh orang tua berperan dalam mendidik sholat anak-anaknya
antara lain :
a. Memasukkan Anak Belajar ke Madrasah
Pendidikan agama di Madrasah dapat dipahami sebagai suatu
program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai karakter Islami melalui
proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, yang dikemas
dalam bentuk mata pelajaran yang selalu merujuk pada konsep pendidikan
Islam secara utuh dengan harapan kelak dapat menjadi ilmuwan yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah, mampu mengabdikan ilmunya untuk
kesejahteraan umat manusia.
Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali anak didik agar
memiliki pengetahuan lengkap tentang hokum Islam dan mampu
mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah.Dengan demikian
anak dapat membiasakan dan melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar
menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Melalui pendidikan agama ini sangat penting sekali membiasakan
yang baik, artinya bagi anak-anak sejak dini agar anak-anak belajar sejak
awal atau dari dasar.Karena di madrasah-madrasah masalah pengetahuan
agama pasti diajarkan disana. Untuk itu salah satu solusi orang tua dalam
mengatasi kendala dalam mendidik anak Sholat wajib adalah dengan cara
memasukkan mereka ke madrasah-madrasah yang belajarnya pada sore
hari.
56
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan temuan di lapangan di Desa Sumber Sari banyak para
orang tua yang memasukkan anak belajar ke madrasah dinniyah setelah
pulang sekolah dan beristirahat anak dapat belajar lagi di madrasah sore
hari sampai jam lima sore sekaligus dapat bertemu teman dan bermain
bersama teman-temannya.” (Observasi, 19 April 2019)
Hal ini sebagaimana ditegaskan Bapak Nurkholis yang memberikan
keterangan bahwa :
“Saya menyuruh anak-anak masuk ke madrasah supaya mereka ada
kegiatan pada waktu sorenya, mereka belajar tentang ilmu-ilmu
agama, maklumnya saya jarang di rumah, dari pagi sampai sore
saya bekerja di lading.”(Wawancara, 19 April 2019)
Penulis juga mewawancarai Ainun , anak yang belajar di Madrasah
dinniyah ia mengatakan sebagai berikut
”sepulang dari sekolah setelah saya makan siang, saya pergi
mengaji ke madrasah dinniyah untuk belajar ilmu-ilmu agama,
maklum orang tua saya sibuk mencari rezeki dari pagi sampai sore.
Jadi supaya kami tetap ada kegiatan pada sore harinya, saya
dimasukkan ke madrasah dinniyah ini.”(Wawancara, 20 April 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa
diantaranya solusi yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak sholat
wajib adalah dengan cara memasukkan anak-anaknya ke madrasah yang
belajarnya pada sore hari selain anak mendapatkan ilmu lagi di madrasah
sore tersebut anak juga dapat bertemu dan bermain bersama teman-
temannyahal tersebut mengingat kesibukan orang tua masing-masing yang
mencari nafkah dari pagi sampai sore.
b. Orang Tua untuk Mengikuti Pengajian Agama
Para orang mengkuti pengajian agama juga merupakan upaya dalam
mengatasi kendala menerapkan kiat membiasakan ibadah sholat
anak.Orang tua yang kurang memahami pengetahuan agama dapat
mengikuti pengajian pengajian agama yang tujuannya menambah
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
khazanah ilmu pengetahuan agama.Semakin sering orang tua mengikuti
pengajian agama maka semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat
oleh orang tua.
Pengamatan penulis dimana para orang tua di Desa Sumber Sari
cukup banyak yang mengikuti pengajian agama di masjid, baik itu para ibu
dan bapak-bapaknya.Para ibu mendengarkan pengajian pada waktu siang
dan para bapak mendengarkan pengajian pada waktu malam.Mereka
mendengarkan ceramah ustadz-ustadz yang berkaitan dengan pengetahuan
agama agar leih memahami tentang agama Islam.” (Observasi, 21 April
2019)
Hal tersebut sebagaimana yang ditegaskan ustadz Hamdan yang
memberikan komentar kepada penulis :
“Upaya orang tua agar lebih memahami tentang agama Islam,
mereka bisa mengikuti dan mendengar ceramah-ceramah agama
dimana saja, di masjid, atau di tempat-tempat pengajian, mengikuti
kegiatan peringatan hari-hari besar Islam, Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj,
dan lain sebagainya.Semuanya itu merupakan kegiatan keagamaan.”
(Wawancara, 21 April 2019)
Hasil wawancara dengan Bapak Raso juga memberikan tanggapan
dan komentar yang mengatakan bahwa :
“Upaya kita untuk mendengar ceramah-ceramah agama adalah agar
lebih memahami dan mengetahui tentang makna Sholat itu sendiri,
apa hukuman Sholat, apa hukumannya meninggalkan Sholat, Sholat
itu gunanya untuk apa, faedahnya dan lain sebagainya. Ini sangat
penting diketahui untuk kita semua.” (Wawancara, 22 April 2019)
Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, maka dapat penulis
simpulkan bahwa pengajian-pengajian gama disini seperti halnya
mendengar ceramah, ikut kegiatan isra‟ Mi‟raj, ikut kegiatan Maulid Nabi,
dan kegiatan-kegiatan agama lainnya juga akan sangat membantu para
orang tua untuk mengetahui dan memahami tentang Sholat, dan tentang
pengetahuan agama yang lebih luas lagi. Dalam ceramah tentunya ada
penjelasan-penjelasan dari pihak penceramah.
58
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Membiasakan anak melaksanakan Sholat berjamaah tepat pada
waktunya
Membiasakan anak-anak agar mereka dapat melaksanakan sholat
tepat pada waktunya merupakan hal yang paling sulit. Anak-anak yang
sudah terbiasa bermain dan tetap melanjutkan meskipun sudah tiba
waktunya sholat akan sangat sulit untuk disuruh melaksanakan sholat lima
waktu tepat pada waktunya, membiasakan sholat tepat waktunya
merupakan tanggung jawab yang berat pada diri orang tua. Karena, orang
tua saja belum tentu dapat melaksanakan sholat lima waktu tepat pada
waktunya. Hasil wawancara dengan Bapak Kholik mengatakan :
“Kalau melaksanakan sholat berjamaah di rumah, saya selalu
mengajak anak-anak saya. Dengan mengajak mereka sholat
berjamaah saya berharap mereka akan mengetahui betapa pentingnya
kebersamaan dalam menjalankan hal-hal yang bertujuan kepada
kebaikan. Dengan demikian, semua hambatan dan halangan jika
pekerjaan itu dilaksanakan dengan sadar ikhlas dan bersama-sama
maka akan dating jalan keluar yang akan ditemukan.” (Wawancara,
21 April 2019)
Pelaksanaan ibadah sholat berjamaah ini akan lebih baik jika
dilaksanakan dengan mengajak anak-anak mereka terbiasa untuk
melaksanakan sholat bejamaah di rumah atau di masjid. Sholat berjamaah
adalah sebuah solusi yang efektif untuk membentuk kepribadian anak-
anak sejak dini, agar mereka terbiasa dengan kebersamaan, kerapian,
musyawarah, dan masih banyak lagi yang akan membuat pemikiran anak-
anak berkembang pada saat mereka dewasa nanti.
Wawancara penulis dengan salah seorang anak yang ada di Desa
Sumber Sari, Nimas yang penulis tanyakan mengenai sholat berjamaah
yang dilakukan dengan orag tuanya di masjid, Nimas mengatakan :
“Orang tua saya selalu mengajak setiap kali melaksanakan sholat
lima waktu di rumah dan kadang kalau waktu menjalankan sholat
maghrib ayah saya mengajak saya ke masjid.Saya melakukan sholat
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
berjamaah bersama dengan orang tua sejak masih kecil.”
(Wawancara, 22 April 2019)
Pembiasaan menjalankan ibadah sholat berjamaah seperti yang
dilakukan orang tua Nimas ini sangat bermanfaat untuk masa depan anak
kelak di kemudian hari.anak-anak yang sudah terbiasa melakukan sholat
berjamaah akan berpikir lebih baik melakukan semuanya dengan cara
berjamaah, terlebih pada hal-hal yang bertujuan pada kebaikan dan
mengharap ridho Allah, danpembelajaran yang paling penting dari adanya
sholat berjamaah ini adalah bahwa dengan sholat berjamaah maka
muslimin dapat menjaga keharmonisan dan keutuhan agama Islam.
d. Mengawasi dan Membatasi Anak dalam Menggunakan Media
Informasi
Anak seperti halnya kertas putih yang masih bersih tergantung orang
tuanya ingin mencoretnya seperti apa. Media Informasi ini akan sangat
berdampak buruk apabila anak tidak diawasi karena di Media Informasi
semuanya dapat di akses secara mudah tanpa sepengetahuan orang tua
anak dapat melihat apa yang tidak pantas dan sepatutnya untuk dilihat
anak kecil.
Seperti di lapangan banyak para orang tua yang mengizinkan anak
mereka bermain media elektronik seperti HP tetapi dibatasi hanya
beberapa jam dalam sehari dan masih dalam pengawasan orang tua, orang
tua dapat selalu mengecek handphone anak mereka (Observasi,25 April
2019)
Seperti yang dikemukakan Ibu Isah kepada penulis yaitu :
“Saya memberikan anak saya handphone tetapi ada perjanjiannya
tidak boleh membawa HP ke sekolah lalu sepulang sekolah kerjakan
PR dulu baru boleh bermain HP.” (Wawancara, 25 April 2019)
Anak Ibu Isah juga mengemukakan kepada penulis yaitu :
“Saya diberikan handphone tetapi ada syaratnya nilai sekolah tidak
boleh turun kalau sampai turun maka handphone akan ditarik
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kembali dan batas saya bermain HP hanya beberapa jam dalam
sehari .” (Wawancara, Noval 25 April 2019)
Maka dari observasi dan wawancara di atas bahwa pengaruh media
informasi sangat akan berdampak buruk bila tidak dibatasi dan diawasi
oleh orang tua, anak dapat mengakses hal yang tidak sepatutnya untuk
diketahui. Orang tua perlu membatasi dengan hanya mengizinkan untuk
menggunakan media elektronik hanya beberapa jam dalam sehari dan
orang tua dapat selalu mengecek apa yang di akses oleh anak.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka
pada bab akhir ini dapat penulis ambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Upaya Orang Tua dalam mendidik Sholat Wajib Anak di Desa Sumber
Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin antara lain
dengan cara mengantar anak ke tempat pengajian (antara maghrib dan
isya), memasukkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah, memberi contoh
yang baik dan dinasehati serta diberi tahu tentang dampak
meninggalkan sholat.
2. Kendala yang dihadapi dalam Upaya Orang Tua mendidik Sholat
Wajib Anak di Desa Sumber Sari Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten
Musi Banyuasin diantaranya adalah kesibukan orang tua dalam
bekerja, pengetahuan agama dari orang tua, anak yang malas, pengaruh
negative media informasi.
3. Solusi Orang Tua dalam mengatasi kendala Upaya Orang Tua dalam
Mendidik Sholat Wajib Anak di Desa Sumber Sari Kecamatan
Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin adalah memasukkan anak
belajar ke madrasah, orang tua mengikuti pengajian agama, mengajak
anak sholat berjamaah, membatasi dan mengawasi penggunaan media
informasi anak-anak.
B. Saran-saran
Setelah menarik kesimpulan, melalui penelitian disampaikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada para orang tua untuk lebih memperhatikan
pendidikan sholat anak. Bantuan yang diberikan orang tua merupakan
kontribusi positif yang membantu tercipta insan kamil sesuai dengan
tujuan pendidikan islam.
62
2. Kepada pihak orang tua juga harus selalu melakukan pengawasan dan
mengontrol anak selama anak emlakukan aktivitas sholat di rumah,
karena ini sangat membantu kemajuan pendidikan sholat anak.
3. Kepada para orang tua juga harus bekerja sama dengan guru pengajian
malam menghadapi segala permasalahan pendidikan sholat anak di
rumah. Pengalaman yang berbeda antara dua tempat pendidikan ini
sangat membantu pencapaian pendidikan sholat pada diri anak.
C. Penutup
Berkat Rahmat Allah SWT, maka sampailah penulisan pada akhir dari
penulisan skripsi ini. Perlu kiranya penulis kemukakan segenap daya telah
penulis curahkan secara maksimal dalam penulisan skripsi ini.
Apabila dalam pembahasannya terdapat hal-hal yang bermanfaat,
maka bersyukurlah kepada Allah, karena berkat petunjuk dan hidayah-Nya
juga, sebaliknya jka di sana-sini terdapat kekurangan, maka hal itu adalah
kesalahan dari penulis itu sendiri, sebab keterbatasan yang ada pada penulis.
Oleh sebab itu, penulis akan menerima segala kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya dengan mengucap Alhamdulillahi robbil „Alamin, penulis
bersyukur ke hadirat Allah SWT, dan selalu berdo‟a semoga tulisan ini dapat
memberi manfaat bagi penulis dan pembaca yang terhormat serta taufik
hidayah-Nya selalu bersama kita Aamiin.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jambi, November 2019
YETTI ANGGRAENI
NIM. TP 151485
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al-Qur‟an dan terjemahannya, Departemen Agama RI, Bintang
Indonesia Jakarta, 2011
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan
PenelitianGabungan.
Prenadamedia Group: Jakarta. 2015
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam. Terj. Tarbiyatul Aulad
Fil Islam oleh Jamaludin Misri, LC Jakarta : Pustaka Amani 1995.
Ahmad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo : Pustaka Arafah. 2004
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Peneletian, Yogyakarta : Rineka cipta, 1993
Manajemen Penelitian,Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2010
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Raja Gafindo Persada,
2011
Jam‟an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2009
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Moleong J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya. 2011
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Thesis, dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jambi : Gaung
Persada Press. 2010
Nasution. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara, 2006
Quraish Shihab, M, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2012
64
Tim Penyusun. (2018). Panduan penulisan skripsi
Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Ni‟mah. Peranan Orang Tua dalam Membimbing Anak untuk melaksanakan
Shalat Lima Waktu di Lingkungan Pasar Kahayan Palangka Raya. 2016
Nur Shufiyati. Upaya Orang Tua dalam meningkatkan kedisiplinan shalat lima
waktu pada anak di dusun pulosari Karangasem Rt 04/03 Desa Sroyo
Jaten Karanganyar 2016/2017. 2017
Ernaya Amor Bhakti. Peran Orang Tua dalam Menanamkan Ibadah Shalat pada
Anak Usia Dini di Desa Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. 2017
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
NAMA : YETTI ANGGRAENI
NIM : TP 151485
TAHUN AKADEMIK : 2019
JUDUL SKRIPSI : UPAYA ORANG TUA DALAM MENDIDIK
ANAK SHOLAT DI DESA SUMBER SARI
KECAMATAN TUNGKAL JAYA KABUPATEN
MUSI BANYUASIN
A. OBSERVASI
1. Mengamati aktivitas sehari-hari orang tua.
2. Mengamati aktivitas anak-anak.
3. Mengamati cara orang tua mendidik anak dalam melaksanakan
sholat.
4. Mengamati faktor anak yang tidak mau sholat.
5. Mengamati aktivitas keagamaan masyarakat.
B. WAWANCARA
1) Wawancara dengan Anak-anak Desa Sumber sari RT 13
a) Umur berapa anda diajarkan oleh Orang tua Sholat?
b) Mengapa anda disuruh Sholat oleh Orang tua anda?
c) Bagaimana cara orang tua anda mendidik anda Sholat?
d) Menurut anda pentingkah pelaksanaan Sholat itu?
e) Apa persiapan anda apabila ingin melaksanakan Sholat?
f) Apakah anda mengikuti kegiatan Agama di RT anda?
2) Wawancara dengan Orang Tua Desa Sumber sari RT 13
a) Apa tingkat Pendidikan anda?
b) Apa pekerjaan anda?
c) Jam berapa anda berangkat kerja dan pulang kerja?
d) Bagaimanakah anda mendidik anak anda Sholat?
e) Menurut anda pentingkah mendidik anak dan membina
anak-anak Sholat?
f) Apa upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam
mendidik anak-anak Sholat?
g) Menurut anda pentingkah mendidik anak dan membina
anak-anak Sholat?
h) Bagaimana hasil yang dicapai oleh orang tua dalam
mendidik anak-anak untuk melaksanakan Sholat?
3) Wawancara dengan Warga Desa Sumber sari
a) Bagaimanakah sejarah munculnya Desa Sumber sari
b) Mengapa masih ada anak-anak yang tidak Sholat?
C. DOKUMENTASI
1) Historis dan Geografis
2) Struktur Organisasi Desa Sumber sari
3) Jumlah Masyarakat Desa Sumber sari
4) Keadaan penduduk dan ekonomi
5) Keagamaan Agama dan Pendidikan
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA KETERANGAN
1. Taufik Ilahi, S. Pd. I Kepala Desa Sumber Sari
2. Suwarli Tokoh Masyarakat
3. Kaslan Imam Masjid
4. Hamdan Guru Mengaji
5. Eva, S. Pd. I Guru Agama di SD
6. Fakhrudin Tokoh Masyarakat
7. Darningsih Orang Tua
8. Eni Orang Tua
9. Nurkholis Orang Tua
10. Adin Orang Tua
11. Sunarwan Orang Tua
12. Ngatinah Orang Tua
13. Emi Orang Tua
14. Raso Orang Tua
15. Maryati Orang Tua
16. Isah Orang Tua
17. Lia Orang Tua
18. Rahmania Aulia Sari Anak
19. Qori Anak
20. Kholif Anak
21. Naufal Anak
22. Ainun Anak
23. Kevin Anak
24. Riki Abdul Halim Anak
25.
26.
27.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Yetti Anggraeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal Lahir : Muba, 01 Maret 1997
Alamat : Perumahan Valencia
Pekerjaan : -
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 0853-7795-2628
Pengalaman-Pengalaman Pendidikan Formal :
1. SDN Sumber Sari, Tahun 2009
2. SMP N 3 Tungkal Jaya, Tahun 2012
3. MA GUPPI Sumber Sari, Tahun 2015
Pendidikan Non Formal
Motto Hidup :
“Kunci Kebahagiaan Hidup adalah Sabar dan Syukur. Bersabar atas ujian yang
Allah beri dan Bersyukur atas Nikmat-Nya”.