16
UPACARA ADAT SIFON DI DESA OINLASI KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (Suatu Studi Kasus) JURNAL SKRIPSI Oleh : Evans Praise Nomleni 172013601 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016/2017

UPACARA ADAT SIFON DI DESA OINLASI KECAMATAN … · Kata Kunci : Upacara Adat Sifon, di Desa Oinlasi. Adat Sifon bisa dikatakan memiliki tujuan yang sama yaitu melestarikan budaya

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

UPACARA ADAT SIFON DI DESA OINLASI

KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN

TIMOR TENGAH SELATAN (Suatu Studi Kasus)

JURNAL SKRIPSI

Oleh :

Evans Praise Nomleni

172013601

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016/2017

iii

v

vi

UPACARA ADAT SIFON DI DESA OINLASI KECAMATAN

AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

(Suatu Studi Kasus)

Evans Praise Nomleni

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP

Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Evans Praise Nomleni, 17201360. Upacara Adat Sifon Di Desa Oinlasi

Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (Suatu Studi

Kasus) Tahun 2016/2017. Skripsi. Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga. Pembimbing 1 : Dra. Nani Mediatati, M.Pd, Pembimbing

2 : Drs. Ps. Widirahardja, M,Pd.

Kata Kunci : Upacara Adat Sifon, di Desa Oinlasi Adat Sifon bisa dikatakan memiliki tujuan yang sama yaitu melestarikan budaya

yang diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang mereka. Seperti yang dilakukan

oleh masyarakat di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten Timor

Tengah Selatan yang masih memegang teguh budaya yang merupakan warisan

para pendahulu mereka yaitu tradisi Adat Sifon yang dilakukan satu tahun sekali.

Penelitian dilakukan di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten

Timor Tengah Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan

tata cara pelaksanaan tradisi Adat Sifon di Desa Oinlasi, mendiskripsikan makna

dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Adat Sifon, dan mendiskripsikan

faktor-faktor yang mempengaruhi masih dilakukannya Upacara Adat Sifon oleh

masyarakat Desa Oinlasi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripstif

kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan

dokumentasi. Pengujian validitas data menggunakan trianggulasi sumber,

trianggulasi teknik, dan trianggulasi waktu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapat hasil mengenai tata cara pelaksanaan

Serta tahapan pelaksanaan prosesi Adat Sifon di Desa Oinlasi ada tiga tahap yang

dilaksanakan didalam tradisi Adat Sifon di Desa Oinlasi yaitu : maputu (sifon),

manikin, hauhena. Dalam tradisi tersebut mengandung makna yaitu sang pria

membuang bala atau sial dalam kehidupan mereka, dan juga memiliki nilai sosial,

nilai religius, nilai budaya, nilai musyawarah, nilai tanggung jawab, dan nilai

biologis.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Adat sifon ini mempunyai makna melakukan pendinginan atau

pembuangan bala atau sial dari orang yang menjalankan ritual sifon oleh seorang

wanita yang melayani nya (Jasamen Sipayung, 2004:3). Upacara adat sifon ini

cenderung dilakukan oleh kaum lelaki yang sudah tergolong remaja dan juga bagi

kaum pria yang sudah siap, atau dianggap sudah matang untuk melakukan

hubungan intim dengan lawan jenisnya. Orang Timor sampai sekarang masih setia

melaksanakan upacara adat sifon karena mereka percaya bahwa dengan

dilakukannya sifon pada kaum lelaki ini akan mendatangkan berkah dan awet

muda pada sang pelaku sifon tersebut.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian karena hingga saat ini masih

ada masyarakat yang masih melakukan upacara adat sifon, walaupun

bertantangan dengan nilai-nilai moral keagamaan dan bias gender. Dan apa makna

dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat sifon serta faktor-faktor yang

menyebabkan adat sifon tetap terpelihara dalam masyarakat Timor di Desa

Oenlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,

walaupun bertantangan dengan moral keagamaan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana tata cara pelaksanaan, apa makna dan nilai-

nilai yang terkandung dan factor apa yang menyebabkan masyarakat Desa Oinlasi

Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS masih melakukan (memelihara)

upacara adat sifon?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tata cara pelaksanaan, nilai-

nilai yang terkandung, dan factor-faktor masih dilakukan upacara adat sifon, oleh

masyarakat di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, secara teoritis maupun

secara praktis.

Secara Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial khususnya dalam bidang

kajian tradisi dan juga memberi gambaran yang jelas mengenai proses

pelaksanaan upacara adat sifon.

Secara Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi warga desa setempat

khususnya warga masyarakat di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan

Kabupaten TTS untuk mengetahui faktor-faktor dari budaya sifon yang masih

dipertahankan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang

berminat untuk mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya

masyarakat Oinlasi.

KAJIAN PUSTAKA

Kebudayaan

Menurut Jane Grecia Akolo (2009:16) kebudayaan itu merupakan

keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata

kelakuan, yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam

kehidupan masyarakat. Sementara itu menurut ilmu antropologi, “kebudayaan”

adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

(Koentjaraningrat,1990:180). Oleh karena itu, kebudayaan mengatur agar manusia

dapat mengerti dan memahami bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,

menentukan sikap apabila ingin membangun dan menjalin hubungan dengan alam

dan juga dengan sesama manusia. Dari pengertian para ahli dapat kita simpulan

bahwa kebudayaan dibuat oleh manusia menggunakan budi atau akal yang

mencakup kepercayaan, seni, moral, dan kehidupan dalam masyarakat, yang

mengatur agar manusia dapat mengerti dan memahami bagaimana seharusnya

bertindak, berbuat, menentukan sikap apabila ingin membangun dan menjalin

hubungan dengan alam dan juga dengan sesama manusia.

Adat Menurut kamus besar bahasa Indonesia adat adalah aturan (perbuatan)

yang lasim dilakukan sejak dahulu kala,dan cara (kelakuan) yang sudah menjadi

terbiasa. Menurut Koentjaraningrat (1974:20) adat adalah wujud ideel dari

kebudayaan. Secara lengkap wujud itu dapat kita sebut adat tata kelakuan, karena

adat itu berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Dari penjelasan diatas maka

disimpulkan bahwa adat adalah suatu kebiasaan yang sudah dilakukan dalam

waktu yang sangat panjang sehingga menjadi kebiasaan, dalam melakukan

tingkah laku - tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.

Upacara Tradisional

Upacara tradisional menurut Koenjaraningrat (1990:181) adalah suatu

rangkaian atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat

yang mengalir dalam kelompok masyarakat. Sedangkan menurut Slamet D S

(1984:1) upacara tradisional merupakan sesuatu kegiatan sosial yang melibatkan

warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan

keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipatuhi dan

dilaksanakan oleh warga masyarakat. Maka dari itu upacara tradisional

merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat

yang bertujuan untuk mencapai keselamatan hidup lahir batin.

Adat Sifon

Upacara adat sifon adalah salah satu dari sekian banyak adat-istiadat yang

masih di pegang teguh oleh masyarakat Timor di Desa Oinlasi Kecamatan

Amanatun Selatan Kabupaten TTS. Adat sifon ini mempunyai makna melakukan

pendinginan atau pembuangan bala atau sial dari orang yang menjalankan ritual

sifon oleh seorang wanita yang melayaninya (Radar Timor, 10 Juni 2004:5-9).

Upacara adat sifon ini cenderung dilakukan oleh kaum pria yang sudah tergolong

dewasa dan juga bagi kaum pria yang sudah siap, atau di anggap sudah matang

untuk melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya. Orang timor sampai

sekarang masih setia melaksanakan upacara adat sifon karena mereka percaya

bahwa dengan dilakukan nya sifon pada kaum lelaki ini akan mendatangkan

berkah dan awet muda pada sang pelaku sifon tersebut.

Pandangan Adat Sifon Dilihat dari prosedur atau tatacara pelaksanaan sunat yang sederhana tadi,

maka jelas kita lihat bahwa praktek sunat dan tradisi sifon ini jelas mendorong

hubunga sex bebas sebelum dan sesudah penyunatan. Sang pasien didorong untuk

melakukan hubungan sex bebas dengan yang bukan pasangannya atau isterinya

yang sah. Ingatlah, semua-nya ini diterima sepenuhnya oleh masyarakat Atoni

meto yang terlibat didalam nya sambil mereka mengikuti Yesus, keluar masuk

gereja, melayani, mengikuti festifal kor, melakukan kebaikan, menolong sesama,

atau hal-hal yang lain yang nampaknya rohani.

Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir dianalogikan oleh peneliti dalam melakukan penelitian

berdasarkan permasalahan dan tujuan yang dicapai, serta berfungsi sebagai peta

konsep dalam penelitian. Visualitas tentang kerangka berfikir penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut :

Bagan kerangka berfikir di atas telah menunjukkan bagaimana alur

pemikiran peneliti. Peneliti mengawali pemikiran karena adanya tradisi upacara

adat Sifon dijaman moderen ini. Tentunya ada faktor-faktor tertentu yang telah

membuat tradisi Sifon masih terjaga. Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa

saja yang membuat masyarakat Desa oinlasi melaksanakan Sifon, serta apa makna

dan nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara adat Sifon bagi

masyarakat Desa oinlasi, serta penggambaran yang jelas mengenai seluk-beluk

pelaksanaan sunat serta motif yang melatarbelakangi masih bertahannya tradisi

tersebut dan juga apa persepsi dan sikap masyarakat terhadap sunat dan hubungan

seks pasca sunat. Hasil akhir yang akan dicapai adalah mengetahui secara jelas

alasan atau hal-hal yang ada dibalik terjaganya eksistensi Adat Sifon di Desa

Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

karena dengan menggunakan pendekatan penelitian ini akan menjelaskan

secara rinci tentang budaya adat sifon. Menurut Djam’an Satori,dan Aan

Komariah (2011 : 28) mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting

sosial dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang

dihimpun berbentuk kata atau gambar daripada angka-angka.

Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa dan

bagaimana suatu kejadian terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan tata pelaksanaan upacara adat sifon, makna dan nilai-nilai

yang terkandung didalamnya, serta faktor-faktor yang menyebabkan masih

dilaksanakannya upacara adat sifon di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun

Faktor-faktor

penyebab upacara

adat sifon tetap

dilaksanakan

Makna dan nilai-nilai

yang terkandung

dalam pelaksanaan

upacara adat sifon

Tradisi upacara adat sifon

desa oinlasi

Pelaksanaan upacara

adat sifon

Selatan Kabupaten TTS dengan mengamati dan terlibat secara intensif dalam

pelaksanaan upacara adat sifon tersebut.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat Desa Oinlasi Kecamatan

Amanatun Selatan Kabupaten TTS. Dalam penelitian ini dibutuhkan waktu

selama 1 bulan yang dimulai dari tanggal 22 agustus Sampai tanggal 5 september,

dikarenakan berhubungan dengan masyarakat secara langsung dan peneliti harus

melakukan pengamatan. Maka penelitian ini di sebut penelitian studi kasus,

karena hanya meneliti khusus di satu wilayah saja yaitu wilayah Desa Oinlasi.

Sumber Data

1. Informan kunci, ketua adat desa oinlasi, tokoh agama,tokoh masyarakat, dan

pelaku ritual sifon tersebut.

2. Tempat dan peristiwa, yaitu peneliti melakukan pengamatan terhadap prosesi

adat sifon di Desa Oinlasi Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling

utama dalam penelitian kualitatif. Observasi dalam Kamus besar Bahasa

Indonesia (2008:976) berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif. Wawancara dapat digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan

dengan informan lebih mendalam. Menurut Berg (dalam Djam’an Satori, dan

Aan Komariah 2011:129) mengemukakan bahwa, wawancara sebagai suatu

percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan

informasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber informasi yang sangat berguna dan

mendukung penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Djam’an Satori,Aan Komariah, 2011:148).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari ketua adat desa Oinlasi,

tokoh agama,tokoh masyarakat, dan pelaku ritual sifon tersebut. Dalam

melakukan penelitian ini, sangat memberikan kebebasan kepada informan (subjek

penelitian) dan mendorongnya untuk berbicara secara luas dan mendalam tentang

pokok penelitian.

Validitas Data

Validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan teknik. Trianggulasi

dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugioyono, 2012:125).

Analisis Data Analisis data memuat empat komponen, yaitu : “Pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data atau display, penarikan kesimpulan atau conclution

drawing.” (Mathew B Miles dan A. Michael Huberman, 1992: 19). Keempat

tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai

sumber antara lain informan, dokumen, peristiwa dan buku-buku yang

relevan. Teknik yang dianggap relevan untuk penelitian ini adalah observasi

langsung, wawancara mendalam dan analisis dokumen.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi data dari fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung

terus sepanjang penelitian sampai laporan akhir untuk mempertegas,

mempermudah dan membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, serta

mengatur data sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

3. Penyajian data.

Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan dengan melihat penyajian

data, dapat dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk

mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan

pemahaman penyajian data yang dapat meliputi berbagai matriks, gambar,

skema dan tabel. Semuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur

agar mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang kompak.

4. Penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan merupakan kesimpulan dari apa yang telah

diteliti dari awal hingga akhir. Penarikan kesimpulan hanyalah merupakan

sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan akhir

ditentukan sampai proses pengumpulan data berakhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Oinlasi

Desa Oinlasi merupakan desa yang berada di pusat Ibukota Kecamatan

Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan ketinggian kurang

lebih 600 mil dari permukaan laut, kondisi alam terdiri dari lembah dan

perbukitan beriklim panas, dengan curah hujan rata-rata 1200 mm/ tahun, dan

suhu harian/rata-rata 24 sampai dengan 31 .

Musim sunat

Waktu yang tepat untuk melakukan penyunatan adalah ketika rambut

jagung sedang mekar kemerah-merahan (musim jagung muda) dan ketika pohon

dedap atau yang dalam bahasa setempat disebut “neonsae” sedang berbunga.

Waktu-waktu lain yang cocok untuk penyunatan adalah ketika pohon kapuk

sedang berbunga, pohon turi sedang berbunga, dan ketika padi menguning. Orang

Atoni Meto percaya bahwa apabila seorang pria disunat pada waktu-waktu

tersebut maka wajahnya akan bercahaya kemerah-merahan mencitrakan kesehatan

dan kesuburan.

Teknik Penyunatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan “ahelit” atau dukun sunat Desa Oinlasi

Kecamatan Amanatun Selatan diketahui teknik penyunatan yang mereka

praktekan terdapat empat cara pemutusan kulup, yang diliat dari kondisi kulit

kulup pasien tersebut, “ahelit” menyebut ada beberapa jenis kulit kulup yaitu :

kulit kambing (bibi) kulit tipis, atau sapi (bia) kulit tebal. Dilihat dari jenis kulit

kulup, maka berbedalah cara pemutusan kulit kulup berdasarkan jenisnya.

1. Pemutusan Kulup Menggunakan Ikatan (futus)

2. Pemutusa Kulup Menggunakan Jepitan (hapi)

3. Pemutusa Kulup Menggunakan Cara Memotong

4. Pemutusan Kulup Menggunakan Cara Mebelah

Ritual Upacara Adat Sifon

Bagi Atoni Meto, sunat bukanlah sekedar penyingkiran kulup. Sunat

adalah suatu prosesi panjang, serentetan ritual, yang bila dikaitkan dengan nilai-

nilai lain seperti kesehatan, moral, agama, dan gender, cukup kontroversial.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Adat Sifon

Nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Sifon meliputi :

1. Nilai sosial

Munculnya rasa kebersamaan yang dilandasi oleh ras senasib dan

sepenanggungan, bahwa mereka hidup bersama-sama. Karena itu mereka

saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.

2. Nilai Religius

Mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

diwujudkan melalui doa dan juga rasa syukur atas berkah.Memelihara

hubungan baik antara manusia dengan para leluhur nenek moyang ini “uis

neon” ini diwujudkan dengan upacara pemutusan kulup.

3. Nilai Budaya

Nilai budaya dalam Adat Sifon sudah tergambar jelas dari awal, tradisi

merupakan sebuah budaya, budaya merupakan hasil karya manusia yang tanpa

disadari akan menjadi adat istiadat. Upacara Adat Sifon ini juga termasuk hasil

dari karya manusia yang telah menjadi kebiasaan dan diwariskan kepada

generasi penerus, dalam hal ini Upacara Adat Sifon diwariskan oleh leluhur-

leluhur masyarakat Desa Oinlasi kepada generasi dibawahnya. Dan sampai

sekarang masih terus dilestarikan dan dijaga eksistensinya.

4. Nilai Musyawarah

Dalam pelaksanaan Upacara Adat Sifon sangat menjunjung tinggi nilai

musyawarah. Hal ini ditunjukan dalam pelaksanaan Upacara Adat Sifon.

Sebelum diselenggarakan, suami istri melaksanakan musyawarah, dalam

musyawarah itu pasangan suami istri membicarakan soal persetujuan sang istri

pada suami untuk menjalani Upacara Adat Sifon.

5. Nilai Tanggung Jawab

Keberhasilan Upacara Adat Sifon memerlukan kerjasama yang erat antara

keluarga, sang pria, dan juga dukun sunat tersebut. Masing-masing

mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri. Berhasil atau tidaknya

pelaksanaan Upacara Adat Sifon tersebut sangat bergantung pada apakah

masing-masing pihak mau dan mampu menunaikan apa yang menjadi

kewajiban atau tanggung jawabnya secara baik.

6. Nilai Biologis

Dalam pelaksanaan Upacara Adat Sifon terdapat juga nilai biologis, kita bisa

melihat bahwa masyarakat di Desa Oinlasi meyakini bahwa dengan

melakukan sifon maka mereka akan mendapat kesehatan, kesuburan,

kegantengan, dan juga keperkasaan dalam hal biologis.

Manfaat Tradisi Upacara Adat Sifon

Dalam pelaksanaan Upacara Adat Sifon di Desa Oinlasi Kabupaten TTS

pastilah mempunyai manfaat bagi masyarakat terutama bagi para kaum pria,

manfaat yang pertama ialah :

1. Membawah Berkat Dalam Rumah Tangga

Masyarakat di Desa Oinlasi mempercayai bahwa dengan melakukan Upacara

Adat Sifon maka akan membawa berkah bagi rumah tangga mereka.

2. Kesuburan

Masyarakat mempercayai jika sang pria atau suami melakukan Upacara Adat

Sifon maka mereka tidak akan sulit mempunyai keturunan (anak) akan mudah

saja dalam memiliki anak atau penerus keturunan.

3. Ketampanan / Kegantengan

Masyarakat Desa Oinlasi percaya, jika seorang pria melakukan Upacara Adat

Sifon maka dia akan lebih ganteng kemerahan dan akan memiliki ketampanan

seperti matahari dan juga bunga yang selalu wangi badannya. Dan juga akan

lebih jantan dalam melakukan hubungan seks dengan pasangannya.

Pembahasan

Upacara Adat Sifon adalah warisan budaya leluhur yang diturunkan oleh

nenek moyang kepada generasi berikutnya dan dilaksanakn oleh suatu koloni

tertentu dengan setia yang mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu.

Fungsi upacara tradisional menurut Hartono dalam Dwiyanto (2012 : 68)

penyelenggaraan upacara adat pada umumnya bertujuan untuk menghormati,

mensyukuri pemberian Tuhan, mohon keselamatan kepada Tuhan melalui arwah

leluhur atau nenek moyang atau kepada kekuatan-kekuatan illahi yang lain.

Seperti halnya yang terlihat dalam pelaksanaan Upacara Adat Sifon di Desa

Oinlasi. Mayarakat meyakini Upacara Adat Sifon ini bertujuan antara lain untuk

melepaskan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh kaum pria agar membawa

berkah dalam kehidupan mendatang, membwa kewibawaan dalam hidup pria

tersebut, membuat pria tersebut ganteng dan berkarisma dalam hidup bersosial,

dan juga agar dalam rumah tangga pria tersebut akan menerimah berkah dan

anugerah dari Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan Upacara

Adat Sifon merupakan tradisi yang masih setia dilakukan sampai sekarang

oleh, masyarakat Desa Oinlasi yang merupakan kepercayaan dan juga salah

satu bentuk warisan budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka. Pada

dasarnya Upacara Adat Sifon adalah kegiatan yang menuntut para pria untuk

melakukan hubungan seks diluar pernikahan setelah melakukan penyunatan.

Walaupun menurut ajaran agama moderen adalah dosa, namun disatu sisi

Upacara Adat sifon adalah upacara yang dilakukan untuk memohon

pengampunan dosa, memohon ketentraman dan juga berkat dalam kehidupan

pria tersebut.

2. Nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Sifon ialah nilai sosial dan

nilai budaya. Nilai sosial terdiri dari nilai materiil, nilai vital dan nilai rohani.

Nilai materiil dalam Upacara Adat Sifon tersebut dapat dilihat dari alat yang

digunakan pada saat pelaksanaan Upacara Adat Sifon, hidangan makanan

bagi para kerabat di rumah pria tersebut, dan juga sesajen lainnya yang

digunakan pada saat malakukan Upacara Adat Sifon. Sadangkan nilai vital

dalam Upacara Adat Sifon dapat dilihat dari tujuan dan fungsi dari Adat Sifon

tersebut, yaitu sebagai wujud pengampunan dosa dan juga sebagai ucapan

syukur pada Tuhan Yang Maha Esa agar dalam kehidupan pria tersebut

banyak berkat yang mengalir dalam kehidupan pria tersebut hari demi hari.

Nilai rohani dalam Upacara Adat Sifon adalah nilai religius, yang tercermin

dari doa-doa dan esensi dari Upacara Adat Sifon itu sendiri, dimana Upacara

Adat Sifon merupakan upacara pelepasan dosa atau bala, dan juga

permohonan untuk mendapatkan berkat dan ketentraman dalam kehidupan

sang pria. Nilai budaya tergambar jelas dari awal pelaksaan Upacara Adat

Sifon di Desa Oinlasi, dimana pelaksanaannya dianggap sangat penting dan

mulia, yang memiliki cara-cara dan tujuan tertentu dalam pelaksanaannya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah setempat melalui dinas kesehatan dan dinas kebudayaan

sebaiknya memberi arahan bagi para masyarakat agar sedikit merubah

kebiasaan sifon tersebut, agar melakukan sunat secara sehat dan juga tanpa

melakukan sifon dikarenakan banyak merugikan kaum perempuan dan juga

dapat menimbulkan penyakit.

2. Melalui lembaga keagamaan (gereja) untuk menghimbau para umat untuk

mlakukan sunat sehat dan juga tanpa melakukan sifon dikarenakan melanggar

nilai-nilai agama dan juga norma sosial pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. 1974-1997. Lembaga Alkitab Indonesia.

Dwiyanto, Djoko. 2012. Faham Keselamaetan dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Amtama.

Davidson, s, Jamie. 2010. Adat Dalam Politik Indonesia. Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, Jakarta.

Dimas, Gelar. 2016. Pelaksanaan Upacara Adat Tradisional Merti Dusun Dan

Nilai-Nilai Yang Terkandung Didalamnya. Salatiga. Universitas Kristen

Satya Wacana.

Ensiklopedi Indonesia. 1989. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve.

Hambali, Hasan, et. Al. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan Dengan

Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sumatra Selatan. Depdikbud.

Herusantoso, Budiono. 1984. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindita.

Hermana, Asep. 2000. Tehnik Khitan. Widya Medika: Jakarta.

Http://infontt.com/category/news.

Idianto, M. 2004. Sosiologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

J.Moleong Lexy. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya offset.

Jackson, Eric. 2000. Seks Dari Ujung Ke Ujung. Abdi Tandur, Jakarta.

Jane Gracia Akolo. 2009. Kusing Budaya Kekerabatan Dalam Jemaat GPM

Nikulukan-Niwelehu

Kadir, Daud, et.al. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan Dengan Peristiwa

Alam dan Kepercayaan Daerah Riau. Depdikbud.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. P.T.

Gramedia, Jakarta.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: P.T. Gramedia

Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: P.T.

Gramedia.

Koentjaraningrat. 2007. Sejarah Teori Antropologi II. UI Pers.

Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan Metalitas dan Pengembangan. Jakarta:

Gramedia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: P.T

Gramedia Pustaka Utama.

Lale, Primus. 1999. Sifon: Antara Tradisi dan Risiko Penularan PMS. Pusat Studi

Kependudukan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Matthew, Miles, B. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muhaimin, AG. 2001. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cirebon.

Ciputat : PT. Logos Wacana Ilmu.

Moleong, J, Lexy. 1990. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remajakarya.

Masihambow. 1997. Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta.

Muchson & Samsuri. 2015. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta : Ombak

Parera ADM. 1994. Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor. Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta.

Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:

Alfabeta.

Sipayung, Jasamen. 2004. Mengungkap Rahasia Pembodohan Iblis Melalui Sex

Bebas dan Tradisi Sifon. Radar Timor.

Simuh. 2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Yogyakarta: Teraju.

Slamet, D, S. 1984. Sejarah dan Nilai Tradisional. Jakarta: Proyek Sejarah.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Satori Djam’an. 2011. Metodologi Penelitian Kualitattif. Jakarta.

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:IKAPI.

Wanganea, Yopi, DKK. 1985. Upacara Tradisional Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Jakarta: Departamen Pendidikan dan Kebudayaan.

Widiarto, Tri, DKK. 2000. Dasar-dasar Antropologi Budaya. Salatiga: Jurusan

Sejarah FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Prees.

Widiarto, Tri. 2009. Psikologi Lintas Budaya Indonesia. Widya Sari Press

Salatiga.

Waridah Q, Siti, dkk. 2004. Sosiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.