21
Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Keadaan Umum : Lemah Pasien datang di bawa oleh seorang Ibu dengan keluhan demam 4 hari. Demam yang dirasakan terus menerus dan tidak turun dengan obat penurun panas. Bercak kemerahan di lengan kanan (+),Batuk (-), Pilek (-), Mual (-), Muntah 2x (+), Mencret (-). BAK normal, BAB dua hari (-). Nafsu makan dan minum berkurang. 2. Riwayat Pengobatan: Paracetamol syr 3. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada (-) 4. Riwayat keluarga: Tidak ada (-) 5. Riwayat pekerjaan : - 6. Lain – lain : - 7. Pemeriksaan Fisik I. STATUS PRESENT 1. Keadaan Umum : Lemah 2. Kesadaran : Compos mentis 3. Tekanan Darah: TDP 4. Nadi : Reguler, 100 x/menit 5. Frekuensi Nafas : 24 x/menit 6. Temperatur : 37,8 o C (suhu axila) 7. LK : 50,5 cm 8. TB : 120 cm 9. BB : 17 kg 10. Status Gizi : Baik. II. STATUS PRESENT 11. Keadaan Umum : Lemah 12. Kesadaran : Compos mentis 13. Tekanan Darah : Tidah dilakukan pemeriksaan 14. Nadi : 56 x/menit, reguler, lemah 15. Frekuensi Nafas: 24 x/menit 16. Temperatur : 37,5 o C 17. Berat Badan : 17 kg III. STATUS GENERAL A. Kulit Warna : Sawo matang 2

Untuk Konsul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

untuk konsul

Citation preview

Data utama untuk bahan diskusi:1. Diagnosis/Gambaran Klinis :Keadaan Umum : Lemah Pasien datang di bawa oleh seorang Ibu dengan keluhan demam 4 hari. Demam yang dirasakan terus menerus dan tidak turun dengan obat penurun panas. Bercak kemerahan di lengan kanan (+),Batuk (-), Pilek (-), Mual (-), Muntah 2x (+), Mencret (-). BAK normal, BAB dua hari (-). Nafsu makan dan minum berkurang.2. Riwayat Pengobatan:

Paracetamol syr3. Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada (-)4. Riwayat keluarga:

Tidak ada (-)5. Riwayat pekerjaan : -

6. Lain lain : -

7. Pemeriksaan Fisik

I. STATUS PRESENT1. Keadaan Umum: Lemah

2. Kesadaran: Compos mentis

3. Tekanan Darah: TDP4. Nadi: Reguler, 100 x/menit5. Frekuensi Nafas: 24 x/menit

6. Temperatur: 37,8o C (suhu axila)7. LK

: 50,5 cm8. TB

: 120 cm9. BB

: 17 kg10. Status Gizi: Baik.II. STATUS PRESENT

11. Keadaan Umum: Lemah

12. Kesadaran: Compos mentis

13. Tekanan Darah: Tidah dilakukan pemeriksaan14. Nadi: 56 x/menit, reguler, lemah

15. Frekuensi Nafas: 24 x/menit

16. Temperatur: 37,5o C

17. Berat Badan : 17 kg

III. STATUS GENERAL

A. Kulit

Warna

: Sawo matang

Turgor

: Kembali cepat

Ikterus

: (-)

Bercak kemerahan: (+) pada lengan kanan

Sianosis

: (-)

Oedema

: (-)B. Kepala

Rambut

: Berwarna hitam, sukar dicabut

Mata: Cekung (+), refleks cahaya (+/+), konjungtiva hiperemis (+/+), sklera ikterik (-/-).

Telinga

: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung

: Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)

C. Mulut

Bibir

: Pucat (-), Sianosis (-)

Gigi geligi

: Karies (-)

Lidah

: Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa

: Basah (+)

Tenggorokan

: Tonsil dalam batas normal

Faring

: Hiperemis (-)

D. Leher

Leher

: simetris,bercak kemerahan (-)

Kel. Getah Bening: simetris, Pembesaran KGB (-)

Peningkatan TVJ : R-2 cmH2OE. Axilla

: Pembesaran KGB (-)F. Thorax

1. Thoraks depanInspeksi

Bentuk dan Gerak: Normochest, pergerakan simetris, bercak kemerahan (-)

Retraksi

: (-)

Palpasi

Stem premitusParu kananParu kiri

Lap. Paru atasNormalNormal

Lap. Paru tengahNormalNormal

Lap.Paru bawahNormalNormal

Perkusi

Paru kananParu kiri

Lap. Paru atasSonorSonor

Lap. Paru tengahSonorSonor

Lap.Paru bawahSonorSonor

Auskultasi

Suara pokokParu kananParu kiri

Lap. Paru atasVesikulerVesikuler

Lap.Paru tengahVesikulerVesikuler

Lap.Paru bawahVesikulerVesikuler

Suara tambahanParu kananParu kiri

Lap. Paru atasRh(-) , Wh(-)Rh(-) , Wh(-)

Lap. Paru tengahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak: Normochest, pergerakan simetris, bercak kemerahan (-)

Retraksi

: interkostal (-)PalpasiStem premitusParu kananParu kiri

Lap. Paru atasNormalNormal

Lap. Paru tengahNormalNormal

Lap.Paru bawahNormalNormal

Perkusi

Paru kananParu kiri

Lap. Paru atasSonorSonor

Lap. ParutengahSonorSonor

Lap.Paru bawahSonorSonor

Auskultasi

Suara pokokParu kananParu kiri

Lap. Paru atasVesikulerVesikuler

Lap.Paru tengahVesikulerVesikuler

Lap.Paru bawahVesikuler Vesikuler

Suara tambahanParu kananParu kiri

Lap. Paru atasRh(-) , Wh(-)Rh(-),Wh(-)

Lap. Paru tengahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawahRh(-) , Wh(-)Rh(-), Wh(-)

G. Jantung

Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat Palpasi: Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra

Perkusi:Batas atas: ICS III sinistraBatas kanan: Linea parasternalis kanan

Batas Kiri: ICS V 2 cm lateral lnea midclavicula sinistra

Auskultasi

: HR : 56 x/menit, reguler, bising (-). BJ I : terdengar tunggal. BJ II : terdengar tunggalH. Abdomen

Inspeksi

: Simetris, distensi (-), bercak kemerahan (-) Palpasi

: Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),

Lien tidak teraba, hepar teraba 2 cm dibawah arcus costae Perkusi

: Tympani (+), Shifting Dullness (-)

Auskultasi

: peristaltik usus (normal)

I. Genetalia

: Fimosis (-)J. Anus

: Hemoroid (-)K. Ekstremitas

EkstremitasSuperiorInferior

KananKiriKananKiri

Sianotik----

Edema----

Ikterik----

GerakanAktifAktifAktifAktif

Tonus ototNormotonusNormotonusNormotonusNormotonus

SensibilitasNNNN

Atrofi otot----

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium (17 Desember 2014)

Jenis pemeriksaanHasil PemeriksaanNilai Rujukan

Haemoglobin14,5 gr/dl12,0 18,0 gr/dl

Leukosit7,1 103 /ul4,0 11,0 103/ul

Trombosit59 L 103 / ul150 450 103/ul

Hematokrit47,0 %33,0 54,0 %

Eritrosit6,40 106 / ul3,50 6,50 106 / ul

Malaria/DDR(-)

NS1(-)

Widal Tes :

S. Thypi 0

S. Para Thypi A

S. Para Thypi B

S. Para Thypi C

S. Thypi H

S. Para Thypi A

S. Para Thypi B

S. Para Thypi CNegatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

1/320

Negatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

V. DIAGNOSA SEMENTARA

Hiperpireksia et causa dd 1. DBD 2. DemamThypoid

3. Malaria

VI. DIAGNOSA KERJA DBD Derajat IIVII. PLANNING

1. Penatalaksanaan sesuai gejala2. Konsul ke dokter spesialis AnakVIII. PENATALAKSANAAN

UMUM

- Bed rest

- Makan makanan lunak yang tidak merangsang lambung serta banyak minum KHUSUS

Intruksi dokter spesialis anak IVFD RL 30 gtt / i ( makro )

Inj. Ceftriaxone 600 gr/12 Jam Inj. Ranitidin 1/2 ampul / 12 jam

Paracetamol Syrup 4-6 x 1 cth

Domperidone Syrup 3x1 cthIX. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: dubia ad bonam Quo ad sanactionam

: dubia ad bonam Quo ad functionam

: dubia ad bonamDaftar Pustaka:

1. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.. Edisi 3. Jakarta. 2004.2. Suhendro dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Juni 2006. Hal. 1731-5.

3. Sungkar S. Demam Berdarah Dengue. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta, Agustus 2002.

4. Asih Y. S.Kp. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian. World Health Organization. Edisi 2. Jakarta. 1998.Hasil pembelajaran:

1. Pengertian tentang penyakit DBD

2. Penyebab dari penyakit DBD

3. Mendiagnosis Penyakit DBD

4. Penatalaksanaan dari penyakit DBD

Rangkuman1. Subjektif:Pasien datang di bawa oleh seorang Ibu dengan keluhan demam 4 hari. Demam yang dirasakan terus menerus dan tidak turun dengan obat penurun panas. Bercak kemerahan di lengan kanan (+),Batuk (-), Pilek (-), Mual (-), Muntah 2x (+), Mencret (-). BAK normal, BAB dua hari (-). Nafsu makan dan minum berkurang.2. Objektif:

Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis DBD. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan: Gejala klinis (demam terus-menerus selama 4 hari). Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum lemah, suhu tubuh 37,8 o C, terdapat petekie pada extremitas atas pasien. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium darah rutin terdapat trombositopenia.

3. Asesment (penalaran klinis):DefinisiDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.Epidemiologi

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi.Patogenesis

Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.[2]Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.KlasifikasiDerajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:

Derajat IDemam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.

Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

DerajatIII:Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

Derajat IV:Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.Manifestasi KlinikDemam Dengue (DD)Manifestasi KlinisDemam Berdarah Dengue (DBD)

++Nyeri Kepala +

+++Muntah++

+Mual+

+Nyeri Otot+

++Diare+

+Batuk+

+Pilek+

+Kejang+

0Kesadaran Menurun++

0Obstipasi+

+Uji Tourniquet Positif++

++++Petekie +++

0Perdarahan saluran cerna +

++Hepatomegali +++

+Nyeri perut +++

++Trombositopenia ++++

0Syok +++

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi: Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik

Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)

Hematemesis atau melena

Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.

Pemeriksaan PenunjangTrombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit