Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA LEMBAGA ADAT DESA JANGGA BARU KABUPATEN
BATANGHARI PROVINSI JAMBI DALAM
MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL
BUDAYA BUMI SERENTAK
BAK REGAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syari’ah
NUR RISDAWATI
NIM: SIP.162417
PEMBIMBING:
Al Husni, S.Ag., M.H.I
Yudi Armasyah, S.Th.I., M.Hum
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1441 H/2020 M
ii
iii
iv
v
MOTTO
اتقكم ان الله عليم مكم عىدالله وجعلىكم شعى باوقبا ئل لتعارفىا ان اكر اواخلقىكم مه ذكرواوثى يايهاالىاس
خبير
Artinya : “Wahai manusia. Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S Al-Hujurat : 13)1
1 Quran Surah Al-Hujurat Ayat 13
vi
ABSTRAK
Nur Risdawati, NIM: SIP.162417, Upaya Lembaga Adat Desa Jangga Baru
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Dalam Melestarikan Kearifan Lokal
Budaya Bumi Serentak Bak Regam.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran lembaga adat desa jangga baru
kabupaten Batanghari provinsi jambi dalam melestarikan kearifan local budaya
adat serentak bak regam. Penelitian ini berlatar belakang dari perkembangan
teknologi yang modern saat ini sangat mempengaruhi masyarakat terutama
pemuda pemudi desa, sehingga sangat mempengaruhi perkembangan pelestarian
budaya adat serentak bak regam di desa jangga baru. Adapaun yang menjadi
tujuan dari penelitian ini, yaitu: ingin mengetahui apa saja kearifan lokal
masyarakat desa jangga baru terkait budaya adat serentak bak regam, ingin
mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa jangga baru
dalam pelestarian kearifan local budaya adat serentak bak regam, ingin
mengetahui upaya yang diterapkan oleh lembaga adat desa jangga baru dalam
melestarikan kearifan local budaya adat serentak bak regam. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan teknik
penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
ditarik hasil dan kesimpulan sebagai berikut: Masyarakat Desa Jangga Baru
menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang diwarisi
oleh para leluhur. Hal ini terbukti masih berlakunya tatanan budaya serta kearifan
lokal adat istiadat pada setiap prosesi pernikahan dan acara peringatan hari besar
islam. Kendala yang dihadapi lembaga adat desa jangga baru dalam pelestarian
kearifan lokal budaya adat serentak bak regam yaitu sebagai berikut: kemajuan
teknologi, partisipasi masyarakat, dan sarana dan prasarana. Upaya yang
diterapkan oleh lembaga adat desa jangga baru dalam melestarikan kearifan local
budaya adat serentak bak regam yaitu: memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
mensosialisasikan, menginformasikan, mengenai budaya adat serentak bak regam,
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berperan langsung dalam melestarikan
kearifan lokal yang ada di Desa Jangga Baru, dan menjadikan kearifan lokal
sebagai identitas diri.
Kata kunci: Upaya Lembaga Adat, Melestarikan, Kearifan Lokal, Budaya
vii
KATA PENGANTAR
حِيم حْمَهِ الره ِ الره بِسْمِ اللَّه
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : UPAYA LEMBAGA ADAT DESA
JANGGA BARU KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI DALAM
MELESTARIKAN BUDAYA BUMI SERENTAK BAK REGAM
Kemudian tidak lupa pula penulis haturkan shalawat beriring salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberi kita petunjuk dari alam
kebodohan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada
saat sekarang ini, terang bukan lampu yang menyinari akan tetapi terangnya
karena ilmu pengetahuan serta keimanan.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam rangka
menyelesaikan studi Stara Satu (S1) pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Terwujudnya skripsi ini selain merupakan upaya kerja ilmiah
penulis sendiri juga tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan motivasi berbagai
pihak yang terkait terutama dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Untuk itu
penulis sangat perlu menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una S.Ag., M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H, sebagai Wakil Dekan bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
6. Ibu Irmawati Sagala, S.IP., M.Si dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,
M.Hum sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Al Husni, S.Ag., M.H.I dan Bapak Yudi Armasyah, S.Th.I., M.Hum
sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadarari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kritik dan saran kontribusi dari pembaca demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis memohon ampun,
dan kepada pembaca penulis mohon maaf. Semoga hasil karya tulis sederhana ini
memberi manfaat.
Jambi, Agustus 2020
Penulis
Nur Risdawati
SIP. 162417
ix
PERSEMBAHAN
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Puji Syukur atas
segala rahmat dan karunia Nya yang selalu memberikan kemudahan dan
kelancaran bagi kita semua. Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Ayahanda YANUL FAHMI dan Ibunda NURLIA doa dan harapanmu, kasih dan
sayangmu, perjuangan dan pengorbananmu membimbing ananda hingga saat ini
bisa mempersembahkan karya sederhana ini. Dan untuk keluarga besar saya yang
tersayang yang memberikanku semangat untuk terus berusaha, karena keluarga
merupakan motivasi terbesar untuk terus berjuang. Teman-teman seperjuangan
yang senantiasa hadir dalam kesulitan maupun kesenangan, kebersamaan kita
takkan terlupa. Akhirnya tugas ini terselesaikan juga berkat doa dan usaha kita
semua. Semoga jerih payah ini Bermanfaat.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN. .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ............................................................. 7
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 8
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 16
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 21
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 21
xi
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 22
D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 25
E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 27
F. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa ......................................................................................... 31
B. Letak Geografis ..................................................................................... 33
C. Orbitas/Jarak Antar Ibu Kota ................................................................ 34
D. Kependudukan ...................................................................................... 36
E. Kondisi Pemerintahan Desa .................................................................. 48
F. Visi dan Misi ......................................................................................... 51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kearifan lokal masyarakat Desa Jangga Baru dalam kegiatan adat
serentak bak regam ............................................................................... 58
B. Kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa jangga baru dalam
upaya pelestarian kearifan local budaya adat serentak bak regam ....... 60
C. Upaya yang diterapkan oleh lembaga adat desa jangga baru dalam
melestarikan kearifan local budaya adat serentak bak regam ............... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR SINGKATAN
LAD : Lembaga Adat Desa
PIR : Perkebunan Inti Rakyat
KK : Kepala Keluarga
KUPT : Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi
PJS : Pejabat Sementara
Ha : Hektar
TKD : Tanah Kas Desa
R : Restan
KM : Kilo Meter
SDM : Sumber Daya Manusia
RT : Rukun Tetangga
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
UU : Undang-Undang
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jarak Antar Ibu Kota………………………………………………………34
Tabel 2. Sumber Daya Alam Berdasarkan Peraturan Bupati No. 28 Tahun 2019….35
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jiwa………………………………………37
Tabel 4. Jumlah Berdasarkan Kepala Keluarga…………………………………….37
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Jangga Baru Tahun 2018-2019……...37
Tabel 6. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jangga
Baru Tahun 2019…………………………………………………………………...39
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Persentase……………………………...41
Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut…………………….43.
Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Jangga Baru Tahun 2019…………….45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki kebudayaan beragam.
Indonesia memiliki suku yang sangat beragam, dengan suku yang beragam
berarti Indonesia juga memiliki tradisi-tradisi kebudayaan yang beragam pula.
Disetiap daerah tradisi-tradisi tersebut juga memiliki berbagai macam tata
cara pelaksanaannya, atau juga bisa berbeda dari segi tempat pelaksanaannya.
Namun ada juga di suatu daerah yang memiliki tata cara pelaksanaan yang
hampir sama, tetapi istilah yang digunakan berbeda. Manusia memerlukan
suatu bentuk keyakinan dalam hidupnya karena keyakinan akan melahirkan
tata nilai guna menopang hidup budayanya. Dengan keyakinan yang
sempurna, hidup manusia tidak akan ragu. Keyakinan yang benar haruslah
bersumber dari nilai yang benar.2
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak kata budhi yang berarti budi atau akal. Jadi
kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal”.3 Kebudayaan adalah perwujudan dari sebuah renungan, kerja keras dan
kearifan masyarakat dalam mengarungi dunianya. Kebudayaan yang
menjadikan suatu masyarakat memandang lingkungan hidupnya dengan
bermakna. Banyak orang yang beranggapan bahwa ekonomi, politik,
2 Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung, PT.Eresco, (1993), hlm.92.
3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi), Jakarta, Rineka Cipta
Berat, (2016), hlm.77-78.
2
teknologi, religi, dan sebagainya termasuk unsur-unsur kebudayaan.
Pemahaman seperti ini tidak mengungkapkan lebih dalam apa yang
dikandung oleh kebudayaan walaupun sebenarnya terdapat kebudayaan yang
terkandung di dalamnya.
Proses perubahan kebudayaan kemudian bertambah cepat, dan banyak
unsur baru dengan suatu ragam yang besar diberbagai tempat di dunia dalam
permasalahan ini strategi sangat diperlukan untuk menjaga kebudayaan dalam
melestarikan budaya lokal asli. Suatu strategi yang baik akan membantu
organisasi dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. Strategi
kebudayaan menurut Van Pursen adalah siasat atau strategi manusia
menghadapi hari esok, suatu proses belajar (learing process) yang senantiasa
bersifat sinambung. Didalam proses itu, kreatifitas dan intersivitas merupakan
factor krusial kerena menyangkut berbagai pertimbangan etis atas pergeseran-
pergeseran yang terjadi dalam kebudayaan.4
Tradisi yang mewarnai corak hidup masyarakat tidak mudah diubah
walaupun setelah masuknya islam sebagai agama yang dianutnya. Banyak
budaya masyarakat yang setelah masuknya islam itu terjadi pembauran dan
penyesuaian antara budaya yang sudah ada dengan budaya islam itu sendiri.
Budaya dari hasil pembaruan inilah yang bertahan sampai sekarang sebab
dinilai mengandung unsur-unsur budaya islam didalamnya.5
4Prof.Dr.C.A Van Pursen, Strategi Kebudayaan (Culture In
Stroomverslling),Yogyakarta, Kanisius, (1988), hlm.19.
5 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers,
(2012), hlm.7-8.
Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk
mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
di masa lalu. Masalahnya kearifan lokal tersebut seringkali diabaikan,
dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan.
Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia,
terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. kearifan lokal dapat
dipahami sebagai gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur, yang dimiliki,
dipedomankan, dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat.6
Kemajuan teknologi dan mobilitas fisik, misalnya, telah dilengkapi
dengan mobilitas sosial dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif.
Media komunikasi yang semakin canggih telah menyebabkan masyarakat
terintegrasi ke dalam suatu tatanan yang lebih luas, dari yang bersifat lokal
menjadi global. Kondisi ini justru melahirkan kegamangan karena teknologi
secara radikal mengubah cara hidup, cara pikir, dan pola relasi antar sesama.
Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak
mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat
lama. Jadi upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara
warisan budaya lokal untuk waktu yang sangat lama. Karena upaya
pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama,
maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelajutan.
6 Alvin Are Tunang,Skripsi,Strategi Lembaga Pemangku Adat Kota Palembang Dalam
Melestarikan Budaya Lokal Palembang (Studi Kasus Lembaga Adat Kecamatan Seberang
Ulu Kota Palembang),2018,hlm.3.
Untuk itu perlu ditumbuh kembangkan motivasi yang kuat untuk ikut
bergerak dan berpartisipasi malaksanakan pelestarian, antara lain:
1. Motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan
budaya yang diwarisinya dari generasi sebelumnya.
2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi
penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa
ke masa melalui pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara
nyata yang dapat dilihat, dikenang dan dihayati.
3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan
budaya.
4. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya lokal akan meningkat
bila terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersil untuk
meningkatkan kesejahteraan pengampunya.
5. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi
dari jati diri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat
menumbuhkembangkan rasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang
kuat.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pelestarian budaya lokal
juga mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk mengukuhkan
kebudayaan, sejarah dan identitas dan juga sebagai penumbuh kepedulian
masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki masa lalu yang sama
diantara anggota komunitas.7
Mempertahankan kearifan lokal budaya bukanlah soal yang mudah.
Hegemoni globalisme terutama hegemoni medsos tanpa disadari sudah
menjadi bagian dari hidup. Ada kecenderungan mengendurnya nilai-nilai
moral akibat dari kemajuan iptek pada satu sisui, dan sisi lain tumbuh
kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai tersebut.
Selain masyarakat pemilik kearifan lokal pemerintah juga diharapkan
ikut ambil bagian untuk bertanggungjawab. Melalui kebijakan dan strategi
kebudayaan pemerintah menjadi salah satu mitra penting bagi pendukung
kearifan lokal budaya agar eksistensinya tetap terjaga. Dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Batanghari Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Adat Dan Lembaga Adat Bumi Serentak Bak Regam, terdapat
tugas dari lembaga adat bumi serentak bak regam.8 Berikut ini adalah pasal 5
ayat 1 peraturan daerah nomor 17 tahun 2017 “menggali dan
mengembangkan, memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya
daerah adat bumi serentak bak regam dalam upaya melestarikan kebudayaan
daerah Kabupaten Batanghari guna memperkaya khasanah kebudayaan
bangsa”. Namun di Desa Jangga Baru, pemahaman masyarakat terkait budaya
7 Alvin Are Tunang,Skripsi,Strategi Lembaga Pemangku Adat Kota Palembang Dalam
Melestarikan Budaya Lokal Palembang (Studi Kasus Lembaga Adat Kecamatan Seberang
Ulu Kota Palembang),2018,hlm.4-5.
8 Perda Kabupaten Batanghari Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Dan Pengembangan Adat Dan
Lembaga Adat Bumi Serentak Bak Regam, Pasal 5 ayat (1).
adat bumi serentak bak regam masih kurang. Bahkan masyarakat tidak
memahami apa itu budaya adat bumi serentak bak regam. Hal ini saya ketahui
dari beberapa orang yang saya wawancarai termasuk kepada pemuda yang
ada di Desa jangga Baru. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi antara
lembaga adat dan masyarakat mengenai adat bumi serentak bak regam. Maka
dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya
Lembaga Adat Desa Jangga Baru Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Dalam Melestarikan Kearifan Lokal Budaya Bumi Serentak Bak
Regam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan mengenai
permasalahan yang akan penulis angakat dalam proposal skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa saja kearifan lokal masyarakat Desa Jangga Baru Dalam kegiatan
adat Serentak Bak Regam?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh lembaga adat Desa Jangga Baru
dalam pelestarian kearifan lokal budaya Serentak Bak Regam?
3. Bagaimana upaya yang diterapkan oleh lembaga adat Desa Jangga Baru
dalam melestarikan kearifan lokal budaya adat Serentak Bak Regam?
C. Batasan Masalah
Agar masalah dalam skripsi ini tidak meluas dan tepat pada sasarannya
maka penulis membatasi penulisan hanya pada upaya lembaga adat Desa
Jangga Baru Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi dalam melestarikan
kearifan lokal budaya adat serentak bak regam, yaitu fokus terhadap seni
kompangan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian skripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat Desa Jangga Baru terkait
budaya adat Serentak Bak Regam.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh lembaga adat Desa Jangga
Baru dalam pelestarian kearifan lokal budaya Serentak Bak Regam.
3. Untuk mengetahui upaya yang diterapkan oleh lembaga adat Desa Jangga
Baru dalam melestarikan kearifan lokal budaya adat Serentak Bak Regam.
Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah:
1. Penelitian ini penulis lakukan untuk menambah pengetahuan serta
wawasan mengenai kearifan lokal budaya adat serentak bak regam bagi
seluruh masyarakat Desa Jangga Baru, selain untuk menambah wawasan
penelitian ini juga bertujuan agar masyarakat dapat terus melestarikan
budaya tersebut agar tidak hilang karena banyaknya budaya luar yang
sangat marak saat ini.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui upaya atau tindakan yang
dilakukan oleh lembanga adat Desa Jangga Baru dalam melestarikan dan
memberikan wawasan mengenai budaya adat serentak bak regam.
3. Selanjutnya penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada program studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
A. Lembaga Adat
Menurut Adelman dan Thomas pengertian lembaga yaitu suatu bentuk
interaksi diantara manusia yang mencakup sekurang-kurangnya tiga tingkatan.
Tingkat pertama yaitu tingkatan nilai kultural yang jadi acuan buat institusi
yang lebih rendah tingkatannya. Tingkat kedua yaitu mencakup hukum dan
peraturan yang mengkhususkan pada apa yang disebut aturan main (the rules of
game). Tingkat ketiga yaitu mencakup peraturan yang bersifat kontraktual yang
digunakan dalam proses transaksi. Ketiga tingkatan dalam lembaga tersebut
disesuaikan dengan tingkat ruang linngkup lembaga dalam masyarakat.
Lembaga adalah pola organisasi untuk memenuhi berbagai keperluan manusia,
yang lahir dengan adanya berbagai budaya sebagai suatu ketetapan. Summer
telah menunjukkan bahwa lembaga adalah suatu konsep yang berpadu dengan
struktur. Menurut Mooney lembaga dibentuk berdasarkan hal-hal berikut: (1)
cara, (2) kebiasaan, (3) adat istiadat. Menurut Roucek terdapat banyak jenis
lembaga, salah satunya adalah lembaga adat. Pengertian lembaga adat adalah
sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang
secara wajar telah tumbuh dan berkembang didalam sejarah masyarakat yang
bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan
wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan didalam wilayah hukum adat
tersebut.9
B. Kearifan Lokal
Kearifan lokal menurut Haryanti Soebadio adalah sebagai suatu identitas
atau kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
untuk menyaring dan memiliki budaya yang masuk ke dalam dirinya sendiri.
Kearifan lokal menurut Undang-Undang Nomor 32/2009 tentang perlindungan
dan pengelolahan lingkungan hidup Bab : 1 Pasal 1 Butir 30 adalah: nilai-nilai
luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain melindungi
dan mengelolah lingkungan hidup secara lestari.10
Jadi kearifan lokal dapat
dipahami sebagai gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur, yang dimiliki, dipedomankan,
dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat.
Kearifan lokal juga merupakan bagian dari konstruksi budaya. Karena itu
apresiasi terhadap kearifan lokal sebagai perekat antar masyarakat sangat
dibutuhkan. Kearifan lokal tidak saja berfungsi sebagai materi budaya yang
setiap saat bisa dimainkan oleh penggunanya, tetapi juga sebagai pendekatan
yang berbasis pada nilai-nilai lokal, bahkan penggunaan bahasa lokal juga
9 Ayu Mukhtaromi, dkk, “Sinergi Pemerintah Daerah Dan Lembaga Adat Dalam
Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan,” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.2,
hlm.3.
10
Christeward Alus,2014, “Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal
Suku Sahu Di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat,” Journal Acta
Diurna, Vol.3, No. 4, (2014), hlm.2.
berfungsi sebagai salah satu sistem operasional bagi tata kerangka kearifan
lokal secara umum.11
Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan
diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi
social ditengah masyarakat. Kearifan lokal bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan dan menciptakan kedamaian. Kearifan lokal digali dari produk
kultural yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya,
misalnya system nilai, kepercayaan dan agama, etos kerja, bahkan bagaimana
dinamika itu berlangsung. Kearifan lokal memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Penanda identitas sebuah komunikasi.
2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama, dan
kepercayaan.
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa, tetapi sebuah unsur kultural yang
ada dan hidup dalam masyarakat.
4. Warna kebersamaan sebuah komunitas.
5. Akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan
kelempok dengan meletakkannya diatas kebudayaan yang dimiliki.
6. Mendorong terbangunnya kebersaamaan, apresiasi sekaligus sebagai
sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang
meredusir bahkan merusak solidaritas komunal yang dipercaya dan
11 Irwan Abdullah, dkk, Agama Dan Kearifan Lokal Dalam Tantangan Global,
Yogyakarta, Sekolah Pascasarjana UGM, (2008), hlm.7-9.
disadari tumbuh diatas kesadaran bersama dari sebuah komunitas
terintegrasi.12
C. Kebudayaan
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter kebudayaan berarti
simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai,
sikap, makna, hierarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep
yang luas, dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan
dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi. Manusia adalah
salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini ada
empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia.13
Akal budi
merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak
dimiliki makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai
kodrat alami yang dimiliki. Budi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia
adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan yang dapat
membedakan baik buruk sesuatu. Dengan akal budinya, manusia mampu
menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan
hidup manusia. Selain itu, akal budi pada manusia tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila disbanding
dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia
12 Maria Matildis Banda.”Artikel Upaya Kearifan Lokal Dalam Menghadapi Tantangan
Perubahan Kebuadyaan”hlm.1-2.
13 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta Timur, Bumi
Aksara, (2015), hlm. 18.
yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu
mengembangkan sisi kemanusiaannya.
Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan.
Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam
interaksinya, baik dengan alam maupun dengan manusia lainnya. Manusia
merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.14
Kebudayaan adalah segala hal yang dimiliki oleh manusia yang hanya
diperoleh dengan belajar dan menggunakan akalnya. Manusia dapat
berkomunikasi, berjalan karena kemampuannya untuk berjalan dan didorong
oleh nalurinya serta terjadi secara alamiah. Para ilmuan Indonesia lebih
banyak mengenal definisi yang popular yang diajarkan dalam dunia
pendidikan yaitu definisi dari guru besar ilmu hokum adat dan sosiologi
Universitas Gadjah Mada, Djojodigoeno. Menurut Djojodigoeno definisi
kebudayaan mengandung arti cipta, rasa dan karsa. Definisi tersebut kental
dengan bahasa jawa, jadi makna yang dimaksud sulit untuk dipahami orang-
orang dipenjuru Nusantara. Disisi lain, definisi tersebut merupakan
penggalian dari kearifan lokal yang ada di Nusantara. Untuk memahami
kebudayaan ada beberapa aspek yang ditawarkan Koenjaraningrat yaitu,
pertama pikiran, pikiran adalah aspek abstrak dari tiap kebudayaan. Aspek
pikiran adalah kata yang berasal dari bahasa sansekerta budhi budhayah
adalah bentuk jamaknya. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan
pikiran dan akal. Kedua mentalitas, mentalitas adalah nilai budaya dari
14 Ibid., hlm. 21.
kebudayaan. Mentalitas terbentuk dari pikiran-pikiran abstrak yang telah
dipelajari seseorang sejak awal kehidupan, yaitu sejak ia berada dalam proses
sosialisasi sebagai balita. Oleh karena itu, pikiran-pikiran yang telah tertanam
dalam-dalam tidak mudah diubah ataupun digeser oleh pikiran-pikiran yang
lain. Nilai budaya seakan-akan merupakan jiwanya yang memberi hidup
kepada seluruh kebudayaan. Kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku
manusia yang secara fungsional dan disfungsional ditata dalam
masyarakatnya. Kebudayaan juga masih popular dengan makna seni. Tidak
boleh dilupakan bahwa kebudayaan harus didukung dengan dua unsur yang
mutlak yaitu bahasa dan teknologi tradisional.15
Kebudayaan yang diciptakan oleh manusia dalam kelompok dan wilayah
yang berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan
hidup manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaannya
sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang
dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan
kelompok lain. Dengam demikian, kebudayaan merupakan identitas dari
persekutuan hidup manusia. Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia
akan berinteraksi dengan manusia lain. Kebudayaan yang ada ikut pula
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia
sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal
adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran
kebudayaan. Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan,
15 Saliyo,”Konsep Diri dalam Budaya Jawa,”Buletin Psikologi,Vol.20,No.1-2,hlm.26-27.
pemilikan, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara
berkesinambungan. Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui
enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses
mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem
norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Sosialisasi atau
proses pemasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan individu
lain dalam masyarakatnya.
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat
adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda
sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan.
Perubahan kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat
perubahan, dampak perubahan, dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan
kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan
akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran)
bukan progress (kemajuan); perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi
bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan di luar
kendali manusia.
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsur-
unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau masyarakat ke
masyarakat lain. Kebudayaan kelempok masyarakat disuatu wilayah bisa
menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat
Barat masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur. Globalisasi budaya bisa
dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.16
Nilai
Budaya dan Masyarakat
1. Definisi Nilai Budaya
Konsep budaya yang didefinisikan oleh Koentjaraningrat yaitu
keseluruuhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Koentjaraningrat menjelaskan nilai budaya terdiri dari konsep-
konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh
suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
orientasi kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan, baik yang
kompleks maupun yang sederhana.
2. Peran Nilai Budaya dan Masyarakat
System nilai budaya adalah tingkat tertinggi dari adat istiadat, budaya
terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga
dan penting oleh masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman orientasi pada kehidupan masyarakat. Sehingga pedoman dari
konsep-konsep ideal, system itu menjadi pendorong yang kuat untuk
mengarahkan kehidupan warga masyarakat. Menurut Koentjaraningrat
para individu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang
hidup dalam masyarakat karena merupakan bagian dari adat, nilai budaya
biasanya dianut oleh suatu presentase yang besar dari warga masyarakat.
3. Masyarakat dan Kebudayaan
16 Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta Timur, Bumi
Aksara, (2015), hlm. 35-37.
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daaerah
tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunnyai aturan-aturan yang
mengatur mereka, untuk menuju pada tujuan yang sama. Manusia
menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
mannusia. Manusia, masyarakat dadn kebudayaan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat lagi dipisahkan, sehingga kehidupan makhluk
social dapat berlangsung. Selain masyarakat sebagai pencipta, pendukung,
dan pemelihara serta pengembang kebudayaan, masyarakatpun berupaya
mewariskan, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan kepada
generasi-generasi selanjutnya. Pewarisan budaya ini biasa disebut dengan
Enkulturasi. Menurut Koentjaraningrat proses enkulturasi adalah proses
belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system
norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan. Proses ini
telah dimulai sejak awal kehidupan dalam lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat yang lebih luas.
4. Masyarakat dan Perubahan Sosial
Perubaan social adalah perubahahn yang terjadi dalam kehidupan social
dengan segala aspeknya dari satu kondisi ke kondisi yang baik yang
bersifat positif atau menuju kemajuan maupun yang bersifat negative atau
menuju kemunduran. Perubahan social dalam masyarakat merupakan
gejala alamiah yang selalu terjadi. Soekanto menyebutkan beberapa factor
penyebab terjadinya perubaan social, yaitu: (a) faktor perubahan jumlah
penduduk, (b) faktor adanya penemuan-penemuan baru, (c) pertentangan,
(d) terjadi pemberontakan atau revolusi.17
F. Tinjauan Pustaka
No Penulis/Judul Kesimpulan
1 Christeward Alus/”Peran
Lembaga Adat Dalam
Pelestarian Kearifan Lokal
Suku Sahu di Desa Balison
Kecamatan Sahu
Kabupaten Halmahera
Barat”.18
dalam penelitian ini peneliti menemukan
adanya kesadaran masyarakat desa
Balison tentang pentingnya pelestarian
budaya makan bersama (syukuran) di
sasadu menunjukkan bahwa upaya
pelestarian budaya berpeluan besar
mencapai keberhasilan tetapi manajemen
kinerja lembaga adat suku sahu kurang
memuaskan sehingga tidak bisa menyusun
suatu perencanaan program pelestarian
budaya makan bersama di sasadu.
Kreatifitas masyarakat akan lebih baik
meningkat apabila ada singkronisasi
program antara lembaga adat dengan
pemerintah daerah dalam kegiatan upaya
pelestarian budaya makan bersama di
17 Ayu Mukhtaromi, dkk, “Sinergi Pemerintah Daerah Dan Lembaga Adat Dalam
Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan,” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1, No.2,
hlm.4.
18 Christeward Alus, “Peran Lembaga Adat Dalam Melestarikan Kearifan Lokal
Suku Sahu Di Desa Balison Kec Sahu Kab Halmahera Barat,”jurnal acta diurnal, Vol
III.No 4.Tahun 2014.
sasadu.
2 Pasca Agustina/”Upaya
Pemerintah Kampung Adat
Kuala Gasib Kecamatan
Koto Gasib Kabupaten
Siak Dalam Melestarikan
Adat Istiadat Tahun 2015-
2016”.19
Upaya pemerintah kampung adat Kuala
Gasib Kecamatan Koto Gasib Kabupaten
Siak dalam melestarikan adat istiadat
tahun 2015-2016 masih belum maksimal.
Hal ini dikarenakan belum adanya
peraturan yang lebih lanjut terkait
kampung adat selain peraturan daerah
nomor 2 tahun 2015 tentang perubahan
kampung menjadi kampung adat baik dari
pihak kabupaten maupun provinsi. Faktor-
faktor yang menghambat pengupayaan
pemerintah kampung adat kuala gasib
kecamatan koto gasib kabupaten siak
dalam melestarikan adat istiadat tahun
2015-2016,terbagi menjadi faktor internal
dan eksternal.
3 Alvin Are
Tunang/”Strategi Lembaga
Pemangku Adat Kota
Palembang Dalam
Strategi lembaga pemangku adat
Kecamatan Seberang Ulu Kota Palembang
dalam melestarikan budaya lokal
Palembang strategi yang pertama adalah
19 Pasca Agustina, Upaya Pemerintah Kampong Adat Kuala Gasip Kecamatan
Koto Gasip Kabupaten Siak Dalam Melestarikan Adat Istiadat Tahun 2015-2016, Jurnal
Fisip, Vol. 4, No. 1, Tahun 2017.
Melestarikan Budaya Lokal
Palembang (Studi Kasus
Lembaga Adat Kecamatan
Seberang Ulu Kota
Palembang)”.20
memberdayakan lembaga pemangku adat,
dan masyarakatnya, kemudian menyusun
program kerja, melakukan perllindungan
budaya lokal Palembang, melakukan
pengembangan budaya lokal Palembang,
melakukan mengelolaan dan pemanfaatan
budaya lokal palemnbang dan melakukan
sosialisasi adat istiadat dan kebudayaan
lokal.
Perbedaan Terhadap Penelitian Yang Saya Lakukan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Christeward Alus yang berjudul
”Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku Sahu Di Desa
Balison Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat”, adapun penelitian ini
dilakukan di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan
melibatkan 12 informan. Fokus penelitian yaitu pada upaya lembaga adat
dalam pelestarian kearifan lokal makan bersama dirumah adat (Sasahu) yang
dijelaskan dalam tiga bagian yaitu: (1) peran lembaga adat untuk
membangkitkan pemahaman masyarakat, (2) perencanaan program lembaga
adat, (3) peran lembaga adat untuk membangkitkan kreatifitas kebudayaan.
20 Alvin Are Tunang,Strategi Lembaga Pemangku Adat Kota Palembang Dalam
Melestarikan Budaya Lokal Palembang (Studi Kasus Lembaga Adat Kecamatan Seberang
Ulu I Kota Palembang), Skripsi, Tahun 2018.
Untuk mengumpulkan data dari informan maka peneliti menerapkan tiga
teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara dan studi dokumen.21
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Pasca Agustina yang berjudul
”Upaya Pemerintah Kampung Adat Kuala Gasib Kecamatan Koto Gasib
Kabupaten Siak Dalam Melestarikan Adat Istiadat Tahun 2015-2016”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan beberapa
informan yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini di laksanakan di
kampung adat kuala gasib kecamatan koto gasib kabupaten siak. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah: observasi,
wawancara dan dokumentasi.22
Ketiga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Alvin Are Tunang dengan
judul “Strategi Lembaga Pemangku Adat Kota Palembang Dalam Melestarikan
Budaya Lokal Palembang (Studi Kasus Lembaga Adat Kecamatan Seberang
Ulu Kota Palembang)”. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif,
sedangkan jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis deskriptif
kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja
yang berlaku. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam
pendekatan yakni pendekatan sosiologi dan pendekatan antropologi. Wilayah
penelitian yang dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini adalah pada
lembaga pemangku adat kota Palembang di kecamatan seberang ulu I kota
21 Christeward Alus, “Peran Lembaga Adat Dalam Melestarikan Kearifan Lokal Suku
Sahu Di Desa Balison Kec Sahu Kab Halmahera Barat,”jurnal acta diurnal, Vol III.No 4.Tahun
2014. 22 Pasca Agustina, Upaya Pemerintah Kampong Adat Kuala Gasip Kecamatan Koto
Gasip Kabupaten Siak Dalam Melestarikan Adat Istiadat Tahun 2015-2016, Jurnal Fisip, Vol.
4, No. 1, Tahun 2017.
Palembang. Secara garis besar sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua macam yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode yang
digunakan adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu
dengan cara menghubungkan data, membandingkan data dan
menginterpretasikannya guna menghasilkan suatu kesimpulan secara
deduktif.23
Penelitian yang saya lakukan dengan judul upaya lembaga adat desa
jangga baru kabupaten Batanghari provinsi jambi dalam melestarikan kearifan
lokal budaya bumi adat serentak bak regam. Dengan menggunakan metode
kualitatif bersifat deskriptif, melalui data primer dan data sekunder. Dalam
penelitian ini saya menggunakan studi lapangan yang dilakukan melalui
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka melalui buku, undang-
undang dan media informasi lainnya. Adapun tujuan dari penelitian yang saya
lakukan ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya dari pemerintah dalam
upaya pelestarian budaya bumi adat serentak bak regam.
23 Alvin Are Tunang,Strategi Lembaga Pemangku Adat Kota Palembang Dalam
Melestarikan Budaya Lokal Palembang (Studi Kasus Lembaga Adat Kecamatan Seberang
Ulu I Kota Palembang), Skripsi, Tahun 2018.
21
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperoleh temuan dilapangan
mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Salah satu alasan
menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman peneliti dimana
metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang
tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang
sulit untuk dipahami secara memuaskan.24
Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif memusatkan
perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya
pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi pada saat sekarang.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau data yang
dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan
24 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif,” Equilibrium, Vol.5, No.9, (2009),
hlm.2.
penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
ini juga disebut data asli atau data baru.25
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-suumber yang telah ada.
Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-
laporan penelitian terdahulu.
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data
dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah orang
atau narasumber. Posisi narasumber sangat penting, tidak hanya sekedar
memberi respon melainkan juga sebagai pemilik informasi. Jadi sumber
data dalam penelitian ini adalah orang atau narasumber di Desa Jangga
Baru.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk mengumpulkan
bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian yang dapat berupa data,
fakta, gejala maupun informasi yang sifatnya valid (sebenarnya), realible
(dapat dipercaya), dan objektif (sesuai dengan kenyataan).
1. Studi Lapangan, studi lapangan ini dimaksudkan agar penulis langsung
melakukan penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan.
Teknik pengumpulan data studi lapangan ditempuh dengan cara
sebagai berikut:
25 Iqbal hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta, PT Bumi Aksara,
(2009), hlm.19.
a. Observasi, observasi (pengamatan) adalah cara pengumpulan data
dengan terjun dan melihat langsung kelapangan (laboratorium)
terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel).26
Observasi
adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-
peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang
kemudian dicatat seobjektif mungkin.
b. Wawancara, wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara
peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk
Tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan
mimic responden merupakan pola media yang melengkapi kata-
kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya menangkap
pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,
pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden yang
bersangkutan.27
Adapun dalam teknik wawancara ini informan dari
penelitian yang saya lakukan adalah Kepala Desa dan LAD
(lembaga adat desa).
Informan Penelitian :
No Nama Jabatan Ket
1 Muhammad Kepala Desa
2 Imam Barowi Ketua Adat
26 Ibid., hlm.23.
27 W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT Grasindo, (2007), hlm.116-119.
3 Nur Syakilah Anggota LAD
4 Syamsuddin Sekretaris LAD
5 Margono Wakil BPD
6 Eka Muslimah Anggota BPD
7 Pardi Masyarakat
8 Khalimik Tokoh
masyarakat
9 Tumarno Kasi
Pemerintahan
10 Ihsan Anggota LAD
11 Munawar Da’i
12 Karyoto Kadus 1
13 Karyono Masyarakat
14 Tohir Masyarakat
15 Khoirudin Masyarakat
c. Dokumentasi, dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan
metode dokumentasi atau kepustakaan untuk memperkuat
kebenaran data yang akan dianalisis. Metode dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data dari dokumen resmi internal berupa
memo, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya.
Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tak terbatas oleh ruang
dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam.28
Teknik ini
28 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya
Ilmiah, Jakarta, Prenada Media Group, (2012), hlm.141.
dilakukan untuk melengkapi teknik observasi dan teknik
wawancara secara mendalam.
2. Studi Pustaka
Yaitu dengan membaca buku, undang-undang, dan media
informasi lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
D. Teknik Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.29
Neong Muhadjir
mengemukakan pengertian analisis data sebagai upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Dicermati dari pengertian
analisis data tersebut, maka dapat dipahami bahwa kegiatan analisis data
kualitatif menyatu dengan aktifitas pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lapangan tentu berkaitan dengan teknik
penggalian data, dan ia berkaitan pula dengan sumber data dan jenis
data, setidaknya sumber data dalam penelitian kualitatif berupa: (1)
kata-kata dan (2) tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
29 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta, PT Bumi Aksara,
(2009), hlm.29.
dokumen atau sumber data tertulis, foto dan statistik. Kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video, pengambilan foto, atau film. Sedangkan
sumber data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemutusan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung
terus- menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual
penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data
yang dipilih peneliti.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat
berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah
kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
4. Penarikan kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus
selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti berbeda-beda, mencatat keteraturan pola-
pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka,
dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum
jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar
dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung, dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2)
tinjauan ulang catatan lapangan, (3) tinjauan kembali dan tukar pikiran
antar teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif,
(4) upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan
dalam seperangkat data yang lain.30
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara berurutan, pembahasan
dalam penulisan skripsi mempunyai sistematis sebagai berikut:
30 Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif,” Jurnal Alhadharah, Vol.17, No.33,
(Januari-Juni 2018), hlm.84-94.
Pembahasan diawali dengan Bab I, pendahuluan. Adapun pada Bab
ini berisikan tentang:
1. Latar Belakang Masalah.
2. Rumusan Masalah
3. Batasan Masalah.
4. Tujuan dan Kegunaan penelitian.
5. Kerangka Teori.
6. Tinjauan Pustaka.
Kemudian pada Bab II, membahas tentang metodologi penelitian,
dengan sub-sub sebagai berikut:
1. Pendekatan penelitian.
2. Jenis dan sumber data.
3. Teknik pengumpulan data.
4. Teknik analisis data.
5. Sistematika penulisan.
6. Jadwal penelitian.
Dalam Bab III, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian.
Dimana penelitian akan dilakukan di Desa Jangga Baru Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi.
Selanjutnya Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian.
Yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja kearifan lokal masyarakat Desa Jangga Baru dalam kegiatan
adat Serentak Bak Regam.
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh lembaga adat Desa Jangga Baru
dalam pelestarian kearifan lokal budaya Serentak Bak Regam.
3. Upaya yang diterapkan oleh lembaga adat Desa Jangga Baru dalam
melestarikan kearifan lokal budaya adat Serentak Bak Regam.
Penelitian ini diakhiri dengan Bab V, yaitu Bab penutup yang terdiri
dari:
1. Kesimpulan.
2. Saran.
Serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran, dan curriculum vitae.
Kesimpulan ditarik dari pembuktian dan masalah. Kesimpulan bukan
resume dari apa yang ditulis dahulu. Kesimpulan adalah jawaban masalah
dari data yang telah diperoleh.
F. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian ini, maka
penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut:
NO Nama Kegiatan
Tahun 2020-2021
Maret April Mei-
September
Oktober Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul x
2 Pembuatan
Proposal
X
3 Pengajuan Dosen
Pembimbing
x
4 Seminar Proposal x
5 Perbaikan Proposal x
6 Izin Riset X
7 Pelaksanaan Riset x
8 Penyusunan data x
9 Ujian Munaqasah
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa
Desa Jangga Baru adalah Desa berasal dari transmigrasi Perkebunan
Inti Rakyat (PIR) pada tahun 1983 yang rata-rata penduduknya
didatangkan dari pulau Jawa, antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur yang diberangkatkan pada masa Orde Baru dan sedikit penduduk
lokal.
Jangga Baru dahulunya masih masuk dalam wilayah Durian Luncuk
pada saat masuknya transmigrasi. Maka berdasarkan program transmigrasi
pemerintah pada masa Orde Baru tersebut, wilayah Durian Luncuk
membebaskan dan/atau melepaskan sebagian wilayahnya untuk daerah
transmigrasi.
Nama Jangga Baru dari nama sungai yang melintas di tengah-tengah
Desa yang daerah ilir sungai itu sampai di Desa Jangga (Desa Jangga Aur),
karena meupakan Desa yang baru terbentuk maka diberrilah nama Jangga
Baru. Desa Jangga Baru pertama kali terbentuk pada tahun 1983 dengan
jumlah kepala keluarga lebih kurang 500 KK yang sebagian besar
merupakan warga transmigran dan sebagian penduduk lokal.31
Sebelum ada pemerintahan defenitif Desa Jangga Baru dibawah
naungan Kepala Unit Pemukiman Transmigran (KUPT). Setelah tahun
31 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
1987 maka dibentuklah Pejabat Sementara (PJS) yang saat itu dijabat oleh
bapak Ibrohim. Setelah tahun 1990 barulah dipilih Kepala Desa sebagai
pemimpin pemerintahan desa, maka berdasarkan musyawarah terpilihlah
Bapak Imam Barowi sebagai Kepala Desa pertama, beliau menjabat dari
tahun 1990 s/d 1998, kemudian dilanjutkan kembali oleh Bapak Hadi
Suyadi dari tahun 1998 s/d 2006.
Pada tahun 2006 terjadi pemilihan Kepala Desa kembali yang pada
saat itu Bapak Hadi Suyadi memenangkan kembali untuk periode yang
kedua kalinya tetapi ada beberapa kendala, maka akhirnya dipilihlah
Bapak Muhammad sebagai PJS dari tahun 2006 s/d 2008. Kemudian
Bapak Khalimi memenangkan kompetisi dalam pencalonan Kepala Desa
sehingga beliau dilantik sebagai Kepala Desa Defenitif dari tahun 2008 s/d
2011, beliau menjabat hanya 3 tahun karena mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai Kepala Desa. Kemudian dilanjutkan oleh PJS yang
bernama Sukri yang sebelumnya menjabat sebagai Kaur Pembangunan
Desa Jangga Baru dari tahun 2011 s/d 2012. Kemudian pada bulan oktober
2012 terpilihlah Bapak Yendra Buana sebagai Kepala Desa Jangga Baru
sampai dengan tanggal 8 Agustus 2014, beliau meninggal dunia dalam
masa jabatanya sehingga diangkatlah Bapak Syaiful Amrah,S.IP sebagai
Pejabat Sementara (PJS) dari staf Kasi Pemerintahan Kecamatan Batin
XXIV sampai dengan tanggal 9 september 2016.32
32 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Pada tanggal 9 september 2016 Kepala Desa Jangga Baru Bapak
Muhammad terhitung sejak tanggal pelantikan yang masa jabatanya dari
tahun 2016 s/d 2022. Beliau juga pernah menjabat sebagai PJS Kepala
Desa Jangga Baru tahun 2006 s/d 2008.33
B. Letak Geografis
Secara geografis Desa Jangga Baru terletak dibagian tenggara
Kabupaten Batanghari dengan luas wilayah lebih kurang 3.084,73 Ha dan
berada pada posisi 1o20 lintang selatan sampai dengan 1
o40 dan
diantaranya 103o8 bujur timur sampai dengan 103
o75 bujur barat dengan
batas sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Jangga, Kecamatan Batin XXIV
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Terentang Baru, Kecamatan
Batin XXIV
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jangga, Kecamatan Batin XXIV
4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bulian Baru, Kecamatan Batin
XXIV.
Luas wilayah Desa Jangga Baru adalah ±3,084,73 Hektar yang terdiri
dari:
1. Tanah pekarangan pemukiman rakyat = ±125 Ha
2. Tanah perkebunan plasma = ±1.000 Ha
3. Tanah perkebunan lahan pangan = ±375 Ha
4. Tanah kas Desa (TKD) = ±10 Ha
33 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
5. Tanah restan (R) = ±182,23 Ha
6. Tanah Hutan Cagar Alam = ±42,5 Ha
7. Tanah HGU PTP Nusantara VI Durlu = ±1.350 Ha.
Keadaan Tepografi Desa Jangga Baru dilihat secara umum
keadaannya merupakan daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit yang
dialiri oleh sungai yaitu biasa disebut masyarakat setempat dengan
sebutan Sungai Jangga.
Desa Jangga Baru beriklim tropis hal tersebut mempengaruhi pola
perekonomian penduduk setempat yaitu dalam bercocok tanam yang
sebagian besar masyarakat bergerak dibidang pertanian karet dan baru
sebagian kecil dibodang kelapa sawit yang baru masa tanam.
Belakangan ini harga getah yang menurub drastis membuat
perekonomian dadn pendapatan masyarakat menurun drastis.34
C. Orbitas / Jarak Antar Ibu Kota
Jarak (KM) Desa
Jangga Baru
Ibu Kota
Kecamatan
Ibu Kota
Kabupaten
Ibu Kota
provinsi
Desa
Jangga Baru
0 30 35 105
Ibu Kota
Kecamatan
30 0 40 140
Ibu Kota 35 40 0 70
34 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Kabupaten
Ibu Kota
Provinsi
105 140 70 0
Keterangan :
1. Jarak Desa Jangga Baru kepada Kecamatan berkisar 30 KM, dengan
jarak yang cukup jauh ini juga menjadi salah satu hambatan bagi
pemerintah desa, apalagi mengingat akses jalan yang sudah rusak dan
berlobang.
2. Jarak Desa Jangga Baru dengan Kabupaten memiliki akses jalan, yaitu
:
a. Akses jalan dari Desa ke Kecamatan 35 KM dan jarak Kecamatan
ke Kabupaten 40 KM, jadi akses jalan ini apabila melalui
Kecamatan berjarakn ±75 KM dan/atau memakan waktu ±21/2 jam.
Karena jalan ini seperti berputar.
b. Akses jalan langsung menuju Kabupaten sekitar 35 KM, jalan ini
merupakan jalan yang efektif dan paling banyak digunakan
masyarakat karena langsung menuju ke Kabupaten dan Provinsi
dengan perjalanan yang memakan waktu 11/2 jam dan inipun
karena kondisi jalan yang rusak parah akibat angkutan yang
melebihi kapasitas.35
35 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Tabel Sumber Daya Alam Berdasarkan Peraturan Bupati No. 28
Tahun 2016 :
NO URAIAN SUMBER DAYA ALAM VOLUME SATUAN
1 Sungai Jangga 1.500 Kg
2 Hutan cagar alam durian luncuk II 42,5 Ha
3 Perkebunan kelapa sawit PTP. Nusantara VI 1.350 Ha
4 Kebun karet masyarakat 1.075 Ha
5 Kebun kelapa sawit masyarakat 300 Ha
Cagar alam Durian Luncuk II berdasarkan letak wilayahnya berada
dalam wilayah Desa Jangga Baru dengan tumbuhan khasnya yang menjadi
objek penelitian bagi mahasiswa dalam daerah bahkan mahasiswa asing.
Hutan cagar alam Durian Luncuk II hingga saat ini kondisinya sangat
aman, ini dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat setempat yang tinggi
tentang pentingnya htan, sehingga iklimnya dapat terjaga dan
keseimbangan alamnya.36
D. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi modal pembangunan, terhitung sejak bulan juni
tahun 2019 jumlah penduduk Desa Jangga Baru ±3.278 jiwa dengan
36 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
jumlah kepala keluarga ±949 kepala keluarga. Agar dapat menjadi dasar
pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas
SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga
potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan,
khususnya pembangunan Desa Jangga Baru untuk 6 tahun kedepan.
Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain
perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta
strukturnya.
Tabel jumlah penduduk berdasarkan jumlah jiwa :
Laki-laki Perempuan Jumlah total
1.706 Jiwa 1.572 Jiwa 3.278 Jiwa
Tabel jumlah berdasarkan kepala keluarga :
Kepala keluarga laki-laki Kepala keluarga perempuan Jumlah total kepala keluarga
875 KK 61 KK 949 KK
1. Pertumbuhan jumlah penduduk
Jumlah penduduk Desa Jangga Baru cenderung meningkat karena tingkat
kelahiran lebih besar daripada kematian serta penduduk yang masuk lebih
besar dari pada penduduk yang keluar, berikut ini tabel laju pertumbuhan
penduduk Desa Jangga Baru Tahun 2018-2019 :37
37 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
No Rukun tetangga
Jumlah penduduk (Jiwa)
2018 2019
1 RT 01 140 132
2 RT 02 77 112
3 RT 03 95 100
4 RT 04 118 122
5 RT 05 120 113
6 RT 06 183 176
7 RT 07 182 162
8 RT 08 169 170
9 RT 09 139 141
10 RT 10 65 77
11 RT 11 138 142
12 RT 12 127 108
13 RT 13 129 139
14 RT 14 96 97
15 RT 15 110 125
16 RT 16 153 166
17 RT 17 135 137
18 RT 18 126 128
19 RT 19 163 175
20 RT 20 123 157
21 RT 21 109 132
22 RT 22 197 142
23 RT 23 186 157
24 RT 24 96 96
25 RT 25 94 72
Jumlah Penduduk 3.270 Jiwa 3.278 Jiwa
2. Tingkat kepadatan penduduk
Persebaran penduduk di Desa Jangga Baru relative merata, secara absolut
jumlah penduduk pada tiap-tiap rukun tetangga terlihat terjadi perbedaan
jumlah penduduk, hal ini terjadi karena luas wilayah masing-masing RT
berbeda. Maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda pad tahun
2019. Sedangkan untuk RT dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi adalah RT 06, 07, 22 dan RT 23 merupakan wilayah Desa Jangga
Baru dengan tingkat kepadatan penduduk yaitu 203 jiwa per Km2.
Sementara itu RT 10 merupakan tingkat kepadatan terendah yaitu dengan
tingkat kepadatan 57 jiwa per Km2.38
3. Struktur penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin :
Berdasarkan struktur umur, penduduk Desa Jangga Baru tergolong
penduduk usia muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk dengan
usia kelompok umur 6-10 dan 11-15 tahun merupakan yang terbanyak
jumlahnya masing-masing 387 dan 372 jiwa. Kemudian disusul penduduk
38 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
dengan usia 71 keatas yang merupakan jumlah terendah karena jumlah
kematian lebih banyak di usia ini hanya mencapai 225 jiwa. Rasio jenis
kelamin penduduk Desa Jangga Baru menunjukkan bahwa penduduk
perempuan relative lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
Tabel struktur penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Desa Jangga Baru tahun 2019 :39
No Kelompok umur Tahun 2019
LK PR Jumlah
1 0-5 207 162 369
2 6-10 137 143 280
3 11-15 191 133 324
4 16-20 148 141 289
5 21-25 130 126 256
6 26-30 160 127 287
7 31-35 142 140 282
8 36-40 133 122 255
9 41-45 100 105 205
10 46-50 101 99 201
11 51-55 92 102 194
12 56-60 76 91 167
13 61-65 43 89 132
39 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
14 66-70 33 53 86
15 71 keatas 43 59 102
Jumlah 1.736 1.601 3.337
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan
sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia, sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu
pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting oleh
pemerintah terutama keluarga. Pada saat ini SDM di Desa Jangga Baru
cukup baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.40
4. Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat
kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya
keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya mendorong munculnya
lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program
pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi
pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika
pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang
40 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
lebih maju. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingakt rata-rata
pendidikan warga Desa Jangga Baru.
Tebel tingkat penddikan penduduk berdasarkan persentase :
No Tingkat Pendidikan Persentase (o/o)
1 Tamat SD 6
2 Tamat SMP 8
3 Tamat SMA 13
4 Tamat perguruan tinggi 4
5 Pelajar SD 18
6 Pelajar SMP 17
7 Pelajar SMA 15
8 Mahasiswa 6
9 Tidak sekolah dan putus sekolah 3
10 Belum sekolah 10
Jumlah 100 o/o
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa di Jangga Baru untuk anak
balita / usia dini 10%, penduduk yang tidak sekolah dan putus sekolah
yaitu sebesar 3%, kemudian yang memiliki bekal pendidikan dasar 18%
dan tamat SD yaitu 6%, sementara yang tamat SLTP 8% dan yang masih
belajar 17%, sementara untuk tamat SMA 13% dan yang masih belajar
15%, sedang pendidikan di perguruan tinggi hanya 6%, serta yang selesai
dari perguruan tinggi hanya 4%.41
5. Kesehatan
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Jangga Baru antara lain
dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola penyakit. Status kesehatan
masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indicator kesehatan
seperti maningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian
bayi.
Tahun Baik Kurang Buruk
2018 300 orang 35 orang 5 orang
2019 3.242 orang 37 orang 2 orang
6. Kehidupan Beragama
Penduduk Desa Jangga Baru yang menganut agama islam 93%, agama
Kristen 5%, agama katolik 2% sedangkan agama hindu dan budha adalah
0%. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kehidupan beragama
berjalan dengan baik, karena banyaknya kesadaran masyarakat untuk
saling menghormati dan menghargai perbedaan agama yang ada, baik
dalam peribadatan maupun dikehidupan sosial. Berikut tabel jumlah
penduduk berdasarkan agama yang dianut :
41 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
No Agama Jumlah penganut
1 Islam 2.898
2 Kristen 102
3 Katolik 120
4 Hindu 0
5 Budha 0
Jumlah 3120
7. Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Wanita dan anak merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan
pembangunan dan keberhasilan pembangunan Desa Jangga Baru. Wanita
dan anak-anak juga berperan penting dalam laju pertumbuhan penduduk
dan tingkat kepadatan suatu daerah. Wanita dan anak dari komposisi
penduduk Desa Jangga Baru tahun 2019 jumlah penduduk wanita
mencapai 1.459 jiwa atau sekitar 40% dari total penduduk berjumlah 3.120
jiwa.
Masih tertinggal peran perempuan dan kualitas hidup perempuan dan anak
diberbagai bidang pembangunan antara lain ditandai belum optimalnya
partisipasi kaum perempuan dan pemuda dalam pembangunan, hal itu
terlihat dari prestasi pemuda dalam bidang seni budaya dan olah raga
masih rendah.42
8. Pertumbuhan Ekonomi
42 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Belakangan ini pertumbuhan ekonomi di Desa Jangga Baru sangat
menurun drastis, hal ini diakibatkan terjadinya bencana alam kebakaran
lahan masyarakat pada bulan oktober tahun 2019, dimana lahan atau kebun
masyarakat dengan tanaman komoditi penghasil getah kaet dilahap si jago
merah. Dengan kondisi ini pemerintah Desa Jangga Baru tidak ttinggal
diam untuk memberikan motifasi masyarakat agar tidak putus asa, salah
satunya pemerintah desa juga mencari bantuan bibit karet bersubsidi
beserta pupuk melalui kerjasama dengan dinas perkebunan bahkan bibit
kelapa sawit. Bahkan bibit lain sebagai penumpang sari seperti bibit
kedelai dan jagung, namun sangat disayangkan dari tumpang sari tersebut
tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, gagal panen akibat tanah
yang terbakar tersebut masih banyka zat asam dan zat kapur sehingga
tanaman masyarakat seperti padi juga gagal panen. Kondisi batang
berwarna kunig dan makin membusuk.
Dengan kondisi perekonomian Desa Jangga Baru yang baru saja
mengalami keterpurukan, maka kepala desa berupaya mendatangkan
pengusaha atau pihak-pihak yang ingin diajak bernitra dengan masyarakat.
Penurunan pertumbuhan ekonomi pada masyarakat salah satunya akibat
harga getah karet yang semakin menurun, sehingga hasil produktifitasa
masyarakat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup apalagi
menyangkut dengan biaya anak-anak mereka yang mengecam pendidikan
sampai dengan perguruan tinggi. Semua itu dapat dirasakan oleh sebagian
besar masyarakat yang sudah sangat minim pengahasilannya yang dipicu
oleh sudah tuanya tanaman produktif mereka dan bencana kebakaran yang
telah terjadi. Namun ada sebagian masyarakat yang mampu mendirikan
usaha terutama orang yang memiliki pengeahuan yang luas, dari jenis
pekerjaan pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil
usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari
pemerintah, inilah yang menyebabkan belum terlepas dari angka
kemiskinan.
Sebagian kecil masyarakat juga sudah mencapai keberhasilan, dimana
persentase mata pencaharian PNS mencapai 1,8% atau 57 orang baik dari
tenaga pendidik, polisi maupun pemerintah. Kesadaran masyarakat mulai
muncul akan pentingnya untuk menjangkau keberhasilan untuk mejalani
kehidupan.43
Berikut tabel mata pencarian penduduk Desa Jangga Baru tahun 2019 :
No Mata pencaharian Jumlah (org) Jumlah persentase (%)
1 Petani 622 19,95%
2 Buruh tani 144 4,65%
3 Pedagang 118 3,78%
4 Peternak 17 0,54%
5 Serabutan 239 7,65%
6 Perabot 10 0,29%
7 PNS/TNI/POLRI 57 1,82%
43 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
8 Tenaga honor 30 0,97%
9 Ibu rumah tangga 737 23,65%
10 Sopir 51 1,68%
11 Buruh bangunan 59 1,86%
12 Nelayan 0 0%
13 Pertambangan 0 0%
14 Bengkel 24 0,77%
15 Belum bekerja 822 26,32%
16 Tidak bekerja 189 6,07%
Jumlah 3120 100%
9. Pembagian Wilayah Desa
Desa Jangga Baru terdiri dari lima Dusun dengan perincian sebagai
berikut:
a. Dusun pandan kuning, terdiri dari RT. 01, 02, 03, 04, 05, dan 06.
b. Dusun pandan arun, terdiri dari RT. 07, 08, 09, 10, dan 11.
c. Dusun pandan sari, terdiri dari RT. 12, 13, 14, 15, 16, dan 21.
d. Dusun pandan wangi, terdiri dari RT. 17, 18, 19, dan 20.
e. Dusun biring kuning, terdiri dari RT. 22, 23, 24, dan 25.
Akan tetapi dusun 5 (biring kuning) merupakan dusun yang
masyarakatnya adalah karyawan PTP Nusantara VI Durian Luncuk,
namun pada pemilihan legislaitf, eksekutif, dan pemilihan kepala daerah
masyarakat tersebut yang mata pilihnya dalam acara-acara pemilu maupun
pemilihan kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa Jangga Baru
mengikuti mata pilih di Deasa Jangga Baru, namun untuk segi kebutuhan
bantuan ataupun pembangunan dusun ini ditanggung oleh PTP Nusantara
VI Durian Luncuk.
PTP Nusantara VI Durian Luncuk meruupakan perusahaan yang memiliki
BUMN yang skala produktifitasnya bergerak dibidang perkebunan kelapa
sawit. PTP Nusantara VI Durian Luncuk juga merupakan perusahaan
dimana dapat berdirinya Desa Jangga Baru, Terentang Baru dan Bulian
Baru serta lima Desa lain yang memasuki wilayah Kabupaten
Sarolangun.44
44 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
E. Kondisi Pemerintahan Desa
1. Susunan struktur organisasi Pemerintah Desa Jangga Baru :45
45 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
KEPALA DESA
MUHAMMAD SEKRETARIS DESA
SUWARNO
KAUR UMUM
SLAMET
WAHYUDI
KAUR
KEUANGAN
SAPRIL SAIFUDIN
Kasi Kesra Pemuda
Dan Olahraga
ASMU’I
Kasi Pemerintahan
TUMARNO
STAF Kasi
Pemerintahan
RINI MUSTIKA
Kadus Pandan
Kuning
KARYOTO
Kadus Pandan
Sari
APRIYANTO
Kadus Pandan
Arum
BENNY
Kadus Biring
Kuning
SITI ROHAYA
Kadus Pandan
Wangi
AHMAD SUMIJAN
Ketua RT 01
Paino
Ketua RT 02
Suroto
Ketua RT 03
Tasrib
Ketua RT 06
Casrudin
Ketua RT 05
Rosidin
Ketua RT 04
Paijan Ketua RT 10
Poniam
Ketua RT 09
Ade Wahyudi
Ketua RT 08
Fredy
Ketua RT07
Edi Hartono
Ketua RT 11
Jaenudin
Ketua RT 21
Sumirih
Ketua RT 16
Sidik A
Ketua RT 15
Sakir
Ketua RT 14
Warno
Ketua RT 13
Ersi J
Ketua RT 12
Slamet R
Ketua RT 25
Slamet A
Ketua RT 24
Talata M
Ketua RT 23
Rochim
Ketua RT 22
Zulkifli
Ketua RT 20
Hartono
Ketua RT 19
Sainem
Ketua RT 18
Supardi
Ketua RT 17
Suwoto
2. Susunan organisasi Badan Permusyawaratan Desa Jangga Baru :46
46 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Ketua BPD
ERSI JAMALUDIN
Wakil Ketua BPD
MARGONO
Anggota
EKA MUSLIMAH
Anggota
ROMLI
Sekretaris BPD
ELIX SOLA
3. Susunan organisasi Lembaga Adat Desa Jangga Baru :47
47 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari tahun 2019
KetuaLAD
IMAM BAROWI
Sekretaris LAD
SYAMSUDDIN
Anggota
IHSAN
Anggota
NUR SYAQILAH
Anggota
JAMILIN
Anggota
MUNAWAR
Anggota
BABAN SABANA
Anggota
M. YASIR
F. Visi Dan Misi
1. Visi
Visi dalam hal ini adalah visi pemeintahan Desa, yaitu visi kepala
Desa. Visi Pemerintahan Desa pada dasarnya merupakan pandangan
ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Desa dalam
periode 2016-2022. Fungsi pemerintah Desa terutama sebagai arah
bagi perjalanan pemerintah Desa dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Visi bukan mimpi dan bukan slogan, tetepi suatu janji
yang harus diwujudkan dan dapat diarahkan ketercapaiannya.48
Dalam upaya mewujudkan harapan dan aspirasi stakeholder serta
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka pernyataan visi Desa
Jangga Baru adalah :
“DESA JANGGA BARU YANG MANDIRI, BERIMAN DAN
BERTAQWA”
Dari Visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mandiri
Kemandirian dalam hal ini meliputi dua sisi yaitu pemerintah Desa
dan masyarakat. Oleh karena itu ketercapaian kemandirian dapat
dilihat dari adanya peningkatan kemampuan pemerintah Desa dan
meningkatkan kemampuan masyarakat agar peran serta dan/atau
partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan Desa.
b. Beriman dan Bertaqwa
42Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Iman dan taqwa merupakan sikap manusia terhadap tuhannya.
Masyarakat Desa Jangga Baru adalah masyarakat yang beragama.
Sikap orang yang beragama adalah selalu meningkatkan dan
memelihara iman dan taqwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu dalam membuat kebijakan pembangunan Desa juga
selalu memperhatikan hal tersebut.
Dari uraian diatas, maka ketercapaian visi kepala desa dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Makin kuatnya kelembagaan Pemerintah Desa.
2. Makin meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan.
3. Makin baiknya kebijakan-kebijakan pemerintah desa dalam
penyelenggaraan roda pemerintahan Desa.
4. Makin baiknya kualitas pembangunan desa di segala bidang.
5. Makin meningkatnya kesejahteraan kehidupan dari masyarakat.
6. Pemberdayaan sector pertanian.
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Misi
Misi dalam hal ini adalah misi kepala desa. Misi pada dasarnya
merupakan penjabaran atau operasionalisasi dari visi. Merupakan
bidang-bidang yang akan diarungi untuk menuju tercapainya visi yang
telah ditetapkan. Misi juga beberapa outpu-output yang pernah
diciptakan terlebih dahulu untuk mewujudkan visi. Misi juga
merupakan beban amanah yang akan dipikul dan di selesaikan demi
terwujudnya visi yang telah dijanjikan.
Untuk mewujudkan visi kepala desa sebagaimana rumusan diatas,
maka dirumuskan misi (beban kinerja yang harus dilaksanakan)
sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pemerintahan desa yang efisien, efektif, dan
bersih dengan mengutamakan masyarakat.
b. Menigkatkan sumber pendanaan pemerintahan dan pembangunan
desa.
c. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam
pelaksanaan pembangunan Desa.
d. Meningkatkan kualitas sumberr daya manusia dalam pembangunan
Desa yang berkelanjutan.
e. Mengembangkan perekonomian Desa.
f. Menciptakan rasa aman, tenteram, dalam suasana kehidupan Desa
yang Demokratis dan Agamis.
Rumusan misi tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :49
Misi 1: Menyelenggarakan Pemerintahan Desa Yang Efisien,
Efektif Dan Bersih
Tujuan pemerintah secara garis besar ada 3 hal yaitu:
1. Membina / mengembangkan,
49 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
2. Membangun / memberdayakan, dan
3. Melindungi seluruh masyarakat.
Untuk mewujudkan tiga tujuan tersebut maka diciptakan suatu
kelembagaan pemerintahan yang mengacu kepada prinsip-prinsip
manajemen antara lain efisien dan efektif serta prinsip “clean
government” yaitu pemerintah yang bersih, oleh karena itu aparat
pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus harus
secara professional, produktif, dan transparan serta akuntabel.
Misi 2: meningkatkan sumber-sumber pendanaan pemeintahan
dan pembangunan desa
Dana Bagi Penyelenggaraan Pemerintah Desa merupakan elemen
mutlak yang harus ada. Visi dan misi tidak akan terwujud tanpa
tersedianya dana. Oleh karena itu pemerintahan yang kuat ditandai
cukup dan beragamnya sumber-sumber dana yang dimilikinya.
Tujuan pokok dalam kaitannya dengan penyediaan sumber dana adalah
mengembangkan sumber pendanaan pemerintahan dan pembangunan
desa dengan menggali, mengoptimalkan pendapatan asli desa dan
menggerakkan swadaya masyarakat desa serta melakukan koordinasi
dengan pemerintah atas desa.50
50 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
Misi 3: mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa dan
kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan desa
Pembangunan pada dasarnya merupakan tugas pemerintah dan
masyarakat. Dalam alam demokrasi ini diharapkan peranan masyarakat
lebih dominan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Sebagai upaya
menuju sasaran tersebut, maka salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah pemberdayaan masyarakat lebih terprogram dan terarah. Disisi
lain untuk meningkatkan kemampuan masyarakat perlu kemitraan
dengan pihak lain. Kemitraan tidak hanya memperkuat dalam hal
pendanaan, tetapi dalam kemitraan akan terjadi transfer pengetahuan,
teknologi dan manajemen yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan kualitas usaha.51
Misi 4: meningkatkan sumber daya manusia dalam pembangunan
desa yang berkelanjutan
Pembangunan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara sumber
daya, teknologi dan kebijakan. Sumber daya terdiri dari sumber daya
manusia dan sumber daya non manusia. Sebagai sumber daya dan
sekaligus sebagai pengambil manfaat dari pembangunan maka
diperlukan manusia-manusia yang cerdas dan memiliki moral yang
tinggi. Upaya kongkrit untuk meningkatkan kualitas sumber daya
45Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
manusia antara lain dengan meningkatkan pendidikan, kesehatan dan
pendapatannya.
Misi 5 : mengembangkan perekonomian desa
Salah satu masalah yang mendasar yang dihadapi dalam pembangunan
desa, sebagai dampak krisis ekonomi adalah besarnya tingkat
pengangguran yang bermuara dengan meningkatnya jumlah penduduk
miskin. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
mendasar tersebut adalah menggerakkan sector perekonomian desa
dengan memperluas akses masyarakat desa ke sumber-sumber daya
produktif, untuk pengembangan usaha seperti lahan, prasarana social
ekonomi, permodalan, informasi, teknologi, dan pasar.52
Misi 6 : menciptakan rasa aman dan tenteram dalam suasana
kehidupan masyarakat desa yang demokratis dan agamis
Pembangunan demokrasi pada umumnya akan menyentuh lapangan
antara lain politik/kekuasaan, hak dan kewajiban serta hak asasi
manusia. Sedangkan pembangunan dibidang keagamaan adalah untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang agamis yang akan bermuara
pada terbentuknya moral masyarakat yang tinggi. Namun demikian
dua kehidupan tersebut tidak bisa berkembang apabila selalu ada
gangguan, baik gangguan alam maupun konflik dalam masyarakat atau
dengan kata lain masyarakat tidak ada rasa aman dan tenteram. Selain
46Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
itu rasa aman dan tenteram juga mendorong produktifitas masyarakat
lebih tinggi.
Dari uraian tersebut diatas, maka pencapaian misi kepala desa dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
1. Terselenggaranya tugas-tugas pemerintahan desa secara efektif.
2. Tersusunya program program pembangunan desa secara efektif dan
efisien.
3. Penggunaan dana yang makin terarah dan efisien/benar.
4. Terlaksananya pengawasan melekat yang efektif.
5. Meningkatnya jumlah dan keragaman sumber-sumber pendanaan
desa.
6. Meningkatnya kemandirian masyarakat, terutama dalam bidang
pendanaan pembangunan.
7. Meningkatnya ketertiban masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan.
8. Meningkatnya kemampuan masyarakat mesngakses ke sumber-
sumber daya termasuk informasi.
9. Meningkatnya usaha kemitraan yang dilakukan oleh masyarakat.
10. Meningkatnay tingkat pendidikan masyarakat.
11. Meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat.
12. Berkembangnya produktifitas sector pertanian dan sektor-sektor
Rill ekonomi desa.53
53 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kearifan Lokal Masyarakat Desa Jangga Baru Dalam Kegiatan Adat
Serentak Bak Regam
Pada bidang budaya, masyarakat Desa Jangga Baru menjaga dan
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh
para leluhur. Hal ini terbukti masih berlakunya tatanan budaya serta
kearifan lokal adat istiadat pada setiap prosesi pernikahan dan acara
peringatan hari besar islam.54
1. Budaya Pada Prosesi Pernikahan
Sebelum pernikahan berlangsung, ada beberapa prosesi yang dilakukan
yang berkenaan dengan budaya yang dilakukan sejak turun temurun
dari generasi ke generasi selanjutnya. Adapun diantaranya sebagai
berikut: Hal pertama yang dilakukan yaitu prosesi lamaran dari pihak
laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Selanjutnya setelah
lamaran, rombongan dari pihak laki-laki kembali datang kepada pihak
perempuan dengan membawa seserahan yang telah diajukan oleh
pihak perempuan, prosesi ini disebut dengan ngantar adat. Dalam
prosesi pernikahan di desa Jangga Baru, diiringi oleh grup kompangan
saat arak-arak pengantin. Kompangan ini juga ikut berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan keislaman lainnya. Kegiatan kompangan ini
54 Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari Tahun 2019
dilakukan oleh para pemuda-pemudi dan para pelatih yang terdapat di
grup kompangan tersebut. Kegiatan kompangan ini menjadi salah satu
hal yang ditunggu-tunggu dan menarik perhatian masyarakat dalam
prosesi pernikahan di Desa Jangga Baru. Grup kompangan ini
melakukan latihan satu kali dalam seminggu, yaitu pada malam sabtu.
Latihan dilakukan di salah satu rumah warga yang berperan sebagai
pelatih sekaligus anggota grup, yaitu di kediaman Bapak Karyono.
Kemudian latihan dilakukan setiap malam ketika ada warga yang akan
melangsungkan pernikahan. Dalam prosesi pernikah selain di iringi
dengan kompangan juga di selingi oleh penampilan pencak silat.
Pencak silat ini dilakukan oleh satu atau dua orang warga. Pencak silat
dapat menarik perhatian para tamu undangan terutama tamu dari luar
Desa Jangga Baru. Kemudian setelah prosesi kompangan dan pencak
silat dilanjutkan dengan seloko dengan berbalas pantun yang
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan rombongan pihak laki-laki
dan penyerahan mempelai perempuan kepada pihak laki-laki.55
2. Budaya pada anak yang baru dilahirkan
Kemudian di Desa Jangga Baru terdapat kegiatan Berzanji, kegiatan
berzanji ini dilakukan untuk mengiringi acara tasyakuran bagi anak
yang baru lahir. Biasanya dilakukan pada hari ke tujuh kalahiran bayi
atau menjelang empat puluh hari. Berzanji ini dilakukan oleh para
tokoh agama dan pegawai syarak yang terdapat di Desa Jangga Baru.
55 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku ketua LAD Desa Jangga Baru
Kegiatan tasyakuran ini biasa di sebut dengan marhaba. Dalam acara
ini anak yang baru dilahirkan tersebut didandani menggunakan pakaian
adat kemudian diletakkan didalam perahu kecil dan diangkat
mengelilingi tempat acara berlangsung. Acara marhaba anak ini
menggunakan beberapa perlengkapan yaitu bendera dan telur yang
diberi tulisan nama anak yang baru dilahirkan tersebut yang kemudian
dibagikan kepada masyarakat yang datang dalam acara marhaba
tersebut. Selain itu kegiatan berzanji ini juga dilakukan ketika
memasuki bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, hingga tepat pada
tanggal kelahiran Nabi SAW yaitu pada tanggal dua belas Rabiul
Awal. Kegiatan berzanji ini dilakukan setelah solat magrib hingga
masuk waktu isya.56
3. Budaya pada musibah kematian
Kemudian kearifan lokal lainnya yang terdapat di Desa Jangga Baru
yaitu kegiatan kirim doa selama tujuh hari tujuh malam setelah wafat
salah satu warga. Warga yang datang tidak perlu diundang
sebelumnya, melainkan datang dengan rasa belasungkawa dan
toleransi antar sesama. Kegiatan ini dilakukan oleh warga masyarakat
laki-laki maupun perempuan. Untuk laki-laki dilakukan pada malam
hari selepas isya, sedangkan untuk perempuan dilakukan pada sore hari
yaitu setelah waktu ashar. Tidak hanya itu, kirim doa juga dilakukan
setelah subuh. Setelah solat subuh kirim doa kembali dilakukan
56 Wawancara dengan Bapak Syamsuddin selaku sekretaris LAD Desa Jangga Baru
dirumah duka, sebenarnya kegiatan setelah subuh ini dilakukan
langsung di tempat pemakaman namun karena terkendala oleh
beberapa faktor seperti hujan, maka kegiatan ini dilakukan cukup
dirumah duka.57
4. Budaya Pada Hari-Hari Besar Islam
Pada hari-hari besar islam seperti idul fitri, idul adha, di Desa Jangga
Baru pada malam takbiran selalu di adakan pawai obor oleh pelajar
dan warga masyarakat dengan mengelillingi wilayah Desa Jangga
Baru. Selain itu, dihari raya idul fitri dan idul adha juga diadakan doa
dan makan bersama dimushola atau dirumah ketua RT jika diRT
setempat tidak terdapat mushola. Dan sehari sebelum hari raya idul
fitri dan idul adha masyarakat bersama-sama berziarah ke makam
untuk memanjatkan doa dan membersihkan makam, istilah ini disebut
ke tanah layu. maulid Nabi SAW, tahun baru islam dan hari besar
lainnya, selalu diperingati dengan acara berdoa bersama dan makan
bersama untuk mengingat dan meningkatkan keimanan masyarakat.
Selain itu kegiatan ini juga dilakukan untuk pengetahuan bagi anak-
anak usia dini agar mengetahui dan menjadi penerus yang lebih baik,
harapanya kegiatan ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi.58
57 Wawancara dengan Bapak Khalimik selaku tokoh masyarakat Desa Jangga Baru
58 Wawancara dengan Ibu Nur Syaqilah selaku anggota LAD Jangga Baru
5. Budaya pada kegiatan malam ahad
Selanjutnya di Desa Jangga Baru terdapat kegiatan belajar tahsin yang
dilaksanakan setiap dua minggu sekali yaitu pada malam minggu bagi
anak-anak, pelajar dan masyarakat yang dilaksanakan dimasjid
darussalam. Kegiatan tahsin ini juga diselingi Majelis pengajian
istighozah ini dilakukan satu kali dalam dua minggu, yaitu pada
malam minggu ba’da isya. Majelis ini dilakukan di masjid Jami’
Darussalam yang terdapat di dusun satu Desa Jangga Baru. Pengajian
ini diperuntukkan bagi seluruh warga Desa Jangga Baru tidak hanya
bagi masyarakat dusun satu saja. Selain warga Desa Jangga Baru
majelis ini juga sering mengundang Da’i atau tokoh agama dari desa
tetangga untuk mengisi tausiyah singkat bagi jamaah. Kegiatan ini
sengaja dilakukan pada setiap malam minggu agar anak-anak, pelajar
dan muda-mudi ada kegiatan yang berrmanfaat dan tidak meramaikan
malam minggu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.59
B. Kendala Yang Dihadapi Oleh Lembaga Adat Desa Jangga Baru
Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Budaya Serentak Bak Regam
Dalam melestarikan budaya adat serentak bak regam lembaga adat
Desa Jangga Baru terus berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan
yang dianggap dapat memberikan kontribusi terhadap budaya adat
59 Wawancara dengan Bapak Munawar selaku pendamping kegiatan tahsin dan istighozah
serentak bak regam, khususnya di Desa Jangga Baru.60
Lembaga adat Desa
Jangga Baru terus berusaha untuk menemukan celah dibalik kemajuan
teknologi yang berkembang pesat saat ini. Namun dibalik semua usaha
yang telah dilakukan pasti ada kendala yang dihadapi.61
Adapun kendala
yang dihadapi dalam pelestarian budaya adat Serentak Bak Regam adalah
sebagai berikut :
1. Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan manfaat, kemajuan
teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan
tertinggalnya budaya lokal. Seiring perkembangan zaman pada era
globalisasi seperti ini, masyarakat di dunia tidak terkecuali masyarakat
Desa Jangga Baru, tidak lepas untuk menggunakan gadget dalam
kelangsungan hidupnya. Hampir setiap kegiatan yang dilakukan
masyarakat pasti membutuhkan gadget. Berbagai dampak pun terjadi
dari penggunaan gadget itu sendiri, yaitu salah satunya masyarakat
dapat mendapatkan informasi yang sangat cepat dari seluruh dunia.
Tetapi penggunaan gadget yang berlebihan dapat menimbulkan
dampak buruk yaitu gangguan kesehatan pada pemakainya.
Ketergantungan hidup pada gadget, serta melupakan apa yang
seharusnya dilakukan seperti melestarikan budaya di Indonesia
khususnya budaya adat serentak bak regam yaitu kompangan yang ada
di Desa Jangga Baru.
60 Wawancara dengan Bapak Khoirudin selaku masyarakat Desa Jangga Baru
61 Wawancara dengan Bapak Syamsuddin selaku sekretaris LAD Jangga Baru
Ketergantungan terhadap penggunaan gadget membuat anak muda
zaman sekarang lupa terhapat kebudayaan. Padahal anak muda adalah
generasi penerus bangsa yang seharusnya melestarikan budaya
tersebut. Pada zaman sekarang hanya sedikit anak muda Indonesia
yang melestarikan kebudayaan di daerahnya dan banyak orang asing
yang mempelajari dan melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada
di Indonesia. Akibat dari kurang perhatiannya anak muda Indonesia
terhadap kebudayaannya membuat orang asing mangklaim bahwa
kebudayaan indonesia yang kurang dilestarikan dan hampir punah.
Banyak hal-hal yang menggiurkan dari teknologi ini, salah satunya
game online. Jika kita lihat saat ini banyak anak-anak remaja
berkerumun disuatu tempat, seperti di Desa Jangga Baru ini banyak
kita lihat para pemuda berkerumun di jembatan dan setiap orangnya
memegang gadget masing-masing yang digunakan untuk main game.62
Masyarakat saat ini begitu sulit untuk menghindar dari derasnya
perubahan akibat kecanggihan teknologi informasi. Suka atau tidak
suka, mau atau tidak mau, setiap orang terpaksa tercebur pada masa
yang dinamakan era globalisasi. Tidak bisa dipungkiri jika kemajuan di
era globalisasi semakin mempermudah kehidupan manusia. Kini ruang
dan waktu bukan lgi masalah, karena sudah ada alat transfortasi dan
teknologi komunikasi yang bisa membuat waktu dan jarak semakin
dekat dan singkat. Tatanan kehidupan mengarah pada proses mendunia.
62 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua LAD Desa Jangga Baru
Tidak hanya berlaku untuk satu bidang, namun terjadi diberbagai
bidang kehidupan. Misalnya pada bidang politik, sosial, ekonomi,
bidang agama, dan terutama sekali pada bidang teknologi.63
Namun tidak bisa tidak bahwa akan ada dampak negative yang juga
dijalani atas kemajuan ini. Salah satunya adalah perembesan budaya
dari Negara luar ke dalam sebuah Negara yang justru memberikan efek
buruk pada generasi muda. Salah satu yang mulai terasa adalah
hilangnya kecintaan terhadap budaya lokal. Bahayanya hal ini justru
terjadi kepada generasi muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa.
Generasi saat ini lebih memilih bermain dengan perangkat gadgetnya
dibanding mempelajari budaya.64
Memang tantangan untuk memegang teguh budaya lokal memang
begitu berat bagi generasi muda. Bagaimana tidak, perangkat teknologi
semakin menyenangkan dan memberi kemudahan dalam
penggunaanya. Game-game produk luar negeri juga terlihat lebih asik
dimainkan ketimbang kesenian lokal. Film-film dibioskop juga lebih
dianggap seru dari pada pentas seni dan drama pertunjukan.65
Perlu diketahui bahwa budaya lokal merupakan asset penting bagi
sebuah Negara. Tanpa budaya lokal, Indonesia tidak memiliki identitas
jelas dimata dunia. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus
dijaga keaslian maupun kepemilikannya. Hal tersebut menjadi sumber
informasi kehidupan yang tidak dapat digantikan. Jika terputus pada
63 Wawancara dengan Ibu Eka Muslimah Selaku Anggota Badan Permusyawaratan Desa
64
Wawancara dengan Bapak Muhammad selaku Kepala Desa Jangga Baru
65 Wawancara dengan Bapak Margono selaku Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa
generasi saat ini, maka habislah warisan untuk generasi selanjutnya. Itu
artinya tanggungjawab untuk mempertahankan budaya lokal ada
ditangan pemuda. Tidak ada yang bisa menggantikan peran ini selain
mereka sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu, sangat perlu
menumbuhkan kesadaran mereka akan pentingnya kebudayaan ini dari
semua lapisan masyarakat. Menumbuhkan perasaan cinta terhadap
budaya Indonesia sudah harus dimulai sejak dini. Artinya sejak anak
masih kecil orang tua sudah harus menajarkan mereka tentang budaya-
budaya yang menjadi warisan leluhur bangsa. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara misalnya, menunjukan video kesenian, mengajakk anak ke
acara budaya, atau menceritakan dongeng-dongeng yang ada kaitannya
dengan budaya lokal.66
Pada tingkat sekolah, cara untuk menumbuhkan cinta budaya kepada
siswa-siswi dapat melalui mata pelajaran muatan lokal (kesenian)
berbasis pelestarian seni budaya setempat. Siswa nantinya dikenalkan
dengan budaya-budaya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia
dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, bisa melalui alat music,
pementasan, atau pameran-pameran tentang budaya daerah yang ada di
daerah kita. Dengan cara ini siswa dapat mengingat melalui pengalaman
yang mereka lakukan ketika mengikuti pelajaran kesenian. Hal ini
66 Wawancara dengan Bapak Muhammad Selaku Kepala Desa Jangga Baru
sangat penting untuk membangun karakter kaum muda Indonesia yang
cinta budaya.67
Pemerintah juga berperan besar dalam menumbuhkan cinta budaya
lokal pada diri pemuda. Tanpa dukungan pemerintah pemuda hanya
bisa seadanya dalam mencintai budayanya. Namun dengan dukungan
pemerintah, maka mereka akan merasa memiliki tanggungjawab besar
untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada.68
2. Partisipasi masyarakat Desa Jangga Baru
Partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam upaya
pelestarian kegiatan kearifan lokal yang ada di Desa Jangga Baru.
Karena masyarakat lah yang berperan atas keberhasilan yang telah
dirancang oleh pemerintah. Selaku masyarakat, pak Pardi mengatakan
bahwa “pemerintah saat ini harus membimbing warga Desa Jangga
Baru terutama generasi muda agar ikut berpartisipasi dalam
melestarikan kearifan lokal yang ada di Desa Jangga Baru ini, karena
merekalah yang nantinya akan menjadi penerus bangsa”.69
Masyarakat belum sepenuhnya berpartisipasi dalam kegiatan kearifan
lokal yang terdapat di Desa Jangga Baru. Dalam kegiatan budaya
orang-orang yang berperan masih yang itu-itu saja, jadi apabila orang
tersebut tidak ada di tempat maka susah untuk mencari gantinya.
67 Wawancara dengan Ibu Nur Syaqilah selaku anggota Lembaga Adat Desa Jangga Baru
68 Wawancara dengan Bapak Muhammad selaku Kepala Desa Jangga Baru
69 Wawancara dengan Bapak Muhammad selaku Kepala Desa Jangga Baru
Partisipasi masyarakat sendiri menjadi penentu keberhasilan suatu
kegiatan budaya yang sedang berlangsung.70
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan masalah atau kendala yang dihadapi
yang berkenaan dengan alat dan kelengkapan yang digunakan sebagai
penunjang terlaksananya suatu kegiatan yang akan dilakukan. Dalam
kegiatan pelestarian kompangan yang dilakukan di Desa Jangga Baru,
peralatan utama kompangan berasal dari Desa. Namun peralatan
tersebut masih belum cukup jika akan penambah atau pemperbanyak
peserta. Dengan peralatan yang seadanya tersebut grup kompangan
terus melakukan latihan rutin sekali dalam seminggu yaitu pada malam
sabtu, dan latihan setiap malam jika ada yang kegiatan pernikahan dan
bahkan khitanan.71
Dari acara pernikahan dan khitanan yang di iringi grup kompangan,
setiap penampilan, tuan rumah biasanya memberikan sedikit hadiah
berupa uang. Uang ini lah yang digunakan dan dikembangkan untuk
melengkapi kekurangan sarana dan prasarana dalam kegiatan
kompangan tersebut, baik itu untuk menambah peralatan kompangan
maupun untuk membuat seragam grup kompangan. Kemudian dari
uang tersebut juga sering digunakan untuk membuat acara kecil-
kecilan seperti kegiatan tahun baru islam, maulid Nabi dan acara islam
lainnya, kegiatan ini dilakukan selain untuk mengajarkan hari-hari
70 Wawancara dengan Bapak Pardi selaku masyarakat Desa Jangga Baru
71 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua LAD Desa Jangga Baru
besar islam kepada kalangan pemuda juga untuk sedikit menghibur
agar anggota kompangan tidak merasa bosan karena peserta
didominasi para pelajar.72
Grup kompangan yang di bentuk ini tidak hanya untuk mengisi acara
dalam Desa Jangga Baru, tetapi juga sering di undang ke beberapa
Desa tetangga untuk mengisi acara pernikahan, khitanan dan maupun
kegiatan lainnya. Grup kompangan yang ada di Desa Jangga Baru
sudah dibentuk sejak tiga tahun lalu dan masih berlangsung hingga
sekarang.73
C. Upaya Yang Diterapkan Oleh Lembaga Adat Desa Jangga Baru
Dalam Melestarikan Kearifan Lokal Budaya Adat Serentak Bak
Regam
Dari kendala-kendala yang dihadapi dalam melestarikan budaya
kompangan yang terdapat di Desa Jangga Baru, kemudian pemerintah desa
bersama-sama bermusyawarah untuk mendapatkan mufakat sesuai dengan
makna dari motto serentak bak regam yang menunjukkan watak dan adat
seiya sekata untuk mencari solusi terbaik dari masalah di hadapi.74
Lembaga Adat Desa sebagai mana yang terdapat dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Batanghari Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Adat Dan Lembaga Adat Bumi Serentak Bak Regam,
72 Wawancara dengan Bapak Khalimik selaku pelatih grup kompangan
73
Wawancara dengan Bapak Muhammad selaku Kepala Desa Jangga Baru
74 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua LAD Desa Jangga Baru
mempunyai tugas yaitu pada pasal 5 ayat 1 yang berbunyi “ menggali dan
mengembangkan, memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya
daerah adat bumi serentak bak regam dalam upaya melestarikan
kebudayaan daerah kabupaten Batanghari guna memperkaya khasanah
kebudayaan bangsa”.75
Dalam melestarikan budaya adat serentak bak
regam terdapat beberapa upaya yang di terapkan oleh Lembaga Adat Desa
Jangga Baru. Adapun upaya yang diterapkan oleh Lembaga Adat Desa
Jangga Baru tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mensosialisasikan,
menginformasikan, dan bertukar pikiran mengenai budaya adat
serentak bak regam, contoh nya di desa jangga baru disetiap dusun
terdapat grup muda mudi yang digunakan untuk melestarikan budaya
adat serentak bak regam.76
Dari sini lah kemudian muncul ide untuk
mengambil manfaat dari penggunaan teknologi tersebut. Awalnya
membuat suatu grup yang berisi pemuda-pemudi yang ada di Desa
Jangga Baru yang didalamnya juga terdapat ketua dusunnya. dari grup
ini lah kemudian melahirkan suatu karya yaitu kompangan dan
diiringi dengan shalawatan yang digunakan sebagai hiburan pada
acara pernikahan, tasyakuran, maupun khitanan.77
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat, seperti yang kita ketahui
Indonesia merupakan Negara dengan aneka ragam suku dan budaya,
75 Perda Kabupaten Batanghari Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Dan Pengembangan Adat Dan Lembaga Adat
Bumi Serentak Bak Regam, Pasal 5 ayat (1).
76
Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua LAD Desa Jangga Baru
77 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua Adat Desa Jangga Baru
maka dari itu pelestarian budaya sangatlah penting untuk
mempertahankan budaya yang sudah ada agar tidak punah. Menurut
Ibu Nur Syaqilah “terdapat beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kearifan lokal
yang terdapat di Desa Jangga Baru”.78
Adapun beberapa hal tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Mensosialisasikan kearifan lokal kepada masyarakat Desa
Jangga Baru. Sosialisasi sangat diperlukan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat Desa Jangga Baru.
Dengan mensosialisasikan kepada masyarakat, maka
masyarakat perlahan akan menyadari betapa pentingnya
keberadaan budaya tersebut di tengah-tengah masyarakat.
Sosialisasi dilakukan untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai budaya dan betapa pentingnya
pelestarian budaya agar selalu eksis keberadaannya di era
digital seperti saat ini.
Di kalangan muda-mudi sosialisasi dilakukan melalui banyak
akses, yang paling populer digunakan melalui teknologi yaitu
handphone dengan membuat grup whatsapp muda-mudi di
setiap dusun yang ada di Desa Jangga Baru. Desa jangga baru
masyaraktnya merupakan masyarakat transmigrasi dari pulau
jawa, oleh karena itu sosialisasi harus dilakukan secara
78 Wawancara dengan Ibu Syaqilah selaku anggota LAD Desa Jangga Baru
bertahap. Lembaga adat tidak bisa langsung memaksakan
masyarakat untuk memahami apalagi untuk mempraktikan
adat istiadat serentak bak regam dan melupakan begitu saja
budaya asal mereka. Semua dilakukan secara bertahap mulai
dari memperkenalkan budaya adat serentak bak regam,
tentunya budaya yang ada di sini berbeda dengan budaya yang
ada di daerah asal mereka. Untuk masyarakat awam memang
sulit untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
sejak lama oleh mereka. Masyarakat awam dan lanjut usia
susah untuk mendapatkan informasi-informasi dari pihak lain,
ditambah lagi masyarakat banyak yang tidak paham
menggunakan teknologi. Namun sampai saat ini lembaga adat
desa masih terus berupaya untuk mensosialisasikan budaya
adat serentak bak regam kepada masyarakat.79
Untuk meningkatkan pengetahuan ada beberapa hal yang dapat
kita lakukan yaitu: Melatih kesadaran diri, Salah satu cara
ampuh untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
terkait budaya yang berbeda adalah dengan mencerminkan
keyakinan kita. Setiap manusia memiliki pandangan yang akan
memengaruhi cara mereka melihat dunia sekitarnya.
Pandangan seseorang akan mendeskripsikan cara seseorang
tersebut memandang dunia. Ada banyak faktor yang mampu
79 Wawancara dengan Ibu Syaqilah selaku anggota Lad Desa Jangga Baru
memengaruhi pola pikir dan sudut pandang tersebut. Beberapa
faktor yang dapat memengaruhi pola pikir kita adalah latar
belakang etnis, agama, dan usia kita. Terdapat dua faktor lain
yang juga berpotensi memengaruhi pola pikir kita adalah
tingkat pemahaman dan pendidikan kita.80
Luangkan waktu
untuk mencerminkan pola pikir kita. Melatih kesadaran diri
akan membuka mata kita terhadap hal-hal baru yang ada
didalam budaya kita sendiri. Maka setelahnya kita akan lebih
mudah menghargai perbedaan budaya yang ada disekitar kita.
Kemudian yang selanjutanya adalah dengan cara membaca
sebanyak-banyaknya, kita tahu bahwa manusia pasti akan
kesulitan menghargai sesuatu yang belum mereka kenal. Dari
membaca banyak pengetahuan yang akan kita peroleh,
terutama pengetahuan mengenai budaya yang ada di daerah
kita. Saat ini membaca tidak hanya terpaku pada buku, karena
saat ini banyak media yang dapat kita akses untuk
mendapatkan bahan bacaan yang kita inginkan. Hal lain yang
dapat kita lakukan yaitu dengan memperkaya pengetahuan
agama, agama adalah salah satu unsur kebudayaan yan
penting. Oleh karena itu, mempelajari agama yang berbeda
pasti akan meningkatkan pemahaman kita terkait budaya antar
80 Wawancara dengan Bapak Syamsuddin selaku sekretaris LAD Desa Jangga Baru
agama.81
Dan hal yang tidak boleh kita lewatkan yaitu dengan
menempuh pendidikan formal untuk memperkaya pemahaman
kita. Memperkaya pengetahuan budaya melalui pendidikan
formal adalah cara yang sangat ampuh untuk meningkatkan
pengetahuan kita.82
b) Mengajak masyarakat terutama pemuda pemudi untuk ikut
serta dalam upaya pelestarian budaya. Setelah
mensosialisasikan pentingnya keberadaan budaya ditengah
masyarakat, kemudian hal berikutnya yang dilakukan adalah
mengajak masyarakat terutama pemuda pemudi untuk
berpartisipati langsung dalam melestarikan budaya di Desa
Jangga Baru. Marangkul dan mengajak masyarakat bukanlah
hal yang mudah, sesuatu yang kelihatan sepele tetapi sulit
untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan dan tak
jarang pula mendapatkan penolakan. Dalam melestarikan
budaya yang ada di Desa Jangga Baru yang dilakukan oleh
kalangan pelajar dan mahasiswa juga bukanlah sesuatu yang
mudah. Masih banyak yang bersikap tidak mau tau dan bahkan
tidak ingin tau.83
c) Berusaha mempertahankan kelompok atau grup yang sudah
terbentuk. Setelah berhasil mengajak pemuda-pemudi untuk
berpartisipasi dan membuat sebuah grup, hal selanjutnya yang
81 Wawancara dengan Bapak Ihsan selaku anggota LAD Desa Jangga Baru
82
Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua Lembaga Adat Desa Jangga Baru
83 Wawancara dengan Ibu Syaqilah selaku anggota LAD Desa Jangga Baru
harus dilakukan adalah berusaha mempertahankan kegiatan
kearifan lokal tersebut agar tetap berkelanjutan hingga ke
generasi-generasi selanjutnya. Bukan hal yang mudah untuk
mempertahankan sebuah grup agar tetap hidup dalam jangka
waktu yang panjang. Dikalangan usia muda masih rentan
untuk berubah pikiran ditambah lagi dengan pengaruh
pergaulan diluar dapat mengubah semangat seseorang tersebut
dalam kurun waktu yang singkat. Dalam hal ini motivasi harus
terus diberikan kepada pemuda agar tetap berpartisipasi dalam
melestarikan suatu budaya yang ada. Selain mempertahankan
yang sudah tergabung dalam sebuah grup, kemudian yang
harus dilakukan adalah terus menambah peserta agar ada
generasi-generasi baru untuk ke depannya karena tidak sedikit
juga pemuda-pemudi yang keluar daerah untuk menempuh
pendidikan yang mereka inginkan, maka mereka tidak bisa lagi
aktif mengikuti rangkaian kegiatan yang ada.84
3. Mengikuti kegiatan budaya
Untuk bisa mengenal budaya yang ada di daerah kita, setelah
mempelajari tentang budaya yang ada di daerah kita, mengikuti
kegiatan budaya adalah langkah yang tepat. Bila kita mengikuti
kegiatan budaya ini, tentu saja kita akan lebih cinta pada budaya yang
ada. Dalam mengikuti kegiatan budaya, sebaiknya kita terlibat
84 Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku ketua Lembaga Adat Desa Jangga Baru
langsung di dalam sebuah kontes, sebab bila kita hanya mengikuti
kegiatan budaya sebatas sebagai peneonton atau peserta saja, kita
tidak akan mendapatkan pengalaman yang mengesankan.85
Bila kita ingin mengenal budaya yang ada di daerah kita khususnya,
cara selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah dengan bergabung
dengan komunitas budaya yang ada disekitar anda. Ada berbagai hal
yang dapat kamu peroleh disini. Pertama, kita bisa lebih mengenal
budaya kita sebab dalam sebuah komunitas, aka nada beberapa tokoh
kebudayaan yang sering dating untuk memberi pengetahuan dan
bahkan saling bertukar pikiran mengenai kebudayaan yang ada di
Desa Jangga Baru.
Kemudian, untuk mempererat tali persaudaraan dan kekompakan
dalam melestarikan budaya, sebuah komunitas akan membuat suatu
acara tertentu, yang bertemakan budaya yang ada di Desa Jangga
Baru. Ini merupakan hal yang sangat diperlukan dan sangat
menguntungkan kita, sebab kita bisa mempelajari bagaimana budaya
yang ada di Desa kita melalui acara yang diselenggarakan sebuah
komunitas tersebut.86
4. Jadikan budaya sebagai identitas diri
Menjadikan budaya sebagai identitas diri artinya adalah kita memiliki
rasa bangga terhadap budaya lokal yang kita miliki, dengan rasa
bangga itulah kita tidak akan mudah terpengaruh terhadap budaya
85 Wawancara dengan Bapak Ihsan selaku anggota LAD Desa Jangga Baru
86 Wawancara dengan Ibu Nur Syakilah selaku anggota LAD Desa Jangga Baru
asing yang masuk ke Indonesia, khususnya di Desa Jangga Baru.
Selain dengan rasa bangga kita juga bisa mensosialisasikan budaya
yang ada di Desa Jangga Baru terhadap beberapa kalangan yang
belum berminat untuk mempelajari lebih jauh mengenai budaya
tersebut.87
87
Wawancara dengan Bapak Imam Barowi selaku Ketua Lembaga Adat Desa Jangga Baru
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian secara mendalam terhadap permasalahan
dan berdasarkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
dilapangan yang telah diuraikan pada skripsi ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kearifan lokal yang terdapat di Desa Jangga Baru yaitu sebagai
berikut: budaya pada prosesi pernikahan, budaya pada anak yang baru
dilahirkan, budaya pada musibah kematian, budaya pada hari-hari
besar islam, dan budaya pada kegiatan malam ahad.
2. Kendala yang dihadapi lembaga adat desa jangga baru dalam
pelestarian kearifan lokal budaya adat serentak bak regam yang
dinyatakan oleh lembaga adat desa jangga baru adalah sebagai berikut:
Kemajuan teknologi, kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini
memang harus kita imbangi, jika tidak kita akan tertinggal jauh dari
mereka yang terus berupaya menggunakan teknologi yang modern saat
ini, namun di samping itu kita harus tetap memperhatikan kelestarian
buday yang ada di sekeliling kita. Kemudian partisipasi masyarakat
menjadi hal yang sangat penting dalam upaya pelestarian kegiatan
kearifan lokal yang ada di Desa Jangga Baru. Karena masyarakat lah
yang berperan atas keberhasilan yang telah dirancang oleh
pemerintah.yang mengaplikasikannya. Dan sarana dan prasarana
merupakan masalah atau kendala yang dihadapi yang berkenaan
dengan alat dan kelengkapan yang digunakan sebagai penunjang
terlaksananya suatu kegiatan yang akan dilakukan
3. Upaya yang diterapkan oleh lembaga adat desa jangga baru dalam
melestarikan budaya adat serentak bak regam adalah sebagai berikut:
Memanfaatkan kemajuan teknologi, contoh nya di desa jangga baru
disetiap dusun terdapat grup muda mudi yang digunakan untuk
melestarikan budaya adat serentak bak regam. Meningkatkan
partisipasi masyarakat, mengikuti kegiatan budaya, dan jadikan budaya
sebagai identitas diri.
B. Saran
Masyarakat diharapkan untuk selalu menjunjung tinggi dan
mengedepankan kebudayaan yang ada dilingkungan hidup kita, karena
budaya tidak hanya sebagai kebiasaan yang dilakukan secara turun
temurun akan tetapi kebudayaan merupakan identitas bangsa. Masyarakat
tidak boleh mudah terpengaruh pada budaya asing yang saat ini marak di
kehidupan bermasyarakat. Pemerintah saat ini harus betul-betul perhatian
pada kelangsungan kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya desa
jangga baru, karena di era globalisasi saat ini teknologi semakin
mengalahkan eksistensi budaya-budaya lokal yang ada di setiap daerah.
xv
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Dr. Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah, Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta Timur:
Bumi Aksara, 2015.
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2009.
Irwan Abdullah, dkk, Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan
Global,
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM, 2008.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi), Jakarta:
Rineka
Cipta Barat, 2016.
Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: PT. Eresco, 1993.
xvi
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Raja
Wali
Pers, 2012.
Prof. Dr. C. A. Van Pursen, Strategi Kebudayaan (Culture In
Stroomuerslling), Yogyakarta: Kanisius, 1988.
W. Gulo, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Perda Kabupaten Batanghari Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembinaan
Dan Pengembangan Adat Dan Lembaga Adat Bumi Serentak Bak
Regam, Pasal 5 ayat (1).
C. Sumber Lain
Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif,” Jurnal Alhadharah, Vol.17,
No.33 (Januari-Juni 2018).
Ayu Mukhtaromi, dkk, “sinergi pemerintah daerah dan lembaga adat
xvii
dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan,” jurnal administrasi
publik (JAP), Vol.1, No.2, hlm.4.
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif,” Equilibrium, Vol.5, No.9,
(2009).
Christeward Alus, “Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan
Lokal Suku Sahu Di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten
Halmahera Barat,” Journal Acta Diurna, Vol.3, No. 4, (2014).
Dokumen Desa Jangga Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari
Tahun 2019.
xviii
Lampiran-Lampiran
Wawancara dengan kepala desa dan perangkat desa.
Grup kompangan Desa Jangga Baru.
xix
Acara marhaba pada anak yang baru dilahirkan.
Perlengkapan acara marhaba anak.
xx
.
Kegiatan latihan budaya.
xxi
DAFTAR RIWAYAT (CURRICULUM VITAE)
A. Identitas Diri
Nama : Nur Risdawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jangga Baru, 21April 1997
Alamat Asal : Desa Jangga Baru, Kecamatan Batin XXIV
Kabupaten Batanghari
Provinsi Jambi
Alamat Sekarang : Jalan Bintara, Rt 05 Rw 03
Simpang Sungai Duren, Kecematan Jaluko
Muaro jambi, Provinsi Jambi
No. Telp/HP : 0822-8144-2824
Nama Ayah : Yanul Fahmi
Nama Ibu : Nurlia
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN 138/1 Jangga Baru, 2010
SMP/MTs, Tahun Lulus : MTs Negeri 8 Batanghari, 2013
SMA/MA, Tahun Lulus : SMA Negeri 3 Batanghari, 2016