99
LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PADI SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TIM PENGUSUL Tahun Ke 2 dari rencana 2 tahun Ketua : Muhammad Thamrin, SP, M.Si NIDN : 0105027701 Anggota : Ir. Desi Ardilla, M.Si NIDN : 0120096702 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

LAPORAN AKHIR

HIBAH BERSAING

DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI

PADI SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

TIM PENGUSUL

Tahun Ke – 2 dari rencana 2 tahun

Ketua : Muhammad Thamrin, SP, M.Si

NIDN : 0105027701

Anggota : Ir. Desi Ardilla, M.Si

NIDN : 0120096702

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

OKTOBER 2016

Page 2: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …
Page 3: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

i

RINGKASAN

Penelitian lanjutan pada tahun kedua ini bertujuan; untuk menganalisis

efisiensi alokatif penggunaan faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, pestisida,

tenaga kerja) yang berpengaruh terhadap produksi padi sawah tadah hujan dengan

pendekatan pengelolaan tanaman terpadu di Desa Nogorejo Kecamatan Galang

Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata pada produksi padi

sawah tadah hujan digunakan fungsi produksi Cobb-Douglass. Capaian dari

penelitian ini diharapkan petani sebagai kelompok sasaran dapat berperan aktif

dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya sendiri dan

sekaligus dapat merencanakan dan mengambil tindakan untuk memecahkan

masalahnya serta mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi padi sawah

tadah hujan.

Kata Kunci : Padi Sawah Tadah Hujan, Efisiensi Faktor Produksi, Produktivitas

Page 4: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

ii

PRAKATA

Terlebih dahulu penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat

Allah SWT karena dengan ridhaNya maka penulisan laporan kemajuan penelitian

ini dapat diselesaikan, mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir.

Salah satu tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah penulis merasa perlu

menyampaikan informasi kepada masyarakat terutama kepada para petani terkait

dengan kegiatan budidaya padi sawah tadah hujan melalui pendekatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) spesifik lokasi.

Selesainya penulisan laporan kemajuan penelitian ini tidak terlepas dari

bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada Dikti, UMSU yang telah memfasilitasi dan memberikan kepercayaan

kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, rekan-rekan penulis di Fakultas

Pertanian UMSU, Lembaga PPM UMSU yang banyak membantu saya baik saran,

kritik maupun tenaga.

Akhir kata, penulis masih merasa bahwa laporan ini masih kurang

sempurna. Karena itu, penulis berharap masukan yang membangun sehingga akan

menjadi perbaikan untuk penelitian berikutnya, semoga bermanfaat. Terima kasih.

Medan, Oktober 2016

Penulis (Tim Peneliti)

Page 5: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................... i

PRAKATA ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................... 23

BAB 4. METODE PENELITIAN ............................................................. 24

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 27

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 43

Page 6: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas

Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja)

Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016

27

2 Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di

Desa Nogorejo 1 MT Tahun 2016

31

3 Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo

Tahun 2016

32

4 Deskripsi Inpari 30 34

Page 7: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kurva Isoquant 11

2 Road Map Penelitian 22

Page 8: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Penelitian 43

2 Regession 53

3 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 56

4 Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya 57

5 Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian 63

6 Kuitansi Penggunaan Dana Penelitian 67

7 Profil Penelitian 73

8 Artikel Ilmiah 78

9 Poster Penelitian 91

Page 9: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang dimana sektor pertanian

menyumbang peranan penting dalam perekonomian. Hal ini didukung dengan

wilayah yang sangat luas sehingga sangat cocok untuk budidaya berbagai macam

komoditas pertanian, seperti pertanian padi, palawija, beternak, perkebunan teh,

menanam kelapa sawit, membuka agrobisnis, dan lain-lain. Oleh karena itu sektor

pertanian dapat dikembangkan menjadi sektor yang strategis. Hal ini disebabkan

selain sektor pertanian merupakan penyedia kebutuhan pangan, sektor ini juga

memasok kebutuhan faktor produksi bagi sektor industri dan sektor-sektor lain.

Selain itu sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan hidupnya pada

sektor pertanian ( Soekartawi, 1996).

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan menyeluruh yang

meliputi usaha penyelarasan keseluruhan sistem ekonomi yang terdapat dalam

suatu masyarakat sehingga membawa kemajuan dalam arti meningkatkan taraf

hidup masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan pertanian perlu terus

dikembangkan dan diarahkan menuju tercapainya pertanian yang tangguh.

Kenyataan untuk mewujudkan pembangunan yang tangguh telah menggiring tiga

sasaran utama yang akan dicapai oleh sektor pertanian yaitu, peningkatan taraf

hidup petani, penciptaan kemandirian dalam pangan serta terciptanya peningkatan

penerimaan negara dari ekspor hasil-hasil pertanian. Tujuan pembangunan

pertanian di Indonesia layak ditempatkan sebagai prioritas utama agar tercapainya

swasembada pangan (Sudrajat, 1996)

Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan sawah yang sangat

besar, tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sawah adalah lahan

usahatani yang secara fisik, permukaannya rata, dibatasi oleh pematang, dan dapat

ditanami padi, palawija, serta tanaman pangan lainnya. Secara umum berdasarkan

pengairannya, sawah di Indonesia di bagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan

sawah tadah hujan. Sawah irigasi adalah sawah yang sumber air utamanya berasal

dari air irigasi, baik berasal dari sungai, waduk, maupun danau. Sedangkan sawah

Page 10: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

2

tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya berasal dari curah hujan

(Yuliyanto,2011)

Usahatani padi sawah tadah hujan memiliki prospek yang sangat baik,

terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturut turut 4-8 bulan.

Indonesia mempunyai lahan sawah tadah hujan yang sangat luas, dan tersebar di

berbagai wilayah Indonesia. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata

baru mencapai 3,5-4,5 Ton/Ha. Sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah

mencapai 6,5-7,5 Ton/Ha (Rimbun,2012).

Peningkatan produktivitas lahan diantaranya dapat dilakukan melalui

penerapan teknologi spesifik lokasi berdasarkan potensi sumber daya domestik

dengan memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan produktivitas di lahan

sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas per satuan

luas dan peningkatan intensitas pertanaman. Rendahnya produktivitas dan

intensitas pertanaman di lahan sawah tadah hujan disebabkan karena sumber air

hanya bergantung pada curah hujan.

Dengan demikian, pada lahan sawah tadah hujan yang memiliki curah

hujan yang pendek maka pertanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam

setahun, selanjutnya lahan dibiarkan bera. Curah hujan merupakan faktor

pembatas yang menentukan keberhasilan budidaya padi sawah tadah hujan. Pada

padi gogo rancah seringkali setelah hujan turun 2 sampai 3 kali dan tanah sudah

diolah dan cukup lembab untuk ditanami, petani biasanya segera menanam benih

padi. Namun setelah benih berkecambah hujan lama tidak turun, sehingga benih

banyak yang mati karena kekeringan (Widyantoro et al, 2010).

Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara

basahan, yaitu menunggu sampai musim hujan tiba, dan dalam proses penanaman

padi ini memakai benih persemaian, tetapi seringkali benih sudah terlalu tua baru

dapat ditanam, karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah

tadah hujan ini untuk penanaman dan selama hidupnya membutuhkan air hujan

yang cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan

kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air

hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi kegagalan panen atau produktivitasnya

rendah, dikarenakan air hujan yang tidak mencukupi (Vegara, et al, 1990).

Page 11: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

3

Ketidakpastian intensitas dan distribusi hujan yang sering terjadi, perlu

diantisipasi melalui pengembangan teknologi budidaya padi dilahan sawah tadah

hujan melalui pola tanam padi sistem gogo rancah yang ditanam saat awal musim

hujan, dan dapat dipanen lebih awal, sehingga memungkinkan musim berikutnya

untuk ditanami padi kedua sebagai walik jerami dengan varietas berumur pendek

dan terhindar dari kekeringan sebelum waktunya panen. Penyakit bercak daun

coklat Helminthosporium oryzae dan bercak daun bergaris Cercospora oryzae,

merupakan penyakit utama padi sawah tadah hujan. Cara pengendalian penyakit

yang paling efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan.

Sedangkan bila menggunakan pestisida harus dilakukan secara hati-hati, karena

kemampuan petani yang rendah, mahal, dan dapat mencemari lingkungan

(Widyantoro, et,al 2010).

Tanaman padi sawah tadah hujan dengan pengairan tergantung air hujan

sangat respon terhadap pemupukan kalium, dengan pengembalian jerami atau

pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat mengurangi pencucian unsur

kalium dalam tanah Kemudian ditambah lagi unsure N,P, dan K terbukti hasil

padi meningkat secara nyata (Widyantoro and Husin M Toha, 2010).

Salah satu komoditas pertanian yang diharapkan dapat bergerak positif

dalam hal peningkatan produksi dan pendapatannya adalah padi. Kerberlanjutan

produksi padi sangat penting untuk dijaga mengingat perannya sebagai bahan

pangan pokok, juga merupakan komoditas strategis dalam menjaga ketahanan

pangan. Peningkatan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan

usahatani yang baik dengan dukungan teknologi serta jaminan ketersediaan sarana

produksi pertanian seperti benih/benih unggul, pupuk dan obat-obatan. Upaya

untuk meningkatkan produksi pertanian (padi) telah banyak dilakukan baik oleh

pemerintah melalui lembaga-lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat,

dan perguruan tinggi. Akan tetapi didalam pelaksanaannya diperoleh fakta bahwa

masih terjadi perbedaan yang tinggi antara potensial produksi padi berbeda

dengan hasil yang diperoleh petani.

Perbedaan hasil umumnya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan

faktor teknis. Faktor sosial ekonomi yaitu kondisi keterbatasan petani untuk

menggunakan inovasi teknologi budidaya, seperti pengetahuan, akses terhadap

Page 12: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

4

sumber modal, pemasaran, prasarana transportasi, irigasi. Sedangkan faktor teknis

ketersediaan air irigasi, kondisi kesuburan lahan, hama dan penyakit tanaman.

Faktor-faktor ini akan menjadi pertimbangan bagi petani dalam mengalokasikan

input seperti benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan

Potensi lahan sawah di WKPP Paya itik, Kecamatan Galang Kabupaten

Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara seluas 220 Ha, dimana diantaranya sekitar

80 Ha adalah sawah tadah hujan dan terletak di Desa Nogorejo. Permasalahan

yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu

menyebabkan keterlambatan tanam pada Musim Tanam pertama (MT) 1 dan MT

2 karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi sehingga indeks

pertanaman dilahan sawah tadah hujan hanya dua kali penanaman (IP 2). Maka

untuk meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah tadah hujan dilakukan

dengan pemanfaatan lahan bera.

.

Page 13: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Diseminasi adalah menyebarkan atau to scatter or spread widely. Secara

lengkap pengertian diseminasi yang banyak dirujuk adalah batasan yang dibuat

oleh Rogers (1983), yaitu bahwa diseminasi adalah suatu proses interaktif dalam

penyampaian inovasi, yang pada akhirnya dapat mengubah pola pikir dan

tindakan orang yang terlibat. Diseminasi bukan kegiatan satu arah tetapi

merupakan suatu aksi-reaksi yang tidak saja mempengaruhi pola pikir kelompok

sasaran namun bisa juga orang yang membawa inovasi itu sendiri.

Dalam proses diseminasi umumnya ada beberapa unsur penting yang

menentukan keberhasilannya, diantaranya inovasi yang dibawa, media yang

digunakan, waktu atau proses diseminasi serta pihak yang terlibat dalam proses

diseminasi tersebut. Istilah difusi dan adopsi dalam proses diseminasi mempunyai

pengertian yang berbeda, Rogers (1995) membedakannya berdasarkan sasaran.

Difusi lebih ditujukan untuk mengambarkan diseminasi pada kelompok,

sementara adopsi ditujukan pada individu. Lambannya adopsi dan rendahnya

sustainabilitas penerapan inovasi pertanian oleh pengguna terutama petani, perlu

disikapi dengan mengubah paradigma diseminasi dan operasionalisasi prosesnya

ke arah yang lebih efektif dan efisien. Suatu persepsi yang menekankan

pentingnya inovasi sampai ke pengguna hendaknya dikoreksi dengan indikator

time frame yang jelas.

Berapa lama inovasi pertanian tersebut sampai ke pengguna menjadi

pertanyaan yang segera bisa dijawab. Persepsi lain yang menganggap bahwa yang

utama inovasi tersebut sudah sampai ke petani seyogyanya perlu diluruskan

dengan komitmen bahwa inovasi harus sampai ke lahan petani untuk lebih

memberikan ruang akselerasi transfer inovasi pertanian perlu dibangun paradigma

baru diseminasi inovasi melalui metode, pendekatan, strategi dan program

diseminasi yang lebih efektif dan efisien.

“Diseminasi yang inovatif dan kreatif” barangkali dapat diangkat sebagai

upaya untuk mewujudkan paradigma baru tersebut. Intervensi teknologi informasi

(information technology) ke dalam proses diseminasi menjadi bagian operasional

yang harus dikembangkan. Adanya anggapan bahwa diseminasi baru dilakukan

Page 14: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

6

setelah dihasilkan rakitan inovasi teknologi dari selesainya proses

pengkajian/penelitian, pada prinsipnya perlu diubah. Proses diseminasi sudah

harus berlangsung pada saat proses pengkajian/penelitian dimulai secara

proporsional, dimana target sasaran penerima juga telah ditentukan (Rolling,

1988).

Berdasarkan hasil analisis tentang kegiatan pengkajian dan diseminasi

ternyata belum berada dalam satu garis yang saling mendukung satu sama lain,

dan sangat sulit untuk dinilai tingkat keberhasilannya. Selain itu, sejalan dengan

batasan tentang diseminasi itu sendiri, maka kegiatan diseminasi minimal harus

mencirikan dua hal, yaitu bersifat interaktif, dan yang kedua, mampu mengubah

pola pikir pihak yang memberi dan menerima.

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah adalah suatu pendekatan

inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan

menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan

dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar

memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas

tanaman. Penerapan PTT diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan

peluang (PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan dengan

tujuan: (1) Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan

peluang usahatani; (2) Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan

produksi; dan (3) Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan

petani di wilayah setempat.

Pengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi

(Deptan, 2008). Melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi

yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi),

dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Salah satu

strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi

sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi.

Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui

penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta

Page 15: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

7

menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan

pendapatan petani akan meningkat.

PTT juga diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif,

petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi,

memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan

ekeonomi setempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola

dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi

terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling

mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan

perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat

(Badan Litbang, 2009).

Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah

menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan

produktivitas, diantaranya varietas unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh

petani. Sejalan dengan perkembangan IPTEK, Badan Litbang juga telah

megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang

ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan efisien dalam pemanfaatan input

produksi.

Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan

pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk

implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi

pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah

irigasi, revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan

sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan

rawa lebak. PTT padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil

padi dan efisiensi masukan (input) produksi dengan mempehatikan penggunaan

sumber daya alam yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai

komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya

setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan

(partisipatif). Melalui PTT diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi,

pendapatan petani padi dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat

menjadi usahatani berkelanjutan.

Page 16: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

8

Adapun teknologi produksi yang dianjurkan pada Model PTT padi sawah

adalah: (1) Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan,

lingkungan dan keinginan petani setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian dan

daya kecambah tinggi); (3) Benih muda (umur <21 hari setelah semai); (4) Jumlah

benih 1-3 batang per lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 4:1;

(5) Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD); (6) Pemupukan P dan

K berdasarkan status hara tanah, yang ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah

Sawah (PUTS) atau petak omisi, serta pemecahan masalah kesuburan tanah

apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan organik (kompos jerami 5 t/ha, atau pupuk

kandang 2t/ha); (8) Pengairan berselang (intermittent irrigation); (9) Pengendalian

gulma secara terpadu; (10) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

(PHT); dan (11) Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok

(Abdullah dkk, 2008).

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input

diubah menjadi barang dan jasa-jasa lain yang disebut output. Banyak jenis

aktifitas yang terjadi didalam proses produksi, yang meliputi perubahanperubahan

bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Masing-masing

perubahan ini menyangkut penggunaan input untuk menghasikan output yang

diinginkan. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa

(Ari Sudarman, 1999).

Berdasarkan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian dapat

diartikan usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk

kebutuhan manusia. Pada proses produksi untuk menambah guna atau manfaat

maka dilakukan proses mulai dari penanaman benih dan dipelihara untuk

memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian. Proses produksi

pertanian menumbuhkan macam-macam faktor produksi seperti modal, tenaga

kerja, tanah, dan manajemen pertanian yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga

faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi

(output).

Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifatnya

tanah yang tidak dapat dirasakan dengan hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi

untuk memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia yaitu

Page 17: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

9

tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal merupakan sumber-sumber

ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti

uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non manusiawi.

Teori produksi mengandung pengertian mengenai bagaimana seharusnya seorang

petani dengan tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai

macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu.

Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor

produksi (input) dan hasil produksinya (output) (Sudarsono, 1998). Fungsi

produksi menggambarkan tingkat teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan,

suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi

berubah, berubah pula fungsi produksinya.

Secara singkat fungsi produksi sering didefinisikan sebagai suatu skedul

atau persamaan matematika yang menggunakan jumlah output maksimum yang

dapat dihasilkan dari suatu sektor produksi tertentu dan pada tingkat teknologi

tertentu pula (Ari Sudarman, 1999) Penyajian fungsi produksi dapat dilakukan

melalui berbagai cara antara lain dalam bentuk tabel, grafik atau dalam persamaan

matematis. Secara matematis hubungan antara hasil produksi (output) dengan

faktor-faktor produksi yang digunakan (input) ditunjukkan sebagai berikut: Q = F

(Xı, X2, X3, ….. Xn)

Keterangan:

Q = output

Xı, X2, X3, …… Xn = Input

Fungsi produksi menunjukkan sifat perkaitan diantara faktor-faktor

produksi dan tingkat produksi yang dapat diciptakan faktor-faktor produksi

dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produk selalu juga disebut output.

Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus yaitu seperti di bawah ini

(Sadono Sukirno, 1994) Q = F (K, L)

Keterangan:

Q = output

K = input kapital

L = input tenaga kerja

Fungsi produksi menunjukan bahwa jumlah hasil produksi sangat

tergantung pada faktor - faktor produksi. Dalam melakukan produksi, seorang

Page 18: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

10

petani akan selalu berusaha untuk mengalokasikan input yang dimilikinya

seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal ( profit

maximization ). Tetapi jika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam

melakukan usahanya, maka petani akan mencoba untuk memperoleh keuntungan

dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan yang dilakukan petani adalah

mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan penekanan

biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini

mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal dengan pengalokasian input seefisien mungkin (Soekartawi, 2003).

Berdasarkan faktor produksi yang digunakan, fungsi produksi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu fungsi produksi jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi tetap

dan berlaku hukum tambah hasil yang semakin berkurang (law diminishing

return), bila faktor produksi variabel ditambah secara terus menerus, sedang

jumlah faktor tetap tertentu jumlahnya maka titik tertentu marginal produk (MP)

dari faktor produksi variabel tersebut akan semakin kecil. Dalam produksi jangka

panjang seluruh faktor produksi bersifat variabel. Output dapat dinaikkan dengan

mengubah faktor produksi atau input dalam tingkat kombinasi seoptimal

mungkin. Perubahan input ini dapat memiliki proporsi yang sama atau berbeda.

Teori ekonomi tradisional menekankan pada perubahan proporsi yang

sama, sehingga dalam jangka panjang berlaku hokum law of return to scale.

Berbagai kombinasi input yang menghasilkan tingkat output yang sama

digambarkan dalam kurva Isoquant. Isoquant merupakan suatu garis yang

menghubungkan titik-titik kombinasi optimum dari sejumlah input (X1) dan input

lainnya (X2) sehingga mampu menghasilkan tingkat output tertentu. Dalam fungsi

produksi jangka panjang semua faktor produksi dianggap variabel, dalam hal ini

menggunakan dua macam input, yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K). Maksud

perhitungan isoquant adalah untuk mencari berapa besarnya kombinasi L dan K

yang optimum untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Karena itu dikenal

istilah MRTS LK (Marginal Rate of Technical Substitution), yang merupakan

jumlah kapital (K) yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan tenaga kerja

(L) agar tetap berada pada isoquant yang sama. MRTS LK merupakan slope dari

Page 19: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

11

isoquant, dimana semkain ke bawah nilainya semakin kecil. Ciri-ciri umum kurva

isoquant antara lain tidak saling berpotongan, turun miring ke kanan dan cembung

terhadap titik asal (pusat). Isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai

kombinasi antara L dan K, yang dapat dibeli oleh perusahaan pada tingkat harga

tertentu. Lereng isocost merupakan perbandingan antara harga L dan harga K.

Titik dimana slope isoquant sama dengan slope isocost merupakan keadaan

dimana produsen ingin memaksimalkan output pada biaya tertentu yang

dikeluarkan.

Kombinasi dari L dan K dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Isoquant

Sumbu tegak dan sumbu datar pada gambar di atas menunjukan kombinasi

input yang digunakan dalam proses produksi. Isoquant menunjukan kombinasi

alternatif dari input-input yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat

output tertentu. Kemiringan sebuah isoquant menunjukan bagaimana input yang

satu dapat ditukarkan dengan input yang lain sementara output tetap.

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel

dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang

Page 20: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

12

menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara

regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan

demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam menyelesaikan

fungsi Cobb- Douglas. Secara matematik, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat

dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2003)

Bila fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka :

Y = f (X1, X2 ….., Xi, ….., Xn)

Keterangan:

Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

a,b = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural, e = 2,718

Memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut maka persamaan

terlebih dulu diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut.

Keterangan:

Y* = log Y

X* = log X

V* = log V

a* = log a

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap

walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti

karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah

Page 21: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

13

bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas.

Persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut (Soekartawi, 2003).

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol

adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi

pada setiap pengamatan (non-neutral difference intherespectif technologies).

Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam

suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari

satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak

pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup

pada faktor kesalahan.

Fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian

ekonomi praktis, dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui

beberapa aspek produksi, seperti produksi marginal (marginal product), produksi

rata-rata (average product), tingkat kemampuan batas untuk mensubstitusi

(marginal rate of substitution), intensitas penggunaan faktor produksi (factor

intensity), efisiensi produksi (efisiensi of production) secara mudah dengan jalan

manipulasi secara matematis (Ari Sudarman, 1997) Ada tiga alasan pokok

mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu :

a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relative lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi yang lain.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to

scale

Suatu skala yang menunjukan tanggapan output terhadap perubahan semua

input dalam proporsi yang sama. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa

perubahanpenggunaan input dalam jumlah yang sama akan menyebabkan

perubahan hasil produksi dan berada pada salah satu dari tiga skala produksinya.

Page 22: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

14

Skala produksi dapat diketahui dengan cara menjumlahkan koefisien elastisitas

masing-masing faktor produksi. Sehingga terdapat tiga kemungkinan yaitu :

1. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 < 1 maka terjadi decreasing return to scale, hal

ini berarti penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan

menyebabkan penurunan tambahan hasil.

2. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 > 1 maka terjadi increasing return to scale, hal ini

berarti penambahan faktor produksi akan meningkatkan tambahan hasil

produksi.

3. Jika βı + β2 + β3 + b4 + b5 = 1 maka terjadi constant return to scale, hal ini

berarti penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan hasil

produksi. (Soekartawi, 2003).

Meningkatnya input dengan kelipatan yang sama tidak berarti bahwa

output pasti mengalami kenaikan dengan jumlah yang sama, bertambahnya output

tidak selalu diikuti dengan efisiensi. Pada increasing return to scale,

meningkatnya input diikuti oleh peningkatan efisiensi. Hal ini karena

kemungkinan adanya peningkatan output menyebabkan timbulnya economic of

scale, misalnya pembagian kerja. Economic of scale adalah kekuatan yang

menyebabkan penurunan biaya rata-rata perusahaan bersamaan dengan

meningkatnya skala oprasi dalam jangka panjang. Pada saat increasing return to

scale akan diperoleh economic of scale yang positif. Pada saat constant return to

scale, akan diperoleh economic of scale sama dengan nol. Pada saat decreasing

return to scale peningkatan output diikuti oleh berkurangnya efisiensi. Hal ini

terjadi karena dengan bertambahnya input justru akan menyebabkan

ketidakefisienan masalah manajerial dan kontrol atau yang disebut dengan istilah

diseconomic of scale. Diseconomoc of scale adalah kekuatan yang menyebabkan

biaya rata- rata meningkat bersamaan dengan meningkatnya skala oprasi dalam

jangka panjang ( McEachern, 2001).

Pada fungsi produksi Cobb-Douglas terdapat hubungan langsung antara

elastisitas produksi, produksi marginal, dan produksi rata- rata sehingga dengan

mengetahui elastisitas produksi suatu input pada fungsi Cobb-Douglas maka

sekaligus dapat diketahui produksi marginal, dan produksi rata-rata. Elastisitas

Page 23: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

15

produksi menunjukan perbandingan presentase perubahan output dengan

perubahan input yang digunakan. Rumus yang digunakan adalah :

EP = ΔΥ/ΔX. X/Υ

ΔΥ = perubahan output

ΔX = perubahan input

Υ = output

X = input

Karena ΔΥ/ΔX adalah produksi marginal, maka besarnya elastisitas

tergantung pada besar kecilnya marginal produk dari suatu input ( Soekartawi,

2003). Jika elastisitas produksi suatu input dan produksi rata- rata diketahui, maka

dapat diturunkan produk marginal dari input tersebut sebagai berikut :

MPXi = EPXi. APXi

MPXi = marginal produk input Xi

EPXi = elastisitas produksi input Xi

AP Xi = produksi rata-rata Xi

Pada fungsi Cobb- Douglass, besarnya elastisitas produksi dapat diketahui

dari koefisien regresi masing-masing.

Elastisitas produksi dapat dibedakan menjadi :

1. Inelastis yaitu elastisitasnya lebih kecil dari satu, pada kondisi ini proporsi

perubahan input akan mengakibatkan perubahan output dengan tingkat

perubahan yang lebih kecil dari perubahan output.

2. Unitary elastis yaitu elastisitasnya sama dengan nol, pada kondisi ini proporsi

perubahan input tertentu akan mengakibatkan proporsi input dengan tingkat

yang sama dari perubahan input.

3. Elastisitas yaitu elastisitas lebih besar dari satu, pada kondisi ini perubahan

input tersebut akan mengakibatkan perubahan output dengan tingkat

perubahan yang lebih besar dari perubahan input tersebut.

Produksi marginal adalah tambahan produksi yang diakibatkan

olehtambahan satu unit faktor produksi atau satu unit input variabel, sedangkan

variabel lainnya tetap. Jika ΔTPP adalah pertambahan produksi total, dan ΔL

adalah pertambahan tenaga kerja, maka produksi marginal (MPP) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan MPPL = Δ TPP/ ΔL.

Page 24: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

16

Besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata–rata

dihasilkan oleh setiap unit faktor produksi, sehingga produksi rata-rata adalah

perbandingan hasil produksi dengan faktor produksi untuk setiap output dan

faktor produksi yang bersangkutan. Jadi kurva rata-rata adalah kurva yang

menunjukan output rata-rata perunit input pada berbagai tingkatan penggunanan

input tersebut. Jika produksi total adalah TPP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka

produksi rata-rata (APP ) dapat dihitung dengan persamaan :

ΔPL = TP/ L ( Sadono Sikirno, 2000).

Faktor-Faktor Produksi Usahatani Padi

1. Luas Lahan, luas lahan yang ditanami padi berpengaruh terhadap keuntungan

usahatani. Semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh. Tetapi pada kenyataannya luas lahan akan mempengaruhi skala

usaha dan pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha

pertanian padi. Karena semakin luas, lahan yang dimiliki petani semakin tinggi

tingkat resiko yang harus ditanggung oleh petani. Karena disini bertemunya

input untuk diproses menjadi output sehingga petani harus bisa mengatur

sedemikian rupa supaya tidak terjadi kelebihan input.

2. Benih, benih adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus

untuk disemaikan menjadi persemaian. Kualitas benih itu sendiri akan

ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih. Syarat

pembenihan yang baik adalah sebagai berikut :

1) Tidak mengandung gabah gabuk, potongan jerami, kerikil, tanah, dan

hama.

2) Warna gabah cerah kekuningan dan tidak kusam.

3) Bentuk gabah tidak berubah sesuai dengan aslinya.

4) Daya perkecambahan 80%.

5) Direndam kedalam air selama dua hari dua malam kemudian setelah itu

dieram atau ditiriskan.

6) Pada waktu benih berumur 1 minggu diberi pupuk berupa urea atau

furadan atau phonska.

Page 25: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

17

7) Pengairan secukupnya dalam arti tidak terlalu banyak dan tidak terlalu

sedikit.

8) Berdasarkan mutu benih padi, benih dibedakan menjadi :

a. Benih bersertifikasi, yaitu sistem pembenihan yang mendapatkan

pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium dari instansi yang

berwenang, memenuhi standar yang ditentukan. Benih bersertifikasi

dibedakan menjadi empat kelas yaitu:

1. Benih Penjenis, merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang

telah ditentukan/ditunjuk/dibawah pengawasan pemulia tanaman.

Perbanyakan benih penjenis dapat dilakukan dengan cara :

a) Diisolasi agar tidak tercemar dari serbuk tanaman yang sama.

b) Ditanam pada lahan yang subur dan tekhnik budi daya yang baik

dan terencana.

c) Benih yang digunakan harus bebas dari hama atau penyakit

tanaman, dan lahan yang digunakan diolah sebaik mungkin serta

bebas gulma.

d) Harus dijaga agar daya perkecambahannya tetap besar.

2. Benih dasar, merupakan perbanyakan dari benih penjenis dengan

tingkat kemurnian yang tinggi, terpelihara identitasnya dibawah

bimbingan dan pengawasan yang ketat.

3. Benih pokok, merupakan benih yang diperbanyak dari benih dasar,

memenuhi standar mutu yang ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi

yang berwenang.

4. Benih sebar, merupakan hasil perbanyakan dari benih sejenis yang

memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapakan dan telah

disertifikasi sebagai benih sebar. (AAK, 1990)

b. Benih tidak bersertifikasi yaitu benih yang dikelola petani yang biasanya

petani menyisakan hasil panen yang lalu untuk tanam benih berikutnya.

Benih yang dibuat petani biasanya kurang kualitasnya dan kadang hasil

produksinya kurang standar jika dilihat dari luas lahan.

3. Pupuk, merupakan unsur hara yang terkandung pada setiap lahan untuk

melengkap unsur hara yang ada pada tanamam. Tujuan penggunaan pupuk

Page 26: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

18

adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya

digunakan oleh petani berupa (AAK, 1990) :

a. Pupuk alam ( pupuk organik ), merupakan pupuk alam yang berasal dari

kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman

padi seperti jerami maupun sisa tanaman lain misalnya, pupuk hijau dan

yang sekarang lagi di galakkan yaitu bokashi.

b. Pupuk buatan ( anorganik ), pupuk ini memang sengaja dibuat dari bahan-

bahan kimia guna menambah dan menggantikan unsur hara yang hilang

terserap oleh tanaman sebelumnya, pupuk buatan juga berfungsi

menambah hara pada lahan miskin hara pokok yang biasanya diserap oleh

tanaman dalam jumlah yang besar, pupuk yang biasa dipakai petani adalah

urea, kcl, tsp, dan phonska..

4. Tenaga kerja, merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja

yang digunakan didaerah menggunakan tenaga mekanik dan manusia. Dimana

tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar

keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga potensial yang

tersedia dalam keluarga, sedangkan tenaga kerja dari luar diperoleh dengan

cara sistim upah yaitu tergantung harga dari masing - masing daerah.

5. Pestisida, adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah penyakit pada tanaman

dan hasil pertanian misalnya, score, alika, matador, emcindo, baycarb, klenske,

bistox. Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dapat

membahayakan unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah sehingga

penggunaannya perlu disesuaikan dengan banyak sedikitntya hama atau

penyakit yang menyerang tanaman padi.

Efisiensi Ekonomi

Dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat digolongkan

menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga)

dan efisiensi ekonomi. Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan

mengenai pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang

berbeda dalam kontrol perusahaan. Efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai

Page 27: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

19

produk marginal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut.

Efisiensi teknis merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan antara

produksi sebenarnya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi ekonomi

adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang

sebenarnya dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2003).

Efisiensi adalah suatu konsep yang menjelaskan tentang sejauh mana

faktor–faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi telah dapat

memberikan hasil (produk fisik atau keuntungan) yang maksimum. Dalam bidang

pertanian efisiensi adalah suatu konsep yang menunjukan tingkat keefektifan dari

faktor – faktor produksi tanah, tenaga kerja , dan faktor – faktor produksi lainnya

yang digunakan dalam suatu usahatani

1. Efisiensi Ekonomi, suatu proses produksi akan mencapai efisiensi tertinggi

apabila faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu

telah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu

keuntungan yang maksimum. Kombinasi faktor-faktor produksi yang

dapat memberikan keuntungan maksimum akan tercapai apabila ratio

antara nilai produk marginal (NPM ) dan harga untuk tiap faktor produksi

(Pxi) yang digunakan dalam proses produksi telah sama dengan satu.

(Ayub, 1987).

2. Hukum Penambahan Hasil yang Semakin Berkurang, hukum ini

menyatakan bahwa jika faktor–faktor produksi yang dapat diubah

jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya

produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah

mencapai suatu titik tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang

dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Dan hal ini akan menyebabkan

pertambahan total semakin lambat dan akihirnya akan mencapai titik

maksimal dan kemudian menurun (Nevi Rahayu, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan Notarianto (2011); Effendy (2010); Brits

(2008) dalam Effendy (2010); Moses & Adebayo (2007); menyebutkan variabel

yang pengaruh secara signiifikan terhadap produksi padi adalah luas lahan, jumlah

benih, pupuk, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah. Mahananto, et.al

(2009), penggunaan pestisida, jarak lahan garapan dengan rumah petani, dan

Page 28: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

20

sistem irigasi. Sedangkan Basorun & Fasakin (2012), menyebutkan status

pernikahan petani padi, luas lahan ditanami, ketersediaan pasar padi, jumlah buruh

yang terlibat dalam produksi dan penggunaan agro-kimia. Usahatani padi sawah

tidak hanya sebagai penghasil bahan makanan tetapi juga mempunyai nilai

multifungsi yang menghasilkan jasa lingkungan. Jasa lingkungan dari kegiatan

usahatani antara lain penyedia lapangan kerja dan penyangga ketahanan pangan

(Irawan at al. 2006). Oleh karenanya perlu pengelolaan yang tepat dengan

menggunakan faktor produksi secara efisien guna meningkatkan produksi dan

menjaga keberlanjutan produksi.

Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dalam usahatani padi sawah

akan mengakibatkan rendahnya produksi dan tingginya biaya, dan pada akhirnya

mengurangi pendapatan petani. Bagi petani kegiatan usahatani yang dilakukan

tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana menaikkan pendapatan

melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi. Pengelolaan input produksi

harus mempertimbangkan prinsip optimalisasi guna pencapaian produksi yang

tinggi dengan alokasi input yang efisien dan efektif. Menurut Soekartawi (2001),

efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi

alokatif (efisiensi harga), dan efisiensi ekonomi. Petani sebagai entrepreneur akan

bertindak secara rasional dan logis dalam pengelolaan usahataninya.

Sumberdaya yang terbatas akan dimanfaatkan oleh petani secara efisien

guna memperoleh keuntungan yang maksimum. Akan tetapi karena keterbatasan

ekonomi, pengetahuan usahatani maka tingkat penggunaan sumberdaya secara

optimal belum tercapai. Oleh sebab itu dalam penelitian ini selain akan diteliti

tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah juga

akan diteliti tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Efisiensi ekonomis terjadi pada saat nilai produk marginal dari setiap unit

tambahan masukan sama dengan harga dari setiap unit masukan tersebut dengan

rumus yang dapat dituliskan NPMx = Px Dimana: NPMx = Nilai produk marginal

dari masukan X. Px = Harga masukan. Namun demikian kenyataan yang banyak

terjadi NPMx tdak selalu sama dengan Px yang sering terjadi adalah :

a. NPMxi / Pxi > 1, artinya penggunaan masukan (x) belum efisiensi ekonomi

tertinggi, pada kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah.

Page 29: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

21

b. NPMxi / Pxi < 1, artinya penggunaan masukan tidak efisiensi, masukan (x)

perlu dikurangi penggunaan factor produksi (input) x agar dapat mencapai

efisiensi (Soekartawi, 2003).

Selanjutnya untuk mengkaji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi digunakan Uji F (F-

test). Pengaruh dari masing-masing factor produksi terhadap hasil produksi

digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t. Penggunaan faktor

produksi sudah mencapai kondisi yang optimal dilakukan dengan melihat

perbandingan antara produk fisik marginal faktor produksi dengan harga faktor-

faktor produksi. Pxi

NPMxi Dari rumus tersebut dapat dijabarkan bahwa kondisi

optimal akan tercapai apabila: n

n

Px

NPMx

Px

NPMx

Px

NPMx

Px

NPMx

Px

NPMx

4

4

3

3

2

2

1

1

PyXi

YbiNPM .

Keterangan:

bi = Elastisitas produksi

Py = Harga padi rata-rata (Rp/kg)

Y = Hasil Produksi rata-rata

Xi = Faktor produksi

Page 30: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

22

Road Map Penelitian

Gambar 2. Road Map Penelitian

Observasi

Lapangan

Pertemuan

dengan Petani

Kelompok Tani

Harapan

Lapangan

Melakukan Kajian

KKP (Kebutuhan dan

Peluang) Secara

Bersama-sama

Antara Petani,

Peneliti, Penyuluh

Lapangan

Hasilnya Menentukan

Skala Prioritas dari

Kendala/Masalah

yang Dihadapi Petani

Padi Sawah Hujan

Melakukan

Pertanaman Demplot

1 Ha melalui

Pendekatan Teknologi

Tanaman Terpadu

Dari Hasil Demplot Di

Dapatkan

Solusi/Pemecahan

Masalah yang

Menjadi

Kendala/Masalah

Petani Padi Sawah

Tadah Hujan

Melakukan Secara

Bersama Pengamatan

pada Demplot

Penelitian

PANEN

Melaksanakan

Ubinan Sebelum

Dilakukan Panen dan

Pengambilan Data

Panen

Melalukan

Seminar

Nasional

Publikasi

Prosidding dan

Jurnal Imiah

Melakukan

Analisis Efisiensi

Penggunaan

Faktor Produksi

Page 31: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

23

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan

Mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi (luas lahan, benih,

pupuk, pestisida, tenaga kerja) pada usahatani padi sawah tadah hujan

Manfaat

Diharapkan kepada petani untuk dapat mengetahui efisiensi penggunaan

faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja) pada usahatani

padi sawah tadah hujan.

Page 32: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

24

BAB 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogorejo, Kecamatan Galang,

Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kelompok Tani Harapan, menyelesaikan

efisiensi penggunaan faktor produksi pada penelitian tahun kedua ini

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program

software SPSS. Menurut Soekartawi (1987) bahwa fungsi Cobb-Douglas adalah

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel

yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan variabel

yang lain disebut dengan variabel independen yang menjelaskan (X). penyelesaian

hubungan antara Y dan X dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan

dipengaruhi oleh variasi dari X. Menyelesaikan masalah tentang pengaruh faktor

produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida) dapat di hitung

dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan rumus :

Y = aXb

Y = aX1b1

. X2 b2

. X3 b3

. X4 b4

. X5 b5

e

Memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan

ini diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut. Analisis regresi berganda. Persamaan analisis linear berganda

yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada persamaan yang digunakan

oleh Diyah (2008) yaitu LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln

X4 + b5 Ln X5 ue

Dimana : Y = Produksi

a = Konstanta

X1 = Luas Lahan

X2 = Benih

X3 = Pupuk

X4 = Pestisida

X5 = Tenaga Kerja

b1…

b5

= Koefisien Regresi

e = error

Page 33: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

25

Menguji faktor produksi secara keseluruhan atau serempak digunakan uji f-hitung

dengan rumus :

F hit =

Dimana : jk reg = Jumlah Kuadrat Regresi

jk sisa = Jumlah Kuadrat Sisa

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel

1 = Bilangan Konstanta

Dengan kriteria keputusan :

F hit > F tab ; maka H0 ditolak, H1 diterima

F hit <F tab ; maka H0 diterima, H1 ditolak

Melihat pengaruh faktor produksi secara parsial digunakan uji-t sebagai

berikut:

t-hit=

Dimana :

bi = Koefisien regresi

se = Simpangan Baku

Dengan kriteria keputusan :

T-hit > t-tabel ; maka H0 ditolak, H1 diterima

T-hit < t-tabel ; maka H0 diterima, H1 ditolak

Menyelesaikan masalah tentang tingkat elastisitas faktor produksi dengan

rumus :

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1,>1,<1

Dimana :

b1 = Nilai elastisitas luas lahan

b2 = Nilai elasitisitas benih

b3 = Nilai elastisitas pupuk

b4 = Nilai elastisitas pestisida

b5 = Nilai elastisitas tenaga kerja

Page 34: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

26

Dengan kriteria keputusan :

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1, Maka penggunaan faktor produksi konstan return.

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 > 1, Maka penggunaan faktor produksi increasing return.

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 < 1, Maka penggunaan faktor produksi decreasing return.

Menurut Soekartawi (2003) terdapat tiga efisiensi yang harus diukur antara

lain efisiensi teknis, alokatif dan efisiensi ekonomis, namun dalam rencana

penelitian ini hanya akan di lihat tingkat efisiensi harga (alokatif), yaitu :

1.

....

PxX

PyYbatauPx

X

PyYb

PxNPMx

Dimana :

NPM = Nilai Produk Marginal (EH),

b = Koefisien Regresi,

Y = Jumlah Produksi Padi Sawah

Py = Harga Jual Padi Sawah

X = Jumlah Faktor Produksi

Px = Harga Faktor Produksi.

Dengan kriteria keputusan :

a. Jika NPM = 1 maka; penggunaan faktor produksi mencapai efisien.

b. Jika NPM > 1 maka; penggunaan produksi belum (kurang) efisien sehingga

perlu ditambahkan penggunaan faktor produksi.

c. Jika NPM < 1 maka; penggunaan faktor produksi tidak (lebih) efisien

sehingga perlu dikurangi penggunaan faktor

Page 35: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

27

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dapat mempengaruhi produksi

padi sawah tadah hujan adalah luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja

yang dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang kemudian

ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi linier berganda, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih,

Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah

Tadah Hujan, Tahun 2016

Variabel Koefisien

Regresi

t-hitung Signifikan

Konstanta 0,963 0,475 ,637

Luas Lahan (X1) 1,249 4,796 ,000

Benih (X2) -0,195 -2,114 ,040

Pupuk (X3) 0,215 2,734 ,009

Pestisida (X4) -0,623 -1,799 ,079

Tenaga Kerja (X5) -0,329 -1,176 ,246

Multiple R 0,977

R-square 0,954

f-hitung 181,400

f-tabel 2,404

t-tabel 2,009

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Log Y = log a + B1 Log X1 + B2 Log X2 + B3 Log X3 + B4 Log X4+ B5 Log X5+ e

Log Y = log 0,963 + 1,249 Log X1 – 0,195 Log X2 + 0,215 Log X3 - 0,623 Log X4

- 0,329 Log X5

Page 36: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

28

Maka persamaan Cobb- Douglas dari bentuk persamaan diatas adalah :

Y = 10 0,963

. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Y = 9,183. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Dari persamaan regresi linier berganda diatas diketahui bahwa intercept

(nilai konstanta) sebesar 0,96. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam keadaan tetap

atau tidak ada perubahan pada faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida

dan tenaga kerja maka produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan 0,96

satuan.

Dari hasil pengujian secara statistik maka diperoleh nilai Multiple R

sebesar 0,97 yang mengartikan bahwa secara menyeluruh ada hubungan yang

cukup erat antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap

produksi padi sawah tadah hujan sebesar 97%.

Uji Pengaruh Secara Serempak

Dari hasil pengujian data diketahui bahwa nilai koefisien R-Square dari

penelitian ini adalah 0,95 dimana nilai ini mengidentifikasikan bahwa secara

simultan (serempak) produksi padi sawah tadah hujan dipengaruhi oleh luas lahan,

benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sebesar 95%, dan selebihnya 5%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti dan tidak dapat diprediksi

karena sangat kompleks.

Hal ini didukung oleh nilai f-hitung 181,400 > f-tabel 2,404 pada taraf

kepercayaan 95% (α 0,05). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, yang

berarti ada pengaruh sangat nyata antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan.

Uji Pengaruh Secara Parsial

Mengetahui pengaruh secara parsial luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan dengan menggunakan uji t

adalah sebagai berikut :

Page 37: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

29

Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Hasil pengujian dengan menggunakan uji-t untuk luas lahan diperoleh

nilai t-hitung 4,796 > t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan

demikian H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti luas lahan berpengaruh nyata

atau signifikan terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi

dalam penelitian ini adalah 1,249. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan

luas lahan sebesar 1% maka akan menaikkan produksi sebesar 1,249% dengan

asumsi bahwa variabel lainnya tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Benih Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh t-hitung untuk benih sebesar -2,114 >

t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan 95% dengan demikian H0 diterima dan H1

ditolak yang berarti ada pengaruh nyata atau signifikan antara benih dengan

produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi dalam penelitian ini

adalah -0.195. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan benih sebesar 1%

maka terjadi penurunan produksi sebesar 0,195% dengan asumsi bahwa variabel

lainnya tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh nilai t-hitung untuk pupuk sebesar

2,734 > t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H1

diterima dan H0 ditolak. Artinya ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara

pupuk terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai koefisien regresi dalam

penelitian ini adalah 0.215, sehingga jika ada penambahan pestisida sebesar 1%

maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0,215% dengan asumsi bahwa

variabel lainnya tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Pestisida Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh nilai t-hitung untuk pestisida sebesar

-1,799 < t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H1

diterima dan H0 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang nyata atau tidak

signifikan antara pestisida terhadap produksi padi sawah tadah hujan. Nilai

koefisien regresi dalam penelitian ini adalah 0.79, sehingga jika ada penambahan

Page 38: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

30

pestisida sebesar 1% maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0,79 %

dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t, diperoleh t-hitung untuk tenaga kerja sebesar

-1,176 < t-tabel 2,009 pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan demikian H0

diterima dan H1 ditolak, maka artinya tidak ada pengaruh yang nyata atau tidak

signifikan antara tenaga kerja dengan produksi padi sawah tadah hujan. Nilai

koefisien regresi dalam penelitian ini adalah -0,0329 Hal ini menunjukkan jika

terjadi penambahan satu unit tenaga kerja sebesar 1% maka akan terjadi

penurunan produksi sebesar 0,0329% dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap

(ceteris paribus).

Elastisitas Faktor Produksi

Elastisitas faktor produksi, dapat dilakukan dengan menambah seluruh

nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas yang telah diteliti dengan

rumus sebagai berikut :

B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1,>1,<1

Dengan kriteria :

- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1, maka terjadi constant return to scale, hal ini

berarti penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan hasil

produksi.

- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 > 1, maka terjadi increasing return to scale, hal ini

berarti penambahan faktor produksi akan meningkatkan tambahan hasil

produksi.

- B1 + B2 + B3 + B4 + B5 < 1, maka terjadi decreasing return to scale, hal ini

berarti penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan

menyebabkan penurunan tambahan hasil.

Dari penelitian ini diperoleh persamaan Cobb Douglas sebagai berikut :

Y = 10 0,963

. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Y = 9,183. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 - 0,329 = 0,317

Page 39: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

31

Dilihat dari perhitungan diatas bahwa nilai elastisitas faktor produksi

adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat diartikan bahwa faktor produksi luas

lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi padi

sawah tadah hujan berada pada posisi Decreasing return to scale menurut

Soekartawi (2003) hal ini berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi dalam

proses produksi akan menyebabkan penurunan tambahan hasil.

Efisiensi Harga (Alokatif) Penggunaan Faktor Produksi

Analisis efisiensi diperlukan untuk membantu petani petani

mengalokasikan faktor-faktor produksi agar tidak terjadi pemborosan. Efisiensi

dalam penggunaan input sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil

produksi dan keuntungan. Petani yang rasional akan berprinsip bagaimana dalam

proses produksinya bisa mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. Efisiensi

ekonomi tertinggi dari penggunaan faktor-faktor produksi tercapai apabila

perbandingan nilai produk marginal dengan harga masing-masing faktor produksi

sama dengan satu. Pada penelitian ini penghitungan efisiensi ekonomi

penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan pendekatan efisiensi harga

(alokatif). Berdasarkan hasil pengamatan pada usahatani padi sawah tadah hujan

di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo 1

MT Tahun 2016.

Sewa

Lahan Benih Pupuk Pestisida

Upah

Tenaga Kerja

Produksi

(Kg)

Harga

Jual

1.956.000 143.450 447.360 613.160 2.343.000 2083 4.200

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 2 diatas, penggunaan faktor produksi untuk usahatani padi

sawah tadah hujan untuk satu kali musim tanam yaitu sewa lahan dengan rata-rata

Rp 1.956.000, rata-rata benih Rp 143.450, rata-rata pupuk Rp 447.360, rata-rata

pestisida Rp 613.160, rata-rata upah tenaga kerja Rp 2.343.000, rata-rata produksi

2083 Kg dan rata-rata harga jual pada saat penelitian Rp 4200/Kg.

Page 40: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

32

Nilai efisiensi untuk usahatani padi sawah tadah hujan berdasarkan

efisiensi alokatif harga diperoleh nilai yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo Tahun 2016

Faktor

Produksi

Koefisien

Regeresi

Nilai

NPMx Keterangan

Luas Lahan 1,249 14,14 Belum efisien

Benih -0,195 -0,78 tidak efisien

Pupuk 0,215 0,02 tidak efisien

Pestisida -0,623 -2,30 tidak efisien

Tenaga Kerja -0,329 -0,53 tidak efisien

Sumber : Data Primer Diolah

Hasil perhitungan nilai efisiensi harga atau berdasarkan Tabel 3, dapat

dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan faktor produksi secara alokatif tidak

efisien yang artinya bahwa penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan

untuk dapat dikurangi sehingga produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan

belum optimal. Selanjutnya efisiensi harga yang diketahui melalui perbandingan

rasio nilai produk marginal dengan harga faktor produksi untuk masing-masing

faktor produksi dapat dijelaskan berikut ini.

1. Faktor Produksi Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi dalam proses produksi

usahatani padi sawah tadah hujan, dalam analisis efisien harga menghasilkan nilai

sebesar 14,14 lebih besar dari satu yang berarti bahwa penggunaan luas lahan

usahatani belum efisien olehnya itu perlu untuk ditingkatkan perluasan areal

usahatani (ekstensifikasi), disamping itu pengolahan lahan secara intensif

(intensifikasi) juga perlu dilakukan oleh petani. Rata-rata penggunaan luas lahan

oleh petani padi sawah tadah hujan adalah 0,3 Ha dengan rata-rata produksi

sebesar 2083 Kg berdasarkan hasil tersebut perlunya ada penambahan luas lahan

dan hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2008) yang menyatakan bahwa

semakin luas lahan yang diusahakan, maka semakin tinggi produksi dan

pendapatan per satuan luasnya.

Page 41: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

33

2. Faktor Produksi Benih

Faktor produksi benih dalam analisis efisien harga menghasilkan nilai

sebesar -0,78 lebih kecil dari satu nilai ini dapat diartikan bahwa penggunaan

benih tidak efisien atau sudah melebihi sehingga produksi tidak mencapai

optimalisasi. Walaupun disadari sungguh bahwa sangat sulit untuk mendapatkan

tingkat efisiensi dari penggunaan faktor produksi usahatani, penggunaan benih

harus dikurangi dalam proses produksi usahatani. Hal ini disebabkan karena benih

yang digunakan merupakan benih lokal atau benih jabal (jaringan benih antar

lokasi) yaitu benih asalan dari hasil tukar menukar benih dengan petani yang lain,

atau menggunakan benih dari hasil pertanaman sebelumnya.

Benih lokal yang digunakan tidak memiliki sertifikasi benih dari instansi

yang berwenang. Jikapun ada benih berlabel yang digunakan biasanya menunggu

bantaun benih dari pemerintah dengan varietas yang tidak pernah berganti yaitu

varietas Ciherang. Keengganan petani untuk menggunakan benih varietas unggul

baru karena harga yang mahal serta susah untuk mendapatkannya. Penggunaan

benih padi masih tidak sesuai dengan rekomendasi teknis Dinas Pertanian

Kabupaten Deli Serdang melalui penyuluh pertanian lapangan yaitu 1 Kg benih

padi untuk 0,04 Ha (1 Rante). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini petani

menggunakan benih padi untuk 1 Rante adalah 5 Kg dengan sistem pertanaman

tegel. Rata-rata penggunaan benih padi sawah tadah hujan sebanyak 38 Kg/Ha

sedangkan rekomendasi teknisnya adalah 25 Kg/Ha sehingga harus dikurangi.

Pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) untuk faktor produksi

benih yang sesuai dengan spesifik lokasi penelitian adalah menggunakan Varietas

Unggul Baru (VUB) Inpari 30, berikut deskripsi Inpari 30 :

Page 42: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

34

Tabel 4. Deskripsi Inpari 30

DESKRIPSI INPARI 30

Umur Tanaman 111 hari setelah semai

Tinggi Tanaman 101 cm

Kerontokan Sedang

Kerebahan Sedang

Tekstur Nasi Pulen

Kadar Amilosa ±22,4 %

Rata-rata Hasil 7,2 t/ha

Potensi Hasil 9,6 t/ha

Ketahanan terhadap

Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1

dan 2.

Rentan terhadap biotipe 3.

Penyakit Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.

Rentan terhadap patotipe IV dan VIII.

Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah

sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai,

cekungan, dan rawan banjir lainnya dengan rendaman

keseluruhan fase vegetative selama 15 hari.

Pemulia Yudhistira Nugraha, Supartopo, Nurul Hidayatun,

Endang Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona (IRRI),

dan David J Mackill (IRRI).

Dilepas tahun 2012

Sumber : Balai Benih Padi

Pada kegiatan penanaman bibit padi sawah tadah hujan yaitu perpindahan

dari areal persemaian ke areal penanaman baru dapat dilakukan bila curah hujan

sudah cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/decade (10 hari). Menggunakan

sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan seperti ini maka populasi tanam mencapai

400.000 rumpun per hektare. Pelaksanaan penanaman dibantu dengan alat

semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik (mata) 20

cm dan 40 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah banyak kemudahan

disamping mendapatkan efek tanaman pinggir juga mempermudah dalam

pemeliharaan pertanaman terutama penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan,

juga melindungi tanaman dari hama tikus.

Pada proses penanaman awalnya petani khawatir populasi tanaman akan

berkurang, akibat dari banyaknya ruang kosong yang tidak ditanami, sehingga

akan mengurangi hasil produksi. Tingginya biaya tenaga kerja tanam dengan

Page 43: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

35

menggunakan sistem jajar legowo 4.1 tetapi akhirnya petani merasa lega setelah

melihat hasil pertanaman padi menjelang panen cukup rimbun.

3. Faktor Produksi Pupuk

Lahan sawah tadah hujan umumnya tidak memiliki unsur hara sebaik

lahan sawah irigasi. Lahan sawah tadah hujan membutuhkan pemupukan yang

baik, selain itu juga waktu pemupukan perlu mendapat perhatian. Bila mana lahan

dalam kondisi kering pemupukan tidak dapat dilakukan dan harus menunggu

sampai keadaan lahan lembab. Meningkatkan efisiensi pupuk an-organik pada

lahan sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau kompos sebanyak

minimal 2 ton per hectare.

Faktor produksi pupuk menghasilkan bahwa penggunaan pupuk tidak

efisien artinya perlu untuk dikurangi untuk mencapai optimalisasi produksi, ini

dapat dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau efisiensi harga yang memiliki nilai

sebesar 0,02 nilai efisiensi alokatif kurang dari satu menggambarkan penggunaan

pupuk yang terlalu berlebihan sehingga harus dikurangi. Rata-rata penggunaan

pupuk sebesar 522 Kg dengan jumlah pupuk yang dianjurkan 500 Kg. Petani padi

sawah tadah hujan di daerah penelitian sangat bergantung pada pupuk kimiawi

sehingga pemakaiannya tidak sesuai dengan anjuran dan petani membeli

tambahan pupuk melalui pupuk non subsidi yang cukup mahal misal pupuk urea

non subsidi yang di bandrol per 50 Kg sebesar Rp.300.000 sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk faktor produksi menjadi tinggi. Akibatnya dalam perhitungan

efisiensi penggunaan pupuk tidak efisien sehingga harus dikurangi penggunaan

pupuk dalam usahatani padi sawah tadah hujan.

4. Faktor Produksi Pestisida

Faktor produksi pestisdia dalam analisis efisien harga menghasilkan

bahwa penggunaan pestisida tidak efisien artinya perlu untuk dikurangi untuk

mencapai optimalisasi produksi, ini dapat dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau

efisiensi harga yang memiliki nilai sebesar 0,02 nilai efisiensi alokatif kurang dari

satu menggambarkan penggunaan pestisida yang terlalu berlebihan sehingga harus

dikurangi. Penggunaan pestisida tergantung dari ada tidaknya atau banyak

Page 44: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

36

sedikitnya gangguan tanaman karena hama dan penyakit serta gangguan gulma.

Olehnya itu tindakan penyelamatan maupun menghindari resiko panen karena

ganggunan tanaman ini perlu antisipasi oleh petani sawah tadah hujan melalui

penggunaan pestisida atau obat-obatan secara tepat dan berkesinambungan selama

berlangsungnya proses produksi, sehingga peningkatan penggunaan pestisida

perlu dilakukan. Untuk menghindari penggunaan pestisida atau obat-oabatan

harus diawali dengan penanganan pasca panen terutama terhadap sisa-sisa

produksi setelah kegiatan perontokan, kemudian persiapan lahan untuk

penanaman lanjutan dan waktu tanam yang serempak.

Kegiatan ini jika dilakukan dengan baik maka dapat mengurangi atau

menghindari gangguan tanaman selama proses produksi. Penyakit pertanaman

padi sawah tadah hujan umumnya adalah penyakit kresek, blast, bercak daun

coklat. Penyakit kresek ini muncul setelah pertanaman berumur 60 hari setelah

tanam. Penyakit kresek ini muncul pada pertanaman padi sawah tadah hujan yang

sering mengalami kekeringan diawal pertumbuhan, bahkan penyebarannya

semakin meluas. Petani kesulitan mengendalikan penyakit kresek ini, bahkan

dengan menggunakan fungisidapun penyakit ini masih banyak ditemukan

dipetakkan sawah. Sedangkan penyakit blast disebabkan oleh jamur Pycularia

grisea, dan penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh Helminthosporium

oryzae.

Petani dalam mengatasai persoalan hama dan penyakit padi sawah akan

banyak menggunakan pestisida sehingga penggunaannya menjadi berlebih dan hal

ini meningkatkan pengeluaran biaya bagi petani, berdasarkan hasil nilai efisiensi

harga yang lebih kecil dari satu maka faktor produksi pestisida harus dikurangi.

Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam

tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat

waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.

Pengendalian juga bisa dilakukan dilakukan secara fisik, mekanis atau kimiawi.

Penggunaan secara kimiawi dapat dilakukan apabila populasi organisme

pengganggu tanaman (OPT) sudah melebihi ambang batas yaitu ± > 5 dalam satu

rumpun tanaman padi dan sesuai dengan pendapat Yuantari (2013) yang

Page 45: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

37

menyatakan bahwa petani menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan

gulma dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.

5. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Padi sawah tadah hujan ditanam secara tanam pindah dari bibit tanaman

padi yang berumur 20-25 hari. Bibit tanaman padi berasal dari persemaian padi

yang dilakukan pada saat olah tanah pertama. Pada saat musim pertanaman petani

sangat kesulitan untuk mencari tenaga kerja tanam apa lagi untuk tanam jajar

legowo 4:1, hal ini disebabkan karena tidak adanya regenerasi untuk penanaman,

umumnya yang bekerja untuk penanaman adalah para ibu-ibu yang sudah lanjut

usia, sementara para remaja putri sangat enggan untuk bekerja dan turun tanam ke

sawah. Sehingga pada saat musim tanam petani kesulitan mencari tenaga kerja

tanam, karena petani melakukan kegiatan tanam pada waktu hampir bersamaan.

Faktor produksi tenaga kerja penggunaannya tidak efisien artinya perlu

untuk dikurangi untuk mencapai optimalisasi produksi, ini dapat dilihat dari nilai

efisiensi alokatif atau efisiensi harga yang memiliki nilai sebesar -0,53, nilai

efisiensi alokatif kurang dari satu ini menggambarkan bahwa penggunaan tenaga

kerja terlalu berlebihan sehingga harus dikurangi. Penggunaan tenaga kerja dalam

proses produksi usahatani padi sawah tadah hujan dapat dikatakan cukup tinggi

mengingat ada beberapa kegiatan yang memerlukan banyak tenaga kerja karena

harus dilakukan dalam sehari, seperti dalam proses penanaman dan panen.

Kegiatan penanaman harus dilakukan serempak guna menghindari penyerangan

hama apabila dalam proses tanam terlambat begitu juga dengan proses panen

harus serempak untuk menghindari kerontokan hasil panen dalam proses

pemotongan.

Menambah tenaga kerja diharapkan dapat menekan biaya tenaga kerja

sehingga HOK dapat ditekan mengingat biaya tenaga kerja cukup besar yaitu Rp

60.000 per orang/hari kerja. Mengingat biaya tenaga kerja yang besar sehingga

jika dinaikkan tenaga kerja maka biaya juga semakin besar dan apabila tidak

diimbangi dengan kenaikan produksi yang memadai maka petani dapat

mengalami penurunan keuntungan atau pendapatannya berkurang. Berdasarkan

hal itu maka faktor produksi tenaga kerja harus dikurangi, artinya ada beberapa

bagian pekerjaan usahatani padi sawah tadah hujan dapat dikerjakan oleh petani

Page 46: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

38

dan keluarganya, hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2008) tenaga kerja

merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khususnya tenaga kerja petani

beserta anggota keluarganya, rumah tangga petani yang umumnya sangat terbatas

pada segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih

dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah

tenaga luar, yang berarti menghemat biaya.

Page 47: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil pengujian secara statistik diperoleh nilai Multiple R sebesar 0,97,

nilai R-Squre sebesar 0,95. Hal ini didukung oleh nilai f-hitung 181,400 > f-

tabel 2,404 pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05), yang berarti ada pengaruh

sangat nyata antara luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja

terhadap produksi padi sawah tadah hujan.

2. Secara parsial variabel faktor produksi luas lahan, benih dan pupuk

berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan yang

ditunjukkan dengan nilai t-hitung > t-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α

0,05). Sedangkan variabel faktor produksi pestisida dan tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah tadah hujan yang

ditunjukkan dengan nilai t-hitung < t-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α

0,05).

3. Berdasarkan nilai elastisitas faktor produksi adalah sebesar 0,317 nilai ini

dapat diartikan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja mempengaruhi produksi padi sawah tadah hujan berada pada

posisi Decreasing return to scale yang artinya adalah setiap penambahan

faktor produksi dalam proses produksi akan menyebabkan penurunan

tambahan hasil.

4. Berdasarkan nilai analisis efisiensi harga (alokatif), faktor produksi luas lahan

harus ditambah karena penggunaannya belum efisien sedangkan faktor

produksi benih, pupuk, pestisida harus dikurangi karena tidak efisien dalam

penggunaannya.

Saran

1. Dalam meningkatkan pendapatan perlu optimalisasi produksi usahatani padi

sawah tadah hujan oleh petani dengan memaksimalkan pemanfaatan dan

pengelolaan faktor produksi yang digunakan dengan baik dan tepat melalui

manajemen yang baik dikarenakan hal itu ketrampilan, pengetahuan dan

pengalaman dalam usahatani padi sawah tadah hujan perlu ditingkatkan.

Page 48: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

40

2. Diharapkan petani dapat menghitung faktor produksi padi sawah tadah hujan

sebagai bagian dari analisa usahatani sehingga petani mengetahui untung dan

ruginya suatu usaha.

3. Perlu adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan yang sinergis sesuai dengan

prinsip kemitraan yang saling menguntungkan dalam penyediaan sarana

produksi, pemasaran hasil dan penguatan modal secara finansial, sehingga

petani juga dapat berusaha dengan giat, selain itu campur tangan pemerintah

melalui kebijakan yang mendukung, sehingga kesejahteraan petani dapat

terwujud melalui peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi sawah

tadah hujan.

Page 49: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

41

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Budi Daya Tanaman Padi. Aksi Agraris Kanisius. Yogyakarta

:Yayasan Kanisius.

Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.

Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal

Basorun JO, Fasakin JO. 2012. Factors influencing rice production in Igbemo-

Ekiti Region of Nigeria. Journal of Agriculture, Food and Environmental

Sciences ISSN 1934-7235 Volume 5, Issue 1.

Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.

Diyah A. Suryaningrum. 2010. Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor

Produksi Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice

Intensification) di Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.

Mahananto, Sutrisno S dan Ananda C.F. 2009. Faktor Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Padi Studi Kasus di Kecamatan Nogosari,

Boyolali, Jawa Tengah. Wacana Vol. 12 No.1.

McEachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro : Pendekatan

Kontemporer.Terjemahan sigit triandaru. Jakarta : Salemba Empat

Notarianto D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada

Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (studi kasus: Kecamatan

Sambirejo Kabupaten Sragen). [skripsi] Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro. Semarang

Rimbun, 2012., Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan, Wahana Pengetahuan Alam

Pertanian, Kesenian, dan Umum, Jakarta.

Rolling, NG. 1988. Extension Science: Information Systems in Agricultural\

Development,

Rogers,E. M. 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition, The Free Press, New

York.

. . 1995. Diffusion of innovations .4th edition.: The Free Press. New

York.

Page 50: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

42

Sadono, Sukirno, 1994. Pengantar Ekonnomi Mikro. Jakarta : PT. Raja

Grafindopersada

Sudarman, Ari. 1989, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Jilid 1, BPFE,

Yogyakarta. Bilas, Richard A, 1994, Micro Economics Theory, Mc.Graw-

Hill

Soekartawi 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglass. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2001. Ilmu Usahatani. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

.1996. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Cobb-Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

.2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Cobb-Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sudarman, Ari. 1999. Teori Mikro Jilid I. Yogyakarta : BPFE

Sudrajat, O. 1994. Pembangunan di Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka

Vegara, B.S., dkk 1990, Bertanam Padi Sawah, Swadaya, Jakarta.

Widyantoro, dan Husin M Toha, 2010, Optimalisasi Pengelolaan Padi Sawah

Tadah Hujan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Balai

Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamani, Jawa Barat.

Yuliyanto, dan Sudibyakto, 2011, Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan

Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Magelang,

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian UGM, Yogyakarta.

Page 51: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

43

Lampiran 1. Data Penelitian

1. Karakteristik Petani, 2016

Page 52: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

44

2. Biaya Produksi (Kg, Bks, Paket), 2016

Page 53: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

45

3. Biaya Produksi (Rp), 2016

Page 54: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

46

4. Biaya Produksi Tenaga Kerja (HOK), 2016

Page 55: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

47

5. Biaya Produksi Tenaga Kerja (Rp), 2016

Page 56: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

48

6. Total Biaya Produksi, 2016

Page 57: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

49

7. Produksi Panen (Kg), dan Penerimaan (Rp), 2016

Page 58: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

50

8. Pendapatan, 2016

Page 59: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

51

9. Variabel Penelitian, 2016

Page 60: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

52

10. Log Variabel Penelitian, 2016

Page 61: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

53

Lampiran 2. Regression

Notes

Output Created 18-AUG-2016 14:29:27

Comments

Input

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 50

Missing Value

Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing

values for any variable used.

Syntax

REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR

SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y_Produksi

/METHOD=ENTER X1_LLahan X2_Benih

X3_Pupuk X4_Pestisida X5_TKerja.

Resources

Processor Time 00:00:00,03

Elapsed Time 00:00:00,01

Memory Required 2668 bytes

Additional Memory Required for

Residual Plots

0 bytes

[DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y_Produksi 3,2473 ,24893 50

X1_LLahan 6,2238 ,24000 50

X2_Benih 5,1108 ,20213 50

X3_Pupuk 5,5580 ,28626 50

X4_Pestisida 5,7867 ,02875 50

X5_TKerja 6,3129 ,21919 50

Page 62: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

54

Correlations

Y_Produksi X1_LLahan X2_Benih X3_Pupuk X4_Pestisida X5_TKerja

Pearson

Correlation

Y_Produksi 1,000 ,972 ,800 ,883 ,407 ,962

X1_LLahan ,972 1,000 ,830 ,883 ,442 ,990

X2_Benih ,800 ,830 1,000 ,870 ,286 ,814

X3_Pupuk ,883 ,883 ,870 1,000 ,453 ,887

X4_Pestisida ,407 ,442 ,286 ,453 1,000 ,413

X5_TKerja ,962 ,990 ,814 ,887 ,413 1,000

Sig. (1-tailed)

Y_Produksi . ,000 ,000 ,000 ,002 ,000

X1_LLahan ,000 . ,000 ,000 ,001 ,000

X2_Benih ,000 ,000 . ,000 ,022 ,000

X3_Pupuk ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000

X4_Pestisida ,002 ,001 ,022 ,000 . ,001

X5_TKerja ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 .

N

Y_Produksi 50 50 50 50 50 50

X1_LLahan 50 50 50 50 50 50

X2_Benih 50 50 50 50 50 50

X3_Pupuk 50 50 50 50 50 50

X4_Pestisida 50 50 50 50 50 50

X5_TKerja 50 50 50 50 50 50

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables

Removed

Method

1

X5_TKerja,

X4_Pestisida,

X2_Benih,

X3_Pupuk,

X1_LLahanb

. Enter

a. Dependent Variable: Y_Produksi

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,977a ,954 ,948 ,05650

a. Predictors: (Constant), X5_TKerja, X4_Pestisida, X2_Benih, X3_Pupuk,

X1_LLahan

Page 63: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

55

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2,896 5 ,579 181,400 ,000b

Residual ,140 44 ,003

Total 3,036 49

a. Dependent Variable: Y_Produksi

b. Predictors: (Constant), X5_TKerja, X4_Pestisida, X2_Benih, X3_Pupuk, X1_LLahan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,963 2,027 ,475 ,637

X1_LLahan 1,249 ,260 1,204 4,796 ,000

X2_Benih -,195 ,092 -,158 -2,114 ,040

X3_Pupuk ,215 ,079 ,247 2,734 ,009

X4_Pestisida -,623 ,346 -,072 -1,799 ,079

X5_TKerja -,329 ,280 -,290 -1,176 ,246

a. Dependent Variable: Y_Produksi

Page 64: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

56

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

No. Nama / NIDN Instansi

Asal

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(jam/

minggu)

Uraian Tugas

1 Muhammad Thamrin,

SP. M.Si

UMSU Agribisnis 9 a. Melakukan persiapan

data yang akan

dikumpulkan

b. Melakukan observasi

ke lokasi penelitian

c. Melakukan Pertemuan

dengan kelompok

Tani

d. Melakukan

Pengumpulan data

penelitian

e. Menganalisis

f. Menyusun laporan

2 Ir. Desi Ardilla, M.Si UMSU THP 7 a. Melakukan

pengumpulan data

b. Menganalisis

c. Menyusun laporan

3 Riswan Rudyanto, SP Penyuluh Pertanian 5 a. Membantu

pelaksanaan penelitian

selama di

lapangan/pertemuan/

b. Pengamatan

pertanaman

c. Pengumpulan data

Page 65: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

57

Lampiran 4. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya

Biodata Ketua Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Thamrin, SP. M.Si

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya -

5 NIDN 0105027701

6 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 5 Pebruari 1977

7 E-mail [email protected]

9 Nomor Telepon/HP 081370088210

10 Alamat Kantor Jl. Kapten Muktar Basri B.A. No.3 Medan

11 Nomor Telepon/Faks 061-6622400/061-6625474

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = ... orang; S-2 = ... orang; S-3 = ... orang

13. Mata Kuliah yg Diampu 1. Ekonomi Pertanian

2. Penyuluhan Pertanian

3. Kewirausahaan

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UMSU USU

Bidang Ilmu Pertanian PWD

Tahun Masuk-Lulus 1997-2001 2004-2006

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pengaruh Pola

Hidup Nelayan

Terhadap Tingkat

Pendapatan

Nelayan

Analisis Sektor

Industri Kecil

Perdesaan

Terhadap

Peningkatan

Pendapatan

Masyarakat Di

Kecamatan Percut

Sei Tuan

Kabupaten Deli

Serdang

Nama Pembimbing/Promotor Dr. Ir. Mhd Buhari

Sibuea, M.Si

Prof. Bachtiar

Hassan Miraza

Page 66: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

58

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber*

Jml (Juta Rp)

1 2011 ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN

PEMASARAN PERIKANAN LAUT DI

KELURAHAN BELAWAN I KOTA MEDAN

Mandiri

2 2012 PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI

TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PINANG

Mandiri

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber*

Jml (Juta Rp)

- - - - -

E. Publikasi Artikel Iimiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Iimiah Nama Jurnal Volume/

Nomor/Tahun

1 ANALISIS SEKTOR INDUSTRI KECIL

PERDESAAN TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

AGRIUM ISSN 0852 1077,

Vol 16 No. 2,

2010

2 PENGARUH SARANA PRODUKSI PRODUKSI

TERHADAP PENDAPATAN PETANI TAMBAK

UDANG

SOSIAL DAN

EKONOMI

PERTANIAN

ISSN 1693 8372,

Vol 8 No.1, 2011

3 PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI

TERHADAP PENDAPATAN PETANI PINANG

AGRIUM ISSN 0852 1077,

Vol 17 No. 2,

2012

F. Pemakalah Seminar Iimiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Iimiah / Seminar

Judul Artikel Iimiah Waktu dan Tempat

- - - -

Page 67: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

59

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

- - - - -

H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

- - - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.

Medan, 24 Maret 2014

Pengusul,

( Muhammad Thamrin, SP, M.Si )

Page 68: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

60

Biodata Anggota Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Ir. Desi Ardilla, M.Si.

2 Jabatan Fungsional Lektor

3 Jabatan Struktural -

4 NIP -

5 NIDN 0120096702

6 Tempat dan Tanggal Lahir Bukit Tinggi 20 September 1967

7 Alamat Rumah Jl. Utama Komp. Taman Permata Blok D 131

Tembung

9 Nomor Telepon/Faks/ HP 08126325547

10 Alamat Kantor Jl. Kapten Muktar Basri B.A. No.3 Medan

11 Nomor Telepon/Faks 061-6622400/061-6625474

12 Alamat e-mail [email protected]

13 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= …orang; S-2= …Orang; S-3= ..Orang

14. Mata Kuliah yg Diampu 1. Mikrobiologi Pangan

2. Thermobakteriologi

3. Kimia Hasil Pertanian

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UMSU USU USU

Bidang Ilmu Pertanian Ilmu

Kimia/Polimer

Ilmu

Kimia

Tahun Masuk-Lulus 1987-1992 2001-2003 2010-2015

JudulSkripsi/Thesis/Disertasi Pengaruh Konsentrasi

Natrium Benzoat dan

Lama Penyimpanan

Terhadap Mutu Sirup

Jeruk Nipis

Studi Interkalasi

Ca2+

dan Fe3+

pada Cangkang

Kelapa Sawit

Sebagai

Komposit Pengisi

Semen

Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr. Ir. Zulkifli

Lubis

Prof. Basuki WS,

MS, PhD

Page 69: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

61

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,

maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jumlah (juta

Rp)

1 2006 Pengaruh Suhu dan Lama

Pengeringan Terhadap Mutu Tepung

Tempe

PDM 10

2 2007 Pembuatan Karbon Aktif Dari

Cangkang Kelapa Sawit PDM 10

3 2007 Pengaruh Konsentrasi Natrium

Bikarbonat (NaHCO3) dan Lama

Pengeringan TerhadapMutu Beras

Singkong

Mandiri 5

4 2007 Efek Pemberian Fosfor dan Bahan

Organik Terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Kacang Hijau di Lahan

PDM 10

5 2007 Pembuatan Kitosan dari Kulit Ketam

dan Kulit Udang Sebagai

Antimikrobia Dan Aplikasinya Untuk

Memperpanjang Umur Panjang Hidup

Bunga Potong Chrisantenum

(Dendran thema Morifolium rahmat)

HIBAH

BERSAING 50

6 2008 Aplikasi Kitosan dari Kulit Udang

Dalam Memperpanjang Hidup Bunga

Potong Chrisantenum(Dendran

thema Morifolium rahmat.)

HIBAH

BERSAING 50

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jumlah (juta rp)

1 - - - -

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun

Terakhir

No Tahun Judul Artikel Ilmiah

Volume/

Nomor/Tahun

Nama Jurnal

1 2011

OPTIMASI PADA

PENAMBAHAN ZAT ADITIF

TERHADAP NILAI KALOR

BRIKET CANGKANG KELAPA

SAWIT

Volume 16 No 3

April 2011

Agrium

2 2007

Pengaruh Suhu dan Lama

Penyimpanan Terhadap Mutu

Tepung Tempe

2008 Agrium

Page 70: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

62

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /

Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama

Pertemuan/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.

Medan 24 Maret 2014

Pengusul,

(Ir. Desi Ardilla, M.Si.)

Page 71: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

63

Lampiran 5. Rekapitulasi Penggunaan Dana Penelitian

Page 72: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

64

Page 73: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

65

Page 74: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

66

Page 75: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

67

Lampiran 6. Kuitansi Penggunaan Dana Penelitian

Page 76: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

68

Page 77: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

69

Page 78: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

70

Page 79: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

71

Page 80: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

72

Page 81: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

73

Lampiran 7. Profil Penelitian

DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI

PADI SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

MUHAMMAD THAMRIN Agribisnis/Fakultas Pertanian Universitas MUhammadiyah Sumatera Utara [email protected] DESI ARDILLA Teknologi Hasil Pertanian/Fakultas Pertanian Universitas MUhammadiyah Sumatera Utara [email protected]

Diseminasi bukan kegiatan satu arah tetapi merupakan suatu aksi-reaksi yang tidak saja mempengaruhi pola pikir kelompok sasaran namun bisa juga orang yang membawa inovasi itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan; Pertama untuk mengidentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan padi sawah tadah hujan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yaitu suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi, termasuk teknologi spesifik lokasi yang saling menunjang dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Kedua untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu yang dilaksanakan di WKPP Paya Itik Desa Nogorejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

Capaian dari penelitian ini diharapkan petani sebagai kelompok sasaran dapat berperan aktif dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya sendiri dan sekaligus dapat merencanakan dan mengambil tindakan untuk memecahkan masalahnya serta mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan. Kata Kunci : Padi Sawah Tadah Hujan, Efisiensi Faktor Produksi, Produktivitas

1. Jurnal Ilmu Pertanian Agrium Volume 20 Nomor 1

April 2016 ISSN 0852 1077 (Print) 2442-7306 (online)

2. Prosiding Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2015

3. Dst…

HKI dan Publikasi

Ringkasan Eksekutif Peneliti

Page 82: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

74

Adanya anggapan bahwa diseminasi

baru dilakukan setelah dihasilkan rakitan inovasi teknologi dari selesainya proses pengkajian/penelitian, pada prinsipnya perlu diubah. Proses diseminasi sudah harus berlangsung pada saat proses pengkajian / penelitian dimulai secara proporsional, dimana target sasaran penerima juga telah ditentukan (Rolling, 1988). Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Peningkatan produktivitas lahan diantaranya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi spesifik lokasi berdasarkan potensi sumber daya domestik dengan memperhatikan aspek lingkungan. Peningkatan produktivitas di lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas per satuan luas dan peningkatan intensitas pertanaman dan diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain produktivitas efisiensi dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi dapat memberikan hasil (produk fisik atau keuntungan) yang maksimum. Dalam bidang pertanian efisiensi adalah suatu konsep yang menunjukan tingkat keefektifan dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja , dan faktor-faktor produksi lainnya yang digunakan dalam suatu usahatani. Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dalam usahatani padi sawah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan tingginya biaya, dan pada akhirnya mengurangi pendapatan petani. Bagi petani kegiatan usahatani yang dilakukan tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana menaikkan pendapatan melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi.

Skala Prioritas Skala prioritas masalah yang dihadapi

petani pada saat pelaksanaan budidaya sawah tadah hujan seperti tabel berikut ini :

Tabel 1. Kendala Budidaya Padi SawahTadah Hujan Berdasarkan Skala Prioritas di Desa Nogorejo, 2015

Sumber : Data Penelitian, 2015

Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dilakukan bersama

petani, penyuluh dan peneliti yang merupakan hasil kajian KKP dengan melakukan demontrasi plot (Demplot) pertanaman seluas 1 Ha dengan tetap mengintegrasikan teknologi spesifik lokasi melalui pendekatan PTT.

Tabel 2. Pemecahan Masalah dari Masalah yang Ditemukan Sesuai Metode KKP.

NO Masalah/Kendala Pemecahan Masalah/Kendala

1 Benih Benih unggul baru dan bermutu (berlabel) menggunakan Inpari 30

2 Pupuk Pemupukan spesifik lokasi (pemupukan lengkap dan berimbang) tepat waktu, tepat jenis, dan tepat dosis.

3 Gulma Menerapkan aplikasi herbisida secara efektif dan efisien

4 Penyakit kresek, blast, bercak daun coklat

Penggunaan bakterisida dengan prinsip PHT dan

Hasil dan Manfaat Latar Belakang

Page 83: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

75

penggunaan varitas tahan

5 Kekurangan air Tanam awal dan pembuatan sumur bor

6 Pemupukan organic Penggunaan pupuk organic dan melatih petani membuat pupuk organic padat, cair dengan memanfaatkan bahan organic yang ada dan tersedia

7 Tanam Melatih tenaga kerja tanam dan regu tanam jajar legowo

8 Panen Penerapan ALSINTAN (alat dan mesin pertanian)

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Pada demplot dilakukan pengubinan yaitu 2,5 meter x 2,5 meter dan mengambil sampelnya 3 titik ubinan secara acak seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Hasil Demplot Ubinan Padi Sawah Tadah Hujan

Plot Jumlah

Rumpun Berat

Gabah (Kg)

I 83 4,5 II 80 3,9 III 82 4,1 Jumlah 12,5 Rata-rata 4,1

Sumber : Data Penelitian, 2015

Rumus Ubinan adalah :

1 Ha = 10.000 m Luas Ubinan : 2,5 m X 2,5m = 6,25 Maka : 10.000/6,25 = 1600 Berat gabah padi : 4,1 kg X 1600 = 6560 Kg Harga GKP : Rp 4350

Hasil rata-rata adalah 6,5 ton per hectare, bila dibandingkan dengan pertanaman yang biasa dilakukan petani maka terdapat peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 1,1 ton per hektar. Hasil ubinan pertanaman yang biasa dilakukan petani adalah rata-rata 5,4 ton per hektar.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogorejo, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kelompok Tani Harapan, pada Musim Tanam 2 (MT 2) April-September. Model PTT padi sawah tadah hujan melibatkan petani setempat yang sekaligus menjadi petani pelaksana atau petani koperator.

Kegiatan penelitian dimulai dengan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) untuk mengidentifikasi potensi, kendala, dan peluang pengembangan padi sawah tadah hujan spesifik lokasi seperti penggunaan benih, pupuk, pengelolaan tanah, pemberantasan hama penyakit sampai kepada panen dan pengembangannya yang ada di lokasi penelitian.

Kriteria kendala yang dihadapi petani dibagi dalam beberapa kriteria yaitu luas cakupan, frekuensi kejadian, dan tingkat keparahan, menggunakan skala prioritas. Skala prioritas dilakukan scoring dengan nilai 1-5, untuk kriteria luas cakupan dengan nilai scor (1; sangat tidak luas, 2; tidak luas (kecil), 3; sedang, 4; luas dan 5; sangat luas. Kriteria frekuensi kejadian dengan nilai scor (1; tidak ada, 2; pernah ada, 3; kadang kadang, 4; ada, 5; selalu ada serangan. Kriteria keparahan dengan nilai scor (1; sangat tidak parah, 2; tidak parah, 3; sedang, 4; parah, 5; sangat parah).

Berdasarkan hasil kajian kebutuhan dan peluang, kemudian disusunlah paket teknologi utama yang kemudian diteliti dan dipraktekkan secara bersama-sama antara petani, dan peneliti. Paket teknologi yang telah menjadi kesepakatan bersama tersebut kemudian diaplikasikan dilahan petani dalam bentuk demonstrasi plot seluas 1 Ha, dan dilaksanakan oleh petani didampingi oleh peneliti dan penyuluh, setiap petani melaksanakan kegiatan perlakuan dengan pendekatan PTT, sedangkan perbandingannya adalah perlakuan atau cara kebiasaan petani yang tidak termasuk dalam demplot.

Paket teknologi utama yang disusun secara bersama-sama dan tetap mengintegrasikan pada pendekatan PTT adalah sebagai berikut :

Metode

Page 84: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

76

1. Penggunaan varietas unggul baru, toleran kekeringan dan berumur genjah

2. Benih berkualitas dan bermutu tinggi. 3. Olah tanah dan persemaian 4. Penggunaan pupuk organik 5. Pengelolaan hara terpadu (pupuk N

dengan BWD, dan pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah/PUTS).

6. Pengendalian hama dan penyakit terpadu. 7. Komponen pelengkap atau pilihan

ditentukan bersama-sama dengan petani pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai

8. Perlakuan cara petani (kontrol), disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat (spesifik) yang menyangkut varietas, pemupukan dan teknik budidaya. Data hasil panen demplot padi sawah tadah hujan dihitung dengan menggunakan teknik ubinan 2,5 meter x 2,5 meter.

Menyelesaikan efisiensi penggunaan faktor produksi pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program software SPSS, untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan ini diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Analisis regresi berganda. Persamaan analisis linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada persamaan yang digunakan oleh Diyah (2008) yaitu LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 ue

Menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja terhadap produksi padi sawah tadah hujan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu yang dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi linier berganda, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Elastisitas Faktor Produksi Elastisitas faktor produksi, dapat dilakukan dengan menambah seluruh nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas yang telah diteliti dengan rumus sebagai berikut : B1 + B2 + B3 + B4 + B5 = 1,>1,<1

Dari penelitian ini diperoleh persamaan Cobb Douglas sebagai berikut : Y = 10 0,963. X1

1,249 . X2-0,195

. X3 0,215. X4

-0,623. X5 -0,329

Y = 9,183. X1 1,249 . X2

-0,195 . X3

0,215. X4 -0,623. X5

-0,329 Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 - 0,329 = 0,317

Dilihat dari perhitungan diatas bahwa nilai elastisitas faktor produksi adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat diartikan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi padi sawah tadah hujan berada pada posisi Decreasing return to scale, hal ini berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi dalam proses produksi akan menyebabkan penurunan tambahan hasil.

Page 85: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

77

Efisiensi Harga (Alokatif) Penggunaan Faktor Produksi

Nilai efisiensi untuk usahatani padi sawah tadah hujan berdasarkan efisiensi alokatif harga bahwa rata-rata penggunaan faktor produksi secara alokatif tidak efisien yang artinya bahwa penggunaan faktor produksi padi sawah tadah hujan untuk dapat dikurangi sehingga produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan belum optimal.

Gambar 1. Demplot Padi Sawah Tadah Hujan

Page 86: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

78

Lampiran 8. Artikel Ilmiah

Analisis Efisiensi Faktor Produksi Padi Sawah Tadah Hujan Melalui

Pendekatan PTT

Muhammad Thamrin

1 , Desi Ardilla

2

1) Program Studi Agribsnis Fakultas Pertanian UMSU-Medan

2) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UMSU-Medan

email : [email protected]

Abstract

This study aimed to analyze the efficiency of use of production factors of land, seeds,

fertilizers, pesticides, labor towards rainfed rice production through integrated crop

management approach, using Cobb-Douglass and economic efficiency (allocative price).

The results obtained statistically R-square value of 0.95 which indicates that

simultaneously (synchronously) rainfed rice production is influenced by land, seeds,

fertilizers, pesticides, labor force by 95%, and is supported by the value of the f-count

181.400> f-table 2,404 at level of 95% (α 0.05). Test the partial effect of production

factors of land, seed, fertilizer production significantly while factors pesticides, labor did

not significantly affect rainfed rice production at a level of 95% (α 0.05). Based on the

value of elasticity factor of production is 0.317 which means that the general rainfed rice

farming in the position of decreasing returns to scale, meaning that each additional factors

of production in the production process will lead to an additional reduction in yield.

Value economic allocative efficiency shows that the prices of production factors of land

has not been efficient so that the user needs to be added while the factors of production of

seed, fertilizers, pesticides, labor should be reduced because it is inefficient in its use.

Keywords : Efficiency, Production Factors

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara agraris

memiliki luas lahan sawah yang sangat

besar, tersebar di hampir seluruh

wilayah Indonesia. Sawah adalah lahan

usahatani yang secara fisik,

permukaannya rata, dibatasi oleh

pematang, dan dapat ditanami padi,

palawija, serta tanaman pangan lainnya.

Secara umum berdasarkan

pengairannya, sawah di Indonesia di

bagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi

dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi

adalah sawah yang sumber air utamanya

berasal dari air irigasi, baik berasal dari

sungai, waduk, maupun danau.

Sedangkan sawah tadah hujan adalah

sawah yang sumber airnya berasal dari

curah hujan (Yuliyanto, 2012).

Usahatani padi sawah tadah

hujan memiliki prospek yang sangat

baik, terutama pada daerah yang

memiliki bulan basah berturut turut 4-8

bulan. Indonesia mempunyai lahan

sawah tadah hujan yang sangat luas, dan

tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Produksi padi sawah tadah hujan saat ini

rata-rata baru mencapai 3,5-4,5 Ton/Ha.

Sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC

sudah mencapai 6,5-7,5 Ton/Ha

(Rimbun, 2012).

Peningkatan produktivitas lahan

diantaranya dapat dilakukan melalui

penerapan teknologi spesifik lokasi

berdasarkan potensi sumber daya

domestik dengan memperhatikan aspek

lingkungan. Peningkatan produktivitas

di lahan sawah tadah hujan dapat

dilakukan melalui peningkatan

produktivitas per satuan luas dan

peningkatan intensitas pertanaman.

Rendahnya produktivitas dan intensitas

pertanaman di lahan sawah tadah hujan

Page 87: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

79

disebabkan karena sumber air hanya

bergantung pada curah hujan.

Dengan demikian, pada lahan

sawah tadah hujan yang memiliki curah

hujan yang pendek maka pertanaman

padi hanya dapat dilakukan satu kali

dalam setahun, selanjutnya lahan

dibiarkan bera. Curah hujan merupakan

faktor pembatas yang menentukan

keberhasilan budidaya padi sawah tadah

hujan. Pada padi gogo rancah seringkali

setelah hujan turun 2 sampai 3 kali dan

tanah sudah diolah dan cukup lembab

untuk ditanami, petani biasanya segera

menanam benih padi. Namun setelah

benih berkecambah hujan lama tidak

turun, sehingga benih banyak yang mati

karena kekeringan (Widyantoro, 2010).

Penggarapan bertanam padi di

sawah tadah hujan ini digarap secara

basahan, yaitu menunggu sampai musim

hujan tiba, dan dalam proses penanaman

padi ini memakai benih persemaian,

tetapi seringkali benih sudah terlalu tua

baru dapat ditanam, karena jatuhnya

hujan terlambat. Dalam penanaman padi

sawah tadah hujan ini untuk penanaman

dan selama hidupnya membutuhkan air

hujan yang cukup. Hal ini membawa

resiko yang besar sekali karena musim

hujan kadang datang terlambat,

sementara padi sawah tadah hujan

membutuhkan air hujan yang cukup.

Maka seringkali terjadi kegagalan panen

atau produktivitasnya rendah,

dikarenakan air hujan yang tidak

mencukupi (Vergara, 1990).

Perbedaan hasil umumnya

disebabkan oleh faktor sosial ekonomi

dan faktor teknis. Faktor sosial ekonomi

yaitu kondisi keterbatasan petani untuk

menggunakan inovasi teknologi

budidaya, seperti pengetahuan, akses

terhadap sumber modal, pemasaran,

prasarana transportasi, irigasi.

Sedangkan faktor teknis ketersediaan air

irigasi, kondisi kesuburan lahan, hama

dan penyakit tanaman. Faktor-faktor ini

akan menjadi pertimbangan bagi petani

dalam mengalokasikan input seperti

benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-

obatan

Potensi lahan sawah di WKPP

Paya itik, Kecamatan Galang Kabupaten

Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara

seluas 220 Ha, dimana diantaranya

sekitar 70 Ha adalah sawah tadah hujan

dan terletak di Desa Nogorejo.

Permasalahan yang terjadi pada lahan

sawah tadah hujan yaitu curah hujan

yang tidak menentu menyebabkan

keterlambatan tanam pada Musim

Tanam pertama (MT) 1 dan MT 2

karena debit air yang tidak cukup untuk

penanaman padi sehingga indeks

pertanaman dilahan sawah tadah hujan

hanya dua kali penanaman (IP 2).

Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT) padi sawah adalah suatu

pendekatan inovatif dalam upaya

peningkatan efisiensi usaha tani padi

sawah dengan menggabungkan berbagai

komponen teknologi yang saling

menunjang dan dengan memperhatikan

penggunaan sumber daya alam secara

bijak agar memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap pertumbuhan dan

produktivitas tanaman. Penerapan PTT

diawali dengan pemahaman terhadap

masalah dan peluang (PMP)

pengembangan sumberdaya dan kondisi

lingkungan dengan tujuan: (1)

Mengumpulkan informasi dan

menganalisis masalah, kendala, dan

peluang usahatani; (2) Mengembangkan

peluang dalam upaya peningkatan

produksi; dan (3) Mengidentifikasi

teknologi yang sesuai dengan kebutuhan

petani di wilayah setempat.

Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis efisiensi penggunaan

faktor produksi luas lahan, benih, pupuk,

pestisida, tenaga kerja pada usahatani

padi sawah tadah hujan dengan hipotesis

penelitian yaitu ada pengaruh efisiensi

penggunaan faktor produksi luas lahan,

benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja

dalam meningkatkan produksi padi

sawah tadah hujan.

Pengelolaan Tanaman dan

Sumber Daya Terpadu (PTT) yang

merupakan pendekatan dalam budidaya

tanaman padi sawah adalah salah satu

bentuk implementasi dari revolusi hijau

lestari. Berbeda dengan revolusi hijau

Page 88: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

80

generasi pertama yang lebih

mengutamakan peningkatan produksi

pada lahan sawah irigasi, revolusi hijau

lestari mencakup semua agroekosistem

padi, yaitu lahan sawah irigasi, lahan

sawah tadah hujan, lahan kering, lahan

pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT

padi sawah merupakan suatu usaha

untuk meningkatkan hasil padi dan

efisiensi masukan (input) produksi

dengan mempehatikan penggunaan

sumber daya alam yang bijak dengan

melalui keterpaduan (integrasi) berbagai

komponen teknologi yang saling

menunjang (sinergis) dengan

sumberdaya setempat (spesifik lokasi),

dan partisipasi petani sejak awal

pelaksanaan kegiatan (partisipatif).

Melalui PTT diharapkan kebutuhan

beras nasional dapat dipenuhi,

pendapatan petani padi dapat

ditingkatkan, dan usaha pertanian padi

sawah dapat menjadi usahatani

berkelanjutan.

Adapun teknologi produksi yang

dianjurkan pada Model PTT padi sawah

adalah: (1) Varietas unggul baru yang

sesuai dengan karakteristik lahan,

lingkungan dan keinginan petani

setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian

dan daya kecambah tinggi); (3) Benih

muda (umur <21 hari setelah semai); (4)

Jumlah benih 1-3 batang per lubang dan

sistem tanam jajar legowo 2:1 atau

legowo 4:1; (5) Pemupukan N

berdasarkan Bagan Warna Daun

(BWD); (6) Pemupukan P dan K

berdasarkan status hara tanah, yang

ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah

Sawah (PUTS) atau petak omisi, serta

pemecahan masalah kesuburan tanah

apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan

organik (kompos jerami 5 t/ha, atau

pupuk kandang 2t/ha); (8) Pengairan

berselang (intermittent irrigation); (9)

Pengendalian gulma secara terpadu; (10)

Pengendalian hama dan penyakit secara

terpadu (PHT); dan (11) Panen beregu

dan pasca panen menggunakan alat

perontok (Abdullah dkk, 2008).

Produksi adalah suatu proses

dimana barang dan jasa yang disebut

input diubah menjadi barang dan jasa-

jasa lain yang disebut output. Banyak

jenis aktifitas yang terjadi didalam

proses produksi, yang meliputi

perubahanperubahan bentuk, tempat,

dan waktu penggunaan hasil-hasil

produksi. Masing-masing perubahan ini

menyangkut penggunaan input untuk

menghasikan output yang diinginkan.

Jadi produksi meliputi semua aktifitas

menciptakan barang dan jasa

(Sudarman, 1999).

Berdasarkan pengertian

produksi di atas, maka produksi

pertanian dapat diartikan usaha untuk

memelihara dan mengembangkan suatu

komoditi untuk kebutuhan manusia.

Pada proses produksi untuk menambah

guna atau manfaat maka dilakukan

proses mulai dari penanaman benih dan

dipelihara untuk memperoleh manfaat

atau hasil dari suatu komoditi pertanian.

Proses produksi pertanian

menumbuhkan macam-macam faktor

produksi seperti modal, tenaga kerja,

tanah, dan manajemen pertanian yang

berfungsi mengkoordinasikan ketiga

faktor produksi yang lain sehingga

benar-benar mengeluarkan hasil

produksi (output).

Fungsi produksi menunjukkan

hubungan teknis antara faktor-faktor

produksi (input) dan hasil produksinya

(output). Fungsi produksi

menggambarkan tingkat teknologi yang

dipakai oleh suatu perusahaan, suatu

industri atau suatu perekonomian secara

keseluruhan. Apabila teknologi berubah,

berubah pula fungsi produksinya. Secara

singkat fungsi produksi sering

didefinisikan sebagai suatu skedul atau

persamaan matematika yang

menggunakan jumlah output maksimum

yang dapat dihasilkan dari suatu sektor

produksi tertentu dan pada tingkat

teknologi tertentu pula. Penyajian fungsi

produksi dapat dilakukan melalui

berbagai cara antara lain dalam bentuk

tabel, grafik atau dalam persamaan

matematis. Secara matematis hubungan

antara hasil produksi (output) dengan

faktor-faktor produksi yang digunakan

(input) ditunjukkan sebagai berikut: Q =

F (Xı, X2, X3, ..Xn)

Page 89: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

81

Keterangan:

Q = output

Xı, X2, X3, Xn = Input

Fungsi produksi menunjukan

bahwa jumlah hasil produksi sangat

tergantung pada faktor-faktor produksi.

Dalam melakukan produksi, seorang

petani akan selalu berusaha untuk

mengalokasikan input yang dimilikinya

seefisien mungkin untuk dapat

menghasilkan output yang maksimal

(profit maximization). Tetapi jika petani

dihadapkan pada keterbatasan biaya

dalam melakukan usahanya, maka petani

akan mencoba untuk memperoleh

keuntungan dengan kendala biaya yang

dihadapinya. Tindakan yang dilakukan

petani adalah mengusahakan untuk

memperoleh keuntungan yang besar

dengan penekanan biaya yang sekecil-

kecilnya (cost minimization). Kedua

pendekatan ini mempunyai tujuan yang

sama yaitu untuk memperoleh

keuntungan yang maksimal dengan

pengalokasian input seefisien mungkin.

Berdasarkan faktor produksi yang

digunakan, fungsi produksi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu fungsi

produksi jangka pendek dan jangka

panjang. Dalam jangka pendek faktor

tenaga kerja dianggap sebagai faktor

produksi tetap dan berlaku hukum

tambah hasil yang semakin berkurang

(law diminishing return), bila faktor

produksi variabel ditambah secara terus

menerus, sedang jumlah faktor tetap

tertentu jumlahnya maka titik tertentu

marginal produk (MP) dari faktor

produksi variabel tersebut akan semakin

kecil. Dalam produksi jangka panjang

seluruh faktor produksi bersifat variabel.

Output dapat dinaikkan dengan

mengubah faktor produksi atau input

dalam tingkat kombinasi seoptimal

mungkin. Perubahan input ini dapat

memiliki proporsi yang sama atau

berbeda.

Fungsi produksi Cobb-Douglas

adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel

dimana variabel yang satu disebut

variabel dependen, yang dijelaskan (Y)

dan yang lain disebut variabel

independen, yang menjelaskan (X).

Penyelesaian hubungan antara Y dan X

biasanya dengan cara regresi, yaitu

variasi dari Y akan dipengaruhi oleh

variasi dari X. Dengan demikian kaidah-

kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam menyelesaikan fungsi Cobb-

Douglas. Dalam terminologi ilmu

ekonomi, pengertian efisiensi dapat

digolongkan menjadi 3 (tiga) macam,

yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif

(efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi.

Efisiensi harga berkaitan dengan

pembuatan keputusan mengenai

pengalokasian dari faktor-faktor

produksi variabel, yaitu faktor yang

berbeda dalam kontrol perusahaan.

Efisiensi ini biasanya ditunjukkan

dengan nilai produk marginal untuk

suatu input tertentu sama dengan harga

input tersebut. Efisiensi teknis

merupakan besaran yang menunjukkan

perbandingan antara produksi

sebenarnya dengan produksi maksimum.

Sedangkan efisiensi ekonomi adalah

besaran yang menunjukkan

perbandingan antara keuntungan yang

sebenarnya dengan keuntungan

maksimum (Soekartawi, 2003).

METODE PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan

secara purposive, artinya penentuan

daerah secara sengaja. Daerah

penelitian ini terletak di Desa

Nogorejo Kecamatan Galang

Kabupaten Deli Serdang. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa

daerah tersebut merupakan daerah padi

sawah tadah hujan.

Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan

dalam pengambilan sampel adalah

nonprobability sampling. Teknik

nonprobability sampling yang di

ambil adalah sampling jenuh.

Sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai

Page 90: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

82

sampel. Dimana jumlah populasi di

daerah penelitian adalah satu

Kelompok Tani Harapan dengan

jumlah anggota kelompok 50 orang

petani, maka jumlah sampel yang

diambil adalah 50 petani.

Metode Analisis Data Menyelesaikan permasalahan

sekaligus menjawab hipotesa penelitian

ini dengan menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglas, dan diolah

melalui program software SPSS. Fungsi

Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua atau

lebih variabel, variabel yang satu disebut

dengan variabel dependen, yang

dijelaskan (Y), dan variabel yang lain

disebut dengan variabel independen

yang menjelaskan (X). penyelesaian

hubungan antara Y dan X dengan cara

regresi. Rumus Cobb Douglas adalah :

(1)

Y = aXb

Y = aX1b1

. X2 b2

. X3 b3

. X4 b4

.

X5 b5

e

Memudahkan pendugaan

terhadap persamaan tersebut, maka

persamaan ini diubah menjadi bentuk

linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut.

Analisis regresi berganda. Persamaan

analisis linear berganda yang digunakan

dalam penelitian ini merujuk pada

persamaan LnY = ln a + b1 Ln X1 + b2

Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln

X5 ue (Diyah, 2010).

Dimana : Y = Produksi

a = Konstanta

X1 = Luas Lahan

X2 = Benih

X3 = Pupuk

X4 = Pestisida

X5 = Tenaga Kerja

b1…

b5

= Koefisien

Regresi

e = error

Menguji faktor produksi secara

keseluruhan atau serempak digunakan

uji f-hitung dengan rumus :

F hit = (2)

Dimana : jk reg = Jumlah

Kuadrat Regresi

jk sisa = Jumlah

Kuadrat Sisa

n = Jumlah

Sampel

k = Jumlah

Variabel

1 = Bilangan

Konstanta

Dengan kriteria keputusan :

F hit > F tab ; maka H0 ditolak, H1

diterima

F hit <F tab ; maka H0 diterima, H1

ditolak

Melihat pengaruh faktor

produksi secara parsial digunakan uji-t

sebagai berikut:

t-hit= (3)

Dimana :

bi = Koefisien regresi

se = Simpangan Baku

Dengan kriteria keputusan :

T-hit > t-tabel ; maka H0 ditolak, H1

diterima

T-hit < t-tabel ; maka H0 diterima, H1

ditolak

Menyelesaikan elastisitas faktor

produksi dengan rumus:

b1+b2+b3+b4+b5 = 1,>1,<1 Dimana :

b1 = Nilai elastisitas luas lahan

b2 = Nilai elasitisitas benih

b3 = Nilai elastisitas pupuk

b4 = Nilai elastisitas pestisida

b5 = Nilai elastisitas tenaga kerja

Dengan kriteria keputusan :

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 = 1, Maka

penggunaan faktor produksi konstan

return.

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 > 1, Maka

penggunaan faktor produksi increasing

return.

b1 + b2 + b3 + b4 + b5 < 1, Maka

penggunaan faktor produksi decreasing

return.

Menyelesaikan efisiensi

ekonomi melalui efisiensi harga

(alokatif), dengan rumus yaitu :

Page 91: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

83

1.

....

PxX

PyYbatauPx

X

PyYb

PxNPMx

(4)

Dimana :

NPM = Nilai Produk Marginal (EH),

b = Koefisien Regresi,

Y = Jumlah Produksi Padi Sawah

Py = Harga Jual Padi Sawah

X = Jumlah Faktor Produksi

Px = Harga Faktor Produksi.

Dengan kriteria keputusan :

a. Jika NPM = 1 maka; penggunaan

faktor produksi mencapai efisien.

b. Jika NPM > 1 maka; penggunaan

produksi belum (kurang) efisien

sehingga perlu ditambahkan

penggunaan faktor produksi.

c. Jika NPM < 1 maka; penggunaan

faktor produksi tidak (lebih) efisien

sehingga perlu dikurangi

penggunaan faktor

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini variabel-

variabel yang dapat mempengaruhi

produksi padi sawah tadah hujan adalah

luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan

tenaga kerja yang dianalisis

menggunakan fungsi produksi Cobb-

Douglas yang kemudian

ditransformasikan ke dalam bentuk

persamaan regresi linier berganda, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Cobb-Douglas Antara Faktor Produksi (Luas Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida,

dan Tenaga Kerja) Terhadap Produksi Padi Sawah Tadah Hujan, Tahun 2016

Variabel Koefisien

Regresi

t-hitung Signifikan

Konstanta 0,963 0,475 ,637

Luas Lahan (X1) 1,249 4,796 ,000

Benih (X2) -0,195 -2,114 ,040

Pupuk (X3) 0,215 2,734 ,009

Pestisida (X4) -0,623 -1,799 ,079

Tenaga Kerja (X5) -0,329 -1,176 ,246

Multiple R 0,977

R-square 0,954

f-hitung 181,400

f-tabel 2,404

t-tabel 2,009 Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui

bahwa persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Log Y = log a + B1 Log X1 + B2 Log X2

+ B3 Log X3 + B4 Log X4+ B5 Log X5+ e

Log Y = log 0,963 + 1,249 Log X1 –

0,195 Log X2 + 0,215 Log X3

- 0,623 Log X4 - 0,329 Log

X5

Maka persamaan Cobb- Douglas

dari bentuk persamaan diatas

adalah :

Y = 10 0,963

. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Y = 9,183. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -

0,623. X5

-0,329

Dari persamaan regresi linier

berganda diatas diketahui bahwa

intercept (nilai konstanta) sebesar 0,96.

Nilai ini menunjukkan bahwa dalam

keadaan tetap atau tidak ada perubahan

pada faktor produksi luas lahan, benih,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja maka

produksi padi sawah tadah hujan yang

dihasilkan 0,96 satuan.

Dari hasil pengujian secara

statistik maka diperoleh nilai Multiple R

sebesar 0,97 yang mengartikan bahwa

secara menyeluruh ada hubungan yang

cukup erat antara luas lahan, benih,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja

terhadap produksi padi sawah tadah

hujan sebesar 97%.

Page 92: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

84

Uji Pengaruh Secara Serempak

Dari hasil pengujian data

diketahui bahwa nilai koefisien R-

Square dari penelitian ini adalah 0,95

dimana nilai ini mengidentifikasikan

bahwa secara simultan (serempak)

produksi padi sawah tadah hujan

dipengaruhi oleh luas lahan, benih,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja

sebesar 95%, dan selebihnya 5%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar

variabel yang diteliti dan tidak dapat

diprediksi karena sangat kompleks.

Hal ini didukung oleh nilai f-

hitung 181,400 > f-tabel 2,404 pada

taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Dengan

demikian H1 diterima dan H0 ditolak,

yang berarti ada pengaruh sangat nyata

antara luas lahan, benih, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja terhadap

produksi padi sawah tadah hujan.

Uji Pengaruh Secara Parsial

Mengetahui pengaruh secara

parsial luas lahan, benih, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja terhadap

produksi padi sawah tadah hujan dengan

menggunakan uji t adalah sebagai

berikut :

Pengaruh Luas Lahan Terhadap

Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Hasil pengujian dengan

menggunakan uji-t untuk luas lahan

diperoleh nilai t-hitung 4,796 > t-tabel

2,009 pada tingkat kepercayaan 95%.

Dengan demikian H1 diterima dan H0

ditolak yang berarti luas lahan

berpengaruh nyata atau signifikan

terhadap produksi padi sawah tadah

hujan. Nilai koefisien regresi dalam

penelitian ini adalah 1,249. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap penambahan

luas lahan sebesar 1% maka akan

menaikkan produksi sebesar 1,249%

dengan asumsi bahwa variabel lainnya

tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Benih Terhadap Produksi

Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t,

diperoleh t-hitung untuk benih sebesar

> t-tabel 2,009 pada tingkat

kepercayaan 95% dengan demikian H0

diterima dan H1 ditolak yang berarti ada

pengaruh nyata atau signifikan antara

benih dengan produksi padi sawah tadah

hujan. Nilai koefisien regresi dalam

penelitian ini adalah -0.195. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap penambahan

benih sebesar 1% maka akan terjadi

penurunan produksi sebesar 0,195%

dengan asumsi bahwa variabel lainnya

tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi

Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t,

diperoleh nilai t-hitung untuk pupuk

sebesar 2,734 > t-tabel 2,009 pada

tingkat kepercayaan sebesar 95%

dengan demikian H1 diterima dan H0

ditolak. Artinya ada pengaruh yang

nyata atau signifikan antara pupuk

terhadap produksi padi sawah tadah

hujan. Nilai koefisien regresi dalam

penelitian ini adalah 0.215, sehingga jika

ada penambahan pestisida sebesar 1%

maka akan menaikkan produksi sebesar

0,215% dengan asumsi bahwa variabel

lainnya tetap (ceteris paribus).

Pengaruh Pestisida Terhadap Produksi

Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t,

diperoleh nilai t-hitung untuk pestisida

sebesar -1,799 < t-tabel 2,009 pada

tingkat kepercayaan sebesar 95%

dengan demikian H1 diterima dan H0

ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang

nyata atau tidak signifikan antara

pestisida terhadap produksi padi sawah

tadah hujan. Nilai koefisien regresi

dalam penelitian ini adalah 0.79,

sehingga jika ada penambahan pestisida

sebesar 1% maka akan menaikkan

produksi sebesar 0,79 % dengan asumsi

bahwa variabel lainnya tetap (ceteris

paribus).

Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap

Produksi Padi Sawah Tadah Hujan

Dari hasil pengujian uji-t,

diperoleh t-hitung untuk tenaga kerja

sebesar -1,176 < t-tabel 2,009 pada

Page 93: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

85

tingkat kepercayaan sebesar 95%

dengan demikian H0 diterima dan H1

ditolak, maka artinya tidak ada pengaruh

yang nyata atau tidak signifikan antara

tenaga kerja dengan produksi padi

sawah tadah hujan. Nilai koefisien

regresi dalam penelitian ini adalah -

0,0329 Hal ini menunjukkan jika terjadi

penambahan satu unit tenaga kerja

sebesar 1% maka akan terjadi penurunan

produksi sebesar 0,0329% dengan

asumsi bahwa variabel lainnya tetap

(ceteris paribus).

Elastisitas Faktor Produksi

Elastisitas faktor produksi, dapat

dilakukan dengan menambah seluruh

nilai elastisitas dari masing-masing

variabel bebas yang telah diteliti dengan

rumus sebagai berikut : B1 + B2 + B3 +

B4 + B5 = 1,>1,<1

Dari penelitian ini diperoleh

persamaan Cobb Douglas sebagai

berikut :

Y = 10 0,963

. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -0,623

. X5 -0,329

Y = 9,183. X1 1,249

. X2-0,195

. X3 0,215

. X4 -

0,623. X5

-0,329

Maka 1,249 - 0,195 + 0,215 - 0,623 -

0,329 = 0,317

Dilihat dari perhitungan diatas

bahwa nilai elastisitas faktor produksi

adalah sebesar 0,317. Dari nilai ini dapat

diartikan bahwa faktor produksi luas

lahan, benih, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja mempengaruhi produksi

padi sawah tadah hujan berada pada

posisi Decreasing return to scale, hal ini

berarti bahwa setiap penambahan faktor

produksi dalam proses produksi akan

menyebabkan penurunan tambahan

hasil.

Efisiensi Harga (Alokatif)

Penggunaan Faktor Produksi

Analisis efisiensi diperlukan

untuk membantu petani petani

mengalokasikan faktor-faktor produksi

agar tidak terjadi pemborosan. Efisiensi

dalam penggunaan input sangat penting

dan sangat berpengaruh terhadap hasil

produksi dan keuntungan. Petani yang

rasional akan berprinsip bagaimana

dalam proses produksinya bisa mencapai

tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.

Efisiensi ekonomi tertinggi dari

penggunaan faktor-faktor produksi

tercapai apabila perbandingan nilai

produk marginal dengan harga masing-

masing faktor produksi sama dengan

satu. Pada penelitian ini penghitungan

efisiensi ekonomi penggunaan faktor-

faktor produksi menggunakan

pendekatan efisiensi harga (alokatif).

Berdasarkan hasil usahatani padi sawah

tadah hujan di daerah penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Rata-rata Hasil Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo 1 MT Tahun 2016.

Sewa

Lahan Benih Pupuk Pestisida

Upah

Tenaga Kerja

Produksi

(Kg)

Harga

Jual

1.956.000 143.450 447.360 613.160 2.343.000 2083 4.200 Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 2 diatas, penggunaan

faktor produksi untuk usahatani padi

sawah tadah hujan untuk satu kali

musim tanam yaitu sewa lahan dengan

rata-rata Rp 1.956.000, rata-rata benih

Rp 143.450, rata-rata pupuk Rp 447.360,

rata-rata pestisida Rp 613.160, rata-rata

upah tenaga kerja Rp 2.343.000, rata-

rata produksi 2083Kg dan rata-rata

harga jual pada saat penelitian Rp

4200/Kg.

Nilai efisiensi untuk usahatani

padi sawah tadah hujan berdasarkan

efisiensi alokatif harga diperoleh nilai

yang disajikan pada tabel berikut ini.

Page 94: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

86

Tabel 3. Nilai Efisiensi Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Nogorejo Tahun 2016

Faktor Produksi

Koefisien

Regeresi

Nilai

NPMx Keterangan

Luas Lahan 1,249 14,14 Belum efisien

Benih -0,195 -0,78 tidak efisien

Pupuk 0,215 0,02 tidak efisien

Pestisida -0,623 -2,30 tidak efisien

Tenaga Kerja -0,329

-0,53 tidak efisien Sumber : Data Primer Diolah

Hasil perhitungan nilai efisiensi

harga atau berdasarkan Tabel 3, dapat

dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan

faktor produksi secara alokatif tidak

efisien yang artinya bahwa penggunaan

faktor produksi padi sawah tadah hujan

untuk dapat dikurangi sehingga produksi

padi sawah tadah hujan yang dihasilkan

belum optimal. Selanjutnya efisiensi

harga yang diketahui melalui

perbandingan rasio nilai produk

marginal dengan harga faktor produksi

untuk masing-masing faktor produksi

dapat dijelaskan berikut ini.

6. Faktor Produksi Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah

satu faktor produksi dalam proses

produksi usahatani padi sawah tadah

hujan, dalam analisis efisien harga

menghasilkan nilai sebesar 14,14 lebih

besar dari satu yang berarti bahwa

penggunaan luas lahan usahatani belum

efisien olehnya itu perlu untuk

ditingkatkan perluasan areal usahatani

(ekstensifikasi), disamping itu

pengolahan lahan secara intensif

(intensifikasi) juga perlu dilakukan oleh

petani. Rata-rata penggunaan luas lahan

oleh petani padi sawah tadah hujan

adalah 0,3 Ha dengan rata-rata produksi

sebesar 2083 Kg berdasarkan hasil

tersebut perlunya ada penambahan luas

lahan dan hal ini sesuai dengan pendapat

Suratiyah (2006) yang menyatakan

bahwa semakin luas lahan yang

diusahakan, maka semakin tinggi

produksi dan pendapatan per satuan

luasnya.

7. Faktor Produksi Benih

Faktor produksi benih dalam

analisis efisien harga menghasilkan nilai

sebesar -0,78 lebih kecil dari satu nilai

ini dapat diartikan bahwa penggunaan

benih tidak efisien atau sudah melebihi

sehingga produksi tidak mencapai

optimalisasi. Walaupun disadari

sungguh bahwa sangat sulit untuk

mendapatkan tingkat efisiensi dari

penggunaan faktor produksi usahatani,

penggunaan benih harus dikurangi

dalam proses produksi usahatani. Hal ini

disebabkan karena benih yang

digunakan merupakan benih lokal atau

benih jabal (jaringan benih antar lokasi)

yaitu benih asalan dari hasil tukar

menukar benih dengan petani yang lain,

atau menggunakan benih dari hasil

pertanaman sebelumnya.

Benih lokal yang digunakan

tidak memiliki sertifikasi benih dari

instansi yang berwenang. Jikapun ada

benih berlabel yang digunakan biasanya

menunggu bantaun benih dari

pemerintah dengan varietas yang tidak

pernah berganti yaitu varietas Ciherang.

Keengganan petani untuk menggunakan

benih varietas unggul baru karena harga

yang mahal serta susah untuk

mendapatkannya. Penggunaan benih

padi masih tidak sesuai dengan

rekomendasi teknis Dinas Pertanian

Kabupaten Deli Serdang melalui

penyuluh pertanian lapangan yaitu 1 Kg

benih padi untuk 0,04 Ha (1 Rante).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian

ini petani menggunakan benih padi

untuk 1 Rante adalah 5 Kg dengan

sistem pertanaman tegel. Rata-rata

Page 95: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

87

penggunaan benih padi sawah tadah

hujan sebanyak 38 Kg/Ha sedangkan

rekomendasi teknisnya adalah 25 Kg/Ha

sehingga harus dikurangi.

Pendekatan pengelolaan

tanaman terpadu (PTT) untuk faktor

produksi benih yang sesuai dengan

spesifik lokasi penelitian adalah

menggunakan Varietas Unggul Baru

(VUB) Inpari 30. Pada kegiatan

penanaman bibit padi sawah tadah hujan

yaitu perpindahan dari areal persemaian

ke areal penanaman baru dapat

dilakukan bila curah hujan sudah cukup

stabil atau mencapai sekitar 60

mm/decade (10 hari). Menggunakan

sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan

seperti ini maka populasi tanam

mencapai 400.000 rumpun per hektare.

Pelaksanaan penanaman dibantu dengan

alat semacam caplakan untuk padi

sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik

(mata) 20 cm dan 40 cm. Keuntungan

cara tanam jajar legowo adalah banyak

kemudahan disamping mendapatkan

efek tanaman pinggir juga

mempermudah dalam pemeliharaan

pertanaman terutama penyiangan,

pemupukan, dan penyemprotan, juga

melindungi tanaman dari hama tikus.

Pada proses penanaman awalnya

petani khawatir populasi tanaman akan

berkurang, akibat dari banyaknya ruang

kosong yang tidak ditanami, sehingga

akan mengurangi hasil produksi.

Tingginya biaya tenaga kerja tanam

dengan menggunakan sistem jajar

legowo 4.1 tetapi akhirnya petani

merasa lega setelah melihat hasil

pertanaman padi menjelang panen cukup

rimbun.

8. Faktor Produksi Pupuk

Lahan sawah tadah hujan

umumnya tidak memiliki unsur hara

sebaik lahan sawah irigasi. Lahan sawah

tadah hujan membutuhkan pemupukan

yang baik, selain itu juga waktu

pemupukan perlu mendapat perhatian.

Bila mana lahan dalam kondisi kering

pemupukan tidak dapat dilakukan dan

harus menunggu sampai keadaan lahan

lembab. Meningkatkan efisiensi pupuk

an-organik pada lahan sawah tadah

hujan perlu ditambahkan pupuk organik

atau kompos sebanyak minimal 2 ton

per hektare.

Faktor produksi pupuk

menghasilkan bahwa penggunaan pupuk

tidak efisien artinya perlu untuk

dikurangi untuk mencapai optimalisasi

produksi, ini dapat dilihat dari nilai

efisiensi alokatif atau efisiensi harga

yang memiliki nilai sebesar 0,02 nilai

efisiensi alokatif kurang dari satu

menggambarkan penggunaan pupuk

yang terlalu berlebihan sehingga harus

dikurangi. Rata-rata penggunaan pupuk

sebesar 522 Kg dengan jumlah pupuk

yang dianjurkan 500 Kg. Petani padi

sawah tadah hujan di daerah penelitian

sangat bergantung pada pupuk kimiawi

sehingga pemakaiannya tidak sesuai

dengan anjuran dan petani membeli

tambahan pupuk melalui pupuk non

subsidi yang cukup mahal misal pupuk

urea non subsidi yang di bandrol per 50

Kg sebesar Rp.300.000 sehingga biaya

yang dikeluarkan untuk faktor produksi

menjadi tinggi. Akibatnya dalam

perhitungan efisiensi penggunaan pupuk

tidak efisien sehingga harus dikurangi

penggunaan pupuk dalam usahatani padi

sawah tadah hujan.

9. Faktor Produksi Pestisida

Faktor produksi pestisdia dalam

analisis efisien harga menghasilkan

bahwa penggunaan pestisida tidak

efisien artinya perlu untuk dikurangi

untuk mencapai optimalisasi produksi,

ini dapat dilihat dari nilai efisiensi

alokatif atau efisiensi harga yang

memiliki nilai sebesar 0,02 nilai

efisiensi alokatif kurang dari satu

menggambarkan penggunaan pestisida

yang terlalu berlebihan sehingga harus

dikurangi. Penggunaan pestisida

tergantung dari ada tidaknya atau

banyak sedikitnya gangguan tanaman

karena hama dan penyakit serta

gangguan gulma. Olehnya itu tindakan

penyelamatan maupun menghindari

resiko panen karena ganggunan tanaman

ini perlu antisipasi oleh petani sawah

tadah hujan melalui penggunaan

Page 96: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

88

pestisida atau obat-obatan secara tepat

dan berkesinambungan selama

berlangsungnya proses produksi,

sehingga peningkatan penggunaan

pestisida perlu dilakukan. Untuk

menghindari penggunaan pestisida atau

obat-oabatan harus diawali dengan

penanganan pasca panen terutama

terhadap sisa-sisa produksi setelah

kegiatan perontokan, kemudian

persiapan lahan untuk penanaman

lanjutan dan waktu tanam yang

serempak.

Kegiatan ini jika dilakukan

dengan baik maka dapat mengurangi

atau menghindari gangguan tanaman

selama proses produksi. Penyakit

pertanaman padi sawah tadah hujan

umumnya adalah penyakit kresek, blast,

bercak daun coklat. Penyakit kresek ini

muncul setelah pertanaman berumur 60

hari setelah tanam. Penyakit kresek ini

muncul pada pertanaman padi sawah

tadah hujan yang sering mengalami

kekeringan diawal pertumbuhan, bahkan

penyebarannya semakin meluas. Petani

kesulitan mengendalikan penyakit

kresek ini, bahkan dengan menggunakan

fungisidapun penyakit ini masih banyak

ditemukan dipetakkan sawah.

Sedangkan penyakit blast disebabkan

oleh jamur Pycularia grisea, dan

penyakit bercak daun coklat disebabkan

oleh Helminthosporium oryzae.

Petani dalam mengatasai

persoalan hama dan penyakit padi sawah

akan banyak menggunakan pestisida

sehingga penggunaannya menjadi

berlebih dan hal ini meningkatkan

pengeluaran biaya bagi petani,

berdasarkan hasil nilai efisiensi harga

yang lebih kecil dari satu maka faktor

produksi pestisida harus dikurangi.

Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan

pestisida harus berdasarkan pada enam

tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat

mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat

waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi,

dan (6) tepat cara penggunaan.

Pengendalian juga bisa dilakukan

dilakukan secara fisik, mekanis atau

kimiawi. Penggunaan secara kimiawi

dapat dilakukan apabila populasi

organisme pengganggu tanaman (OPT)

sudah melebihi ambang batas yaitu ± >5

dalam satu rumpun tanaman padi dan

petani menggunakan pestisida untuk

membasmi hama dan gulma dengan

harapan hasil produk pertanian

meningkat.

10. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Padi sawah tadah hujan ditanam

secara tanam pindah dari bibit tanaman

padi yang berumur 20-25 hari. Bibit

tanaman padi berasal dari persemaian

padi yang dilakukan pada saat olah

tanah pertama. Pada saat musim

pertanaman petani sangat kesulitan

untuk mencari tenaga kerja tanam apa

lagi untuk tanam jajar legowo 4:1, hal

ini disebabkan karena tidak adanya

regenerasi untuk penanaman, umumnya

yang bekerja untuk penanaman adalah

para ibu-ibu yang sudah lanjut usia,

sementara para remaja putri sangat

enggan untuk bekerja dan turun tanam

ke sawah. Sehingga pada saat musim

tanam petani kesulitan mencari tenaga

kerja tanam, karena petani melakukan

kegiatan tanam pada waktu hampir

bersamaan.

Faktor produksi tenaga kerja

penggunaannya tidak efisien artinya

perlu untuk dikurangi untuk mencapai

optimalisasi produksi, hal ini dapat

dilihat dari nilai efisiensi alokatif atau

efisiensi harga yang memiliki nilai

sebesar -0,53, nilai efisiensi alokatif

kurang dari satu ini menggambarkan

bahwa penggunaan tenaga kerja terlalu

berlebihan sehingga harus dikurangi.

Penggunaan tenaga kerja dalam proses

produksi usahatani padi sawah tadah

hujan dapat dikatakan cukup tinggi

mengingat ada beberapa kegiatan yang

memerlukan banyak tenaga kerja karena

harus dilakukan dalam sehari, seperti

dalam proses penanaman dan panen.

Kegiatan penanaman harus dilakukan

serempak guna menghindari

penyerangan hama apabila dalam proses

tanam terlambat begitu juga dengan

proses panen harus serempak untuk

menghindari kerontokan hasil panen

dalam proses pemotongan.

Page 97: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

89

Menggunakan tenaga kerja

keluarga diharapkan dapat menekan

biaya tenaga kerja sehingga HOK dapat

ditekan mengingat biaya tenaga kerja

cukup besar yaitu Rp 60.000 per

orang/hari kerja. Mengingat biaya

tenaga kerja yang besar sehingga jika

dinaikkan tenaga kerja maka biaya juga

semakin besar dan apabila tidak

diimbangi dengan kenaikan produksi

yang memadai maka petani dapat

mengalami penurunan keuntungan atau

pendapatannya berkurang. Berdasarkan

hal itu maka faktor produksi tenaga

kerja harus dikurangi, artinya ada

beberapa bagian pekerjaan usahatani

padi sawah tadah hujan dapat dikerjakan

oleh petani dan keluarganya, hal ini

sesuai dengan pendapat Suratiyah

(2006) tenaga kerja merupakan faktor

penting dalam usahatani keluarga

khususnya tenaga kerja petani beserta

anggota keluarganya, rumah tangga

petani yang umumnya sangat terbatas

pada segi modal, peranan tenaga kerja

keluarga sangat menentukan. Jika masih

dapat diselesaikan oleh tenaga kerja

keluarga sendiri maka tidak perlu

mengupah tenaga luar, yang berarti

menghemat biaya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

5. Dari hasil pengujian secara statistik

diperoleh nilai Multiple R sebesar

0,97, nilai R-Squre sebesar 0,95.

Hal ini didukung oleh nilai f-hitung

181,400 > f-tabel 2,404 pada

tingkat kepercayaan 95% (α 0,05),

yang berarti ada pengaruh sangat

nyata antara luas lahan, benih,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja

terhadap produksi padi sawah tadah

hujan.

6. Secara parsial variabel faktor

produksi luas lahan, benih dan

pupuk berpengaruh nyata terhadap

produksi padi sawah tadah hujan

yang ditunjukkan dengan nilai t-

hitung > t-tabel pada tingkat

kepercayaan 95% (α 0,05).

Sedangkan variabel faktor produksi

pestisida dan tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap

produksi padi sawah tadah hujan

yang ditunjukkan dengan nilai t-

hitung < t-tabel pada tingkat

kepercayaan 95% (α 0,05).

7. Berdasarkan nilai elastisitas faktor

produksi adalah sebesar 0,317 nilai

ini dapat diartikan bahwa faktor

produksi luas lahan, benih, pupuk,

pestisida, dan tenaga kerja

mempengaruhi produksi padi sawah

tadah hujan berada pada posisi

Decreasing return to scale yang

artinya adalah setiap penambahan

faktor produksi dalam proses

produksi akan menyebabkan

penurunan tambahan hasil.

8. Berdasarkan nilai analisis efisiensi

harga (alokatif), faktor produksi

luas lahan harus ditambah karena

penggunaannya belum efisien

sedangkan faktor produksi benih,

pupuk, pestisida harus dikurangi

karena tidak efisien dalam

penggunaannya.

Saran

4. Diharapkan petani dapat

menghitung faktor produksi padi

sawah tadah hujan sebagai bagian

dari analisa usahatani sehingga

petani mengetahui untung dan

ruginya suatu usaha.

5. Perlu adanya kerjasama dalam

bentuk kemitraan yang sinergis

sesuai dengan prinsip kemitraan

yang saling menguntungkan dalam

penyediaan sarana produksi,

pemasaran hasil dan penguatan

modal secara finansial, sehingga

petani juga dapat berusaha dengan

giat, selain itu campur tangan

pemerintah melalui kebijakan yang

mendukung, sehingga kesejahteraan

petani dapat terwujud melalui

peningkatan produksi dan

pendapatan usahatani padi sawah

tadah hujan.

Page 98: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

90

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. (2008). Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Sumatera Barat, 51

Diyah, A.Suryaningrum. (2010). Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor

Produksi Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice

Intensification) di Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.

Rimbun, (2012). Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan, Wahana Pengetahuan Alam

Pertanian, Kesenian, dan Umum, Jakarta.

Soekartawi. (2003). Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi

Cobb-Douglass. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudarman, Ari. (1999). Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Jilid 1, BPFE, Yogyakarta.

Sukirno Sadono. (1994). Pengantar Ekonnomi Mikro. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Suratiyah, K. (2006). Imu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Vergara, B.S. (1990). Bercocok Tanam Padi. Proyek Prasarana Fisik Bappenas. Jakarta

Widyantoro, dan Husin M Toha, (2010). Optimalisasi Pengelolaan Padi Sawah Tadah

Hujan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Prosiding Pekan

Serelia Nasional 2010 (pp. 648-657). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Sukamandi, Jawa Barat.

Yulianto, Y., & Sudibiyakto, S. (2012). Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan

Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten Magelang.

Jurnal Bumi Indonesia, 1(1).

Page 99: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER …

91

Lampiran 9. Poster Penelitian