Upload
yolanda-muliana-panjaitan
View
58
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pendadaran
Citation preview
PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS
DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Pertambangan
Oleh :
ALNAHWAN 03013120003ZALLYKHA FAHAMZAH 03013120052FIRMANSYAH ADI PRIANTO 03013120032
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2005
PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS
DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disetujui untuk Jurusan Teknik
Pertambangan oleh Dosen Pembimbing :
Rr. Harminuke Eko Handayani, ST, MT.
PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS
DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN
ABSTRAK( Alnahwan, Zallykha Fahamzah, Frimansyah Adi Prianto, 2005, 31 Halaman )
Pemboran sumur minyak dan gas bumi merupakan adalah suatu kegiatan yang padat modal dan berisiko tinggi terhadap peralatan dan jiwa manusia yang melaksanakan pemboran. Salah satu masalah yang sangat dihindari dalam pemboran minyak dan gas bumi adalah semburan liar ( Blow Out ) karena dapat meyebabkan kebakaran terhadap instalasi pemboran dan dapat membahayakan jiwa pekerja di tempat tersebut. Awal terjadinya semburan liar ( Blow Out ) adalah adanya Kick di dalam lubang bor. Kick adalah masuknya fluida dari formasi yang dibor karena tekanan dari formasi tidak dapat ditahan oleh tekanan dari dalam lubang bor itu sendiri. Fluida formasi dapat berupa gas, minyak, atau air. Bila Kick tidak dapat dikendalikan dan dibuang maka dapat menyebabkan fluida formasi naik ke permukaan secara tidak terkendali dan membahayakan peralatan dan manusia yang berada di instalasi pemboran. Kick yang tidak dapat dikendalikan akan memyebabkan semburan liar ( Blow Out ). Untuk pengendalian awal agar tidak terjadi Kick yaitu tetap menjaga berat jenis lumpur pemboran agar dapat menahan tekanan dari formasi yang dibor. Bila Kick sudah terjadi maka secepatnya lakukan usaha mengeluarkan fluida Kick tersebut agar tidak terjadi semburan liar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Kerja
Prakek ini disusun dengan tujuan sebagai syarat memenuhi mata kuliah Kerja Praktek
pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Hasan Basri, Dekan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
2. Ir. Abu Amat Hak, MS., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Sriwijaya
3. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST, MT., Sekretaris Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Sriwijaya sekaligus Pembimbing Laporan Kerja
Praktek Penulis
4. Ir. Syarbini Husein Alam, Koordinator Kerja Praktek
5. Bapak Adrian Agung dan Michael Runtuwene, Pembimbing lapangan
6. Semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
Laporan Kerja Praktek ini dapat berguna bagi kemajuan kita bersama.
Inderalaya, April 2005 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1B.Manfaat dan Tujuan.......................................................................... 2C. Pembatasan Masalah....................................................................... 2D. Metode Pembahasan....................................................................... 3
II. GAMBARAN UMUM TENTANG PT. MEDCO E&P INDONESIA
A. Sejarah PT. MEDCO E&P INDONESIA....................................... 4B. Area Kerja PT. MEDCO E&P INDONESIA................................. 7C. Produksi .......................................................................................... 11D. Drilling Departement...................................................................... 13E. Kebijakan Tentang Keselamatan Kerja.......................................... 14F. Kebijakan Tentang Pelestarian Lingkungan................................... 15
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sebab-sebab Well Kick................................................................... 16B. Gejala Terjadinya Well Kick.......................................................... 19C. Peralatan Deteksi Well Kick........................................................... 21D. Prosedur Menutup Sumur (Shut-in Procedure)............................... 23E. Mematikan Sumur........................................................................... 23
IV. PEMBAHASAN
A. Perencanaan Sumur......................................................................... 26B. .Pada Waktu Operasi Pemboran...................................................... 27C. Pencegahan Terjadinya Well Kick.................................................. 28D. Penanganan Well Kick.................................................................... 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 31B. Saran............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Lokasi Lapangan Kaji-Semoga................................................. 8
2. Skema Proses Produksi..................................................................... 13
3. Pit Level Indikator............................................................................ 21
4. Susunan Trip Tank............................................................................ 22
5. Sistem Sirkulasi Kick........................................................................ 25
6. Skema Pengendalian Kick................................................................ 30
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I. Volume Produksi Minyak Bumi........................................................ 12
II. Volume Produksi Gas Bumi.............................................................. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Kaji-Semoga Plant................................................................................ A-1
B. Drilling Program................................................................................... B-1
C. Kill Sheet.............................................................................................. C-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh kebutuhan hidup manusia terhadap sumber energi alam,
khususnya minyak dan gas bumi semakin besar dan meningkat. Meskipun saat ini
telah banyak dilakukan riset-riset untuk mencari minyak dan gas bumi, tetapi
sumber energi ini tetap menduduki urutan pertama dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak di dunia. Dengan
keadaan ini negara Indonesia mendapatkan keuntungan dalam hal perekonomian
negara, karena minyak bumi bisa dijadikan salah satu sumber pemasukan devisa
Indonesia dibidang ekspor migas. Hal ini banyak mengundang banyak investor
asing dan lokal yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia khususnya dalam
bidang perminyakan.
Untuk dapat mengolah sumber energi migas agar dapat di produksi secara
optimal, amat diperlukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
Perguruan Tinggi sebagai salah satu jalur untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas telah berupaya agar dapat mencetak tenaga-tenaga
profesional antara lain melalui pengetahuan teori yang diberikan melalui
perkuliahan dan Kerja Praktek.
Dengan Kerja Praktek mahasiswa diharapkan akan mampu untuk
memecahkan berbagai masalah yang akan dihadapi pada dunia kerja nanti sesuai
dengan bidang yang ditekuninya.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa
Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya adalah untuk memenuhi persyaratan
akademis pada Jurusan teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
Tujuan dari Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan
Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya adalah:
1. Menerapkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dangan kondisi
lapangan yang sebenarnya, khususnya dalam bidang pemboran minyak.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan teknologi baik secara umum maupun
secara khusus.
3. Menambah wawasan mengenai dunia kerja sebagai persiapan untuk
memasuki lingkungan kerja.
C. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis mencoba membahas
tentang pengendalian well kick pada operasi pemboran minyak bumi di PT.
MEDCO E&P Indonesia field Kaji-Semoga Sumatera Selatan
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam menyusun laporan Kerja Praktek
ini adalah :
1. Metode wawancara dan tanya jawab dengan dan crew yang ada di lapangan.
2. Metode literature yang berkaitan dengan kegiatan perminyakan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah PT.MEDCO E&P Indonesia
Sejarah PT. MEDCO E&P Indonesia di Sumatera Selatan dimulai dari
tahun 1912 yang dilakukan oleh Standard Oil Of New Jersey yang memulai
usaha mencari minyak bumi di Indonesia melalui Nederlanse Kominglijge
Petroleum Maatschappij (NKPM). Pada tahun 1913 menemukan ladang minyak
pertama di Cepu, Jawa Tengah. Pada tahun 1921, NKPM menemukan ladang
minyak Talang Akar di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
yang merupakan ladang minyak terbesar di Asia Tenggara pada era sebelum
Perang Dunia II. Sejak saat itu perusahaan mengalami perkembangan pesat,
beberapa sumber minyak di Talang Akar mampu menghasilkan minyak sepuluh
ribu sampai dua belas ribu barel per hari ( 10.000-12.000 BOPD ). Pada tahun
1925, dibangun kilang minyak Sungai Gerong dengan kapasitas tiga ribu lima
ratus barel per hari ( 3.500 BPD ) dan memasang pipa 6 inch yang
menghubungkan kilang tersebut dengan ladang minyak sejauh seratus tiga
puluh kilometer ( 130 km ) dan tahun 1927 menemukan ladang minyak
Pendopo.
Pada tahun 1932 NKPM menjadi bagian dari Standard Vaccum Oil
Company (STANVAC). Perusahaan induk PT. STANVAC Indonesia adalah Esso
Eastern Inc. (EEI), yang berkedudukan di Boston, Texas, USA dan merupakan
anak perusahaan dari Exxon Corporation. EEI melakukan usahanya dalam
bidang eksplorasi ,Produksi minyak dan gas bumi, penyulingan, pengangkutan,
dan pemasaran minyak mentah serta gas alam di ASIA dan AUSTRALIA.
Sejarah perminyakan Sumatera Selatan pun tak luput dari alur sejarah
perjuangan hingga bangsa Indonesia mampu melewati masa revolusi fisik yang
sangat berat. Seiring dengan era kemerdekaan, PT. STANVAC kembali lagi
beroperasi setelah terhenti pada zaman pendudukan Jepang. Pada tahun 1954,
PT. STANVAC mulai melaksanakan program Indonesianisasi yakni
mempersiapkan pekerja Indonesia agar dapat melaksanakan pekerjaan sejajar
dengan para pekerja asing.
Pada tahun 1963 PT. STANVAC Indonesia menandatangani kontrak
karya (Contract of Work) dengan pemerintah RI (diwakili oleh PERTAMINA).
Penyerahan kegiatan pemasaran dalam negeri ke PERTAMINA sebagai
pelaksana kontrak karya yang dimulai dengan suplai gas untuk PT. PUSRI di
Palembang. Pada waktu yang sama PT. STANVAC Indonesia mendapat izin
untuk mengadakan kegiatan eksplorasi di Kampar Blok, Riau.
Pada tahun 1985 PT. STANVAC Indonesia mengembangkan lapangan
Tabuan di Sumatera Selatan yang merupakan lapangan produksi PSC pertama
yang dikelola oleh PT. STANVAC Indonesia. Pada tahun ini pula PT
STANVAC Indonesia berhasil menemukan lapangan minyak Jene di wilayah
South Sumatera Extension ( SSE ) yang merupakan sukses terbesar sejak
penemuan lapangan minyak Talang Akar.
Kemudian pada tahun 1988 PT. STANVAC Indonesia menandatangani dua
buah kontrak Production Sharing Contrac (PSC) / Joint Operating
Arrangement ( JOA ) bersama dengan PERTAMINA untuk wilayah Blok Musi
Kelingi di Sumatera Selatan dan Blok Gundih di Jawa Tengah dan Jawa Timur
yang dilanjutkan dengan melakukan survey seismic yang terbesar. Dari survey
seismic diketahui bahwa kedua wilayah tersebut tidak memiliki prospek
ekonomis. Pada tahun 1996 PT. MEDCO ENERGI Corporation Tbk (MEC)
mengambil alih seluruh saham pada PT. STANVAC Indonesia. Dengan
pengambil alihan ini MEC mengganti nama PT. STANVAC Indonesia menjadi
PT. EXSPAN SUMATERA. Pada tahun 1996 itu pula kemampuan para putra
bangsa terbukti dengan ditemukannya cadangan minyak yang besar di
Lapangan Kaji-Semoga di Kabuapaten Musi Banyuasin. Penemuan lapangan
minyak ini dilanjutkan dengan pembangunan stasiun pengumpul minyak yang
diresmikan pada tahun 1998. pembangunan stasiun ini dilengkapi pula dengan
membangun stasiun booster ( penguat ) di Tempirai, Pengabuan, dan Serdang
untuk meningkatkan pengiriman minyak ke kilang Plaju. Kemudian pada tahun
2000 PT. EXSPAN SUMATERA dan PT. EXSPAN KALIMANTAN menjadi
PT. EXSPAN NUSANTARA. Saat berubah nama pun, perusahaan yang
melakukan usaha eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di tujuh
provinsi lainnya di Indonesia ini konsisten memiliki karyawan yang seluruhnya
adalah putra-putri Indonesia. Sejak 19 April 2004, PT. Exspan Nusantara
memiliki nama baru yakni PT. MEDCO E&P Indonesia.
B. Area Kerja PT. MEDCO E&P Indonesia
Area kerja PT. MEDCO E&P Indonesia di Sumatera Selatan, berada
didaerah :
1. East Area yang terdiri dari Kaji-Semoga (Blok Rimau), Tabuan, Langkap,
Kerang, West Iliran dan Rimbabat (Blok Old Rimau)
a. Lapangan Kaji Semoga
Lapangan Kaji–Semoga terletak di Sumatera Selatan yang berada di
Kecamatan Lais kabupaten Musi Banyuasin (Gambar 1). Penemuan
lapangan Kaji-Semoga merupakan penemuan ladang minyak on shore
yang terbesar di Indonesia akhir-akhir ini. Stasiun pengumpul minyak
Kaji-Semoga merupakan yang terbesar diantara lapangan-lapangan
minyak di area kerja PT. Medco E&P Indonesia ( Lampiran A ). Puncak
produksi Kaji-Semoga adalah 90.000 BOPD. Dan produksi sekarang ini
sekitar 30.000 BOPD.
b. Lapangan Tabuan, Langkap dan Kerang
Lapangan Tabuan, Langkap, dan Kerang terletak di Kabupaten Musi
Banyuasin, merupakan lapangan tua yang untuk sementara ditinggalkan.
Potensi lapangan-lapangan ini adalah 1200 BOPD.
c. Lapangan West Iliran dan Rimbabat
Lapangan West Iliran merupakan lapangan gas supplier untuk fuel
( bahan bakar ) bagi kegiatan lapangan Tabuan, Langkap,dan Kerang.
Sedangkan Lapangan Rimbabat menghasilkan minyak ( oil ).
Mu si Ri ver
Kerang
S.M
u s i
T. Laban
Langkap
TabuanKaji
Semoga
Palembang
Plaju Refinery
N
BLOK RIMAU
BLOK SSE
(Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)
GAMBAR 1
PETA LOKASI LAPANGAN KAJI-SEMOGA
2. West Area (Exstention Area) yang terdiri dari Jene, Pian, Teras, Rambutan,
Gunung Kembang, Lagan, Soka, Ibul.
a. Lapangan Jene
Lapangan Jene terletak di exstention area Kabupaten Musi Rawas,
Sumatera Selatan. Lapangan minyak ini dikembangkan pada tahun 1986.
Pada awal produksinya dapat dihasilkan lebih dari 30.000 barrel minyak
mentah. Produksi saat ini 2000 BOPD.
Lapangan Jene ini mempunyai reservoir yang bentuknya memanjang
sedangkan minyak dan gas ditemukan pada Formasi Baturaja.
Pada awal masa produksinya, yaitu pada tahun 1986 minyak dapat
mengalir dengan sendirinya (Natural Flow), setelah 2-3 tahun minyak
yang diproduksinya mulai berkurang karena penurunan tekanan reservoir.
Untuk mengatasi hal ini digunakan metode gas lift dan pemeliharaan
tekanan reservoir dengan water injection dengan mengangkat minyak ke
permukaan.
b. Lapangan Ibul
Lapangan Ibul terletak di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan.
Lapangan Ibul dilengkapi dengan station produksi yang berfungsi untuk
menampung dan mengalirkan minyak ke Plaju. Potensi lapangan Ibul
adalah 500 BOPD.
c. Lapangan Pian , Teras , Rambutan , Lagan Dan Gunung Kembang
Lapangan Pian, Teras, Gunung Kembang Terletak di Kabupaten
Musi Rawas, Lapangan Lagan terletak di Kabupaten Lahat dan Lapangan
rambutan terletak di Kabupaten Muara Enim.
Lapangan-lapangan tersebut merupakan penghasil gas yang
memasok kebutuhan gas yang diperlukan oleh PT PUSRI. Pasokan gas
terakhir rata-rata 50 MMSCFD.
d. Lapangan Soka.
Lapangan Soka terletak di Kabupaten Musi Rawas yang merupakan
sumur baru penghasil minyak cukup besar. Perkiraan puncak produksi
dapat mencapai 5000 BOPD.
e. Stasiun Booster Pengabuan dan Serdang.
Stasiun Booster adalah stasiun yang berfungsi untuk memperkuat
aliran minyak dari stasiun pengumpul menuju ke kilang minyak. PT
Medco E&P Indonesia di Sumatera Selatan Memiliki dua stasiun Booster
yaitu stasiun Booster Serdang dan stasiun Booster Pengabuan yang
berfungsi mengalirkan minyak dari stasiun pengumpul minyak Kaji
menuju Kilang Minyak Pertamina Sungai Gerong. Dengan mengunakan
pompa untuk menambah tekanan sehingga menghasilkan rate yang tinggi.
3. Pasemah Blok.
Pada tahun 1994 PT Stanvac Indonesia telah melakukan satu pemboran
taruhan yaitu Ruas-1 yang tidak berhasil menemukan cadangan hidrokarbon.
PT Medco E&P Indonesia mulai membor dua sumur pada tahun 2000
yaitu Kerah-1 dan Imus-1. Kedua sumur tersebut belum menunjukkan
Prospek wilayah Pasemah. Kegiatan pemboran masih dilanjutkan hingga
tahun 2001
C. Produksi
Jumlah produksi rata-rata minyak dan gas yang dihasilkan oleh PT. Medco
E&P Indonesia di Sumatera Selatan dari tahun 1990-1996 mengalami penurunan,
untuk mengatasi hal tersebut maka PT Medco E&P Indonesia pada tahun 1996
meningkatkan kegiatan eksplorasi dan menemukan cadangan minyak dan gas
yang cukup besar di lapangan Kaji-Semoga.
Di field Kaji-Semoga memiliki 184 sumur minyak dengan 4 buah sumur
natural flowing, 113 sumur yang masih berproduksi, 3 sumur masih dalam
pengeboran, 4 sumur dalam tahap completion, 3 sumur dalam keadaan pluged dan
37 sumur dalam keadaan shut-in. Untuk sumur yang sudah tidak natural flow lagi,
diproduksi dengan cara artificial lift melalui metode gas lift yaitu fluida dibantu
mengalir ke permukaan dengan bantuan gas.
Untuk satu sumur yang memakai sistem gas lift memerlukan 150–500
KCSFD gas. Rata-rata kedalaman sumur minyak di Kaji-Semoga adalah 2500-
3000 ft. Di lapangan ini menghasilkan 36.000 BOPD minyak bumi ( Tabel I ) dan
28 MMscfd gas bumi ( Tabel II ).
Minyak di Kaji-Semoga ini memiliki API Gravity sekitar 38,5 oAPI, yang
berarti bahwa minyak di Kaji-Semoga termasuk minyak ringan (Light Oil).
Selain memproduksi minyak bumi, di Kaji-Semoga juga memproduksi gas yang
digunakan untuk gas lift ( 29 MMscfd ), PLTG ( 5 MMscfd ), Gas Injection ( 7
MMscfd ), bahan 20aker ( 3,5 MMscfd ) serta untuk LPG Plant ( 17,5 MMscfd ).
TABEL I
VOLUME PRODUKSI MINYAK BUMI
Tahun Volume Produksi ( BOPD )
1998 19.0001999 32.000
2000 53.000
2001 69.000
2002 71.000
2003 52.000
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )
TABEL II
VOLUME PRODUKSI GAS BUMI
Tahun Volume Produksi ( MMscfd )
1999 9
2000 15
2001 25
2002 37
2003 29
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )
Sebelum minyak dan gas bumi dari lapangan ini disalurkan kepada
konsumen, semua minyak dan gas bumi dari tiap lapangan dikumpulkan menjadi
satu di stasiun pengumpul kemudian didistribusikan ke konsumen melalui pipa
dan kapal tanker (Gambar 2).
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )
GAMBAR 2
SKEMA PROSES PRODUKSI
D. Drilling Departement
Departemen ini mempunyai tugas dalam hal pembuatan lubang sumur
minyak atau dengan kata lain melakukan kegiatan pemboran untuk menghasilkan
suatu sumur minyak yang nantinya siap untuk diproduksikan. Dalam melakukan
pemboran, departemen ini memiliki dua buah rig sendiri (EMSCO dan SKYTOP)
dan dua buah rig kontrak ( HPS dan SPA ) dengan kapasitas rata-rata 250.000 lbs.
Dalam kegiatannya Medco E&P Indonesia di bantu oleh Team Halliburton
yang terdiri dari Sperry Sun bertugas melakukan directional drilling (pemboran
berarah ) dan Baroid yang bertugas membuat dan mengontrol lumpur yang
KAJISATELIT
TERMINALTENGGULENG
PENGABUAN BOOSTER
STASIUNKERANG
STASIUN TABUAN
STASIUN KAJI
STASIUN SEMOGA
LAPANGAN KAJI
FSO LAKSMIATI
EKSPOR
LAPANGAN SEMOGA
LAPANGANKALABAU
STASIUNLANGKAP
SERDANG Kilang
BOOSTER Plaju
digunakan selama pemboran berlangsung serta Halliburton Cementing Unit yang
bertugas melakukan penyemenan pada casing. Untuk operasi logging, dibantu
oleh Exspan Petrogas Intranusa Logging ( EPI Logging ).
Sumur-sumur minyak yang dibuat pada PT. Medco E&P Indonesia yang
berada di lapangan Kaji umumnya menggunakan sistem cluster dimana dari
sistem ini hanya ada satu sumur saja yang pemborannya secara vertical sedang
sumur-sumur yang lain pemborannya menggunakan sistem directional (berarah).
Untuk membuat suatu sumur minyak maka drilling engineer menyusun
suatu drilling program ( lampiran B ) yang nantinya digunakan sebagai panduan
dan rencana bagi rig crew serta kontraktor yang ikut andil dalam pemboran
sumur minyak agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan di lapangan.
E. Kebijakan Tentang Keselamatan Kerja
Merupakan kebijakan PT MEDCO E&P Indonesia bahwa dalam melakukan
kegiatan usahannya, perusahaan akan selalu melindungi keselamatan pegawai,
pihak lain yang terkait dalam kegiatan usahanya, rekanan serta masyarakat umum
sehinga tidak satu pun kegiatan usaha mendahului pertimbangan akan
keselamatan kerja.
Perusahaan akan mencegah semua kecelakaan dan penyakit yang timbul
akibat perkerjaan dengan partisipasi aktif dari seluruh pegawai.
Perusahaan selalu berusaha mengidentifikasi dan menghilangkan atau
mengelolah resiko keselamatan kerja sehubungan dengan kegiatan.
F. Kebijakan Tentang Pelestarian Lingkungan
Merupakan kebijakan PT. MEDCO E&P Indonesia untuk melaksanakan
kegiatan dengan cara yang berimbang antara kebutuhan lingkungan dan
kebutuhan ekonomi masyarakat dimana perusahaan melakukan kegiatannya untuk
mematuhi semua peraturan mengenai pelestarian lingkungan dan menerapkan
standar yang bisa di pertangungjawabkan.
Perusahaan berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang terus
menerus untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam semua kegiatan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pemboran sumur merupakan suatu kegiatan yang padat modal dan
berteknologi tinggi serta mempunyai resiko yang besar. Salah satu resiko ialah
apabila pemboran yang dilakukan tidak berhasil atau dry hole meskipun secara teknis
pemboran berjalan dengan lancar. Namun adakalanya hambatan yang terjadi
disebabkan oleh proses pemboran itu sendiri. Hambatan yang paling merugikan
adalah apabila terjadi semburan liar yang sering diikuti dengan terbakarnya seluruh
instalasi pemboran.
Semburan liar ini adalah peristiwa mengalirnya cairan formasi dari dalam
sumur secara tidak terkendali. Kejadian ini di awali dengan masuknya sedikit cairan
formasi kedalam lubang bor, yang biasanya disebut Kick. Bila Kick tidak dapat diatasi
secara baik maka dapat terjadi semburan liar (Blow Out).
A. Sebab-Sebab Well Kick
Well Kick adalah peristiwa dimana cairan formasi masuk kedalam lubang
bor bila well kick ini tidak segera ditangani secara benar akan mengakibatkan
semburan liar. Sebab-sebab Well Kick antara lain :
1. Lumpur pemboran terlalu ringan
Dalam hal ini tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan
formasi. Tekanan hidrostatis tergantung pada berat jenis (density) lumpur bor
dan tinggi kolom lumpur. Secara matematik persamaan tekanan hidrostatis
adalah :
Ph = 0.052 x D x W
Dimana : Ph = Tekanan hidrostatis lumpur, psi
D = Kedalaman lubang bor, ft
W = Berat lumpur, ppg
Tekanan formasi digolongkan 3 klasifikasi yaitu :
1. Tekanan normal, dimana gradient tekanan formasi antara 0.433 – 0.465
psi/ft
2. Tekanan abnormal, dimana gradient tekan formasi lebih besar dari 0.465
psi/ft
3. Tekanan subnormal, dimana tekanan formasi mempunyai gradient yang
lebih kecil dari 0.433 psi/ft.
2. Swab Effect
Swab effect dapat terjadi pada saat mencabut rangkaian bor terlalu
cepat, viskositas lumpur yang tinggi dan clearance bit dengan dinding lubang
yang kecil. Kondisi ini menyebabkan lumpur yang berada diatas bit sulit
untuk turun kebawah sehingga seolah-olah antara lubang bor dan lubang
sumur seperti piston yang menyebabkan lubang dibawah bit menjadi vacum,
dan fluida formasi terhisap ke dalam lubang sumur. Fluida formasi ini
bercampur dengan lumpur sehingga menyebabkan berat jenis lumpur turun
atau menjadi lebih kecil.
3. Squeeze Effect
Pada waktu menurunkan rangkaian bor terlalu cepat disertai dengan
lumpur yang kental dan clearance antara rangkaian bor dan dinding sumur
yang kecil akan terjadi squeeze effect atau efek tekan. Lumpur seolah-olah
tertekan ke formasi . Kalau tekanan hidrostatis melebihi tekanan rekah
formasi maka formasi akan pecah.
4. Menembus Formasi Gas
Pada waktu mata bor menembus formasi gas, cutting yang dihasilkan
berisi gas didalamnya. Gas tersebut keluar dari cutting lama-kelamaan banyak
terkumpul didalam lumpur dan menyebabkan berat jenis lumpur turun hingga
kurang dari tekanan reservoir (< Pr).
5. Hilang Lumpur (Lost Circulation)
Hilang lumpur ada kalanya terlalu besar sehingga permukaan lumpur
didalam lubang bor turun dan tekan hidrostatis lumpur dapat menjadi lebih
kecil daripada tekanan formasi. Hilang lumpur ini dapat terjadi karena
porositas formasi yang terlalu besar, formasi yang bergua (cavernous) atau
karena ada celah-celah dan retakan didalam formasi.
6. Pemompaan Yang Mendadak
Bila memulai sirkulasi kembali secara tiba-tiba, yaitu pemompaan
langsung pada tekanan tinggai akan dapat menyebabkan formasi mendapat
tekanan mendadak yang mengakibatkan formasi akan pecah dan lumpur
pemboran akan hilang kedalamnya.
7. Viscositas Tinggi
Viscositas yang tinggi selain dapat mengakibatkan terjadinya squeeze
effect dan swab effect juga menyebabkan gesekan aliran lumpur yang tinggi
serta tekanan sirkulasi yang tinggi. Bila formasi tidak sanggup menahannya
maka formasi akan pecah.
B. Gejala Terjadinya Well Kick
Biasanya well kick diikuti dengan gejala-gejala yang dapat terlihat pada
peralatan kontrol. Gejala tersebut dapat terjadi satu-satu atau beberapa gejala
tampak sekaligus. Gejala-gejala tersebut adalah :
1. Kecepatan Pemboran Naik
Kecepatan pemboran dapat tiba-tiba naik atau drilling break yang
terjadi apabila pahat menembus formasi yang lebih lunak , tetapi mungkin
juga pahat menembus dengan tekanan tinggi sehingga perbedaan tekanan
hidrostatis dengan tekanan formasi berkurang. Kecepatan pemboran (ROP) =
f (Ph-Pf). makin kecil nilai (Ph- Pf), kecepatan pemboran akan naik. Bila (Ph-
Pf) < 0 maka cairan formasi akan masuk kedalam lubang bor.
2. Lost Circulation
Kehilangan lumpur yang cukup besar akan mengakibatkan turunnya
permukaan lumpur didalam lubang bor yang selanjutnya dapat mengakibatkan
well kick.
3. Penambahan Volume Lumpur di Dalam Tanki.
Apabila terjadi penambahan lumpur didalam tanki maka ini
merupakan tanda yang jelas bahwa ada cairan formasi yang masuk ke dalam
lubang bor.
4. Pertambahan Kecepatan Aliran Lumpur
Bertambahnya kecepatan aliran yang datang dari dalam lubang
menandakan sudah terjadi kick. Kecepatan aliran lumpur dibaca oleh flow
sensor yang dipasang dengan flowline. Dengan masuknya fluida formasi
kedalam lubang bor maka kecepatan aliran yang mengalir di flowline akan
bertambah.
5. Berat Jenis Lumpur Turun
Bila terjadi kick di annulus, maka berat jenis lumpur akan turun.
Sehingga pada waktu mengukur berat jenis lumpur yang kembali dari dalam
lubang nilainya lebih kecil dari lumpur yang masuk kedalam lubang.
6. Tekanan Sirkulasi Rendah
Kalau hambatan pemompaan makin kecil maka akan menyebabkan
lumpur lebih mudah didorong, sehingga laju pemompaan bertambah.
7. Gas / Oil Cut Mud
Bila terdapat gelembung-gelembung gas atau lapisan minyak pada
permukaan lumpur ditanki, ini menunjukkan telah terjadi kick didalam lubang.
C. Peralatan Deteksi Well Kick
Peralatan standar yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya well kick
adalah sebagai berikut :
1. Pit Level Indikator
Dipakai level measuring transducer pada setiap tanki lumpur sehingga
volume lumpur di tanki selalu dapat dipantau (Gambar 3)
(Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)
GAMBAR 3
PIT LEVEL INDIKATOR
2. Pump Stroke Counter
Adalah alat penghitung jumlah langkah pompa yaitu untuk
menghitung kapasitas pemompaan pada setiap langkah pemompaannya.
3. Flow Indikator
Terdapat pada flow line yaitu untuk mengamati adanya atau besarnya
aliran pada flow line.
4. Trip Tank
Untuk mengamati jumlah lumpur yang keluar atau masuk lubang bor
pada waktu operasi cabut masuk rangkaian bor ( Gambar 4 ).
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )
GAMBAR 4
SUSUNAN TRIP TANK
5. Gas Chromatograph
Gas Chromatograph digunakan untuk menganalisa gas secara
kualitatif.
D. Prosedur Menutup Sumur ( Shut-In Procedure )
Setelah diketahui adanya gejala kick maka kegiatan selanjutnya adalah
menutup sumur agar tidak menyembur keluar fluida yang ada di dalam lubang
sumur. Untuk menutup sumur ada prosedur yang harus diikuti yaitu :
1. Stop pemompaan lalu cek aliran, bila ada masih aliran maka berarti memang
telah terjadi kick.
2. Tutup Annular BOP
3. Buka HCR Valve di Choke Line
4. Catat tekanan di standpipe dan casing , serta penambahan volume di tanki
lumpur (Pit Gain)
E. Mematikan Sumur
1. Prinsip Operasi
Setelah diketahui bahwa terjadi kick sumur harus segera ditutup. Dan
semua persiapan cukup, maka tahap selanjutnya adalah mematikan sumur.
Maksud dari mematikan sumur adalah usaha agar dari dalam lubang bor tidak
ada fluida formasi yang dapat mengakibatkan blow out. Fluida formasi yang
tadinya mengisi lubang bor dibuang keluar dengan sirkulasi lumpur ( Gambar
5 ). Dalam mematikan sumur ada tiga cara atau metode penanganan di
lapangan yang dapat dilakukan adalah :
a. Driller’s Methode
b. Wait and Weight Methode
c. Concurrent Methode
Dalam proses mematikan sumur ini diambil beberapa asumsi:
a. Pressure Drop dianggap terlalu kecil dibandingkan dengan pressure
drop dalam pipa bor, dan perubahan pressure drop di annulus juga
dianggap terlalu kecil dan diabaikan.
b. Lubang bor dianggap dalam keadaan tidak runtuh atau membesar.
2. Driller’s Methode
Cara ini sering disebut dengan two circulation methode yaitu :
a. Sirkulasi pertama mengeluarkan cairan kick dari dalam lubang bor
dengan lumpur lama.
b. Sirkulasi kedua mengganti lumpur lama dengan lumpur baru atau
lumpur berat.
3. Wait and Weight Methode
Cara ini juga sering disebut one circulation methode, intinya adalah
wait atau tunggu selama membuat lumpur bor dan sirkulasikan cairan kick
keluar dari lubang bor dengan lumpur berat. Untuk mengetahui berapa berat
lumpur yang harus ditambahkan dapat diperoleh dari Kill Sheet yaitu
lembaran rencana untuk mematikan sumur ( Lampiran C ).
4. Concurrent Methode
Dalam hal ini pemompaan dimulai dengan memompakan lumpur
lama, sementara sambil memompakan lumpur tersebut, lumpur diperberat.
Cara ini lebih cepat tetapi ada dua kegiatan yang harus dikerjakan pada saat
yang bersamaan, yaitu memompakan lumpur dengan pola tertentu dan
mempeberat lumpur.
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)
GAMBAR 5
SISTEM SIRKULASI KICK
1
1 - Kick1 - Kick 2 - Closed BOP2 - Closed BOP 3 - Opened HCV 3 - Opened HCV 4 - Choke4 - Choke 5 - Gas Buster5 - Gas Buster 6 - Gas Vent ( away from rig )6 - Gas Vent ( away from rig )
23
4
5
6 7 (Bypass Line)
BAB IV
PEMBAHASAN
Semburan liar merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan dalam dunia
pemboran. Kejadian ini diawali dengan masuknya sedikit cairan formasi kedalam
lubang bor yang disebut well kick. Apabila well kick tidak dapat diatasi maka dapat
terjadi semburan liar. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh semburan liar adalah :
1. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pemboran akan
habis terbakar.
2. Sumur yang telah mengalami semburan liar tidak dapat digunakan lagi
sehingga menyebabkan kehilangan biaya yang besar yang telah dikeluarkan
sebelum mengalami semburan liar.
3. Minyak dan gas terbakar dengan percuma sampai semburan liar
tersebut dapat dimatikan dengan kata lain hilangnya fluida reservoir.
4. Dapat menyebabkan kehilangan nyawa pekerja. Melihat begitu
besarnya kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian semburan liar, maka
perlu diperhatikan beberapa hal agar pemboran dapat berjalan dengan lancar dan
terjadinya semburan liar dapat dicegah sedini mungkin.
A. Perencanaan Sumur
Sebelum operasi pemboran dilakukan maka diperlukan perencanaan yang
baik yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemboran. Salah satunya
adalah dalam hal pencegahan terjadinya semburan liar yang diawali dengan
terjadinya kick. Untuk itu maka diperlukan data-data yang lengkap dari daerah
yang akan dilakukan pemboran, sehingga dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya semburan liar. Data-data yang diperlukan tersebut diperoleh dari tahap
eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya, atau dari data-data sumur yang
sudah dibor yang letaknya berdekatan dengan daerah yang akan dilakukan
pemboran.
B. Pada Waktu Operasi Pemboran
Selama operasi pemboran berlangsung, maka harus diperhatikan selalu
perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap penambahan kedalaman.
Perubahan-perubahan yang terjadi dapat diketahui pada peralatan pemboran yang
meliputi tanki lumpur, peralatan deteksi well kick. Jika pada saat operasi
pemboran terjadi perubahan-perubahan yang menunjukkkan akan terjadi kick
maka harus dapat ditangani dengan cepat dan tepat agar tidak sampai menjadi
semburan liar ( Gambar 6 ).
Pada waktu penarikan dan penurunan rangkaian bor harus dilakukan
secara hati-hati untuk menghindari terjadinya efek penyedotan atau penekanan
(swab dan squeeze). Density dari lumpur bor harus selalu dikontrol dan dijaga
agar tekanan hidrostatis tetap seimbang atau sedikit lebih besar (overbalance) dari
tekanan formasi ( Ph ≥ Pf ) sehingga cairan formasi tidak masuk kedalam lubang
bor. Dalam praktek lapangan diberikan faktor keselamatan sebesar sepuluh persen
( 10 % ). Bila kondisi ini dapat terpenuhi maka kemungkinan semburan liar akan
dapat dihindarkan.
C. Pencegahan Terjadinya Kick
Untuk menghindarinya terjadinya kick maka yang diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Mencabut rangkaian jangan terlalu cepat untuk menghindari terjadinya swab
effect.
2. Naikkan berat jenis lumpur sebelum menembus formasi gas dengan
menambahkan barite untuk menjaga agar tekan hidrostatis lebih besar dari
tekan reservoir ( Ph >Pr).
3. Hindari pemakaian lumpur dengan viskositas terlalu tinggi untuk menghindari
terjadinya squeeze effect, swab effect, gesekan aliran lumpur yang tinggi dan
tekanan sirkulasi yang tinggi.
4. Isi annulus pada saat pipa dicabut sebab lubang bor harus dijaga selalu penuh
agar tinggi kolom lumpur tidak turun untuk menjaga tekanan hidrostatis tidak
turun.
5. Hindari pemompaan awal yang tiba-tibat untuk menghindari terjadinya
pemompaan dengan tekanan yang langsung tinggi. Pada awal pemompaan
gunakan slow pump rate.
Penyemenan harus baik terutama untuk formasi gas karena penyemenan
yang tidak baik dapat menyebabkan gas menembus annulus pipa selubung dan
dinding sumur.
D. Penanganan Well Kick
Dalam keadaan normal lubang bor akan selalu penuh dengan lumpur yang
memberikan tekanan hidrostatis kepada formasi.
Tekanan hidrostatis ini berfungsi untuk menahan tekanan formasi agar
cairan formasi tidak masuk kedalam lubang bor. Untuk ini diperlukan syarat agar
Ph > Pf . Dalam praktek lapangan diberikan faktor keselamatan sebesar sepuluh
persen ( 10 % ) yang dirumuskan:
Ph = 1.1 Pf
Keterangan : Ph = Tekanan Hidrostatis
Pf = Tekanan Formasi
Fungsi lain adalah untuk menahan dinding lubang bor agar tidak runtuh.
Karena pemboran menembus formasi maka cairan formasi dapat masuk dan
bercampur dengan lumpur bor. Bila fluida yang masuk jumlahnya sedikit maka
disebut water cut, oil cut, atau gas cut-in mud. Hal ini merupakan gejala bahwa
ada sesuatu yang tidak normal terjadi dalam lubang bor yang kemungkinan dapat
menyebabkan terjadinya well kick. Bila cairan formasi yang tercampur dalam
lumpur cukup banyak maka disebut influx, yang bila tidak ditangani dengan baik
akan dapat menjadi kick dan berakhir menjadi semburan liar.
Pencegahan terhadap semburan liar dapat dikelompokkan pada masalah
lumpur serta cara kerja yang baik. Dalam pemboran diperlukan lumpur yang baik
untuk membersihkan lubang bor, menahan tekanan formasi dan menghindari
terjadinya efek penyedotan atau penekanan (swab dan squeeze).
Drilling Break
Loss Circulation
Penambahan Volume Lumpur di Dalam Tanki
Pertambahan Kecepatan Aliran Lumpur
Berat Jenis Lumpur Turun
Operasi Pemboran
Angkat Kelly Sampai Diatas Rotary Table, Lalu Stop Pompa
Lumpur Dari Sumur Masih Mengalir ?
Tidak
Teruskan Pemboran
Buka Hidrolik Choke Valve, Tutup Annular BOP
Ya
Catat : - Tekanan di standpipe- Tekanan di casing- Penambahan
Lumpur
Buat Kill Sheet
( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )
GAMBAR 6
SKEMA PENGENDALIAN KICK
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Well Kick adalah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor namun masih
bisa terkendali.
2. Blow Out adalah mengalirnya fluida formasi dari dalam lubang bor ke
permukaan tanah secara tidak terkendali sehingga dapat menimbulkan
kerugian baik materi maupun kehilangan jiwa.
3. Tanda-tanda akan terjadinya kick adalah drilling break, pertambahan volume
di tank lumpur, pertambahan kecepatan aliran lumpur dari dalam lubang bor,
berat jenis lumpur turun, dan tekanan sirkulasi rendah.
4. Bila telah ada gejala kick maka segera lakukan pengecekan terhadap aliran
lumpur dan segera tutup sumur.
5. Ada tiga ( 3 ) metode untuk mengeluarkan fluida kick dari lubang sumur yaitu
driller’s methode, wait and weight methode, dan concurrent methode.
Matikan Sumur
6. Agar tidak terjadi kick maka di lapangan diberikan faktor keamanan ( safety
factor ) sebesar sepuluh persen ( 10 % ) terhadap tekanan hidrostatis lumpur,
sehingga tekanan hidrostatis lebih besar dari tekanan formasi.
B. Saran
1. Peralatan dan prosedur untuk mengetahui gejala well kick
sedini mungkin harus ada pada setiap operasi pemboran.
2. Lakukan pengecekan dan test pada semua peralatan
pencegah semburan liar.
3. Well kick merupakan kejadian yang dapat merugikan,
karena itu harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak menjadi semburan
liar.
4. Tenaga pelaksana yang terlibat dalam operasi pemboran
harus mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menanggani well kick.
5. Semua personil yang terlibat dalam operasi rig pemboran
harus mempunyai pengetahuan tentang well control
DAFTAR PUSTAKA
1. ---, 1982, Practical Well Control, Petroleum Extension Service, the University of Texas, Austin
2. ---, 1980, Blowout Prevention , Petroleum Extension Service, Houston, Texas, Third Edition
3. ---, 2002, Guide To Blowout Prevention , Well Control School, Lousiana.
4. A. Mudofir, S.T., 2004, Well Control Equipment, Pusdiklat Migas Cepu,
5. Sudarsono, Ir., 2004, Hole Problem dan Pengendalian Tekanan Formasi, Kursus Teknik Pemboran, Pusdiklat Migas, Cepu.
LAMPIRAN A
KAJI-SEMOGA PLANT
LAMPIRAN C
KILL SHEET
LAMPIRAN B
DRILLING PROGRAM