116
UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN DAN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Disusun oleh: Fatimatu Hurin Ain Nim: 11150430000049 PRODI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG

PROVINSI BANTEN DAN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun oleh:

Fatimatu Hurin Ain

Nim: 11150430000049

PRODI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

i

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

ii

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

iii

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

iv

Abstrak

FATIMATU HURIN AIN. NIM 1150430000049. UPACARA

SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM STUDI KASUS

PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

DAN BANYUWANGI PROVINSIJAWA TIMUR. Program Studi Perbandingan

Madzhab, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2019 M.

Tradisi upacara sedekah laut sudah muncul dari sebelum Islam datang ke

Indonesia. Saat itu masyarakat Indonesia masih beragama Hindu-Budha dan

menganut paham animisme dan dinamisme. Hingga saat ini tradisi upacara sedekah

laut masih dilaksanakan dan dalam praktiknya terdapat unsur-unsur kesyirikan

dengan menyajikan berbagai sesajen dan kepala kerbau untuk di larung ke laut

sebagai bentuk permohonan kepada penguasa laut agar terhindar dari marabahaya

serta berharap hasil tangkapan ikan melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan praktik dan hukum pelaksanaan upacara sedekah laut di wilayah

Pandeglang provinsi Banten dan Banyuwangi provinsi Jawa Timur.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu

dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan. Untuk mendapatkan data terkait

hukum tradisi upacara sedekah laut di wilayah Pandeglang provinsi Banten dan

Banyuwangi provinsi Jawa Timur. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian

kualitatif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan fakta secara menyeluruh

melalui pengumpulan data di lapangan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menyikapi tradisi budaya

masyarakat para ulama menggunakan strategi kebudayaan dalam mendakwahkan

Islam. Tradisi yang berlangsung lama dibiarkan berjalan untuk selanjutnya diberi

makna baru. Sehingga hukum pelaksanaan upacara sedekah laut tergantung kepada

niatnya

Kata Kunci : tradisi, upacara sedekah laut, hukum Islam, Pandeglang,

Banyuwangi

Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Yani, M.Ag.

2. Siti Hanna, Lc, M. A

Daftar Pustaka : 1909-2018

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z zet ز

s es س

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

vi

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

y ya ي

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

vii

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

â a dengan topi diatas اـــــ

î i dengan topi atas ىـــــ

û u dengan topi diatas وـــــ

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf

syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثهاد =al-ijtihâd

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

viii

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah = الرخصة

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî

‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t”

(te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شريعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam

transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa

jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

sandangnya. Misalnya, البخاري= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama

tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis

Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

ix

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan

berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu almahzûrât الضرورة تبيح المحظورات 1

اإلقتصاد اإلسالمي 2 al-iqtisâd al-islâmî

أصول الفقه 3 usûl al-fiqh

al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah األصل فى األشياء اإلباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

x

KATA PENGANTAR

.أما بعد ،ألنبياء واملرسلني وعلى أله وأصحا به أمجعنياالعاملني الصالة والسالم على أشرف هلل رب احلمد

Puji syukur kehadirat Allah swt atas petunjuk serta rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa

tercurah limpahkan kepada baginda agung nabi Muhamad saw beserta keluarga,

para sahabat dan seluruh umatnya yang setia pada ajarannya.

Proses penyelesaian skripi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang

turut memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik

moral maupun materi. Maka ucapan rasa syukur, terimaksih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Hj. Siti Hanna, Lc., M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab

3. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A dosen penasehat akademik penulis.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag dan Ibu Hj. Siti Hanna, Lc., M.A dosen

pembimbing skripsi I dan II yang telah meluangkan waktu serta memberikan

arahan, saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Abdul Jalil Subki Ismail dan almarhumah

Ibunda Eha Zulaiha Yusuf atas pengorbanan dalam mendidik, mengasuh dan

berjuang sampai ke titik ini dan tak pernah lupa untuk mendoakan, memberikan

arahan serta dukungan kepada penulis.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

xi

7. Lee, Ike, Nurul, Arsil, Dayu, Meilani, Frida, Farha, Nida, Nuzlah yang telah

menerima penulis dan menjadi sahabat saat senang maupun susah. Semoga

persahabatan ini akan selalu terjalin sampai Jannah-Nya.

8. Keluarga besar kosan bude tin Rifa, Intane, Mumut dan lainnya tidak bisa

disebutkan satu-satu yang telah mengisi hari-hari penulis selama di Ciputat.

9. Bapak kepala kecamatan Panimbang-Pandeglang H. Suhaedi Kurdiatna beserta

staf jajarannya turut membantu penulis mendapatkan data.

10. Bapak kepala kecamatan Muncar- Banyuwangi H. Lukman Hakim beserta staf

dan jajarannya yang turut membantu penulis mendapatkan data.

11. Bapak Kyai Masykur, tokoh agama kecamatan Panimbang-Pandeglang.

12. Kepada teman-teman seperjuangan PMH 2015 yang telah menemani dan

mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan yang

telah diberikan kepada penulis. Semoga kebaikan kalian menjadi berkah dan amal

jariah untuk kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta

pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta,

Penulis

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................................v

KATA PENGANTAR.....................................................................................................x

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii

BAB I .............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1

B. Identiftifikasi Masalah .........................................................................................5

C. Pembatasan Masalah............................................................................................6

D. Rumusan Masalah ...............................................................................................6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................................6

F. Review Kajian Terdahulu ...................................................................................7

G. Metode Penelitian ................................................................................................8

H. SISTEMATIKA PENULISAN .......................................................................... 10

BAB II .......................................................................................................................... 12

RESPONS HUKUM ISLAM PADA TRADISI ............................................................. 12

I. Respons Hukum Islam Pada Tradisi dalam Tinjauan Urf .................................... 12

1. Macam-macam Urf ......................................................................................... 14

2. Syarat-Syarat Urf Untuk Dijadikan Landasan Hukum ...................................... 15

3. Kehujjahan Urf Dalam Menetapkan Hukum Islam ........................................... 17

4. Kaidah-kaidah yang berhubungan dengan Urf ................................................. 19

B. Respons Hukum Islam Pada Tradisi dalam Tinjauan Perubahan Hukum Islam ... 20

1. Pengertian Perubahan Hukum ........................................................................ 20

2. Sebab-sebab Terjadinya Perubahan Hukum .................................................... 22

3. Tujuan Perubahan Hukum ................................................................................. 23

4. Contoh- Contoh Perubahan Hukum.................................................................... 24

BAB III ......................................................................................................................... 26

SEKILAS TENTANG PANDEGLANG DAN BANYUWANGI................................... 26

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

xiii

A. Sekilas Tentang Sejarah, Letak Geografis, Dan Kondisi Sosial Masyarakat

Pandeglang................................................................................................................ 26

1. Sejarah Pandeglang ........................................................................................... 26

2. Keadaan Geografis Dan Demografis .............................................................. 28

2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ................................................................ 31

B. Sekilas Tentang Sejarah, Letak Geografis, dan Kondisi Sosial Masyarakat Banyuwangi

..................................................................................................................................... 33

1. Sejarah Banyuwangi ...................................................................................... 33

2. Keadaan Geografis dan Demografis Banyuwamgi Kecamatan Muncar ........... 34

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Banyuwangi kecamatan Muncar .............. 37

BAB IV ........................................................................................................................ 39

ANALISA TENTANG SEDEKAH LAUT DALAM ..................................................... 39

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ................................................................................... 39

A. Upacara Sedekah Laut di Pandeglang ................................................................ 39

B. Upacara Sedekah Laut di Banyuwangi ............................................................... 47

C. Perbandingan Upacara Sedekah Laut di Pandeglang dan Banyuwangi ................ 56

D. Upacara Sedekah laut dalam Perspektif Hukum Islam ........................................ 58

BAB V .......................................................................................................................... 69

PENUTUP .................................................................................................................... 69

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 69

B. Rekomendasi ..................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................ 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. HASIL WAWANCARA..........................................................................74

2. SURAT PERMOHONAN MENJADI PEMBIMBING SKRIPSI...........93

3. SURAT PERMOHONAN DATA DAN WAWANCARA......................94

4. SURAT IZIN PENELITIAN....................................................................95

TABEL

1. KLASIFIKASI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN...............30

2. KLASIFIKASI PENDUDUK MENURUT SUKU..................................30

3. KLASIFIKASI PENDUDUK MENUEURT STRATA UMUR..............32

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. ANEKA MACAM MAKANAN WARGA YANG DIKUMPULKAN

2. PERJALANAN DALAM PELARUNGAN KEPALA KERBAU KE

TENGAH LAUT

3. PEMBUANGAN PERAHU YANG BERISI ANEKA SESAJEN

4. BUPATI PANDEGLANG MEMBERI SAMBUTAN

5. TARI GANDRUNG KHAS BANYUWANGI

6. SESAJEN DIMASUKAN KEDALAM PERAHU KECIL

7. PERAHU BERISI SESAJEN DI ARAK KELILING

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

1

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan lautan. Satu

pertiga luasnya adalah daratan dan dua pertiganya adalah lautan, yang berarti 70%

nya indonesia merupakan lautan. Karenanya mayoritas penduduk pantai Indonesia

bermata pencaharian sebagai nelayan. Berdasarkan data survei sosial dan ekonomi

nasional secara keseluruhan jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan sebanyak 2,2

juta yang tersebar diberbagai daerah di pesisir pantai berarti 2,5% dari penduduk

Indonesia adalah nelayan.1

Indonesia bukan hanya memiliki wilayah yang luas, namun juga memiliki

beraneka ragam kekayaan suku, budaya, dan bahasa. Indonesia sangat menjunjung

tinggi nilai-nilai budaya. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan

dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan

sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran

manusia, sehingga dapat menunjukkan pada pola pikir, perilaku serta karya fisik

sekelompok manusia (adat istiadat).2

Wujud dalam sebuah kebudayaan adalah artifacts atau benda-benda fisik,

tingkah laku atau tindakan.3 Salah satu budaya dari banyaknya budaya yaitu

upacara sedekah laut yang hampir diseluruh pesisir pantai di pulau Jawa

mengadakannya. Tradisi budaya ini sudah lama dilaksanakan nenek moyang

sampai turun temurun hingga sekarang ini.4

1https://economy.okezone.com/read/2014/11/24/320/1069854/25-penduduk-miskin-

adalah-nelayan diakses pada 10 desember 2019 pukul jam 20.15 WIB 2Lies Sudibyo, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013), H. 29. 3Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), H. 74. 4 Sri Widiati, Tradisi Sedekah Laut Di Wonokerto Kabupaten Pekalongan:Kajian

Perubahan Bentuk dan Fungsi, Jurnal PP Vol.1 No 2. 2011

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

2

Upacara sedekah laut sendiri diartikan pembuangan sesuatu benda kedalam

laut atau kedalam air sungai yang mengalir ke laut.5 Definisi lain menjelaskan

bahwa upacara sedekah laut yaitu memberi sesuatu yaitu macam-macam sesaji

dengan maksud memberikan sesaji kepada yang mSenguasai laut (danyang) agar

terhindar dari marabahaya.6

Selama ini Ritual upacara sedekah laut di setiap daerah memiliki ciri khas

sendiri-sendiri. Dan disetiap daerah di pesisir pantai juga memiliki nama

penyebutan berbeda-beda. Di Lamongan misalnya, disebut “Tutup Layang”,

sementara di madura disebut “Rokatan” , selanjutnya di Banyuwangi disebut “Petik

Laut” dan di Panimbang pesisir disebut “Nadran”.

Ritual upacara sedekah laut bertujuan agar para penguasa laut memelihara

keselamatan penduduk, menjauhkan dari malapetaka dan melimpahkan

kesejahteraan, berupa meningkatnya jumlah ikan-ikan di laut. Ritual upacara

sedekah laut biasanya dilakukan dengan cara membuang kepala kerbau, sayur-

sayuran, buah-buahan, jajanan pasar yang sudah dihias di atas kapal kemudian

diarak dan dibawa ke tengah laut dengan kapal motor yang biasa digunakan para

nelayan untuk mencari ikan di laut.7

Kemudian sebelum diarak dan dibawa ketengah laut kepala kerbau, sayur-

sayuran, buah-buahan, jajanan pasar dan yang lainnya dibacakan mantra dan doa-

doa terlebih dahulu oleh para sesepuh desa. Memohon agar terhindar dari

marabahaya, diberikan ikan-ikan yang melimpah, alam laut yang bersahabat dan

damai, dan permohonan-permohonan yang lainnya.8

Sebagian orang berpendapat bahwa sesajen diberikan untuk para dewa-

dewa penjaga laut atau roh-roh leluhur yang telah memberikan kepercayaan kepada

5 Rahmah Purwahida, Bakhtiar Dwi Yunika, dan Dhany Nugrahani, Bahasa Dalam

Uppacara Larung, Sedekah Laut di Laut Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa

Tengah ( Pelita,Volume III, Nomor I, April 2008) H.23 6Clifford Geertz, Agama Jawa “Abangan Santri Priyayi dalam Kebudayaan

Jawa”,(Jakarta: Pustaka Jaya) h.36-56 7 Sartini, Ritual Bahari Di Indonesia Aneka Kearifan Lokal: Jurnal 8 Eko Setiawan, Eksistensi Bahari Tradisi Petik Luat Di Muncar Banyuwangi,( Vol.10 No,

2 Juli 2016) H.232

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

3

masyarakat dan memberikan keselamatan serta membantu memberikan rezeki

selama mencari ikan-ikan di laut. Sebagian masyarakat percaya jika tidak

dilaksanakan akan mendapat kutukan, tangkapan ikan tidak baik atau sedikit.

Namun entah apakah nenek moyang dan roh-roh leluhur lainnya benar-benar

mendengar doa-doa adalah masalah kontroversi.9

Ada juga sebagian orang penduduk nelayan, percaya bahwa yang dijelaskan

di atas hanyalah mitos. Upacara sedekah laut hanyalah simbolis, tradisi budaya

yang ada di Indonesia yang di dalam pelaksanaannya terdapat gotong royong,

berkumpul bersama dengan masyarakat yang lainnya, bersilaturahmi satu sama lain

turut bergembira.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, menurut Sobri salah satu

nelayan, upacara sedekah laut adalah momen perayaan yang megah dan populer

khususnya bagi para nelayan. Semua ikut dari kalangan masyarakat bawah hingga

menengah ke atas.10

Upacara sedekah laut sering juga disebut selametan oleh beberapa orang.

Selametan berasal dari kata bahasa arab: salam. Di dalamnya diisi berkumpul dan

berdoa bersama. Meski selametan mengandung unsur-unsur Islami, kebanyakan

orang menganggap selametan berciri khas Jawa dan pra Islam atau bahkan diilhami

oleh Hindu.11

Karena konsepsi utama orang Jawa adalah selamet, dalam berbagai tindakan

yang dilakukan maka orang Jawa akan mengedepankan selamet sebagai

referensinya. Keselametan itu tidak hanya dalam nuansa duniawi tetapi hari akhir.

Keselametan duniawi ditandai dengan tidak adanya konflik, pertentangan, dan

permusuhan.12

9 Andrew Beaty, Variasi Agama Di Jawa,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada 2001) Ed.1,

Cet.1 H.62 10Sobri: Warga Dan Nelayan Desa Sidamukti, Wawancara 11 Nur Syam, Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syatariyah Lokal, (Yogyakarta:

Lkis,2013) H.200

12 Nur Syam, Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syatariyah Lokal, H.200

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

4

Nama lain dari tradisi Upacara Sedekah Laut disebut slametan. Slametan

diadakan untuk memenuhi semua hajat orang sehubungan dengan suatu kejadian

yang ingin diperingati atau dianggap sakral. Kelahiran, perkawinan, kematian,

panen, memohon kepada arwah penjaga desa semuanya memerlukan selametan.13

Namun di dalam praktiknya Upacara Sedekah Laut terdapat indikasi yang

menuju ke arah kesirikan. Karena tidak sesuai dengan nilai-nilai agama karena

upacara sedekah laut dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur kepada

penguasa laut atas ikan-ikan yang melimpah dan laut yang ramah bersahabat

dengan masyarakat dan sebagai harapan agar ikan melimpah dan keramahan laut

yang berlanjut.

Kita sebagai manusia diharamkan untuk memohon keselamatan dan berharap

rezeki kepada selain Allah seperti dalam firman-Nya quran surat Yunus ayat 107

Dan juga dalam juga dijelaskan bahwa kita dilarang untuk memohon dan

menyembah selain kepada Allah sesuai dengan firman Allah dan surat Yunus ayat

106. Kemudian menurut penulis dari sudut pandang pembuangan sesaji kepala

kerbau dan aneka macam makanan lainnya ke laut lepas, merupakan adat budaya

animisme dan dinamisme atau peninggalan budaya Hindu dan Budha yang hingga

kini dilestarikan oleh masyarakat yang beragama Islam.14

Padahal budaya animisme adalah budaya kepercayan mengenai adanya roh-

roh dan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam semesta. Kemudian

meyakini bahwa jiwa setiap makhluk terus berada meskipun makhluk tersebut telah

mati, kemudian keyakinan pada dewa-dewa yang pangkatnya lebih tinggi.

sedangkan dinamisme adalah kepercayaan kepada benda-benda yang mempunyai

kekuatan yang luar biasa. 15

13 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta : Pustaka

Jaya) H.13-14 14 Abdul Muqasith Ghazali, Metoodelogi Islam Nusantara (Bandung : Mizan 2016) Cet. lll

H.112-113 15 Mark R.Woodward, Penerjemah Hairus Salim, Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus

Kebatinan, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta 2012) Cet.5, H.106

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

5

Dalam ushul fiqih, budaya animisme dan dinamisme disebut merupakan urf

fasid, al-urf fasid adalah suatu kebiasaan berulang-ulang yang bertentangan dengan

norma dan dengan dalil-dalil syara’ dan juga kaidah-kaidah yang ada dalam hukum

Islam.

Selanjutnya, karena setiap daerah yang tinggal di pesisir pantai di Indonesia

melaksanakan tradisi upacara sedekah laut yang pastinya memilki perbedaan di

setiap daerahnya, maka penulis hanya membandingkan apa saja perbedaan dari

pelaksanaannya dan bagaimana Hukum Islam memandang tradisi dari dua wilayah

yang ada di Indonesia yaitu di sebelah barat pulau Jawa (Pandeglang) dan di sebelah

timur pulau Jawa (Banyuwangi).

Berawal dari yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik

dan bermaksud melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:

“UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(PERBANDINGAN DI WILAYAH PANDEGLANG DAN BANYUWANGI)”

B. Identiftifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Untuk sebagian orang persinggungan antara budaya dan agama menjadi hal

yang tidak dapat dititik temukan sehingga produk yang lahir dari akulturasi

menjadi suatu yang bid’ah

2. Eksistensi dari Upacara Sedekah Laut dapat mempengaruhi ketauhidan

masyarakat

3. Hampir di seluruh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai melakukan

tradisi sedekah laut yang tidak jelas batasannya sehingga bercampur aduk

antara budaya dan agama.

4. Mengakulturasikan budaya dengan agama karena persinggungan antara

agama dan budaya sering terjadi konflik dan tidak murninya ketauhidan.

5. Menurut hukum Islam, menerima pertolongan kepada selain Allah Swt

adalah termasuk golongan perbuatan syirik yaitu dengan memberikan

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

6

sesaji atau berupa sedekah ke laut. Tradisi sedekah laut pada masyarakat

muslim pesisir ini masih terlestarikan.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, Penulis

membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini seputar permasalahan

sebagai berikut:

1. Upacara sedekah laut dibatasi sebagai suatu tradisi pelarungan aneka

sesajen ke tengah laut.

2. Dilihat dari perspektif hukum Islam dibatasi pada al-Quran, Hadis dan

Fikih.

3. Penelitian dibatasi pada wilayah yaitu di Pandeglang di kecamatan

Panimbang, dan Banyuwangi di kecamatan Muncar, karena dikedua

wilayah tersebut merupakan representasi tempat terbesar pelelangan ikan.

4. Data yang diteliti dibatasi pada tahun 2015-2018 yaitu data yang paling

update.

D. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas fokus kajian dalam skripsi ini penulis merumuskan

pokok permasalahan penelitian skripsi yaitu : “Bagaimana hukum pelaksanaan

Tradisi Upacara Sedekah Laut di masyarakat Wilayah Pandeglang dan

Banyuwangi dalam perspektif hukum Islam?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian dalam skripsi

ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan dan membandingkan hukum pelaksanaan dalam

Tradisi Upacara Sedekah Laut di wilayah Pandeglang dan Banyuwangi

dalam perspektif hukum Islam.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

7

b. Untuk mengetahui praktik pelaksanaan Tradisi Upacara Sedekah Laut

di masyarakat wilayah Pandeglang dan Banyuwangi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

a. Sebagai acuan untuk menjelaskan dan mengetahui bagaimana praktik

pelaksanaan dan hukum dalam tradisi Upacara Sedekah Laut di Wilayah

Pandeglang dan Banyuwangi.

b. Bagi dunia pendidikan tinggi khususnya Fakultas Syariah Dan Hukum

dapat dijadikan sebagai referensi yang berguna untuk menambah wawasan

dan pengetahuan tentang masalah-masalah hukum yang ada dalam

masyarakat

F. Review Kajian Terdahulu

Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari skripsi ini, perlu mereview

kembali beberapa karya ilmiah yang dijadikan acuan dalam penulisan skripsi ini.

Sejauh ini penulis belum menemukan tema atau judul yang serupa dengan

penelitian ini yang mengenai “Upacara Sedekah Laut Perspektif Hukum Islam

Perbandingan di Wilayah Pandeglang Dan Banyuwangi” Adapun karya ilmiah yang

penulis temukan sejauh ini diantaranya adalah:

Pertama, “Ritual Petik Laut dalam Arus Perubahan Sosial”, skripsi yang

ditulis oleh Tomi Latu Farisa Mahasiswi Fakultas Usuludin dan Pemikiran Hukum

Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010, di

dalamnya berisi tentang bagaimana potret ritual petik laut masa kini di tengah

proses perubahan sosial masyarakat pesisir pantai yang mulai cenderung memudar

kesadaran melestarikan tradisi budaya ritual petik laut.

Kedua Selanjutnya skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Tradisi Upacara Sedekah Bumi Setelah Musim Tanam Padi, Penelitian Studi

Kasus di Desa Anjatan Utara Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu”, ini

disusun oleh Ratri Endah Mulyani Mahasiswi Program Studi Akhwal Al-Syahsiyah

Universitas Islam Indonesia Tahun 2018. Di dalamnya membahas ritual sedekah

bumi yang dilaksanakan setelah musim panen, dan menjelaskan bagaimana tinjauan

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

8

hukum Islamnya, juga bagaimana proses dalam pelaksanaan upacara sedekah bumi

setelah panen padi.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Ali Wildan Mahasiswa Fakultas Usuluddin

dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2015 yang

berjudul “Tradisi Sedekah Laut dalam Ekologi Jawa Studi Kasus di Desa

Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal”. Penelitian ini

membahas nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam ritual upacara sedekah laut

di Gemopolsewu. Penelitiannya menjelaskan kentalnya ekologi Jawa dalam tradisi

upacara sedekah laut di Gempolsewu.

Keempat, Jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Semarang yang

disusun oleh S Widiati dengan judul “Tradisi Sedekah Laut di Wonokerto

Kabupaten Pekalongan dalam Kajian Bentuk dan Fungsi” Seiring

perkembangan perubahan karena pengaruh perubahan sosial budaya masyarakat”.

Penelitiannya membahas tentang perubahan bentuk sedekah laut, perubahan fungsi

sedekah laut serta peranan sedekah laut dalam pendidikan bagi masyarakat. Adapun

di dalamnya terdapat fungsi perubahan fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan

fungsi budaya.

Kelima, jurnal yang disusun oleh Herliyan Bara Wati yang judul “Pengaruh

dan Nilai-Nilai Pendidikan Upacara Sedekah Bumi Terhadap Masyarakat

Desa Bagung Sumberhadi Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen”.

Didalamnya membahas tentang prosesi ubarampe dalam upacara sedekah bumi di

desa Bagung Sumberhadi, kemudian apa saja nilai-nilai pendidikan yang

terkandung dalam Upacara Sedekah Bumi. Penelitiannya menggunakan metode

deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data. Jurnal tersebut di terbitkan

Universitas Muhamadiyah Purworejo tahun 2011.

G. Metode Penelitian

Dalam suatu penyusunan karya ilmiah maka penggunaan metode merupakan

suatu keharusan mutlak yang diperlukan karena untuk mempermudah penelitian

juga agar karya ilmiah menjadi sistematis. Maka penulis menggunakan metode

penulisan diantaranya:

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

9

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pencarian makna, karakteristik,

maupun mendeskripsikan tentang suatu fenomena yang disajikan secara naratif.16

Jadi penulis menguraikan dan mendeskripsikan fenomena tradisi upacara sedekah

laut yang ada di Pandeglang dan Banyuwangi untuk kemudian dibandingkan antara

keduanya.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empiris. Pendekatan

empiris yaitu digunakan untuk melihat bagaimana hukum atau norma-norma

dipraktikkan dalam aneka budaya manusia.17 Seperti dalam penelitian ini yang akan

dibahas bagaimana praktik pelaksanaan dan hukum upacara sedekah laut

perbandingan di wilayah Pandeglang dan Banyuwangi dalam perspektif Hukum

Islam.

3. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana

data dapat diperoleh18 dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data

yaitu;

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini adalah kepala kecamatan Panimbang, kepala kecamatan

Muncar, tokoh masyarakat Panimbang, tokoh masyarakat Muncar, tokoh

agama Panimbang, tokoh agama Muncar, ketua komunitas Nelayan

Panimbang, dan ketua komunitas nelayan Muncar.

16 Mukri Yusuf, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan Gabungan, (Jakarta:

Prenamedia Grup, 2014 )H.329

17 Fahmi Muhamad Ahmadi Dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Peneltian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) H.44 18 Peter Mhamd Marzuki, Penelitia Hukum, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2014) H.181

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

10

b. Sumber data skunder, yaitu data yang tidak langsung dikumpulkan oleh

peneliti. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-

dokumen. Dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur, jurnal,

dan data-data tentang upacara sedekah laut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara bagaimana data diperoleh. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, wawancara

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya

jawab langsung antara peneliti dengan narasumber.19 Jadi dalam penelitian ini

penulis mewawancarai secara langsung masyarakat terkait tradisi upacara sedekah

laut. Penulis juga menggunakan metode penelitian studi kepustakaan yang bersifat

tertulis. Studi kepustakaan dalam hal ini berbentuk buku-buku dan jurnal-jurnal.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku panduan penulisan

skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2017.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan penelitian dan pembahasan maka pembahasannya harus

dilakukan secara urut dan sistematis. Penyusun membagi pokok pembahasan

skripsi ini kedalam lima bab. Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang tujuannya mengantarkan pada pembahasan skripsi

secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari tujuan sub yang meliputi: latar

belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kajian terdahulu, metode penelitian, sistematika

19 Mukri Yusuf, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan Gabungan, (Jakarta:

Prenamedia Grup, 2014 )h. 372

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

11

penulisan. Dalam bab ini ditekankan pada latar belakang masalah sebagai

pengantar pada pokok persoalan.

BAB II RESPONSIF HUKUM ISLAM PADA TRADISI

Bab kedua akan diuraikan tentang pokok pembahasan responsif Hukum

Islam terkait tradisi. Dilanjutkan dengan uraian urf dalam penetapan Hukum

Islam. Kemudian memaparkan responsif hukum Islam dalam perubahan

Hukum Islam Ibnu Qayim dan hal-hal yang terkait dengannya

BAB III SEKILAS TENTANG PANDEGLANG DAN BANYUWANGI

Bab ketiga, berupa gambaran sekilas tentang wilayah Pandeglang dan

Banyuwangi, gambaran tersebut memuat beberapa sub yaitu: sejarah

singkat Pandeglang dan Banyuwangi, letak geografis dan demografis

Pandeglang dan Banyuwangi, kondisi sosial budaya masyarakat Pandeglang

dan Banyuwangi, dan historis tradisi sedekah laut

BAB VI SEDEKAH LAUT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Bab keempat, memaparkan hasil penelitian penulis tentang upacara sedekah

laut di Pandeglang dan Banyuwangi. Kemudian mengurai perbedaan ritual

upacara sedekah laut di Pandeglang dan upacara sedekah laut di

Banyuwangi. Di lanjut dengan analisis penulis tentang upacara sedekah laut

di Pandeglang dan upacara sedekah laut di Banyuwangi menggunakan

tinjauan teori urf dan tinjauan teori perubahan hukum.

BAB V PENUTUP

Bab kelima penutup, yang merupakan kesimpulan terhadap penelitian, serta

rekomendasi untuk lembaga atau organisasi terkait.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

12

BAB II

RESPONS HUKUM ISLAM PADA TRADISI

I. Respons Hukum Islam Pada Tradisi dalam Tinjauan Urf

1. Pengertian Urf

Istilah urf secara bahasa memiliki arti kebajikan, puncak dan adat yang

dipelihara.20 Urf juga memiliki beberapa makna pertama mengaku, mengetahui,

apa yang diyakini, disaksikan oleh akal sehat dan secara alami orang menganggap

itu benar. Kedua, kebaikan, rambut leher keledai, ombak dan daging merah di atas

kepala ayam.21

Sedangkan secara istilah Abdul Wahab Khalaf menyatakan bahwa ‘urf

adalah:

22ل ع ف و ا ل و ق ن ا م ب ال غ ه ي ل ع ن و ي س ي و اس الن ه ف ار ع ت ي ما “Sesuatu yang dikenal manusia dan dijalankan secara biasa, baik berupa perkataan

ataupun perbuatan”

Tidak jauh berbeda, Wahbah Zuhaili mendefinisikan urf sebagai berikut:

اص خ ن ع م ى ل ع ه ق ال ط ا ا و ف ار ع ت ظ ف ل و ا م ه ن ي ب اع ش ل ع ف ل ك ن م ه ي ل ا ع و ار س و اس الن ه اد ت ع اا م 23ه ع اس د ن ع ه ي غ ر اد ب ت ي ل و ة غ الل ه لف ت ل

“Sesuatu yang dibiasakan oleh manusia, dan dijalaninya dari tiap perbuatan yang

telah popular di antara mereka, atau juga lafaz yang dikenal dengan sebuah arti

khusus yang tidak dicakup bahasa serta hanya memungkinkan makna ketika

didengarkan”

20 Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997)

H.920 21 Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam. (Bairut: Daar Masyriq, 1982)

H.500 22 Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilmu Ushulil Fiqh, (Mesir; Darar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2010

M/ 1431 H) H.79 23 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Wajiz Fii Ushulul Fiqh, (Damaskus: Daar Al-Fikr 1995) H.97

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

13

Selanjutnya Ahmad Fahmi Abu Sunah menyebut urf adalah:

24ل و ب ق لب ة م ي ل الس اع ب الط ه ت ق ل ت و ل و ق الع ة اد ه ش ب ه ي ل ع س و ف الن ف ر ق ت ا اس م

“Sesuatu yang terpatri dalam jiwa karena dipandang rasional dan penerimaan watak

yang sehat atasnya”

Terakhir menurut Satria Efendi, Abdul Karim Zaidan menyebutkan

pengertian urf adalah:

25ل ع ف و أ ل و ق ن م ه ت اي ح ف ه ي ل ع ار س و ه د ات اع و ع م ت ج امل ه ف ل أ ام “Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan

dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan dan perkataan”.

Menurut Sudirman Abbas, Musthafa Syalabi menyebutkan yang

membedakan antara urf dan adat adalah dari segi ruang lingkup penggunaannya.

kata urf selalu digunakan untuk jamaah atau golongan sedangkan adah dapat saja

berlaku pada perseorangan. Sementara Mustafa Az-Zarqa berpendapat bahwa urf

merupakan bagian dari adat, karena adat lebih umum dari pada urf. dengan kata lain

suatu tradisi atau adat belum tentu urf, tetapi suatu urf sudah pasti adat.26

Urf merupakan respon dari ahli hukum Islam terhadap adat kebiasaan yang

berlaku di masyarakat. Jadi urf adalah adat kebiasaan yang dilakukan oleh manusia

secara berulang-ulang dan dipandang baik oleh mereka bisa diterima oleh Islam

sebagai dalil hukum. Namun adat kebiasaan itu diterima karena mengandung

kemaslahatan.27

Ahli hukum yang menggagas urf adalah Malik Bin Anas beliau

berpendapat urf masyarakat harus dipertimbangkan dalam memformulasikan suatu

ketetapan dalam hukum Islam. ia menetapkan suatu amal penduduk Madinah

sebagai sumber hukum ketika tidak ditemukan secara eksplisit dalil dalam al-Quran

dan al-Hadis.28

24 Ahmad Fahmi Abu Sunah, al-‘Urf wa al-‘Adah fi Ra’yi al-Fuqaha, (Mesir: Maktabah

al-Azhar, 1947M), H.8. 25 Satria Efendi, Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana 2017) Cet.7 H.140 26 Ahmad Sudirman Abas, Qawaid Fiqhiyah Dalam Perspektif Fiqih (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya 2016) H. 174 27 Saipudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta :Kencana 2011) H.102 28 Ahmad Fahmi Abu Sinnah, Al-Urf Wal Adah Fi Ra’yil Fuqaha (Mesir; Mathbah Al

Azhar 1947) H.12

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

14

2. Macam-macam Urf

Terdapat macam-macam urf, ditinjau dari segi aspeknya dapat dibagi

menjadi:

a. dilihat dari sumbernya dibagi menjadi dua bagian yaitu urf qauly dan urf

fi’ly dengan penjelasan sebagai berikut:29

1) Urf qauly, yang dimaksud dengan urf qauli adalah kebiasaan yang

berlaku dalam kata-kata atau ucapan kehidupan sehari-hari dan semua

orang paham apa yang diucapkan tanpa dijelaskan dan mudah

dimengerti oleh kalangan masyarakatnya. Misalnya, kata “lahm” yang

artinya daging. Pengertian daging dapat mencakupsemua daging

(daging ikan, sapi, kambing dan lain-lain). Namun dalam adat

kebiasaan sehari-hari daging tidak berlaku untuk ikan. Atau

pengertian kata “aulad” dalam ayat al-Quran mengacu kepada anak

laki-laki dan perempuan. Sedangkan dalam kebiasaan orang Arab

menggunakannya khusus untuk anak laki-laki saja.

2) Urf fi’ly, yang dimaksud dengan urf fi’ly adalah kebiasaan yang

berlaku pada perbuatan. Misalnya, transaksi antara penjual dan

pembeli hanya cukup dengan pembeli menerima barang dan penjual

menerima uang tanpa ada ucapan transaksi (akad).

b. Dilihat dari ruang lingkupnya terbagi kedalam dua bagian yaitu:30

1) al-‘Urf al-‘Am (urf umum), yaitu kebiasaan yang telah dilakukan

mayoritas dan berlaku dimana-mana hampir diseluruh penjuru dunia

tanpa memandang negara, bangsa, dan agama. Contohnya,

menganggukan kepala bertanda setuju dan menggelengkan kepala

bertanda menolak.

2) Al-‘Urf al-Khas (urf khusus), yaitu kebiasaan yang telah dilakukan

oleh sekelompok orang saja, dan di tempat/negara tertentu atau pada

waktu tertentu dan tidak berlaku di sembarang waktu dan tempat.31

29 Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Daar Al-Fikr Al Arabi, 1958) H. 273 30 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Wajiz Fii Ushulil Fiqh, (Damaskus: Daar Al-Fikr 1995) H.97 31 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Wajiz Fii Ushulil Fiqh, H.98

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

15

Contohnya, kebiasaan para pedagang dalam menentukan cacat

barang yang dapat dikembalikan, dan kebiasaan dalam menentukan

masa berlaku garansi32

c. Dilihat dari kualitasnya terbagi kedalam dua bagian yaitu;33

1) al-Urf Shahih , yaitu kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang

diterima oleh banyak orang, dan tidak bertentangan dengan norma

yang berlaku (norma agama, sopan santun, budaya yang luhur). Jadi

urf shahih dapat diartikan sesuatu yang baik yang menjadi kebiasaan

masyarakatnya namun tidak sampai menghalalkan yang haram dan

sebaliknya. atau tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula

membawa kemudharatan. Misalnya, pemberian pihak laki-laki

kepada calon istrinya dalam pelaksanaan pinangan dianggap hadiah

bukan mahar.34

2) al-Urf Fasid, yaitu suatu kebiasaan yang dilakukan manusia berlaku

disuatu temapat namun bertentangan dengan agama, undang-undang

negara, dan sopan santun. Jadi urf fasid dapat di artikan juga seuatu

yang menjadi kebiasaan yang sampai menghalalkan yang di

haramkan Allah. Misalnya, kebiasaan pedagang dalam melakukan

praktek riba yang dianggap sebagai keuntungan.35

3. Syarat-Syarat Urf Untuk Dijadikan Landasan Hukum

Urf yang diterima oleh Hukum Islam memiliki syarat-syarat yang harus

dipenuhi, diantaranya adalah:

Pertama, tidak bertentangan dengan nash-nash qathi dari al-Quran dan as-

Shunah,36 namun jika bertentangan dengan keduanya maka ia tidak boleh

dilaksanakan.

32 Saipudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta :Kencana 2011) H.104 33 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Wajiz Fii Ushulul Fiqh, H.98 34Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilmu Ushulul Fiqh, (Mesir; Darar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2010

M/ 1431 H) H.79 35 Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilmu Ushulul Fiqh, H.79 36 Saipudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta :Kencana 2011) H.101

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

16

Kedua adat dan urf tersebut bersifat umum yang telah menjadi kebiasaan

manusia secara berulang-ulang. Jadi maksudnya adalah adat yang dilakukan

tersebut sudah dilakukan oleh kebanyakan masyarakat atau suatu kelompok

manusia, Kemudian ditafsirkan baik oleh manusia itu sendiri.37

Ketiga, Urf dapat diterima oleh akal serta Membawa maslahat dan tidak

membawa mudarat. Setiap adat yang diterima oleh Islam adalah yang membawa

maslahat bagi manusia pada umumnya. Sebaliknya setiap adat yang mendatangkan

mudarat tidak boleh dilaksanakan dalam hukum Islam. Karena kemudaratan adalah

sesuatu yang membahayakan manusia dan memberatkan dalam pelaksanaannya.38

Keempat, adat kebiasaan tersebut tidak menggugurkan kewajiban serta tidak

menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Menurut Satria Efendi, Abdul Karim Zaidan menyebutkan beberapa

persyaratan bagi urf yang bisa dijadikan sebagai landasan hukum yaitu39 :

a) Urf harus termasuk urf shahih dalam arti tidak bertentangan dengan

ajaran al-quran dan shunah

b) Urf bersifat umum, dalam arti telah menjadi kebiasaan mayoritas

penduduk negeri.

c) Urf harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang akan di

landaskan kepada urf itu.

d) Tidak ada ketegasan dari pihak-pihak terkait tantang yang berlainan

dengan kehendak urf tersebut, sebab jika kedua belah pihak yang bertekad

telah sepakat untuk tidak terikat dengan kebiasaan yang berlaku umum,

maka yang dipegang adalah ketegasaan itu bukan urf40

37 A. Djazuli, Ilmu Fiqh : Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam,

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), H. 89. 38 A. Djazuli, Ilmu Fiqh : Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam, H.89. 39 Satria Efendi, Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana 2017) Cet.7 H.144 40 Satria Efendi, Ushul Fiqih H.144

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

17

4. Kehujjahan Urf Dalam Menetapkan Hukum Islam

Pembicaraan tentang kehujjahan urf, secara umum urf dan adat itu

diamalkan oleh ulama fiqih terutama kalangan ulama madzhab Hanafiyah dan

Malikiyah. Ulama Hanafiyah Menggunakan istihsan dalam berijtihad, dan salah

satu bentuk istihsan nya adalah istihsan bil urf (istihsan yang bersandar pada urf)

oleh ulama Hanafiyah urf didahulukan atas qiyas khafi dan juga didahulukan atas

nash yang umum, dalam artian urf itu men takhsis umum nash.41 Ulama Malikiyah

menjadikan urf dan tradisi yang hidup dikalangan Madinah sebagai dasar dalam

menetapkan hukum dan mendahulukannya dari hadis ahad42

Alasan para ulama madzhab Hanafiyah dan Malikiyah mengenai

penggunaan atau penerimaan mereka terhadap urf tersebut adalah firman Allah

dalam surat al-A’raf:199 yaitu ;43

44ٱل ه ل ني ض ع ن خ ذ ٱلع فو و أم ر ب ٱلع رف و أ عر ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf daripada

orang-orang yang bodoh” (Q.S. al-Araf: 199

Kemudian atsar yang berasal dari Abdullah Ibn Mas’ud yang dikeluarkan

oleh Imam Ahmad dalam munsnadnya yaitu:

: ع بد ن ع إ ن الل ن ظ ر ف ق ل وب الع ب اد ، ف و ج د ق لب م م د ص ل ى هللا ع ل يه ) الل بن م سع ود ، ق ال ال ت ه ، ث ن ظ ر ف ق ل وب ه ، ف اب ت ع ث ه ب ر س ب عد ق لب ب اد الع و س ل م خ ي ق ل وب الع ب اد ، ف اصط ف اه ل ن فس

ي ق ل وب الع ب اد ، ف ج ع ل ه م و ز ر اء ن ب ي ه ، ي ق ات ل ون ع ل ى د ين ه ، ف م ا ر أ ى م م د ، ف و ج د ق ل وب أ صح اب ه خ ي ئ ا ف ه و ع ند ن ا، ف ه و ع ند الل ح س ن، و م ا ر أ وا س 45.(ي ئ س الل الم سل م ون ح س

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, sesungguhnya Allah melihat ke

dalam hati para hamba, maka dijumpai hati Muhammad SAW. Sebaik-baik hati

para hamba, karena Allah telah menyucikan jiwanya, mengutus beliau membawa

risalahnya, kemudian Allah melihat ke dalam hati para hamba setelah hati

Muhammad SAW., maka dijumpai hati sahabat-sahabatnya, sebaik-baik hati para

41 Syaikh Muhamad Al-Khudhari Biek, Ushul Fiqih, Penerjemah Faiz al-Mutaqien,

(Jakarta: Pustaka Amani 2007) h. 405 42 Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, H. 273 43 Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, H. 273 44 QS. al-A’raf (7): 199. 45 Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal, Musnad Imam Ahmad, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), Jilid 3, No. 3418.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

18

hamba, lalu Allah menjadikan mereka sebagai pembantu Nabinya yang mereka

berperang membela agamanya, maka sesuatu yang dipandang baik oleh kaum

muslimin, maka ia dipandang baik oleh Allah, dan sesuatu yang mereka pandang

buruk, maka ia buruk di sisi Allah” (HR Ahmad Ibn Hambal).

Sementara al-Syafii menggunakan Urf sebagai dalil dalam menetapkan suatu

hukum Islam, terlihat dari perubahan hukum ketika ia berpindah dari Baghdad ke

Mesir.46 Fuqaha Syafiiyah yang membahas masalah urf adalah al-Suyuti, ia

menyatakan :

م ا47 ور م ع الع ل ة و ج ود ا و ع د احل كم ي د

“Bahwa adat dan urf merupakan sumber hukum yang bisa memecahkan dalam

berbagai persoalan”.

Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya menggunakan urf sebagai sumber

hukum Islam. Ibnu Qudamah berpendapat bahwa urf dianggap sebagai sumber

hukum Islam dan ia menguatkan aturan-aturan fiqihnya dengan merujuk kepada

adat.48

Adapun alasan para ulama yang menggunakan urf dalam menemukan

hukum antara lain:

1) Banyak hukum syariat yang ternyata sebelumnya telah merupakan

kebiasaan orang arab seperti adanya wali dalam pernikahan dan susunan

keluarga dalam pembagian waris.

2) Banyaknya kebiasaan orang arab baik berbentuk lafadz maupun perbuatan,

ternyata dijadikan pedoman sampai sekarang.49

46 Jaih Mubarak, Modifikasi Hukum Islam:Studi Tentang Qawl Qadim Dan Qawl Jadid,

(Jakarta:Rajagrafindo Persada, 2002) H.311 47 Jalaluddin Al-Suyuti, Al-Asybah Wa Nadzair, (Beirut: Daar Al-Kutub Al-Araby) H.90 48 Abu Abdilah Muhamad Bin Ahmad Ibnu Qudamah, al-Mughni, (Kairo:Daar al-Manar,

1947) H.485 49 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh (Satu Dan Dua), (Jakarta; Pernada Media Grup, 2014)

Cet.2, H.165

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

19

5. Kaidah-kaidah yang berhubungan dengan Urf

Disamping itu, terdapat kaidah-kaidah yang berkaitan dengan urf

diantaranya:

50ة م ك ح امل ة اد الع

Adat (urf) itu menjadi pertimbangan hukum.

Kaidah ini termasuk dianatara kaidah-kaidah yang terbangun kuat di atas

ayat-ayat al-Quran dan al-Hadis. Selain itu kaidah ini merupakan kaidah pokok

yang sangat masyhur.51 Adapun adat yang di maksud dalam kaidah tersebut adalah

urf, sementara lafadz muhakammah adalah isim maful (objek) dari kata tahkim

(penghukuman) yang beratri keputusan atau memutuskan perkara di anatra

manusia. Maka kaidah ini bermakna al-adah (adat kebiasaan) itu merupakan

patokan untuk menyelesaikan perkara ketika ada terjadinya pertentangan.

Kaidah selanjutnya yaitu:

52اب ل م ع ال ب ي ة ج ح اس الن ال م ع ت اس م ا “Apa yang dilakukan oleh masyarakat secara umum, bisa dijadikan dalil (hujjah)

yang bisa diamalkan”.

Maksud dari kaidah di atas, bahwa segala sesuatu yang telah biasadi

laksanakan oleh masyarakat itu bisa dijadikan dasar. Untuk itu bagi setiap anggota

masyarakat dalam melaksanakan sesuatu yang telah dibiasakan itu selalu akan

menyesuaikan diri dengan patokan tersebut atau tidak menyalahinya.

53طا ر ش ط و ر ش م لاا ك ف ر ع ف و ر ع امل “Sesuatu yang berlaku secara urf adalah seperti suatu yang telah disyariatkan”

Suatu perkara yang telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai suatu adat

dan kebiasaan, mempunyai kekuatan hukum yang sama apabila hal itu dinyatakan

50 Muhamad Yasin Bin ‘Isa Al Fadani Al Makiy, Fawaidul Janiyah, (Daar alMahaja, 2008

M /1429 H) Jilid.1, H.26 51 Muhamad Anshori, Qowaidul Fiqhiyah, (Mesir: Daar al-Salam 2012 M/ 1433 H) H.326 52 Muhamad Anshori, Qowaidul Fiqhiyah, (Mesir: Daar al-Salam 2012 M/ 1433 H) H.334 53 Muhamad Anshori, Qowaidul Fiqhiyah, H.331

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

20

sebagai syarat yang harus berlaku diantara mereka.54 Artinya bahwa adat tersebut

mempunyai daya yang mengikat mereka dalam bertindak sebagaimana

mengikatnya suatu syarat yang kuat.

55ت ب ل غ و أ ت ر ط ض إ ا ذ إ ة اد الع ب ت ع ا ت ن ا “Sesungguhnya adat yang dianggap (sebagai penetapan hukum) adalah apabila

telah menjadi adat yang terus menerus atau lebih banyak berlaku”

Dalam masyarakat suatu perbuatan atau perkataan yang dapat diterima

sebagai adat kebiasaan, apabila perbuatan dan perkataan tersebut sering berlakunya

atau dengan kata lain sering berlakunya tersebut sebagai suatu syarat bagisuatu adat

untuk dapat dijadikan sebagai dasar hukum. Oleh sebab itu apabila perbuatan atau

perkataan itu kanya kadang-kadang saja berlakunya, maka hal itu tidak dapat

dijadikan sebagai dasar hukum.

B. Respons Hukum Islam Pada Tradisi dalam Tinjauan Perubahan Hukum

Islam

1. Pengertian Perubahan Hukum

Perubahan Hukum adalah bentuk responsif Islam terhadap perkembangan

zaman. Perubahan hukum ini terkenal dan di pelopori oleh Ibnu al-Qayyim al-

Jauziyah. Teori yang dikemukakannya adalah

ن ة و األ مك ن ة و األ حو ال و الن ي ات و الع و ائ د 56 و ى و اخت ال فه ا ب سب ت غ ي األ زم ت غ ي الف ت

”Perubahan fatwa dan perbedaannya terjadi menurut perubahan zaman, tempat,

keadaan, niat dan adat istiadat”.

Merujuk pada teori ini perubahan fatwa dan hukum dipengaruhi oleh

perubahan zaman, tempat keadaan, niat dan adat istiadat. Artinya bahwa penetapan

suatu fatwa atau hukum akan dipengaruhi oleh zaman yang berbeda, tempat yang

berbeda, keadaan yang berbeda, niat yang masing-masing individuan, dan adat

54 Imam Musbikin, Qawaid Fiqhiyah, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada 2001) H. 99 55 Muhamad Anshori, Qowaidul Fiqhiyah, H.335 56 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rab Al-‘Alamin, Juz III (Bairut:

Dar Al-Fikr, T.Th), H. 14.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

21

istiadat pada suatu masyarakat. Pembaharuan hukum Islam ini dilakukan agar

upaya untuk menjadikan hukum Islam lebih segar dan modern (tidak ketinggalan

zaman) dan dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi dan otoritas dengan

cara yang benar57

Az-Zuhaili mengatakan tidak ada yang mengingkaribahwa suatu hukum

kadang berubah karena perubahan zaman. Perubahan hukum ini terjadidisebabkan

berubahnya adat kebiasaan, berubahnya kemaslahatan manusia, karena kondisi

darurat, atau karena perubahan zaman. Oleh karena itu hukum wajib diubah supaya

kemaslahatan dapat terrealisasikan, mafsadah dapat dihindarkan dan kebaikan serta

kebenaran dapat ditegakkan58

59اد ع م الو اش ع امل ف د ب الع ح ال ص ى م ل ع ة ع ي ر الش اء ن ب

“Syariat ditegakkan demi kemaslahatan para hamba di dunia dan di akhirat kelak”.

Selanjutnya ditegaskan bahwa sesungguhnya pondasi dan asas syariat

adalah hukum dan kemaslahatan hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syariat

membawa keadilan, rahmat, hikmah dan kemaslahatan bagi semuanya60

Landasan teori pemikiran Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah tentang perubahan

hukum Islam pada prinsipnya mengacu pada hakikat syariat Islam yang senantiasa

berorientasi pada kemaslahatan manusia. Syariat Islam hadir di bumi melalui

Muhamad saw. yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan hukum, kemaslahatan

dan kebajikan. Oleh karena itu, setiap ketentuan atau aturan hukum yang tidak

memenuhi asas keadilan, dipandang bertentangan dengan syariat Islam.61

Menurut al-Zuhaili meyakini bahwa persoalan aturan hukum atau

menetapkan suatu hukum harus mengacu pada kemaslahatan kemudian tidak

bertentangan dengan nas dan prinsip-prinsp syariat. Menurutnya dalam menetapkan

57 Jamal Ma’mur Asmani M.A, Mengmebangkan Fikih Sosial Kh.Ma Sahal Mahfudz

Elaborasi Lima Ciri Utama, (Jakarta: Pt Elex Media Komputindo 2015) H.45 58 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islami Wa Adilatuhu, (Damaskus: Darulfikr 2007M, 1428 H),

Cet.10 H.121 59 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rab Al-‘Alamin, Juz III (Bairut:

Dar Al-Fikr, T.Th), H. 14. 60 Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb Al-

Lamin H.424 61 Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb Al-

Lamin H.424

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

22

produk hukum harus dibangun diatas pondasi syariat serta mempertimbangkan urf,

adat istiadat, dan kemaslahatan.62

Menurut Ibnu Qayyim, hukum terbagi dua macam, pertama hukum yang

baku dan tidak berubah karena zaman, tempat dan ijtihad ulama. Seperti perkara-

perkara yang wajib dan haram, sanki bagi tindak pidana yang telah di tetapkan oleh

syariat dan lain-lain. Hukum model ini tidak mengalami perubahan dan tidak

menyediakan ruang bagi ijtihad lain yang berbeda. Kedua, hukum yang disesuaikan

dengan tuntunan kemaslahatan pada saat, tempat, dan keadaan tertentu seperti

ukuran, jenis, dan sifat hukuman. Dalam kondisi ini, syariat memberikan kebebasan

untuk memilih yang paling sesuai dengan kemaslahatan.63

Az-zuhaili menabahkan perlu ditegaskan bahwa hukum yang dapat diubah

adalah hukum-hukum yang dihasilkan berdasarkan qiyas atau al-maslahah al-

mursalah dan itupun terbatas pada masalah-masalah muamalah.64

2. Sebab-sebab Terjadinya Perubahan Hukum

Sebab terjadinya perubahan hukum menurut Musthafa Syalabi adalah

kerena adanya perubahan maslahat (tabaddul al-ahkam bi tabaddul al-mashlahah)

dalam masyarakat, adanya al-Naskh (penghapusan suatu hukum yang terdahulu

dengan hukum yang baru), dan at-tadarruj fi at-tasyri (pentahapan dalam penetapan

hukum) Semuanya merupakan perubahan hukum mengikuti perubahan maslahat

yang ada.65 Perubahan hukum Ibnu Qayyim al-Jauziyah di atas merupakan rumusan

konsep pembaharuan pemikiran hukum Islam. Menurut Amir Syarifudin, perlunya

pembahrauan hukum pemikiran hukum Islam dalam rangka tercapainya

kemaslahatan masyarakat sesuai dengan tujuan hukum yang diturunkan Allah

SWT. Sementara kemsalahatan umat banyak ditentuakan oleh faktor waktu, tempat,

dan keadaan. Kemaslahatan dapat berubah bila waktu sudah berubah dan kondisi

62 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islami Wa Adilatuhu, (Damaskus: Darulfikr 2007M, 1428 H),

Cet.10 H.121 63 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb

Al-Lamin H.425 64 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islami Wa Adilatuhu, (Damaskus: Darulfikr 2007M, 1428 H),

Cet.10 H.121 65 Muhamad Musthafa Syalabi, Ta’lil Al-Ahkam, (Beirut: Daar An-Nahdhah Al-

Arabiyah1981) H.307

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

23

masyarakat juga sudah mengalami perubahan. Jadi apa yang dianggap maslahat

dalam waktu tertentu, dalam waktu berikutnya mungkin tidak dianggap maslahat

lagi dan begitu pula sebaliknya66

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah faktor penting untuk merumuskan

ketentuan hukum atau penetapan hukum harus dikaitkan dengan lima hal yakni al-

azminah (situasi zaman), al amkinah (situasi tempat), al-ahwal (keadaan) al-niyat

(sebab keinginan) dan al awa’id (adat tradisi). Semua ini mempengaruhi adanya

pembaharuan hukum. Mungkin saja suatu ketetapan hukum telah ada dimasa lalu

namun karena masa dan situasi sekarang berbeda dengan masa yang lalu, maka

hukum itu berubah untuk lebih dikembangkan.67

3. Tujuan Perubahan Hukum

Tujuan Perubahan hukum Islam dilakukan untuk mengingkari hal-hal

yang mungkar, pengingkaran terhadap kemungkaran memiliki empat tingkatan

yaitu:

a) Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantinya dengan yang

sebaliknya (kebalikannya).

b) Kedua, memperkecil walaupun tidak dapat menghilangkan segala macam

jenisnya.

c) Ketiga, menggantinya dengan yang semisalnya. Keempat, menggantinya

dengan sesuatu yang justru lebih buruk dari sebelumnya. Dua tingkatan

pertama diperintahkan syariat.

Tingkatan yang ketiga adalah tempatnya ijtihad, dan tingkatan yang

keempat adalah yang diharamkan. 68

66 Amir Syarifuddin, Studi Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauzy Tentang Hakim Dan

Relavansinya Dengan Meiasi Diperadilan Agama, Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam. 67 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb

Al-Lamin H.425 68 Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb Al-

Lamin (Jakarta; Pustaka Azam 2010) H.424

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

24

4. Contoh- Contoh Perubahan Hukum

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memberikan beberapa contoh diantaranya:

a. Larangan memotong tangan pencuri pada masa perang.

Nabi Muhamad saw telah melarang memotong orang yang mencuri pada

mas perang, riwayat ini disampaikan oleh Abu Daud dan ini merupakan suatu

ketentuan Allah SWT. Sedangkan Nabi Muhamad Rasullulah SAW telah

melarang pelaksanaannya dalam kondisi peperangan karena dikhawatirkan akan

merambat pada suatu yang lebih dibenci Allah SWT dengan dimurtadkan atau

diakhirkannya oleh sahabat-sahabat pencuri itu dari kalangan orang-orang

musyrik dengan alasan untuk melindunginya dan karena kemarahan mereka.69

b. khulu menyebabkan nikah faskh

Apabila seorang mujtahid mempunyai satu pendapat tertentu, kemudian

dengan kuatnya berubah, maka ia wajib mengubah ijtihadnya tersebut. Contohnya

apabila ada seorang mujtahid berpendapat bahwa khulu menyebabkan nikah fashk

kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang dulu pernah khulu tiga kali.

Lalu dia mempunyai penapat baru yang mengatakan bahwa khulu mempunyai

konsekuensi sama dengan talak, maka dia wajib berpisah dari istrinya dan dia

tidak boleh bersamanya karena mengamalkan hasil ijtihadnya yang kedua. Hal ini

karena dia sudah tau bahwa ijtihad pertamanya adalah salah dan yang kedua

adalah benar.70

c. Gugurnya had orang yang telah bertaubat

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sebagian besar tindakan

mengakhirkan had (hukuman) itu adalah demi kemaslahatan yang kuat, baik

keselamatan itu sebagai bagian dari kebutuhan kaum muslim atau karena

kekhawatiran terhadapnya akan keluar dari Islam (murtad) menjadi kafir.

Mengakhirkan had karena suatu tujuan adalah persoalan yang telah ditentukan

69 Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb Al-

Lamin H.425 70 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islami Wa Adilatuhu, (Damaskus: Darulfikr 2007M, 1428 H),

Cet.10 H.121

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

25

syariat, sebagaimana diakhirkannya qadha puasa pada saat hamil dan menyusui,

pada saat sakit. Demi kemaslahatan orang yang terhukum dan mengakhirinya demi

kemaslahatan Islam lebih utama.71

71 Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An Rabb Al-

Lamin H.426

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

26

BAB III

SEKILAS TENTANG PANDEGLANG DAN BANYUWANGI

A. Sekilas Tentang Sejarah, Letak Geografis, Dan Kondisi Sosial Masyarakat

Pandeglang

1. Sejarah Pandeglang

Kabupaten Pandeglang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten yang

ibu kotanya adalah Pandeglang. Asal-usul nama Pandeglang memiliki beberapa

versi, pertama adalah cerita tentang pembuatan gelang pada meriam Ki Amuk,

sebuah meriam besar yang berada di Banten lama, bekas pusat pemerintahan

kesultanan Banten. Menurut cerita, meriam Ki Amuk awalnya memiliki bentuk

yang hampir sama dengan bentuk meriam Ki Jagur, meriam yang kini berada di

museum Fatahillah, Jakarta.72

Seperti meriam Ki Jagur pada bagian pangkalnya atau bagian belakangnya

memiliki bentuk yaitu bentuk jari tangan yang mana ibu jari diselipkan diantara jari

telunjuk dan jari tengah, bentuk ini biasanya disimbolkan sebagai bentuk senggama,

demikian pula meriam Ki Amuk. Oleh karena bentuk seperti itu dianggap kurang

etis bagi masyarakat di lingkungan Kesultanan Banten yang Islami, maka kemudian

muncul cerita di masyarakat yang menyampaikan bahwa bagian belakang meriam

Ki Amuk dipotong dan kemudian material potongan dilebur kembali menjadi

bentuk gelang sebanyak lima pasang atau sejumlah sepuluh gelang. Pembuat

gelang-gelang itu selanjutnya diceritakan dibuat oleh pande besi dari Pandeglang

yang bernama Ki Buyut Papak, sekitar 30 Km ke arah selatan Banten lama.73

Versi kedua menceritakan seorang putri dari sebuah kerajaan yang

bernama Putri Arum. Diceritakan Putri Arum sedang bersedih karena akan dilamar

oleh seorang pangeran yang memiliki paras tampan namun memiliki perilaku jahat

72Https://Kabarpandeglang.Com/Asal-Usul-Kabupaten-Pandeglang/18Juni2019 (Diakses

Pada 18 Juni 2019 Pada Pukul 09.56) 73Https://Kabarpandeglang.Com/Asal-Usul-Kabupaten-Pandeglang/18Juni2019 (Diakses

Pada 18 Juni 2019 Pada Pukul 09.56)

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

27

bernama Pangeran Cunihin. Lamaran sang Pangeran sulit untuk ditolak karena jika

ditolak maka kerajaan sang putri akan dihancurkan.74

Singkat cerita Putri Arum lalu bersemedi meminta petunjuk agar terbebas

dari Pangeran Cunihin dan setelah itu sang putri didatangi seorang kakek bernama

Pande Gelang. Kakek Pande Gelang menyarankan agar putri menerima lamaran

Pangeran Cunihin tapi dengan syarat yaitu Pangeran Cunihin harus membuatkan

lubang pada sebuah batu keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia.

Pangeran Cunihin menyanggupi persyaratan tersebut dan berhasil, hal ini membuat

Putri Arum gelisah. Ki Pande kemudian menyuruh Putri Arum (Cadasari) untuk

meminta Pangeran Cunihin melewati lubang di batu keramat. Ki Pande telah

meletakkan gelang saktinya pada lubang batu itu, setelah melewati lubang di batu

keramat itu seluruh kesaktian Pangeran Cunihin langsung hilang dan seketika itu

pula berubah menjadi sosok kakek yang tua.75

Sebuah versi lain yang tidak berbentuk cerita, namun berdasarkan

topografi daerah Pandeglang yang berada di daerah yang lebih tinggi dari

lingkungan sekitarnya. Berdasarkan topografi tersebut Pandeglang berasal dari kata

Paneglaan yang mengandung makna tempat tersebut orang dapat melihat ke

berbagai arah, pengucapan paneglaan lama kelamaan berubah menjadi

Pandeglang.76

Salah satu daerah pesisir pantai di Pandeglang yaitu Panimbang.

Panimbang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Pandeglang. Karena

Panimbang merupakan daerah pesisir pantai maka ia juga melakukan tradisi

upacara sedekah laut. Panimbang sendiri merupakan salah satu lokasi tujuan

wisatawan karena terletak di pesisir pantai. Di sebelah barat, Kecamatan

Panimbang berbatasan langsung Selat Sunda.77

74Http://Legendabanten.Com/2013/03/Asal-Usul-Nama-Pandeglang.Htm?M=1/10.05B

(Diakses Pada 20 Juni 2019 Pada Pukul 11.50) 75Http://Legendabanten.Com/2013/03/Asal-Usul-Namapandeglang.Htm?M=1/20/06/2019

(Diakses Pada 20 Juni 2019 Pada Pukul 11.00) 76Http://Satudata.Pandeglangkab.Go.Id/Kecamatan/Detail/Pandeglang20/06.2019

(Diakses Pada 20 Juni 2019 Pada Pukul 12.50) 77Http://Satudata.Pandeglangkab.Go.Id/Kecamatan/Detail/Pandeglang20/06.2019

(Diakses Pada 20 Juni 2019 Pada Pukul 12.50)

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

28

Menurut sebuah literatur, pada tahun 130 M di wilayah Panimbang, terdapat

sebuah kerajaan Salakanegara (Salaka = perak) atau Rajatapura yang termasuk

kerajaan Hindu. Cerita tersebut tercantum pada naskah Wangsakerta. Raja

pertamanya yaitu Dewa Warman yang memiliki gelar Prabu Darmalokapala Dewa

Warman Haji Rakja Gapura Sagara yang memerintah sampai tahun 168 M.78

Sejalan dengan hal tersebut, mengenai latar penamaan Panimbang

adalah kegiatan perdagangan di zaman kolonial. Konon, daerah Panimbang

merupakan wilayah tempat mengumpulkan barang-barang yang biasa

ditransaksikan, terutama hasil pertanian atau rempah-rempah. Sebelum diangkat ke

kapal, barang-barang tersebut ditimbang terlebih dahulu. Tempat tersebut dinamai

panimbangan yang berarti tempat untuk menimbang.79 Jika mendasarkan asal nama

Panimbang kepada literatur lain. Pada tahun 264 M Panimbang adalah sebuah

negeri dengan penghasilan tambang melimpah. Perjalanan panjang sejarah negeri

maritim nusantara ini menunjukkan bahwa ada dua negeri yang pernah dikunjungi

bangsa India dan Cina pada eksodus pertama pada tahun 264 hingga 195 SM.

Pendatang asing ini umumnya telah memiliki berbagai tingkat keterampilan

dibidang kelautan, pertukangan, pertanian, serta memiliki seni budaya yang jauh

lebih tinggi dari penduduk pribumi80

2. Keadaan Geografis Dan Demografis

a. Batas Wilayah

Luas wilayah 132.84 m2 dengan letak geografis kecamatan Panimbang

kabupaten Pandeglang, terletak diantara:

1. Sebelah Utara : Desa Cibungur & Desa Kubang Kampil

2. Sebelah Selatan : Desa Panimbang Jaya/ Sungai Ciliman

3. Sebelah Barat : Selat Sunda

4. Sebelah Timur : Desa Sukaresmi

78Http://Satudata.Pandeglangkab.Go.Id/Kecamatan/Detail/Panimbang/20/Juni/2019

(Diakses Pada 20 Juni 2019 Pukul 14.06) 79 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 80 Claude Guilot, Terjemah Hendra Setiawan, BANTEN Sejarah Dan Peradaban Abad X-

XVII (Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008) H.25

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

29

Adapun struktur pemerintahan Pandeglang kecamatan Panimbang adalah

sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAHAN PANDEGLANG

KECAMATAN PANIMBANG81

81 Sumber. Papan Monografi Kabupaten Pandeglang Kecamatan Panimbang Tahun 2019.

CAMAT

Drs. Suhaedi Kurdiatna. MSI

SEKSI KESOS

Jarsiah, S.sos

Ayi Rusyana

SEKSI PEMERINTAHAN

Syarif MM

Encep Mulyadi

Asep Mulyana

SEKSI PENDAPATAN DAERAH

Kurniati

Susanti

Ningrum

SEKSI PEMBANGUNAN

Dede, S.sos

Wisnu

SEKRETARIS

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

30

b. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jumlah penduduk kecamatan Panimbang kabupaten Pandeglang

berjumlah 51.583 jiwa, dengan rincian laki-laki berjumlah 26.408 jiwa dan

perempuan berjumlah 25.175 jiwa. Untuk yang lebih jelasnya dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel.1

Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin82

No Penduduk Jumlah Jiwa

1 Laki-laki 26.408

2 Perempuan 25.175

Jumlah 51.583

Tabel.2

Klasifikasi Penduduk Menurut Golongan Usia83

No Golongan usia Laki-laki perempuan

1 0-4 2.841 2.654

2 5-9 2.935 2.753

3 10-14 2.595 2.498

4 15-19 2.491 2.136

5 20-24 1.898 1.855

6 25-29 2.019 2.054

7 30-34 1.941 1.883

8 35-39 1.964 2.003

9 40-44 1.770 1.721

82 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang

83 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

31

10 45-49 1.547 1.465

11 50-54 1.466 1.359

12 55-59 971 873

13 60-64 897 792

14 65-69 416 339

15 70-74 349 342

16 75+ 308 448

Jumlah 26.408 25.175

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat Panimbang Pandeglang tergolong masyarakat yang

heterogen, memiliki sifat dan sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu

permasalahan, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda-beda antara

satu dengan yang lainnya. Kenyataan ini diketahui bahwa kegiatan dan keadaan

sosial kebudayaan tidak mengarahkan persamaan dan perbedaan.84

Masa-masa sekarang ini, masyarakat telah cukup baik kesadarannya.

Mereka telah banyak mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan baik

bagi dirinya maupun orang lain. Contohnya, melakukan kegiatan gotong-royong

yang dikerjakan secara bersama-sama baik gotong royong yang diadakan

pemerintah ataupun gotong royong yang kegiatannya memperingati hari besar

Islam dan hari-hari bersejarah nasional. Kegiatan gotong royong yang sifatnya

program pemerintah diantaranya: kebersihan lingkungan, siskamling atau ronda

dan memperbaiki jalan. Sedangkan kegiatan gotong royong yang sifatnya

memperingati hari-hari besar Islam dan hari-hari bersejarah nasional

diantaranya:85

84 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 85 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

32

Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, memperingati

maulid Nabi Muhamad Saw, memperingati Isro’ Mi’roj, memperingati Nuzulul

Quran. Untuk mengerjakan acara-acara tersebut, masyarakat mengerjakannya

dengan bergotong-royong. Kecamatan Panimbang Pandeglang, sebagai

pemukiman para nelayan, merupakan tempat menetap dan musiman dari nelayan

(pendatang) yang berlatar belakang etnis bermacam-macam.86

Mereka memilki tradisi dan budaya yang bervariasi sesuai dengan latar

belakang sosiokultural dari masing-masing daerah asalnya. Di samping itu telah

memilki tradisi dan budaya bersama sebagai hasil akulturasi antar tradisi dan

budaya yang ada di sana. Ada tradisi masyarakat Jawa (Cirebon/ Indramayu),

Jawa Serang (Jaseng) dan Pandeglang. Serta budaya milik bersama sebagai hasil

akulturasi budaya, baik yang berjiwa nasionalisme maupun yang bernapaskan

agama Islam. Meskipun ada suku pendatang lain yang menetap seperti Minang

(Padang), Bugis (Makasar) namun keberadaannya hanya sedikit sehingga tidak

ikut serta meramaikan budayanya. Yang mendominasi hanya Sunda dan Jawa

saja.87

Dalam kehidupannya di lingkungan masyarakat asal Jawa barat (Sunda)

pada umumnya mereka menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi di

lingkungan mereka sendiri dan keluarganya. Masyarakat nelayan asal Jawa barat

sangat menyenangi kesenian jaipongan, dan wayang golek. Sementara di

lingkungan masyarkat Jawa tengah mereka berkomunikasi menggunakan bahasa

daerahnya sendiri untuk berkomunikasi. Masyarakat nelayan asal Jawa tengah

sangat menyenangi kesenian Buroq dan Reog.88

Adanya proses interaksi antar masyarakat dan budaya di lingkungan

masyarakat nelayan Panimbang, Pandeglang telah melahirkan akulturasi budaya

seperti dalam hal bahasa, tidak jarang bahasa-bahasa yang ada di lingkungan

masyarkat nelayan dapat dikuasai, dimengerti dan dipergunakan oleh bukan

86 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 87 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 88 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

33

sukunya seperti orang-orang Pandeglang yang dapat paham dan bisa berkomunikasi

dalam bahasa Jawa atau sebaliknya.89

Tabel.3

Klasifikasi Penduduk Menurut Suku90

No Suku persentase

1 Sunda 80%

2 Jawa 29%

3 Padang 0,5%

4 Bugis 0,3%

5 Makasar 0,2%

B. Sekilas Tentang Sejarah, Letak Geografis, dan Kondisi Sosial Masyarakat

Banyuwangi

1. Sejarah Banyuwangi

Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan

kejayaan Blambangan. Sejak zaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan

Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan

berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk

memasuki dan mengelola Blambangan.91

Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur (termasuk Blambangan) diserahkan

oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa Blambangan memang sudah

menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang

simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan

89 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 90 Badan Pusat Statistik Banyuwangi 91 Https://Www.Banyuwangikab.Go.Id/Profil/Sejarah-Singkat.Html/20/07/2019 (Diakses

Pada 20 Juni 2019 Pukul 13.55)

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

34

ketika Danuningrat meminta bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC

masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan.92

Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan

Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (kompleks Inggrisan) pada tahun

1766 di bandar kecil Banyuwangi (yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda,

Tirtaarum atau Toyaarum), maka VOC langsung bergerak untuk segera merebut

Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum dalam

peperangan yang terjadi pada tahun 1767-1772 (5 tahun) itu, VOC memang

berusaha untuk merebut seluruh Banyuwangi yang pada waktu itu sudah mulai

berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai

Inggris. Peperangan selama lima tahun tersebut berlangsung secara dahsyat, perang

tersebut dinamakan “perang puputan bayu”. Pihak VOC dengan gigih berusaha

merebut Banyuwangi dari Inggris, karena wilayah tersebut sangat strategis dan

menguntungkan bagi mereka. Disisi lain, Inggris juga tidak mau kehilangan

kesempatan melepaskan Banyuwangi.93

Namun akhirnya, VOC-lah yang memperoleh kemenagan. Mereka

memindahkan pusat pemerintahan dari Blambangan ke daerah Banyuwangi pada

18 desember 1771 Rwiroguno diangkat VOC sebagai bupati Banyuwangi pertama.

Dengan demikian pasti terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan

lahirnya sebuah tempat yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang

Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi94

2. Keadaan Geografis dan Demografis Banyuwamgi Kecamatan Muncar

Di kecamtan Muncar desa Kedungrejo kabupaten Banyuwangi Jawa

Timur yang terletak di bagian timur kabupaten Banyuwangi + 45 km dari jantung

kota Banyuwangi dengan luas 8.737.35 Ha dengan batas wilayah:

92 Https://Www.Banyuwangikab.Go.Id/Profil/Sejarah-Singkat.Html/20/07/2019 (Diakses

Pada 20 Juni 2019 Pukul 13.55) 93 Https://Www.Tagar.Id/Asal-Usul-Kota-Banyuwangi.Htm23/08/201 (Diakses Pada 23

Agustus 2019 Pukul 05.07) 94 Https://Www.Banyuwangikab.Go.Id/Profil/Sejarah-Singkat.Html/20/07/2019 (Diakses

Pada 20 Juli 2019 Pukul 20.35)

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

35

a. Batas Wilayah

Letak geografis wilayah Banyuwangi Kecamatan Muncar sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Tembokrejo

2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Kedungringin

3. Sebelah Barat : berbatasan dengan selat Bali

4. Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Blambangan95

Adapun struktur pemerintahan Banyuwangi kecamatan Muncar adalah

sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAHAN BANYUWANGI

KECAMATAN MUNCAR96

95 Sumber Pribadi: Papan Peta Kecamatan Muncar 96 Sumber Pribadi :Papan Statistik Kecamatan Muncar

CAMAT

Dr.Lukman Hakim S, M.S.I

SEKSI KESOS

Rahmat Hidayat

SEKSI PEMERINTAHAN

Feri Susanto

SEKSI PENDAPATAN DAERAH

Isva Lamaya

SEKSI PEMBANGUNAN

widyantoro

lutfiatul laili

SEKRETARIS

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

36

b. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jumlah penduduk kecamatan Muncar kabupaten Banyuwangi

berjumlah 893.816 jiwa, yang terbagi kepada laki-laki berjumlah 525.240

jiwa dan perempuan berjumlah 368.572 jiwa. Untuk yang lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel. 4

Klasifikasi penduduk menurut jenis kelamin97

No Penduduk Jumlah Jiwa

1 Laki-laki 525.240

2 Perempuan 368.576

Jumlah 893.816

Tabel.5

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia98

No Golongan usia Laki-laki perempuan

4 15-19 21.387 21.001

5 20-24 146.264 26.655

6 25-29 50.418 25.854

7 30-34 56.806 33.435

8 35-39 60.125 39.941

9 40-44 62.352 43.870

10 45-49 58.363 49.635

11 50-54 48.832 41.025

97 Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi 98 Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

37

12 55-59 43.098 35.443

13 60-64 77.594 51.717

Jumlah

525.240 368.576

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Banyuwangi kecamatan Muncar

Banyuwangi merupakan salah satu kota dengan julukan kota budaya.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Banyuwangi yang terdiri dari beragam

suku bangsa menggunakan bahasa osing99, yang merupakan ragam tertua bahasa

Jawa tapi berdasarkan kebudayaan banyak dipengaruhi oleh budaya Bali meskipun

juga diwarnai oleh budaya Madura, Bugis, Melayu, Eropa, dan Tionghoa.100

Kabupaten Banyuwangi memiliki beragam khas kesenian tradisional yang

hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat, diantaranya Barong

Kemiren atau biasa juga disebut dengan Barong Banyuwangi yang merupakan

kesenian kuno asal Banyuwangi yang berbentuk seni pertunjukan rakyat dengan

media barong. Kesenian ini termasuk dalam seni yang sangat sakral bagi

masyarakat Banyuwangi karena berhubungan dengan Buyut Cili, yang diyakini

penduduk setempat sebagai cikal bakal desa.101

Kesenian tradisional lainnya yang merupakan khas Banyuwangi yaitu

Gandrung Banyuwangi. Kata gandrung berarti terpesona nya masyarakat

Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa

kesejahteraan bagi masyarakat. Gandrung Banyuwangi merupakan seni tradisional

khas Banyuwangi dengan bentuk tarian berpasangan sebagai perwujudan rasa

syukur masyarakat setiap habis panen yang disajikan dengan iringan musik khas

99 Osing Merupakan Suku Asli Masyarakat Banyuwangi Dari Masa Blambangan 100 Lukmanul Hakim, Ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli

2019) Pukul 10.25-12.15 101 Lukmanul Hakim, Ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli

2019) Pukul 10.25-12.15

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

38

perpaduan budaya Jawa, Bali dan Eropa karena menggunakan biola sebagai

pengiring nya juga.102

Dilihat dari sisi sosial, Kabupaten Banyuwangi memiliki sistem sosial

yang unik, sistem sosial ini tepatnya hidup dan berkembang di Kecamatan Muncar.

Sistem sosial ini merupakan sebuah sistem yang mengatur perilaku-perilaku

individu yang ada dengan cara mempertahankan nilai-nilai sosial yang ada agar

mengajarkan kepada individu untuk memiliki kesadaran kolektif dalam hal apapun

serta dalam kegiatan-kegiatan sosial. Keunikan ini dipertahankan agar menjaga

warga agar tetap menjalin kehidupan kebersamaan dengan cara memperkuat peran

orang tua untuk membentuk kepribadian anak agar dapat beradaptasi dengan

lingkungan sosialnya.103

Sistem sosial yang unik ini telah berkembang dan hidup berkat masyarakat

Banyuwangi sendiri yang berusaha mempertahankan budaya tersebut sehingga

dapat dikatakan bahwa antar individu memiliki kesadaran kolektif yang tinggi.

Keunikan ini dapat dilihat apabila ada sebuah acara hajatan. Masyarakat tanpa

dimintai bantuan akan membantu orang yang memiliki acara hajatan (acara

nikahan, slametan dan lainnya) dengan sukarela, keunikan ini merupakan budaya

masyarakat Banyuwangi yang bernama “Rewang”.104

102 Alifia Fuji Yuanita, Nila-Nilai Kearifan Lokal dalam Tari Gandrungdan Upaya

Pelestariannya Di Banyuwangi, Universitas Negeri Malang Vol.1, No 1 2010 103 Lukmanul Hakim, Ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli

2019) Pukul 10.25-12.15 104 Lukmanul Hakim, Ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli

2019) Pukul 10.25-12.15

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

39

BAB IV

ANALISA TENTANG SEDEKAH LAUT DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Upacara Sedekah Laut di Pandeglang

Setelah melakukan penelitian di lapangan, maka didapatkanlah hasil

penelitian tentang pelaksanaan upacara sedekah laut di Pandeglang. Upacara ini

merupakan hasil pembawaan dari tradisi masyarakat pesisir Jawa bagian barat yaitu

Cirebon dan Indramayu yang melakukan transmigrasi ke daerah pesisir pantai

Pandeglang. Jadi upacara sedekah laut di Panimbang-Pandeglang bukan merupakan

tradisi asli masyarakat Pandeglang.105 Upacara sedekah laut di Pandeglang

masyarakat biasanya menyebutnya dengan “nadran” penyebutan ini sama dengan

ritual sedekah laut yang ada di Indramayu dan Cirebon. Sehingga asal usul nadran

di Pandeglang tidak terlepas dari asal usul nadran di Indramayu dan Cirebon

sendiri.106

Menurut Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti Nawawi, Nadran berasal

dari bahasa arab yaitu dari kata nadar yang artinya syukuran. Kemudian juga kata

nazar yang mempunyai makna pemenuhan janji. Menurut sejarahnya nadran sudah

ada sejak zaman Hindu Belanda dan dilakukan oleh nenek moyang terdahulu.

Menurut hasil wawancara dikisahkan di Cirebon ada sorang pemimpin bernama Ki

Ageng Tapa dan rombongan sedang makan-makan bersama rombongan masyarakat

nelayan, penghuni yang ada di laut datang dan menghadap Ki Ageng Tapa para

penghuni laut tersebut meminta barokahnya dibagikan kepada kami juga, kemudian

Ki Ageng Tapa Menjawab, “Baik, nanti tahun depan kami akan bawakan makanan

untuk kalian’, janji KiAgeng Tapa untuk memberi makanan pada tahun depan di

sebut nadzhar, dari kata nadzhar ini kata nadranan terbentuk, kemudian pada tahun

depannya nadzran Ki Ageng Tapa dilaksanakan dengan menyembelih seekor

105 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi, (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28 WIB 106 Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50-20.45 WIB

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

40

kerbau, daging dari badan kerbau di makan untuk bangsa manusia, sedangkan

kepala kerbau untuk bangsa siluman yang tinggal di laut. Sikap Ki Ageng Tapa

bukan untuk memberi persembahan kepada bangsa halus sebagai tunduk kepada

bangsa mereka, tetapi sebagai bentuk kepedulian sebagai sesama makhluk Tuhan,

juga sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab untuk memelihara

keseimbangan lingkungan yang hidup di darat maupun di laut, sikap ini sebagai

perwujudan bahwa Islam rahmatan lil alamin.107

Sikap Ki Ageng Tapa yang peduli terhadap keseimbangan ekosistem

lingkungan hidup ini kemudian dilanjutkan oleh turunannya, mulai dari pangeran

Cakrabuana, Sunan Gunung Jati dan sultan-sultan yang memerintah. Pada masa

pemerintahan Sunan Gunung Jati, nadran merupakan ritual kenegaraan terbesar

setelah muludan. Momen nadran dimanfaatkan oleh Sunan Gunung Jati untuk

mengajarkan rasa bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan rezeki baik

hasil bumi maupun hasil laut, persembahan rasa syukur diwujudkan oleh masyarkat

dalam bentuk persembahan hasil bumi dan laut yang terbaik. Jadi dalam

pelaksanaan nadran dilakukan pemotongan seekor kerbau jantan, kemudian

diambil kepalanya, tulangnya, dan darahnya setelah itu di larung ke tengah laut

menggunakan perahu kecil yang khusus dibuat untuk pelarungan tersebut.108

Tujuan diadakannya nadran adalah untuk melestarikan tradisi masyarakat

nelayan yang sudah dilakukan oleh orang tua terdahulu, jangan sampai tradisi ini

hilang tergerus oleh zaman tutur Nawawi lagi. Berbeda dengan Kyai Masykur,

menurutnya tujuan dari diadakannya nadran adalah untuk syukuran atas nikmat

hasil tangkapan ikan di laut yang telah Allah berikan kepada masyarakat pesisir

pantai dan nelayan di Pandeglang.109

Dalam pelaksanaannya tidak ada aturan waktu khusus dalam

penyelenggaraan “Nadran” di pandeglang yang terpenting tidak dalam posisi angin

barat saja dan Biasanya tergantung kepada hasil musyawarah warga nelayan dan

107Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 WIB 108Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 WIB 109 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28 WIB

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

41

pejabat terkait.110 Namun dalam acara tahunan acara nadran selalu masuk agenda

yang mesti dilaksanakan walaupun waktunya tidak tetap.111 Masyarakat nelayan

berdalih bahwa jika tidak melaksanakan nadran seperti tidak ada rasa terima kasih

kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya. Ada juga yang berpendapat

apabila tidak melakukan “Nadran” akan sedikit hasil pencaharian ikannya atau

akan mendapat bencana seperti angin yang tidak bersahabat ataupun gelombang

yang tinggi. Namun hanya beberapa saja yang berpendapat demikian.112

Waktu kegiatan upacara sedekah laut sebulan penuh, namun acara inti

dilaksanakan di tiga hari terakhir. Sebelum acara inti terdapat juga serangkaian

acara seperti acara donor darah, pengobatan gratis, santunan anak yatim dan panti

jompo, sunatan masal, pawai mengelilingi desa yang berakhir di tempat

penangkapan ikan (TPI), lomba bola voly, lomba bola sepak antar desa, juga

wayang kulit yang ikut meramaikan acara sedekah laut.113

1. Tahap pelaksanaan upacara sedekah laut

a. Tahap persiapan

Sebelum mengadakan upacara sedekah laut, para tokoh agama, tokoh

masyarakat dan pejabat terkait terlebih dahulu mengadakan musyawarah mengenai

waktu pelaksanaan, pembentukan panitia upacara sedekah laut dan besarnya dana

yang dibutuhkan. Dalam hal ini upacara sedekah laut memiliki perbedaan dari

upacara sedekah laut di daerah lain. Di Pandeglang upacara sedekah laut tidak mesti

dilaksanakan setiap tahun.114

Menjelang diadakannya tradisi upacara sedekah laut, terlebih dahulu

diadakan beberapa acara yang diikuti oleh masyarakat setempat adapun acaranya

110 H. Suhaedi Kurdiatna, Kepala Kecamatan Panimbang, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 22 Juni 2019) Pukul 10.20-11.35 111 Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 22 Juni 2019)

Pukul 09.30-10.10 112 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28 113Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 114Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25 Juni 2019) Pukul 19.50- 20.45

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

42

diantaranya antara lain: lomba sepak bola, lomba bola voli, bersih-bersih pantai,

bazar murah, pementasan seni budaya, pengobatan gratis, santunan anak yatim,

istigosah, tabligh akbar, kreasi seafood, karnaval nelayan115

b. Tahap pelaksanaan

Tradisi upacara sedekah laut merupakan budaya yang dilakukan oleh

masyarakat pesisir pantai, dana dari pelaksanaan kegiatan tradisi upacara sedekah

laut tersebut didapat dari swadaya masyarakat yang penarikannya dikordinir oleh

bendahara Tempat Pelelangan Ikan (TPI) biasa ditarik perkepala keluarga sebagai

sumbangan wajib. Biasanya untuk kalangan atas yang segi ekonominya lebih

mapan biasanya menyumbangkan uang lebih dari yang sudah ditentukan.

Selanjutnya panitia membuat proposal untuk nantinya mendapatkan sponsor dari

berbagai brand terkenal.116

Dari dana yang sudah terkumpul selanjutnya dipergunakan untuk membeli

syarat perlengkapan upacara sedekah laut seperti kepala kerbau, ayam betina, kain

putih, jajanan pasar tujuh macam, nasi tumpeng dan lain sebagainya. Setelah

perlengkapan upacara sedekah laut terpenuhi dapat dilakukan prosesi ritual tradisi

nadran atau upacara sedekah laut.117

Adapun prosesi nadran atau upacara sedekah laut adalah

1. Menyiapkan kepala kerbau

2. Menyiapkan perahu kecil untuk pelarungan

3. Menyiapkan berbagai sesajen seperti ayam betina, nasi tumpeng kuning dll.

4. Melakukan pencucian perahu

5. Menyiapkan makanan beserta lauk pauknya

115Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 116Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 117Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

43

6. Melakukan doa bersama118

Dari semua prosesi di atas yang telah dipaparkan, mengandung makna dan

tujuan. Adapun makna nya yaitu;

1. Kepala kerbau jantan. Melambangkan kekuatan atau ketangguhan.

Maksudnya masyarakat nelayan bisa mempunyai kekuatan atau

ketangguhan dalam mencari ikan di laut, mengingat medan yang dihadapi

penuh dengan bahaya. Hewan jantan juga melambangkan semangat kerja

masyarakat.

2. Bunga tujuh macam dan kue jajanan pasar tujuh macam. Melambangkan

ikan yang bermacam-macam, maksudnya sebagai bentuk permintaan para

nelayan terhadap ikan di laut yang bermacam-macam ragamnya.

3. Nasi tumpeng kuning. Melambangkan kemakmuran. Maksudnya sebagai

bentuk permintaan masyarakat nelayan agar diberi kehidupan yang

makmur.

4. Bekakak ayam betina, melambangkan kesuburan rezeki, maksudnya

mereka berharap bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah.

5. Kain Putih, melambangkan kesucian hati, maksudnya ketika nelayan melaut

mereka harus berniat usaha dengan benar, ikhlas mencari nafkah untuk

keluarga dan meminta pertolongan semata-mata hanya kepada Allah Swt.

Jika niatnya sudah benar mereka percaya bahwasanya dalam mencari ikan

akan lebih mudah.119

118Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 119 Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 WIB

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

44

Gambar 1. Aneka macam makanan dari warga dikumpulkan

(Sumber: Dokumen Pribadi 2018)

Setelah didoakan bersama di pinggir laut, aneka macam makanan berupa

ayam bekakak, pisang dan makanan lainnya berasal dari masyarakat dan juga

nelayan yang kemudian dikumpulkan untuk dimakan bersama-sama setelah

pelarungan. Masyarakat Pandeglang biasa menyebutnya dengan “babacakan”120

atau “ngariung”121 semua masyarakat, nelayan dan pejabat pemerintahan tanpa

sekat menjadi satu menyantap makanan yang sudah dikumpulkan.122

Jadi ada sedikit pergeseran tradisi, yang awalnya makan-makanan tersebut

di atas dalam tradisi asli nya ikut dilarung (dihanyutkan ke laut) bersama kepala

kerbau tapi sekarang makanan tersebut dimakan bersama-sama masyarakat.

120 Babacakan merupakan istilah orang sunda yang berarti makan bersama-sama

menggunakan satu tempat (biasanya nampan atau daun pisang) 121 Ngariung juga merupakan istilah orang sunda yang berarti berkumpul mengelilingi

makanan 122 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi, (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

45

Gambar 2. Perjalanan dalam pelarungan kepala kerbau ke tengah laut

(Sumber: dokumen pribadi 2018)

Gambar 3. Prosesi Pembuangan Perahu Berisi Aneka Sesajian

(Sumber: Dokumen Pribadi 2018)

Menurut Nawawi, setidaknya terdapat tiga tujuan dari pelaksanaan upacara

sedekah laut. Pertama, tujuan vertikal, yaitu hubungan antara makhluk kepada sang

pencipta Allah SWT. Mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, untuk memohon

keselamatan para nelayan mengarungi lautan. Kedua, tujuan horizontal yaitu

hubungan antara sesama manusia, sebagai ajang silaturahmi dengan sanak keluarga

dan teman-teman setiap harinya jarang bertemu karena banyak yang jarang pulang

karena harus bekerja di laut. Ketiga, tujuan sosial ekonomi, memperkuat persatuan

komunitas nelayan yang bernaung dalam kongsi di dalamnya terdapat koperasi

sekaligus menjaga tali silaturahmi antara nelayan pengelola dan para juragan

pemilik perahu atau kapal. Keempat, tujuan hiburan dan pelestarian seni budaya,

sebagai ajang hiburan bagi seluruh masyarakat khususnya masyarkat nelayan.123

123Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

46

Gambar 4: Bupati Pandeglang Memberi Sambutan

(Sumber: Dokumen Pribadi 2018)

Turut hadir bupati pandeglang Irna Narulita Dimyati mewakili Pemerintah

Pandeglang yang sangat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam acara kegiatan

upacara sedekah laut di Panimbang, Pandeglang karena sangat mempengaruhi

objek pariwisata dan menarik wisatawan datang untuk melihat keindahan pantai

Pandeglang sehingga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat

pandeglang.124

124 H. Suhaedi Kurdiatna, Kepala Kecamatan Panimbang, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 22 Juni 2019) Pukul 10.20-11.35

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

47

B. Upacara Sedekah Laut di Banyuwangi

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat oleh penulis, Uapcara sedekah

laut yang diadakan di Banyuwangi disebut dengan ritual Petik Laut oleh

masyarakatnya. “Petik” sendiri berarti memetik, mengambil, memungut atau

memperoleh hasil laut berupa ikan yang mampu menghidupi nelayan Muncar. Jadi

petik laut adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan,

untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan.

Sejak tahun 1901 para nelayan bermukim di Muncar. Pada saat itu pula telah

diselenggara¬kan Upacara Petik Laut.125

Petik laut di Muncar merupakan tradisi masyarakat Muncar yang

berlangsung lama oleh nenek moyang kemudian dilakukan turun temurun hingga

sekarang masih terpelihara dengan baik. Cara sesaji nya pun masih mengikuti cara

yang dipergunakan oleh masyarakat nelayan sebelumnya. Petik laut di Muncar,

merupakan adat istiadat Jawa yang kemudian dikembangkan oleh suku Bugis,

Madura, Bali dan Jawa.126

Karena di Muncar didominasi oleh keturunan dari suku Madura dan Jawa,

keduanya mempunyai kepercayaan kepada sosok Ratu penguasa lautan selatan

yaitu Nyi Roro Kidul sehingga masyarakat Muncar Banyuwangi melaksanakan

upacara sedekah laut atau ritual petik laut setiap tanggal 15 suro atau setiap bulan

muharom127(penanggalan Jawa) upacara petik laut ini merupakan suatu tanda

penghormatan untuk dewi selatan. Nyi Roro Kidul sendiri digambarkan sosok

perempuan cantik jelita. Ritual upacara sedekah laut yang digelar di Banyuwangi

diselenggarakan nelayan sejak tahun 1901 dengan dipimpin oleh seorang dukun.128

125 Lukman Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juni 2019)

Pukul 10.25-12.15 126 Jufri, Tokoh Masyarakat Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 24 Juni 2019) Pukul

09.05-10.10 127Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Muharram berasal dari

kata “harrama”, yang artinya diharamkan atau dipantang. 128 Masyarakat Jawa memandang bulan suro sebagai awal tahunJjawa juga menaggap

sebagai bulan yangn sakral atau suci.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

48

Upacara sedekah laut ini adalah hajatan tahunan masyarakat psesisir dan

nelayan Muncar yang wajib dilakukan setiap tahunnya. Pernah sekali tradisi

upacara sedekah laut ini tidak dilaksanakan akibatnya tidak ada ikan sama sekali,

dan air laut pasang hingga ke kampung warga. Menurut masyarakat sekitar

penghuni laut marah terhadap warga masyarakat pesisir dan nelayan Muncar karena

tidak menjalankan ritual upacara sedekah laut. Kemudian setelah kejadian itu

masyarakat pesisir dan nelayan Muncar melakukan kembali ritual Upacara Sedekah

laut. Sebagai tradisi yang harus dipertahankan dan ritual ini menjadi kepercayaan

yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat pesisir dan nelayan Muncar.129

Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan petik laut di pantai Muncar

adalah sebagai ucapan untuk mensyukuri atas rahmat tuhan yang maha esa yang

telah melimpahkan berupa hasil penangkapan ikan terutama ikan Lemuru yang

menjadi tangkapan ikan terbanyak di perairan laut Muncar sehingga ikan Lemuru

tidak kunjung henti-hentinya sepanjang masa. Kemudian juga sebagai salah satu

media permohonan agar memperoleh perlindungan dan dijauhkan dari segala

marabahaya dan di anugerahi keselamatan. Ditambah oleh Jufri selaku tokoh

masyarakat petik laut juga sebagai salah satu upaya untuk menanamkan perasaan

cinta bahari bagi masyarakat nelayan di pantai Muncar sehingga kehidupan laut

yang telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan terpelihara.130

Sutiyono mengatakan bahwa, petik laut atau upacara sedekah laut

merupakan ucapan rasa syukur atas hasil laut yang dianugerahkan kepada

masyarakat pesisir Muncar. Penghasilan ikan di laut Muncar merupakan

penghasilan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat pesisir pantai Muncar.

Maka dari itu tradisi upacara sedekah laut atau petik laut ini tetap dipelihara sebagai

wujud rasa syukur.131

129 Lukman Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juni 2019)

Pukul 10.25-12.15 130 Jufri, Tokoh Masyarakat Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 24 Juni 2019) Pukul

09.05-10.10 131 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

49

1. Proses pelaksanaan petik laut

Tradisi petik laut merupakan hajatan besar bagi masyarakat Muncar

Banyuwangi, maka dipersiapkan dalam beberapa bulan sebelumnya yang diawali

dengan melakukan pertemuan para tokoh masyarkat Muncar dan para masyarakat

nelayan Muncar untuk membuat kepanitiaan pelaksanaan kegiatan tradisi upacara

sedekah laut. Setelah ditentukan kepanitiaan segera dipersiapkan waktu

pelaksanaan upacara sedekah laut yang selalu jatuh pada tanggal 15 di bulan syuro

namun selalu berbeda dalam penanggalan masehi setiap tahunnya.132

Persiapan pelaksanaan petik laut di pantai Muncar dilakukan dalam waktu

1 bulan sebelum pelaksanaan di hari puncaknya. Diawali dengan melakukan

persiapan administrasi sampai kepanitiaan. Setiap juragan kapal ikut serta dalam

kepanitiaan. Bahkan biasanya kediaman juragan kapal digilir untuk menjadi tempat

musyawarah atau tempat untuk menghias dan mempersiapkan perahu kecil dan

seperangkat sesajen.133

Masyarakat pesisir Pantai Muncar hampir seluruhnya menjelang

pelaksanaan upacara petik laut melaksanakan tirakatan134 sampai pagi. Dengan

harapan semoga Tuhan memberkati dan pelaksanaan Petik Laut Muncar selamat

tidak ada halangan apapun.

Sebelum acara pelarungan dilakukan terlebih dahulu Acara Ider Bumi135

dilaksanakan pagi hari kurang lebih 06.00 WIB, sesaji yang telah siap di dalam

“gitik” dan ditempatkan di rumah pawang, diangkut menuju ke tempat upacara

sambil terlebih dahulu diarak keliling perkampungan nelayan, diiringi oleh

132 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35 133 Lukman Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juli 2019)

Pukul 10.25-12.15 134 Tirakatan adalah kegiatan tidak tidur semalaman suntuk disertai dengan memanjatkan

doa memohon pada yang kuasa 135 Ider bumi adalah salah satu tradisi masyarakat banyuwangi untuk menolak bala, dengan

mengelilingi perkampungan disertai membawa perahu berisi sesaji

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

50

seperangkat kesenian tradisional lengkap dengan para penari gandrung. Masyarakat

nelayan menuju ke tepat upacara pelepasan sesaji.136

Hampir tiap tahun upacara pelepasan sesaji dilakukan di Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) pada tanggal 15 syuro, biasanya dimulai pada pukul 09.00 WIB. Perahu

yang membawa Gitik yang berisi sesaji ditempatkan paling depan dan kemudian

diikuti di belakangnya oleh iring-iringan perahu nelayan yang membawanya ke

tengah laut untuk berziarah ke Makam Sayid Yusuf yang bertempat di

sembulungan.137

Dalam Penyelenggaraan ritual petik laut dipadati dengan serangkaian acara

inti berlangsung selama tiga hari. Hari pertama, sebelum melepas semua sesaji ke

laut, masyarakat nelayan mengadakan pengajian di masjid dengan membaca surat

yāsin dan membaca tahlil. Di hari terakhir, yang merupakan acara puncak,

masyarakat nelayan mengadakan acara pemberian sesaji ke laut. Sebelum sesaji di-

larung ke laut, ditampilkan terlebih dahulu tari-tarian tradisional masyarakat using,

yaitu tarian gandrung.138

Tari Gandrung sendiri, dalam tradisi using, memiliki makna semangat

perjuangan dan kebersamaan. Tari gandrung, pada mulanya, merupakan tarian

untuk memperingati terjadinya perang puputan bayu. Puputan bayu adalah perang

perlawanan komunitas using terhadap pemerintah kolonial Belanda yang terjadi

pada tahun 1771-1773. Dalam perkembangannya kemudiaan, tari gandrung

semakin meluas pengaruhnya di masyarakat Banyuwangi, sehingga menjadi

kesenian tradisional Banyuwangi yang banyak menghiasi berbagai ritual tradisional

using dan juga berbagai ritual keagamaan masyarakat Banyuwangi lainnya.

Masyarakat Banyuwangi sangat membanggakan seni tari tradisional gandrung ini

136 Lukman Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juli 2019)

Pukul 10.25-12.15 137 Jufri, Tokoh Masyarakat Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 24 Juli 2019) Pukul

09.05-10.10 138 Lukman Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juli 2019)

Pukul 10.25-12.15

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

51

Gambar: tari gandrung memeriahkan upacara petik laut

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ritual ini diawali pembuatan sesaji oleh para nelayan yang mempunyai

kapal besar (juragan kapal). Mereka adalah keturunan warga Madura yang sudah

ratusan tahun turun-temurun mendiami pelabuhan Muncar. Di situ disiapkan

beberapa perahu kecil (perahu sesaji), dibuat sebagus mungkin demi ke lengkapan

acara petik laut. Pada malam harinya, di dalam perahu sudah disediakan berbagai

macam sesaji yang sudah disiapkan dan dilakukan pembacaan do’a bersama. Di

beberapa rumah juragan kapal pun diadakan pengajian atau yasinan, untuk

memperlancar perjalanan dan kelancaran acara petik laut, tanpa ada suatu halangan

apapun. Pengajian ini dilaksanakan sebelum diberangkatkan dan dihanyutkannya

sesaji ke laut.139

139 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

52

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar: Perahu mulai bergerak ke tengah laut)

Sebelum berangkat ke pelabuhan, kepala daerah diwajibkan untuk

memasang pancing emas di lidah kambing atau sapi. Ini sebagai simbol

permohonan nelayan agar diberi hasil ikan yang banyak. Menjelang keberangkatan,

perahu bergerak perlahan-lahan ke laut dan diiringi dengan ṣolawatan bersama-

sama. Barisan perahu besar pun bergerak panjang menuju ke Semenanjung

Sembulungan. Kawasan ini sering disebut plawang. Seluruh perahu berhenti

sejenak, didampingi beberapa juragan kapal yang melakukan ritual tersebut, dan

sesaji pun diturunkan pelan-pelan dari perahu dan diiringi dengan doa-doa yang

dibacakan oleh para sesepuh di sana. Dari plawangan perahu bergerak menuju

sembulungan. Di tempat ini, nelayan kembali menghanyutkan sesaji yang kedua

kalinya. Rangkaian kegiatan ini juga disertai pesta rakyat dengan pasar malam dan

aneka hiburan seperti gandrung, kroncong dan lain-lain. Puncak acara petik laut

terjadi pada bulan purnama, tepat pada tanggal 15 Kalender Jawa. Puncak itu

ditandai dengan upacara ube rampe “mempersembahkan sesaji” yang dimasukan

dalam sebuah perahu kecil (sebuah kapal yang diisi dengan aneka sesaji mulai dari

buah, sayur, ikan, ayam, uang, perhiasan dan kepala kambing). 140

140 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

53

Gambar. 5: ube rampe (sesajen) dimasukan kedalam perahu kecil

(Sumber: dokumen pribadi)

Kelengkapan upacara dianggap penting dengan tersempurnanya ube rampe

(sesaji) yang disiapkan seperti sesaji berupa kue, masakan dan makanan yang

berasal dari palawija. Sesaji yang paling utama adalah kepala kambing “kendit”,

kue-kue sebanyak 44 macam, buah-buahan, pancing emas, candu, pisang saba

mentah, kinangan, kembar mayang, pisang rajah, nasi tumpeng, nasi gurih, nasi

lawuh, ayam jantan hidup dua ekor. Semuanya dimasukan kedalam perahu kecil

yang sudah dihias sedemikan rupa.141

Gambar. 7: prosesi pembuangan sesaji ke laut

(Sumber : Dokumen Pribadi)

141 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

54

Gambar: perahu berisi sesajen diarak oleh warga keliling

(Sumber: dokumen pribadi)

Sebagai proses awal, perahu kecil diarak dari halaman rumah Pak Lurah

dengan diiringi oleh sekelompok drum band, hingga sampai pada sebuah lokasi

tempat upacara. Puncak acara biasanya juga dihadiri oleh Gubernur, Wakil

Gubernur, Bupati, Lurah, dan Kepala Desa.142

bagi orang Jawa upacara tradisi, ritual, selamatan ataupun gelar sajen

(sesaji) adalah peristiwa yang sudah diakrabi sejak lahir. Setiap orang Jawa yang

lahir sudah diperkenalkan dengan ritual selamatan kelahiran dengan segala uba

rampe (perlengkapannya). Petik Laut banyak menggunakan sarana yang sarat

dengan simbol-simbol kepercayaan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa selalu

menggunakan simbol dalam melakukan tradisi, salah satunya adalah tradisi Petik

Laut. Adapun simbol-simbol dari sajen yang dilarung ke laut adalah:143

a. Nasi wuduk atau nasi gurih, yaitu nasi yang dimasak dengan santan serta

dilengkapi dengan ingkung (daging ayam yang dimasak dengan utuh). Hal ini

memilki makna agar dituntun dalam melakukan segala tindakan

142 Lukmanul Hakim, ketua Kecamatan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 juli

2019) Pukul 10.25-12.15 143 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

55

b. Pisang setandan, bermakna permohonan agar dalam pelaksanaan petik laut ini

terhindar dari marabahaya dan selalu diberkahi kesejahteraan dalam hidup

(hasil ikan lemuru berlimpah)

c. Ayam jantan sebagai persembahan kepada penguasa laut

d. Jajan pasar/Tukon Pasar, merupakan salah satu sesaji. Jajan pasar disajikan

kepada penguasa laut

e. Kupat lepet, terdiri dari ketupat yang terbuat dari beras yang diwadahi janur

kemudian dibentuk dan direbus. Sedangkan lepet terbuat dari nasi ketan

dicampur dengan kelapa parut ditambah garam kemudian dibungkus dengan

janur dan dibentuk memanjang.

f. Gringsing, adalah beras ketan yang disangrai, kemudian ketan yang disangrai

dicampur dengan irisan gula merah dan dicampur dengan kelapa parut, setelah

itu dibungkus dengan daun pisang dibentuk kerucut. Bermakna agar para

nelayan Muncar selalu selamat dalam mencari ikan di laut.

g. Gitik merupakan perahu kecil yang di dalamnya berisi berbagai macam-macam

sesaji. Perahu inilah yang digunakan untuk pelarungan sesaji.

Petik laut disebut juga Selametan dalam istilah Jawa, hampir semua upacara

dilakukan dengan selametan. Selametan merupakan tiang penyangga seluruh

bangunan religius jawa yang disebut “kejawen”144 selamatan biasanya berisi

dengan duduk bersama untuk berdoa bersama, dilanjutkan dengan makan bersama-

sama.

Dalam selametan upacara petik laut atau upacara sedekah laut ini, semua

orang khusus mengikutinya. Seorang pawang memimpin kenduri dengan membaca

mantra diucapkan dengan menggunakan mantra berbahasa Jawa. Dalam kenduri ini

biasanya menggunakan beberapa sesajen diantaranya:145

144 Kejawen merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh suku jawa 145 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi, (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35 WITA

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

56

a. Nasi brok yaitu nasi yang terbuat dari nasi biasa yang diletakan didalam

sebuah talam dan beralaskan daun pisang. Ini memilki arti meminta

keselamatan kepada danyang

b. Nasi pundar terbuat dari nasi kuning yang diberi srondeng dan telur goreng

yang diiris. Mempunyai makna untuk mengumpulkan dan menyatukan

mayarakat yang ada di daerah Muncar agar tidak terjadi perpecahan.

c. Kepala kambing Yang ditaruh di perahu kemudian dipasangi kail emas oleh

bapak bupati Banyuwangi. Kepala kambing ini merupakan sesaji pokok

dengan tujuan menetralisir keadaan laut supaya tetap menghasilkan ikan

yang berlimpah.

d. Buceng jejeg (tumpeng) yaitu nasi yang berbentuk kerucut atau gunungan.

Ini memilki makna agar menjadi manusia seperti halnya gunung yang tegar

dan kokoh berdiri ke atas bahwa manusia harus selalu eling atau ingat untuk

menyembah yang di atas.

e. Jenang sengkala dan jenang sepuh, jenang sengkala adalah bubur dari beras

yang diberi warna merah dan putih.

f. Tumpeng kenduri, digunakan untuk acaras kenduri, tumpeng ini dibagi-bagi

dan dapat dinikmati oleh masyarakat Muncar setelah pembacaan doa selesai

dilakukan.146

C. Perbandingan Upacara Sedekah Laut di Pandeglang dan Banyuwangi

Setelah melakukan penelitian di dua wilayah yaitu Pandeglang dan

Banyuwangi penulis akan membandingkan apa saja perbedaan dan persamaan

dalam praktik upacara sedekah laut di dua wilayah tersebut.

a. Perbedaan upacara sedekah laut di Pandeglang dan Banyuwangi

Pada praktiknya waktu upacara sedekah laut di Pandeglang tidak ditentukan

waktunya dan tidak dilaksanakan setiap tahun, jadi bisa kapan saja biasanya lima

tahun sekali, tiga tahun sekali bahkan dua tahun sekali tergantung dengan

kesepakatan bersama. Sedangkan upacara sedekah laut di Banyuwangi

146 Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar, Wawancara Pribadi (Muncar, 25 Juli 2019)

Pukul 13.00-13.35

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

57

dilaksanakan setiap tahun dan sudah ditentukan waktunya yaitu pada tanggal 15

muharam atau 15 suro.

Selanjutnya dalam hal ritual sesajen, upacara sedekah laut di Pandeglang

menggunakan kepala kerbau jantan untuk sesajen pokok. Sedangkan upacara

sedekah laut di Banyuwangi menggunakan kepala kambing jantan “Bandit”.

Kemudian, dalam upacara sedekah laut di Pandeglang nasi beserta lauk

pauknya tidak ikut dibuang atau dilarung ke laut, tatapi di makan bersama-sama

orang Pandeglang menyebutnya“ngariung”atau “bebacakan”. Berbeda dengan

upacara sedekah laut di Banyuwangi nasi beserta lauk pauknya ikut di buang atau

dilarung ke laut.

Upacara sedekah laut di Pandeglang mengalami banyak pergeseran atau

perubahan dalam praktik pelaksanaannya seperti sudah terislamisasikan dengan

adanya berbagai macam pengajian, istighosah, dan tahlilan bersama sebelum

pelarungan. Pembacaan mantra-mantra digantikan dengan berbagai macam doa-

doa dan dzikir. Sedangkan upacara sedekah laut di Banyuwangi masih asli dan

kental dengan tradisi terdahulu nya yaitu doa dan mantranya masih dengan

menggunakan bahasa Jawa asli.

Jadi upacara sedekah laut di Pandeglang sudah tidak lagi memohon kepada

penguasa laut, tetapi memohon kepada Allah swt. Terbukti dengan diadakannya

pengajian, istighosah, tahlilan dan tidak lagi menggunakan doa-doa mantra.

Sedangkan upacara sedekah laut di Banyuwangi masih memohon kepada penguasa

laut, masih menggunakan doa-doa mantra yang dibaca oleh seorang pawang atau

dukun sesepuh desa.

Jika di Banyuwangi sebelum pelarungan dimulai terlebih dahulu dipentaskan

kesenian tari gandrung khas Banyuwnagi. Namun berbeda dengan di Pandeglang,

setelah acara pelarungan barulah ditampilkan kesenian khas Jawa Barat yaitu

Wayang Golek atau tari Jaipong.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

58

b. Persamaan upacara sedekah laut di Pandeglang dan Banyuwangi

Dari kedua wilayah yang melaksanakan tradisi upacara sedekah laut,

masing-masing mempunyai persamaan diantaranya;

Di kedua wilayah yaitu Pandeglang dan Banyuwangi sama-sama

melakukan tradisi melarung atau membuang kepala hewan berkaki empat (kerbau

dan kambing) ke laut menggunakan miniatur perahu. Kemudian sebelum di larung

miniatur perahu tersebut di bawa keliling kampung terlebih dahulu.

Keduanya sama-sama memohon keselamatan dan terhindar dari

marabahaya atau paceklik (sedikitnya hasil tangkapan ikan) dan mensyukuri atas

hasil tangkapan ikan yang didapatkan.

D. Upacara Sedekah laut dalam Perspektif Hukum Islam

Untuk mengetahui bagaimana upacara sedekah laut dalam prespektif hukum

Islam perbandingan di dua wilayah yaitu Pandeglang dan Banyuwangi, maka

penulis akan menjelaskan pengertian sedekah laut serta hubungannya dengan

keiimanan karena berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan sehingga

didapatkan apakah upacara sedekah laut bertentangan atau tidak dengan Islam.

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar.147 Dalam pengertian

fuqoha, sedekah adalah suatu pemberian seorang muslim kepada seseorang secara

sepontan dan sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu, serta suatu

pemberian yang bertujuan sebagai kebaikan yang mengaharpkan ridha Allah

SWT.148 Adapun menurut syar’i pengetian sedekah sama dengan infaq, akan tetapi

sedekah mencakup arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat non

material.149

Sedangkan sedekah laut merupakan tradisi pelarungan sesaji ketengah laut

yang dilakukan setahun sekali oleh masyarakat pesisir pantai khususnya nelayan,

147 Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997)

H.77 148 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Islam, Jilid 4 (Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve,199)

H.259 149 Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008,) H.19

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

59

ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur serta memohon diberi keselamatan

dan dijauhkan dari marabahaya.150

Hasil data penelitian di lapangan menunjukan bahwa hukum upacara sedekah

laut tergantung kepada niatnya, seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Umar

Bin Khatab sebagai berikut:

ث نا عبد الوهاب بة بن سعيد حد ث نا ق ت ي د بن إب راهيم قال سعت يي بن سعيد ي قو حد ل أخبن مم عنه ي قول ع علقمة بن وقاص الليثي ي قول سعت عمر بن الطاب رضي الل سعت رسول الل أنه س

علي ا صلى الل ا لمرئ ما ن وى فمن كانت هجرته إل الل ورسوله ه وسلم ي قول إن العمال بلن ية وإنر ا فهجرته إل ما هاج فهجرته إل الل ورسوله ومن كانت هجرته إل دن يا يصيب ها أو امرأة ي ت زوجه

151إليه

Artinya”Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan

kepada kami Abdul Wahab menuturkan; aku mendengar Yahya Bin Said

mengatakan; telah mengabarkan kepadaku Muhamad bin Ibrahim bahwasannya ia

mendengar ‘Alqomah Bin Waqqash Al Laitsi menuturkan;aku mendengar Umar

Bin Khatab radhiyallahu’anhu menuturkan; aku mendengar Rasulullah SAW

bersabda;” sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang

hanya mendapatkan apa yang di niatkannya. Barang siapa yang berniat hijrah

kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya. Dan

barang siapa hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan

dinikaihinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkan. (H.R Bukhori)

Selain tergantung kepada niatnya, betapa keutamaan sedekah dapat menjadi

sebab dihindarkannya seseorang dari marabahaya, sesuai dengan hadis Nabi

Muhammad SAW dalam kitab tanqihul Qauli Hatsits fii Syarh Lubab al-Hadis

karya syekh Nawawi al-Bantani bab shodaqoh yaitu:

تطو ل العمرو ر البالء وسلم : الصدقة ت هللا عليهوقال صلى Rasulullah SAW pernah bersabda,”Sedekah dapat menolak bala’ (marabahaya) dan

menjadikan umur panjang”

150 Nawawi Ahmad, Ketua Komunitas Nelayan Sidamukti, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 25juni 2019) Pukul 19.50- 20.45 151 Ahmad Bin Ali Bin Hajar Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari,(Mesir: Daar al-

Hadis, 2004 M/ 1424 H), Hadis No.6195

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

60

Jika praktik pelaksanaan upacara sedekah laut diniatkan untuk meyakini

adanya kekuatan selain Allah dengan memohon terhindar dari marabahaya,

dijauhkan dari paceklik, dan berharap akan rezeki hasil tangkapan ikan yang

melimpah kepada penguasa laut maka diharamkan karena hanya kepada Allah lah

kita memohon dan berharap sesuai dengan firman Allah SWT:

فعك ول يضرك فان ف علت فانك اذا من الظالمي ل و 152 تدع من دون الل ه ما ل ي ن

Artinya: “Dan janganlah kamu memohon (beribadah) kepada selain Allah,

akan apa yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, sebab jika

kamu berbuat demikian, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang

dholim”.

Kemudian hanya Allah lah yang menghendaki menimpakan bencana dan

menghilangkannya seperti dalam ayat al-Quran

بضر فال هو وإن يردك بي فال راد لفضله يصيب به من يشاء ه إل كاشف ل وإن يسسك الل

من عباده وهو الغفور الرحيم 153

Artinya: “dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada

yang dapat menghilangkannya kecuali dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan

bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan

kebaikan kepada siapa saja yang dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya. Dia

maha pengampun, maha penyayang”.

Mengutip Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali sebagai berikut:

فة ث فشا ذلك ا قال مقاتل كان أول من ت عوذ بلن ق وم من أهل اليمن من بن حني ف العرب ف لم 154جاء اإلسالم صار الت عوذ بهلل ت عال ل بلن

“Orang yang pertama meminta perlindungan kepada jin adalah kaum dari bani

hanifah di yaman, kemudian hal tersebut menyebar di arab. Setelah Islam datang,

maka berlindung kepada allah menggantikan berliduung kapada jin.”

152 al-Qur’an Surat Yunus Ayat 106 153 al-Qur’an Surat Yunus Ayat 107 154 Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: Daar al-Fikr, tanpa catatan tahun), Juz VI,

H.557

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

61

Tetapi fenomena upacara sedekah laut bisa jadi dihukumi mubah bila

upacara penyembelihan hewan tertentu di maknai atau diniatkan sebagai taqqarub

kepada Allah untuk mengusir Jin jahat atau makhluk penguasa laut. Namun ketika

penyembelihan hewan ini di niatkan untuk menyenangkan Jin penguasa laut, maka

hal ini di hukumi haram sebagaimana Keterangan Syekh Zainuddin al-Malibari

dalam Fathul Mu’in sebagai berikut;

155مر ح م ه د ص ق ب و يرم، أ ل ه ن ع ن ال ر ش ع ف د ل ال ع ت هلل ب ر ق ت ح ب ذ ن م “Barang siapa yang memotong (hewan) karena taqarub kepada Allah dengan

maksud menolak gangguan Jin, maka dagingnya halal di makan. Tetapi kalau jin-

jin itu yang ditaqarubbkan, maka haram daging sembelihannya”

Keterangan Syekh Zainuddin Al-Malibari di atas ini kemudian diulas lebih

lanjut Oleh Syekh Sayid Bakri bin Sayid M Syatha Ad-Dimyathi dalam I‘anatut

Thalibin berikut ini.

ال ع ت هلل ة اد ب ع ال و ب ر ق الت د ص ق ب ي أ ال ع ت هلل ب ر ق . ت م ن غ ال و أ ر ق ب ال و أ ل ب اإل ن م ء ي ش ي أ ح ب ذ ن م ح اب يكفي الذ ال ع ت و ه ان ح ب س هللا ن أ ل ج ل ب ر ق ح ت ب الذ ي ، أ ح ب الذ ة ل ع ه ن ع ن ال ر ش ع ف د . ل ه د ح و

: م ه د ص ق ب و له: أ و ، )ق ه ي غ ل ه هلل ل حب ذ ن ذبيحته مذكاة، ل ت ار ص يرم أي ذحبه، و عنه. ل ن ال ر ش ب ر ق الت د ص ن ق إ ل ب .ة ت ي ذبيحته م ت ار ص ، حرم ذحبه، و هللا ل إ ب قر ت ل ن ال د ص ق ذبح ب و أ ي ( أ م ر ح .156ء السلطان أو زايرة حنو ويلا ق للجن كفر كما مر فيما يذبح عند ل ة اد ب الع و

Artinya, “(Siapa saja yang memotong (hewan) seperti unta, sapi, atau kambing

(karena taqarrub kepada Allah) yang diniatkan taqarrub dan ibadah kepada-Nya

semata (dengan maksud menolak gangguan jin) sebagai dasar tindakan pemotongan

hewan. Taqarrub dengan yakin bahwa Allah dapat melindungi pemotongnya dari

gangguan jin, (maka daging) hewan sembelihan-nya halal dimakan) hewan

sembelihannya menjadi hewan qurban karena ditujukan kepada Allah, bukan

selain-Nya.(Tetapi kalau jin-jin itu) bukan Allah (yang ditaqarrubkan, maka daging

sembelihannya haram) karena tergolong daging bangkai. Bahkan, jika seseorang

berniat taqarrub dan mengabdi pada jin, maka tindakannya terbilang kufur”.

Dari sini kita dapat menarik simpulan bahwa fenomena upacara sedekah

laut bisa dilihat dari niat mereka yang melakukannya karena ini berurusan dengan

masalah keyakinan, aqidah, tauhid, keimanan, dan seberapa sering upacara ini

155Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in,(Kudus: Menara Kudus 1980) H.141 156 Syekh Sayid Bakri bin Sayid M Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin (tanpa catatan

kota: Darul Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun) Juz ll H. 249

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

62

(misalnya sebulan sekali) dilakukan karena berkaitan dengan dana dalam

pengertian idh‘atul mal atau tindakan tabdzir yaitu menyia-nyiakan harta yang

dimakruh kan dalam agama.

Lain soal ketika barang-barang yang dilarung itu seperti ayam, sayur-

sayuran segar, buah-buahan, dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan dan sebagian

masyarakat yang hadir, maka itu bernilai ibadah seperti upacara sedekah laut di

Pandeglang. Jadi upacara sedekah laut ini mengandung banyak kemungkinan sesuai

dengan praktiknya di lapangan.

Islam tidak menentang sesuatu yang baru selama relevan dengan sepirit

nilai-nilai Islam. Semangat Islam adalah Perubahan menuju perbaikan. Perubahan

tidak berarti semua tradisi ditinggalkan, tetapi memodifikasi tradisi dalam ukuran

tertentu sesuai dengan problem sosial yang ada atau merubah secara total tradisi

dengan sesuatu yang sama sekali baru. Hal ini berpedoman kepada kaidah menjaga

tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang baik.157

Islam sangat menghargai kreasi-kreasi kebudayaan masyarakat. Sejauh

tradisi itu tidak menodai prinsip-prinsip kemanusiaan maka ia tetap dipertahankan.

Sebaliknya, jika tradisi itu mengandung unsur mencederai martabat kemanusiaan,

maka tak ada alasan untuk melestarikannya. Islam di Indonesia tidak menghamba

kepada tradisi karena tradisi memang tidak kebal kritik. Hanya tradisi yang

menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang perlu di pertahankan.158

Dalam menyikapi tradisi budaya masyarakat para ulama menggunakan

strategi kebudayaan dalam mendakwahkan Islam. Sunan Kalijaga menggunakan

wayang kulit sebagai media dakwah. Beliau memasukan kalimat syahadat dalam

dunia perwayangan. Mantra-mantra, dan jampi-jampi yang biasanya berbahasa

Jawa digantinya dengan bacaan doa-doa dan kalimat syahadat.159

Para ulama di Pandeglang pun demikian, mendakwahkan Islam dengan

kebudayaan. Para ulama di Pandeglang mengakomodasi budaya upacara sedekah

157 Ali Masykur, Membumikan Islam Nusantara Respons Islam Terhadap Isu-Isu Aktual

(Jakarta; Serambi Ilmu Semesta 2014) H.124-125 158 Abdul Moqsith Ghazali, Metodologi Islam Nusantara, Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh

Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: Mizan Pustaka 2016) Cet.Lll, H.143 159 Abdul Moqsith Ghazali, Metodologi Islam Nusantara, Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh

Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: Mizan Pustaka 2016) Cet.Lll, H.143

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

63

laut yang sedang berjalan di masyarakat. Dalam upacara sedekah laut terdapat

tradisi sesajen yang sudah berlangsung lama dibiarkan berjalan untuk selanjutnya

diberi makna baru. Sesajen tidak lagi dimaknai pemberian untuk dewa atau

penghuni dan penguasa laut melainkan sebagai bentuk kepedulian sesama.

Begitupula tradisi mengalirkan satu kerbau ke laut tidak dihilangkan, melainkan

diubah dengan hanya kepala kerbaunya saja sedangkan dagingnya dibagikan

kepada masyarakat. Kemudian upacara sedekah laut tidak dimaknai sebagai

persembahan kepada dewa atau penguasa laut, melainkan sebagai syukur kepada

Allah atas hasil tangkapan ikan yang didapat dalam upacara sedekah laut juga

sesajen yang di sajikan tidak ikut dilarung ke laut tetapi dibagi-bagi kepada

masyarakat setempat.

Memisahkan Islam dari tradisi masyarakat bukanlah solusi. Islam

seharusnya berdialektika dengan kebudayaan asalkan tidak sampai mengubah

pokok ajaran Islam. Dengan demikian ajaran Islam dan urf-tradisi masyarakat

mestinya tidak perlu dipertentangkan. Sebab keduanya saling mempersyaratkan.

Jika urf-tradisi membutukan ajaran Islam agar tradisi tersebut tak menghancurkan

nilai-nilai kemanusiaa, maka Islam juga membutukan urf karena urf merupakan

ladang tempat berlabuhnya ajaran islam. Karena itu seorang mujtahid harus orang

yang mengerti tradisi masyarakat.160

Imam Syihab al-Din al-Qarafi dalam kitab Furuq menasehati para ahli fiqih

yang hendak memberi fatwa

ل د ع م ت ل و ك ي ت ف ت س مك ي ي ل ق إ ل ه أ ي غ ن م ل ج ر ك اء ج اذ ا ل ك. ب ر م ع ل و ط ب ت الك ف ر و ط س ى ال

ا عرف بلدك و ن و د ن م ه ته ب ف أ ه و ي ل لده ع ب ف ر ع ن ه ع ل أ اس و ك د ل ب ف ر ى ع ل تره ع ل ك ب ت ك رر ف ق ل

ل ع د و م ال ع. و اض و ال ق ال و ه اذ ه ف اء م ل ع د ص اق جهل ب و ين الد ف ل ال ا ض د ب أ ت ل و ق ن ى ال

ي م ل س ال

ف ل الس و 161ي اض ال

“janganlah anda terpaku pada apa yang tertulis dalam kitab-kitab sepanjang

umurmu. Jika datang kepadamu seorang laki-laki dari luar daerah untuk meminta

fatwa, maka jangan terapkan sebuah hukummenurut tradisi yang berlaku di

160 Abdul Moqsith Ghazali, Metodologi Islam Nusantara, Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh

Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: Mizan Pustaka 2016) Cet.lll, H.144 161 Syihad Al-Din Ahmad Ibn Idris Al-Qarafi, Al Furuq,( Beirut: Dar Al-Gharab Al-Islami,

1994), Juzll, H.176-177

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

64

daerahmu. Tanyakanlah kepadanya tentang tradisi yang berjalan di daerahnya. Lalu

berilah fatwa berdasarkan di daerahnya.bukan berdasarkan tradisi yang ada di

daerahmu dan bukan berdasarkan keputusan yang tercantum dalam kitab-kitabmu.

Ini adalah kebenaran yang nyata. Sungguh, terpaku kepada teks semata merupakan

kesesatan yang nyata selamanya. Itu menunjukan ketidaktahuan untuk menangkap

maksud-maksud para ulama salaf terdahulu.”162

Hal ini juga selaras dengan pendapat Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang

perubahan fatwa dalam I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rab Al-‘Alamin

وى واختالفها حبسب ت غي الفت 163الزمنة والمكنة والحوال والن يات والعوائد ت غي”Perubahan fatwa dan perbedaannya terjadi menurut perubahan zaman, tempat,

keadaan, niat dan adat istiadat”.

Penampilan Islam Indonesia yang penuh “warna tradisi” dalam batas-batas

tertentu, merupakan hasil pemahaman dan penafsiran terhadap substansi Islam yang

satu tersebut ditransformasikan secara aplikatif dalam konteks budaya Indoseia.

Penampilan itu tidak mengubah Islam, tetapi menerjemahkan Islam dalam bahasa

kebudayaan. Kebiasaan mentransformasikan ajaran Islam kedalam konteks budaya

menjadikan Islam kaya pemahaman, pemaknaan, penafsiran dan penampilan

sehingga Islam menjadi Islam yang luwes dan fleksibel baik terhadap tradisi,

budaya, maupun perkembangan zaman, sepanjang hal-hal tersebut tidak

mengancam dan merusak substansi Islam.164

Menurut penulis, tradisi upacara sedekah laut yang dilakukan oleh

masyarakat pesisir pantai dan nelayan di Pandeglang dan Banyuwangi masuk ke

dalam kategori urf khusus, karena pelaksanaannya dilakuan hanya sekelompok

masyarakat saja dan dilakukan pada waktu tertentu yang sudah di tentukan.

Selanjutnya, jika dilihat dari sumbernya upacara sedekah laut masuk dalam urf fi’ly

karena upacara sedekah laut merupakan kebiasaan yang berlaku pada perbuatan.

Penyelenggaraan upacara sedekah laut di Pandeglang secara esensial

bentuknya hampir sama dengan upacara sedekah laut pada zaman nenek moyang

162 Syihad al-Din Ahmad Ibn Idris al-Qarafi, al-Furuq H.176-177 163 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rab Al-‘Alamin, Juz III (Bairut:

Dar Al-Fikr, T.Th), H. 14. 164 Mujamil Qomar, Fajar Islam Indonesia Kajian Komprehensif Atas Arah Sejarah Dan

Dinamika Intelektual Islam Nusantara, (Bandung: Mizan Pustaka 2012) H.23-25

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

65

terdahulu yang mengandung kepercayaan mistis namun seiring perubahan zaman

dan kondisi masyarakat Pandeglang yang menyelenggarakan upacara sedekah laut

telah mengalami perubahan. Yang awalnya upacara sedekah laut dianggap sakral

dan wajib dilakukan oleh masyarakat nelayan dan pesisir pantai sekarang sudah

tidak lagi

Terbukti dari hasil wawancara di lapangan bahwa upacara sedekah laut

tidak mesti dilakukan setiap tahun namun dalam pertiga tahun sekali, bahkan lima

tahun sekali baru dilakukan. Kemudian makanan yang dulunya dilarung ke laut

sekarang mengalami pergesaran. Makanan-makanan yang tersaji disiapkan dan

dikumpulkan dijadikan satu untuk kemudian dimakan bersama-sama dengan

masyarakat lain sehingga terciptanya tali silaturahmi menjadikan upacara sedekah

laut relevan dalam implikasinya sendiri dimasyarakat Pandeglang.

Selanjutnya Suhaedi Kurdiatna, mengklaim bahwa tradisi upacara sedekah laut

di Pandeglang sudah sesuai dengan ketentuan syar’i.165 Hal itu karena tidak terlepas hasil

usaha para ulama dan tokoh agama yang sediki demi sedikit mengikis praktik-praktik

pelaksanaan yang menyimpang dari agama Islam dalam tradisi upacara sedekah laut di

Pandeglang, imbuh Kyai Mukri.166

Upacara sedekah laut merupakan akulturasi antara budaya dan agama, karena

dengan melaksanakan upacara sedekah laut tidak saja melestarikan nilai-nilai

budaya, tetapi juga pada nila-nilai sosial keagamaannya. Adapun nilai-nilai soal

keagamaan yang terdapat pada tradisi upacara sedekah laut antara lain;

1. Gotong royong

Pada pelaksanaannya upacara sedekah laut di Pandeglang dan Banyuwangi

masyarakat pesisir pantai atau nelayannya secara bersama-sama saling membantu

pelaksanaan upacara sedekah laut baik itu berupa tenaga maupun dana, sikap tolong

menolong tersebut terdapat dalam firman Allah surat al-Ma’idah ayat 2 dan at-

Taubah ayat 71

165 H. Suhaedi Kurdiatna, Kepala Kecamatan Panimbang, Wawancara Pribadi

(Panimbang, 22 Juni 2019) Pukul 10.20-11.35 166 Kyai Masykur, Tokoh Agama Panimbang, Wawancara Pribadi (Panimbang, 20 Juni

2019) Pukul 14.30-15.28

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

66

و ٱللذ ئر ع ش لوا ل ت نوا ن ءام ي لذ ا ٱ ه ي

أ ي د ول ئ ل ق ل ي ول ٱ د له ول ٱ رام هر ٱل شذ ل ت ل ٱ ي ني ٱل م ءال ض ن ف تغو رام يب ن ٱل هم م ب ن رذ رضو تم إوذا ا و ل ل ح وا اد صط ن ير ل و فٱ ش كم نذ ن م

أ ان قوم

قو وٱتلذ لب لع ٱ نوا او وتع دوا ت تع ن رام أ د ٱل ج س لم ن ٱ وكم ع د ن ص و د لع وٱ ثم ٱل لع وا اون ول تع ى

د ٱل دي ش ٱللذ إنذ ٱللذ قوا 167 وٱتذHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan

jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-

binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu

orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan

keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka

bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum

karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu

berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

amat berat siksa-Nya.

مرون منون وٱلمؤمنهت ب عضهم أولياء ب عض وٱلمؤ هون بٱلمعروف ي ة ويقيمون ٱلمنكر عن وي ن ٱلصلوه

168 حكيم عزيز ٱلل إن ٱلله سيحهم أولهئك ورسولهۥ ٱلل ويطيعون ٱلزكوهة وي ؤتون Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)

yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat

dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh

Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat di atas telah jelas bahwasannya Allah SWT menganjurkan untuk

saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan di kehidupan bermasyarakat.

2. Silaturahmi

Pada pelaksanaan upacara sedekah laut di Pandeglang dan Banyuwangi

masyarakat nelayan libur dari kegiatan mencari ikan, para pedagangpun ikan pun

ikut libur mereka semua berkumpul di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) untuk

kegiatan berdoa bersama dan upacara sedekah laut ini di jadikan sebagai ajang

silaturahmi untuk bertemu, betegur sapa antar nelayan maupun masyarakat pesisir

167 Q.S. al-Maidah ayat:02 168 Q.S. at-Taubah ayat:71

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

67

pantai. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam ayat al-Quran surat Muhamad ayat

22-23 sebagai berikut:

تم ف هل عسي (22)أن ت فسدوا ف ٱلرض وت قط عوا أرحامكم تم إن ت ولي رهم فأصمهم وأعمىه أبصه (23)169 أولهئك ٱلذين لعن هم ٱلل

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka

bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (22) Mereka itulah orang-orang

yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya

penglihatan mereka. (23)

Kemudian Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya untuk

sesantiasa menjaga silaturahmi sebagaimana di jelaskan dalam hadis sebagai

berikut;

ال ق ,ع اط ق ة ن ال ل خ د ي : ل ال ق م ل س و ه ي ل ى هللا ع ل ص ب الن ن ه ع ن هللا ع ي ض م ر ع ط ن م ب ي ب ج ن ع 170ع رحماط ق ن ع ان: ي ي ف س

Dari Jubair bin Muth’im RA dari Rasulullah SAW bersabda,” tidak akan masuk

surga orang yang memutuskan” Ibnu Abu Umar berkata,”Sufyan berkata,:yaitu

orang yang suka memutuskan hubungan kerabat (silaturrahmi)”. (H.R.Tirmidzi)

3. Persatuan dan kesatuan

Masyarakat nelayan dan pesisir pantai di wilayah Pandeglang dan

Banyuwangi terdiri dari berbagai suku dan kebudayaan, mereka memiliki tradisi

dan budaya yang bervariasi sesuai dengan latar belakang masing-masing daerah

asalnya dan tradisi upacara sedekah laut merupakan akulturasi budaya yang

mepersatukan berbagai etnis yang ada di sana, di dalamal-Quran di sebutkan bahwa

Allah SWT menciptakan manusia dengan beraneka ragam suku, sebagaimana

firman-Nya dalam surat al-Hujarar ayat 13 sebagai berikut :

ي ها ٱلناس إن خلقنهكم م ن لت عار وق بائل ا شعوب وجعلنهكم وأنثىه ذكريهقىهكم ٱلل عند أكرمكم إن ف وا ٱلل إن أت

.171 خبي عليم

169 Q.S. Muhammad ayat:22-23 170 Abi ‘Isa Muhammad Bin Isa, Jamiu At-Tirmidzi, (Saudi Arabia: Baitul Fikr Dauliyah

Tanpa Catatan Tahun) H.322, Hadis No 1909 171 Q.S. al-Hujarat ayat:13

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

68

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dari ayat di atas, terlihat bahwasannya jenis kelamin, bangsa maupun suku

tidak membuat seseorang lebih mulia dari pada yang lainnya, karena hanya

ketakwaanyalah yang membedakan derajat manusia disisi Allah SWT dan ayat di

atas juga menganjurkan bahwasannya sebagai manusia kita harus tetap menjaga

persatuan dan kesatuan.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis sebelumnya, dapatlah di tarik

kesimpulan:

1. Tradisi upacara sedekah laut dalam serangkaian upacaranya terdapat

syarat-syarat yang mesti terpenuhi, salah satunya yaitu menggunakan sesaji

berupa kepala kerbau atau kepala kambing. Bahwasannya sebagian

masyarakat Banyuwangi mempercayai mitos, jika tidak menggunakan

kepala kerbau atau kambing tangkapan ikan menjadi turun serta dapat

menimbulkan marabahaya saat melaut. Karena menurut saya membuang

kepala kerbau dengan mengharap pertolongan sangat bertentangan dengan

aqidah Islam

2. Adapun sebab mengapa upacara sedekah laut masih di pertahankan,

dipercayai dan dilaksanakan oleh masyarakat di Banyuwangi karena

masyarakat nelayan mempercayai bahwa apabila tidak melaksanakan

upacara sedekah laut maka hasil tangkapan ikan jadi sedikit. Sedangkan

upacara sedekah laut di Pandeglang diperingati hanya karena tidak inign

menghilangkan tradisi yakni agar tidak hilang.

3. Upaya standarisasi tradisi upacara sedekah laut dari unsur-unsur yang

dilarang oleh Islam yang salah satu yaitu penggunaan sesaji berupa aneka

macam makanan dan kepala kerbau atau kepala kambing yaitu dengan cara

memberikan pencerahan kepada masyarakat secara sedikit demi sedikit,

perlahan-lahan dan berangsung-angsur seperti yang dilakukan oleh para

ulama dan tokoh agama di Pandeglang. Berbeda dengan upacara sedekah

laut di Banyuwangi karena masyarakat sudah tertanam kuat

kepercayaandalam hal-hal seperti itu. Pada prosesi upacara sedekah laut di

Banyuwangi ritual pembakaran kemenyan serta mempercayai mitos akan

adanya penunggu laut.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

70

B. Rekomendasi

1. Hendaknya kepada pemuka agama, tokoh masyarakat, serta kepala adat

melakukan sosialisasi mengenai ajaran ketauhidan dan keimanan kepada

Allah SWT pada masyarakat nelayan di Pandeglang dan Banyuwangi

penting di perhatikan.

2. Syogyanya kepada para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan kepala adat

memberikan pemahaman tentang tradisi yang sesuai dengan tuntunan

syariat Islam, baik dengan pendekatan keluarga, dakwah, maupun kepada

para pemuda pemudi di Banyuwangi.

3. Sebaiknya untuk wilayah di Pandeglang dan Banyuwangi dalam

Penggunaan sesaji kepala kerbau atau kepala kambing diganti dengan tabur

benih ikan di laut agar ikan tidak punah dan tangkapan ikan menjadi

melimpah.

4. Seyogyanya tradisi upacara sedekah laut di Banyuwangi agar di perbarui

seperti upacara sedekah laut di Pandeglang. Seperti aneka makanan sesajen

tidak ikut dilarung tapi dimakan bersama-sama masyarakat dan nelayan.

5. Hendaknya para pemuka agama Islam, Hindu dan Budha untuk menjaga

kerukunan antar umat beragama.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdurra’uf am-Manawi, at-Tauqif fi Muhimmat at-Ta’arif, Bairut-Dar al-Fikr, cet

ke-1, 1410 H

Abi ‘Isa Muhammad Bin Isa, Jamiu At-Tirmidzi, (Saudi Arabia: Baitul Fikr

Dauliyah Tanpa Catatan Tahun) H.322, Hadis No 1909

A.Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta:Kencana, 2014)

Andrew Beaty, Variasi Agama Di Jawa,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada 2001)

Ed.1

Adrian Perkasa, Orang-Orang Tionghoa Dan Islam di Maja Pahit (Yogyakarta;

Ombak 2012)

Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilmu Ushulul Fiqh, (Mesir; Darar Al-Kutub Al-Islamiyah,

2010 M/ 1431 H)

Abdul Moqsith Ghazali, Metodologi Islam Nusantara, Islam Nusantara Dari Ushul

Fiqh Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: Mizan Pustaka 2016) Cet.lll,

A. Djazuli, Ilmu Fiqh : Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum

Islam,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005),

al-Qur’an Surat Yunus Ayat 106

al-Qur’an Surat Yunus Ayat 107

Ali Masykur, Membumikan Islam Nusantara Respons Islam Terhadap Isu-Isu

Aktual (Jakarta; Serambi Ilmu Semesta 2014)

Ahmad Fahmi Abu Sunah, al-‘Urf wa al-‘Adah fi Ra’yi al-Fuqaha, (Mesir:

Maktabah al-Azhar, 1947M)

Ahmad Sudirman Abas, Qawaid Fiqhiyah Dalam Perspektif Fiqih (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya 2016)

Abu Abdilah Muhamad Bin Ahmad Ibnu Qudamah, al-Mughni, (Kairo:Daar al-

Manar, 1947)

Ali Haidar, Durar Al-Hukam Syarh Majallat Al-Ahkam, (Beirut: Daar Al-Kutub

Al-Ilmiyah, T.Th) Jilid 1

Ahmad Bin Ali Bin Hajar Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari,(Mesir:

Daar al-Hadis, 2004 M/ 1424 H), Hadis No.6195

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

72

Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh (Satu Dan Dua), (Jakarta; Pernada Media Grup,

2014) Cet.2

Beni Ahmad Saebani Dan Encup Supriatna, Antropologi Hukum, (Bandung:

Pustaka Seetia 2012)

Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta :

Pustaka Jaya)

Eko setiawan, Eksistensi Bahari Tradisi Petik Luat di Muncar Banyuwangi,( Vol.10

No, 2 Juli 2016)

Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis

Islam Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998)

Https://Kabarpandeglang.Com/Asal-Usul-Kabupaten-Pandeglang/18Juni2019

(Diakses Pada 18 Juni 2019 Pada Pukul 09.56)

Imam Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal, Musnad Imam Ahmad, (Jakarta :

PustakaAzzam, 2008), Jilid 3, No. 3418.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, I’lam Al-Muwaqqi’in ‘An Rab Al-‘Alamin, Juz III

(Bairut: Dar Al-Fikr, T.Th),

Ibnu Qayim Al-Jauziyah,Terjemah Asep Saefullah, I’lamul Almuwaqqi’in ‘An

Rabb Al-Lamin (Jakarta; Pustaka Azam 2010)

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: Daar al-Fikr, tanpa catatan tahun), Juz

VI

Jaih Mubarak, Modifikasi Hukum Islam:Studi Tentang Qawl Qadim Dan Qawl

Jadid, (Jakarta:Rajagrafindo Persada, 2002)

Jalaluddin Al-Suyuti, Al-Asybah Wa Nadzair, (Beirut: Daar Al-Kutub Al-Araby)

Jamal Ma’mur Asmani M.A, Mengmebangkan Fikih Sosial Kh.Ma Sahal Mahfudz

Elaborasi Lima Ciri Utama, (Jakarta: Pt Elex Media Komputindo 2015)

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1991),

Lies Sudibyo, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013),

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

73

Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam. (Bairut: Daar Masyriq, 1982)

Mark R. Woodward, Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,

(Yogyakarta:Lkis 2012) Cet.V

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif,

1984)

Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Daar Al-Fikr Al Arabi, 1958)

Nur Syam, Tarekat Petani Fenomena Tarekat Syatariyah Lokal, (Yogyakarta:

LkiS,2013)

Muhamad Yasin Bin ‘Isa Al Fadani Al Makiy, Fawaidul Janiyah, (Daaar Al

Mahaja,2008 M/1429 H) Jilid.1

Muhamad Musthafa Syalabi, Ta’lil Al-Ahkam, (Beirut: Daar An-Nahdhah Al-

Arabiyah1981)

Muhamad Anshori, Qowaidul Fiqhiyah, (Mesir: Daar al-Salam 2012 M/ 1433 H)

Mujamil Qomar, Fajar Islam Indonesia Kajian Komprehensif Atas Arah Sejarah

Dan Dinamika Intelektual Islam Nusantara, (Bandung: Mizan Pustaka 2012)

Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta:Lkis 2004)

Sri Widiati, Tradisi Sedekah Laut Di Wonokerto Kabupaten Pekalongan:Kajian

Perubahan Bentuk dan Fungsi, Jurnal PP Vol.1 No 2. 2011

Syafi’i Maskur, Kekuatan Sedekah (Yogyakarta: Briliant Books, 2011)

Sartini, Ritual Bahari di Indonesia Aneka Kearifan Lokal: Jurnal

Simuh, Sufisme Jawa (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995)

Rahmah Purwahida, Bakhtiar Dwi Yunika, dan Dhany Nugrahani, Bahasa Dalam

Uppacara Larung, Sedekah Laut di Laut Bonang, Kecamatan Lasem,

Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ( Pelita,Volume III, Nomor I, April 2008)

http://satudata.pandeglangkab.go.id/kecamatan/detail/pandeglang

Saipudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana 2011)

Satria Efendi, Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana 2017) Cet.7

Saipudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta :Kencana 2011)

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

74

Syaikh Muhamad Al-Khudhari Biek, Ushul Fiqih, Penerjemah Faiz al-Mutaqien,

(Jakarta: Pustaka Amani 2007)

Syihad al-Din Ahmad Ibn Idris al-Qarafi, al-Furuq,( Beirut: Dar Al-Gharab Al-

Islami, 1994), Juzll,

Syekh Sayid Bakri bin Sayid M Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin (tanpa

catatan kota: Darul Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun) Juz ll

Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in,(Kudus: Menara Kudus 1980) H.141

QS. al-A’raf (7): 199.

Wahbah Al-Zuhayli, Al-Wajiz Fii Ushulul Fiqh, (Damaskus: Daar Al-Fikr 1995)

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

WAWANCARA

Data Informan

Narasumber : Kyai Maskur/ tokoh agama

Tempat : Panimbang,/Pandeglang

Tanggal : 20 Juni 2019

1. Pertanyaan : Bagaimana asal muasal tradisi sedekah laut di Pandeglang?

Jawaban :tradisi ini merupakan hasil pembawaan dari tradisi masyarakat

pesisir Jawa bagian barat yaitu Cirebon dan Indramayu yang

melakukan transmigrasi ke daerah pesisir pantai Pandeglang. Jadi

nadran di Panimbang-Pandeglang bukan merupakan tradisi asli

masyarakat Pandeglang. Upacara sedekah laut itu di Pandeglang

masyarakat biasanya menyebutnya dengan “nadran” ritualnya sama

saja dengan nadran yang ada di Cirebon dan Indramayu jadiasal usul

nadran di Pandeglang sama saja dari asal usul nadaran di Indramayu

dan Cirebon.

2. Pertnyaan: Bagaimana pandnagan bapak selaku tokoh agama tentang maksud

dan tujuan tradisi upacara sedekah laut?

Jawaban: Tujuan dari diadakannya nadran adalah untuk syukuran atas nikmat

hasil tangkapan ikan di laut yang telah Allah berikan kepada

masyarakat. Kalau ada yang mengatakan kalau ini dilarang syirik atau

sebagainya itu kembali lagi kepada niat nya masing-masing.

3. Pertanyaan; apakah tujuan dari diadakannya tradisi uapacara laut?

Jawaban: Tujuan diadakannya nadran adalah adalah untuk syukuran atas

nikmat hasil tangkapan ikan di laut yang telah Allah berikan kepada masyarakat

pesisir pantai dan nelayan di Pandeglang

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

76

4. Pertanyaan: alasan apakah yang melatar belakangi adanya acara tradisi upacara

sedekah laut di Pandeglang?

Jawab: Masyarakat nelayan berdalih bahwa jika tidak melaksanakan nadran

seperti tidak ada rasa terima kasih kepada laut yang telah memberikan

hasil lautnya. Ada juga yang berpendapat apabila tidak melakukan

“Nadran” akan sedikit hasil pencaharian ikannya atau akan mendapat

bencana seperti angin yang tidak bersahabat ataupun gelombang yang

tinggi. Namun hanya beberapa saja yang berpendapat demikian

5. Pertanyaan: sesajen yang sudak disiapkan apakah ikut dilarung ke laut?

Jawaban: Aneka macam makanan berupa ayam bekakak, pisang dan makanan

lainnya berasal dari masyarakat dan juga nelayan yang kemudian

dikumpulkan untuk dimakan bersama-sama setelah pelarungan.

“babacakan” atau “ngariung” semua masyarakat, nelayan dan pejabat

pemerintahan tanpa sekat menjadi satu menyantap makanan yang sudah

dikumpulkan

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

77

WAWANCARA

Data informan

Narasumber : Nawawi

Tempat : Panimbang,/Pandeglang

Tanggal : 25 Juni 2019

1. Pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan upacara sedekah laut?

Jawaban : Nadran berasal dari bahasa arab yaitu dari kata nadar yang artinya

syukuran. Kemudian juga kata nazar yang mempunyai makna

pemenuhan janji. Menurut sejarahnya nadran sudah ada sejak zaman

Hindu Belanda dan dilakukan oleh nenek moyang terdahulu.

Menurut hasil wawancara Dikisahkan di Cirebon ada sorang

pemimpin bernama Ki Ageng Tapa dan rombongan sedang makan-

makan bersama rombongan masyarakat nelayan, penghuni yang ada

di laut datang dan menghadap Ki Ageng Tapa para penghuni laut

tersebut meminta barokahnya di bagikan kepaada kami juga,

kemudian Ki Ageng Tapa Menjawab, “Baik, nanti Tahun depan

kami akan bawakan makanan untuk kalian’, janji KiAgeng Tapa

untuk memberi makanan pada tahun depan di sebut Nadzhar, dari

kata nadzhar ini kata nadranan terbentuk, kemudian pada tahun

depannya nadzran Ki Ageng Tapa dilaksanakan dengan

menyembelih seekor kerbau, daging dari badan kerbau di makan

untuk bangsa manusia, sedangkan kepala kerbau untuk angsa

siluman yang tinggal di laut. Sikap Ki Ageng Tapa bukan untuk

memberi persembahan kepada bangsa halus sebagai tunduk kepada

bangsa mereka, tetapi sebagai bentuk keperdulian sebagai sesama

makhluk Tuhan, juga sebagai seorang pemimpin yang bertanggung

jawab untuk memelihara keseimbangan lingkungan yang hidup di

darat maupun di laut, sikap ini sebagai perwujudan bahwa islam

rahmatan lil alamin.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

78

Sikap Ki Ageng Tapa yang peduli terhadap keseimbangan ekosistem

lingkungan hidup ini kemudian dilanjutkan oleh turunannya, mulai

dari pangeran cakrabuana, sunan gunung jati dan sultan-sultan yang

memerintah. Pada masa pemerintahan sunan gunung jati, nadran

merupakan ritual kenegaraan terbesar setelah muludan. Momen

nadran dimanfaatkan oleh sunan gunung jati untuk mengajarkan rasa

bersyukur kepada allah swt yang telah memberikan rezeki baik hasil

bumi maupun hasil laut, persembahan rasa syukur diwujudkan oleh

masyarkat dalam bentuk persembahan hasil bumi dan laut yang

terbaik. Jadi dalam pelaksanaan nadran dilakukan pemotongan

seekor kerbau jantan, kemudian diambil kepalanya, tulangnya, dan

darahnya setelah itu di larung ke tengah laut menggunakan perahu

kecil yang khusus dibuat untuk pelarungan tersebut

2. Pertanyaan: Bagaimana proses berlangsungnya acara tradisi upacara sedekah

laut bagi masyarakat pesisir Pandeglang?

Jawab: Sebelum mengadakan nadran, para tokoh agama, tokoh masyarakat dan

pejabat terkait terlebih dahulu mengadakan musyawarah mengenai

waktu pelaksanaan, pembentukan panitia upacara sedekah laut dan

besarnya dana yang dibutuhkan. sebelum diadakannya nadran,

terlebih dahulu diadakan beberapa acara yang diikuti oleh masyarakat

setempat adapun acaranya diantaranya antara lain: Lomba sepak bola,

Lomba bola voly, Bersih-bersih pantai, Bazar murah, Pementasan seni

budaya, Pengobatan gratis, Santunan anak yatim, Istigosah, Tabligh

akbar, Kreasi seafood, Karnaval nelayan. Tradisi upacara sedekah laut

merupakan budaya yang dilakukan oleha masyarakat pesisir pantai,

dana dari pelaksanaan kegiatan tradisi upacara sedekah laut tersebut

didapat dari swadaya masyarakat yang penarikannya dikordinir oleh

bendahara Tempat Pelelangan Ikan (TPI) biasa ditarik perkepala

keluarga sebagai sumbangan wajib. Dan biasanya untuk kalangan atas

yang segi ekonominya biasanya menyumbangkan uang leih dari yang

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

79

sudah ditentukan. Selanjutnya panitia membuat proposal untuk

nantinya mendapatkan sponsor dari berbagai brand terkenal.Dari dana

yang sudah terkumpul selanjutnya di pergunakan untuk membeli

syarat perlengkapa upacarasedekahlaut seperti kepala kerbau, ayam

betina, kain putih, jajanan pasar tujuh macam, nasi tumpeng dan lain

sebagainnya. Setelah perlengkapan upacara sedekah laut terpenuhi

dapat dilakukan prosesi ritual tradisi nadran atau uapcara sedekah laut.

Adapun prosesi nandran atau upacarasedekah laut adalah

Menyiapkan kepala kerbau, Menyiapkan perahu kecil untuk

pelarungan, Menyiapkan berbagai sesajen seperti ayam betina, nasi

tumpeng kuning dll.,Melakukan pencucian perahu ,Menyiapkan

makanan beserta lauk pauknya,Melakukan doa bersama

3. Pertanyaan : apakah tujuan diadakannya tradisi upacara sedekah laut di

Pandeglang?

Jawaban: Pertama, tujuan vertikal, yaitu hubungan antara makhluk kepada

sang pencipta Allah SWT. Mengucap rasa syukur kepada Allah

SWT, untuk memohon keselamatan para nelayan mengarungi

lautan. Kedua, tujuan horizontal yaitu hubungan antara sesama

manusia, sebagai ajang silaturahmi dengan sanak keluarga dan

teman-teman setiap harinya jarang bertemu karena banyak yang

jarang pulang karena harus bekerja di laut. Ketiga, tujuan sosial

ekonomi, memperkuat persatuan komunitas nelayan yang bernaung

dalam kongsi di dalamnya terdapat koperasi sekaligus menjaga tali

silaturahmi antara nelayan pengelola dan para juragan pemilik

perahu atau kapal. Keempat, tujuan hiburan dan pelestarian seni

budaya, sebagai ajang hiburan bagi seluruh masyarakat khususnya

masyarkat nelayan. Ditambah ladi untuk melestarikan tradisi

masyarakat nelayan yang sudah dilakukan oleh orang tua terdahulu,

jangan sampai tradisi ini hilang tergerus oleh zaman

4. Pertanyaan: berapa hari waktu persiapan dan pelaksanaan upacara sedekah

laut di Pandeglang?

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

80

Jawab: Waktu kegiatan upacara sedekah laut sebulan penuh, namun acara inti

dilaksanakan di tiga hari terakhir. Sebelum acara inti terdapat juga

serangkaian acara seperti acara donor darah, pengobatan gratis, santunan

anak yatim dan panti jompo, sunatan masal, pawai mengelilingi desa

yang berakhir di tempat penangkapan ikan (TPI), lomba bola voly, lomba

bola sepak antar desa, juga wayang kulit yang ikut meramaikan acara

sedekah laut.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

81

WAWANCARA

Data Informan

Narasumber : H. Suhaedi Kurdiatna, Kepala Kecamatan Panimbang,

Tempat : Panimbang,/Pandeglang

Tanggal : 22 Juni 2019) Pukul 10.20-11.35

1. Pertanyaan: Bagaimana sejarah berdirinya kecamatan Pandeglang?

Jawaban : bisa di lihat di website kab.pandeglang.

2. Ada berapa macam suku dan agama yang ada di Pandeglang?

Jawab: sebagai pemukiman para nelayan, merupakan tempat menetap dan musiman

dari nelayan (pendatang) yang berlatar belakang etnis bermacam-macam maka

bermacam-macam pula sukanya diantaranya Sunda, Jawa Cirebon dan Indramayu,

Jawa Serang, Minang, dan Bugis.

3. Apa yang bapak ketahui tantang upacara sedekah laut?

Jawaban: hajatan besar para nelayan dengan melurngkan kepala kerbau ke tengah laut

dengan mengharap kepada Allah di jauhkan dari malapetaka, penarik wisatawan

untuk berkunjung ke sini.

4. Kapan pelaksanaan upacara sedekah laut di Pandeglang?

Jawaban: Dalam pelaksanaannya tidak ada aturan waktu khusus dalam

penyelenggaraan “Nadran” di pandeglang yang terpenting tidak dalam posisi angin

barat saja dan Biasanya tergantung kepada hasil musyawarah warga nelayan dan

pejabat terkait.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

82

WAWANCARA

Data informan

Narasumber : Ucep, Tokoh Masyarakat Panimbang

Tempat : Panimbang,/Pandeglang

Tanggal : 22 Juni 2019) Pukul

1. Pertanyaan: Bagaimana kondisi sosial masyarakat Pandeglang?

Jawab: dari segi sosial Masa-masa sekarang ini, masyarakat telah cukup baik

kesadarannya. Mereka telah banyak mengadakan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat dan baik bagi dirinya maupun orang lain. Contohnya, melakukan

kegiatan gotong-royong yang dikerjakan secara bersama-sama baik gotong

royong yang diadakan pemerintah ataupun gotong royong yang kegiatannya

memperingati hari besar Islam dan hari-hari bersejarah nasional. Kegiatan

gotong royong yang sifatnya program pemerintah diantaranya: kebersihan

lingkungan, siskamling atau ronda dan memperbaiki jalan. Sedangkan

kegiatan gotong royong yang sifatnya memperingati hari-hari besar Islam dan

hari-hari bersejarah nasional diantaranya

2. Pertanyaan: bagaimana kondisi budaya masyarakat Pandeglang?

Jawab : Dalam kehidupannya di lingkungan masyarakat asal Jawa barat

(Sunda) pada umumnya mereka menggunakan bahasa daerah untuk

berkomunikasi di lingkungan mereka sendiri dan keluarganya.

Masyarakat nelayan asal Jawa barat sangat menyenangi kesenian

jaipongan, dan wayang golek. Sementara di lingkungan masyarkat

Jawa tengah mereka berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya

sendiri untuk berkomunikasi. Masyarakat nelayan asal Jawa tengah

sangat menyenangi kesenian Buroq dan Reog. Adanya proses

interaksi antar masyarakat dan budaya di lingkungan masyarakat

nelayan Panimbang, Pandeglang telah melahirkan akulturasi budaya

seperti dalam hal bahasa, tidak jarang bahasa-bahasa yang ada di

lingkungan masyarkat nelayan dapat dikuasai, dimengerti dan

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

83

dipergunakan oleh bukan sukunya seperti orang-orang Pandeglang yang

dapat paham dan bisa berkomunikasi dalam bahasa Jawa atau

sebaliknya

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

84

WAWANCARA

Data informan

Narasumber : Lukmanul Hakim/ketua Kecamatan

Tempat : Muncar/ Banyuwangi

Tanggal : 25 juli 2019, Pukul 10.25-12.15

1. Pertanyaan: Sejak Kapan Bapak tahu Upacara Petik Laut ?

Jawaban : Pada tahun 1901 telah para nelayan telah bermukim di Muncar. Pada

saat itu telah diselenggara¬kan Upacara Petik Laut, yang cara

meracik sesajinya telah mengikuti cara yang di pergunakan oleh

masyarakat nelayan sebelumnya, Berdasarkan informasi tersebut di

sisi lain mengandung arti bahwa kegiatan Petik Laut Muncar

merupakan tradisi masyarakat Muncar yang berlangsung sejak

waktu yang cukup lama dan sampai sekarang masih terpelihara

dengan baik di hati masyarakat.

2. Pertanyaan:Apa yang melatar belakangi pelaksanaan petik laut di Muncar.?

Jawaban: Petik Laut dapat dijelaskan menurut arti harfiah sebagai berikut

“Petik” berarti ambil pungut atau peroleh. “Petik Laut” berarti

memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil laut berupa

ikan yang mampu menghidupi nelayan Muncar dan sekitarnya.

Kemudian Adanya kepercayaan turun temurun dan adat istiadat

masayarakat muncar, sebagai ucapan syukur yang pada waktu itu

masyarakat muncar mengalami kejayaan dalam mata pencariaan

dipesisir Muncar serta adanya bencana pada waktu itu yang

menimpa .

3. Pertanyaan: apakah upacara sedekah laut ini selalu rutin dilaksanakan?

Jawab: Upacara sedekah laut ini adalah hajatan tahunan masyarakat psesisir dan

nelayan Muncar yang wajib dilakukan setiap tahunnya. Pernah sekali

tradisi upacara sedekah laut ini tidak dilaksanakan akibatnya tidak ada

ikan sama sekali, dan air laut pasang hingga ke kampung warga.

Menurut masyarakat sekitar penghuni laut marah terhadap warga

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

85

masyarakat pesisir dan nelayan Muncar karena tidak menjalankan

ritual upacara sedekah laut. Kemudian setelah kejadian itu masyarakat

pesisir dan nelayan Muncar melakukan kembali ritual Upacara

Sedekah laut. Sebagai tradisi yang harus dipertahankan dan ritual ini

menjadi kepercayaan yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat

pesisir dan nelayan Muncar

4. Pertanyaan: Berapa hari persiapan Petik laut Muncar ?

Jawaban: Persiapan pelaksanaan petk laut muncar dilakukan 1 satu bulan

sebelum pelaksanaan hari H nyadari dimulai dari persiapan

administrasi sampai pembentukan kepanitian petik laut sampai

persiapan upacara pada hari tibanya

5. Pertanyaan: bagaimana proses upacara sedekah laut?

Jawaban: Pagi hari ± 06.00 WIB, sesaji yang telah siap di dalam “Gitik” dan

ditempatkan di rumah Pawang, diangkut menuju ke tempat upacara

sambil terlebih dahulu diarak keliling dilingkungan perkampungan

nelayan, diiringi oleh perangkat kesenian pengiring berupa

Terbangan, Gandrung, bersama-sama dengan kegiatan kelompok

masyarakat nelayan menuju ke tempat upacara pelepasan sesaji.

Selanjutnya Upacara Pelepasan Sesaji.Di tempat yang telah

ditentukan biasanya mengambil tempat di TPI pada tanggal 15 Syuro

biasanya, dimulai pada pukul 09.00 WIB. Perahu yang membawa

Gitik yang brisi sesaji di¬tempatkan paling depan dan kemudian

diikuti oleh iring-iringan perahu nelayan yang membawa ke tengah

laut untuk dilarung.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

86

WAWANCARA

Data informan

Narasumber : Jufri, Tokoh Masyarakat Muncar

Tempat : Muncar/ Banyuwangi

Tanggal : 24 Juli 2019) Pukul 09.05-10.10

1. Pertanyaan: Petik laut Muncar apa termasuk Budaya adat Jawa ?

Jawaban: Petik laut Muncar merupakan Budaya Adat istiadat jawa yang

dikembangkan oleh suku bugis, Madura, dan Jawa.

2. Pertanyaan: apa yang bapak ketahui tentang petik laut atau upacara sedekah

laut?

Jawaban: Petik laut di Muncar merupakan tradisi masyarakat Muncar yang

berlangsung lama oleh nenek moyang kemudian dilakukan turun temurun

hingga sekarang masih terpelihara dengan baik

3. Pertanyaan: apakah tujuan dari upacara sedekah laut?

Jawaban:sebagai salah satu upaya untuk menanamkan perasaan cinta bahari

bagi masyarakat nelayan di pantai Muncar sehingga kehidupan laut yang telah

mendatangkan manfaat bagi kehidupan terpelihara

4. Pertanyaan: Kenapa Petik laut melarungkan sarana kelaut ?

Jawaban: Adalah sebagai wujud untuk membuang sangkal sebagai penolak

balak kepada penguasa laut yang diyakini sebagai memberikan rejeki agar ikan

dilaut muncar keluar banyak dan dapat di peroleh oleh nelayan muncar.

5. Pertanyaan; dimana pelaksanaan acara upacara sedekah laut atau upacara petik

laut?

Jawaban: Hampir tiap tahun upacara pelepasan sesaji dilakukan di Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) pada tanggal 15 syuro, biasanya dimulai pada pukul

09.00 WIB. Perahu yang membawa Gitik yang berisi sesaji ditempatkan paling

depan dan kemudian diikuti di belakangnya oleh iring-iringan perahu nelayan

yang membawanya ke tengah laut untuk berziarah ke Makam Sayid Yusuf yang

bertempat di sembulungan

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

87

WAWANCARA

Data informan

Narasumber : Sutiyono, Ketua UPT Nelayan Muncar

Tempat : Muncar/ Banyuwangi

Tanggal : 25 Juli 2019 Pukul 13.00-13.35

1. Pertanyaan: apa yang bapak ketahui tentang upacara sedekah laut atau

uapacara petk laut?

Jawaban: petik laut atau upacara sedekah laut merupakan ucapan rasa syukur

atas hasil laut yang dianugerahkan kepada masyarakat pesisir Muncar.

Penghasilan ikan di laut Muncar merupakan penghasilan pokok untuk

kelangsungan hidup masyarakat pesisir pantai Muncar. Maka dari itu tradisi

upacara sedekah laut atau petik laut ini tetap dipelihara sebagai wujud rasa

syukur

2. Kapan dilaksanakannya upacara sedekah laut?

Jawaban: pelaksanaan upacara sedekah laut selalu jatuh pada tanggal 15 di

bulan syuro namun selalu berbeda dalam penanggalan masehi setiap tahunnya.

3. Pertanyaan: apakah ada ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan dalam

ritaul upacara sedekah laut/

Jawaban; Ritual ini diawali pembuatan sesaji oleh para nelayan yang

mempunyai kapal besar (juragan kapal). Mereka adalah keturunan warga

Madura yang sudah ratusan tahun turun-temurun mendiami pelabuhan

Muncar. Di situ disiapkan beberapa perahu kecil (perahu sesaji), dibuat

sebagus mungkin demi ke lengkapan acara petik laut. Pada malam harinya, di

dalam perahu sudah disediakan berbagai macam sesaji yang sudah disiapkan

dan dilakukan pembacaan do’a bersama. Di beberapa rumah juragan kapal pun

diadakan pengajian atau yasinan, untuk memperlancar perjalanan dan

kelancaran acara petik laut, tanpa ada suatu halangan apapun. Pengajian ini

dilaksanakan sebelum diberangkatkan dan dihanyutkannya sesaji ke laut.

Kelengkapan upacara dianggap penting dengan tersempurnanya ube rampe

(sesaji) yang disiapkan seperti sesaji berupa kue, masakan dan makanan yang

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

88

berasal dari palawija. Sesaji yang paling utama adalah kepala kambing

“kendit”, kue-kue sebanyak 44 macam, buah-buahan, pancing emas, candu,

pisang saba mentah, kinangan, kembar mayang, pisang rajah, nasi tumpeng,

nasi gurih, nasi lawuh, ayam jantan hidup dua ekor. Semuanya dimasukan

kedalam perahu kecil yang sudah dihias sedemikan rupa Seorang pawang

memimpin kenduri dengan membaca mantra diucapkan dengan menggunakan

mantra berbahasa Jawa. Dalam kenduri ini biasanya menggunakan beberapa

sesajen diantaranya

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Mantra yang dibaca oleh pawang Berikut isi mantra tersebut;

Inggih kulo enggal matur namung sadremi ngaturaken ingkang dados

panyuwunanipun umat ingkang wonten desa Kedungrejo (umat menjawab Inggih).

Pramila panjenengan sedaya dipun aturi daten pantai Muncar, desa Kedungrejo,

sepindah dipun suwun sawap pandonganipun, ping kalih anyekseni anggenipun

gadah panyuwunan Kadang Umat di desa Kedungrejo ngedalaken rejeki saking

pangeran tuwuh saking bumi asal brekahe Hyang bagaskara utawi Hyang Agung,

dipun kempalaken dados setunggal perlu kadamel wilujengan wilujengi para

kadang umat di desa Kedungrejo wilujeng ingkang dipun wilujengi saha ingkang

milujengi mandapipun para bapak ingkang sami katuran mriki sedayanipun.

Terjemahannya:

“Iya saya menghaturkan apa yang menjadi permohonan umat yang berada didesa

Kedungrejo (umat menjawab”inggih”). Baiklah bapak-bapak yang ada di Pantai

Muncar, desa Kedungrejo, yang pertama memohon doa, yang kedua menyaksikan

permohonan saudara-saudara umat didesa Kedungrejo agar diberikan rejeki dari

pangeran bumi dan berkah dari Sang Hyang Bagaskaraatau Hyang Agung. Baiklah

mari kita haturkan bersama-sama

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

89

Sekul brok ingkang sawanci caos bukti dahar bukti datan ibu bumi bapa akasa ibu

wengi bapa rino, bumi ingkang dipun embah kaliyan Umat Sedaya ingkang desa

Kedungrejo. Pramila wau dipun suwun caosi dahar bukti inggih tansah ugi dipun

suwun sawap pandunganipun datengdesa Kedungrejo anggenipun gadai niat kajat

wilujengan ing dinten menika inggih paringana Kabul punapa ingkang dados

panyuwunanipun.

Terjemahaan

Nasi brok ini dipersembahkan kepada Ibu Bumi, Bapa Akasa, ibu malam dan bapa

siang atas segala anugrahnya baik siang maupun malam hari, semoga semua

permohonan dikabulkan

Ta ingkang sak aturan malih daten sekul gurih caos dahar bukti datan Sang Hyang

Panutan, Panutanipun umat desa Kedungrejo ingkang kasebat Sang Hyang

Tunggal lumeber wau dipun caosi dahar bukti inggih tansah maringana ayom,

ayem, tata, titi, tentrem, tatak, tutuk, tetep, tenang sak rinten sak dalunipun

Terjemahaan

Yang berikutnya dihaturkan nasi gurih yang dipersembahkan kepada Sang

penguasa Jagat serta memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

semoga diberikan pengayoman, kerahayuan, ketentraman siang maupun malam

Ta ingkang sak bab malih daten sekul punar saha majemuk kadamel njemukaken

umat ing desa Kedungrejo wedal ing dinten menika inggal kepanggih lami lami

kepanggih inggal sageta atut runtut wiwit dinten sak laminipun kaseksenan dining

para bapa ingkang sami katuran mrikisedayanipun

Terjemahaan

Yang berikutnya dipersembahkan nasi punar senantiasa untuk mengumpulkan,

menyatukan para umat agar tidak terjadi perpecahan, marilah bapak-bapak kita

haturkan disini

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

90

Ingkang sak aturan malih apem inggih alur panyuwunipun desa Kedungrejo inggih

kadamel kintun para leluhur umat wonten ing pantai Muncar, desa Kedungrejo

leluhur karumatan lan mboten kerumatan ingkang kaleres dipun kintun wedal ing

dinten punika inggih tansah dipun suwun sawap pandonganipun sageta maringi

rahayu wilujeng wiwid dinten menika ngantos sak lami-laminipun

Terjemahaan

Yang berikutnya dipersembahkan kue apem yang dipersembahkan kepada para

leluhur di desa Kedungrejo yang terawat maupun yang tidak, diberikan suguhan

agar senantiasa memberikan kerahayuan selama-lamanya

Ta ingkang sak aturam malih daten buceng robyong kadamel nyumerepi dinten pitu

pekenan gangsal kadamel masyarakat desa muncar sedoyo inggih sageta maringi

kekuatan rahayu wilujeng

Terjemahaan

Yang berikutnya dipersembahkan lagi buceng robyong untuk mengetahui hari yang

berjumblah tujuh dan pasaran yang berjumblah lima, semoga diberikan kerahayuan

Buceng jejeg saha kadamel njejekaken manahipun umat ing desa Kedungrejo.

ingkang sak bab malih daten jenang sengkala kadamel nulak senkala umat wonten

ing desa Kedungrejo to kala ngadang kala suing kala sisik kala srimpet sedoyo wau

dipun caosi bukti inggih tansah dipun suwun maringono rahayu wilujeng sak rinten

sak dalunipun (umat menjawab inggih). Jenang sepuh caos bukti daten sederekipun

ingkang sepuh piambak anem piambak tunggal pertapaan sanes panggenan kepyar

sareng sak uat pramila wau dipun

caiso bukti inggih dipun suwun sawap pandonganipun tansah maringi rahayu

wilujeng sak rinten sak dalunipun

Terjemahaan

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

91

Buceng jejeg dipersembahkan senantiasa agar selalu berfikir positif dan kokoh.

Bubur sengkala dipersembahkan senantiasa menjauhkan diri dari kesialan atau

sukerta umat di desa Kedungrejo agar dimudahkan jalan siang maupun malam, serta

diberikan kerahayuan. Bubur sepuh dipersembahkan untuk orang tua senantiasa

diberi kerahayuan malam maupun siang hari.172

172 Sumber: data pribadi 2019

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

92

DOKUMENTASI

(Gambar: Setelah melakukan wawancara dengan Ketua Nelayan Pandeglang)

(Gambar: wawancara dengan ketua Kecamatan Panimbang Pandeglang)

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

93

(Gambar: permintaan data sekaligus wawancara dengan ketua upt nelayan Muncar

Banyuwangi)

(Gambar: Setelah melakukan wawancara dengan Kepala Kecamatan Muncar dan

Tokoh Maysarakat)

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

94

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

95

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

96

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

97

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

98

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

99

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · UPACARA SEDEKAH LAUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS PERBANDINGAN WILAYAH DI PANDEGLANG PROVINSI

100