133
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322 ANGKATAN LXXVII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

  • Upload
    vohuong

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

DAN 30 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm.

1206329322

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

DAN 30 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar

Apoteker

AJENG ISNAINI PERMATA SARI,S.Farm.

1206329322

ANGKATAN LXXVII

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Atrika serta menyusun laporan PKPA ini tepat pada waktunya. Pelaksanaan

PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penyusunan laporan ini dapat

diselesaikan tepat waktu tidak lepas pula dari dukungan, arahan, bantuan, dan

bimbingan berbagai pihak di sekitar penulis sehingga pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.

2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pejabat Sementara

Dekan Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas

Farmasi UI sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan

PKPA.

4. Ibu Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Fakultas

Farmasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat

bermanfaat.

5. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika.

6. Para karyawan Apotek Atrika (Mbak Ratna, Ibu Tuti, Ibu Mimin, Mbak

Ponah, Pak Tab, Mbak Ayu, Pak Kadi, Mas Heru, dan lain-lain) atas ilmu,

arahan dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.

7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan

yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi

Apoteker.

8. Kedua orang tua beserta seluruh keluarga penulis atas kesabaran, kasih

sayang, dukungan, perhatian dan doanya kepada penulis hingga dapat

menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker dengan sebaik mungkin.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

vi Universitas Indonesia

9. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika yang telah berbagi ilmu, pengalaman

serta saling mendukung, memberikan semangat dan kerja samanya selama

pelaksanaan PKPA.

10. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI

sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan, dukungan dan

semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini tidak lepas dari

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan dan dengan senang hati menerima segala kritik maupun saran demi

perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan PKPA ini

dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang farmasi dan aplikasi pelayanannya di apotek.

Penulis

Januari 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK Nama : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Program Studi : ProfesiApoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Atrika Periode 19 – 30 Agustus 2013 dan 30 September – 30 Oktober 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika bertujuan untuk memahami tugas pokok, fungsi, dan peran apoteker di sebuah apotek; memahami dan melaksanakan kegiatan di apotek, baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah mengetahui sistem pemilihan jenis obat yang digunakan di era SJSN; dan mengetahui penentuan harga obat di era SJSN.

Kata kunci : Apotek Atrika, SJSN, E-Catalogue, Formularium Nasional. Tugas Umum : xii + 77 halaman; 4 gambar; 19 lampiran Tugas Khusus : vi + 36 halaman; 2 gambar; 1 lampiran; 2 tabel Daftar Acuan Tugas Umum : 15 (1980 - 2009) Daftar Acuan Tugas Khusus : 12 (2004 - 2013)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT Name : Ajeng Isnaini Permata Sari, S.Farm. NPM : 1206329322 Study Program : Apothecary Profession Judul : Report of Pharmacist Internship Program at Atrika

Pharmacy Period August 19th – 30th 2013 and September 30th – Oktober 30th 2013

Pharmacists Professional Practice at Atrika Pharmacy aims to understand the duties and functions of pharmacists pharmacy manager in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity. While the purpose of the specific assignment was to determine the type of electoral system of medications used in the era SJSN, and determine pricing of drugs in the era SJSN.

Keywords : Atrika Pharmacy, SJSN, E-Catalogue, National Formulary General Assignment : xii + 77 pages; 4 pictures; 19 appendixes Specific Assignment : vi + 36 pages; 2 pictures; 1 appendixes; 2 tables Bibliography of General Assignment : 15 (1980 - 2009) Bibliography of Specific Assignment : 12 (2004 - 2013)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................iv KATA PENGANTAR ..................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................vii ABSTRAK .....................................................................................................viii ABSTRACT ..................................................................................................ix DAFTAR ISI ................................................................................................x DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Tujuan .........................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ..............................................................3

2.1 Definisi Apotek ...........................................................................................3 2.2 Landasan Hukum Apotek ...........................................................................3 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ...........................................................................4 2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek..................................................4 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ....................................................5 2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek.....................................7 2.7 Tata Cara Perizinan Apotek ........................................................................8 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek ....................................................................11 2.9 Tenaga Kerja di Apotek ..............................................................................13 2.10 Sediaan Farmasi di Apotek .........................................................................14 2.11 Pengelolaan Apotek ....................................................................................24 2.12 Pengadaan Persediaan Apotek ....................................................................28 2.13 Pengendalian Persediaan Apotek ................................................................29 2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................................31

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA .........................................38

3.1 Sejarah dan Lokasi ......................................................................................38 3.2 Tata Ruang ..................................................................................................38 3.3 Struktur Organisasi .....................................................................................39 3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan ...........................................................................40 3.5 Kegiatan di Apotek Atrika ..........................................................................43

BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................52 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................61

5.1. Kesimpulan .................................................................................................61 5.2. Saran ...........................................................................................................61

DAFTAR ACUAN ...............................................................................................62

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

xi Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Golongan Obat .............................................................. 15 Gambar 2.2 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas ........... 16 Gambar 2.3 Matriks VEN – ABC ............................................................. 30 Gambar 4.1 Alur Penerimaan Resep Tunai ................................................ 58

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika ..................................................... 64 Lampiran 2. Papan Nama Apotek Atrika .................................................... 65 Lampiran 3. Denah Ruang Apotek Atrika .................................................. 66 Lampiran 4a. Ruang Tunggu Apotek Atrika................................................. 67 Lampiran 4b. Ruang Etalase Apotek Atrika ................................................. 67 Lampiran 5a. Lemari Penyimpanan Narkotika ............................................. 68 Lampiran 5b. Lemari Penyimpanan Psikotropika ......................................... 68 Lampiran 6. Struktur Organisasi Apotek Atrika ......................................... 69 Lampiran 7. Etiket dan Label yang Digunakan di Apotek Atrika ................ 70 Lampiran 8a. Kopi Resep Apotek Atrika ..................................................... 71 Lampiran 8b. Surat Pesanan Apotek Atrika .................................................. 71 Lampiran 9a. Surat Pesanan Narkotika......................................................... 71 Lampiran 9b. Laporan Penggunaan Narkotika .............................................. 72 Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika .................................................... 73 Lampiran 11. Laporan Penggunaan Psikotropika.......................................... 74 Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Resep ............................................ 75 Lampiran 13a. Kartu Stok Kecil .................................................................... 76 Lampiran 13b. Kartu Stok Besar (Kartu Gudang) .......................................... 76 Lampiran 14. Faktur Pengiriman ke Cabang Apotek Atrika ......................... 77

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting

dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Menurut UU No.36 Tahun 2009, kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004, yang

dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan

penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan

secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat.

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu

keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya

merupakan bebas dari penyakit. Salah satu sarana penunjang kesehatan yang

berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat

adalah apotek.

Apotek termasuk dalam sarana kesehatan yang berperan dalam upaya-

upaya kesehatan terutama dalam pendistribusian dan pemberian informasi obat

kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, apotek

merupakan tempat pengabdian profesi apoteker dan sebagai salah satu bentuk

sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk menyediakan dan

menyalurkan obat serta perbekalan farmasi yang mencakup obat (termasuk obat

asli Indonesia atau obat tradisional), bahan obat (termasuk bahan obat tradisional

atau bahan obat asli Indonesia), alat kesehatan, dan kosmetika.

Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem

rujukan profesional yang berhubungan dengan penerapan terapi, menyediakan

produk obat untuk pengobatan kondisi yang didiagnosis oleh dokter, dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

2

Universitas Indonesia

memastikan penggunaan obat yang rasional. Selain itu, Apoteker di masa kini

juga harus menghadapi tuntutan perubahan pelayanan dari paradigma lama, yaitu

drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical

Care (pelayanan kefarmasian).

Apoteker diharapkan dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan

wawasan, kemampuan serta keterampilan dalam melakukan tugas dan tanggung

jawabnya. Oleh karena itu dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di

Apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di masa

kuliah serta diharapkan dapat menjadi tenaga kesehatan profesional dan ikut

berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, bertujuan agar

mahasiswa calon Apoteker dapat:

a. Memahami tugas pokok, fungsi, dan peran apoteker di sebuah apotek.

b. Memahami dan melaksanakan kegiatan di apotek, baik secara teknis

kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam:

a. Undang – Undang Negara, yaitu:

1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

2) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3) Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah, yaitu:

1) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.

26 Tahun 1965 tentang Apotek.

2) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

c. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu:

1) Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

4

Universitas Indonesia

2) PeraturanMenteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian.

d. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu:

1) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek.

2) Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1027/Menkes/SK/IX/2004,

apotek harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada

halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata “APOTEK”.

Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan

produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan

dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk menunjukkan integritas

dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. Masyarakat

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

5

Universitas Indonesia

harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh

informasi dan konseling.

Kebersihan lingkungan apotek harus dijaga. Apotek harus bebas dari

hewan pengerat, serangga, dan hama. Apotek harus memiliki suplai listrik yang

konstan, terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotek harus tertata rapi,

lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun

dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta

diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Apotek harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan

kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek.

Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki

surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker.

Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap

Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga

kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA).Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

6

Universitas Indonesia

memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat

Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja

di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite

Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus

SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun

dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi

kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

7

Universitas Indonesia

c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi

APA di apotek lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,

APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA

menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya

lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker

bersangkutan dicabut.

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993

pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002

pasal 24, pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23

ayat 1);

b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2);

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1).

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada

pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

8

Universitas Indonesia

narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika (Pasal 24 ayat 2);

e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita

acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai

POM setempat (Pasal 24 ayat 3).

2.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/SK/X/2002)

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh

Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara

Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

9

Universitas Indonesia

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan

menggunakan contoh formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan

pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan

menggunakan formulir model APT-7.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

10

Universitas Indonesia

Dalam mengajukan permohonan perizinan apotek, Apoteker selaku penanggung jawab melampirkan:

1. Data Apoteker

- Fotokopi KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA)

- Fotokopi NPWP APA

- Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

- Fotokopi Surat Izin Kerja

- Fotokopi Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA

yang berasal dari luar Provinsi

- Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/Polri

2. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA)

- Fotokopi KTP PSA / Pemilik Perusahaan

- Fotokopi NPWP

- Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

3. Fotokopi Akte Perusahaan bila berbentuk Badan Hukum yang telah

terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM RI

4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA

5. Fotokopi IMB yang telah dilegalisir

6. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang

telah dilegalisir.

7. Surat Pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain di

atas materai Rp 6.000,-

8. Surat Pernyataan APA yang menyaakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-

9. Surat Pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat

Keras Tertentu tanpa resep di atas materai Rp 6.000,-

10. Surat Pernyaaan PSA tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam

pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam

hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-

11. Peta lokasi dan denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya

12. Struktur organisasi dan tata kerja/ tata laksana

13. Rencana jadwal buka apotek

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

11

Universitas Indonesia

14. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan

15. Kelengkapan Asisten Apoteker/D3 Farmasi

- Surat Izin Asisten Apoteker

- Fotokopi KTP

- Surat pernyataan bersedian bekerja di atas materai Rp 6.000,-

16. Daftar peralatan peracikan obat

17. Daftar buku pustaka

18. Perlengkapan administrasi

- Contoh etiket, kartu stock, copy resep

- Blanko SP, blanko faktur, form laporan Narkotika

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian

izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka

waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu

baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan

seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri.

b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus

menerus.

c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St. 1937 N. 541,

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

d. Surat Izin Kerja APA dicabut.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

12

Universitas Indonesia

e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan

pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuan izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang

olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang

dimaksud dalam huruf (a).

2.9 Tenaga Kerja di Apotek

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

13

Universitas Indonesia

dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah

tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga

menengah farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga pendukung untuk menjamin

kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu Apoteker

Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir, dan pegawai

administrasi/tata usaha.

APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA

bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek,

juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Pengelolaan sediaan farmasi dalam hal menyediakan, menyimpan, dan

menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya

terjamin.

c. Melaksanakan fungsi administrasi dalam hal mengatur, melaksanakan, dan

mengawasi administrasi di apotek.

d. Melaksanakan fungsi kewirausahaan yaitu mengusahakan agar apotek yang

dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana

kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan

penekanan biaya serendah mungkin.

e. Melakukan pengembangan apotek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, dalam

melakukan tugasnya, seorang APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti. Apoteker Pendamping yaitu Apoteker yang bekerja di apotek

selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA jika APA

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.

Tenaga pendukung lainnya untuk menjamin kelancaran kegiatan

pelayanan kefarmasian di suatu apotek adalah Asisten Apoteker. Berdasarkan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

14

Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, Asisten

Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Tenaga pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah juru resep, kasir dan

pegawai administrasi atau tata usaha. Juru resep adalah orang yang membantu

Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Kasir

merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang

dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. Pegawai

administrasi atau tata usaha bertugas membantu Apoteker dalam kegiatan

administrasi seperti membuat laporan harian.

2.10 Sediaan Farmasi di Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli

Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan

farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun

2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.Obat-obat yang

beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat

keras, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat

keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran

dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada

kemasan yang terlihat. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat

dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2011; Departemen Kesehatan RI,

1997).

2.10.1 Obat OTC (Over the Counter)

Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat

OTC (Over the Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat

bebas terbatas.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

15

Universitas Indonesia

2.10.1.1 Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol.

(Kementerian Kesehatan, 2006).

Gambar 2.1 Logo golongan obat

2.10.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter

dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus

pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis

tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006).

Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda

peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

Obat bebas

Obat bebas terbatas

Obat Keras

Narkotika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

16

Universitas Indonesia

dengan huruf berwarna putih (Kementerian Kesehatan, 2006). Terdapat enam

golongan peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu:

a. P no.1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh obat

golongan ini adalah Stopcold, Inza, dan obat flu lainnya.

b. P no.2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh obat

golongan ini adalah Listerine dan Betadine Gargle.

c. P no.3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh obat

golongan ini adalah Rivanol dan Canesten.

d. P no.4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

e. P no.5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat golongan ini

adalah Suppositoria untuk laksatif.

f. P no.6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh obat golongan

ini adalah Suppositoria untuk wasir.

Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

2.10.2 Obat Ethical

Obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter

disebut obat ethical. Contoh dari obat ethical ini adalah obat keras, psikotropika,

dan narkotika.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

17

Universitas Indonesia

2.10.2.1 Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut obat

keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam

golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua

obat injeksi.

2.10.2.2 Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika yang digolongkan menjadi:

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan

I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD

(lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika).

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika

golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat

psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

c. Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

18

Universitas Indonesia

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III

adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina.

d. Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV

adalah barbital, bromazepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan

klorazepam.

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta

dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Satu surat

pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat

tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan

kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan.

b. Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan

Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan

psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya

dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek,

rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep

dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam

keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong

orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

19

Universitas Indonesia

tidak ada apotek. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek dengan adanya

resep dokter.

d. Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan

dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat.

e. Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan

psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang

diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku,

kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika

dilakukan dengan pembuatan beritaacara yang sekurang-kurangnya memuat

tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan

jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan

identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin

ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan

memberantas peredaran gelap psikotropika.

2.10.2.3 Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009)

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

20

Universitas Indonesia

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II.

b. Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapatdigunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuanpengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon.

c. Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

kodein.

Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009

meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan

narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan

untuk:

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna

dan pecandu narkotika.

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang

ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek.

Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

21

Universitas Indonesia

narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing

akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip

apotek.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK

dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan

stempel apotek (Kemenkes RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus

yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan

narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2. Harus mempunyai kunci yang kuat.

3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika

lainnya yang dipakai sehari-hari.

4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

c. Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika

hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan

resepdokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa

apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep

narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

22

Universitas Indonesia

membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh

apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan

iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh

menambahkan tulisan iter pada resep-resep yangmengandung narkotika.

d. Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan

stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku

narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus

pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini

harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan

Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

e. Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika

yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama

pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan;cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.10.3 Obat Wajib Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras

yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. OWA

bertujuan untuk pelaksanaan swamedikasi di apotek. Swamedikasi adalah

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

23

Universitas Indonesia

pelayanan farmasi yang memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih

sendiri tindakan pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan

rekomendasi dari apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan

swamedikasi meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna

mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat

meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

b. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993,

obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

24

Universitas Indonesia

2.11 Pengelolaan Apotek

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola

oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker

harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan

mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan

membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan

non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, APA bertanggung jawab

mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan

pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat

khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis

farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi,

keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan.

2.11.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu

perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan

budaya masyarakat.

2.11.2 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

25

Universitas Indonesia

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan

yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi

keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2.11.3 Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika

isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.

Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan

kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika.

Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan

keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.

2.11.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencatatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.11.5 Pelayanan

Pelayanan apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MENKES/Per/X/1993 pasal 14 sampai dengan pasal 22, dan perubahan

terhadap ketentuan pasal 19 dalam Peraturan tersebut ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 19, yang

meliputi :

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

26

Universitas Indonesia

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan

resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 12 ayat 1 dan

2);

b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 15 ayat 1);

c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten (Pasal 15 ayat 2);

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan

obat yang lebih tepat (Pasal 15 ayat 3);

Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan

obat generik yang sama komponen aktifnya/obat merek dagang lain atas

persetujuan dokter dan/atau pasien.

a. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan

masyarakat (Pasal 15 ayat 4a dan 4b);

b. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Pasal 16 ayat 1 dan 2);

c. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker (Pasal 17 ayat 1);

d. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun (Pasal 17 ayat 2);

e. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku (Pasal 17 ayat 3);

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

27

Universitas Indonesia

f. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa

resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Pasal 18 ayat 1 dan 2);

g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA

harus menunjuk Apoteker pendamping (Pasal 19 ayat 1);

h. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti (Pasal 19 ayat 2);

i. Penunjukan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Pasal 19 ayat 3);

j. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan

seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA (Pasal 19 ayat 4);

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara

terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut

(Pasal 19 ayat 5);

l. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek

(Pasal 20);

m. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung

jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang

bersangkutan bertugas menggantikan APA (Pasal 21);

n. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker (Pasal 22 ayat 1);

o. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah

pengawasan Apoteker (Pasal 22 ayat 2).

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita&Lily, 2004)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan

yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

28

Universitas Indonesia

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku

Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu

misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya,

seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap

tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh

pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan atau kredit

Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat

yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk

melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam

menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya

sampai jatuh tempo.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

29

Universitas Indonesia

b. Konsinyasi (titipan obat)

Konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana

apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang

tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa

atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada

pemiliknya.

2.13 Pengendalian Persediaan Apotek

Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan

obat di apotek agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara

efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan

cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi

prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada

di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu, pengelolaan

dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk memastikan

pasien memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas barang yang

dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan keuntungan

dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga obat

bersaing, pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan

yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat

dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode

pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat

dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997):

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat

yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital

dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia

dan bila tidak tersedia akan meningkatkan resiko kematian.Pengadaan obat

golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat jantung. Obat esensial

adalah kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada penyebab

sumber penyakit. Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

30

Universitas Indonesia

biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi

keluhan ringan (Kepmenkes No. 1121 tahun 2008).

a. Analisis Pareto (ABC)

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang paling

banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh

relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap

pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan

untuk pengadaan, 10% dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan

sedangkan sisanya sekitar 90% jenis/item obat menggunakan dana sebesar

30%. Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat berdasarkan

kebutuhan dananya, yaitu (Kepmenkes No. 1121 tahun 2008) :

1) Kelompok A adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

2) Kelompok B adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.

3) Kelompok C adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

b. Analisis VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC

menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis

menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

V E N A VA EA NA B VB EB NB C VC EC NC

Gambar 2.3 Matriks VEN - ABC

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua

obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

31

Universitas Indonesia

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non-

esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C

pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pharmaceutical care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan

Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung

jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good

Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good

Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin

bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi

kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan

inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan

dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi

yang diinginkan.

PelaksanaanGood Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

d. Melakukan ceramah tentang kesehatan dan obat, memberdayakan masyarakat

tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan penyakit di

masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi

peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care).

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

32

Universitas Indonesia

a. Pelayanan Resep

1) Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap

persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan

resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin

dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara

pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan

persetujuan setelah pemberitahuan.

2) Penyiapan obat

Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan kegiatan

menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada

wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang

benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi

dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat

diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian

antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

33

Universitas Indonesia

penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,

asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

b. Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan,

dan lain-lainnya.

c. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek

samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain.

Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

34

Universitas Indonesia

memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar

belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

a. Ketidakpatuhan pasien

Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi

pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang

kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus

oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif

membuat pasien menggandakan dosis sendiri.

b. Penggunaan obat yang tidak rasional

Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis obat,

dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak

terjangkau oleh pasien.

c. Penggunaan obat yang tidak benar

Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien.

Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, suppositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

a. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

1) Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

2) Menurunkan ketidakpatuhan.

3) Menurunkan efek samping obat.

4) Menurunkan biaya pengobatan.

5) Meningkatkan pemahaman tentang penyakit.

6) Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

b. Bagi Apoteker

1) Meningkatkan citra profesi.

2) Meningkatkan kepuasan kerja.

3) Menarik customer.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

35

Universitas Indonesia

2.14.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian

informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat

penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat

dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

b. Objektif

c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat

dariberbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan

sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

2.14.3 Konseling

Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker

di apotek adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita

penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis

lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

36

Universitas Indonesia

2.14.4 Swamedikasi

Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter

ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi

gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag,

masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari

swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi

vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat

adalah :

a. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang

semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat

OTC dan obat DOWA.

b. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif

rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi informasi

semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya yang

dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit,

sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan

suplemenmakanan atau suplemen kesehatan.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi,

antara lain :

a. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di

dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat aktif,

indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

b. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya

apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi

batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

37

Universitas Indonesia

c. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau

memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.

d. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa

jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau

menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

e. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak

boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan

dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

38 Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Apotek ini merupakan apotek kerjasama dengan

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Sebagai

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Atrika adalah Bapak Dr. Harmita, Apt.

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat yang

merupakan kawasan pemukiman penduduk. Apotek Atrika terletak di tepi jalan

yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta

merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar

apotek terdapat banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan.

Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Atrika buka dari

hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB, kecuali untuk hari

Sabtu hanya sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan hari Minggu dan hari libur

nasional tutup.

3.2 Tata Ruang

Bagian depan Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir. Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua bagian, yaitu

ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, kasir,

tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk

obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat

ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel. Gambar tata ruang dan

denah ruang Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penyusunan obat di Apotek Atrika dilakukan berdasarkan farmakologi

obat dan jenis sediaannya yang kemudian disusun berdasarkan abjad.

Penggolongan obat secara farmakologi yang terdapat di Apotek Atrika,

diantaranya antibiotika, antimikroba, antivirus, vitamin, saluran kemih,

antithyroid, antimigrain, analgesik/antiinflamasi, gastrointestinal dan saluran

pencernaan, saluran pernafasan, antihistamin, kortikosteroid, kontrasepsi/hormon,

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

39

Universitas Indonesia

antipsikosis, cardiovascular dan golongan lain. Sediaan yang terdapat di Apotek

Atrika dibagi menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral

cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes

mata, obat tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah

untuk menyimpan obat fast moving, obat generik berlogo, obat golongan

narkotika, psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa.

3.3 Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang

tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat memprediksi dan

membentuk struktur organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas,

wewenang dan tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja

yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan

fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana.

Apotek Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Tenaga teknis farmasi, yaitu:

Pemilik Sarana Apotek : 1 orang

Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Juru resep : 1 orang

b. Tenaga non teknis farmasi, yaitu:

Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang

Kurir : 1 orang

Gambar struktur organisasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut:

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

40

Universitas Indonesia

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan

informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,

bijaksana, dan terkini.

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak berada

di tempat.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

41

Universitas Indonesia

b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.

c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.

d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.

e. Bertanggung jawab atas pengadaan obat

3.4.3 Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkankan obat.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

f. Mencatat keluar masuk barang.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan

pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran

yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.4 Juru Resep

Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek

adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

42

Universitas Indonesia

a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

3.4.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.

d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.4.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional

apotek, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan PBF.

3.4.7 Pesuruh

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotek.

b. Menjamin kerapian apotek.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

43

Universitas Indonesia

c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.4.8 Kurir

Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

3.5 Kegiatan di Apotek Atrika

Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul 08.00-16.00 dan shift

II pukul 16.00-22.00. Apotek Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul

08.00-22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00-16.00, sedangkan hari Minggu dan hari

libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan

menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan

non-teknis kefarmasian.

3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Pengadaan Barang

APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan

perbekalan farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan

barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan

mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang

diparaf oleh Asisten Apoteker. Pengadaan barang di Apotek Atrika, baik jenis

maupun jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus

barang fast moving atau slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat

yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan dan pembayaran barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi,

COD (cash on delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari

distributor kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

44

Universitas Indonesia

menerima komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut dapat

dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum

dijual di apotek, di mana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran

dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian

barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang,

sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh

tempo.

b. Pemesanan Barang

Berdasarkan buku defekta, pemesanan dilakukan kepada PBF dan

menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.

c. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat

pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan

fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima

sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani, memberi

stempel apotek pada faktur dan memberi nomor faktur untuk kemudian dicatat di

buku penerimaan barang yang berisi tanggal penerimaan, nomor urut faktur dan

nama PBF. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur

disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Penerimaan dicatat dalam buku

pemasukan barang dalam yang berisi tanggal penerimaan, nama obat dan jumlah

barang yang diterima (satuan terkecil) dan tanggal kadaluarsa. Kemudian

dilakukan pencatatan faktur ke buku faktur yang berisi tanggal faktur, nama PBF,

jumlah barang (satuan terbesar), nama obat, tanggal kadaluarsa, harga satuan,

potongan harga dan PPN. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke

dalam kartu stok besar (kartu gudang) dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan

harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian

juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir. Gambar kartu stok besar dan

kecil dapat dilihat pada Lampiran 13a dan 13b.

d. Penyimpanan Barang

Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk

sediaan obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat

OTC. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

45

Universitas Indonesia

Expired First Out), dimana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu

diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar keluar terlebih

dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang

yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari

khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh

Apoteker Pendamping.

e. Pengeluaran Barang

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada

buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari

penjualan resep dicatat pada buku resep.

f. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang

Kegiatan ini dilakukan setiap hari berdasarkan buku penjualan dan buku

resep. Jumlah barang yang ada dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu

stok kecil. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan

pemesanan.

g. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam

buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan

sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah

minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat

biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini

ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan

oleh Apoteker Pengelola Apotek. Gambar Surat Pesanan (SP) Narkotika dapat

dilihat pada Lampiran 9a.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

46

Universitas Indonesia

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan

kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok

dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah,

dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan

tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip. Gambar Laporan Penggunaan

Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 9b.

3.5.1.3 Pengelolaan Psikotropika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar Surat Pesanan (SP) Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 10.

b. Penyimpanan Psikotropika

Di Apotek Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci

lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep psikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan

salinan resep.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip. Gambar

Laporan Penggunaan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran11.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

47

Universitas Indonesia

3.5.1.4 Pelayanan Apotek

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga

pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.

Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter

untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah

dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar

harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon

pasien.

Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh

Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,

maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan

diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K

dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada

pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan

informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep

per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan

pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi

pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan

penagihan pada awal bulan berikutnya. Alur pelayanan resep, Gambar label

HTKP dan Etiket Apotik Atrika dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotek Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter

(obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan

lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian

barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

48

Universitas Indonesia

3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.5.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Administrasi Umum

Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara

tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam

buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan

harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

e. Administrasi Pajak

Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan

pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang

harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak

lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

49

Universitas Indonesia

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada

suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

3.5.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek

Atrika meliputi:

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi

kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih

cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri

dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar

terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal

pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek. Gambar surat pesanan (SP) Apotek

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 8b.

c. Buku Faktur

Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum

tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama

barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan

jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam

dipisahkan.

d. Buku Perubahan Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada

perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

50

Universitas Indonesia

perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar

harga, komputer kasir, dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika

cabang.

e. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas

dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad

dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

f. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru

dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama

PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

g. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk

serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/masuk

barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal

kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar,

dan sisa stok barang pada lemari.

h. Buku Pemasukan Barang Dalam

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil, dan tanggal

kadaluarsa.

i. Buku Pemasukan Barang Luar

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC.

j. Buku Resep

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.

Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat

serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

k. Buku Penjualan Obat Bebas

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang

memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

l. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

51

Universitas Indonesia

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan

narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

m. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke

Apotek Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini

memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa. Gambar Buku

Pengiriman Barang ke Cabang Atrika dapat dilihat pada Lampiran 14.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

52 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dimulai pada tanggal 19 – 30

Agustus 2013 dan dilanjutkan mulai tanggal 30 September – 25 Oktober 2013.

PKPA berlangsung selama 29 hari kerja yaitu Senin hingga Jum’at. Setiap harinya

peserta PKPA dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi, siang, dan malam dengan

jam kerja selama 5 jam. Shift pagi dimulai pada pukul 09.00-14.00 WIB

sedangkan shift siang dimulai pada pukul 13.00-18.00 WIB dan shift malam

dimulai pada pukul 17.00-21.00 WIB.

Hari pertama PKPA di apotek, peserta PKPA melakukan perkenalan dan

adaptasi dengan personalia apotek dan terhadap sistem dan kultur kerja di apotek

sehingga memudahkan komunikasi antara peserta dan personalia apotek serta

membantu kelancaran pelayanan di apotek. Personalia yang terdapat di apotek

yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker Pendamping, Asisten

Apoteker (AA), Kasir, Juru Racik, dan kurir. Selain itu peserta juga mempelajari

denah dan tata letak obat di apotek untuk memudahkan saat pelayanan obat/resep.

Prinsip yang diterapkan adalah Hargai, Timbang, Kemas dan Penyerahan (HTKP)

dimana setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbada sehingga pelayanan dapat

dilakukan secara efektif dan efisien.

Apotek Atrika terletak pada lokasi yang cukup strategis, yaitu dekat

dengan pemukiman dan perumahan penduduk yang cukup padat, serta dekat

dengan beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum, dokter gigi, dokter

spesialis (spesialis kulit, spesialis kulit dan kelamin), hingga dokter hewan.

Apotek ini juga terletak di jalan dua arah yang cukup ramai dilalui kendaraan

termasuk kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai. Berdasarkan

bangunan, Apotek Atrika memiliki ukuran bangunan 7 x 7,2 m2 yang terbagi

menjadi dua ruangan. Ruang depan apotek digunakan sebagai counter untuk

penerimaan resep, penyerahan obat, kasir, dan ruang tunggu. Selain itu, terdapat

lemari/rak kaca untuk menyimpan produk OTC sehingga dapat menarik calon

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

53

Universitas Indonesia

pembeli untuk membeli. Ruang tunggu juga selalu terjaga kebersihannya dan

dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) untuk menambah kenyamanan

pelanggan. Pada bagian depan Apotek Atrika terdapat papan nama penunjuk

keberadaan apotek yang cukup jelas dan halaman parkir yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir sebuah mobil dan beberapa sepeda motor. Keberadaan

Apotek Atrika cukup mudah dilihat dengan adanya papan nama apotek berwarna

kuning dengan tulisan “Apotik” berwarna merah.

Ruang bagian dalam digunakan sebagai ruang racik dan ruang kerja

dengan luas yang cukup untuk pekerjaan meracik. Peralatan apotek, seperti

timbangan, mortir dan alu, gelas ukur, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi

pada tempatnya. Desain ruang racik Apotek Atrika yang menempatkan meja racik

pada bagian tengah di antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan

obat. Meja kerja diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan

meracik obat. Pada ruang racik juga terdapat toilet yang disediakan untuk

karyawan dan wastafel untuk mencuci peralatan racik. Apotek Atrika tidak

memiliki gudang penyimpanan obat karena lokasi apotek yang dekat dengan

beberapa PBF sehingga obat yang diterima langsung diletakkan pada lemari obat

dan disediakan dalam jumlah yang disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat

meningkatkan efisiensi dengan menghemat biaya pemeliharaan stok dan

perawatan gudang dan juga mengurangi risiko kerugian akibat barang yang

kadaluarsa maupun yang tidak terjual.

Salah satu kegiatan rutinitas di apotek yaitu pengadaan obat-obatan dan

barang di apotek yang dilakukan sesuai kebutuhan apotek dengan cara mencatat

obat-obatan yang telah mencapai level stock minimum ke dalam buku defecta

yang kemudian dilakukan pemesanan kepada PBF yang menyediakan produk

tersebut dengan menyerahkan surat pesanan. Proses pengadaan barang di Apotek

Atrika dilakukan melalui pembelian secara kredit dengan memperhatikan arus

barang (fast moving atau slow moving) dan arus uang. Pemesanan obat dilakukan

setiap hari, baik melalui telepon maupun melalui medical representative yang

datang ke apotek. Barang pesanan selalu diantar dalam jangka waktu tidak lebih

dari 1 hari (24 jam), sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak

PBF. Sedangkan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

54

Universitas Indonesia

prosedur berbeda. Pemesanan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika

dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus, diisi dan ditandatangani

oleh APA. Surat Pesanan (SP) untuk narkotika ditujukan kepada PT. Kimia Farma

sebagai distributor tunggal narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan

narkotik dilakukan secara COD (Cash On Delivery). Sementara untuk obat-obat

psikotropika dapat melalui PBF lain yang menyediakan obat tersebut. Surat

pesanan untuk narkotika terdiri dari 4 rangkap, yaitu untuk diberikan ke PBF (PT.

Kimia Farma), Balai POM, pabrik obat (PT. Kimia Farma) dan arsip. Dalam satu

surat pesanan hanya boleh digunakan untuk satu jenis narkotika dan dicantumkan

pula jumlah sisa stok obat narkotika tersebut yang tersedia di apotek. Sementara

itu, untuk psikotropika menggunakan SP rangkap 3 yang diserahkan kepada PBF,

Balai POM, dan sebagai arsip. Dalam satu SP psikotropika boleh digunakan untuk

beberapa jenis obat namun masih ditujukan untuk PBF yang sama, namun tidak

perlu dicantumkan sisa stok di apotek. Untuk pemesanan narkotika, SP harus

diserahkan terlebih dahulu kepada distributor sebelum barang bisa diantarkan.

Penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika juga dilakukan oleh APA,

Apoteker Pendamping, atau Asisten Apoteker.

Barang pesanan yang telah sampai di apotek dilakukan pengecekan untuk

memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur, baik

kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode

produksi/batch dan lain-lain) yang dilakukan oleh petugas apotek dan untuk obat

golongan narkotika dan psikotropika penerimaan dilakukan oleh APA, Apoteker

Pendamping, atau Asisten Apoteker. Apabila barang yang diterima sesuai dengan

surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan memberi stempel

apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan

salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian dicatat dalam

buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no. faktur, nama dan

jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan, potongan harga,

dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam

kartu stok besar dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan harga barang maka

perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian juga di buku daftar

harga barang dan komputer kasir.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

55

Universitas Indonesia

Barang yang telah diperiksa dan dilakukan pencatatan dimasukkan ke

dalam lemari penyimpanan obat yang disusun berdasarkan efek farmakologis,

obat generik, kecepatan putaran obat dan bentuk sediaan. Sediaan yang terdapat

di Apotek Atrika dibagi menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul),

sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria,

obat tetes mata, obat tetes telinga, dan sebagainya). Obat disusun berdasarkan

sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), di mana

obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang

paling depan dan/atau paling atas, agar keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat

juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu

kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di

dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping.

Penyimpanan obat diletakkan dalam lemari kaca sehingga memudahkan

proses pengambilan obat ketika diperlukan. Obat-obat juga tersusun dengan rapi

dalam lemari-lemari penyimpanan obat ethical, yang terdiri dari obat keras,

narkotika dan psikotropika, dan obat generik sehingga terlindung dari debu,

kelembapan, dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan

dan temperatur yang sesuai. Dalam ruangan penyimpanan baik untuk obat ethical

maupun OTC terdapat 1 buah AC yang diset suhunya pada 22oC. Obat-obat Over

the Counter (OTC) diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang depan,

sedangkan obat-obat ethical diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang dalam.

Penyimpanan obat disusun secara abjad dan berdasarkan jenis sediaan, untuk

obat-obat OTC dan disusun berdasarkan efek farmakologis pada lemari obat

ethical. Masing-masing kelompok disusun berdasarkan abjad dari bagian atas

lemari hingga ke bagian bawah lemari secara zig-zag sehingga memudahkan

pencarian. Pada lemari OTC, dilakukan pemisahan berdasarkan jenis sediaan

yaitu padat, cair, dan setengah padat. Di ruang depan apotek terdapat 3 buah

etalase untuk menyimpan OTC sediaan padat, 1 buah lemari untuk menyimpan

OTC sediaan cair, dan 1 buah lemari untuk menyimpan OTC sediaan obat luar.

Tempat penyimpanan obat di apotek Atrika yaitu obat-obatan disimpan pada

kotak kemasannya yang menunjukkan kesesuaian dengan nama obat didalamnya.

Kotak-kotak tersebut tersusun rapi pada rak-rak obat. Penyusunan obat-obat

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

56

Universitas Indonesia

ethical didasarkan pada kelas farmakoterapi (farmakologi) secara alfabetis.

Adapun kelompok-kelompok obat tersebut meliputi golongan obat generik, obat

tetes, obat luar, sebagian kecil kelas farmakoterapi (antibiotika, antimikroba,

antivirus, vitamin, saluran kemih, antithyroid, antimigrain,

analgesik/antiinflamasi, gastrointestinal dan saluran pencernaan, saluran

pernafasan, antihistamin, kortikosteroid, kontrasepsi/hormon, antipsikosis,

cardiovascular dan golongan lain), obat-obat oral dalam bentuk sediaan cair juga

memiliki rak obat tersendiri. Umumnya, di apotek atrika, sediaan yang berupa

cairan seperti emulsi, suspensi, sirup maupun sirup kering disimpan secara

terpisah dengan sediaan yang secara fisik berbentuk padatan seperti tablet, kapsul,

kaplet, pil, trochisi, dan sediaan sejenis lainnya. Obat berbentuk semi padat juga

disusun secara terpisah, misalnya salep, krim, dan pasta.

Beberapa obat yang sering digunakan dalam obat racikan, seperti teofilin,

Prednison dan CTM, juga memiliki tempat khusus di meja racik sehingga dapat

mempermudah pekerjaan meracik obat. Untuk obat-obat ethical yang memiliki

kecenderungan fast moving seperti Interdoxin® diletakkan di tempat terpisah.

Obat yang akan kadaluarsa (dalam waktu tiga hingga enam bulan ke

depan) diletakkan di tempat terpisah, dikelompokkan sesuai bulan kadaluarsa, dan

dilakukan pencatatan pada buku khusus “obat yang akan expired”. Obat-obat

tersebut akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan

kepada PBF. Pada lemari obat dari obat yang akan kadaluarsa diberi catatan untuk

mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut maka obat

yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Perjualan obat dengan tanggal

kadaluarsa yang dekat, harus mempertimbangkan penyakit yang diderita oleh

pasien apakah penyakit yang derita berat atau ringan. Bila pasien menderita

penyakit berat (kronis) maka obat yang diberikan bukan obat dengan tanggal

kadaluarsa yang dekat. Jika obat dengan tanggal kadaluarsa yang dekat sudah

terjual atau dikembalikan pada PBF, maka statusnya akan dicatat pada buku

khusus “obat yang akan expired”. Jika obat-obat tersebut tidak terjual atau tidak

dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya, maka obat-obat tersebut

akan dimusnahkan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

57

Universitas Indonesia

Penyimpanan narkotika dan bahan baku narkotika serta obat keras tertentu

disimpan dalam lemari khusus. Lemari khusus penyimpanan narkotik dan

psikotropik harus memenuhi persyaratan menurut PerMenKes RI No.

28/MENKES/PER/I/1978. Obat golongan narkotika dan psikotropika di apotek

Atrika disusun berdasarkan abjad dan disimpan sesuai dengan peraturan yang

berlaku, yakni dalam lemari khusus berkunci yang terpisah dari lemari obat

ethical lain, dan letaknya tersembunyi dari penglihatan umum. Kunci lemari

narkotik dan psikotropik dipegang oleh penanggung jawab apotek. Harus

diperhatikan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika penyimpanan dan

penggunaannya untuk menghindari risiko kehilangan atau penyalahgunaan obat.

Berdasarkan hasil pengamatan peserta PKPA, lemari narkotik dan psikotropik

yang ada di Apotek Atrika telah memenuhi persyaratan PerMenKes RI No.

28/MENKES/PER/I/1978 namun dalam teknis pelaksanaannya masih

memerlukan penertiban.

Tata cara penyimpanan (letak obat) didesain sedemikian rupa untuk

mempermudah dalam proses penyediaan (khususnya pengambilan) obat, yang

berperan dalam menentukan cepat lambatnya obat sampai ke tangan pasien.

Dengan adanya pengaturan seperti dijelaskan di atas, obat dapat sampai ke tangan

pasien dengan cepat (efisiensi waktu) sehingga meningkatkan citra Apotek Atrika.

Pelayanan yang dilakukan di Apotek Atrika meliputi dua hal, yaitu

pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep. Pelayanan swamedikasi dilakukan

berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dokter terhadap obat bebas, bebas

terbatas, maupun obat wajib apotek. Pelayanan yang lainnya yaitu pelayanan

resep tunai dimana resep yang masuk terlebih dahulu dilakukan identifikasi

kelengkapan melalui skrining resep oleh pegawai yang merangkap menjadi kasir.

Setelah itu, sesuai dengan prinsip pelayanan resep di Apotek Atrika yaitu Hargai,

Timbang, Kemas, dan Penyerahan. Resep dihargai yakni dihitung harganya

berdasarkan margin laba dan pajak apotek. Kemudian, pasien diminta

persetujuaannya untuk menebus obat yang sudah ditetapkan (harganya) dengan

cara membayar. Di sini, pasien mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah

obat yang akan diambil, setuju atau tidak dengan harga yang ditetapkan. Apabila

pasien kurang setuju, apoteker dapat menyarankan obat lain yang lebih rendah

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

58

Universitas Indonesia

harganya tapi dengan indikasi yang sama atau menghubungi dokter. Setelah

memperoleh persetujuan pasien, artinya setelah obat ditebus, maka dilanjutkan ke

tahap berikutnya, yaitu penyiapan obat. Obat yang diracik, dihitung dosisnya

dengan seksama sebelum diracik untuk menghindari kesalahan penimbangan. Jika

obat tidak perlu diracik, obat diambil dari rak obat. Obat yang telah diambil dan

diracik, dikemas dalam plastik tertutup dan diberi etiket yang berisi tentang aturan

pakai obat serta indikasi obat (jika perlu). Langkah terakhir, yaitu penyerahan

obat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

dinyatakan bahwa sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien. Di Apotek Atrika, penyerahan obat ke tangan pasien dilakukan oleh

apoteker (disertai pelayanan informasi obat) dan asisten apoteker.

Gambar 4.1. Alur Penerimaan Resep Tunai

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap tahap

pelayanan resep dilakukan oleh orang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisasi human error dalam melayani resep sehingga pasien tidak akan

dirugikan dari segi materi maupun kesehatannya. Adanya orang yang berbeda

dalam pengerjaan dapat meminimalisisasi kesalahan persepsi, seperti kesalahan

membaca jenis obat, aturan pakai dan dosisnya. Selain itu, untuk mempermudah

cross-check atau pengecekan silang, Apotek Atrika menerapkan sistem

dokumentasi berupa paraf pada resep yang dilayani. Pada struk resep disediakan

kolom yang bertanda harga (H), timbang/racik (T), isi/etiket, kemas/periksa,

kuitansi/copy resep (K) dan penyerahan (P). Petugas yang bertanggung jawab di

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

59

Universitas Indonesia

tahap terkait akan membuat paraf di kolom yang tersedia. Dengan demikian, bila

terjadi kesalahan di salah satu tahap dapat dideteksi dan di-cross check dengan

cepat serta tepat. Sistem ini juga dapat mendorong petugas untuk lebih teliti dan

berhati-hati dalam melayani resep sebab kesalahan dapat dideteksi person to

person.

Pihak apotek juga memberikan layanan delivery (pesan-antar) obat untuk

resep namun dibatasi dalam jarak tertentu. Layanan-layanan ini tentunya

merupakan suatu tawaran yang menarik bagi pasien sehingga dapat mendorong

peningkatan penjualan di apotek.

Obat golongan narkotika hanya dapat diberikan kepada pasien yang

membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh

diulang dan jika tidak ditebus semua, maka sisa obat yang belum diambil hanya

bisa dibeli pada apotek yang sama (apotek asal yang menyimpan resep aslinya).

Jika resep yang diterima mengandung narkotika, maka pada resep diberi garis

merah dan disimpan terpisah dari resep obat non narkotika. Untuk obat golongan

psikotropika dapat diberikan berdasarkan resep asli dari dokter atau salinan resep.

Resep yang mengandung psikotropika dapat diulang jika perlu. Apotek Atrika

melakukan pelaporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika

kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat setiap periode, yakni

setiap bulan sekali. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan sebelum

tanggal 10. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak dan

sudah kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan dengan disaksikan oleh APA,

Asisten Apoteker dan petugas dinas kesehatan dan dibuat berita acara

pemusnahannya.

Selain itu, Apotek Atrika juga melayani pengiriman ke cabang Apotek

Atrika sesuai permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat, baik karena

pembelian maupun karena pengiriman, dicatat pada kartu stok dan buku yang

sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan bebas,

dan buku pengiriman. Untuk pengiriminan barang ke cabang Apotek Atrika sejak

tanggal 1 Maret 2012 ditulis di buku nota sebagai faktur pengiriman yang berisi

informasi mengenai jumlah, jenis, expired date, dan batch number barang yang

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

60

Universitas Indonesia

dikirim. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak disimpan bersama kartu stok

lainnya melainkan di dalam lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika.

Pengelolaan resep di Apotek Atrika dapat dikatakan sudah dilakukan

dengan baik. Semua resep yang sudah dibuat, disimpan per hari berdasarkan

nomor urut resep. Selain itu, dicatat pula informasi mengenai tanggal pembuatan

resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat yang diberikan dalam buku

catatan resep. Resep-resep tersebut disimpan selama 3 tahun. Setelah itu,

dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara yang selanjutnya

dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat.

Dari segi kewirausahaan, Apotek Atrika selalu berusaha meningkatkan

penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu didukung dengan adanya

hubungan kerjasama yang senantiasa dijaga dengan baik oleh Apotek Atrika

terhadap apotek pesaing maupun dengan dokter. Sebagai contoh, apabila suatu

obat tidak tersedia di Apotek Atrika, maka apotek dapat berusaha memperolehnya

dari apotek lain. Selain itu, Apotek Atrika telah melakukan pelayanan dengan

baik, di antaranya pelayanan resep yang cepat dan tepat yang didukung dengan

pemberian informasi obat kepada pasien. Akan tetapi, kegiatan konseling di

Apotek Atrika belum berjalan dengan baik atau masih jarang dilakukan.

Sedangkan kegiatan monitoring penggunaan obat dan terhadap efek yang tidak

diinginkan dari penggunaan obat di Apotek Atrika belum dilakukan, padahal

kegiatan tersebut merupakan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan Apoteker di

apotek secara profesional dalam menerapkan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

61 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Atrika telah melaksanakan

tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Sistem pengelolaan teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian telah

dilaksanakan dengan cukup baik sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

5.2 Saran

a. Dalam sistem persediaan minimum untuk obat-obatan harus benar-benar

diterapkan baik dengan metode Analisis VEN, Analisis Pareto ABC maupun

Analisis VEN-ABC supaya dapat menghindari kekosongan stok.

b. Perlu ditingkatkan atau diperbaikinya sarana dan prasarana dalam pengelolaan

administrasi dengan menggunakan sistem komputerisasi dalam pencatatan

stok barang sehingga aktivitas dapat berlangsung lebih efisien dan cepat

sertapeningkatan kenyamanan konsumen saat menunggu proses pelayanan,

dengan penyediaan televisi ataupun radio.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

62 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan

Tanpa Resep. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

922/MENKES/PER/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Ijin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas

Terbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas

Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

63 Universitas Indonesia

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed Revised and Expanded.

Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta : Airlangga

University Pers.

Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta:

Wira Putra Kencana.

Widiyanti, Teja. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen

Persediaan di Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta :

Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

64

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

65

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Papan Nama Apotek Atrika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

66

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Denah Ruang Apotek Atrika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

67

Universitas Indonesia

Lampiran 4a. Ruang Tunggu Apotek Atrika

Lampiran 4b. Ruang Etalase Depan Apotek

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

68

Universitas Indonesia

Lampiran 5a. Lemari Penyimpanan Narkotika

Lampiran 5b. Lemari Penyimpanan Psikotropika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

69

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

70

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Etiket dan Label yang Digunakan di Apotek Atrika

KOCOK DAHULU TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

71

Universitas Indonesia

Lampiran 8a. Kopi Resep Apotek Atrika

Lampiran 8b. Surat Pesanan Apotek Atrika

b.)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

72

Universitas Indonesia

Lampiran 9a. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 9b. Laporan Penggunaan Narkotika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

73

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

74

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Laporan Penggunaan Psikotropika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

75

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Resep

POM.53.OB.53.AP.53.P1 BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari ini …… tangggal ……… bulan ……. tahun ………. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 280/Men.Kes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Apoteker Pengelola Apotek : S.I.P.A Nomor : Nama Apotek : Alamat Apotek : Dengan disaksikan oleh : 1. Nama :

Jabatan : S.I.K. Nomor :

2. Nama : Jabatan : S.I.K. Nomor :

Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas penyimpanan selama tiga tahun, yaitu: Resep dari tanggal ………….............. sampai dengan tanggal ……………………………… seberat ………………………….. kg. Tempat dilakukan pemusnahan : Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara ini dibuat dalam rangkap empat dan dikirimkan kepada:

1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi 3. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan 4. Satu sebagai arsip di Apotek.

……, ……………… 20…. Saksi-saksi: Yang membuat berita acara,

1. ( ) ( )

S.I.K No: S.I.P.A. No:

2. ( ) S.I.K No:

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

76

Universitas Indonesia

Lampiran 13a. Kartu Stok Kecil

Lampiran 13b. Kartu Stok Besar (Kartu Gudang)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

77

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Faktur Pengiriman ke Cabang Apotek Atrika

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA

JL. KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

DAN 30 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

SISTEM PEMILIHAN JENIS OBAT DAN PENENTUAN HARGA OBAT DI ERA SJSN

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA

JL. KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 – 30 AGUSTUS 2013

DAN 30 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

SISTEM PEMILIHAN JENIS OBAT DAN PENENTUAN HARGA OBAT DI ERA SJSN

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker

AJENG ISNAINI PERMATA SARI, S.Farm. 1206329322

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK JANUARI 2014

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... v BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3 2.1.Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ......................................... 3

2.1.1 Asas, Tujuan, dan Prinsip Penyelenggaraan .......................... 3 2.1.2 Jenis Program Jaminan Sosial ............................................... 4

2.2.Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)................................. 4 2.2.1 Tugas .................................................................................... 5 2.2.2 Wewenang ............................................................................ 5 2.2.3 Hak ....................................................................................... 6 2.2.4 Kewajiban ............................................................................. 6 2.2.5 Anggota BPJS ....................................................................... 7

2.3.Formularium Nasional (Fornas) ..................................................... 8 2.3.1 Definisi ................................................................................. 8 2.3.2 Manfaat ................................................................................ 8 2.3.3 Tujuan Umum ....................................................................... 9 2.3.4 Tujuan Khusus ...................................................................... 9 2.3.5 Perbedaan DPHO dengan Fornas .......................................... 9

2.4.E-Catalogue .................................................................................. 10

BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN .................................................... 14 3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian ..................................................... 14 3.2. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 14

BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 15 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 18

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 18 5.2. Saran ............................................................................................ 18

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 19

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

iv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme pengadaan obat melalui e-catalogue ................ 10 Gambar 2.2 Tampilan Menu E-Catalogue Obat Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta ................................................................................ 12

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar obat e-catalogue di wilayah DKI Jakarta ................. 20

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

vi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Isi Formularium Nasional ...................................... 8 Tabel 2 Perbedaan DPHO dengan Fornas ....................................... 9

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

1Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Salah satu bentuk perlindungan sosial adalah dengan menjamin agar setiap

orang atau warga negara berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju

terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera. Salah satunya adalah

penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam

Pasal 28 ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan social dan Pasal 34 ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Untuk

mewujudkan hal tersebut, Pemerintah telah mengesahkan UU No. 40 tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) (Pemerintah RI,2004).

Pelayanan yang ditanggung di era SJSN antara lain adalah penyuluhan

perorangan untuk memelihara kondisi kesehatan; pelayanan preventif seperti

imunisasi dasar (BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis & imunisasi lain yang

terbukti efektif), perawatan ibu hamil sekurang-kurangnya 4 kali dalam masa

kehamilan, pelayanan medical check up rutin untuk peserta yang berusia > 50 thn,

minimal 3 tahun sekali; rawat jalan; rawat inap; perawatan intensif (ICU, ICCU,

PICU, NICU); emergency care; pelayanan rehabilitasi medis (kacamata, alat

bantu dengar, kruk, kursi roda); perawatan gigi yang dibatasi pada pencabutan,

perawatan syaraf, pengobatan rasa nyeri, dan penambalan dengan amalgam;

pelayanan kontrasepsi; obat-obat esensial dan obat-obat penyelamat jiwa; dan

pelayanan penunjang diagnostik, laboratorium, radiologi, dan diagnostic lainnya.

Pelayanan yang ditanggung tersebut membutuhkan obat-obatan untuk mendukung

penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Oleh karena itu, perlu disusun suatu

daftar obat yang digunakan sebagai acuan nasional penggunaan obat dalam

pelayanan kesehatan SJSN untuk menjamin aksesibilitas keterjangkauan dan

penggunaan obat secara nasional dalam Formularium Nasional. Fornas

merupakan daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

2

Universitas Indonesia

Komite Nasional Penyusunan Fornas (Pusat Komunikasi Publik Sekjen

Kemenkes, 2013).

Obat-obatan dalam Fornas tersebut tercantum dalam bentuk E-Catalogue

yang dibuat untuk mempermudah pengadaan obat di era SJSN ini. E-Catalogue

adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis

dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan

tata cara pembelian yang diatur pemerintah yaitu menggunakan sistem e-

Purchasing. Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar

merupakan obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem

pelelangan harga. Lelang harga obat melalui e-Catalogue merupakan kerja sama

antara Kementerian Kesehatan dan LKPP (Pemerintah RI, 2012).

Peserta jaminan kesehatan nasional harus mendapatkan jaminan

pengobatan yang terbaik dan rasional, dengan harga yang terjangkau. Obat-obatan

yang tercantum dalam Fornas mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk dapat

memenuhi jaminan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelusuran atau

studi literature mengenai sistem pemilihan jenis obat dan penentuan harga obat di

era SJSN ini.

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui sistem pemilihan jenis obat yang digunakan di era SJSN.

1.2.2 Mengetahui penentuan harga obat di era SJSN.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) (Pemerintah RI, 2004)

2.1.1 Asas, Tujuan, dan Prinsip Penyelenggaraan

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan

jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta

dan/atau anggota keluarganya. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan

berdasarkan pada prinsip :

2.1.1.1 Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme

gotong- royong dari peserta yang mampu kepada peserta yamg kurang

mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang

berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat

membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini jaminan

sosial dapat menumbuhkan keadalan sosial bagi keseluruhan rakyat

Indonesia.

2.1.1.2 Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba

(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan sosial, akan tetapi tujuan

utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-

besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan

surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan

peserta.

2.1.1.3 Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan

pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil

pengembangannya.

2.1.1.4 Prinsip portabilitas. Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau

tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

4

Universitas Indonesia

2.1.1.5 Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar

seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun

kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta

kelayakan penyelenggaraan program.

2.1.1.6 Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan

titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya

dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

2.1.1.7 Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-

Undang ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang

dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan social.

2.1.2 Jenis Program Jaminan Sosial

2.1.2.1 Jaminan Kesehatan;

Program jaminan kesehatan diprioritaskan untuk dijalankan yaitu pada 1

Januari 2014. PT ASKES diamanatkan sebagai BPJS I.

2.1.2.2 Jaminan Kecelakaan Kerja;

2.1.2.3 Jaminan Hari Tua

2.1.2.4 Jaminan Pensiun.

2.1.2.5 Jaminan Kematian.

Program jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pensiun,

direncanakan diselenggarakan pada 1 Januari 2015. PT Jamsostek

diamanatkan sebagai BPJS II.

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (Pemerintah RI, 2011) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

social. BPJS adalah badan hukum publik berdasarkan Undang-Undang No. 24

Tahun 2011. BPJS bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS berkedudukan dan

berkantor pusat di ibu kota Negara Republik Indonesia. BPJS dapat mempunyai

kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota

BPJS terbagi menjadi dua, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

5

Universitas Indonesia

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kesehatan. BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan

jaminan hari tua.

2.2.1 Tugas

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24

Tahun 2011 Pasal 9, BPJS bertugas untuk:

2.2.1.1 Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;

2.2.1.2 Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;

2.2.1.3 Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;

2.2.1.4 Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;

2.2.1.5 Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;

2.2.1.6 Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

2.2.1.7 Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan

Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

2.2.2 Wewenang

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam UU. No. 24

Tahun 2011 Pasal 10, BPJS berwenang untuk:

2.2.2.1 Menagih pembayaran Iuran;

2.2.2.2 Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

2.2.2.3 Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan

Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

2.2.2.4 Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang

ditetapkan oleh Pemerintah;

2.2.2.5 Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

6

Universitas Indonesia

2.2.2.6 Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya;

2.2.2.7 Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

dan

2.2.2.8 Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program Jaminan Sosial.

2.2.3 Hak

Dalam melaksanakan kewenangan BPJS berhak untuk:

2.2.3.1 Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

2.2.3.2 Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program

Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

2.2.4 Kewajiban

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS

berkewajiban untuk:

2.2.4.1 Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;

2.2.4.2 Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-

besarnya kepentingan Peserta;

2.2.4.3 Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik

mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil

pengembangannya;

2.2.4.4 Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-

Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

2.2.4.5 Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban

untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;

2.2.4.6 Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

7

Universitas Indonesia

2.2.4.7 Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua

dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

2.2.4.8 Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

2.2.4.9 Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang

lazim dan berlaku umum;

2.2.4.10 Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku

dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan

2.2.4.11 Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,

secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan

kepada DJSN.

2.2.5 Anggota BPJS

BPJS terdiri atas:

2.2.5.1 Dewan Pengawas

Terdiri dari 7 (tujuh) orang professional yang berasal dari 2 (dua) orang

unsur pemerintah, 2 (dua) orang unsur pekerja, 2 (dua) orang unsur

pemberi kerja, dan 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat. Salah satu

anggota dewan pengawas, ditetapkan presiden sebagai Ketua Dewan

Pengawas. Dewan pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Masa jabatan dewan pengawas yaitu selama 5 (lima) tahun dan dapat

diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan

berikutnya.

2.2.5.2 Direksi

Terdiri dari paling sedikit 5 (lima) orang professional. Salah satu anggota

direksi, ditetapkan presiden sebagai Direktur Utama.

Anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Masa jabatan

direksi yaitu selama 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

2.2.5.3 Karyawan

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

8

Universitas Indonesia

Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)

diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.

2.3. Formularium Nasional (Fornas) (Kemenkes RI 2013)

2.3.1 Definisi

Daftar obat yang disusun oleh Komite nasional Penyusunan Formularium

Nasional, didasarkan pada bukti ilmiah terkini, paling berkhasiat, aman dan

dengan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan untuk

penulisan resep dalam Sistem Kesehatan Nasional. Formularium Nasional

berisikan nama obat berdasarkan kelas terapi, subkelas terapi, nama generik,

kekuatan, restriksi, dan fasilitas kesehatan yang menyediakan obat tersebut. Di

bawah ini merupakan contoh isi dari Formularium Nasional :

Tabel 1. Contoh Isi Formularium Nasional

Kelas Terapi Subkelas Terapi/Nama Generik/Kekuatan dan Restriksi

Fasilitas Kesehatan Tk 1 Tk 2 Tk 3

Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis 1. Deksametason

1. Inj 5mg/ml (i.v/i.m.) √ √ √ 2. Difenhidramin

1. Inj 10 mg/ml (i.v/i.m.) √ √ √ 3. Epinefrin (adrenalin)

1. Inj 0,1% (i.v./s.k./i.m.) √ √ √ 4. Hidrokortison

1. Inj 100 mg/vial √ √ 5. Klorfeniramin

1. Tab 4 mg √ √ √ 6 Loratadin

1. Tab 10mg √ √ √ 7 Setirizin

1. Tab 10 mg √ √ 2. Sir 5mg/5ml √ √ √

2.3.2 Manfaat

Menjadi acuan penetapan penggunaan obat dalam Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN), meningkatkan penggunaan obat yang rasional, mengendalikan

biaya dan mutu pengobatan, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien,

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

9

Universitas Indonesia

memudahkan perencanaan dan penyediaan obat, serta meningkatkan efisiensi

anggaran pelayanan kesehatan.

2.3.3 Tujuan Umum

Menjadi acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam menjamin

ketersediaan obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem

Jaminan Kesehatan Nasional.

2.3.4 Tujuan Khusus

Menjadi acuan dalam memilih obat yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman

dan terjangkau; menjadi dasar bagi pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berbasis bukti ilmiah; dan meningkatkan mutu perencanaan dan penyediaan obat

di fasilitas pelayanan kesehatan.

2.3.5 Perbedaan DPHO dengan Fornas (PT. Askes Persero, 2013)

Pada prinsipnya penyusunan Fornas tidaklah jauh berbeda dengan proses

penyusunan DPHO, namun secara garis besar perbedaan Fornas dibandingkan

dengan DPHO PT Askes (Persero) antara lain sebagai berikut:

Tabel 2. Perbedaan DPHO dan Fornas

No Uraian DPHO PT Askes (Persero) Fornas 1 Penetapan Direksi PT Askes (Persero) Menteri Kesehatan

2

Isi

31 kelas terapi 29 kelas terapi (penggolongan kelas terapi obat lebih ringkas)

Bahan kontras dan bahan untuk perawatan gigi sudah termasuk tindakan. Cairan peritoneal dan dialisa ditetapkan terpisah.

Mencakup bahan kontras radiologi, bahan untuk perawatan gigi, cairan peritoneal dan dialisa

3

Penulisan

Nama generik, sediaan, kekuatan, nama dagang, pabrik, harga obat, restriksi dan peresepan maksimal.

Nama generik obat (zat berkhasiat), sediaan dan kekuatan

4

Pemetaan Obat

Tidak ada pemetaan obat

Ada pemetaan obat di tiap tingkat pelayanan (Faskes Primer sampai Faskes Rujukan)

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

10

Universitas Indonesia

No Uraian DPHO PT Askes (Persero) Fornas

5

Mekanisme

Penetapan Harga Obat

Negosiasi harga

Terbagi menjadi 2 : 1. Negosiasi Harga untuk obat-obatan khusus 2. Lelang melalui E-catalog

6 Kontrak dengan Pabrik Obat

Langsung oleh PT. Askes (Persero)

Dilakukan oleh LKPP

7

Mekanisme

Pengadaan Obat

Surat Pemesanan Obat oleh

IFRS/Apotek yang dilegalisasi oleh Petugas Askes

Ada 2 cara : 1. Melalui E-

Purchasing 2. Surat Pemesanan

Obat

2.4 E-Catalogue (Kemenkes, 2013)

E-Catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari

berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan tata cara pembelian yang

diatur pemerintah yaitu menggunakan sistem e-Purchasing. Di bawah ini adalah

bagan mekanisme pengadaan obat melalui e-catalogue:

Gambar 2.1 Mekanisme pengadaan obat melalui e-catalogue

(Sumber : Afdal, 2013)

Ket : SPH = Survei Pemantauan Harga HPS = Harga Perkiraan Sendiri

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

11

Universitas Indonesia

Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi (K/L/D/I) dapat melaksanakan

pengadaan dengan cara e-Purchasing terhadap Barang/Jasa yang tercantum dalam

e-Catalogue. Tata cara penyusunan e-Catalogue adalah sebagai berikut:

1. Barang/Jasa yang dicantumkan pada e-Catalogue ditetapkan oleh Kepala

LKPP.

2. Dalam rangka pengelolaan sistem e-Catalogue sebagaimana yang

disebutkan dalam poin (1), LKPP melaksanakan Kontrak Payung dengan

penyedia Barang/Jasa untuk Barang/Jasa tertentu.

3. Pemilihan penyedia Barang/Jasa dalam rangka Kontrak Payung dapat

dilaksanakan dengan proses lelang/non lelang.

4. Dalam rangka persiapan, persiapan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi

Kontrak Payung dengan penyedia Barang/Jasa, LKPP membentuk tim yang

terdiri dari Personil LKPP dan/atau personil K/L/D/I teknis terkait.

5. Apabila diperlukan, Kepala LKPP dan Pimpinan K/L/D/I terkait dapat

menetapkan tim sebagaimana yang disebutkan dalam poin (4).

6. Apabila diperlukan, Kepala LKPP dan Pimpinan K/L/D/I terkait dapat

menandatangani Kontrak Payung dengan penyedia Barang/Jasa.

7. LKPP menayangkan daftar barang beserta spesifikasi dan harganya pada

sistem e-Catalogue elektronik dengan alamat www.e-katalog.lkpp.go.id

Untuk dapat mengakses e-Catalogue terdapat persyaratan yang harus

terpenuhi yaitu pengguna harus memiliki Akses internet serta user ID dan

password sebagai identitas diri dari pengguna yang digunakan untuk beroperasi di

dalam aplikasi SPSE.

Untuk pengadaan obat, saat ini terdapat total 11.052 item obat dalam

berbagai kekuatan, bentuk kemasan, dan dari berbagai produsen yang terdaftar

dalam e-Catalogue yang akan dialokasikan ke 33 provinsi di Indonesia. Dalam e-

Catalogue obat terdapat menu utama sebagai berikut:

1. Provinsi, untuk penelusuran pengadaan obat berdasarkan nama

provinsi.

2. Cari, untuk penelusuran pengadaan obat berdasarkan nama obat atau

berdasarkan kemasan.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

12

Universitas Indonesia

3. Urut Berdasarkan, untuk tampilan katalog berdasarkan nama obat

(urutan sesuai abjad A-Z atau Z-A) atau berdasarkan nama provinsi

(urutan sesuai abjad A-Z atau Z-A).

4. Item per Halaman, untuk tampilan katalog sebanyak 20 item, 30 item,

50 item, maupun 100 item.

Tampilan katalog obat akan menampilkan sebuah tabel yang memuat data-

data mengenai nama-nama obat yang tersedia untuk dialokasikan ke provinsi-

provinsi beserta dengan nama penyedia obat-obat tersebut, bentuk kemasan, harga

obat dalam satuan terkecil, serta nama distributor dan perjanjian Kontrak Payung.

Yang dimaksud dengan Kontrak Payung adalah surat perjanjian kerjasama antara

LKPP dengan penyedia Barang/Jasa, yang dalam hal ini adalah perusahaan

farmasi dan distributor. Berikut contoh tampilan katalog obat untuk pencarian di

provinsi DKI Jakarta:

Gambar 2.2 Tampilan Menu E-Catalogue Obat Pemerintah untuk Provinsi

DKI Jakarta

Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan

obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

13

Universitas Indonesia

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, untuk tahun 2013 penetapan

harga melalui lelang harga satuan dilakukan dengan harapan agar pengadaan obat

dapat mengikuti aturan, lebih mudah, dan efisien dengan tetap menjamin

ketersediaan obat. Lelang harga obat melalui e-Catalogue merupakan kerja sama

antara Kementerian Kesehatan dan LKPP.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

092/MENKES/SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun

2012, HET adalah harga jual tertinggi obat generik di apotek, rumah sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang berlaku untuk seluruh Indonesia. Harga

Netto Apotek (HNA) ditetapkan tidak lebih besar dari 74% (tujuh puluh empat

persen) HET. Harga Netto Apotek + Pajak Pertambahan Nilai (HNA + PPN)

adalah harga jual pabrik obat dan/atau Pedagang Besar Farmasi kepada apotek

dan rumah sakit. Apotek, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

yang melayani penyerahan obat generik hanya dapat menjual pada harga

maksimal sama dengan HET.

Permenkes tersebut bertujuan untuk menginformasikan harga obat yang

lebih transparan ke konsumen. HET dihitung dari harga netto obat di apotek

ditambah pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen, plus margin untuk apotek

sebesar 25 persen.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

14 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Penulisan literatur tentang sistem pemilihan jenis obat dan penentuan harga

di era SJSN pada tanggal 19 – 30 Agustus 2013 dan 30 September – 25 Oktober

2013, bertempat di Apotek Atrika.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan tentang sistem pemilihan jenis obat dan penentuan harga obat di era SJSN, yakni melalui penelusuran/studi literatur dari PT. Askes Persero dan literatur lainnya.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

15 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat yang disusun

berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas.

Obat yang masuk dalam daftar obat Fornas adalah obat yang paling berkhasiat,

aman, dan dengan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai

acuan untuk penulisan resep dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Selain itu, Fornas adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Oleh karena itu, perlu disusun suatu daftar obat yang digunakan sebagai acuan

nasional penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan SJSN untuk menjamin

aksesibilitas keterjangkauan dan penggunaan obat secara nasional dalam

Formularium Nasional.

Manfaat Fornas yaitu sebagai acuan penetapan penggunaan obat dalam

JKN, serta meningkatkan penggunaan obat yang rasional, dapat juga

mengendalikan mutu dan biaya pengobatan, serta mengoptimalkan pelayanan

kepada pasien. Selain itu, Fornas juga dapat memudahkan perencanaan dan

penyediaan obat, serta meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan.

Kriteria pemilihan obat, yaitu obat harus memiliki khasiat keamanan

terbaik berdasarkan bukti ilmiah mutakhir dan valid, memiliki rasio manfaat-

risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan pasien, memiliki izin edar

dan indikasi yang disetujui oleh Badan POM, memiliki rasio manfaat-biaya

(benefit-cost ratio) yang tertinggi, cost effectiveness, dan ketersediaan obat yang

baik dilihat dari segi produksi dan distribusi obat tersebut.

Apoteker yang menjadi anggota dari Komite Nasional Formularium

Nasional sangat berperan dalam menentukan pemilihan jenis obat di era SJSN ini,

dengan mempertimbangkan kriteria – kriteria pemilihan obat seperti yang disebut

di atas. Apoteker berperan penting karena merupakan tenaga profesi kesehatan

yang mengetahui dengan jelas tentang obat-obatan mulai dari indikasi, efek

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

16

Universitas Indonesia

samping, interaksi obat, dan apoteker juga mampu menganalisa pemilihan jenis

obat yang paling cost effectiveness untuk digunakan di era SJSN ini.

Pembagian peran dan tanggung jawab di era SJSN ini yaitu Menteri

Kesehatan selaku pemerintah bertugas menyusun dan menetapkan Fornas; BPJS

Kesehatan bertugas menjamin/membayar obat yang tercantum dalam Fornas;

sedangkan Fasyankes menggunakan obat yang tercantum dalam Fornas.

Ketiganya perlu bekerja sama dengan baik dan melakukan evaluasi secara rutin

dan berkesinambungan.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

328/MENKES/SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional disebutkan dalam

hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Formularium Nasional, dapat

digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan komite medik dan

Kepala/Direktur Rumah Sakit setempat. Penambahan dan/atau pengurangan daftar

obat yang tercantum dalam Formularium Nasional ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari Komite Nasional Formularium

Nasional. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Keputusan Menteri ini

dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan

Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan fungsi

masing-masing.

Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan

obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, untuk tahun 2013 penetapan

harga melalui lelang harga satuan dilakukan dengan harapan agar pengadaan obat

dapat mengikuti aturan, lebih mudah, dan efisien dengan tetap menjamin

ketersediaan obat. Lelang harga obat melalui e-Catalogue merupakan kerja sama

antara Kementerian Kesehatan dan LKPP.

Konsep E-catalogue 2014 dalam hal harga obat untuk pengadaan

pemerintah, yaitu masih belum ditetapkan apakah harga obat berlaku nasional

atau tidak, penetapan harga obat melalui lelang harga satuan, akan ada lebih dari

satu pemenang untuk tiap generik obat guna mengantisipasi kekosongan obat,

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

17

Universitas Indonesia

pelelangan dilakukan di pusat antara LKPP dan Kemenkes, daftar obat yang

tercantum dalam e-catalogue adalah obat generik berdasarkan DOEN, Harga Jual

Obat Generik dalam e-catalogue adalah harga satuan terkecil sudah termasuk

pajak dan biaya distribusi (franco kabupaten/kota), harga obat yang tercantum di

E-catalogue merupakan harga acuan tertinggi. Penetapan harga acuan tertinggi

dalam e-catalogue bertujuan untuk mengendalikan mutu dan biaya pengobatan di

era SJSN ini. Harga jual apotek boleh maksimal mangambil laba 25% dari harga

e-catalogue tersebut.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

18 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Sistem pemilihan jenis obat di era SJSN berdasarkan kriteria obat yaitu

obat harus memiliki khasiat keamanan terbaik berdasarkan bukti ilmiah

mutakhir dan valid, memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang

paling menguntungkan pasien, memiliki izin edar dan indikasi yang

disetujui oleh Badan POM, memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost

ratio) yang tertinggi, dan berdasarkan guidelines serta prevalensi penyakit.

5.1.2 Penetapan harga melalui lelang harga satuan melalui e-Catalogue yang

merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan LKPP. Harga

Jual Obat Generik dalam e-catalogue adalah harga satuan terkecil sudah

termasuk pajak dan biaya distribusi (franco kabupaten/kota) dan

merupakan harga acuan tertinggi. Harga jual apotek boleh maksimal

mengambil laba 25% dari harga e-catalogue tersebut.

5.2 Saran

Diperlukan peran serta dan kerja sama dari berbagai pihak untuk

mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional di era SJSN ini, yang bertujuan

untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan

martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera. Selama

pelaksanaan program ini juga diperlukan evaluasi dan monitoring dalam bidang

pengadaan obat, penggunaan obat yang rasional, dan sistem pelayanan kesehatan

yang tepat pada era SJSN ini. Kemudian diperlukan studi literatur lebih lanjut

untuk membahas lebih mendalam penentuan harga obat yang ditetapkan oleh

Kemenkes di era SJSN 2014 nanti.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

19 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Afdal, Andi. 2013. Kebijakan Pelayanan Obat Era Jaminan Kesehatan Nasional. Disampaikan dalam Pertemuan dengan PT.BMS 02 Oktober 2013. Jakarta : PT. Askes Persero.

Alban. 2013. Apotek Belum Pasang Harga Obat di Kemasan. Jakarta: Warta Kota.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 092 Tahun 2013 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur E-Purchasing Berdasarkan E-Catalogue. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 328 Tahun 2013 tentang Fornas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Muliawan, Bayu Teja. 2013. Implementasi Program Prioritas Dit Bina Obat Publik Dan Perbekes Tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang–Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2011. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2013. Formularium Nasional Kendalikan Mutu dan Biaya Pengobatan. Jakarta, 18 Juni 2013. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2327.

Tim Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta : Tim Kementerian Kesehatan RI.

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

20

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Daftar obat e-catalogue di wilayah DKI Jakarta

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp)

1. Albendazol suspensi 200 mg/5 ml

PT. Indofarma Dus, @ 10 Botol 3,811.00

2. Albendazol tablet 400 mg PT. Holi Pharma ktk 5 strip x 6 tablet 365.00 3. Alopurinol tablet 100 mg PT. Holi Pharma ktk 10 strip x 10 tablet 105.00 4. Alopurinol tablet 300 mg PT. Bernofarm Kotak 30 tab 300 mg 200.00 5. Alprazolam tablet 0,25 mg PT. Dexa Medica dus 10 x 10 tablet 435.16 6. Alprazolam tablet 0,5 mg PT. Dexa Medica Kotak, 10 strip @ 10

tablet 460.00

7. Alprazolam tablet 1 mg PT. Dexa Medica dus 10 x 10 tablet 810.00 8. Ambroxol sirup 15 mg/ml PT. Bernofarm Botol 60 ml 2,400.00 9. Ambroxol sirup 15 mg/ml PT. Indofarma Botol 60 ml 2,400.00 10. Ambroxol tablet 30 mg PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10

Tablet 86.00

11. Ambroxol tablet 30 mg PT. Novapharin ktk 10 X 10 tablet 86.00 12. Aminofilin injeksi 24

mg/ml PT. Phapros, Tbk ktk 30 ampl x 10 ml 3,240.00

13. Aminofilin tablet 150 mg PT. Erela botol 100 tablet 95.00 14. Aminofilin tablet 200 mg PT. Marin Liza

Farmasi Botol 100 tablet 87.15

15. Amitriptilin tablet salut 25 mg (HCl)

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

102.00

16. Amlodipin tablet 10 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 3 x 10 tablet 440.00

17. Amlodipin tablet 5 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 3 x 10 tablet 240.00

18. Amoksisilin + As. Klavulanat 625 mg tablet

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 6 Tablet 4,550.00

19. Amoksisilin kapsul/kaplet 250 mg

PT. Holi Pharma ktk 12 strip x 10 kapsul 200.00

20. Amoksisilin kapsul/kaplet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kaplet 220.00

21. Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg

PT. Phapros, Tbk ktk 10 vial 7,396.00

22. Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 ml

PT. Lucas Djaja Botol 60 ml 2,276.92

23. Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 1000 mg/vial

PT. Bernofarm Kotak 10 vial 1000 mg 4,000.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

21

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

24. Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v. 500 mg/vial

PT. Bernofarm Kotak 10 vial 500 mg 3,100.00

25. Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi : Aluminium Hidroksida 200 mg Magnesium Hidroksida 200 mg

PT. Afifarma KTK 10 X 10 77.94

26. Antasida DOEN II suspensi, kombi : Aluminium Hidroksida 200 mg/5 ml Magnesium Hidroksida 200 mg/5 ml

PT. Lucas Djaja Botol, 60 ml 1,865.93

27. Anti Bakteri DOEN salep kombinasi: Basitrasin 500 IU/g + Polimiksin 10.000 IU/g

PT. Indofarma Dus, 25 tube @ 5 g 2,491.00

28. Antifungi DOEN Kombinasi: Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3%

PT. Marin Liza Farmasi

Kotak 24 pot @ 30 gr 1,904.40

29. Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut subgalat 150 mg Heksaklorofen 2,5 mg

PT. Kimia Farma Kotak 10 supp 2,450.00

30. Antimalaria DOEN kombinasi : Pirimetamin tablet 25 mg Sulfadoksin tablet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

478.00

31. Antimigren tablet: Ergotamin Tartrat 1 mg + Kofein 50 mg

PT. Kimia Farma Btl 100 tablet 123.00

32. Aqua pro Injeksi steril, bebas pirogen

PT. Bernofarm Kotak 10 vial 20 ml 5,000.00

33. Artemether injeksi 80 mg/ml

PT. Kimia Farma ktk 6 AMP 22,167.00

34. Artesunate injeksi, vial 60 mg

PT. Mersifarma Tirmaku Mercusana

vial 25,063.00

35. Asam Asetilsalisilat tablet 100 mg (Asetosal)

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 100.00

36. Asam Asetilsalisilat tablet 500 mg (Asetosal)

PT. Phapros, Tbk 10 str x 10's 162.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

22

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

37. Asam Askorbat (Vitamin C) tablet 250 mg

PT. Kimia Farma

ktk. 10X10 TAB 135.00

38. Asam Askorbat (Vitamin C) tablet 100 mg

PT. Kimia Farma

ktk 10X10 TAB 51.00

39. Asam Folat tablet 1 mg PT. Marin Liza Farmasi

Botol 100 tablet 44.87

40. Asam Mefenamat kapsul/kaplet 250 mg

PT. Indofarma Dus, 12 Blister @ 10 Kapsul

121.00

41. Asam Mefenamat kapsul/kaplet 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 100 kapsul/kaplet 500 mg

95.00

42. Asiklovir krim 5% PT. Indofarma Dus, 25 tube @ 5 g 2,152.00 43. Asiklovir tablet 200 mg PT. Yarindo

Farmatama 10 x 10 tab 226.08

44. Asiklovir tablet 400 mg PT. Bernofarm Kotak 100 tab 400 mg 350.00 45. Asiklovir tablet 400 mg PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10

Tablet 350.00

46. Atenolol tablet 100 mg PT. Nufarindo 5x 10 tablet 654.00 47. Atenolol tablet 50 mg PT. Nufarindo 5x 10 tablet 346.00 48. Atropin injeksi i.m./i.v./s.k.

0,25 mg/ml (Sulfat) PT. Indofarma Dus, 30 ampul @ 1 ml 1,230.00

49. Atropin Sulfat tablet 0,5 mg PT. Indofarma Kotak 10 x 10 68.00 50. Benzatin Benzil Penisilin 1,2

juta IU/ vial PT. Phapros, Tbk

10 vial x 1,2 Jt IU 8,935.00

51. Benzatin Benzil Penisilin 2,4 juta IU/vial

PT. Phapros, Tbk

ktk 10 vial x 2,4 Jt IU 12,185.00

52. Besi (II) Sulfat 200 mg + Asam Folat 0,25 mg tablet (tablet tambah darah kombinasi )

PT. Kimia Farma

1 sase @30 tablet 44.00

53. Betahistin Mesilat tablet 6 mg PT. Novell Pharmaeutical Laboratories

strip / ktk 3 x 10 tablet 924.00

54. Betametason krim 0,1 % (sebagai Valerat)

PT. Rama Emerald Multi Sukses

Kotak 25 tube @ 5 g 1,520.00

55. Bisoprolol tablet 5 mg PT. Novell Pharmaeutical Laboratories

blister / ktk 10 x 10 tablet

2,300.00

56. Bromheksin tablet 8 mg PT. Novapharin

Kotak 10 x 10 tablet, Nama Dagang: Novaheksin

50.70

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

23

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

57. Cetirizin sirup 5 mg/5 ml PT. Indofarma Dus,, Botol 60 ml 7,837.00 58. Cetirizine tablet 10 mg PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10

Kapsul 225.00

59. Clobazam tablet 10 mg PT. Dexa Medica Kotak, 10 strip @ 10 tablet

760.00

60. Clobetasol krim 0,05% PT. Rama Emerald Multi Sukses

kotak 25 tube 5 gr, Nama Dagang: Emetasol

4,000.00

61. Dapson tablet 100 mg PT. Phyto Kemo Agung Farma

botol 100 tablet 44.00

62. Deksametason injeksi i.v. 5 mg/ml

PT. Bernofarm Kotak 100 ampul 1 ml 1,400.00

63. Deksametason injeksi i.v. 5 mg/ml

PT. Phapros, Tbk ktk 100 ampl x 1 ml 1,400.00

64. Deksametason tablet 0,5 mg

PT. Marin Liza Farmasi

Kotak 10 x 10 tablet 52.58

65. Dekstran 70 - larutan infus 6% steril

PT Otsuka Indonesia

botol 500 ml (Merek: Dekstran)

39,079.00

66. Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr)

PT. Afifarma BTL 60 ML 1,378.85

67. Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 15 mg 90.00

68. Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)

PT. Marin Liza Farmasi

Kotak 10 x 10 tablet 90.00

69. Diazepam injeksi 5 mg/ml

PT. Indofarma Dus, 30 ampul @ 2 ml 2,344.00

70. Diazepam tablet 2 mg PT. Kimia Farma Botol 100 tablet 27.00 71. Diazepam tablet 5 mg PT. Indofarma Ktk 10 x 10 56.00 72. Dietilkarbamazin Sitrat

tablet 100 mg PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10

Tablet 102.00

73. Difenhidramin injeksi i.m. 10 mg/ml (HCl)

PT. Lucas Djaja Kotak 30 ampul @ 1 ml 949.45

74. Digoksin tablet 0,25 mg PT. Yarindo Farmatama

10 x 10 tab 91.00

75. Diltiazem HCl tablet 30 mg

PT. Kimia Farma Ktk 10X10 TAB 123.00

76. Dimenhidrinat tablet 50 mg

PT. Kimia Farma Btl 100 tablet 95.00

77. Doksisiklin kapsul/kaplet 100 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Kapsul

220.00

78. Domperidon suspensi 5 mg/5 ml

PT. Novapharin btl 60 ml 3,624.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

24

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

79. Domperidon tablet 10 mg PT. Yarindo Farmatama

10 x 10 tab 176.00

80. Ekstraks Belladona tablet 10 mg

PT. Phapros, Tbk

ktk 10 bls x 10's 38.00

81. Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1 % (sebagai HCl)

PT. Phapros, Tbk

ktk 30 amp x 1 ml 1,500.00

82. Eritromisin kapsul/kaplet 250 mg

PT. Kimia Farma

ktk 10 x 10 kapsul 440.00

83. Eritromisin kapsul/kaplet 500 mg

PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 kaplet 864.25

84. Eritromisin sirup 200 mg/ 5 ml

PT. Kimia Farma

btl 60 ml 7,220.00

85. Etakridin larutan 0,1% PT. Afifarma Btl 300 ml 2,212.00 86. Etambutol tablet 250 mg

(HCl) PT. Kimia Farma

ktk 20 x 10 tablet 305.00

87. Etambutol tablet salut 500 mg (HCl)

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 500 mg 410.00

88. Famotidine tablet 40 mg PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet 177.00 89. Famotidine tablet 20 mg PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet 113.00 90. Fenilbutason tablet 200 mg PT. Phapros,

Tbk ktk 15 str x 10's 97.00

91. Fenitoin kapsul/kaplet 100 mg

PT. Lucas Djaja BOTOL 100 KAPSUL 121.00

92. Fenitoin Natrium injeksi 50 mg/ml

PT. Phapros, Tbk

ktk 10 amp x 2 ml 48,368.00

93. Fenitoin Natrium kapsul/kaplet 30 mg

PT. Lucas Djaja BOTOL 100 KAPSUL 93.00

94. Fenobarbital injeksi i.m./i.v. 50 mg/ml

PT. Phapros, Tbk

ktk 30 amp x 1 ml 1,716.00

95. Fenobarbital tablet 30 mg PT. Kimia Farma

ktk 10 x 10 tablet 63.00

96. Fenobarbital tablet 100 mg PT. Indofarma Kotak 10 x 10 144.00 97. Fenoksimetil Penisilin

tablet 250 mg PT. Phapros, Tbk

10 str x 10's 272.00

98. Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg

PT. Phapros, Tbk

ktk 10 str x 10's 465.00

99. Fenol Gliserol tetes telinga 10%

PT. Lucas Djaja Kotak 24 botol @ 5 ml 1,008.00

100. Fitomenadion (Vit.K1) tablet salut gula 10 mg

PT. Kimia Farma

ktk 10 x 10 tablet 550.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

25

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

101. Fitomenadion (Vitamin K1) injeksi 10 mg/ml

PT. Phapros, Tbk ktk 30 amp x 1 ml 1,566.00

102. Flukonazol tablet 150 mg

PT. Kimia Farma ktk 1 x 10 kapsul 22,000.00

103. Furosemid injeksi i.v./i.m. 10 mg/ml

PT. Indofarma Dus, 25 ampul @ 2 ml 1,751.00

104. Furosemid tablet 40 mg PT. Sampharindo Perdana

ktk 10 x 10 Ttablet 78.00

105. Garam Oralit I serbuk, kombinasi : Natrium 0,52 g Kalium klorida 0,30 g Trinatrium sitrat dihidrat 0,58 g Glukosa Anhidrat 2,7 g

PT. Indofarma Dus, 100 Sachet 292.00

106. Gemfibrozil kapsul/kaplet 300 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 12 Kapsul

272.00

107. Gemfibrozil tablet 600 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

680.00

108. Gentamisin injeksi 40 mg/ ml

PT. Indofarma Dus, 5 ampul @ 2 ml 3,104.00

109. Gentamisin salep kulit 0.1%

PT. Indofarma Dus, 25 tube @ 5 g 1,469.00

110. Gentamisin Sulfat tetes mata 0,3 %

PT. Indofarma Kotak 10 botol @ 5 ml 2,904.00

111. Gentian Violet larutan 1 %

PT. Holi Pharma btl 10 ml 900.00

112. Glibenklamida tablet 5 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

54.00

113. Glimepiride tablet 1 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 266.00

114. Glimepiride tablet 2 mg PT. Bernofarm Kotak 30 tab 2 mg 490.00 115. Glimepiride tablet 2 mg PT. Kimia Farma ktk 5x10 tablet 490.00 116. Glimepiride tablet 3 mg PT. Hexpharm

Jaya Laboratories Ktk 5 x 10 tablet 684.00

117. Glimepiride tablet 4 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 1,049.00

118. Gliquidon tablet 30 mg PT. Dexa Medica Kotak, 10 strip @ 10 tablet

645.00

119. Gliserin PT. Lucas Djaja Botol, 100 ml 4,158.24 120. Glukosa larutan infus 10

% steril PT. Widatra Bhakti Botol 500 ml 5,727.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

26

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

121. Glukosa larutan infus 40 % steril

PT Otsuka Indonesia

ampul 25 ml (Merek: Otsu D40 %)

1,960.00

122. Glukosa larutan infus 5 % steril

PT. Widatra Bhakti

Botol 500 ml 5,313.00

123. Griseofulvin tablet 125 mg PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

228.00

124. Haloperidol tablet 0,5 mg PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 tab 52.52

125. Haloperidol tablet 5 mg PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 tab 88.23

126. Haloperidol tablet 1,5 mg PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 tab 60.47

127. Hidrokortison krim 1% PT. Marin Liza Farmasi

tube @ 5 gr 2,274.73

128. Hidrokortison krim 2,5 % PT. Kimia Farma ktk 24 tube @ 5 g 2,399.00 129. Hyoscine -N-Butilbromide

tablet 10 mg PT. Rama Emerald Multi Sukses

kotak 5 x 10 tablet, Nama Dagang: Hyorex

395.00

130. Ibuprofen suspensi 100 mg/5 ml

PT. Indofarma Botol 60 ml 3,465.00

131. Ibuprofen suspensi 200 mg/5 ml

PT. Indofarma Botol 60 ml 4,455.00

132. Ibuprofen tablet 200 mg PT. Novapharin btl 100 tablet 92.57 133. Ibuprofen tablet 200 mg PT. Yarindo

Farmatama Botol 100 Tablet 92.57

134. Ibuprofen tablet 400 mg PT. Rama Emerald Multi Sukses

Kotak 10 x 10 tablet 145.00

135. Iodiol kapsul lunak PT. Kimia Farma BTL 100 KAP 930.00 136. Isoniazid tablet 100 mg PT. Kimia Farma Ktk 10X10 TAB 44.00 137. Isoniazid tablet 300 mg PT. Phyto Kemo

Agung Farma botol 100 tablet 85.00

138. Isosorbid Dinitrat tablet sublingual 5 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

92.00

139. Itrakonazol kapsul/kaplet 100 mg

PT. Bernofarm Kotak 30 kapsul/kaplet 100 mg

1,300.00

140. Kalium Diklofenak tablet 25 mg

PT. Dexa Medica kotak 5 x 10 tablet 332.35

141. Kalium Diklofenak tablet 50 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 489.00

142. Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 41.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

27

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

143. Kaptopril tablet 12,5 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 10 x 10 tablet 63.00

144. Kaptopril tablet 25 mg PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

88.00

145. Kaptopril tablet 50 mg PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

134.00

146. Karbamazepin tablet 200 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

243.00

147. Ketokonazol krim 2% PT. Kimia Farma tube 15 gram 4,050.00 148. Ketokonazol tablet 200

mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 267.00

149. Ketoprofen injeksi 100 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

ktk 5 ampul 2,542.00

150. Ketoprofen tablet 100 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 608.00

151. Ketorolac injeksi 10 mg PT. Indofarma Dus, 5 ampul @ 1 ml 1,616.00 152. Ketorolac injeksi 30 mg PT. Hexpharm

Jaya Laboratories ktk 6 amp 2,539.00

153. Klindamisin kapsul/kaplet 150 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @ 10 Kapsul

382.00

154. Klindamisin kapsul/kaplet 300 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @ 10 Kapsul

527.00

155. Klomifen tablet 50 mg PT. Bernofarm Dus, 1 strip x 10 tablet, Nama Dagang: Ofertil

1,400.00

156. Klonidin tablet 0,15 mg PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

184.00

157. Kloramfenikol kapsul/kaplet 250 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kapsul 213.00

158. Kloramfenikol salep mata 1 %

PT. Kimia Farma tube 5 g 1,450.00

159. Kloramfenikol suspensi 125 mg/ 5 ml

PT. Bernofarm Botol 60 ml 3,700.00

160. Kloramfenikol suspensi 125 mg/ 5 ml

PT. Kimia Farma btl 60 ml 3,700.00

161. Kloramfenikol tetes telinga 3 %

PT. Erela btl 5 ml 1,599.00

162. Klorfeniramina Maleat (CTM) tablet 4 mg

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 21.00

163. Klorokuin tablet 250 mg PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 107.00 164. Klorpromazin tablet

salut 100 mg (HCl) PT. Kimia Farma Ktk 10X10 TAB 133.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

28

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

165. Klorpromazin injeksi i.m. 25 mg/ml (HCl)

PT. Phapros, Tbk 30 amp x 1 ml 1,021.00

166. Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml - 2 ml (HCl)

PT. Phapros, Tbk 30 amp x 2 ml 950.00

167. Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCl)

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 45.00

168. Kodein tablet 10 mg PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 470.00 169. Kodein tablet 15 mg PT. Kimia Farma Ktk 10X10 tablet 800.00 170. Kodein tablet 20 mg PT. Kimia Farma Ktk 10X10 tablet 1,045.00 171. Kotrimoksazol DOEN I

(dewasa) kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg , Trimetoprim 80 mg

PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 135.00

172. Kotrimoksazol DOEN II (pediatrik) kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg Trimetoprim 20 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

72.00

173. Kotrimoksazol Suspensi komb: Sulfametoksazol 200 mg + Trimetoprim 40 mg / 5 ml

PT. Holi Pharma btl 60 ml 1,975.00

174. Kuinin (Kina) tablet 200 mg

PT. Kimia Farma kotak 60 tablet 610.29

175. Kuinin Dihidroklorida injeksi 25% - 2 ml

PT. Kimia Farma ktk 30 ampul @ 2 ml 4,227.00

176. Kuinin injeksi i.v. 25% (sebagai 2 HCl)

PT. Kimia Farma kotak 30 ampul @ 2 ml 5,706.00

177. Lamivudine tablet 150 mg

PT. Kimia Farma BTL 60 Tab 1,267.00

178. Lanzoprazol kapsul/kaplet 30 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

ktk 2 x 10 kapsul 473.00

179. Levofloksasin tablet 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 30 tab 500 mg 570.00

180. Levofloksasin tablet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 3 Strip @ 10 Tablet 570.00

181. Lidokain injeksi 2% PT. Bernofarm Kotak 100 ampul 2 ml 850.00 182. Lidokain injeksi 2%

(HCl) + Epinefrin 1 : 80.000 - 2ml

PT. Indofarma Dus, 30 ampul @ 2 ml 1,295.00

183. Linkomisin kapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @ 12 Kapsul

520.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

29

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

184. Lisinopril tablet 10 mg PT. Novell Pharmaeutical Laboratories

kotak 3 x 10 tablet 550.00

185. Lisinopril tablet 5 mg PT. Bernofarm dus 3 x 10 tablet, Nama Dagang: Inhitril

320.00

186. Loperamid tablet 2 mg PT. Ifars Pharmaceutical Laboratories

Dus, 10 strip @ 10 tablet 90.00

187. Loratadin tablet 10 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 160.00

188. Magnesium Sulfat inj (IV) 20% - 25 ml

PT Otsuka Indonesia

vial 25 ml (Merek: Otsu MgSO4 20 %)

2,078.00

189. Magnesium Sulfat inj (IV) 40% - 25 ml

PT Otsuka Indonesia

vial 25 ml (Merek: Otsu MgSO4 40 %)

2,629.00

190. Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml

PT. Indofarma Botol 30 ml 3,570.00

191. Mebendazol tablet 100 mg

PT. Indofarma Dus, 3 Blister @ 10 Tablet

228.00

192. Meloksikam suppositoria PT. Dexa Medica Kotak, isi 10 suppositoria

6,600.00

193. Meloksikam tablet 15 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet 348.00

194. Meloksikam tablet 7,5 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet 234.00

195. Menadion (Vitamin K3) injeksi 10 mg/ml

PT. Kimia Farma ktk 100 amp @ 1 ml 1,250.00

196. Metampiron injeksi 250 mg

PT. Lucas Djaja Kotak 30 ampul @ 2 ml 1,370.29

197. Metampiron tablet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 tablet 116.00

198. Metformin HCl tablet 500 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 10 x 10 tablet 105.00

199. Metformin HCl tablet 850 mg

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 850 mg 220.00

200. Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg

PT. Kimia Farma kotak 10x10 tablet 140.00

201. Metilprednisolon injeksi 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 1 vial 8 ml 60,000.00

202. Metilprednisolon tablet 16 mg

PT. Indofarma Dus, 3 Blister @ 10 Tablet

1,076.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

30

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

203. Metilprednisolon tablet 4 mg

PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 tab 295.83

204. Metilprednisolon tablet 8 mg

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 8 mg 370.00

205. Metoklopramide injeksi 5 mg/ml

PT. Bernofarm dus 5 ampul 2 ml, Nama Dagang: Metolon

960.00

206. Metoklopramide sirup 5 mg/ 5 ml

PT. Molex Ayus botol 60 ml, Nama Dagang: Lexapram syr

2,830.00

207. Metoklopramide tablet 10 mg

PT. Kimia Farma Ktk 10X10 TAB 89.00

208. Metoklopramide tablet 5 mg

PT. Kimia Farma Ktk 10 x 10 tab 100.00

209. Metronidazol infus 500 mg/100 ml

PT. Bernofarm Kotak 1 vial/botol 100 ml

24,000.00

210. Metronidazol tablet 250 mg PT. Sejahtera Lestari Farma

strip 10x10 kaptab (sedang diproses)

119.00

211. Metronidazol tablet 500 mg PT. Novapharin ktk 10 X 10 tablet 163.74 212. Mikonazol krim/salep 2 %

(Nitrat) PT. Kimia Farma ktk 24 tube @ 10

gram 3,000.00

213. Mineral Mix, kombinasi : Kalium klorida 1792 mg Trikalium sitrat (1H2O) 648 mg Magnesium klorida (6H2O) 608 mg Seng asetat (2H2O) 66 mg Tembaga sulfat (5H2O) 11 mg

PT. Indofarma Dus, 40 Sachet 2,450.00

214. Momethason krim 0,1 % PT. Rama Emerald Multi Sukses

25 tube 5 gram, Nama Dagang: Hyorex

3,955.00

215. Momethason krim 0,1 % PT. Bernofarm tube 10 gram, Nama Dagang: Motaderm

17,500.00

216. Morfin injeksi 10 mg/ml PT. Kimia Farma Ktk 10 ampul @ 1ML 10,499.00 217. Morfin tablet 10 mg PT. Kimia Farma btl 30 tablet 1,206.00 218. Natrium Diklofenak tablet

50 mg PT. Kimia Farma ktk 5 x 10 tablet 210.00

219. Natrium Diklofenak tablet 50 mg

PT. Novell Pharmaeutical Laboratories

blister / ktk 5 x 10 tablet

210.00

220. Natrium Diklofenak tablet 25 mg

PT. Phapros, Tbk ktk 5 str x 10's 134.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

31

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

221. Natrium Klorida larutan infus 0,9 %

PT. Widatra Bhakti

Botol 500 ml 4,900.00

222. Nevirapin tablet 200 mg PT. Kimia Farma btl 60 tablet 2,613.00 223. Nifedipin tablet 10 mg PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 tablet 112.00 224. Nistatin tablet salut

500.000 IU/ g PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 640.00

225. Nistatin vaginal tablet 100.000 IU/ g

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's vaginal

407.00

226. Obat Antituberkulosis FDC Kategori 1

PT. Indofarma Paket 358,200.00

227. Obat Antituberkulosis FDC Kategori 2

PT. Indofarma Paket 1,197,900.00

228. Obat Antituberkulosis FDC Kategori Anak

PT. Kimia Farma Paket 214,898.00

229. Obat Antituberkulosis FDC Sisipan

PT. Kimia Farma PAKET 159,898.00

230. Obat Antituberkulosis Kategori 1 dewasa

PT. Indofarma Paket 288,100.00

231. Obat Antituberkulosis Kategori anak

PT. Indofarma Paket 171,900.00

232. Obat Batuk Hitam ( O.B.H. ) cairan

PT. Afifarma BTL 100 ML 1,258.95

233. Obat Batuk Hitam ( O.B.H. ) cairan

PT. Erela btl 200 ml 2,783.00

234. Ofloxacin tablet 200 mg PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet

413.00

235. Ofloxacin tablet 400 mg PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet

654.00

236. Oksitetrasiklin HCl salep mata 1 %

PT. Kimia Farma ktk 25 tube @ 3,5 g 1,600.00

237. Oksitetrasiklin salep kulit 3%

PT. Indofarma Dus, 25 tube @ 5 g 1,529.00

238. Oksitosin injeksi 10 IU/ml - 1 ml

PT. Ethica Industri Farmasi

ds / 100 amp / 1 cc 1,820.00

239. Omeprazol kapsul/kaplet 20 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 3 x 10 kapsul 265.00

240. Oseltamivir kapsul/kaplet 75 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Kapsul

13,000.00

241. Papaverin injeksi 40mg/ml PT. Lucas Djaja Kotak 100 Ampul 1,150.00 242. Papaverin tablet 40 mg PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 119.00 243. Parasetamol drops PT. Indofarma Btl 15 ml 5,227.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

32

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

244. Parasetamol sirup 120 mg / 5 ml

PT. Afifarma BTL 60 ML 1,318.90

245. Parasetamol tablet 100 mg

PT. Novapharin btl 100 tablet 42.00

246. Parasetamol tablet 500 mg

PT. Afifarma KTK 10 X 10 83.93

247. Perfenazin tablet 4 mg (HCl)

PT. Kimia Farma BTL. 100 tab 54.00

248. Petidin injeksi 50 mg/ml PT. Kimia Farma Ktk 10 AMP @ 2ML 13,191.00 249. Piracetam injeksi 1 g/5

ml PT. Hexpharm Jaya Laboratories

1 box isi 10 ampul 1,925.00

250. Piracetam injeksi 3 g/15 ml

PT. Bernofarm Kotak 4 ampul 15 ml 3,800.00

251. Piracetam injeksi 3 g/15 ml

PT. Indofarma Dus, 4 ampul @ 15 ml 3,800.00

252. Piracetam tablet 1200 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet 776.00

253. Piracetam tablet 400 mg PT. Bernofarm Kotak 100 kapsul 400 mg

240.00

254. Piracetam tablet 800 mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 tablet 321.00

255. Pirantel sirup 125 mg/5 ml

PT. Holi Pharma BOTOL 60 ML 8,250.00

256. Pirantel tablet score (base) 125 mg

PT. Indofarma Kotak 30 (5 strip @ 6 tablet)

311.00

257. Pirazinamid tablet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

198.00

258. Piroksikam kapsul/kaplet/tablet 10 mg

PT. Promedrahardjo Farmasi Industri

Strip 10 x 10 Tablet 64.86

259. Piroksikam kapsul/kaplet/tablet 20 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 tablet 88.00

260. Povidon Iodida larutan 10%

PT. Kimia Farma btl 60 ml 3,500.00

261. Povidon Iodida larutan 10%

PT. Kimia Farma btl 300 ml 14,000.00

262. Povidon Iodida larutan 10%

PT. Kimia Farma BTL.1000ML 31,174.00

263. Povidon Iodida larutan 10%

PT. Kimia Farma BTL. 30 ML 2,000.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

33

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

264. Pravastatin tablet 20 mg PT. Novell Pharmaeutical Laboratories

kotak 5 x 10 tablet 2,400.00

265. Prednison tablet 5 mg PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 52.00 266. Primakuin tablet 15 mg PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 114.00 267. Prokain Benzil Penisilin

G. injeksi 3 jt IU/vial PT. Bernofarm Kotak 30 vial 15 ml 6,100.00

268. Propanolol tablet 40 mg (HCl)

PT. Indofarma Botol 100 Tablet 108.00

269. Propanolol tablet 10 mg ( HCl )

PT. Holi Pharma ktk 10 strip x 10 tab 77.00

270. Propiltiourasil tablet 100 mg

PT. Indofarma Botol plastik @ 100 tablet

264.00

271. Ramipril tablet 2,5 mg PT. Dexa Medica Kotak, 10 strip @ 10 tablet

300.00

272. Ramipril tablet 5 mg PT. Dexa Medica Kotak, 10 strip @ 10 tablet

530.00

273. Ranitidin injeksi 25 mg/2 ml

PT. Phapros, Tbk ktk 25 amp x 2 ml 1,928.00

274. Ranitidin tablet 150 mg PT. Bernofarm Kotak 100 tab 150 mg 105.00 275. Ranitidin tablet 150 mg PT. Hexpharm Jaya

Laboratories Ktk 10 x 10 tablet 105.00

276. Reserpin tablet 0,10 mg PT. Indofarma Kotak 10 x 10 81.00 277. Reserpin tablet 0,25 mg PT. Indofarma Ktk 10 x 10 103.00 278. Retinol (Vitamin A)

100.000 IU kapsul lunak PT. Kimia Farma btl 50 kapsul lunak 242.00

279. Retinol (Vitamin A) 200.000 IU kapsul lunak

PT. Lucas Djaja Botol, 50 kapsul lunak 431.54

280. Rifampisin kapsul/kaplet 300 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Kapsul

376.00

281. Rifampisin kapsul/kaplet 600 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

ktk 10 x 10 kaplet 830.00

282. Rifampisin tablet salut 450 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Kapsul

594.00

283. Ringer Laktat larutan infus

PT. Widatra Bhakti Botol 500 ml 5,200.00

284. Risperidon tablet 1 mg PT. Mersifarma Tirmaku Mercusana

2 X 10 Tablet, Nama Dagang: Persidal

1,400.00

285. Risperidon tablet 2 mg PT. Mersifarma Tirmaku Mercusana

strip 1,781.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

34

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp)

286. Risperidon tablet 3 mg PT. Dexa Medica dus 5 x 10 tablet 2,500.00 287. Salbutamol tablet 2 mg

(sebagai Sulfat) PT. Yarindo Farmatama

10 X 10 tab 59.82

288. Salbutamol tablet 4 mg (sebagai Sulfat)

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 82.00

289. Salep 2-4 , Kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4%

PT. Marin Liza Farmasi

POT @ 30 GR 1,800.00

290. Salisil Bedak 2 % PT. Kimia Farma ktk 50 gram 1,120.00 291. Salisil Bedak 2 % PT. Rama Emerald

Multi Sukses Kotak 50 gram 1,120.00

292. Sefadroksil sirup kering 125 mg/5ml

PT. Bernofarm Kotak 60 ml 5,200.00

293. Sefadroksil sirup kering 125 mg/5ml

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Btl 60 ml 5,200.00

294. Sefadroksil kapsul/kaplet 250 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

KTK 5x10 Kapsul 468.00

295. Sefadroksil kapsul/kaplet 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 100 kapsul/kaplet 500 mg

520.00

296. Sefadroksil kapsul/kaplet 500 mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

ktk 10 x 10 kapsul 520.00

297. Sefaleksin kapsul/kaplet 250 mg

PT. Phyto Kemo Agung Farma

kotak 10 x 10 tablet, Nama Dagang:Kemolexin

365.00

298. Sefaleksin kapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Kapsul 972.00

299. Sefazolin injeksi 1 g PT. Dexa Medica dus 2 vial 1 gr 18,585.00 300. Sefiksim 400 mg +

Azitromisin 1000 mg PT. Kimia Farma PAKET/AMPLOP 33,000.00

301. Sefiksim kapsul/kaplet 100mg

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 5 x 10 kapsul 958.00

302. Sefiksim sirup kering 100 mg/ 5 ml

PT. Hexpharm Jaya Laboratories

btl 30 ml 10,588.00

303. Sefotaksim injeksi 0,5 g PT. Hexpharm Jaya Laboratories

KTK 2 Vial 5,500.00

304. Sefotaksim injeksi 1 g PT. Indofarma Dus, 2 Vial @ 10 ml 6,860.00 305. Seftazidim injeksi 1 g PT. Phapros, Tbk ktk 2 vial x 1 gr 27,086.00 306. Seftriakson injeksi 1 g PT. Holi Pharma ktk 2 vial @ 1g 5,500.00 307. Sianokobalamin (vitamin

B12) injeksi 500 mcg PT. Indofarma Dus, 100 ampul @ 1 ml 916.00

308. Sianokobalamin (vitamin B12) tablet 50 mcg

PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 14.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

35

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

309. Simetidin tablet 200 mg PT. Novapharin ktk 10 X 10 tablet 101.96 310. Simvastatin tablet 10

mg PT. Hexpharm Jaya Laboratories

Ktk 3 x 10 tablet 180.00

311. Simvastatin tablet 20 mg

PT. Kimia Farma DS. 50 Tab 497.00

312. Simvastatin tablet 5 mg PT. Bernofarm kotak 3 x 10 tablet, Nama Dagang: Rendapid

230.00

313. Siprofloksasin infus 2% PT. Bernofarm Kotak 1 vial/botol 100 ml

45,000.00

314. Siprofloksasin tablet 500 mg (sebagai HCl)

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 500 mg 250.00

315. Siprofloksasin tablet 250 mg (sebagai HCl)

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @ 10 Tablet

237.00

316. Spiramisin tablet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Tablet

1,386.00

317. Spironolakton tablet 100 mg

PT. Dexa Medica Kotak 10 x 10 tablet 949.50

318. Spironolakton tablet 25 mg

PT. Dexa Medica Kotak 10 x 10 tablet 311.40

319. Stavudin tablet 30 mg PT. Kimia Farma BTL 60 Tab 843.00 320. Streptomisin serbuk

injeksi i.v 1000 mg/ml PT. Phapros, Tbk Dus 56 vial @ 1 gram 3,650.00

321. Sulfasalazin tablet 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 500 mg 415.00

322. Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 %

PT. Erela btl @ 5 ml 3,226.00

323. Tamoksifen tablet 20 mg

PT Kalbe Farma box 30 tablet (merek: Tamofen)

1,700.00

324. Tetrasiklin kapsul/kaplet 250 mg

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 140.00

325. Tetrasiklin kapsul/kaplet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kapsul 257.00

326. Tiamfenikol kapsul/kaplet 250 mg

PT. Phyto Kemo Agung Farma

Dus,10 strip@10 kapsul

318.63

327. Tiamfenikol kapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Kapsul

431.00

328. Tiamin (Vitamin B1) 100 mg tablet

PT. Kimia Farma ktk 10x10 tablet 81.00

329. Tiamin (Vitamin B1) injeksi 100 mg/ml

PT. Bernofarm Kotak 30 ampul 1 ml 880.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20367020-PR-Ajeng Isnaini-Laporan... · 1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang

36

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

No. Nama Obat Nama Penyedia Kemasan

Harga Satuan

Terkecil (Rp.)

330. Tramadol injeksi 50 mg/ml

PT. Bernofarm Kotak 5 ampul 1 ml 5,200.00

331. Tramadol kapsul/kaplet/tablet 50 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10 Kapsul

188.93

332. Tramadol kapsul/kaplet/tablet 50 mg

PT. Novapharin ktk 5 X10 kapsul 188.93

333. Trifluoperazin tablet 5 mg

PT. Darya Varia (Dus, 10 strip @ 10 tablet salut gula)

361.15

334. Triheksifenidil tablet 2 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Blister @ 10 Tablet

40.00

335. Verapamil tablet 80 mg (HCl)

PT. Kimia Farma Ktk 10X10 TAB 215.00

336. Zidovudin tablet 100 mg PT. Kimia Farma BTL 60 KAP 949.00 337. Zidovudin tablet 300 mg

+ Lamivudine tablet 150 mg

PT. Kimia Farma btl 60 tablet 3,117.00

338. Zinc tablet 20 mg PT. Indofarma Dus, 10 Strip @ 10 Tablet

443.00

Laporan praktek….., Ajeng Isnaini, FFar UI, 2014