Upload
yoga-darmawiguna
View
92
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cost benefit analisis
Citation preview
TESIS
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN ANGKUTANKHUSUS KARYAWAN PADA PUSAT PEMERINTAHAN
KOTA DENPASAR DI LUMINTANG
Oleh :
NI PUTU EMMY OKTARIANI
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
iTESIS
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN ANGKUTANKHUSUS KARYAWAN PADA PUSAT PEMERINTAHAN
KOTA DENPASAR DI LUMINTANG
Oleh :
NI PUTU EMMY OKTARIANINIM 1291561024
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
ii
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGANANGKUTAN KHUSUS KARYAWAN PADA PUSAT
PEMERINTAHAN KOTA DENPASAR DILUMINTANG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magisterpada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI PUTU EMMY OKTARIANINIM 1291561024
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUITANGGAL 13 JUNI 2014
Pembimbing I,
I Putu Alit Suthanaya, ST., MengSc., Ph.D.NIP. 19690805 199503 1 001
Pembimbing II,
Ir. I Gusti Putu Suparsa, MTNIP. 19520221 197812 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Teknik SipilProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEANIP. 19620404 199103 1 002
Ir. I Gusti Putu Suparsa, MTNIP. 195202201 197812 1 001
DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)NIP. 19590215 198510 2 001
Ir. I Gusti Putu Suparsa, MTNIP. 195202201 197812 1 001
iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis ini telah diuji padaTanggal 13 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan RektorUniversitas Udayana No.1712/UN.14.4/HK/2014
Tanggal 13 Juni 2014
Ketua : I Putu Alit Suthanaya, ST., MEngSc., Ph.D.Anggota :
1. Ir. I Gusti Putu Suparsa, MT.2. Dr. Ir. I Wayan Suweda, MSP, MPhil.3. Ir. I Nyoman Widana Negara, Msc.4. Dewa Made Priyantha Wedagama, ST.,MT., MSc., Ph.D.
vSURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : NI PUTU EMMY OKTARIANINIM : 1291561024PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TRANSPORTASIJUDUL TESIS : ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN
ANGKUTAN KHUSUS KARYAWAN PADA PUSATPEMERINTAHAN KOTA DENPASAR DI LUMINTANG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tesis ini, maka sayabersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 danPeraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 13 Juni 2014
( Ni Putu Emmy Oktariani )
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa / TuhanYang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasihyang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain,DEA selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana UniversitasUdayana, Bapak I Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc. Ph.D selaku dosenpembimbing I dan Bapak Ir. I Gusti Putu Suparsa, MT selaku dosen pembimbingII yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan dan saran, sertakoreksi hingga tersusunnya penelitian ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Suweda,MSP, MPhil, Bapak Dewa Made Priyantha Wedagama, ST.,MT.,MSc.Ph.D,Bapak Ir. I Nyoman Widana Negara, MSc selaku dosen penguji yang telahmemberikan banyak masukan, sanggahan dan koreksi serta kepada seluruh SKPDKota Denpasar di kawasan Lumintang atas bantuan dan kerjasamanya dalamperolehan data-data yang dibutuhkan. Terima kasih juga diucapkan kepadadosen-dosen dan staf administrasi di lingkungan Program Studi Teknik SipilUniversitas Udayana.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah Ir. I Nyoman Madiadan ibu Dra. Ni Wayan Arniasih yang telah melimpahkan kasih sayang,dukungan, semangat dan perhatian yang penuh serta kepada adik Drg. Ni KadekEvie Rosdiana Dewi dan I Komang Agus Hendra Kurniawan yang selalumemberikan semangat dan dukungannya. Tidak lupa kepada Dewa Gede AryaWiditya Yudha, BASc yang telah memberi dukungan sehingga dapatberkonsentrasi untuk menyelesaikan tesis ini. Terakhir ucapan terima kasih sayasampaikan kepada rekan-rekan, Gusmang Satriyadi, Ayu Savitri, Kossala, Indah,Jodi, Putri, Debby, dan Agia atas bantuan dan kerjasamanya selama kurang lebihdua tahun bersama menimba ilmu di Program Pascasarjana Universitas Udayanadan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telahmemberikan dukungan hingga terselesainya tesis ini.
Akhirnya tesis ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan trimakasihatas segala kritik dan sarannya.
Denpasar, 13 Juni 2014
Penulis
vii
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN KHUSUSKARYAWAN PADA PUSAT PEMERINTAHAN KOTA DENPASAR DI
LUMINTANG
ABSTRAK
Pusat-pusat pemerintahan yang sering menjadi pusat bangkitan perjalananmenjadi pemicu permasalahan transportasi yaitu menimbulkan kemacetan padajam-jam tertentu. Dominannya pengguna kendaraan pribadi perlu diimbangidengan pembangunan sarana angkutan umum massal. Angkutan khusus karyawanmerupakan suatu penerapan manajemen lalu lintas dengan meniru carpoolingyang mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang digunakan menuju pusatkegiatan dengan satu armada angkutan khusus karyawan. Tujuan dari penelitianini untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi, sistem operasional angkutankhusus karyawan, biaya operasional kendaraan dan penghematannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukansurvei lapangan yaitu penyebaran kuisioner kepada responden serta wawancaralangsung kepada pihak-pihak yang terkait. Analisis yang dilakukan meliputianalisis karakteristik sosial-ekonomi karyawan, analisis perencanaan operasionalangkutan, analisis biaya, dan analisis manfaat yang diperoleh dari pengoperasianangkutan khusus karyawan.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh bahwa sebagian besar(88,47%) karyawan menggunakan sepeda motor ke kantor dengan jarakperjalanan terbanyak 5 km, diperoleh 4 rencana trayek angkutan khusus karyawandengan waktu siklus antara 23 s/d 58 menit, headway antara 2 s/d 10 menit danbiaya operasional kendaraan angkutan khusus karyawan setiap harinya antaraRp.252.531 s/d Rp.270.241. Besarnya biaya operasional angkutan khususkaryawan untuk semua trayek sebesar Rp.1.281.593.256 per tahunnya sedangkanbiaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian 264 kendaraan pribadi per tahunnyasebesar Rp.2.091.925.275, sehingga diperoleh penghematan biaya operasionalkendaraan sebesar Rp.810.332.019. Konsumsi BBM yang diperlukan untukpengoperasian seluruh kendaraan angkutan khusus karyawan sebanyak 10.536liter per tahunnya, sedangkan konsumsi BBM yang diperlukan untukpengoperasian kendaraan pribadi sebanyak 17.160 liter per tahunnya, sehinggadiperoleh penghematan bahan bakar sebanyak 6.624 liter per tahunnya.
Kata Kunci : Angkutan Khusus Karyawan, Sistem Operasional, BOK,Penghematan
viii
THE ANALYSIS OF EMPLOYEE TRANSPORTATION SERVICESFOR DENPASAR CITY GOVERNMENT IN LUMINTANG
ABSTRACT
The Government centers that used to be the center of trip generation becoming themain transportation problem which inflicting traffic in certain hours. Thedominancy of the private vehicle users is needed to be balanced with thedevelopment of public transportation services. The employee transportationservices is one of the traffic management method that imitate the carpoolingsystem which decreasing the use of private vehicle users that being used towardsthe centers of activity. The purpose of this research are to analyze socio economic characteristic, operational system, vehicle operating cost and costreduction.
The method that used in this research were doing by field survey such usquestionnaire spreading to the respondent and also doing a direct interview to therelated parties. The analysis that have been done covered analysis of employeessocio economic characteristic, operational system, vehicle operating cost and costreduction obtained from the implementation of employee transportation services.
Result of the analysis indicated that the majority of employees (88,47%)used motorcycle with average travel distance of 5 kms, 4 employee transportationroutes were planned with time cycle between 23 to 58 minutes , headway between2 to 10 minutes and employee transportation operational cost is betweenRp.252.531 to Rp.270.241 every day. Employee transportation servicesoperational cost for all routes is Rp. 1.281.593.256 every year while in the otherside the cost of operating 264 private vehicles a year is Rp.2.091.925.275 so itsretrieved operational expense saving with total Rp. 810.332.019. The fuelconsumption that needed for employee transportation vehicles is 10.536 liters ayear, while in the other side the fuel consumption that needed for private vehicleis 17.160 liters a year, so its retrieved fuel saving as much as 6.624 liters a year.
Keywords : Employee Transportation Services, Operational System, VehicleOperating Cost, Cost Reduction
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................... iPERSYARATAN GELAR ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................................... vUCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. viiABSTRACT ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ixDAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 51.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 61.5 Batasan Masalah ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Angkutan .................................................................... 8
2.2 Jenis-jenis Angkutan .................................................................... 82.3 Angkutan Khusus Karyawan ........................................................ 10
2.4 Standar Kualitas Angkutan Umum ............................................... 112.5 Trayek dan Rute Angkutan ........................................................... 12
2.5.1 Trayek ............................................................................. 132.5.2 Rute ................................................................................ 16
2.6 Perhentian Bus ............................................................................. 192.6.1 Klasifikasi Perhentian Bus ............................................... 20
x2.6.2 Jarak Antara Perhentian Bus ............................................ 212.6.3 Lokasi Perhentian Bus...................................................... 22
2.7 Penentuan Jumlah Kendaraan ....................................................... 232.8 Penjadwalan Bus .......................................................................... 262.9 Kinerja Angkutan Umum ............................................................. 262.10 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) ........................................... 30
2.10.1 Komponen-komponen BOK............................................. 302.10.2 Model dan Metode Perhitungan BOK .............................. 33
2.11 Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) per Tahun ............. 382.11.1 Analisis Biaya Tetap per Tahun ....................................... 392.11.2 Analisis Biaya Tidak Tetap (Variabel) per Tahun ............ 412.11.3 Analisis Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun ......... 432.11.4 Analisis Biaya Operasi Kendaraan per Kilometer ............. 442.11.5 Analisis Jumlah Penumpang ............................................ 44
2.12 Penghematan BOK dan Penghematan BBM ................................. 452.13 Sistem Operasional Angkutan Khusus Karyawan ......................... 46
2.13.1 Perhitungan Waktu Siklus ............................................... 462.13.2 Perhitungan Frekuensi (f) ................................................ 472.13.3 Perhitungan Headway ...................................................... 472.13.4 Perhitungan Kebutuhan Armada ...................................... 47
2.14 Pengambilan Data ........................................................................ 492.14.1 Studi Pendahuluan ........................................................... 492.14.2 Desain Kuesioner (formulir pengisian survei) .................. 502.14.3 Survei Pendahuluan.......................................................... 572.14.4 Desain Sampel ................................................................ 572.14.5 Pelaksanaan Survei Menyeluruh ...................................... 622.14.6 Kompilasi Data dan Analisis Data ................................... 63
2.15 Penelitian yang Pernah Dilakukan ................................................ 63
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 673.2 Lokasi Penelitian .......................................................................... 69
xi
3.3 Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah ................................. 713.4 Latar Belakang dan Tujuan dalam Penelitian ................................. 723.5 Studi Literatur, Desain Kuesioner dan Sampel .............................. 733.6 Desain Sampel ............................................................................. 733.7 Survei Pendahuluan ...................................................................... 753.8 Pelaksanaan Survei ....................................................................... 793.9 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 803.10 Kompilasi dan Analisis Data ........................................................ 81
3.10.1 Kompilasi Hasil Survei Stated Preferance (SP) ................ 823.10.2 Analisis Potensi Penumpang (Demand) dan Rute
Layanan ..................................................................... 823.10.3 Analisis sistem Operasional Angkutan Khusus
Karyawan .................................................................. 833.10.4 Perhitungan Waktu Siklus, Frekwensi dan Headway ..... 833.10.5 Perhitungan Kebutuhan Armada dan Penjadwalan ........ 843.10.6 Analisis Biaya Operasi Kendaraan ................................... 843.10.7 Analisis Penghematan BOK dan Penghematan Konsumsi
BBM ............................................................................... 87
BAB IV DISKRIPSI DATA
4.1 Kawasan Lumintang Denpasar ..................................................... 884.2 Kompilasi Data Primer ................................................................. 89
4.2.1 Jumlah Sampel Survei Stated Preference ...................... 894.2.2 Karakteristik Responden Hasil Survai Stated Preference.. 90
4.3 Kompilasi Data Sekunder ............................................................. 105
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN5.1 Perencanaan Rute Layanan ........................................................... 1105.2 Potensi Penggunaan Angkutan Khusus Karyawan ........................ 1155.3 Sistem Operasional Pelayanan ...................................................... 118
5.3.1 Perhitungan Waktu Siklus ............................................... 1185.3.2 Headway (h) .................................................................... 120
xii
5.3.3 Waktu Pelayanan (Ts) ..................................................... 1215.3.4 Penjadwalan Kendaraan .................................................. 1215.3.5 Pola Operasi Kendaraan .................................................. 1225.3.6 Kebutuhan Shelter atau Halte .......................................... 122
5.4 Analisis Biaya Operasional Kendaraan untuk Angkutan KhususKaryawan ..................................................................................... 124
5.4.1 Analisis BOK Tetap per Tahun ........................................ 1255.4.2 Analisis BOK Tidak Tetap per Tahun .............................. 1265.4.3 Perhitungan Biaya Operasional Angkutan Khusus
Karyawan Total per Tahun .............................................. 1385.5 Analisis Biaya Operasional Kendaran untuk Kendaraan Pribadi ... 140
5.5.1 Analisis BOK untuk Kendaraan Roda Empat ................... 1415.5.2 Analisis BOK untuk Kendaraan Roda Dua ...................... 1465.5.3 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan Pribadi Total
per Tahun ........................................................................ 1515.6 Penghematan dari Pengoperasian Angkutan Khusus Karyawan . 151
5.6.1 Penghematan Biaya Operasional Kendaraan ................. 1525.6.2 Penghematan Bahan Bakar Kendaraan .......................... 154
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan ..................................................................................... 1566.2 Saran ............................................................................................ 160
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 160
LAMPIRAN
Lampiran A Peta Lokasi Studi ............................................................ 164Lampiran B Formulir Survei ............................................................... 169
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ............................................................. 69Gambar 3.2 Peta Kawasan Lumintang Denpasar ..................................... 71Gambar 4.1 Prosentase Jarak Perjalanan dari Rumah ke Kantor .............. 94Gambar 4.2 Prosentase Waktu Tempuh Perjalanan dari Rumah ke
Kantor ................................................................................. 95Gambar 4.3 Prosentase Minat Karyawan Terhadap Pemakaian Angkutan
Khusus Karyawan ................................................................ 96Gambar 4.4 Karakteristik Alamat Karyawan Berdasarkan Kecamatan .... 98Gambar 4.5 Kesediaan Pengaturan Jam Kerja Per SKPD ........................ 100Gambar 4.6 Rata-rata Melakukan Perjalanan Keluar Kantor ................... 102Gambar 4.7 Keperluan Pergerakan Keluar Kantor yang Biasa Dilakukan. 103Gambar 4.8 Tampak depan dan belakang Isuzu NKR 55 Long Wheel
Base ..................................................................................... 106Gambar 4.9 Isuzu NKR 55 Long Wheel Base dan Fasilitasnya ............... 107Gambar 4.10 Avanza Veloz dan Fasilitasnya ............................................ 108Gambar 4.11 Vario NC 110 CW/AT ......................................................... 109Gambar 5.1 Peta Rancangan Jaringan Trayek Angkutan Khusus
Karyawan ............................................................................ 112
Gambar 5.2 Contoh Desain Halte Portable Angkutan Khusus Karyawan . 123
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kualitas Pelayanan Angkutan Umum ............................ 12Tabel 2.2 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Ukuran Kota dan Trayek
Secara Umum ............................................................................ 16Tabel 2.3 Kapasitas Kendaraan .................................................................. 24Tabel 2.4 Perbandingan Metode Departemen Perhubungan, Metode DLLAJ,
dan Metode FSTPT (ITB)........................................................... 34Tabel 3.1 Jumlah Populasi pada Masing-masing SKPD ............................. 74Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Pendapatan keluarga
Responden ................................................................................. 76Tabel 3.3 Jumlah Sampel Minimum Perlokasi ........................................... 79Tabel 4.1 Jumlah Kepemilikan Kendaraan ................................................ 90Tabel 4.2 Cara Menuju Kantor Saat Ini ...................................................... 91Tabel 4.3 Pendapatan Responden .............................................................. 92Tabel 4.4 Biaya Transportasi Keluarga ...................................................... 93Tabel 4.5 Karakteristik Alamat Karyawan Berdasarkan Kelurahan/Desa ... 97Tabel 4.6 Fasilitas Kendaraan yang diharapkan ......................................... 99Tabel 4.7 Jenis Kendaraan yang diinginkan ............................................... 99Tabel 4.8 Pola Layanan yang diinginkan ................................................... 101Tabel 5.1 Lintasan dan Panjang Trayek Angkutan Khusus Karyawan ....... 113Tabel 5.2 Estimasi Jumlah Penumpang Kawasan Lumintang Denpasar ..... 115Tabel 5.3 Estimasi Jumlah Penumpang diluar Kota Denpasar .................... 117Tabel 5.4 Estimasi Jumlah Penumpang Angkutan Khusus Karyawan ........ 118Tabel 5.5 Waktu Sirkulasi Tiap Trayek ..................................................... 119Tabel 5.6 Perhitungan Kebutuhan Kendaraan Operasi ............................... 120Tabel 5.7 Kebutuhan Halte Layanan ......................................................... 124Tabel 5.8 Total Biaya Operasional Angkutan Khusus Karyawan per
Tahun ........................................................................................ 140Tabel 5.9 Total Biaya Operasional Angkutan Khusus Karyawan untuk
Semua Armada ......................................................................... 152Tabel 5.10 Total Biaya Operasional untuk Seluruh Kendaraan Pribadi .... 153
xv
Tabel 5.11 Total Biaya Penggunaan BBM Angkutan Khusus Karyawan ..... 154Tabel 5.12 Total Biaya Penggunaan BBM Kendaraan Pribadi ..................... 155
1BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan transportasi menjadi kebutuhan utama manusia dalam
melakukan pergerakan. Menurut Morlok (1981), transportasi adalah
memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke
tempat lain. Sehingga peningkatan akan kebutuhan transportasi berbanding lurus
dengan pertumbuhan penduduk. Perkembangan transportasi di Bali saat ini sedang
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Peningkatan pembangunan sarana
dan prasarana transportasi dari tahun ke tahun semakin gencar dilakukan. Diawali
dengan penyediaan angkutan umum massal Trans Sarbagita yang beroperasi pada
kawasan metropolitan Sarbagita, serta pada tahun 2013 ini sukses dalam
pembangunan prasarana transportasi yaitu pembangunan underpass Simpang
Dewa Ruci dan pembangunan jalan Tol diatas perairan yang merupakan jalan tol
pertama di Bali yang saat ini diberi nama Jalan Tol Bali Mandara.
Peningkatan sarana dan prasarana transportasi di Bali yang terus
dilakukan, untuk mengimbangi permasalahan transportasi yang terjadi belum
memberikan pengaruh yang signifikan bagi permasalahan yang dihadapi. Masih
dominannya pengguna kendaraan pribadi yang mendominasi pergerakan
transportasi tentunya tidak memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan
yang telah dilakukan. Besarnya pengguna kendaraan pribadi akan menambah
volume lalu lintas dan menambah kepadatan lalu lintas, karena kendaraan pribadi
22
menggunakan ruang jalan yang cukup besar namun daya angkutnya relatif lebih
kecil dibandingkan dengan kendaraan umum. Sehingga, pembangunan prasarana
transportasi seharusnya diimbangi dengan pembangunan sarana angkutan umum
atau yang bersifat massal untuk mengurangi pergerakan kendaraan pribadi dan
memaksimalkan perpindahan orang secara cepat, aman dan efisien. Angkutan
adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan (Departemen Perhubungan, 2002). Salah satu
angkutan massal yang dapat diterapkan adalah angkutan khusus karyawan yang
mampu mengurangi penggunaan angkutan pribadi menuju kawasan pusat kegiatan
yang sering menimbulkan bangkitan perjalanan.
Kota Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali merupakan pusat
pendidikan, pemerintahan dan perdagangan yang mengalami pertumbuhan
penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sebuah
konsekuensi dari perkembangan kota tentunya menimbulkan permasalahan
perkotaan khususnya di sektor transportasi. Pusat-pusat pemerintahan yang sering
menjadi pusat bangkitan perjalanan menjadi pemicu permasalahan transportasi
yaitu menimbulkan kemacetan pada jam-jam tertentu. Kondisi lalu lintas di Kota
Denpasar pada jam-jam kerja sudah sangat mengkhawatirkan, dimana pada
beberapa ruas jalan utama tepatnya pada kawasan pusat pemerintahan Kota
Denpasar di Lumintang sering menimbulkan kemacetan.
Kawasan Lumintang Denpasar merupakan kawasan pemerintahan Kota
Denpasar yang padat dengan aktivitas perkantoran pemerintahan Kota Denpasar.
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Kota Denpasar terdapat 15 SKPD
33
Kota Denpasar yang berada di kawasan Lumintang, dengan total jumlah karyawan
mencapai 1.129 orang. Setiap harinya sebagian besar karyawan menggunakan
kendaraan pribadi menuju kawasan ini, apabila setiap karyawan menggunakan
kendaraan sendiri bisa dibayangkan jumlah kendaraan yang memasuki kawasan
Lumintang Denpasar setiap harinya. Hal ini tentunya menimbulkan kepadatan lalu
lintas pada jam-jam sibuk (peak hour) yaitu pagi hari ketika menuju kantor, siang
hari ketika waktu istirahat dan sore hari ketika jam pulang kerja. Berdasarkan
penelitian Ariyasa (2013), tingkat pelayanan simpang disekitar Lumintang
Denpasar telah mencapai tingkat pelayanan F. Kondisi tingkat pelayanan lalu
lintas ini tentunya paling buruk.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan sarana transportasi yang dapat
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi karyawan menuju pusat kegiatan.
Angkutan khusus karyawan merupakan suatu penerapan manajemen lalu lintas
dengan meniru carpooling. Carpooling merupakan sebuah aktivitas menggunakan
kendaraan bersama-sama atau berbagi mobil dalam perjalanan sehingga lebih dari
satu orang berada di dalam mobil dalam satu rute perjalanan. Carpooling ini
mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang digunakan menuju pusat
kegiatan dengan satu armada angkutan khusus karyawan. Potensi penggunaan
angkutan khusus karyawan ini sangat perlu dikembangkan, bahkan diharapkan
setiap pusat pemerintahan memiliki angkutan khusus karyawan.
Ketersediaan angkutan umum merupakan hak seluruh masyarakat tidak
terkecuali para karyawan, dimana salah satu pengelolaan dari angkutan umum
adalah angkutan khusus karyawan yang hanya diperuntukkan bagi karyawan.
44
Berlatarbelakang hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu analisis kebutuhan
pengembangan angkutan khusus karyawan pada pusat pemerintahan Kota
Denpasar di Lumintang. Studi yang terkait dengan angkutan pernah dilakukan
oleh Pradnyana (2011) yaitu analisis pengoperasian angkutan Kota anak sekolah
di Kota Denpasar (Studi kasus kawasan pendidikan jalan Kamboja), studi lainnya
juga telah dilakukan oleh Sriastuti (2010) yaitu analisis kelayakan finansial
pengoperasian angkutan antar jemput siswa sekolah pada koridor jalan Gunung
Agung Denpasar. Hasil-hasil studi tersebut secara lebih rinci diuraikan pada Bab
2. Sejauh ini studi tentang analisis kebutuhan pengembangan angkutan khusus
karyawan pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang belum pernah
dilakukan bahkan di Bali juga belum pernah dilakukan sehingga studi ini menjadi
penting untuk dilakukan sehingga diharapkan nantinya dapat menambah
pengetahuan dan penelitian di bidang transportasi dalam upaya untuk mengurangi
ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dibuat suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik sosial ekonomi karyawan, besarnya bangkitan
perjalanan serta potensi penggunaan angkutan khusus karyawan pada pusat
pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang ?
2. Bagaimanakah sistem operasional angkutan khusus karyawan yang dapat
diterapkan pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang ?
55
3. Berapakah besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) untuk pengoperasian
angkutan khusus karyawan pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di
Lumintang ?
4. Berapakah besarnya penghematan biaya operasional kendaraan (BOK) dan
penghematan konsumsi BBM dengan dioperasikannya angkutan khusus
karyawan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menentukan karakteristik sosial ekonomi dari karyawan, besarnya
bangkitan perjalanan serta potensi penggunaan angkutan khusus karyawan
pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang.
2. Untuk menganalisis sistem operasional angkutan khusus karyawan yang dapat
diterapkan pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang.
3. Untuk mengetahui besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) untuk
pengoperasian angkutan khusus karyawan pada pusat pemerintahan Kota
Denpasar di Lumintang.
4. Untuk mengetahui besarnya penghematan biaya operasional kendaraan (BOK)
dan penghematan konsumsi BBM dengan dioperasikannya angkutan khusus
karyawan.
66
I.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, dapat mengetahui, memahami serta menambah wawasan
mengenai besarnya bangkitan perjalanan, karakteristik sosial ekonomi
karyawan, serta potensi penggunaan angkutan khusus karyawan yang dapat
diterapkan pada pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang.
2. Bagi pemerintah daerah, dapat dijadikan alternatif solusi dalam mengatasi
bangkitan perjalanan, penghematan BOK, serta penghematan BBM yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan pribadi yang dilakukan karyawan
untuk menuju pusat pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang.
3. Bagi perguruan tinggi, diharapkan penelitian ini memperkaya khasanah
penelitian di bidang transportasi dalam upaya untuk mengurangi
ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi.
I.5 Batasan Masalah
Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada karyawan SKPD Pemerintah Kota Denpasar
yang berlokasi pada kawasan Lumintang Denpasar.
2. Pada penelitian ini tidak melakukan kajian tingkat pelayanan jalan dan
simpang di sekitar kawasan Lumintang.
3. Perencanaan sistem operasional angkutan khusus karyawan dilakukan
berdasarkan data asal-tujuan karyawan pada saat ini.
77
4. Bangkitan yang diakibatkan oleh pengunjung/ bukan karyawan pada
penelitian ini tidak diperhitungkan.
5. Analisis biaya operasional yang dilakukan tidak memperhitungkan biaya
perjalanan (general cost) karyawan untuk menuju halte terdekat.
6. Dalam penelitian ini tidak dilakukan validasi dengan karyawan setempat
terhadap usulan trayek yang direncanakan.
7. Saat ini standar untuk angkutan khusus belum ada sehingga digunakan
pendekatan standar angkutan umum.
88
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Angkutan
Pengertian angkutan berdasarkan pedoman teknis penyelenggaraan
angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur
Departemen Perhubungan (2002) adalah pemindahan dan/atau barang dari suatu
tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan
(transport) merupakan suatu kegiatan perpindahan orang dari suatu tempat (asal)
ke tempat lain (tujuan), atau perpindahan barang dari tempat asal ke tempat tujuan
menggunakan sarana berupa angkutan (Warpani, 2002).
2.2 Jenis-jenis Angkutan
Pada dasarnya ada tiga jenis angkutan yaitu angkutan darat, angkutan laut,
angkutan udara. Angkutan darat misalnya dilakukan dengan kendaraan bermotor,
kereta api, dan gerobak. Angkutan air misalnya dilakukan dengan kapal, perahu,
dan lain-lain. Angkutan udara hanya dilakukan dengan pesawat terbang.
Angkutan darat terdiri atas berbagai angkutan (Warpani, 2002), seperti:
1. Angkutan Pribadi (Non Umum) adalah Angkutan yang dilakukan oleh pemilik
sarana angkutan itu sendiri berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan dan tidak
memiliki pola lintasan yang tetap dalam artian bebas menentukan lintasan
sendiri sejauh tidak melanggar ketentuan peraturan lalu lintas.
99
2. Angkutan Umum penumpang adalah Angkutan yang disediakan bagi
masyarakat pengguna jasa angkutan dan dilakukan dengan sistem sewa atau
bayar. Angkutan ini merupakan pelayanan dengan lintasan tetap yang dapat
dipolakan secara tegas. Misalnya angkutan Bus, Mini bus, mikrobus dan
sebagainya.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003,
angkutan khusus merupakan angkutan yang mempunyai asal dan /atau tujuan
tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan,
antar permukiman, dan simpul yang berbeda. Angkutan khusus dalam trayek
terdiri dari :
a. Angkutan Antar Jemput, merupakan angkutan yang dilaksanakan dalam
trayek dengan asal dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.
b. Angkutan Karyawan, merupakan angkutan yang dilaksanakan dalam trayek
yang melayani dari dan ke satu tujuan sentra kerja dengan beberapa titik asal
penumpang.
c. Angkutan Permukiman, yaitu angkutan yang dilaksanakan dalam trayek yang
melayani dari dan ke satu kawasan permukiman dengan beberapa titik tujuan
penumpang.
d. Angkutan Pemadu Moda, yaitu angkutan yang dilaksanakan untuk melayani
penumpang dari dan/atau ke terminal, stasiun kereta api, pelabuhan dan
bandar udara kecuali terminal ke terminal.
10
10
e. Angkutan khusus dalam trayek merupakan pelayanan pelengkap terhadap
pelayanan angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antra kota dalam
propinsi dan angkutan kota.
2.3 Angkutan Khusus Karyawan
Angkutan khusus karyawan berasal dari kata Car Pool, artinya kendaraan
yang dipakai untuk mengantar baik bekerja maupun pergi untuk kegiatan lain
yang tempat dan waktunya sudah ditentukan. Pelayanan angkutan khusus
karyawan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun
2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum, dilaksanakan dalam trayek yang melayani dari dan ke satu tujuan sentra
kerja dengan beberapa titik asal penumpang.
Pelayanan angkutan khusus karyawan diselenggarakan dengan cirri-ciri
sebagai berikut :
a. Khusus mengangkut karyawan
b. Berjadwal dan tidak boleh singgah di terminal
c. Menggunakan mobil bus
d. Menggunakan plat tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam
e. Pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh karyawan
f. Tidak menaikkan penumpang umum
Kendaraan yang digunakan untuk angkutan karyawan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
11
11
a. Dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan tulisanANGKUTAN
KARYAWAN yang ditempatkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan
kanan.
b. Dilengkapi logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan
bagian tengah sebelah kiri dan kanan.
c. Dilengkapi tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard
kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan.
2.4 Standar Kualitas Angkutan Umum
Dalam mengoperasikan kendaraan angkutan penumpang umum, parameter
yang menentukan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek
Tetap dan Teratur, Direktorat Jendral Perhubungan Darat, Departemen
Perhubungan tahun 2002 seperti yang terlihat pada Tabel 2.1.
12
12
Tabel 2.1Standar Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
NO ASPEK PARAMETER STANDAR1. Waktu Tunggu Jumlah waktu tunggu penumpang
menunggu angkutan di pemberhentian(menit)- Rata-rata- Makismum
5 1010 20
2. JarakPerjalananMenuju RuteAngkutan Kota
Jarak perjalanan menuju rute angkutankota (meter)- Di pusat kota- Di pinggiran kota
300 - 500500 1000
3. PergantianRute dan ModaPerjalanan
Frekwensi penumpang yang bergantimoda dalam perjalanan dari / ke tempattujuan (kali)- Rata-rata- Maksimum
0 12
4. WaktuPerjalanan
Jumlah waktu yang diperlukan dalamperjalanan setiap hari dari / ke tempattujuan (jam)- Rata-rata- Maksimum
1,0 1,52 3
5. Headway Waktu antara kendaraan (menit)- Headway ideal- Headway puncak
5 102 3
6. Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam)- Kelas II- Kelas III A- Kelas III B- Kelas III CBerdasarkan jenis trayek (km/jam)- Cabang- Ranting
3020 40
2010 20
2010
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002.
2.5 Trayek dan Rute Angkutan
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan tetap, lintasan tetap dan
jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Jaringan trayek adalah kumpulan trayek
13
13
yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, trayek tetap dan teratur adalah
pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan
teratur, dengan jadwal tetap atau tidak berjadwal.
Berdasarkan definisi ini, maka terdapat perbedaan pengertian antara trayek
dengan lintasan. Trayek di titik beratkan pada asal dan tujuan, sedangkan lintasan
menunjuk pada ruas jalan yang dilalui kendaraan umum yang melayani trayek
bersangkutan, lintasan adalah rute. Jadi, satu trayek dapat menawarkan lebih dari
satu rute.
Pemahaman tentang sebaran asal dan tujuan, penguasaan atas teknik
perkiraan banyaknya orang (calon penumpang) dan barang (muatan), serta
pemahaman tentang perkembangan dan pengembangan wilayah dapat dijadikan
landasan pertimbangan dalam menentukan trayek dan lintasan pelayanan
angkutan umum. Pemahaman ini digunakan dalam menentukan jenis moda yang
akan digunakan beserta dimensinya, banyaknya armada yang akan disediakan dan
dioperasikan, lintasan yang akan dilayani, dan pengendalian operasi pelayanan
(Warpani, 2002).
2.5.1 Trayek
Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, trayek
pelayanan jasa angkutan umum dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu:
1. Trayek Antar Kota Antar Propinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
a. Mempunyai jadwal tetap.
14
14
b. Pelayanan cepat.
c. Dilayani oleh mobil bus umum.
d. Tersedianya terminal tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan dan
terminal tujuan.
2. Trayek Antar Kota dalam Propinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
a. Mempunyai jadwal tetap.
b. Pelayanan cepat dan atau lambat.
c. Dilayani oleh mobil bus umum.
d. Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal
pemberangkatan, persinggahan dan terminal tujuan.
3. Trayek Kota, terdiri atas:
a. Trayek Utama, dengan ciri-ciri pelayanan:
1. Mempunyai jadwal tetap.
2. Pelayanan cepat dan atau lambat.
3. Dilayani oleh mobil bus umum.
4. Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan
kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara
tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal.
5. Jarak pendek.
6. Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
b. Trayek Cabang, dengan ciri-ciri pelayanan:
1. Mempunyai jadwal tetap.
15
15
2. Pelayanan cepat dan atau lambat.
3. Dilayani oleh mobil bus umum.
4. Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan
pendukung dan kawasan permukiman.
5. Jarak pendek.
c. Trayek Ranting, dengan ciri-ciri pelayanan:
1. Pelayanan lambat.
2. Dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum.
3. Melayani angkutan dalam kawasan permukiman.
4. Jarak pendek.
5. Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
d. Trayek Langsung, dengan ciri-ciri pelayanan:
1. Mempunyai jadwal tetap.
2. Pelayanan cepat.
3. Dilayani oleh mobil bus umum.
4. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan
langsung.
5. Jarak pendek.
Penentuan jenis angkutan berdasarkan klasifikasi trayek dan ukuran kota
berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah
Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat Jendral Perhubungan
Darat, Departemen Perhubungan tahun 2002 seperti yang terlihat pada Tabel 2.2.
16
16
Tabel 2.2Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Ukuran Kota dan Trayek
Secara Umum
Ukuran KotaKlasifikasi
TrayekKota Raya
> 1.000.000Penduduk
Kota Besar500.000-1.000.000Penduduk
Kota Sedang100.000-500.000
Penduduk
Kota Kecil
17
17
Tahapan-tahapan dalam perencanaan suatu rute sebagai berikut (Santoso, 1996):
1. Identifikasi Daerah Pelayanan
Dalam melakukan identifikasi daerah pelayanan, faktor utama yang harus
diperhatikan adalah potensi kebutuhan mobilitas masyarakat. Hal ini perlu
dilakukan mengingat pada dasarnya suatu rute angkutan umum diadakan dalam
usaha mengantisipasi kebutuhan akan mobilitas masyarakat (travel demand).
Dalam melakukan identifikasi travel demand ini perlu diperhatikan pertama-
tama adalah karakteristik tata guna tanah dan juga interaksi ruang (spatial
interaction) yang terjadi pada daerah yang ditinjau.
Daerah pelayanan sebaiknya bermula di daerah pinggiran kota di mana
terkonsentrasi daerah pemukiman dan berakhir ataupun melewati daerah pusat
kota yang terdiri dari daerah perkantoran ataupun pertokoan. Hasil dari tahapan
ini adalah diprolehnya beberapa alternatif daerah pelayanan rute.
2. Analisis Kondisi Prasarana Jaringan Jalan
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui secara rinci kondisi dan
karakteristik prasarana jaringan jalan dari masing-masing alternatif daerah
pelayanan yang dihasilkan pada tahapan sebelumnya. Kondisi dan karakteristik
prasarana jaringan jalan perlu diketahui secara rinci, mengingat bahwa rute
angkutan umum yang akan direncanakan akan mengikuti prasarana jaringan
jalan yang ada.
3. Analisis Potensi Travel Demand
Analisis potensi travel demand dilakukan untuk mengetahui atau mengestimasi
secara kasar besarnya potensi dari pergerakan yang dihasilkan dari masing-
18
18
masing alternatif daerah pelayanan. Daerah pelayanan yang telah teridentifikasi
sebaiknya dibagi-bagi menjadi beberapa sub daerah atau zona. Selanjutnya
potensi travel demand untuk masing-masing zona dapat diperkirakan dengan
mengalikan luasan tata guna tanah untuk setiap jenis tata guna tanah dengan
besaran trip rate-nya. Dengan demikian akan diketahui secara kasar besarnya
trip yang akan terbangkitkan (trip generation).
4. Penentuan Koridor Daerah Pelayanan
Pada dasarnya tahap ini adalah usaha memilih alternatif daerah pelayanan yang
terbaik, yang akan dijadikan sebagai koridor daerah pelayanan definitif. Dalam
melakukan evaluasi penentuan koridor daerah pelayanan definitif ini ada
beberapa kriteria dasar yang digunakan:
Besarnya potensi demand.
Luas daerah pelayanan.
Kondisi, struktur dan konfigurasi prasarana lain yang tersedia.
5. Identifikasi Lintasan Rute
Data dasar yang diperlukan dalam identifikasi lintasan rute adalah berupa peta
lengkap dari koridor daerah pelayanan yang telah terpillih sebelumnya. Dalam
hal ini hendaknya peta yang dimaksud mencakup informasi yang berkaitan
dengan kondisi, struktur dan konfigurasi prasarana jaringan jalan, kondisi dan
karakteristik tata guna tanah, jika mungkin, kondisi rute lain yang ada pada
koridor yang ditinjau.
19
19
Hasil akhir yang diperoleh dari tahapan ini adalah beberapa (dua sampai
empat) alternatif lintasan rute, dimana semuanya masih dalam koridor daerah
pelayanan.
6. Analisis dan Penentuan Rute terpilih
Dalam analisis rinci yang dilakukan terhadap masing-masing alternatif lintasan
rute, hal-hal yang mendapat perhatian utama adalah potensi demand dan
kondisi serta karakteristik lalu lintas, baik pada ruas maupun pada
persimpangan.
2.6 Perhentian Bus
Perhentian bus adalah lokasi dimana penumpang dapat naik dan turun dari
bus, dan juga lokasi dimana bus dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang sesuai dengan pengaturan operasional ataupun permintaan
penumpang. Jadi, pada dasarnya perhentian bus adalah titik-titik sepanjang
lintasan rute dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya untuk
memungkinkan penumpang naik atau turun dari bus. Secara fisik, perhentian bus
dapat dilengkapi dengan prasarana berupa shelter atau juga hanya berupa rambu.
Suatu lintasan rute biasanya dilengkapi dengan sekumpulan titik
perhentian dimana bus dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang. Tetapi meskipun suatu lintasan telah dilengkapi dengan sekumpulan
titik perhentian, belum tentu secara operasional bus akan selalu berhenti di titik-
titik perhentian tersebut, karena semua itu sangat tergantung pada kebijakan
operasional dari pengelola. Kebijakan operasional bus yang berkaitan dengan
20
20
masalah kapan seharusnya bus berhenti biasanya tergantung pada dua faktor
utama yaitu (Santoso, 1996):
1. Level of travel demand adalah banyaknya pergerakan penumpang yang perlu
diantisipasi oleh operasionalisasi bus pada lintasan rutenya.
2. Jarak berjalan kaki yang masih bisa diterima.
Jarak berjalan kaki adalah jarak dari tempat calon penumpang ke perhentian
bus. Sedangkan jarak yang masih dapat diterima penumpang adalah jarak yang
masih dianggap nyaman bagi calon penumpang untuk berjalan dari tempat
tinggal ke perhentian bus terdekat.
2.6.1 Klasifikasi Perhentian Bus
Secara umum perhentian bus dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori (Santoso, 1996):
1. Perhentian bus di ujung rute atau terminal, dimana bus harus mengakhiri
perjalanannya ataupun memutar untuk memulai perjalanannya lagi. Pada lokasi
perhentian ini penumpang harus mengakhiri perjalanannya atau penumpang
dapat mengawali perjalanannya.
2. Perhentian bus yang terletak disepanjang lintasan rute, perhentian ini harus
disediakan dengan jarak dan jumlah yang memadai, agar penumpang
dimudahkan untuk akses dan juga agar kecepatan bus dapat dijaga pada batas
yang wajar.
3. Perhentian bus pada titik dimana dua atau lebih lintasan rute bertemu. Pada
perhentian ini penumpang dapat bertukar bus (transfer) dengan lintasan rute
21
21
lainnya. Untuk beberapa kasus tertentu, bus diatur jadwalnya agar pada saat
mencapai titik transfer ini pada waktu yang bersamaan, sehingga penumpang
yang ingin transfer tidak perlu menunggu.
4. Perhentian bus pada intermoda terminal, dimana penumpang dapat bertukar
moda. Pada perhentian jenis ini pengaturan dan perencanaan yang baik
sangatlah dibutuhkan agar intermodality dapat terjadi secara efisien dan efektif.
2.6.2 Jarak Antara Perhentian Bus
Jarak antar perhentian bus pada suatu lintasan rute tertentu sangat penting
ditinjau dari dua sudut pandang kepentingan, yaitu sudut pandang penumpang dan
sudut pandang operator. Dari sudut pandang penumpang, jarak antar perhentian
berpengaruh pada jarak tempuh rata-rata dari dan ke perhentian. Sedangkan dari
sudut pandang operator jarak antar perhentian berpengaruh pada kecepatan rata-
rata bus.
Jika jarak antar perhentian bus dibuat cukup panjang, maka ditinjau dari sudut
pandang penumpang, hal ini berarti ( Santoso, 1996):
Kecepatan bus menjadi relatif tinggi, karena bus tidak terlalu sering berhenti,sehingga waktu tempuh menjadi pendek.
Bus menjadi lebih nyaman, karena akselerasi dan deselerasi menjadi jarang.Sedangkan ditinjau dari sudut pandang operator, maka:
Jumlah armada yang dioperasikan menjadi lebih sedikit, karena kecepatan rata-rata yang tinggi.
Pemakaian bahan bakar minyak akan lebih hemat.
22
22
Biaya perwatan menjadi berkurang.
2.6.3 Lokasi Perhentian Bus
Kriteria yang sering digunakan dalam menentukan lokasi perhentian bus
terdiri dari empat kelompok, yaitu (Santoso, 1996):
1. Safety, meliputi:
a. Jarak pandang calon penumpang.
b. Keamanan penumpang pada saat turun dan naik bus.
c. Jarak pandang dari kendaraan lain.
d. Gangguan terhadap kendaraan lain pada saat berhenti dan akan berangkat
dari perhentian.
e. Mempunyai jarak yang cukup dengan penyebrangan.
2. Traffic, meliputi:
a. Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat bus berhenti.
b. Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat bus masuk dan keluar dari
lokasi perhentian.
3. Efisiensi, meliputi:
a. Jumlah orang yang dapat terangkut bus cukup banyak.
b. Dimungkinnya penumpang untuk transfer ke lintasan rute lainnya.
4. Public Relation, meliputi:
a. Tersedianya informasi yang berkaitan dengan jadwal.
b. Tersedianya tempat sampah yang memadai.
c. Tidak menyebabkan gangguan kebisingan bagi lingkungan sekitar.
23
23
2.7 Penentuan Jumlah Kendaraan
Di dalam menentukan jumlah kendaraan yang akan melayani suatu trayek
tertentu dapat didekati dengan beberapa cara. Jika kebutuhan pengangkutan yang
ada atau permintaan aktualnya sudah diketahui, kemudian disediakan sejumlah
kendaraan untuk melayani trayek tersebut sesuai dengan jumlah kebutuhannya,
maka kondisi ini mendekati permintaan pasar (Market Leads Approach). Jika
kondisi diatur sesuai kriteria atau kinerja pelayanan trayek sebagai acuan alokasi
kendaraan pada suatu trayek tertentu, kondisi ini mendekati penentuan jumlah
kendaraan tersebut dengan pendekatan produksi (Production Leads approach).
Jika semata-mata mempertimbangkan rencana tata ruang wilayah dan trayek yang
akan dilayani diperuntukkan untuk mendukung dan mendorong pengembangan
wilayah tersebut pendekatannya mengacu dengan pendekatan arahan perencanaan
(Planning Objectives).
Untuk penentuan jumlah kendaraan pada trayek baru, data tentang
kebutuhan angkutan didapat dari survei wawancara rumah tangga atau survei
sejenis lainnya yang memasukkan pertanyaan tentang preferensi penumpang
terhadap pelayanan yang akan diberikan (Departemen Perhubungan, 2002).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan pada pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa Pembukaan trayek
baru dilakukan dengan ketentuan:
a. Adanya permintaan angkutan yang potensial, dengan perkiraan faktor muatan
di atas 70 % (tujuh puluh persen), kecuali angkutan perintis.
b. Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai.
24
24
Berpedoman kepada ketentuan tersebut, apabila mempunyai matriks asal
tujuan perjalanan setelah dipisahkan menurut alat angkutnya (angkutan umum),
penentuan jumlah kendaraan yang akan dioperasikan untuk trayek baru dapat
digunakan pedoman langkah-langkah berikut (Departemen Perhubungan, 2002):
1. Siapkan matriks asal tujuan penumpang angkutan umum.
2. Identifikasi zona-zona potensial (yang pergerakan antar zonanya besar) serta
belum dilayani angkutan umum secara langsung (JPl = jumlah penumpang
untuk trayek langsung).
3. Identifikasi potensi angkutan pada zona-zona lainnya yang akan dilalui trayek
tersebut jika pelayanan yang direncanakan bukan trayek langsung tetapi
reguler.
4. Jumlahkan permintaan angkutan pada rencana trayek yang akan dilalui tersebut
(JPr = jumlah penumpang untuk trayek reguler).
5. Tentukan jenis dan kapasitas kendaraan yang direncanakan akan melayani
trayek tersebut (K = kapasitas).
Kapasitas tiap jenis angkutan umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3Kapasitas Kendaraan
Jenis AngkutanKapasitas Kendaraan Kapasitas
penumpang perhari/KendaraanDuduk Berdiri Total
Mobil penumpang umum 8 - 8 250 300Bus kecil 19 - 19 300 400Bus sedang 20 10 30 500 600Bus besar lantai tunggal 49 30 79 1000 - 1200Bus besar lantai ganda 85 35 120 1500 1800
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002
25
25
6. Ukur waktu tempuh dari awal sampai ke akhir trayek beserta waktu berhenti di
persinggahan sepanjang lintasan (running time), serta tambahkan waktu
singgah (stand time) yang direncanakan di terminal (WT = waktu tempuh).
7. Tentukan jam operasi per hari (JO = lama operasi per hari).
8. Ukur panjang lintasan trayek (PT = panjang trayek).
9. Taksir rata-rata panjang perjalanan penumpang yang diperkirakan akan
menggunakan trayek tersebut (TL = trip length), dengan rumus:
ij
ijij
JPJPPT
TL ................................................................. 2.1
Keterangan:
TL = Rata-rata panjang perjalanan penumpang (trip length) dalam km
PTij = Panjang trayek dari zona i ke zona j dalam km.
JPij = Jumlah penumpang dari zona i ke zona j.
10. Hitung jumlah kendaraan untuk trayek yang direncanakan dengan rumus
sebagai berikut:
c x(PT/TL) x(JO/WT) x70%K xJPJK ............................. 2.2
Keterangan:
JK = Jumlah kendaraan yang dibutuhkan.
JP = Jumlah penumpang.
K = Kapasitas kendaraan.
70% = Faktor muatan.
JO = Lama operasi per hari.
WT = Waktu tempuh.
26
26
PT = Panjang trayek.
TL = Panjang perjalanan.
C = Faktor koreksi untuk ketepatan data asal tujuan perjalanan (50%)
adalah judgement dari perencana angkutan.
2.8 Penjadwalan Bus
Penjadwalan bus adalah pekerjaan untuk memastikan bahwa bus-bus yang
akan dioperasikan dibuat dengan cara paling efisien.
Persyaratan penjadwalan bus yang baik harus memperhatikan (Departemen
Perhubungan, 2002):
a. Clock-face headway.
b. Pengaturan waktu kedatangan baik dalam satu trayek maupun kombinasi
beberapa trayek yang melayani bagian wilayah atau rute yang sama.
c. Penggunaan periode waktu yang standard, artinya jadwal kedatangan dan
keberangkatan untuk tiap pelayanan angkutan putaran waktunya mudah
diingat dengan cara menggunakan angka standard, misalnya tiap 10 menit;
07.00, 07.10, dan seterusnya.
2.9 Kinerja Angkutan Umum
Pelayanan angkutan umum lazimnya mengoperasikan bus pada rute yang
tetap antara dua terminal. Bus-bus sering berhenti pada rute menaikkan dan
menurunkan penumpang. Di banyak Negara pelayanan demikian dioperasikan
menurut jadwal perjalanan yang disiapkan sebelumnya. Para operator harus
27
27
berusaha setiap hari untuk memastikan bahwa tiap perjalanan bus yang
dioperasikan selalu dalam jadwal, atau paling tidak sedapat mungkin mendekati
waktu yang tepat.
Kebutuhan akan angkutan yang meningkat tanpa dibarengi pembangunan
prasarana yang terencana mengakibatkan beban jalan arteri dan kolektor menjadi
semakin tak tertampung. Jarak yang semakin jauh dari tempat kerja semula,
mendorong penggunaan kendaraan semakin meningkat. Dampak terhadap
kebutuhan akan angkutan tercermin dari peningkatan jumlah kendaraan bermotor,
terutama sepeda motor yaitu jenis kendaraan yang sesuai untuk keperluan sehari-
hari dan terjangkau oleh penghasilan masyarakat menengah (bawah maupun atas).
Persoalan pelayanan angkutan umum penumpang dikota-kota di Indonesia
pada masa kini adalah mutu dan keandalan pelayanan yang belum memadai.
Beberapa indikator kinerja angkutan umum penumpang (Warpani, 2002), adalah:
a) Tarif
Tarif adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan umum
persatuan berat atau penumpang per km. Penetapan tarif dimaksudkan untuk
mendorong terciptanya penggunaan sarana dan prasarana perangkutan secara
optimum dengan mempertimbangkan lintas yang bersangkutan. Guna
melindungi konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif maximum, dan bila
dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat, pemerintah juga menetapkan
tarif minimum, sementara itu tarif harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
masih memberi keuntungan wajar kepada pengusaha angkutan umum.
28
28
b) Kapasitas kendaraan
Penumpang lebih senang faktor muatan atau kapasitas angkutan yang rendah,
yang dapat diartikan bahwa selalu tersedia tempat duduk bagi mereka, dan
perjalanannya lebih nyaman pada tingkat muatan yang rendah. Selama waktu
sibuk pagi hari sering terjadi faktor muatan angkutan umum sangat tinggi. Pada
tingkat muatan (dinamis) yang melebihi 90% pada jam sibuk pagi memberi
peringatan bahwa pertumbuhan permintaan yang akan terjadi akan melampaui
kapasitas yang tersedia untuk trayek tersebut. Oleh karena itu trayek-trayek
yang faktor muatannya kurang dari 90% pada jam sibuk pagi dari sudut
pandang penumpang bukan merupakan trayek yang mempunyai masalah.
c) Fasilitas
Asuransi, khususnya asuransi kecelakaan, secara keseluruhan merupakan
beban biaya yang tidak sedikit. Asuransi ini menyangkut santunan kepada
penumpang yang meninggal atau cedera, asuransi kendaraan dan asuransi harta
lain milik perusahaan. Dari tahun ke tahun korban kecelakaan dijalan raya
ternyata jauh lebih besar dari pada dilaut maupun diudara. Hal ini
membuktikan bahwa tingkat kehati-hatian dan disiplin dijalan masih sangat
rendah.
d) Waktu perjalanan
Waktu yang diperlukan untuk menjalani setiap ruas trayek. Untuk perjalanan
keluar terminal yang bermula di terminal bus atau daerah terminal maka titik
berangkat dalam terminal bus harus diberlakukan sebagai simpul dan ruas
pertama pada trayek tersebut adalah dari titk tersebut sampai dicapai jaringan
29
29
jalan, untuk perjalanan yang masuk terminal bus maka ruas terakhir dari trayek
itu adalah sedari pintu masuk terminal bus/daerah terminal sampai ke titik para
penumpang turun kendaraan di terminal bus.
e) Frekuensi
Frekuensi mempengaruhi waktu tunggu rata-rata. Penumpang mengharapkan
frekuensi pelayanan yang tinggi hingga waktu menunggunya rendah terutama
kebutuhan akan jasa angkutan memuncak. Untuk pelayanan dalam kota
dianjurkan frekuensi pada jam sibuk sebaiknya 12 kendaraan per jam atau
headway rata-rata 5 menit. Dengan demikian, jika pelayanan suatu tryek
sebanyak 12 kendaraan atau lebih pada jam sibuk, maka pelayanan trayek
tersebut dikatakan tidak ada masalah dilihat dari frekuensinya.
f) Tingkat perpindahan
Dari segi penumpang, pelayanan angkutan umum dikatakan baik jika suatu
trayek melayani secara langsung penumpang tersebut dari asal ke tujuan
perjalanannya tanpa adanya perpindahan antar moda angkutan maupun antar
pelayanan trayek. Jika mereka harus berpindah, maka keseluruhan waktu
perjalanannya akan makin lama dan mereka pun harus mengeluarkan uang
lebih banyak.
g) Umur rata-rata kendaraan.
Kendaraaan baru memberikan beberapa keuntungan potensial kepada
penumpang dibanding kendaraan tua, oleh karena kendaraan baru
memungkinkan untuk memberikan pelayanan lebih nyaman, lebih dapat
diandalkan, dan lebih aman. Namun, manfaat nyata dari kendaraan baru
30
30
tersebut akan tergantung kepada beberapa faktor, seperti desain dan
komponennya, kualitas pemeliharaan, kebiasaan pengemudi, dan sebagainya.
2.10 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Biaya operasi kendaraan adalah semua biaya yang harus dikeluarkan oleh
operator sehubungan kepemilikan dan pengoperasian kendaraan untuk tujuan
komersial dan pribadi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
operasi kendaraan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kondisi fisik jalan,
geometrik, tipe perkerasan, kecepatan operasi, dan berbagai jenis
kendaraan.Variabel penting yang mempengaruhi hasil perhitungan biaya operasi
kendaraan adalah biaya langsung, biaya tidak langsung, biaya overhead, biaya tak
terduga dan keuntungan pemilik kendaraan.
2.10.1 Komponen-komponen BOK
Biaya pokok adalah besaran biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
angkutan untuk penyediaan jasa angkutan yang dihitung berdasarkan biaya penuh
(full cost). Komponen biaya operasi kendaraan biasanya dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Adalah semua biaya operasi kendaraan yang jumlah pengeluarannya tidak
dipengaruhi oleh frekuensi operasi kendaraan. Komponen-komponen biaya
tetap terdiri atas:
31
31
a. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi) adalah biaya yang dikeluarkan
atas penyusutan nilai ekonomis kendaraan akibat keausan teknis karena
melakukan operasi. Dihitung memakai metode garis lurus (Straight Line
Depreciation) dimana penyusutan dialokasikan secara merata selama umur
ekonomis kendaraan. Untuk kendaraan baru maka harga kendaraan dinilai
berdasarkan harga kendaraan baru termasuk PPN dan ongkos angkut,
sedangkan untuk kendaraan lama harga kendaraan dinilai berdasarkan harga
perolehan.
b. Biaya Bunga Modal adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar
pinjaman dan bunga bank.
c. Biaya Administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik/pengemudi
untuk setiap kendaraan yang menggunakan jalan umum. Biaya ini terdiri
atas:
1) STNK adalah biaya pajak kendaraan yang dikeluarkan setiap tahun
sekali dan biayanya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) KIR adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kendaraan secara
teknis apakah laik jalan atau tidak. Biaya ini dikeluarkan setiap 6 (enam)
bulan sekali.
3) Ijin Usaha adalah biaya yang dikeluarkan setahun sekali untuk
memproleh ijin usaha angkutan umum penumpang.
4) Ijin Trayek adalah biaya yang dikeluarkan tiap 6 (enam) bulan untuk
memproleh ijin pengoperasian kendaraan untuk melayani suatu trayek
tertentu.
32
32
5) Biaya asuransi adalah biaya wajib dikeluarkan atas asuransi kendaraan
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel (Variable Cost)
Adalah semua biaya operasi kendaraan yang jumlah pengeluarannya
dipengaruhi oleh frekuensi operasi kendaraan. Komponen-komponen biaya
tidak tetap terdiri atas:
a. Biaya Awak Kendaraan (BAK)
Awak kendaraan terdiri atas sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak
kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas jalan/tunjangan
kerja operasi.
b. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan,
yang menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar
yang digunakan. Penggunaan BBM tergantung dari jenis kendaraannya,
jenis BBM yang digunakan sebagian besar adalah solar.
c. Biaya Servis
Servis mesin dilakukan setelah Km tempuh pada jarak Km tertentu.
d. Biaya Cuci Kendaraan
Untuk bus kota dilakukan setiap hari dan untuk angkutan antar kota
diperhitungkan per bulan.
33
33
2.10.2 Model dan Metode Perhitungan BOK
Ada beberapa metode perhitungan BOK yaitu (LPM-ITB, 1997):
1. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari Departemen
Perhubungan, komponen-komponennya lengkap dan sesuai dengan
pengeluaran yang dibutuhkan dalam pengoperasian kendaraan.
2. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari DLLAJ pada
umumnya hampir sama dengan metode Departemen Perhubungan namun
ada komponen-komponen biaya yang dimasukkan hanya 50% dari biaya
sebenarnya seperti: biaya KIR kendaraan, biaya retribusi terminal dan
biaya ijin trayek. Hal ini akan menyebabkan BOK hasil perhitungan
menjadi lebih kecil dari BOK yang sebenarnya.
3. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari FSTPT (Forum
Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi) hampir sama dengan metode
Departemen Perhubungan namun komponen biayanya tidak selengkap
pada metode Departemen Perhubungan, seperti pada pemeliharaan
kendaraan, tidak mencantumkan biaya untuk servis besar dan servis kecil.
Padahal pada kenyataannya kendaraan memerlukan komponen-komponen
biaya tersebut.
Perbandingan metode-metode yang disebutkan diatas dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
34
34
Tabel 2.4Perbandingan Metode Departemen Perhubungan, Metode DLLAJ,
dan Metode FSTPT (ITB)
NoKomponen
BiayaOperasi
Kendaraan
Metode DepartemenPerhubungan
Metode DLLAJ Metode FSTPT (ITB)
1 BiayaPenyusutan
- Metode Garis Lurus- Nilai Residu : 20 %- Masa susut : 7 tahun
untuk semua jeniskendaraan
- Metode Garis Lurus- Nilai Residu : 20 %- Masa susut : Patas
AC, mikrolet (7tahun); Patas regular(4,5 tahun); Bussedang (4,2 tahun)
- Metode GarisLurus
- Nilai Residu : 20%
- Masa susut : PatasAC, mikrolet (7tahun); Patasregular, Bussedang (5 tahun)
2 BiayaBungaModal
- Rumus
SusutMasaixkendaraanHargax75%
x2
15- Rumus
SusutMasaixkendaraanHargax70%
x2
1n
Tingkat pengembalianmodal (n) : Patas AC,mikrolet (5 tahun);Patas reguler (2,5tahun), Bus sedang (2,2tahun)
- Rumus
SusutMasaixkendaraanHargax70%
x2
1n
Tingkatpengembalian modal(n) : 5 tahun
3 BiayaAwakKendaraan
- Terdiri dari :gaji/upah, biayapakaian dinas,ASTEK
- Susunan awakkendaraan. Patas : 1,6 supir;
1,6 kondektur Regular: 1,6 supir;
1,6 kondektur
- Terdiri dari :gaji/upah, uang dinasjalan, tunjangansosial, (jasa produksi,pengobatan, pakaiandinas, ASTEK)
- Susunan awakkendaraan. Patas AC : 2 supir;
1 kondektur Patas : 1,6 supir;
- Terdiri dari :gaji/upah, uangdinas jalantunjangan sosial,(jasa produksi,pengobatan,pakaian dinas,ASTEK)
- Susunan awakkendaraan.
Patas AC : 2supir; 1 kondektur
35
35
B. Sedang : 1,2supir; 1,2kondektur
Mikrolet : 1 supir
1,6 kondektur Regular : 1,6 supir;
1,6 kondektur B. Sedang : 1,2
supir; 1,2kondektur
Mikrolet : 1 supir
Patas : 1,6 supir;1,6 kondektur
Regular : 1,6supir; 1,6kondektur
B. Sedang: 1,2supir; 1,2kondektur
Mikrolet : 1 supir4 Biaya
BBMAsumsi penggunaanbahan bakar:- Patas : solar 4
Km/liter- Reguler : solar 3,2
Km/liter- Bus sedang : solar 5
Km/liter- Mikrolet : bensin 9
Km/liter
Asumsi penggunaanbahan bakar:- Patas AC: solar 2,4
Km/liter- Patas : solar 4
Km/liter- Reguler : solar 3,2
Km/liter- Bus sedang : solar 5
Km/liter- Mikrolet : bensin 9
Km/liter
Asumsi penggunaanbahan bakar:- Patas AC: solar 2,4
Km/liter- Patas : solar 4
Km/liter- Reguler : solar 3,2
Km/liter- Bus sedang : solar
5 Km/liter- Mikrolet : bensin 9
Km/literSumber : FSTPT-ITB, 1997a
36
36
Tabel 2.4 (Lanjutan)No Komponen
Biaya Operasi
Kendaraan
Metode DepartemenPerhubungan
Metode DLLAJ Metode FSTPT (ITB)
5 Biaya Ban Asumsi penggunaanban:- Patas : 6 buah,
24.000 Km- Reguler : 6 buah,
24.000 Km- Bus sedang : 6
buah, 24.000 Km- Mikrolet : 4 buah,
24.000 Km
Asumsi penggunaan
ban:- Patas AC : 6 buah,
24.000 Km- Patas : 6 buah,
24.000 Km- Reguler : 6 buah,
24.000 Km- Bus sedang : 6
buah, 24.000 Km- Mikrolet : 4 buah,
24.000 Km
Asumsi penggunaan
ban:- Patas AC : 6 buah,
24.000 Km- Patas : 6 buah,
24.000 Km- Reguler : 6 buah,
24.000 Km- Bus sedang : 6 buah,
24.000 Km- Mikrolet : 4 buah,
24.000 Km
6 BiayaPemeliharaan/Reparasi
Kendaraan
Terdiri dari :- Servis kecil- Servis besar- Overhoul mesin- Overhoul body- Penambahan oli
mesin
- Penggantian suku
cadang- Cuci bus
Terdiri dari :- Servis kecil- Servis besar- Overhoul mesin- Overhoul body- Penambahan oli
mesin
- Penggantian suku
cadang- Cuci bus
Terdiri dari :- Overhoul mesin- Overhoul body- Penggantian oli
mesin
- Penggantian suku
cadang- Pemeliharaan body- Cuci bus
7 Biaya
RetribusiTerminal
Dihitung per hari Dihitung per hari,
sebesar 50% daribiaya resmi
Dihitung setiap kali
bus masuk terminal
8 Biaya Dimasukkan pada Biaya dihitung sebesar Dihitung pertahun
37
37
Retribusi IjinTrayek
komponen biaya tidaklangsung (biayapengelolaan kantor)
50% dari biaya resmi
9 Baiya BPKB(STNK)
Dihitung per tahun Dihitung per tahun Dihitung per tahun
10 Biaya KIRKendaraan
Dihitung per tahun
dua kaliDihitung per tahun duakali, sebesar 50% daribiaya resmi
Dihitung per tahun
dua kali
11 Biaya
Asuransi
Kendaraan
2,5% per tahun, tetapitidak dimasukkandalam komponenbiaya
2,5% per tahun, hanyabus Patas AC yangdiasuransikan
2,5% per tahun, semuakendaraandiasuransikan
12 Biaya
Pegawai
Kantor
Susunan pegawaikantor dapat dilihatpada tabelPegawai tersebutadalah untuk setiap 10kendaraan SGO (9kendaraan SO) untukbus Patas dan reguler;20 kendaraan SGO (18kendaraan SO) untukbus sedang danmikrolet
Susunan pegawaikantor dapat dilihatpada tabelPegawai tersebutadalah untuk setiap 100kendaraan SGO (90kendaraan SO) untukbus Patas AC, Patas,reguler dan bus sedang;dan 20 kendaraan SGO(18 kendaraan SO)untuk mikrolet
Susunan pegawaikantor dapat dilihatpada tabelPegawai tersebutadalah untuk setiap 100kendaraan SGO (90kendaraan SO) untukbus Patas AC, Patas,reguler dan bus sedang;dan 20 kendaraan SGO(18 kendaraan SO)untuk mikrolet
Sumber : FSTPT-ITB, 1997a
38
38
Tabel 2.4 (Lanjutan)No Komponen
Biaya OperasiKendaraan
Metode DepartemenPerhubungan
Metode DLLAJ Metode FSTPT (ITB)
13 BiayaPengelolaanKantor
- Penyusutanbangunan kantor
- Penyusutanbangunan pool danbengkel
- Penyusutanperalatan kantor
- Penyusutanperalatan pool danbengkel
- Pemeliharaankantor, bengkeldan peralatannya
- Biaya administrasikantor
- Biaya listrik, airdan telepon
- Biaya perjalanandinas
- Pajak bumi danbangunan
- Biaya ijin usaha- Biaya ijin trayek- Biaya lain-lain
- Penyusutanbangunan kantor
- Penyusutanbangunan pool danbengkel
- Penyusutanperalatan kantor
- Penyusutanperalatan pool danbengkel
- Pemeliharaankantor, bengkel danperalatannya
- Biaya administrasikantor
- Biaya listrik, air dantelepon
- Biaya perjalanandinas
- Pajak bumi danbangunan
- Biaya ijin usaha- Biaya lain-lain
- Penyusutanbangunan kantor
- Penyusutanbangunan pool danbengkel
- Penyusutanperalatan kantor
- Penyusutanperalatan pool danbengkel
- Pemeliharaankantor, bengkel danperalatannya
- Biaya administrasikantor
- Biaya listrik, air dantelepon
- Biaya perjalanandinas
- Pajak bumi danbangunan
- Biaya ijin usaha- Biaya lain-lain
Sumber : FSTPT-ITB, 1997a
2.11 Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) per Tahun
Berdasarkan metode dari Departemen Perhubungan, perhitungan biaya
operasi kendaraan adalah sebagai berikut:
39
39
2.11.1 Analisis Biaya Tetap per Tahun
a. Biaya Penyusutan (Depresiasi) kendaraan per tahun:
BP =MP
NRHK .................................................................... 2.3
Keterangan:
BP = Biaya penyusutan kendaraan per tahun
HK = Harga kendaraan pada tahun analisis
NR = Nilai residu.
MP = Masa penyusutan.
Masa penyusutan kendaraan ditetapkan 7 tahun untuk semua jenis
kendaraan dan nilai residu bus adalah 20 % dari harga kendaraan dan taksi
0 % (apabila taksi diperoleh tanpa bayar bea masuk).
b. Biaya Bunga Modal
Pembelian kendaraan biasanya dilakukan secara kredit dengan bunga
modal 12 % s/d 24% per tahun.
Bunga modal dihitung dengan rumus:
BBMo =MP
i)x(HK2
1n
..................................................... 2.4
Keterangan:
BBMo = Biaya bunga modal per tahun.
HK = Harga kendaraan pada tahun analisis.
i = Tingkat suku bunga per tahun.
MP = Masa penyusutan.
n = Jangka waktu pinjaman.
40
40
c. Biaya Administrasi
Biaya administrasi per tahun dihitung dengan rumus:
Admin / th = PKB / th + KIR / th + IU / th + JR / th + IT / th .......... 2.5
Keterangan:
Admin / th = Biaya administrasi per tahun.
PKB / th = Biaya pajak kendaraan bermotor (STNK) per tahun.
KIR / th = Biaya KIR per tahun.
IU / th = Biaya ijin usaha angkutan per tahun.
JR / th = Biaya asuransi jasa raharja per tahun.
IT / th = Biaya ijin trayek per tahun.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap diatas, maka dihitung total biaya
tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
BOK Tetap /th = BP/th + BBMo/th + Admin/th .................................. 2.6
Keterangan:
BOK Tetap /th = Biaya operasi kendaraan tetap per tahun.
BP / th = Biaya penyusutan kendaraan per tahun.
BBMo /th = Biaya bunga modal per tahun.
Admin /th = Biaya administrasi per tahun.
41
41
2.11.2 Analisis Biaya Tidak Tetap (Variabel) per Tahun
a. Biaya Awak Kendaraan (BAK)
Awak kendaraan terdiri atas sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak
kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas
jalan/tunjangan kerja operasi.
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th .................................................. 2.7
Keterangan :
BAK/th = Biaya awak kendaraan per tahun
Gaji/hr = Gaji per hari
JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun
b. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBBM)
Biaya bahan bakar minyak per tahun dihitung dengan rumus:
BBBM/th = BBBM/hr x Ho/th ............................................. 2.8
Keterangan:
BBBM/th = Biaya bahan bakar minyak per tahun.
BBBM/hr = Biaya bahan bakar minyak per hari.
Ho/th = Jumlah hari operasi per tahun.
c. Biaya Ban
Biaya pemakaian ban per tahun dihitung dengan rumus:
BB/th = HB xJTxJPBxDT1
.............................................. 2.9
Keterangan:
BB/th = Biaya ban per tahun.
DT = Daya tahan ban (km)
42
42
JPB/buah = Jumlah pemakaian ban.
JT = Jarak tempuh
HB/unit = Harga ban per unit
d. Biaya Pemakaian Aki
Biaya pemakaian Aki pertahun dihitung dengan rumus:
BPA/th = JPA/th x HA/unit ................................................. 2.10
Keterangan:
BPA/th = Biaya aki per tahun.
JPA = Jumlah aki per tahun.
HA = Harga aki per unit.
e. Biaya Servis
Biaya servis terdiri atas biaya servis kecil dan biaya servis besar, dihitung
dengan rumus:
BS = BB + OS ................................................................... 2.11
Keterangan:
BS = Biaya servis.
BB = Biaya bahan.
OS = Ongkos servis.
f. Biaya Cuci Kendaraan
Dihitung dengan rumus:
BCK/th = BCK/hr x JHO/th ............................................... 2.12
Keterangan:
BCK/th = Biaya cuci kendaraan per tahun.
43
43
BCK/hr = Biaya cuci kendaraan per hari.
JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun.
Berdasarkan perhitungan biaya tidak tetap diatas, maka dihitung total
biaya tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
BOKVariabel/th = BAK/th+BBBM/th+BB/th+BPA/th+BS/th+BCK/th ........ 2.13
Keterangan:
BOKVariabel/th = Biaya operasi kendaraan variabel per tahun.
BAK/th = Biaya awak kendaraan per tahun.
BBBM/th = Biaya bahan bakar minyak per tahun.
BB/th = Biaya ban per tahun.
BPA/th = Biaya pemakaian aki per tahun.
BS/th = Biaya servis per tahun.
BCK/th = Biaya cuci kendaraan per tahun.
2.11.3 Analisis Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun
Biaya operasi kendaraan total per tahun dihitung dengan rumus berikut:
Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun:
BOK Total / th = BOK Tetap / th + BOK Variabel / th ......................... 2.14
Keterangan:
BOK Total / th = Biaya operasi kendaraan total per tahun.
BOK Tetap / th = Biaya operasi kendaraan tetap per tahun.
BOK Variabel / th = Biaya operasi kendaraan variabel per tahun.
44
44
2.11.4 Analisis Biaya Operasi Kendaraan per Kilometer
a. Jarak tempuh per tahun dihitung dengan rumus:
JT/th = RJT/hr x HO/th .................................................. 2.15
Keterangan:
JT/th = Jarak tempuh per tahun.
RJT/hr = Rata-rata jarak tempuh per hari.
HO/th = Jumlah hari operasi per tahun.
b. Biaya operasi kendaraan per kilometer dihitung dengan rumus:
JT/thTotal/thBOKBOK/Km ............................................... 2.16
Keterangan:
BOK/Km = Biaya operasi kendaraan per kilometer.
BOK Total /th = Biaya operasi kendaraan total per tahun.
JT/th = Jarak tempuh kendaraan per tahun.
2.11.5 Analisis Jumlah Penumpang
Perhitungan jumlah penumpang per kilometer didasarkan pada suatu data
sebagai berikut:
1. Jumlah penumpang terangkut per roundtrip.
2. Jarak tempuh per roundtrip.
Berdasarkan data diatas maka Jumlah penumpang per kilometer dihitung
dengan rumus:
roundtriproundtrip
/JT/JPJP/Km ..................................................... 2.17
45
45
Keterangan:
JP/Km = Jumlah penumpang per kilometer.
JP/trip = Jumlah penumpang per roundtrip.
JT/trip = Jarak tempuh per roundtrip.
2.12 Penghematan BOK dan Penghematan BBM
Nilai manfaat dari perencanaan serta pengembangan angkutan khusus
karyawan baru akan terasa manfaatnya jika dapat memberikan dampak bagi
pengguna angkutan serta memberikan kontribusi bagi pemerintah berupa
penghematan biaya operasional kendaraan (BOK) dan penghematan terhadap
konsumsi BBM. Penghematan BOK dan penghematan BBM yang dimaksud
merupakan penghematan dari segi persepsi penumpang. Sub bab ini menganalisis
perbandingan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan penumpang jika
menggunakan kendaraan pribadi dengan biaya menggunakan angkutan khusus
karyawan.
Beberapa variabel yang diperlukan untuk menghitung penghematan BOK
dan penghematan BBM berdasarkan persepsi penumpang sebagai berikut:
Penghematan BOK/th = biaya KP/th biaya AKK/th ............................... 2.18
Penghematan BBBM/th = BBBM KP/th BBBM AKK/th........................ 2.19
Keterangan:
KP : Kendaraan pribadi (Rp/th)
AKK : Angkutan khusus karyawan (Rp/th)
46
46
BBBM KP : Biaya bahan bakar minyak kendaraan pribadi (Rp/th)
BBBM AKK : Biaya bahan bakar minyak angkutan khusus karyawan
(Rp/th)
2.13 Sistem Operasional Angkutan Khusus Karyawan
Secara umum, perencanaan sistem operasional pada pelayanan Angkutan
khusus karyawan mengacu pada standar indikator kualitas pelayanan angkutan
kota berdasarkan sisi pandang pengguna yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat sebagaimana tabel 2.1 Standar Kualitas Pelayanan Angkutan
Umum.
2.13.1 Perhitungan Waktu Siklus
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan pergi pulang
pada suatu trayek, dengan memperhatikan waktu henti di terminal dan waktu
hambatan di perjalanan, dalam hal ini terjadi deviasi waktu sebesar 5% dari waktu
perjalanan. Waktu sirkulasi dirumuskan sebagai berikut (Direktorat Jendral
Perhubungan Darat, 1996) :
...(2.20)
Keterangan :
CTABA = Waktu sirkulasi dari A ke B, kembali ke A
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
AB = Deviasi waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
CTABA = (TAB +TBA) + (AB + BA) + (TTA +TTB)
47
47
BA = Deviasi waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
TTA = Waktu henti kendaraan di terminal A
TTB = Waktu henti kendaraan di terminal B
2.13.2 Perhitungan Frekwensi (f)
Perhitungan frekuensi merupakan jumlah keberangkatan atau kedatangan
kendaraan angkutan kota yang melewati dalam satu trayek selama periode waktu
tertentu dan pada satu titik tertentu dan pada satu titik tertentu, (Jason, 1982).
/jam)(kendaraan60KF .(2.21)
Keterangan :
F = Frekuensi (kendaraan/jam)
K = Jumlah kendaaraan yang beroperasi (kendaraan)
2.13.3 Perhitungan Headway
Perhitungan headway merupakan selisih waktu keberangkatan atau
kedatangan antara kendaraan angkutan kota dengan kendaraan angkutan kota
dibelakangnya dalam satu trayek pada satu titik tertentu.
2.13.4 Perhitungan Kebutuhan Armada
Dalam buku Menuju Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Direktorat
Jendral Perhubungan Darat (2002), bahwa untuk menentukan kebutuhan jumlah
kendaraan angkutan kota yang tetap sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan,
48
48
yang dapat dilakukan adalah mendekati besarnya kebutuhan. Jumlah kebutuhan
angkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
a. Jarak Rute (L)
Adalah panjang suatu trayek dari titik awal rute sampai titik akhir rute
dalam kilometer.
b. Waktu Operasi (To)
Adalah lamanya waktu perjalanan dari titik awal urte sampai akhir rute,
dimana waktu operasi ini didapatkan dari hasil survai dilapangan.
c. Faktor Muatan (Lf)
Adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dalam satu
kendaraan dengan jumlah kapasitas tempat duduk yang tersedia dalam
kendaraan pada periode waktu tertentu, (Jason C, 1982).
100%XCJpLf .(2.22)
Keterangan :
Lf = Faktor muatan (%)
Jp = Jumlah penumpang dalam kendaraan (orang)
C = Kapasitas kendaraan (orang)
Perhitungan kebutuhan armada adalah jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk
melayani satu lintasan tertentu. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996)
)(kendaraanfA xH
CTJk (2.23)
49
49
Keterangan :
Jk = Jumlah kendaraan yang dibutuhkan
CT = Waktu sirkulasi (menit)
H = Headway / waktu antara kendaraan angkutan Kota (menit)
FA = Faktor ketersediaan kendaraan angkutan kota (%)
2.14 Pengambilan Data
Pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan tahapan-tahapan yang sistimatis yaitu:
A. Studi Pendahuluan
B. Desain kuesioner ( formulir pengisian survei )
C. Survei pendahuluan
D. Desain sampel
E. Pelaksanaan survei menyeluruh
F. Kompilasi data dan analisis data
2.14.1 Studi Pendahuluan
Tujuan dari studi pendahuluan adalah untuk menentukan parameter data
yang akan disurvei dan juga menentukan metode yang diperlukan untuk
mengumpulkan data. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Merumuskan tujuan pengumpulan data.
Data yang akan dikumpulkan untuk dianalisis harus sesuai dengan tujuan
penelitian.
50
50
2. Melakukan studi literatur.
Dalam studi literatur dilakukan studi terhadap penelitian-penelitian
sebelumnya.
3. Menentukan parameter-parameter yang akan dikaji.
4. Menentukan metode survei.
2.14.2 Desain Kuesioner (formulir pengisian survei)
Dalam usaha mengumpulkan data, beberapa langkah yang dapat ditempuh
(Sudjana, 1996):
a. Mengadakan penelitian langsung ke lapangan atau di laboratorium terhadap
obyek penelitian. Hasilnya dicatat untuk kemudian dianalisis.
b. Mengambil atau menggunakan sebagian atau seluruhnya, dari sekumpulan data
yang telah dicatat atau dilaporkan oleh badan atau orang lain.
c. Menggunakan angket (kuesioner) adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan
disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau
menandai dengan mudah dan cepat.
Desain kuesioner bertujuan untuk merancang bentuk dan isi kuesioner
yang tepat agar sesuai sasaran yakni data atau informasi yang diperoleh
memenuhi kebutuhan proses analisis data. Hal ini dapat ditunjukkan dari
pemenuhan aspek kuantitatif dan kualitatif data yang dikumpulkan. Dalam desain
kuesioner pengetahuan mengenai karakterstik responden sebagai obyek survei
adalah sangat penting. Karakteristik masyarakat sebagai responden ditinjau dari
51
51
kelompok sosial tempat bermukim dan latar belakang pendidikan. Walaupun
peninjauan karakteristik hanya dilakukan berdasarkan daya nalar, namun hal
tersebut penting karena tenaga survei (surveyor) perlu mengetahui dan menduga
bagaimana tanggapan responden sebelum menjalani penelitian.
Pengetahuan tentang karakteristik responden diperlukan pada saat
membuat kuesioner. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain kuesioner
antara lain:
a. Format dan gaya formulir isian (tampilan formulir).
b. Format dan tipe pertanyaan yang diajukan (pertanyaan aktif atau pasif).
c. Isi pertanyaan yang diajukan.
d. Susunan pertanyaan (dari bentuk yang sederhana hingga kompleks).
e. Penjelasan tentang cara mengisi kuesioner (cara lisan dan tulisan).
Dalam membuat pertanyaan untuk kuesioner dan cara-cara
mengajukannya, beberapa hal berikut perlu diperhatikan (Sudjana, 1996):
a. Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, jelas, tidak menimbulkan macam-macam
penafsiran dan mudah dimengerti.
b. Tujukan pertanyaan-pertanyaan kepada obyek at