Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PENGELASAN LOGAM DI BENGKEL
LAS LOGAM SIKEMBAR SUKMAJAYA DEPOK DESEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
WIBOWO MUKTI
0906617901
Pembimbing
HENDRA, S.KM., M.KKK.
DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2013
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
iii
iii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penilai risiko yang didapat pada kegiatan pengelasan
logam di bengkel las Sikembar Sukmajaya Depok pada November-Desember 2012.
Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kemungkinan dan konsekuensi dari
setiap tahapan pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko
kualitatif risk matrix IEC 31010:2009 untuk mengetahui level risiko yang ada pada tahapan
kegiatan pengelasan. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan
metode kualitatif yang sesuai dengan AS/NZS ISO 31000:2009. Hasil penelitian
menyatakan bahwa level risiko yang dimiliki pada uraian kerja di setiap langkah
pengelasan logam di bengkel las Sikembar meliputi level : very high, high, dan medium.
Dengan adanya nilai tingkat risiko, penulis bisa mengevaluasi upaya pengendalian risiko
yang bengkel las Sikembar lakukan. Apakah pengendalian tersebut telah sesuai atau tidak
sesuai standar, sehingga penulis bisa merekomendasikan prioritas pengendalian risiko
menggunakan APD, administrative control dan rekayasa engineering yang sesuai standar
pada risiko yang mempunyai nilai risiko very high, high, dan medium.
Kata Kunci:
Pengelasan, Keselamatan, AS/NZS ISO 31000:2009, Manajemen Risiko, Penilaian
Risiko, Kemungkinan, Konsekuensi, Tingkat Risiko
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kasus kecelakaan pada seluruh pekerja dinilai masih tinggi dan
memprihatinkan. Sepanjang tahun 2010, terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja yang
mengakibatkan kematian sekitar 1.965 orang, juga tercatat 3.662 pekerja yang mengalami
cacat fungsi, 2.713 cacat sebagian, 31 cacat total dan sisanya berhasil sembuh. Jika
dibandingkan tahun 2009, jumlahnya sudah turun, yakni terjadi 96.314 kasus kecelakaan
kerja, 4.380 cacat fungsi, 2.713 cacat sebagian, 42 cacat total dan 2.144 meninggal dunia.
Sisanya berhasil disembuhkan. Namun meski demikian jumlah itu masih tetap tinggi
(www.jamsostek.co.id).
Penggunaan las dalam pengerjaan disegala sektor semakin luas sehingga
kecelakaan yang diakibatkan oleh proses pengerjaan tersebut juga sering banyak terjadi.
Contohnya seperti yang terjadi pada bengkel las di Kota Depok yaitu kasus tabung gas
asetilen meledak (2008), bengkel las di Samarinda juga mengalami hal yang serupa yaitu
tabung gas asetilen meledak (2009) dan kasus-kasus yang terjadi pada pengelasan di
bidang property gedung dalam beberapa tahun terakhir (2007-2012). Pekerjaan
pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh resiko karena selalu
berhubungan dengan api dan bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak terutama
sekali pada las gas yaitu gas oksigen dan asetilen. OSHA 2008 (Occupational Safety and
Health Administration) telah melakukan penelitian dimana bahwa telah terjadi 1.116 kasus
dan 221 kasus berakhir kematian di USA dalam kurun satu tahun yang berhubungan
dengan kegiatan pengelasan yang umumnya disebabkan karena kurang kehati-hatian,
cara menangani alat yang salah, cara memakai alat yang salah, memakai alat pelindung
diri yang tidak benar dan baik dan kesalahan – kesalahan lainnya. (DK3N, 2010)
1.2 Perumusan Masalah
Pengamatan penulis ada beberapa masalah dalam implementasi keselamatan
kerja dan belum ada prosedur keselamatan kerja dalam melakukan pengelasan di bengkel
las Sikembar. Oleh karena itu diperlukan penilaian risiko (risk assessment) yang terdiri
dari identifikasi risiko (risk identification) di setiap aktivitas pengelasan yang dilakukan
pekerja bengkel las Sikembar untuk mengetahui apa saja risiko yang berkaitan dengan
keselamatan kerja dari aktivitas pengelasan yang dilakukan pekerja dibengkel las
Sikembar, lalu analisis risiko (risk analysis) untuk menentukan level of risk dari setiap
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
2
Universitas Indonesia
tahapan pengelasan yang dilakukan pekerja dibengkel las Sikembar, setelah itu
melakukan evaluasi risiko (risk evaluation).
Hasil dari evaluasi risiko tersebut akan menentukan tindakan yang sesuai terhadap
risiko yang ada dalam pengelasan dibengkel las Sikembar. Hal ini bertujuan untuk
menentukan pengendalian risiko yang sesuai untuk jenis-jenis risiko yang ada. Hal ini
dapat menjadi masukan dan saran untuk bengkel las Sikembar kedepannya agar lebih
mengutamakan keselamatan kerja ditiap aspek pengelasan. Penelitian dilakukan pada
bulan November-Desember 2012 di Bengkel Las Sikembar. Jenis data yang dikumpulkan
adalah :
1. Menurut jenisnya : Data yang penulis kumpulkan adalah data primer yang penulis
kumpulkan dan diolah sendiri melalui kegiatan observasi dan wawancara langsung
dari bengkel las Sikembar.
2. Menurut sumbernya : Data yang penulis kumpulkan adalah data internal yang penulis
kumpulkan dengan menggambarkan keadaan kondisi tempat kerja dan kegiatan
pengelasan di bengkel las Sikembar.
3. Menurut sifatnya : Data yang penulis kumpulkan merupakan data kualitatif sehingga
data tidak berbentuk angka karena isinya menceritakan tentang proses kerja dan
kondisi tempat kerja serta dokumentasi-dokumentasi berbentuk gambar.
4. Menurut waktu pengumpulannya : Data yang penulis kumpulkan adalah data cross
section karena mengambil data dalam waktu-waktu tertentu saja (tidak terjadwal).
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Risiko
Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko adalah kegiatan terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang berkaitan dengan risiko dan
mempunyai suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan
baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam pengambilan keputusan
yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan.
2.2 Menentukan Konteks
Dalam konteks manajemen risiko organisasi perlu menetapkan tujuan, strategi,
ruang lingkup dan parameter dari aktivitas atau bagian dari organisasi dimana proses
manajemen risiko harus dilaksanakan dan ditetapkan. Proses tersebut dilakukan dengan
pemikiran dan pertimbangan yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya,
keuntungan dan kesempatan.
1. Menetapkan konteks eksternal
Penetapan konteks eksternal yaitu menggambarkan lingkungan eksternal di mana
organisasi beroperasi dan menggambarkan hubungan antara organisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Menetapkan konteks internal
Sebelum melakukan aktivitas manajemen ririko maka perlu terlebih dahulu
memahami kondisi internal yang terdapat di organisasi. Kondisi tersebut meliputi kultur,
internal stakeholder, struktur, kemampuan sumber daya serta tujuan, sasaran dan strategi
dapat dijangkau. Penetapan konteks internal menjadi sangat penting.
2.3 Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko merupakan suatu langkah untuk mengenali atau untuk menjawab
pertanyaan apa risiko yang dapat terjadi, bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat
terjadi. Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya
sumber bahaya dan aktivitas berisiko yang dapat mengganggu tujuan, sasaran dan
pencapaian organisasi. Identifikasi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Apa yang dapat terjadi ?
Tujuannya adalah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari
kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
4
Universitas Indonesia
2. Bagaimana dan mengapa itu terjadi ?
Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario proses kejadian yang akan
menimbulkan risiko berdasarkan informasi gambaran hasil eksplorasi masalah diatas.
2.4 Peralatan dan Tehnik
Identifkasi risiko ada beberapa metode, berikut ini adalah beberapa metode
Identifikasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengenal dan mengevaluasi
berbagai bahaya yang terdapat di tempat kerja.
1. Data kecelakaan
Data kecelakaan adalah salah satu sumber informasi mengenai adanya bahaya di
tempat kerja dan merupakan sumber informasi yang paling mendasar. Setiap kecelakaan
yang terjadi selalu mempunyai sebab yang didasari adanya kondisi tidak aman baik
menyangkut manusia, peralatan atau lingkungan kerja. Karena itu dalam setiap
kecelakaan, bagaimanapun kecilnya akan ditemukan adanya sumber bahaya atau risiko.
2. Daftar Periksa
Metode ini sangat mudah dan sederhana untuk dilakukan yaitu dengan membuat
daftar pemeriksaan bahaya di tempat kerja. Dalam penerapan metode ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Metode ini bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja tertentu.
b. Daftar periksa harus dikembangkan oleh orang yang memahami atau mengenal tempat
kerja atau peralatan.
c. Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama jika ditemukan ada bahaya baru,
atau penambahan dan perubahan sarana produksi, sistem atau proses.
d. Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal dengan baik kondisi
lingkungan kerjanya. 3. Job Safety Analysis (JSA) Atau Job Hazard Analysis (JHA)
Pengertian JSA menurut OSHA 3071 yaitu metode yang mempelajari suatu
pekerjaan untuk menemukan bahaya-bahaya yang terkandung didalamnya. Dengan
dikenalnya bahaya-bahaya kerja maka dibuat prosedure / langkah kerja yang tepat untuk
mengurangi atau menghilangkan bahaya-bahaya ..tersebut dan mencegah kecelakaan.
JSA harus dilakukan pada setiap pekerjaan yang kritikal. JSA terus berkembang
menyertai setiap proses kegiatan sehingga selalu perlu disempurnakan.
2.5 Analisis Risiko
Menurut AS/NZS ISO 31000:2009 analisa risiko adalah suatu sistem yang
digunakan untuk informasi yang tersedia untuk menentukan seberapa sering kejadian-
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
5
Universitas Indonesia
kejadian yang terjadi dan magnitude (besarnya) konsekuensi.Analisis risiko akan
tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Dilakukan dengan menentukan
tingkatan kemungkinan dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan
tingkatan risiko yang ada dengan mengalihkan kedua variabel tersebut (kemungkinan x
konsekuensi). Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan
mempertimbangkan antara estimasi konsekuensi dengan perhitungan terhadap program
pengendalian yang telah dilakukan.
2.7 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan sebarapa besar potensi risiko yang akan diukur.
Analisa kualitatif dapat digunakan untuk :
a. Sebagai aktifitas penyaringan awal untuk mengidentifikasi risiko yang mana diperlukan
analisa yang lebih lengkap.
b. Dimana tingkat risiko tidak dapat meratakan waktu dan usaha yang diperlukan untuk
analisa yang terisi.
c. Dimana data numeric tidak adequate untuk analisa kuantitatif. Tabel 2.2 Qualitative Likelihood Rating Score (sumber: AS/NZS ISO 31000:2009)
Level Deskriptor Deskripsi
A Almost
Certain
Kejadian tersebut diharapkan terjadi dalam kebanyakan kondisi dan situasi.
B Likely Kejadian akan mungkin terjadi dalam kebanyakan keadaan.
C Possible Kejadian tersebut seharusnya terjadi pada suatu waktu.
D Unlikely Kejadian itu dapat terjadi.
E Rare Kejadian akan hanya terjadi pada keadaan tertentu.
Tabel 2.3 Qualitative Consequence Rating Score (sumber: AS/NZS ISO 31000:2009)
Level Deskriptor Deskripsi
1 Minor Diperlukan perawatan medis, kerugian financial kecil. 2 Moderate Diperlukan perawatan medis, mengalami kecacatan,
kerugian financial medium. 3 Major Kecelakaan besar, kerusakan besar, kerugian kemampuan
produksi, kerugian financial tinggi. 4 Extreme Kematian, kerusakan sangat besar, penyebaran keracunan
pada lingkungan, kerugian financial tinggi sekali.
Hasil dari tingkat risiko atau Level of risk adalah dengan menggunakan risk matrik dengan
rumus : Risk = Consequences X Likelyhood ( R = C x L )
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Tabel 2.4 Qualitative Level of Risk Matrix Rating Score (sumber: AS/NZS ISO
31000:2009)
Comment Action
Very High Hentikan Pekerjaan dan Tangani Langsung (prioritas) High Penanganan secepatnya Medium Mengharuskan ada perbaikan Low Memerlukan perhatian
2.8 Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah semua proses dari analisis dan evaluasi risiko (dalam
konteks ini, evaluasi risiko dirata-ratakan dari estimasi analisa risiko yang berlawanan
dengan target. Tujuan penilaian risiko menurut Rao V. Kolluru, 1996 :
1. Memperoleh gambaran mengenai sumber dan sifat dari risiko, memperoleh wawasan
mengenai sumber, tempat dan waktu dari risiko.
2. Mengidentifikasi risiko terburuk sebagai risiko sensitivitas investasi dan waktu.
3. Melihat langkah kerja yang sistematik untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya
sebagai pencegahan dan perlindungan dari risiko.
2.9 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko mempunyai tujuan untuk melihat apakah risiko yang telah dianalisa
dapat diterima atau tidak dengan membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
7
Universitas Indonesia
tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Hasil evaluasi risiko
antara lain yaitu:
a. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
b. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
c. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
Tujuan evalusasi risiko menurut ISO 31000 adalah untuk membantu dalam
membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, tentang resiko mana yang
memerlukan penanggulangan dan prioritas untuk pelaksanaan penanggulangan.
2.10 Pengendalian Risiko
A. Menetapkan pengendalian yang sudah ada
Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada
untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang
digunakan dinilai kesesuaiannya. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan misalnya,
seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri atau professional
judgement (control self-Assessment Techniques/CST). B. Pendekatan untuk pengendalian risiko
Menurut AS/NZS ISO 31000:2009, pengendalian risiko secara general dilakukan
dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau
penggunaan proses, bahan, alat yang berbahaya
2. Mengurangi kemungkinan terjadi
3. Mengurangi konsekuensi terjadi
4. Pengalihan risiko ke pihak lain
5. Menangung risiko yang tersisa.
2.11 Hirarki Pengendalian
Pengendalian Bahaya
Menurut Permenaker No. 05/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja bisa
dilakukan melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja yaitu: A. Pengendalian teknis (engineering control)
Pengendalian teknis adalah melakukan rekayasa pada sumber bahaya tersebut, seperti:
1. Eliminasi : Menghilangkan atau memusnahkan sama sekali material, proses, maupun
teknologi yang digunakan yang dapat membahayakan pekerja dan lingkungan sekitar.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
8
Universitas Indonesia
2. Subtitusi : Mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material lain
yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan. Subtitusi dilakukan bila cara eliminasi
tidak bisa dilakukan.
3. Minimalisasi : Mengurangi jumlah paparan bahaya yang ada di tempat kerja
4. Isolasi : Memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja. B. Pengendalian administrasi (administrative control)
Pengendalian administratif adalah dengan mengurangi bahaya melalui kegiatan
atau aktifitas yang bersifat administratif, efektifitas program ini membutuhkan peran aktif
manajemen dan karyawan. Semua elemen harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam
menjalankan program-program yang ada. C. Penggunaan alat pelindung diri (personal equipment protective)
Untuk mengurangi dampak bahaya dengan cara pemberian alat pelindung diri
yang digunaka pekerja agar dapat memproteksi dirinya sendiri. Pengendalian ini adalah
alternatif terakhir yang dapat dilakukan apabila kedua pengendalian sebelumnya belum
dapat mengurangi bahaya dampak yang mungkin timbul.
2.12 Penanganan Pajanan
Kecelakaan yang sering terjadi pada pekerja diantaranya mengalami luka bakar,
terkena percikan api, tersengat listrik, bahaya kimia dan pajanan UV dar sinar api
pengelasan, hal ini harus ditangani dengan cepat dan benar.
2.13 Teori Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi
panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan (Sriwidharto, 1987). Pengelasan
adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa
pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan
oleh gaya tarik menarik antara atom (Guideline of Welding-Handbook For Welder 2004).
Pada proses pengelasan ada 3 hal yang mendasari pengelasan yaitu pemotongan,
solder dan patri. Pemotongan metal adalah proses memotong logam dengan alat las,
sedangkan solder dan patri merupakan proses penyambungan logam dimana digunakan
logam penyambung lainnya dalam keadaan titik cair menggunakan alat las yang
kemudian membeku atau dibekukan lagi.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
9
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini dilakukan dengan observasional, dengan pendekatan
kualitatif untuk mengetahui tingkat bahaya dan risiko pada pengelasan di bengkel las
Sikembar. Metode analisis risiko yang digunakan kualitatif berdasarkan standar AS/NZS
ISO 31000:2009 yang terdiri dari identifikasi risiko dengan menggunakan form yang telah
disesuaikan, kemudian melakukan analisis risiko dengan menentukan nilai consequence
(konsekuensi) dan likelihood (kemungkinan) dari setiap risiko. Nilai nilai consequence
(konsekuensi) dan likelihood (kemungkinan) lalu dihitung dan dibandingkan dengan
standar level risiko risk matrix ISO 31000 untuk mendapatkan tingkatan risiko yang ada
pada setiap langkah kerja dalam pengelasan logam di bengkel las Sikembar.
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bengkel las di wilayah Kota Depok yaitu bengkel las
Sikembar yang bertempat di Jalan Proklamasi Raya No 46 Sukmajaya Kota Depok.
Penelitian ini dilaksanakan pada minggu akhir bulan November hingga pertengahan bulan
Desember 2012.
4.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah bahaya dan risiko pada aspek keselamatan kerja yang
terdapat dalam proses pengelasan yang dilakukan pekerja di bengkel las Sikembar yang
berlokasi di Jalan Proklamasi Raya no 46 Sukmajaya Depok .
4.4. Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Pengumpulan data primer berupa proses kerja, gambaran bahaya dan risiko serta
pengendalian yang telah dilakukan oleh bengkel las Sikembar diperoleh dengan cara
melakukan observasi dan wawancara terhadap pekerja dan pemilik terkait proses
pengelasan dan kasus kecelakaan kerja. Observasi dilakukan dengan melihat kondisi
tempat kerja dan peralatan kerja yang digunakan serta mencatat tahapan proses yang
dilakukan di bengkel las tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara tidak
terstruktur terhadap pemilik bengkel las, pekerja las, dan beberapa pekerja yang ada di
bengkel las Sikembar.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
10
Universitas Indonesia
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data ini mengacu pada AS/NZS ISO ISO 31000:2009
sebagai metode dalam analisis risiko yang bersifat kuantitatif. Untuk identifikasi risiko di
setiap tahapan proses pengelasan di bengkel las Sikembar akan menggunakan form JHA
yang telah disesuaikan.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
11
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja
Kegiatan identifikasi risiko dilakukan menggunakan form yang telah disesuaikan untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan dari tiap
proses pengelasan di bengkel las Sikembar.
Tabel 5.1 Identifikasi Bahaya dan Risiko Persiapan Kerja Pengelasan Logam
Uraian Kerja Bahaya Risiko Pengendalian Yang Ada
Mengangkat dan Membawa Peralatan Las.
Bahaya Fisik Terpeleset karena benda yang tercecer dilantai atau cairan dilantai.
Tidak ada
Tersandung benda yang tercecer dilantai. Tidak ada Kaki tertimpa benda berat yang dibawa pekerja. Tidak ada
Bahaya Listrik Tersengat arus listrik listrik kabel yang terkelupas di lantai.
Sarung tangan kain dan menambal kabel dengan lakban hitam
Melakukan Pengisian Tabung
Gas Asetilen dan Gas Oksigen.
Bahaya fisik Terkena ledakan tabung yang sedang diisi Menyediakan regulator gas yang cukup baik
Melakukan Persiapan Operasional Las Listrik.
Bahaya fisik Terjatuh akibat tersandung kabel las listik yang dibawa pekerja
Tidak ada
Bahaya listrik Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo untuk menghidupkan las listrik
Sarung tangan kain
Melakukan Pemasangan Pisau
di Mesin Pemotong Besi dan Baja Listrik.
Bahaya Fisik Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja yang masih menyala saat mengganti pisau
Sarung tangan kain, mematikan mesin, menambal kabel dengan lakban hitam
Bahaya Listrik Tersengat arus listrik mesin potong besi dan baja saat mengganti pisau
Sarung tangan kain, mematikan mesin, menambal kabel dengan lakban hitam
Tabel 5.2 Identifikasi Bahaya dan Risiko Pengerjaan Pengelasan Logam
Uraian Kerja Bahaya Risiko Pengendalian Yang Ada
Melakukan Pemotongan Besi Bahaya Fisik Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja Sarung tangan kain
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
12
Universitas Indonesia
dan Baja Dengan Mesin Pemotong Besi dan Baja
Listrik.
saat memotong besi dan baja dengan mesin pemotong baja dan listrik. Cedera pada mata karena percikan logam saat memotong besi dan baja.
Kacamata biasa
Tubuh cedera terkena serpihan besi ukuran sedang dan besar yang terpental saat memotong besi dan baja.
Tidak ada
Bahaya Listrik Tersengat arus listrik saat memotong besi dan baja dengan mesin pemotong baja dan listrik.
Sarung tangan kain, menambal kabel dengan lakban hitam
Melakukan Pembersihan dan Penghalusan Pada Bahan Yang Akan Dilas.
Bahaya Fisik Jari terpotong oleh mesin gerinda listrik saat membersikan dan menghaluskan bahan yang akan dilas.
Sarung tangan kain
Cedera pada mata karena percikan logam saat membersihkan dan menghaluskan logam yang akan dilas.
Kacamata biasa
Bahaya Listrik Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat menghaluskan dan membersihkan logam yang akan dilas.
Sarung tangan kain, menambal kabel dengan lakban hitam
Melakukan Pengelasan Menggunakan Las Karbit atau Las Ase tilen.
Bahaya Fisik Terkena ledakan tabung asetilen yang sedang digunakan untuk pengelasan.
Regulator gas yang terpasang pada tabung gas sudah cukup baik
Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las asililen.
Sarung tangan kain
Melakukan Pengelasan Dengan
Las Listrik.
Bahaya fisik Terjatuh akibat tersandung kabel las listrik saat melakukan pengelasan.
Tidak ada
Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las listrik.
Sarung tangan kain
Bahaya listrik Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo saat mengelas dengan las listrik.
Sarung tangan kain, menambal kabel dengan lakban hitam.
Tabel 5.3 Identifikasi Bahaya dan Risiko Penyelesaian Pengerjaan Pengelasan Logam
Uraian Kerja Bahaya Risiko Pengendalian Yang Ada
Melakukan Pembersihan Kerak
Hasil Las.
Bahaya Fisik Jari terpotong mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil las.
Sarung tangan kain
Cedera pada mata akibat serpihan logam saat membersihkan kerak hasil las.
Kacamata biasa
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Bahaya Listrik
Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil las.
Sarung tangan kain, menambal kabel dengan lakban hitam
Melakukan Water Cooling
Setelah Pengelasan.
Bahaya Listrik Tersengat arus listrik akibat ceceran air mengenai alat las listrik.
Sarung tangan kain dan sepatu biasa
5.2 Analisis Risiko Keselamatan Kerja
Tabel 5.4 Analisis Risiko Persiapan Kerja Pengelasan Logam
Uraian Kerja Risiko Consequen
ce
Likelihoo
d
Level of
Risk
Penjelasan Nilai Level of
Risk
Mengangkat dan Membawa Peralatan Las
Terpeleset karena benda yang tercecer dilantai atau cairan dilantai.
Minor Likely Medium Mengharuskan ada perbaikan
Tersandung benda yang tercecer dilantai. Minor Likely Medium Mengharuskan ada perbaikan
Kaki tertimpa benda berat yang dibawa pekerja Moderate Likely High Penanganan secepatnya Tersengat arus listrik listrik kabel yang terkelupas di lantai.
Extreme Possible High Penanganan secepatnya
Melakukan Pengisian Tabung Gas Asetilen dan Gas Oksigen
Terkena ledakan tabung yang sedang diisi Extreme Unlikely High Penanganan secepatnya
Menyiapkan Operasional Las Listrik
Terjatuh akibat tersandung kabel las listik yang
dibawa pekerja
Minor Likely Medium Mengharuskan ada perbaikan
Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo untuk menghidupkan las listrik
Extreme Likely Very High Hentikan Pekerjaan dan Tangani Langsung
Melakukan Pemasangan Pisau di Mesin Pemotong Besi dan Baja Listrik
Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja yang masih menyala saat mengganti pisau.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Tersengat arus listrik mesin potong besi dan baja
saat mengganti pisau
Extreme Unlikely High Penanganan secepatnya
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Tabel 5.5 Analisis Risiko Pengerjaan Pengelasan Logam
Uraian Kerja Risiko Consequen
ce
Likelihoo
d
Level of
Risk
Penjelasan Nilai Level of
Risk
Melakukan Pemotongan Besi dan Baja Dengan Mesin Pemotong Besi dan Baja Listrik
Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja
saat memotong besi dan baja dengan mesin pemotong baja dan listrik.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Cedera pada mata karena percikan logam saat memotong besi dan baja.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Tubuh cedera terkena serpihan besi ukuran sedang dan besar yang terpental saat memotong besi dan
baja.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Tersengat arus listrik saat memotong besi dan baja dengan mesin pemotong baja dan listrik.
Extreme Possible High Penanganan secepatnya
Melakukan Pembersihan atau Penghalusan pada Bahan Yang Akan Dilas
Jari terpotong oleh mesin gerinda listrik saat membersikan dan menghaluskan bahan yang akan dilas.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Cedera pada mata karena percikan logam saat
membersihkan dan menghaluskan logam yang akan dilas.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat menghaluskan dan membersihkan logam yang
akan dilas.
Extreme Likely Very High Hentikan Pekerjaan dan Tangani Langsung
Melakukan Pengelasan Dengan Las Karbit atau Las Asetilen
Terkena ledakan tabung asetilen yang sedang digunakan untuk pengelasan.
Extreme Unlikely High Penanganan secepatnya
Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las asililen.
Moderate Almost Certain
High Penanganan secepatnya
Melakukan Pengelasan Dengan Las Listrik
Terjatuh akibat tersandung kabel las listrik saat
melakukan pengelasan.
Minor Likely Medium Memerlukan Perhatian
Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las listrik.
Moderate Almost Certain
High Penanganan secepatnya
Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo saat mengelas dengan las listrik
Extreme Likely Very High Hentikan Pekerjaan dan Tangani Langsung
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Tabel 5.6 Analisis Risiko Penyelesaian Pengerjaan Pengelasan Logam
Uraian Kerja Risiko Consequen
ce
Likelihoo
d
Level of
Risk
Penjelasan Level of Risk
Melakukan Pembersihan Kerak Hasil Las
Jari terpotong mesin gerinda listrik saat
membersihkan kerak hasil las.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Cedera pada mata akibat serpihan logam saat membersihkan kerak hasil las.
Moderate Likely High Penanganan secepatnya
Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil las.
Extreme Likely Very High Hentikan Pekerjaan dan Tangani Langsung
Melakukan Water Cooling Setelah Pengelasan
Tersengat arus listrik akibat ceceran air mengenai
alat las listrik.
Extreme Possible High Penanganan secepatnya
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
16
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Analisis Risiko
1. Jumlah risiko dengan nilai level of risk very high sebanyak 4
2. Jumlah risiko dengan nilai level of risk high sebanyak 19
3. Jumlah risiko dengan nilai level of risk medium sebanyak 4
6.2 Pembahasan Hasil Penilaian Risiko.
6.2.1 Pembahasan Penilaian Risiko Persiapan Pengelasan Logam
A. Mengangkat Peralatan Las
1. Terpeleset karena benda yang tercecer dilantai atau cairan dilantai.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : tidak
melakukan housekeeping yang baik dan benar.
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Selalu membersihkan dan merapihkan lingkungan kerja sesuai
standard OSHA 1926.25 housekeeping
II. Secondary : Penanggung jawab bengkel mengawasi jalannya proses
housekeeping 2. Tersandung benda yang tercecer dilantai
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : tidak
melakukan housekeeping yang baik dan benar. b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Selalu membersihkan dan merapihkan lingkungan kerja sesuai
standard OSHA 1926.25 housekeeping
II. Secondary : Memakai sepatu safety standard OSHA 1910.132 construction
PPE agar kaki tidak terluka 3. Kaki tertimpa benda berat yang dibawa pekerja
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : tidak
memakai APD yang sesuai untuk melindungi kaki pekerja dari tertimpa benda
berat dan tidak melakukan housekeeping dengan baik dan benar.
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Memakai sepatu safety standard OSHA 1910.132 construction
PPE agar kaki tidak cedera
II. Secondary : Jika mengangkat benda berat maka sebaiknya meminta
bantuan pekerja lain
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
17
Universitas Indonesia
4. Tersengat arus listrik listrik kabel yang terkelupas di lantai
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ketangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja.
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sepatu safety standard OSHA 1910.137 electrical
PPE
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan sesuai dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
B. Melakukan Pengisian Tabung Gas Asetilen dan Gas Oksigen
1. Terkena ledakan tabung yang sedang diisi.
a. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Memasang regulator yang berfungsi dengan baik dikepala tabung
gas, selalu memastikan regulator gas terpasang dan berfungsi dengan baik
dan pastikan tekanan dan temperatur tabung tidak melebihi batas normal
sesuai dengan standard OSHA 1910.253 gas gauge for gas welding
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
dan sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
C. Menyiapkan Operasional Las Listrik
1. Terjatuh akibat tersandung kabel las listik yang dibawa pekerja.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : tidak
melakukan housekeeping dengan baik dan benar.
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Selalu membersihkan dan merapihkan lingkungan kerja sesuai
standard OSHA 1926.25 housekeeping
II. Secondary : Selalu menggulung kabel las listrik dengan baik dan benar
agar memudahkan dalam membawa alat las listrik tersebut
III. Tertiary : Memakai sepatu safety standard OSHA 1910.132 construction
PPE agar tidak terluka
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
18
Universitas Indonesia
2. Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo untuk menghidupkan las
listrik.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ketangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja. b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
D. Melakukan Pemasangan Pisau di Mesin Pemotong Besi dan Baja Listrik
1. Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja yang masih menyala saat
mengganti pisau.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak akan mampu menahan tenaga mesin putar dan jari tetap
tidak akan terlindungi risiko terpotong b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Melakukan pemasangan pisau dengan menggunakan pengaman
alat yang sesuai standard OSHA 1910.212 Safeguarding of metal cutting
II. Secondary : Matikan mesin saat melakukan pemasangan pisau di mesin
potong besi dan baja dan cabut sambungan listrik ke mesin potong besi
dan baja sesuai standard OSHA 1926.303 electric razor repair
2. Tersengat arus listrik mesin potong besi dan baja saat mengganti pisau
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ke tangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
II. Secondary : Matikan mesin potong besi dan baja saat melakukan
pemasangan pisau di mesin potong besi dan baja dan cabut sambungan
listrik ke mesin potong besi dan baja sesuai standard OSHA 1926.303
electric razor repair
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
19
Universitas Indonesia
III. Tertiary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
6.2.2 Pembahasan Penilaian Risiko Pengerjaan Pengelasan Logam
A. Melakukan Pemotongan Besi dan Baja Dengan Mesin Pemotong Besi dan Baja
Listrik.
1. Jari terpotong oleh mesin potong besi dan baja saat memotong besi dan baja
dengan mesin pemotong baja dan listrik.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak akan mampu menahan tenaga mesin putar dan jari tetap
tidak akan terlindungi risiko terpotong b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Melakukan pemotongan dengan menggunakan pengaman alat
yang sesuai standard OSHA 1910.212 Safeguarding of metal cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1926.302 use
electric metal cutting machine tools 2. Cedera pada mata karena percikan logam saat memotong besi dan baja.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena :
kacamata bening yang dipakai belum sesuai karena masih menyisakan sela-
sela antara mata dan kacamata sehingga memungkinkan benda masuk ke
sela-sela tersebut
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan kacamata safety sesuai standard OSHA 1910.212
Safeguarding of metal cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman standard OSHA 1926.302 use electric metal cutting
machine tools 3. Tubuh cedera terkena serpihan besi ukuran sedang dan besar yang terpental
saat memotong besi dan baja.
a. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Memakai sarung tangan safety, apron kulit, baju lengan panjang,
celana panjang dan sepatu safety standard OSHA 1910.212 Safeguarding
of metal cutting
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
20
Universitas Indonesia
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai standard OSHA 1926.302 use electric metal
cutting machine tools 4. Tersengat arus listrik saat memotong besi dan baja dengan mesin pemotong
baja dan listrik.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ketangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
B. Melakukan Pembersihan atau Penghalusan pada Bahan Yang Akan Dilas
1. Jari terpotong oleh mesin gerinda listrik saat membersikan dan
menghaluskan bahan yang akan dilas.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak akan mampu menahan tenaga mesin putar dan jari tetap
tidak akan terlindungi risiko terpotong b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Melakukan pekerjaan dengan menggunakan APD yang sesuai
standard OSHA 1910.132 Construction PPE
II. Secondary : Memakai pengaman alat sesuai standard OSHA 1910.212
Safeguarding of metal cutting
III. Tertiary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.243 use
polishing machines (machine tools)
2. Cedera pada mata karena percikan logam saat membersihkan dan
menghaluskan logam yang akan dilas.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena :
kacamata bening yang dipakai belum sesuai karena masih menyisakan sela-
sela antara mata dan kacamata sehingga memungkinkan benda masuk ke
sela-sela tersebut
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
21
Universitas Indonesia
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan kacamata safety sesuai standard OSHA 1910.212
Safeguarding of metal cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.243 use
polishing machines (machine tools)
3. Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat menghaluskan dan
membersihkan logam yang akan dilas.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ketangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
C. Melakukan Pengelasan Dengan Las Karbit atau Las Asetilen
1. Terkena ledakan tabung asetilen yang sedang digunakan untuk pengelasan.
a. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Memasang regulator yang berfungsi dengan baik dikepala tabung
gas, selalu memastikan regulator gas terpasang dan berfungsi dengan baik
dan pastikan tekanan dan temperatur tabung tidak melebihi batas normal
sesuai dengan standard OSHA 1910.253 gas gauge for gas welding
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
dan sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance 2. Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las asililen.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain hanya melindungi punggung tangan, telapak tangan dan jari
namun hasta sampai lengan bagian atas tidak terlindungi dari percikan api.
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
22
Universitas Indonesia
I. Primary : Memakai sarung tangan safety sesuai standard OSHA 1910.253
PPE for oxygen-fuel gas welding and cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.253 work with
oxygen-fuel gas welding and cutting
D. Melakukan Pengelasan Dengan Las Listrik
1. Terjatuh akibat tersandung kabel las listrik saat melakukan pengelasan.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : tidak
melakukan housekeeping dengan baik dan benar b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Selalu membersihkan dan merapihkan lingkungan kerja sesuai
standard OSHA 1926.25 housekeeping
II. Secondary : Selalu menggulung kabel las listrik dengan baik dan benar
saat melakukan pengelasan dengan las listrik agar tidak membahayakan
orang lain. 2. Tangan mengalami luka bakar akibat percikan api las listrik.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain hanya melindungi punggung tangan, telapak tangan dan jari
namun hasta sampai lengan bagian atas tidak terlindungi dari percikan api b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Memakai sarung tangan safety sesuai standard OSHA 1910.254
PPE for electric arc welding and cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.254 work with
electric arc welding and cutting 3. Tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo saat mengelas dengan las
listrik
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ketangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety sesuai standard
OSHA 1910.254 PPE for electric arc welding and cutting
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
23
Universitas Indonesia
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
6.2.3 Pembahasan Penilaian Risiko Penyelesaian Pengelasan Logam
A. Melakukan Pembersihan Kerak Hasil Las
1. Jari terpotong mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil las.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak akan mampu menahan tenaga mesin putar dan jari tetap
tidak akan terlindungi risiko terpotong. b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Melakukan pekerjaan dengan menggunakan APD yang sesuai
standard OSHA 1910.132 Construction PPE
II. Secondary : Memakai pengaman alat sesuai standard OSHA 1910.212
Safeguarding of metal cutting
III. Tertiary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.243 use
polishing machines (machine tools) 2. Cedera pada mata akibat serpihan logam saat membersihkan kerak hasil las.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena :
kacamata bening yang dipakai belum sesuai karena masih menyisakan sela-
sela antara mata dan kacamata sehingga memungkinkan benda masuk ke
sela-sela tersebut. b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan kacamata atau face protection safety sesuai
standard OSHA 1910.212 Safeguarding of metal cutting
II. Secondary : Ikuti langkah-langkah kerja pada manual handbook untuk cara
pengerjaan yang aman sesuai dengan standard OSHA 1910.243 use
polishing machines (machine tools)
3. Tersengat arus listrik mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil
las.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ke tangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja
b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
24
Universitas Indonesia
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
B. Melakukan Water Cooling Setelah Pengelasan
1. Tersengat arus listrik akibat ceceran air mengenai alat las listrik.
a. Pengendalian risiko yang telah ada tidak sesuai standar karena : sarung
tangan kain tidak kedap cairan sehingga bisa menghantarkan listrik ke tangan
pekerja lalu pekerja terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja b. Rekomendasi Pengendalian : Mengurangi likelihood dengan cara :
I. Primary : Menggunakan sarung tangan dan sepatu safety standard OSHA
1910.137 electrical PPE
II. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja
sebelum memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala
terhadap perlengkapan dan peralatan kerja sesuai standard OSHA
1926.431 maintenance
III. Tertiary Matikan alat las listrik saat melakukan water cooling, cabut
sambungan listrik ke alat las listrik saat melakukan water cooling
:
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
25
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari tahapan pengelasan logam
di bengkel las Sikembar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
A. Kegiatan pengelasan di bengkel las Sikembar adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Kerja Pengelasan Logam
2. Pengerjaan Pengelasan Logam
3. Penyelesaian Pengerjaan Pengelasan Logam
Dari ketiga proses kerja diatas, proses kerja pengerjaan pengelasan logam
yang paling banyak menimbulkan bahaya dan risiko
B. Risiko – risiko yang ditemukan pada tahapan pengerjaan pengelasan logam di
Bengkel las Sikembar adalah sebagai berikut : 1. Risiko pada proses persiapan kerja pengelasan logam adalah :
Risiko tertinggi di proses persiapan pengelasan adalah Tersengat arus
listrik saat menyeting ampere trafo untuk menghidupkan las listrik dengan tingkat
risiko adalah very high.
2. Risiko pada proses pengerjaan pengelasan logam adalah :
Risiko tertinggi di proses pengerjaan pengelasan adalah tersengat arus
listrik mesin gerinda listrik saat menghaluskan dan membersihkan logam yang
akan dilas dan tersengat arus listrik saat menyeting ampere trafo saat mengelas
dengan las listrik dengan tingkat risiko adalah very high.
3. Risiko pada penyelesaian pengerjaan pengelasan logam adalah :
Risiko tertinggi di proses penyelesaian pengelasan adalah tersengat arus
listrik mesin gerinda listrik saat membersihkan kerak hasil las dengan tingkat risiko
adalah very high.
Keempat risiko yang mempunyai tingkat risiko tertinggi merupakan risiko tersengat
arus listrik, maka rekomendasi yang sesuai untuk pengendalian risiko bahaya listrik
adalah mengurangi likelihood (kemungkinan terjadinya risiko) dengan cara :
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
26
Universitas Indonesia
1. Primary : Memprioritaskan untuk pengadaan dan penggunaan sarung tangan dan
sepatu safety yang terbuat dari bahan yang tidak konduktif dan kedap air sesuai
dengan standard OSHA 1910.137 electrical PPE. (PPE / APD)
2. Secondary : Selalu mengecek kondisi peralatan dan perlengkapan kerja sebelum
memulai pekerjaan dan selalu lakukan perawatan berkala terhadap perlengkapan dan
peralatan kerja sesuai standard OSHA 1926.431 maintenance. (Administratif Control)
3. Tertiary : Memasang pelindung alat atau safety guard tools yang sesuai dengan
standard OSHA 1910.305 safeguard for electrical machine and tools. (Rekayasa
Engineering)
7.2 Saran
Saran dari penulis untuk bengkel las sikembar adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan sosialisasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terutama tentang
keselamatan kerja pengelasan mengenai potensi bahaya dan risiko yang ada pada
tahapan pengerjaan pengelasan logam di Bengkel las Sikembar (Promosi K3) dengan
cara memberitahukan pentingnya keselamatan kerja di bidang pengelasan melalui
video, gambar poster, materi tentang dampak bahaya dan risiko di pengelasan serta
memberitahukan informasi-informasi update tentang cara menanggulangi risiko
keselamatan kerja pengelasan.
2. Penggunaan dan pengadaan APD di bengkel las logam Sikembar harus lebih di
prioritaskan terutama untuk menanggulangi risiko tersengat arus listrik dan risiko luka
bakar pada lengan.
3. Memberikan perhatian penuh terhadap keadaan kondisi tabung-tabung gas asetilen
apakah sudah dalam kondisi aman untuk digunakan dan disimpan.
4. Mengadakan sosialisasi penggunaan alat proteksi diri yang baik dan benar sesuai
dengan standar yang ada.
5. Penyediaan alat pemadam api ringan di bengkel Sikembar untuk menanggulangi
bahaya kebakaran.
6. Penyediaan standar operasional prosedur tertulis yang sesuai dengan standar yang
ada di Indonesia
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
27
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
American Welding Society Inc. 1993. Safety in Welding & Cutting. ANSI Z49.1-1993, New
York
ANZSC. 2009. Australian/New Zealand Standards Committee ISO 31000, Risk Management
Standard, Sydney
ANZSC. 2009. Australian/New Zealand Standards Committee AIEC/FDIS 31010 Risk
management - Risk Assessment Techniques, Sydney
Kolluru, Rao V. 1995. Risk Assessment and Management Handbook: For Environmental,
Health, and Safety Professionals, Mcgraw-Hill Inc, USA
OSHA 1910.132. 2011. Construction PPE (OSHA 1910.132 Revised). US. Departement of
Labour
OSHA 1910.137. 1994. Electrical PPE (OSHA 1910.137 Revised). US. Departement of
Labour
OSHA 1910.212. 1996. Safe Guarding of Metal Cutting (OSHA 1910.212 Revised). US.
Departement of Labour
OSHA 1910.243. 2007 Use Polishing Machines (Machine Tools) (OSHA 1910.243 Revised).
US. Departement of Labour
OSHA 1910.253(b). 2007. Work With Oxygen-Fuel Gas Welding and Cutting (OSHA
1910.253(b) Revised). US. Departement of Labour
OSHA 1910.253(e). 2007. Gas Gauge For Oxy- Fuel Gas Welding (OSHA 1910.253
Revised). US. Departement of Labour
OSHA 1910.254(d). 2005. Work With Electric Arc Welding and Cutting (OSHA 1910.254(d)
Revised). US. Departement of Labour
OSHA 1926.25. 1999. Housekeeping (OSHA 1926.25 Revised). US. Departement of Labour
OSHA 1926.302. 1993. Use Electric Metal Cutting Machine Tools (OSHA 1910.302 Revised).
US. Departement of Labour
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013
28
Universitas Indonesia
OSHA 1926.303. 1993. Electric Razor Repair (OSHA 1926.303 Revised). US. Departement of
Labour
OSHA 1926.431. 1999. Maintenance Equipment (OSHA 1926.431 Revised). US.
Departement of Labour
OSHA 3071. 2002. Job Hazard Analysis (OSHA 3071 Revised). US. Departement of Labour
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.50. Tahun 2012, Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta
SNI 19-4122-1996, Keselamatan Kerja Pada Pengelasan Listrik Secara Manual
Welding Guideline. 2000, Manitoba Labour Workplace Safety and Health, Canada.
Penilaian risiko ..., Wibowo Mukti, FKM UI, 2013