Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERSEPTIF MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN
(STUDI KASUS DI WILAYAH JAKARTA)
SKRIPSI
DIAH PUSPITASARI
0606070642
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK JULI 2010
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK PERSEPTIF MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN
(STUDI KASUS DI WILAYAH JAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
DIAH PUSPITASARI
0606070642
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK JULI 2010
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Diah Puspitasari
NPM : 0606070642
Tanda Tangan :
Tanggal : 1 Juli 2010
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
iv
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian yang berjudul “Efek
Perseptif Meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai Imunostimulan (Studi Kasus di
Wilayah Jakarta)” dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Sarjana
Farmasi, Departemen Farmasi, Universitas Indonesia.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis hendak
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, MS. sebagai Ketua Program Sarjana Reguler
dan Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI.
2. Ibu Dr. Retnosari Andrajati, Apt. sebagai pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, ilmu, serta saran baik dalam
pelaksanaan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Endang Hanani, M.Si. sebagai pembimbing yang telah
memberikan bimbingan serta dukungan dalam pelaksanaan penelitian
maupun dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Katrin B, MS. sebagai pembimbing akademis.
5. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Reguler Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Apoteker dan seluruh staf di dua puluh apotek wilayah Jakarta yang telah
memberikan izin penelitian dan telah bekerja sama dengan baik selama
penelitian berlangsung.
7. Seluruh responden penelitian yang bersedia mengisi kuesioner dan telah
memberikan semangat kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril dan materiil
sehingga pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi dapat berjalan
lancar.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
vi
9. Eko Prasetyo yang telah berbagi cerita untuk tetap semangat dalam
penelitian.
10. Nurina Prapurandina sebagai partner penelitian, yang telah berbagi suka
duka selama pelaksanaan penelitian.
11. Rekan – rekan farmasi angkatan 2006 yang selama empat tahun telah
mewarnai hari – hari penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun penulis tetap
berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Depok, 1 Juli 2010
Penulis
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
vii
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
viii
ABSTRAK
Nama : Diah Puspitasari Program Studi : Farmasi Judul : Efek Perseptif Meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai
Imunostimulan (Studi Kasus di Wilayah Jakarta) Meniran (Phyllanthus niruri L.) telah beredar di pasaran sebagai produk imunostimulan dan penggunaannya masih perlu diteliti untuk melihat efek yang dihasilkan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efek perseptif meniran sebagai imunostimulan dan faktor yang mempengaruhinya seperti frekuensi dan lama penggunaan. Sebuah studi cross-sectional deskriptif analisis dilakukan di 20 apotek wilayah Jakarta selama bulan Maret-Mei 2010. Pemilihan apotek dilakukan dengan metode cluster sampling dan responden diambil dengan metode convenience sampling. Kuesioner yang valid dan reliabel diberikan melalui teknik wawancara untuk mengkonfirmasi penggunaan meniran sebagai imunostimulan. Responden yang masuk ke dalam penelitian sejumlah 245 responden dan 15,5 % menggunakan imunostimulan meniran dengan 73,7 % dari total pengguna meniran merasakan efek imunostimulan setelah menggunakan meniran dan 28,9 % merasakan efek samping meniran. Analisis kai kuadrat dan Fisher Eksak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi penggunaan dengan adanya efek imunostimulan dan efek samping (p > 0,05). Sebagian besar pengguna mempersepsikan bahwa meniran efektif sebagai agen imunostimulan. Efek perseptif dari penggunaan meniran tidak berhubungan dengan frekuensi penggunaan dan lama penggunaan. Kata kunci : efek perseptif, frekuensi penggunaan, imunostimulan,
lama penggunaan, meniran, Phyllanthus niruri L. XIV + 85 halaman : 32 tabel; 24 lampiran Daftar acuan : 38 (1963 – 2010)
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
ix
ABSTRACT
Name : Diah Puspitasari Program Study : Pharmacy Title : Perceived Effect of Meniran (Phyllanthus niruri L.) as
Immunostimulant (Case Study in Jakarta Area)
Meniran (Phyllanthus niruri L.) has spread out in the market as an immunostimulant product and its use should be researched to see its effect. The aim of this study is to determine the perceived effect of meniran as an immunostimulant and factors that influence it such as frequency and duration of use. A descriptive analysis cross-sectional study was undertaken at 20 pharmacies throughout Jakarta during March-Mei 2010. Election of pharmacies was done by cluster sampling method and respondents was taken by convenience sampling method. A valid and reliable questionnaire was interviewer-administered to confirmed immunostimulant meniran users. Respondents who entered the study are 245 respondents and 15,5 % used immunostimulant meniran with 73,7 % of total meniran users feel the effect of immunostimulant after taking meniran and 28,9 % of total meniran users feel the side effect of meniran. Chi square analysis and Fisher’s Exact analysis shown that there were no relationship between frequency and duration of use with appearance of immunostimulant effect and side effect (p > 0,05). Most users perceived that meniran were efficacious as an immunostimulant agent. The perceived effect of meniran was no relationship with frequency and duration of use.
Keywords : duration of use, frequency of use, immunostimulant,
meniran, perceived effect, Phyllanthus niruri L. XIV + 85 pages : 32 tables; 24 appendices Bibliography : 38 (1963 – 2010)
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………… ...… ii LEMBAR ORISINALITAS ………………………………… ..…………. iii LEMBAR PENGESAHAN …………………… ……..………………… .. iv KATA PENGANTAR …………………… ...…………………………… .. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….... vii ABSTRAK ……………………………………………………… ...……… viii ABSTACT ……………………………………… ………………………… ix DAFTAR ISI …………………………………………………… ..………. x DAFTAR TABEL ……………………………… ……..………………… . xi DAFTAR LAMPIRAN …………………… ..…………………………… . xiii BAB 1 PENDAHULUAN ………………………… .…………….............. 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………….…. 1 1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………….. 2 1.3 Hipotesis …………………………………………………... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………… .............. 3 2.1 Imunomodulasi ……………………………………………. 3 2.2 Phyllanthus niruri L. ………………………………………. 7 BAB 3 METODE PENELITIAN ……………………………………… ... 14 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………….. 14
3.2 Definisi Operasional ………………………………………. 14 3.3 Desain Penelitian ………………………………………….. 15
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………... 15 3.5 Populasi dan Sampel …………………………………......... 16 3.6 Etika Penelitian ……………………………………………. 17 3.7 Kuesioner ………………………………………………….. 17 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………… ………………... 21 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ………………..…………….. 21 4.2 Data Deskriptif …………………………………………...... 22 4.3 Data Analisis ………………………………………………. 28
4.4 Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 30 4.5 Manfaat Penelitian ………………………………………… 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 31 5.1 Kesimpulan ………………………..……………………..... 31 5.2 Saran …………………………………..…………………... 31
DAFTAR ACUAN ……………………… ……………………………… .. 32
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Setiap Apotek ………….. 35 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………………............... 36 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Umur ……………………………................................ 36 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pendidikan Terakhir …………………………………. 37 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pekerjaan …………………………………………….. 37 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pendapatan per Bulan ……………………………….. 38 4.7 Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna Imunostimulan Meniran ……………………………………………………………. 39 4.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………................... 41 4.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Berdasarkan Umur ………………………………………………… 41 4.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………………………………… 41 4.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Berdasarkan Pekerjaan …………………………………………….. 42 4.12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Berdasarkan Pendapatan per Bulan ……………………………….. 42 4.13 Data Mentah Pola Penggunaan Imunostimulan Meniran …………. 43 4.14 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Nama Dagang Produk yang Digunakan Responden…. 46 4.15 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Sumber Informasi ……………………………………. 46 4.16 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Alasan Penggunaan ………………………………….. 47 4.17 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Frekuensi Penggunaan ………………………………. 47 4.18 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Lama Penggunaan …………………………................ 48 4.19 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Efek Imunostimulan Perseptif yang Diharapkan …… 48 4.20 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Efek Imunostimulan Perseptif yang Didapatkan …… 49 4.21 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Efek Samping Perseptif ……………………................50 4.22 Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran
Berdasarkan Obat Lain yang Dikonsumsi …………….................... 50
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
xii
4.23 Distribusi Frekuensi Alasan Responden yang Tidak Menggunakan Produk Imunostimulan Meniran …………………………............... 51
4.24 Tabel Silang antara Jenis Kelamin Responden dengan Penggunaan Imunostimulan Meniran ………….................................................... 53
4.25 Tabel Silang antara Umur Responden dengan Penggunaan Imunostimulan Meniran ………………………................................ 53
4.26 Tabel Silang antara Pendidikan Terakhir Responden dengan Penggunaan Imunostimulan Meniran ………………....................... 54
4.27 Tabel Silang antara Pekerjaan Responden dengan Penggunaan Imunostimulan Meniran …………………………….…................... 54
4.28 Tabel Silang antara Pendapatan per Bulan dengan Penggunaan Imunostimulan Meniran ………........................................................ 55
4.29 Tabel Silang antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ……………………....………................... 55
4.30 Tabel Silang antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ……………………………....................... 56
4.31 Tabel Silang antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif ………………………………............................. 56
4.32 Tabel Silang antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif ……………………………………..................... 57
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 3.1 Daftar Nama Apotek ………………………………………………. 58 3.2 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI
Jakarta kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ………….. 59 3.3 Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI
Jakarta dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ………............ 60 3.4 Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI
Jakarta dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik …………............. 61 3.5 Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI
Jakarta dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta …………….............. 62 3.6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ………………................. 63 3.7 Kuesioner ………………………………………………………….. 64 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ………..……………………………. 69 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner …………………………............... 70 4.3 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara
Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Jenis Kelamin Responden …………………………………………………………. 71
4.4 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Umur Responden .... 72
4.5 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Pendidikan Terakhir Responden …………………………………………………………. 73
4.6 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Pendidikan Terakhir Responden ……………………………………………………………............... 74
4.7 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Pekerjaan Responden ………………………………...…………………………………… 75
4.8 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Pendapatan per Bulan Responden …………………………………………………………. 76
4.9 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan Meniran dengan Pendapatan per Bulan Responden ……………………………………………………………............... 77
4.10 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ……………………………………….…………………... 78
4.11 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ........... 79
4.12 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ……………………………………………………………………... 80
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
xiv
4.13 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif ........... 81
4.14 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif …………………………..…………………………………………. 82
4.15 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif …………….. 83
4.16 Hasil Uji Independensi Kai-Kuadrat tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif ……… 84
4.17 Hasil Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif ……………………..……. 85
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunostimulan merupakan agen yang dapat meningkatkan sistem imun
(Schulz, Hansel, Blumenthal, & Tyler, 2004). Bahan-bahan imunostimulan dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu bahan biologi dan sintetik. Salah satu contoh
imunostimulan dari bahan biologi adalah yang berasal dari tumbuhan atau disebut
juga imunostimulan herbal (Baratawidjaja, 2002). Saat ini, produk imunostimulan
herbal sangat banyak dipromosikan oleh berbagai media iklan di Indonesia.
Kandungan imunostimulan herbal tersebut adalah ekstrak tumbuhan yang diklaim
sebagai imunostimulan, antara lain : echinacea, ginseng (Awang, 1999),
Phyllanthus niruri L. (Maat, 1997), Morinda citrifolia L. (Mengi & Nayak,
2009), black elderberry (ABC, 2004).
Salah satu kandungan ekstrak tumbuhan yang terdapat dalam produk
imunostimulan herbal yang banyak diproduksi oleh pabrik di Indonesia antara lain
Phyllanthus niruri L. (MIMS, 2007; MIMS, 2010). Phyllanthus adalah tumbuhan
perdu yang terdiri dari lebih 700 spesies. Diantara spesiesnya yang telah lama
digunakan sebagai obat tradisional adalah Phyllanthus niruri L. atau di Indonesia
dikenal dengan nama meniran. Tumbuhan ini tumbuh liar dan tumbuh subur di
tempat lembab dan berbatu serta merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di
wilayah Asia termasuk Indonesia (Sulaksana & Jayusman, 2004). Phyllanthus
niruri L. memiliki aktifitas imunostimulan (Maat, 1997), antihipertensi (Ross,
1999), antihiperglikemik (Ross, 1999), antibakteri (Ekwenye & Njoku, 2006),
hepatoprotektor (Rudiyanto, 2007). Phyllanthus niruri L. mengandung flavonoid
yang menempel ke sel imun tubuh dan memberikan sinyal intraseluler untuk
mengaktifkan kerja sel imun (Maat, 1997).
Berdasarkan peraturan BPOM, beberapa produk yang mengandung
Phyllanthus niruri L. termasuk fitofarmaka, yaitu sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi (BPOM, 2005).
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
2
Universitas Indonesia
Namun, pada uji praklinik dan uji klinik Phyllanthus niruri L. sebagai
imunostimulan terdapat keterbatasan kriteria subjek penelitian. Uji praklinik
dilakukan terhadap hewan percobaan, sedangkan uji klinik yang ada diantaranya
dilakukan pada pasien cacar air, pasien TBC, pasien PPOK eksaserbasi akut
(Praseno & Mustafa, 2001; Sarisetyaningtyas, Hadinegoro, & Munasir, 2006;
Radityawan, 2003; Soemarwoto, 2004). Uji klinik dengan kriteria subjek
penelitian yang lebih luas tidak dilakukan karena desain dan pelaksanaan uji klinis
sangat kompleks dan mahal (Sastroasmoro & Ismael, 1995). Oleh karena itu,
dilakukan suatu studi dengan kriteria subjek penelitian yang lebih luas, yaitu
dengan melakukan observasi ke suatu populasi di masyarakat mengenai
penggunaan meniran sebagai imunostimulan. Studi yang dilakukan berupa studi
cross sectional mengenai efek perseptif dari penggunaan produk imunostimulan
yang mengandung meniran oleh pengguna.
1.2 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui efek-efek yang dipersepsikan oleh pengguna
imunostimulan meniran, baik efek peningkatan daya tahan tubuh maupun
efek samping.
b. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan lama penggunaan
dengan adanya efek peningkatan daya tahan tubuh perseptif dan efek
samping perseptif.
1.3 Hipotesis
Ada hubungan antara frekuensi dan lama penggunaan dengan adanya efek
peningkatan daya tahan tubuh perseptif dan efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunomodulasi
Imunomodulasi yaitu cara untuk mengembalikan dan memperbaiki sistem
imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan.
Obat-obatan yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun disebut
imunomodulator. Obat yang sekaligus memperbaiki fungsi komponen sistem
imun yang satu dan menekan fungsi komponen yang lain, dewasa ini belum
ditemukan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui
imunorestorasi, imunosupresi, dan imunostimulasi (Baratawidjaja, 2002).
2.1.1 Imunorestorasi
Imunorestorasi adalah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem
imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun.
2.1.2 Imunosupresi
Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.
Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi alat tubuh dalam usaha
mencegah reaksi penolakan dan pada penyakit autoimun untuk menghambat
pembentukan antibodi. Imunosupresan umumnya tidak ditujukan terhadap antigen
spesifik.
2.1.3 Imunostimulasi
Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan
menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Ada dua jenis respons
imun, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik.
2.1.3.1 Respon imun nonspesifik
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan
respon langsung terhadap antigen, sedang sistem imun spesifik membutuhkan
waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan
responnya. Sistem tersebut disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu, tapi telah ada dan siap berfungsi sejak lahir yang berupa
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
4
Universitas Indonesia
permukaan tubuh dan berbagai komponen dalam tubuh. Komponen-komponen
sistem imun nonspesifik dapat dibagi sebagai berikut :
a. Pertahanan fisik dan mekanik
Sistem pertahanan fisik dan mekanik ini berupa kulit, selaput lendir, silia
saluran nafas, batuk dan bersin. Sistem pertahanan ini akan mencegah masuknya
berbagai kuman patogen kedalam tubuh.
b. Pertahanan biokimia
Kebanyakan mikroorganisme tidak dapat menembus kulit yang sehat,
namun beberapa diantaranya dapat masuk ke dalam tubuh melalui kelenjar
sebaseus dan folikel rambut. Akan tetapi dengan adanya pH asam dari keringat
dan sekresi sebaseus yang mempunyai efek antimikrobial akan mengurangi
kemungkinan infeksi melalui kulit. Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas
dan telinga berperanan pula dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Lisozim
dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu melindungi tubuh terhadap berbagai
kuman gram positif oleh karena dapat menghancurkan dinding selnya. Air susu
ibu mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhadap E. coli dan Staphylococcus.
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam
usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi
beberapa mikroorganisme. Demikian pula pH yang rendah dari vagina, spermin
dalam semen dapat mencegah tumbuhnya beberapa mikroorganisme.
Beberapa bahan yang dilepaskan oleh leukosit, lisozim yang dilepaskan
makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif. Laktoferin dan transferin
dalam serum dapat mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman
Pseudomonas.
c. Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperanan pada pertahanan humoral.
Bahan-bahan tersebut adalah komplemen, interferon, dan C-Reactive Protein
(CRP).
Komplemen berperan dalam meningkatkan fagositosis (opsonisasi) dan
mempermudah destruksi bakteri dan parasit oleh karena komplemen dapat
menghancurkan sel membran beberapa bakteri, dapat melepas bahan kemotaktik
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
5
Universitas Indonesia
yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri, dapat mengendap pada
permukaan bakteri dan memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) dan
memakannya. Keadaan tersebut merupakan fungsi imun nonspesifik, tetapi dapat
pula terjadi atas pengaruh respon imun spesifik.
Interferon (IFN) adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai
sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi
virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel di
sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Di
samping itu, interferon juga dapat mengaktifkan sel Natural Killer (sek NK). Sel
yang terinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian akan
membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
CRP merupakan salah satu contoh dari protein fase akut, yaitu berbagai
protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut. CRP meningkat
100 kali atau lebih dan berperanan pada imunitas nonspesifik yang dengan
bantuan Ca2+ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforilkolin yang
ditemukan pada permukaan bakteri dan jamur, kemudian mengikat komplemen.
CRP juga mengikat protein C dari Pneumococcus. Maka dengan demikian CRP
berupa opsonin yang memudahkan fagositosis. Adanya CRP yang tetap tinggi
menunjukkan infeksi yang persisten. Protein fase akut lainnya adalah komponen
C3 dan C4 yang berfungsi sebagai opsonin, a1-antitripsin, haptoglobin, dan
fibrinogen yang berperanan pada laju endap darah dimana pada infeksi meningkat
jauh lebih lambat dibandingkan dengan CRP.
d. Pertahanan selular
Fagosit, makrofag, sel NK, dan sel K berperanan dalam sistem imun
nonspesifik selular. Meskipun berbagaisel dalam tubuh dapat melakukan
fagositosis, tetapi sel utama yang berperanan dalam pertahanan nonspesifik adalah
sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau
granulosit. Kedua sel tersebut tergolong fagosit dan berasal dari sel asal
hemopoietik. Granulosit hidup pendek, mengandung granul yang berisikan enzim
hidrolitik. Beberapa granul berisikan pula laktoferin yang bersifat bakterisidal.
Fagositosis yang efektif pada invasi kuman lebih dini dapat mencegah timbulnya
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
6
Universitas Indonesia
penyakit. Dalam kerjanya, sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan
sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai
berikut : kemotaksis, menangkap, memakan (fagositosis), membunuh, dan
mencerna.
Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepaskan
berbagai bahan, antara lain lisozim, komplemen, interferon yang semuanya
memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik. Large
granular lymphocyte (LGL) ditemukan dalam darah yang merupakan 2-6 % dari
leukosit perifer dengan ciri-ciri mengandung banyak sekali sitoplasma, granul
sitoplasma azurofilik, pseudopodia, dan nukleus eksentrik. Sebagian besar sel
LGL ini menunjukkan sifat sel NK dan antibody dependent cell cytotoxicity
(ADCC). Populasi cytotoxic T lymphocyte (CTL) yang diaktifkan sering berupa
LGL. Di samping itu CTL sering ditemukan dalam preparat LGL. Sasaran LGL
utama adalah sel kanker dan virus. Mekanisme pengenalan antigen oleh sel NK
dan LGL berbeda, tetapi mekanisme efektornya adalah sama yaitu melalui lisis
oleh mediator sitolitik.
2.1.3.2 Respon imun spesifik
Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya.
Benda asing yang pertama kali muncul dalam tubuh segera dikenal oleh sistem
imun spesifik sehingga terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel
sistem imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, makan
benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan
olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing
yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik. Sistem imun
spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, tetapi pada umumnya
terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-
makrofag. Komponen – komponen sistem imun spesifik dapat dibagi sebagai
berikut :
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
7
Universitas Indonesia
a. Komponen humoral
Agen berperanan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B
atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang
oleh benda asing, maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi
sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi ini adalah pertahanan terhadap
infeksi ekstraseluler virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya.
b. Komponen selular
Agen yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T
atau sel T. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada
orang dewasa, sel T dibentukdi dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan
diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor dari
timus. Faktor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah
sebagai hormon asli (true) dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap
diferensiasi sel T di perifer. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel
subset dengan fungsi yang berlainan. Fungsi utama sistem imun spesifik selular
adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur,
parasit, dan keganasan.
2.2 Phyllanthus niruri L.
2.2.1 Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri L. (Backer & van den Brink)
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
8
Universitas Indonesia
2.2.2 Nama Lain
Inggris : Stonebreaker, Seed-Under-Leaf
Spanyol : Chanca Piedra
Portugal : Quebra Pedra
India : Bhuiaonla
Indonesia : Meniran
Malaysia : Dukong Anak
Myanmar : Mizi Phiyu
Vietnam : Chode (ASEAN, 2004; Oudhia, 2002)
2.2.3 Morfologi
Meniran merupakan tumbuhan terna semusim, tegak, tinggi hingga 1 m.
Batang bulat, liat, tidak berbulu, licin, hijau keunguan, diameter ± 3 mm,
bercabang dengan tangkai dan cabang-cabang hijau keunguan. Daun majemuk
berseling, warna hijau, anak daun 15-24 helai, bulat telur, tepi rata, pangkal
membulat, ujung tumpul, di bawah ibu tulang daun sering terdapat butiran kecil-
kecil, menggantung. Bunga tunggal. Daun kelopak berbentuk bintang, mahkota
putih kecil. Buah kotak, bulat, hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk ginjal,
coklat tua (ASEAN, 2004).
2.2.4 Ekologi dan Penyebaran
Kemungkinan berasal dari Afrika dan menyebar secara luas dan liar pada
daerah tropis di ketinggian 1-1000 m, termasuk Indonesia (ASEAN, 2004).
2.2.5 Kandungan Kimia
Meniran mengandung sejumlah flavonoid seperti kuersetin, kuersitrin,
isokuercitrin, astragalin, dan rutin, serta mengandung kaempferol-4-
ramnopiranosid, eridiktol-7-ramnopiranosid, nirurin, nirurisid, filantin,
hipofilantin, triterpen, dan alkaloid sekurinin (ASEAN, 2004).
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
9
Universitas Indonesia
2.2.6 Aktifitas Farmakologi
Meniran memiliki aktifitas sebagai imunostimulan, analgesik, antipiretik,
ACE inhibitor, antibakteri, antifungal, antiviral, inaktivator antigen permukaan
hepatitis B, penghambat reverse transcriptase, antihepatotoksik,
antihiperkolesterolemik, antihiperlipemik, antihiperglikemik, antihipertensi,
aldose reduktase inhibitor, antimutagenik, antikarsinogenik, sitotoksik, antitumor,
penghambat aberasi kromosom, karminatif, stomachic, kardiotoksik, antidiare,
dan spasmolitik (Maat, 1997; Ross, 1999; Ekwenye & Njoku, 2006; Rudiyanto,
2007; Naik & Juvekar, 2003).
2.2.7 Mekanisme Aksi sebagai Imunostimulan
Penelitian eksperimental pada mencit oleh Soeprapto Ma’at (Maat, 1997)
menunjukkan bahwa :
a. Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L. secara peroral pada mencit dapat
meningkatkan aktifitas respon imun nonspesifik melalui peningkatan
fagositosis sel monosit/makrofag, peningkatan reaksi inflamasi melalui
peningkatan aktivitas kemotaksis sel monosit/makrofag dan sel neutrofil,
dan peningkatan sitotoksisitas sel NK (Natural Killer).
b. Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L. secara peroral pada mencit dapat
meningkatkan aktifitas respon imun spesifik melalui peningkatan
proliferasi limfosit T, peningkatan sekresi interleukin-4 (IL-4) oleh subset
limfosit T helper-2 (Th-2), peningkatan produksi antibodi spesifik IgG dan
IgM, peningkatan proliferasi limfosit B, dan peningkatan sekresi TNF-α
oleh subset T helper-1 (Th-1).
2.2.8 Efek Samping
Studi pada manusia menunjukkan bahwa meniran tidak dilaporkan adanya
efek samping selama penggunaan kronik 3 bulan. Namun, tidak menutup
kemungkinan terjadinya efek samping akibat beberapa aktivitas farmakologi
lainnya dari meniran (Taylor, 2003).
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
10
Universitas Indonesia
2.2.9 Kontraindikasi
Phyllanthus niruri L. memiliki kontraindikasi sebagai berikut (Taylor,
2003) :
a. Meniran telah dibuktikan memiliki efek hipotensif pada hewan. Pasien
dengan kondisi penyakit jantung dan/atau sedang menerima resep
medikasi jantung harus berkonsultasi kepada dokter sebelum
menggunakan meniran.
b. Meniran mempunyai efek abortif pada dosis tinggi.
c. Meniran mempunyai efek antifertilitas pada tikus betina. Penggunaannya
dikontraindikasikan untuk wanita yang ingin hamil atau sedang
menggunakan obat fertilitas walaupun belum ada studi antifertilitas pada
manusia.
d. Meniran memiliki efek hipoglikemia pada hewan dan manusia sehingga
dikontraindikasikan pada individu dengan hipoglikemi. Individu yang
menderita diabetes sebaiknya berkonsultasi kepada dokter sebelum
menggunakan meniran.
e. Meniran memiliki efek diuretik pada studi manusia dan hewan.
Penggunaan obat diuretik dan meniran secara bersamaan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan mineral.
2.2.10 Interaksi Obat
Interaksi obat yang terjadi selama pengkonsumsian tanaman Phyllanthus
niruri L. adalah (Taylor, 2003) :
a. Meniran dapat memperkuat efek insulin dan obat antidiabetik.
b. Meniran mengandung geraniin. Senyawa ini memiliki efek kronotropik
negatif, inotropik negatif, hipotensif dan ACE inhibitor dari studi pada
hewan seperti kodok, mencit, dan tikus. Oleh karena itu, tanaman ini dapat
memperkuat efek obat antihipertensi, beta bloker, dan medikasi jantung
lainnya (termasuk obat-obatan kronotropik dan inotropik).
c. Meniran dapat memperkuat efek obat diuretik.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
11
Universitas Indonesia
2.2.11 Data Penelitian Sebelumnya
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di
Indonesia mengenai efikasi Phyllanthus niruri L. sebagai imunostimulan :
a. Evaluasi efikasi Phyllanthus niruri L. pada terapi infeksi kulit yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM. Pada penelitian ini, efikasi
Phyllanthus niruri L. dibandingkan dengan efikasi kotrimoksazol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa studi hewan pada tikus menunjukkan
bahwa Phyllanthus niruri L. memiliki efikasi yang sama dengan
kotrimoksazol pada terapi infeksi kulit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus (Praseno & Mustafa, 2001).
b. Efikasi dan keamanan ekstrak Phyllanthus niruri L. dalam terapi varisela
pada anak – anak dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa ekstrak Phyllanthus niruri L. tidak memiliki perbedaan efek yang
signifikan dengan plasebo dalam hal pencegahan timbulnya papula dan
krusta baru (Sarisetyaningtyas, Hadinegoro, & Munasir, 2006).
c. Pengaruh Phyllanthus niruri L. sebagai imunomodulator terhadap kadar
interferon γ pada penderita tuberkulosis yang dilakukan di Poli Paru
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan terhadap penderita
tuberkulosis paru dengan BTA (+), ditemukan 40 penderita mengikuti
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
imunostimulator (Phyllanthus niruri L.) 3x50 mg bersama dengan obat
antituberkulosis (OAT) kategori I selama 2 bulan pada penderita
tuberculosis paru di Poliklinik Paru RSUD Dr Soetomo Surabaya, secara
bermakna dapat meningkatkan status imunologi penderita dengan
kenaikan kadar interferon γ (Radityawan, 2003).
d. Pengaruh suplementasi Phyllanthus niruri L. terhadap penderita penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi akut yang mendapat
siprofloksasin dilakukan di RS Persahabatan, Jakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ajuvan Phyllanthus niruri L. pada pasien
PPOK eksaserbasi akut menghasilkan total skor gejala klinis yang lebih
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
12
Universitas Indonesia
rendah dibandingkan tanpa pemberian ajuvan Phyllanthus niruri L.
(Soemarwoto, 2004).
2.2.12 Produk Imunostimulan Meniran
Produk imunostimulan dari Ekstrak Phyllanthus niruri L. yang beredar di
Indonesia berdasarkan MIMS Indonesia (MIMS, 2007; MIMS, 2010) :
a. Divens®, Dexa Medica. Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri L.
b. Niran®, Jamu Borobudur. Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri L.
c. Stimuno®, Dexa Medica. Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri L.
d. Dibost®, Ethica. Kandungan : ektrak Phyllanthus niruri L., ekstrak black
elderberry.
e. Erphacea®, Erlimpex. Kandungan : ekstrak Echinacea purpurea, ekstrak
Phyllanthus niruri L., Zn pikolinat, selenium.
f. Fituno®, Kimia Farma. Kandungan : ekstrak Echinacea purpurea, ekstrak
Phyllanthus niruri L., ekstrak fruktus Morinda citrifolia, vit B1, vit B6.
g. Formuno®, Caprifarmindo. Kandungan : ekstrak Echinacea purpurea,
ekstrak Phyllanthus niruri L., ekstrak black elderberry, Zn pikolinat, vit C.
h. Hepimun®, Landson. Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri L., ekstrak
Curcuma xanthorrhiza.
i. Imudator®, Pyridam. Kandungan : ekstrak polinacea, ekstrak Phyllanthus
niruri L., Zn pikolinat, ekstrak reishi mushroom.
j. Imulan®, Soho. Kandungan : ekstrak Phyllanthus niruri L., ekstrak
Curcuma domestica, selenium.
k. Imunal®, Novell Pharma. Kandungan : ekstrak Echinacea puspurea,
ekstrak Phyllanthus niruri L., Zn pikolinat.
l. Imunogard®, Puspa Pharma. Kandungan : ekstrak black elderberry,
ekstrak Echinacea puspurea, ekstrak Phyllanthus niruri L.
m. Primunox®, Solas. Kandungan : ekstrak Echinacea puspurea, ekstrak
Phyllanthus niruri L.
n. Stimox®, Solas. Kandungan : ekstrak Echinacea puspurea, ekstrak
Phyllanthus niruri L., colostrums bovine, vit B1, vit B6, vit B12, vit C.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
13
Universitas Indonesia
o. Tribost®, Ethica. Kandungan : ekstrak black elderberry, ekstrak
Echinacea puspurea, ekstrak Phyllanthus niruri L.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
14
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Efek perseptif merupakan efek-efek yang dirasakan oleh pengguna dari
suatu produk, baik efek yang diindikasikan maupun efek sampingnya. Suatu efek
dipengaruhi oleh frekuensi dan lama penggunaan produk. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Terikat
3.2.1.1 Efek Imunostimulan Perseptif
Definisi : Efek yang dipersepsikan oleh pengguna dari produk
imunostimulan meniran yang berkaitan dengan peningkatan daya tahan tubuh.
Skala : Nominal
Kategori : Tubuh sehat
Peningkatan stamina tubuh
Cepat sembuh dari sakit
Lain – lain
3.2.1.2 Efek Samping Perseptif
Definisi : Efek yang dipersepsikan oleh pengguna dari produk
imunostimulan meniran yang berkaitan dengan efek samping penggunaan.
Skala : Nominal
Kategori : Sering buang air kecil
Kepala Pusing
Gatal – gatal dan kulit kemerahan
Lain – lain
Frekuensi penggunaan produk
Lama penggunaan produk Efek samping perseptif
Efek imunostimulan perseptif
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
15
Universitas Indonesia
3.2.2 Variabel Bebas
3.2.2.1 Frekuensi Penggunaan Produk
Definisi : Jumlah penggunaan produk imunostimulan meniran setiap
hari oleh responden.
Skala : Nominal
Kategori : 1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Lain – lain
3.2.2.2 Lama Penggunaan Produk
Definisi : Jangka waktu penggunaan produk oleh pengguna dari awal
menggunakan produk imunostimulan meniran hingga saat diwawancara oleh
peneliti. Jika pada saat wawancara responden tidak lagi menggunakan produk
tersebut, maka selang waktunya tidak boleh lebih dari 6 bulan.
Skala : Nominal
Kategori : 1 minggu s.d < 1 bulan
≥ 1 s.d < 3 bulan
≥ 3 s.d < 6 bulan
≥ 6 bulan
Tidak ingat
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross-sectional deskriptif analisis dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan
merupakan data primer.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua puluh apotek wilayah Jakarta (Lampiran
3.1). Dua puluh apotek ini dipilih secara cluster sampling. Peneliti meminta
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
16
Universitas Indonesia
perizinan tempat penelitian tersebut melalui instansi Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta (Lampiran 3.2, 3.3, 3.4, dan 3.5)
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2010.
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah seluruh pengunjung di dua puluh apotek wilayah Jakarta
selama bulan Maret – Mei 2010.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah seluruh pengunjung di dua puluh apotek wilayah Jakarta
selama bulan Maret – Mei 2010 yang memenuhi kriteria penelitian.
3.5.2.1 Kriteria Inklusi
a. Responden berumur mulai 18 tahun ke atas.
b. Responden bersedia mengisi kuesioner.
c. Responden yang sedang duduk di ruang tunggu apotek.
3.5.2.2 Kriteria Eksklusi
Responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap, kecuali bagian
karakteristik responden.
3.5.3 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus (Lwanga, Lemeshow, Hosmer, &
Klar, 1997) :
Keterangan :
n = jumlah sampel
z = derajat kemaknaan dengan α = 0,05 è nilai z = 1,96
P = proporsi pengguna produk imunostimulan yang mengandung
Phyllanthus niruri L. dengan nilai P = 0,5
d = derajat presisi dengan nilai d = 0,10
Nilai z sebesar 1,96 didapatkan karena menginginkan tingkat kepercayaan
sebesar 95 % dengan α sebesar 0,05. Nilai P sebesar 0,5 didapatkan karena
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
17
Universitas Indonesia
peneliti tidak mengetahui besarnya P dalam populasi sehingga memilih nilai P
sebesar 0,5 akan selalu memberikan observasi yang cukup tanpa melihat besarnya
nilai proporsi yang sesungguhnya. Nilai d sebesar 0,10 didapatkan karena nilai
tersebut ditetapkan oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa dari beberapa
contoh penentuan besar sampel untuk penelitian survei adalah sebesar 0,10.
Dari perhitungan didapatkan bahwa sampel yang dibutuhkan sebesar 96,04
dengan pembulatan ke atas, sampel sebesar 97 responden akan diperlukan agar
dicapai tingkat kepercayaan 95 %.
3.5.4 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience
sampling, yaitu pengambilan sampel tanpa suatu sistematika tertentu dimana
terjadi pada saat peneliti berada di tempat penelitian.
3.6 Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan cara persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concern). Lembar
persetujuan tersebut diberikan sebelum mengisi kuesioner untuk meminta
kesediaan menjadi responden (Lampiran 3.6).
3.7 Kuesioner
Data dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa
kuesioner (Lampiran 3.7). Kuesioner harus melalui uji validitas dan reliabilitas
sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data.
3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data.
3.7.1.1 Uji validitas kuesioner
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Prosedur uji validitas kuesioner :
a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuesioner dari dua puluh responden.
b. Tahap 2, penentuan besarnya nilai r tabel dengan ketentuan df = n–2
dimana n = jumlah responden, yaitu 20 responden, sehingga df = 18. Taraf
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
18
Universitas Indonesia
signifikansi yang dipakai sebesar 0,5%, maka didapatkan hasil r tabel =
0,444.
c. Tahap 3, perhitungan nilai r hitung kuesioner untuk setiap butir pertanyaan
dengan menggunakan program PASW (Predictive Analytics Software)
Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada bagian output Corrected Item-
Total Correlation.
d. Tahap 4, perbandingan r hitung dengan r tabel, jika r hitung < r tabel à
tidak valid, sedangkan r hitung > r tabel à valid (Uyanto, 2009; Sarwono,
2006; Riwidikdo, 2008)
3.7.1.2 Uji reliabilitas kuesioner
Realibilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil
skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi
pengukuran dan hasilnya. Prosedur uji reliabilitas kuesioner :
a. Tahap 1, mempersiapkan data hasil kuesioner dari dua puluh responden.
b. Tahap 2, perhitungan nilai koefisien Alfa Cronbach dengan menggunakan
program PASW Statistics 18. Hasilnya dapat dilihat pada bagian output
Cronbach’s Alpha.
c. Tahap 3, skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai
Cronbach’s Alpha ≥ 0,70. (Uyanto, 2009; Sarwono, 2006; Nunnaly &
Bernstein, 1994)
3.7.2 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah
diuji validitas dan reliabilitas terhadap sampel yang diambil dengan metode
convenience sampling.
3.7.3 Pengolahan Data Hasil Penelitian
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya :
3.7.3.1 Editing
Editing adalah pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan dan juga dilakukan pengeluaran data-data yang tidak memenuhi
kriteria penelitian.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
19
Universitas Indonesia
3.7.3.2 Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data terdiri
atas beberapa kategori.
3.7.3.3 Entri data
Entri data adalah pemasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
program PASW Statistics 18.
3.7.3.4 Cleaning data
Setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan
apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis dengan menggunakan
program PASW Statistics 18.
3.7.3.5 Melakukan teknik analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan statistika deskriptif
analisis (Hidayat, 2008).
a. Analisis Deskriptif
Data yang dianalisis deskriptif adalah jenis kelamin, umur, pendidikan
terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, nama dagang produk yang digunakan
responden, sumber informasi, alasan penggunaan, frekuensi penggunaan, lama
penggunaan, efek imunostimulan perseptif yang diharapkan, efek imunostimulan
perseptif yang didapatkan, efek samping perseptif, dan obat lain yang dikonsumsi.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan program PASW Statistics 18
(Uyanto, 2009).
b. Analisis Uji Independensi Kai-Kuadrat dan Uji Fisher Eksak.
Uji independensi kai-kuadrat dilakukan dengan menggunakan program
PASW Statistics 18. Pengolahan analisis ini akan menghasilkan nilai X2 yang
dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan kolom value, nilai derajat
kebebasan dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan kolom df, sedangkan
nilai p dapat dilihat pada baris Pearson chi-square dan kolom Asymp. Sig. (2-
sided). Nilai α yang dipakai adalah 0,05. Interpretasi hasil analisis ini adalah jika
nilai p lebih besar dari nilai α, maka Ho diterima, sedangkan jika nilai p lebih
kecil dari nilai α, maka Ho ditolak (Uyanto, 2009). Untuk tabel 2x2, jika hasil dari
analisis kai kuadrat terdapat sel dengan nilai ekspektasi kurang dari 5, maka
dilakukan uji Fisher Eksak. Untuk tabel rxc, jika hasil dari analisis kai kuadrat
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
20
Universitas Indonesia
terdapat sel dengan nilai ekspektasi kurang dari 1 dan lebih dari 20 % sel memiliki
nilai ekspektasi lebih kecil dari 5, maka dilakukan uji Fisher Eksak dengan
menggunakan program PASW Statistics 18 (Sabri & Hastono, 2008; Mehta &
Patel, 1996). Hasil dari uji Fisher Eksak ini dilihat pada nilai p eksak yang
terdapat pada baris Fisher’s Exact Test dan kolom Exact. Sig. (2-sided). Nilai α
yang dipakai adalah 0,05. Apabila nilai p eksak lebih besar dari nilai α, maka Ho
diterima, sedangkan jika nilai p eksak lebih kecil dari nilai α, maka Ho ditolak
(Mehta & Patel, 1996).
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
21
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner harus melalui uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai alat untuk memperoleh data. Tujuan uji validitas dan
reliabilitas pada kuesioner adalah agar kuesioner yang digunakan dalam penelitian
valid dan reliabel. Kuesioner yang valid adalah kuesioner yang digunakan
memiliki skala pengukuran yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur,
sedangkan kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang menunjukkan
konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu (Sarwono, 2006).
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan program
PASW Statistics 18. Nilai r tabel adalah sebesar 0,444. Nilai r hitung (Corrected
Item-Total Correlation) pada seluruh butir pertanyaan lebih besar dari r tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner dinyatakan valid (Lampiran 4.1). Nilai
Cronbach’s Alpha hasil perhitungan adalah sebesar 0,831. Oleh karena nilai
Cronbach’s Alpha lebih besar sama dengan 0,700, maka dapat disimpulkan bahwa
kuesioner dinyatakan reliabel (Lampiran 4.2). Kesimpulan dari hasil uji
menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah valid
dan reliabel.
Responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan responden penelitian. Pada awalnya,
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pendahuluan pada 20 responden di
apotek-apotek wilayah Depok dengan asumsi memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan responden penelitian di apotek-apotek wilayah Jakarta. Namun, hasil
uji pendahuluan ini menghasilkan nilai validitas dan reliabilitas yang rendah
sehingga diperlukan revisi kuesioner berupa pengubahan kalimat pada butir
pertanyaan agar lebih mudah dipahami oleh responden dan juga pengubahan
pelabelan pada skoring kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa membuat suatu
kuesioner yang valid dan reliabel tidak mudah. Kuesioner yang telah direvisi
diujikan kepada 20 responden di apotek-apotek wilayah Jakarta. Hasil uji
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
22
Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa kuesioner telah valid dan reliabel sehingga 20 responden
yang menjadi subjek uji validitas dan kuesioner dimasukkan ke dalam sampel
penelitian.
4.2 Data Deskriptif
4.2.1 Responden Penelitian
Penelitian dilakukan di dua puluh apotek wilayah Jakarta. Pemilihan
apotek ini dilakukan secara cluster sampling. Dua puluh apotek ini tersebar
merata pada lima kotamadya di wilayah Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta
Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur dengan empat apotek
setiap kotamadya. Apotek yang ditunjuk sebagai tempat penelitian dipilih
berdasarkan pada tabel random terhadap daftar apotek yang telah diperoleh dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes, 2008). Apotek yang dipilih
terdiri dari apotek pribadi dan apotek franchise.
Pada pelaksanaan penelitian, tidak semua apotek berkenan untuk dijadikan
tempat penelitian dan ada beberapa apotek yang ternyata sudah tutup sehingga
diperlukan randomisasi apotek kembali dengan menggunakan tabel random
sampai diperoleh dua puluh apotek yang bersedia menjadi tempat penelitian.
Apotek yang menjadi tempat penelitian memiliki bermacam-macam karakteristik,
ada yang ramai, ada yang sepi, dan ada pula yang ramai hanya pada waktu
tertentu. Oleh karena itu, distribusi frekuensi jumlah responden setiap apotek
berbeda (Tabel 4.1).
Pengunjung apotek yang bersedia menjadi responden penelitian berjumlah
245 responden. Jumlah responden penelitian telah memenuhi minimum besar
sampel yang diperlukan. Karakteristik dari 245 responden dinilai dari
sosiodemografis, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan
pendapatan per bulan dari responden penelitian.
Jumlah perempuan dan laki-laki yang menjadi responden penelitian ini
hampir berimbang, yaitu 51,4 % terdiri dari wanita dan 48,6 % terdiri dari laki-
laki (Tabel 4.2). Responden paling banyak berada pada rentang umur 31 – 45
tahun, yaitu sebesar 36,7 % dan jumlahnya hanya berbeda sedikit dengan rentang
umur 18 – 30 tahun, yaitu sebesar 33,5 % (Tabel 4.3). Pendidikan terakhir
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
23
Universitas Indonesia
responden pada umumnya cukup tinggi, yaitu 42,9 % berpendidikan SMA dan
42,4 % berpendidikan D3/S1/S2/S3 serta sisanya tidak sekolah dan berpendidikan
SD/SMP (Tabel 4.4). Responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai
mencapai jumlah setengah dari total responden penelitian, yaitu sebesar 54,7 %
sedangkan sisanya adalah tidak bekerja/ibu rumah tangga, mahasiswa, dan
wirausaha (Tabel 4.5). Pendapatan per bulan merupakan hal yang sensitif bagi
beberapa responden sehingga terdapat 26,1 % yang tidak bersedia mengisi
pendapatan per bulan mereka. Sebagian besar dari responden penelitian
berpenghasilan di atas Rp 1.000.000,- per bulan (Tabel 4.6) yaitu sebesar 73,9 % .
4.2.2 Responden Pengguna Imunostimulan Meniran
Responden yang menggunakan imunostimulan meniran berjumlah 38
responden dari total responden penelitian sebesar 245 responden. Prevalensi
penggunaan imunostimulan meniran pada pengunjung apotek di wilayah Jakarta
adalah sebesar 15,5 % yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Prevalensi = Jumlah responden pengguna imunostimulan meniran x 100 %
Jumlah responden penelitian
Data mentah karakteristik responden pengguna imunostimulan meniran
dapat dilihat pada Tabel 4.7. Responden pengguna imunostimulan meniran
sebagian besar merupakan perempuan (Tabel 4.8). Hasil analisis kai kuadrat
menunjukkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
jenis kelamin respoden dengan nilai p sebesar 0,023. Hal ini kemungkinan terjadi
karena perempuan lebih peduli terhadap kesehatan bila dibandingkan dengan laki-
laki (Peter & Olson). Tabel silang antara jenis kelamin responden dengan
penggunaan imunostimulan meniran dapat dilihat pada Tabel 4.24. Hasil analisis
uji independensi kai kuadrat dapat dilihat pada Lampiran 4.3.
Responden pengguna paling dominan berumur 18 – 45 tahun (Tabel 4.9),
Hasil analisis kai kuadrat menunjukkan bahwa penggunaan imunostimulan
meniran berhubungan dengan umur respoden dengan nilai p sebesar 0,016. Hal ini
menunjukkan bahwa pada usia produktif banyak responden yang menggunakan
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
24
Universitas Indonesia
imunostimulan meniran. Tabel silang antara umur responden dengan penggunaan
imunostimulan meniran dapat dilihat pada Tabel 4.25. Hasil analisis uji
independensi kai kuadrat dapat dilihat pada Lampiran 4.4.
Sebagian responden pengguna berpendidikan tinggi, yaitu berpendidikan
SMA dan D3/S1/S2/S3 (Tabel 4.10). Hasil analisis Fisher Eksak menunjukkan
bahwa penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan dengan pendidikan
terakhir respoden dengan nilai p eksak sebesar 0,090. Tabel silang antara
pendidikan terakhir responden dengan penggunaan imunostimulan meniran dapat
dilihat pada Tabel 4.26. Hasil analisis uji independensi kai kuadrat dapat dilihat
pada Lampiran 4.5 dan hasil analisis uji Fisher Eksak dapat dilihat pada Lampiran
4.6.
Setengah dari total responden pengguna bekerja sebagai pegawai (Tabel
4.11). Hasil analisis kai kuadrat menunjukkan bahwa penggunaan imunostimulan
meniran tidak berhubungan dengan pekerjaan respoden dengan nilai p sebesar
0,305. Tabel silang antara pekerjaan responden dengan penggunaan
imunostimulan meniran dapat dilihat pada Tabel 4.27. Hasil analisis uji
independensi kai kuadrat dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
Pendapatan per bulan responden pengguna imunostimulan meniran pada
umumnya berpenghasilan di atas Rp 1.000.000,- per bulan dan terdapat 15,8 %
yang tidak bersedia mengisi pendapatan per bulan mereka (Tabel 4.12). Hasil
analisis Fisher Eksak menunjukkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran
tidak berhubungan dengan pendapatan per bulan respoden dengan nilai p eksak
sebesar 0,556. Tabel silang antara pendapatan per bulan responden dengan
penggunaan imunostimulan meniran dapat dilihat pada Tabel 4.28. Hasil analisis
uji independensi kai kuadrat dapat dilihat pada Lampiran 4.8 dan hasil analisis uji
Fisher Eksak dapat dilihat pada Lampiran 4.9.
Data mentah pola penggunaan imunostimulan meniran dapat dilihat pada
Tabel 4.13. Seluruh responden pengguna imunostimulan meniran menggunakan
produk dengan nama dagang yang sama, yaitu Stimuno® (Tabel 4.14). Hal ini
terjadi karena publikasi Stimuno® lebih gencar dibandingkan dengan publikasi
produk imunostimulan meniran lainnya sehingga masyarakat lebih banyak
mengetahui tentang produk Stimuno®.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
25
Universitas Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,7 % responden
mengetahui produk imunostimulan meniran yang mereka gunakan dari
dokter/apoteker/tenaga kesehatan dan sebanyak 36,8 % responden dari iklan di
media cetak/elektronik serta sisanya dari keluarga/teman, pengetahuan, dan
pramuniaga produk (Tabel 4.15).
Alasan responden menggunakan produk imunostimulan meniran sebagian
besar adalah karena mengetahui bahwa produk tersebut bermanfaat, yaitu sebesar
36,8 % dan karena saran dari dokter, yaitu sebesar 34,2% (Tabel 4.16).
Beberapa produk yang mengandung Phyllanthus niruri L. termasuk
fitofarmaka, yaitu sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan
produk jadinya telah di standarisasi (BPOM, 2005). Stimuno® adalah salah satu
produk yang telah berlabel fitofarmaka. Oleh karena itu, dokter/apoteker/tenaga
kesehatan percaya terhadap produk ini. Iklan Stimuno® di media cetak/elektronik
juga cukup banyak dibandingkan produk imunostimulan meniran lainnya
sehingga responden pengguna sebagian mendapatkan informasi mengenai produk
ini dari iklan.
Hampir setengah dari total responden pengguna imunostimulan meniran
menggunakan produk tersebut sebanyak 1 kali sehari sebesar 47,4 %, kemudian
disusul dengan pemakaian sebanyak 2 kali sehari sebesar 21,1 %, 3 kali sehari
sebesar 18,4 %, dan tidak teratur sebesar 13,2 % (Tabel 4.17). Hampir setengah
dari total responden pengguna imunostimulan meniran menggunakan produk
tersebut dengan frekuensi 1 kali sehari padahal aturan pemakaian di produk
tersebut adalah 3 kali sehari (MIMS, 2007; MIMS, 2010). Hal ini terjadi karena
responden menganggap bahwa imunostimulan meniran merupakan suplemen
sehingga cukup diminum 1 kali sehari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 31,6 % responden pengguna telah
menggunakan imunostimulan meniran selama 1 minggu s.d < 1 bulan dan 28,9 %
responden pengguna selama lebih dari 6 bulan. Untuk penggunaan selama ≥ 1
bulan s.d < 3 bulan sebanyak 18,4 % responden pengguna dan selama ≥ 3 bulan
s.d < 6 bulan sebanyak 13,2 % responden pengguna. Terdapat 7,9 % responden
yang memilih pilihan tidak ingat pada kuesioner (Tabel 4.18). Responden yang
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
26
Universitas Indonesia
menggunakan produk imunostimulan meniran dalam waktu yang cukup singkat
yaitu 1 minggu s.d < 1 bulan dikarenakan untuk pengobatan atas saran dokter
sehingga ketika tubuh merasa lebih baik, responden pengguna menghentikan
penggunaan produk tersebut. Selain itu, pemakaian jangka pendek tersebut
sebagian juga karena ketika dalam rentang waktu tertentu responden pengguna
merasa tidak cocok dengan produk tersebut karena terganggu oleh beberapa efek
samping.
Efek imunostimulan perseptif ini dapat dipilih lebih dari satu pilihan oleh
responden pengguna. Untuk efek imunostimulan perseptif yang diharapkan,
sebanyak 27 responden berharap agar tubuh sehat, 16 responden memilih
menambah stamina tubuh, 16 responden memilih cepat sembuh dari sakit, dan 2
responden mengharapkan agar terjadi peningkatan daya tahan tubuh (Tabel 4.19).
Untuk efek imunostimulan perseptif yang didapatkan berdasarkan penuturan
responden pengguna adalah 10 responden menyatakan bahwa produk
imunostimulan meniran tidak berefek sesuai yang diharapkan, 16 responden
merasa bahwa tubuh mereka menjadi sehat, 15 responden merasa stamina tubuh
meningkat, 9 responden merasa cepat sembuh dari sakit, dan 1 responden merasa
bahwa pikiran menjadi lebih fokus (Tabel 4.20).
Parameter adanya efek imunostimulan perseptif ini adalah tubuh sehat,
peningkatan stamina tubuh, cepat sembuh dari sakit (Tsele, 2006). Selain itu, pada
kuesioner ditambahkan pilihan “lain-lain” untuk memperluas pilihan bagi
responden pengguna imunostimulan meniran.
Efek samping perseptif dapat dipilih lebih dari satu oleh responden
pengguna. Berdasarkan penuturan responden pengguna, terdapat 27 responden
melaporkan bahwa mereka tidak merasakan efek samping apapun, sedangkan 5
responden melaporkan bahwa mereka mengalami sering buang air kecil, 1
responden mengalami gatal – gatal dan kulit kemerahan, 1 responden mengalami
sakit perut, 1 responden mengalami diare, dan 1 responden mengalami mual
muntah. Disamping efek samping perseptif tersebut, 3 responden menyatakan
bahwa nafsu makan mereka meningkat setelah mengkonsumsi imunostimulan
meniran (Tabel 4.21).
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
27
Universitas Indonesia
Sering buang air kecil terjadi karena meniran memiliki sifat diuretik
(Taylor, 2003). Gatal-gatal dan kulit kemerahan yang dialami oleh responden
kemungkinan terjadi karena responden tersebut mengalami alergi terhadap
meniran. Sakit perut dan diare yang dialami oleh responden berlawanan dengan
aktifitas farmakologis dari meniran, yaitu sifat spasmolitik dan antidiare (Ross,
1999). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh hal lain dan perlu ditelusuri lebih
lanjut. Seorang responden mengatakan bau yang tidak enak pada produk sehingga
menyebabkan perasaan mual dan muntah. Peningkatan nafsu makan terjadi karena
meniran merupakan stomachic yaitu agen yang dapat meningkatkan nafsu makan
dan melancarkan proses pencernaan.
Efek samping perseptif ini bersifat sangat subjektif. Efek samping akan
lebih objektif jika melakukan penilaian dengan menggunakan algoritma Naranjo
(Naranjo, Busto, & Sellers, 1981). Namun karena keterbatasan penelitian, hal ini
tidak dapat dilakukan.
Setiap responden pengguna dapat menggunakan lebih dari satu obat
sehingga mereka dapat memilih lebih dari satu obat yang digunakan bersama
dengan imunostimulan meniran. Sebanyak 18 responden tidak menggunakan obat
lain, 2 responden menggunakan obat penurun gula darah, 3 responden
menggunakan obat penurun tekanan darah, dan 16 responden menggunakan obat
flu/batuk, sakit kepala, serta demam (Tabel 4.22). Hasil wawancara dengan
responden pengguna menunjukkan tidak ada keluhan ketika mengkonsumsi obat
lain yang mereka gunakan bersama dengan imunostimulan meniran, dengan kata
lain interaksi obat perseptif tidak ada.
Berdasarkan literatur, dari beberapa obat lain yang digunakan oleh
responden pengguna imunostimulan meniran yang menimbulkan interaksi dengan
meniran adalah obat penurun gula darah (antihiperglikemik) dan obat penurun
tekanan darah (antihipertensi). Penggunaan meniran bersama dengan obat penurun
gula darah akan mempotensiasi efek penurunan gula darah. Hal ini dikarenakan
meniran memiliki sifat hipoglikemik. Namun, dari hasil penuturan responden
pengguna imunostimulan meniran yang juga menggunakan obat penurun gula
darah menyatakan tidak mengalami gejala apapun ketika pengkonsumsian
imunostimulan meniran dengan obat penurun gula darah tersebut. Hal ini
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
28
Universitas Indonesia
kemungkinan terjadi karena dosis meniran untuk terjadinya efek hipoglikemik
berbeda dengan dosis untuk terjadinya efek imunostimulan, begitu pula dengan
obat penurun tekanan darah.
4.2.3 Responden Bukan Pengguna Imunostimulan Meniran
Responden yang tidak menggunakan imunostimulan meniran berjumlah
207 responden. Responden yang tidak menggunakan imunostimulan meniran
diberikan pertanyaan pada kuesioner tentang alasan tidak menggunakan
imunostimulan tersebut. Sebagian besar alasan responden yang tidak
menggunakan imunostimulan meniran adalah merasa sehat tanpa menggunakan
produk tersebut dengan persentase sebesar 41,5 % dan menggunakan produk lain
untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebesar 43,5 % (Tabel 4.23).
4.3 Data Analisis
Data analisis ini berupa analisis hubungan antara frekuensi penggunaan
dan lama penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif dan efek
samping perseptif dengan menggunakan uji independensi kai kuadrat dan uji
Fisher Eksak. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek
Imunostimulan Perseptif
Hasil uji independensi kai-kuadrat diolah dengan menggunakan program
PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan adalah sebesar
0,882. Namun, hasil dari uji independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 62,5 % dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu
dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil analisis uji Fisher Eksak yang diolah dengan
program PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p eksak yang di dapatkan
adalah sebesar 0,908. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
frekuensi penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif. Tabel silang
antara frekuensi penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif dapat
dilihat pada tabel 4.29. Hasil analisis uji independensi kai kuadrat dapat dilihat
pada lampiran 4.10 dan hasil analisis uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran
4.11.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
29
Universitas Indonesia
4.3.2 Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan
Perseptif
Hasil uji independensi kai-kuadrat diolah dengan menggunakan program
PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan adalah sebesar
0,183. Namun, hasil dari uji independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 70 % dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai
ekspektasi minimum di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil
analisis uji Fisher Eksak yang diolah dengan program PASW Statistics 18
menunjukkan bahwa nilai p eksak yang di dapatkan adalah sebesar 0,198. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya
efek imunostimulan perseptif. Tabel silang antara lama penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif dapat dilihat pada tabel 4.30. Hasil analisis
uji independensi kai kuadrat dapat dilihat pada lampiran 4.12 dan hasil analisis uji
Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.13.
4.3.3 Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya Efek Samping
Perseptif
Hasil uji independensi kai-kuadrat diolah dengan menggunakan program
PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan adalah sebesar
0,510. Namun, hasil dari uji independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 62,5 % dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu
dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil analisis uji Fisher Eksak yang diolah dengan
program PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p eksak yang di dapatkan
adalah sebesar 0,552. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
frekuensi penggunaan dengan adanya efek samping perseptif. Tabel silang antara
frekuensi penggunaan dengan adanya efek samping perseptif dapat dilihat pada
tabel 4.31. Hasil analisis uji independensi kai kuadrat dapat dilihat pada lampiran
4.14 dan hasil analisis uji Fisher Eksak dapat dilihat pada lampiran 4.15.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
30
Universitas Indonesia
4.3.4 Hubungan antara Lama Penggunaan dengan Adanya Efek Samping
Perseptif
Hasil uji independensi kai-kuadrat diolah dengan menggunakan program
PASW Statistics 18 menunjukkan bahwa nilai p yang didapatkan adalah sebesar
0,699. Namun, hasil dari uji independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat
karena 80 % dari total sel memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai
ekspektasi minimum di bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak. Hasil
analisis uji Fisher Eksak yang diolah dengan program PASW Statistics 18
menunjukkan bahwa nilai p eksak yang di dapatkan adalah sebesar 0,828. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif. Tabel silang antara lama penggunaan dengan adanya efek
samping perseptif dapat dilihat pada tabel 4.32. Hasil analisis uji independensi kai
kuadrat dapat dilihat pada lampiran 4.16 dan hasil analisis uji Fisher Eksak dapat
dilihat pada lampiran 4.17.
4.4 Keterbatasan Penelitian
a. Efek yang dilaporkan pada penelitian ini merupakan efek perseptif karena
berdasarkan pengakuan responden yang menggunakan produk
imunostimulan meniran. Efek perseptif ini bersifat subjektif.
b. Penelitian berupa studi cross sectional dimana pengambilan data hanya
sekali pada suatu saat.
4.5 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang efek-efek yang
ditimbulkan dari pemakaian produk imunostimulan meniran pada
masyarakat.
b. Peneliti mendapatkan banyak pengalaman dalam menghadapi pasien yang
memiliki karakter berbeda-beda.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
31
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Sebanyak 73,7 % responden pengguna imunostimulan meniran merasakan
efek imunostimulan antara lain tubuh sehat, stamina tubuh meningkat,
cepat sembuh dari sakit, dan pikiran lebih fokus. Sebanyak 28,9 %
responden pengguna imunostimulan meniran merasakan efek samping
antara lain sering buang air kecil, gatal-gatal dan kulit kemerahan, nafsu
makan meningkat, sakit perut, diare, dan mual muntah.
b. Tidak ada hubungan antara frekuensi dan lama penggunaan dengan adanya
efek imunostimulan perseptif dan efek samping perseptif.
5.2 Saran
a. Penelitian lanjutan sebaiknya tidak hanya dilakukan terhadap pasien yang
berumur 18 tahun ke atas, namun juga pada anak usia 18 tahun ke bawah
yang dipersepsikan melalui orang tuanya.
b. Penelitian lanjutan berupa uji klinik dengan kriteria subjek penelitian yang
lebih luas.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
32
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
ABC. (2004). The American Botanical Council : the ABC Clinical Guide to Elderberry. 1 Februari 2010, Herbalgram, The Journal of the American Botanical Council: http://abc.herbalgram.org/site/DocServer/Elderberry-scr.pdf?docID=165
ASEAN. (2004). Standard of ASEAN Herbal Medicines (Vol. 2). Jakarta: ASEAN Countries.
Awang, D. V. (1999). Immune Stimulants and Antiviral Botanicals: Echinacea and Ginseng. (J. Janick, Ed.) American Society for Holticultural, 450-456.
Backer, C. A. & van den Brink, R. C. N. (1963). Flora of Java (Vol I). Groningen: NVP Noordhoff.
Baratawidjaja, K. G. (2002). Imunologi Dasar (5th ed.). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
BPOM. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. 1 Februari 2010, Badan POM: http://pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/KRITCARA%20PENDAFT.OT.pdf
Depkes. (2008). Apotek DKI Jakarta 2008. 15 Februari 2010, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan: http://www.binfar.depkes.go.id%2Fdata%2Ffiles%2F1228725149_APOTEK%2520DKI%2520JAKARTA%25202008.pdf&ei=FisaTLxrzYuQBbH1hKIG&usg=AFQjCNF4wOy1tF2tHc1qAgeo-OgwgbHZbA&sig2=fb4-XIOkPDhGeHU-fzY3mg
Ekwenye, U. N., & Njoku, N. U. (2006). Antibacterial Effect of Phyllanthus niruri (Chanca Piedra) on Three Enteropathogens in Man. International Journal of Molecular Medicine and Advance Sciences , 2 (2), 184-189.
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Lwanga, S. K., Lemeshow, S., Hosmer, D. W., & Klar, j. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. (H. Kustanto, Ed., & D. Pramono, Trans.) Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Maat, S. (1997). Phyllanthus niruri L. sebagai Imunostimulator pada Mencit. 28 Januari 2010, ADLN Full Text:
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
33
Universitas Indonesia
http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s3-2005-maatsuprap-6&q=phyllanthus+niruri
Mehta, C.R. & Patel, N.R. (1996). SPSS Exact Test™ 7.0 for Windows®. Chicago: SPSS Inc.
Mengi, S., & Nayak, S. (2009). Evaluation of the Immunostimulant Effects of the Extracts and the Fractions of the Fruits of Morinda citrifolia L. 1 Februari 2010, The AAPS Journal: http://www.aapsj.org/abstracts/AM_2005/AAPS2005-000634.pdf
MIMS. (2007). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2007/2008 (9th ed.). Jakarta: PT Info Master.
MIMS. (2010). Phyllanthus niruri L. 22 Januari 2010, MIMS Indonesia: http://mims.com/Page.aspx?menuid=mimssearch&searchcategory=AUTODET&searchstring=phyllanthus+niruri&CTRY=ID
MIMS. (2010). Phyllanthus niruri L. 22 Januari 2010, MIMS Indonesia: http://mims.com/Page.aspx?menuid=mimssearch&searchstring=phyllanthus+niruri&searchcategory=AUTODET&SortBy=NAME&PageSize=10&SearchMode=&DisplayMode=&SearchField=&CTRY=ID&ResultPage=1
Naik, A., & Juvekar, A. (2003). Effects of Alkaloid Extract of Phyllanthus niruri on HIV Replication. Indian Journal of Medical Sciences , 57 (9), 387-393.
Naranjo, C.A., Busto, U. and Sellers, E.M. (1981). A Method for Estimating the Probability of Adverse Drug Reactions. Clinical Pharmacology & Therapeutics, 30, 239-245.
Nunally, J.C., & Bernstein, I. (1994). Psychometric Theory (3rd ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Oudhia, P. (2002). Bhuiaonla (Phyllanthus niruri): A Useful Medicinal Weed. 23 Januari 2010, Purdue University: http://www.hort.purdue.edu/newcrop/CropFactSheets/phyllanthus.html
Peter, J.P., & Olson, J.G. (2005). Consumer Behavior & Marketing Strategy (7th ed.). New York : Mc Graw Hill International Edition.
Praseno, T. N., & Mustafa, M. (2001). Perbandingan Efikasi Infusa Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan Kotrimoksazol pada Pengobatan Infeksi Kulit oleh Staphylococcus aureus. Berkala Ilmu Kedokteran , 33 (2), 89-93.
Radityawan, D. (2003). Pengaruh Phyllanthus niruri L sebagai Imunostimulator terhadap Kadar IFN-γ Penderita Tuberkulosis Paru. 1 Februari 2010, from Stimuno: http://www.stimuno.com/index.php?mod=article&&id=90
Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
34
Universitas Indonesia
Ross, I. A. (1999). Medicinal Plants of the World, Chemical Constituents, Traditional and Modern Medicinal Uses. New Jersey: Humana Press.
Rudiyanto, W. (2007). Efek Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Organ Hati Tikus setelah Pemberian Karbon Tetraklorida (CCl4). 1 Februari 2010, Perpustakaan UGM: http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(3750-H-2007).pdf
Sabri, L. & Hastono, S.P. (2008). Statistik Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sarisetyaningtyas, P. V., Hadinegoro, S. R., & Munasir, Z. (2006). Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn Extract. Paediatrica Indonesiana , 46, 77-81.
Sarwono, J. (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Schulz, V., Hansel, R., Blumenthal, M., & Tyler, V. E. (2004). Rational Phytotherapy: A Reference Guide for Physicians and Pharmacist. Berlin: Springer-Verlag.
Soemarwoto, R. A. Soeprihantini (2004). Pengaruh Suplementasi Phyllanthus niruri L. terhadap Penderita PPOK Eksaserbasi Akut yang Mendapat Siprofloksasin. Jakarta: Tesis Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas Indonesia.
Sulaksana, J., & Jayusman, D.I. (2004). Meniran. Jakarta : Penebar Swadaya.
Taylor, L. (2003). Herbal Secrets of the Rainforest. 23 Januari 2010, Rain Tree: http://www.rain-tree.com/chanca-techreport.pdf
Tsele, T. (2006). Questionnaire Survey to Determine the Perceived Effect of Immune Boosters on HIV AIDS Patients in South Africa. 17 Januari 2010, University of Johannesburg: ujdigispace.uj.ac.za:8080/dspace/.../Final%20Draft%20Submitted.pdf
Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
35
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Setiap Apotek
No. Nama Apotek Menggunakan
Meniran
Tidak
Menggunakan Total
Jakarta Pusat
1 Apotek KF No. 2 2 18 20
2 Apotek KF No. 5 0 17 17
3 Apotek Galuh 0 2 2
4 Apotek New Jakarta 0 1 1
Jakarta Utara
1 Apotek KF No. 46 1 20 21
2 Apotek K24 Sunter 1 5 6
3 Apotek Putri 1 9 10
4 Apotek Rayhan 6 15 21
Jakarta Barat
1 Apotek KF KS Tubun 4 22 26
2 Apotek K24 Slipi 3 7 10
3 Apotek KF Pos Pengumben 3 3 6
4 Apotek Melco 0 0 0
Jakarta Timur
1 Apotek KF No. 48 1 9 10
2 Apotek Djatinegara 4 18 22
3 Apotek K24 Pondok Kopi 3 7 10
4 Apotek Ciracas 2 3 5
Jakarta Selatan
1 Apotek KF No. 47 2 17 19
2 Apotek KF No. 55 1 10 11
3 Apotek Bunderan Pancoran 1 18 19
4 Apotek Cilandak 3 6 9
Jumlah 38 207 245
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
36
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 119 48,6 %
2. Perempuan 126 51,4 %
Jumlah 245 100 %
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Umur
No. Umur Frekuensi Persentase
1. 18 – 30 tahun 82 33,5 %
2. 31 – 45 tahun 90 36,7 %
3. 46 – 60 tahun 55 22,4 %
4. > 60 tahun 18 7,3 %
Jumlah 245 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
37
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1. Tidak sekolah 1 0,4 %
2. SD/SMP 35 14,3 %
3. SMA 105 42,9 %
4. D3/S1/S2/S3 104 42,4 %
Jumlah 245 100 %
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1. Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 65 26,5 %
2. Mahasiswa 11 4,5 %
3. Pegawai 134 54,7 %
4. Wirausaha 35 14,3 %
Jumlah 245 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
38
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan Pendapatan per Bulan
No. Pendapatan per Bulan Frekuensi Persentase
1. Tidak bersedia mengisi 64 26,1 %
2. < Rp 1.000.000,- 21 8,6 %
3. ≥ Rp 1.000.000,- s.d < Rp 2.000.000,- 71 29,0 %
4. ≥ Rp 2.000.000,- s.d < Rp 4.000.000,- 63 25,7 %
5. ≥ Rp 4.000.000,- 26 10,6 %
Jumlah 245 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
39
Tabel 4.7
Data Mentah Karakteristik Responden Pengguna Imunostimulan Meniran
No. Apotek Q01 Q02 Q03 Q04 Q05
1. K24 Pondok Kopi B A C C B
2. K24 Pondok Kopi B A D C C
3. K24 Pondok Kopi A A C C B
4. Ciracas B A D C B
5. Ciracas A A D C C
6. KF No. 48 A B D C D
7. K24 Slipi B B D A C
8. K24 Slipi B A D C X
9. K24 Slipi B B D C D
10. KF No. 46 A D D C D
11. Cilandak B B C C B
12. Cilandak B B C A B
13. Cilandak B A C A A
14. Bunderan Pancoran A A B C A
15. KF No. 55 B B C A B
16. K24 Sunter B A C B B
17. KF KS Tubun B C D A D
18. KF KS Tubun B B C A C
19. KF KS Tubun B B C C B
20. KF KS Tubun B C C C X
21. KF No. 47 B A D C C
22. KF No. 47 A A C B X
23. KF No. 2 B B D C B
24. KF No. 2 A B D C D
25. Djatinegara A B C C B
26. Djatinegara B A C A A
27. Djatinegara A B D D X
28. Djatinegara A A D C B
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
40
29. KF Pos Pengumben B B D A C
30. KF Pos Pengumben B A D C C
31. KF Pos Pengumben A B D C C
32. Putri A B C C C
33. Rayhan B A C A B
34. Rayhan B A C D B
35. Rayhan B A C A D
36. Rayhan B B C A X
37. Rayhan B B D A D
38. Rayhan B B C A X
Keterangan :
Q01. Jenis Kelamin
A = laki-laki
B = perempuan
Q02. Umur
A = 18 – 30 tahun
B = 31 – 45 tahun
C = 46 – 60 tahun
D = > 60 tahun
Q03. Pendidikan Terakhir
A = tidak sekolah
B = SD/SMP
C = SMA
Q04. Pekerjaan
A = tidak bekerja/ibu rumah tangga
B = pelajar/mahasiswa
C = pegawai
D = wirausaha
Q05. Pendapatan per bulan
X = responden tidak mengisi
A = < Rp 1 juta
B = ≥ Rp 1 s.d < 2 juta
C = ≥ Rp 2 s.d < 4 juta
D = ≥ Rp 4 juta
D = D3/S1/S2/S3
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
41
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Imunostimulan Meniran Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 12 31,6 %
2. Perempuan 26 68,4 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Imunostimulan Meniran Berdasarkan Umur
No. Umur Frekuensi Persentase
1. 18 – 30 tahun 17 44,7 %
2. 31 – 45 tahun 18 47,4 %
3. 46 – 60 tahun 2 5,3 %
4. > 60 tahun 1 2,6 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Imunostimulan Meniran Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1. SD/SMP 1 2,6 %
2. SMA 19 50 %
3. D3/S1/S2/S3 18 47,4 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
42
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Imunostimulan Meniran Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1. Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 13 34,2 %
2. Mahasiswa 2 5,3 %
3. Pegawai 21 55,3 %
4. Wirausaha 2 5,3 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pengguna
Imunostimulan Meniran Berdasarkan Pendapatan per Bulan
No. Pendapatan per Bulan Frekuensi Persentase
1. Tidak bersedia mengisi 6 15,8 %
2. < Rp 1.000.000,- 3 7,9 %
3. ≥ Rp 1.000.000,- s.d < Rp 2.000.000,- 13 34,2 %
4. ≥ Rp 2.000.000,- s.d < Rp 4.000.000,- 9 23,7 %
5. ≥ Rp 4.000.000,- 7 18,4 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
43
Tabel 4.13
Data Mentah Pola Penggunaan Imunostimulan Meniran
No. Apotek Q01 Q02 Q03 Q04 Q05 Q06 Q07 Q08 Q09
1. K24 Pondok Kopi N A D C B A,B B,D A D
2. K24 Pondok Kopi N A D D D A,B,C B,C A D
3. K24 Pondok Kopi N A C C A A,B B D D
4. Ciracas N D D A A D A C B
5. Ciracas N A D A D A A X D
6. KF No. 48 N C C D A C B X B
7. K24 Slipi N A D B C A,B,C B X X
8. K24 Slipi N A D B B A,B A,B A X
9. K24 Slipi N C C C D A,B B,C X D
10. KF No. 46 N C D B C A A X A,D
11. Cilandak N C C A B B B X D
12. Cilandak N C C A B C C D B
13. Cilandak N E D D E A,B,C A,B,C X D
14. Bunderan Pancoran N C D A A A,C A,C X X
15. KF No. 55 N C C A D A,B A,B X D
16. K24 Sunter N A D B A A,B,C B A D
17. KF KS Tubun N C C B C A A D A
18. KF KS Tubun N A D A D A,B,C A,B,C A,D D
19. KF KS Tubun N C E B A A X X D
20. KF KS Tubun N C C D A A X X X
21. KF No. 47 N B B A A A X X D
22. KF No. 47 N B B A D A A X X
23. KF No. 2 N A B D A A,C X X D
24. KF No. 2 N B D A E B A X X
25. Djatinegara N C D A C A A X X
26. Djatinegara N A D C C A A X X
27. Djatinegara N C C C D A,B,C X X D
28. Djatinegara N B B A B A,B,C A,B,C X X
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
44
29. KF Pos Pengumben N A A A D C B X X
30. KF Pos Pengumben N C E C A A,C X X X
31. KF Pos Pengumben N C C A E C X X X
32. Putri N C C B D C C D X
33. Rayhan N C C C D A A X X
34. Rayhan N B B A B B X X X
35. Rayhan N C C A A C C X D
36. Rayhan N A A B D A X X X
37. Rayhan N A A A A D X D X
38. Rayhan N A E A B A,B A,B X X
Keterangan :
Q01. Nama Produk
A = Dibost
B = Divens
C = Erphacea
D = Fituno
E = Formuno
F = Hepimun
G = Imudator
H = Imulan
I = Imunal
J = Imunogard
K = Niran
L = Primunox
M = Stimox
N = Stimuno
O = Tribost
Q02. Sumber Informasi
A = iklan di media
cetak/elektronik
B = keluarga/teman
C = dokter/apoteker/
perawat/tenaga kesehatan
D = pengetahuan
E = lain-lain
Q03. Alasan Penggunaan Produk
A = mengikuti iklan
B = mengikuti keluarga/teman
C = saran dokter
D = karena saya mengetahui
produk tersebut bermanfaat
bagi tubuh saya
E = lain-lain
Q04. Frekuensi Penggunaan
A = 1 kali sehari
B = 2 kali sehari
C = 3 kali sehari
D = tidak teratur
E = lain-lain
Q05. Lama Penggunaan
A = 1 minggu s.d < 1 bulan
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
45
B = ≥ 1 s.d < 3 bulan
C = ≥ 3 s.d < 6 bulan
D = ≥ 6 bulan
E = tidak ingat
Q06. Manfaat yang Diharapkan
X = tidak mengharapkan efek
apapun
A = agar tubuh tetap sehat
B = menambah stamina tubuh
C = cepat sembuh dari sakit
D = lain-lain
Q07. Manfaat yang Diperoleh
X = tidak mendapatkan efek
apapun
A = agar tubuh tetap sehat
B = menambah stamina tubuh
C = cepat sembuh dari sakit
D = lain-lain
Q08. Efek Samping
X = tidak ada efek samping
perseptif
A = sering buang air kecil
B = kepala pusing
C = gatal-gatal, kulit kemerahan
D = lain-lain
Q09. Konsumsi Obat Lain
X = tidak mengkonsumsi obat
saat mengkonsumsi
suplemen meniran
A = obat penurun gula darah
B = obat penurun tekanan darah
C = obat jantung
D = lain-lain
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
46
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Nama Dagang Produk yang Digunakan Responden
No. Nama Dagang Produk Frekuensi Persentase
1. Stimuno® 38 100 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Sumber Informasi
No. Sumber Informasi Frekuensi Persentase
1. Iklan di media cetak/elektronik 14 36,8 %
2. Keluarga/teman 5 13,2 %
3. Dokter/apoteker/tenaga kesehatan 17 44,7 %
4. Pengetahuan 1 2,6 %
5. Pramuniaga produk 1 2,6 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
47
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Alasan Penggunaan
No. Alasan Penggunaan Frekuensi Persentase
1. Mengikuti iklan 3 7,9 %
2. Mengikuti keluarga/teman 5 13,2 %
3. Saran dokter 13 34,2 %
4. Karena produk itu bermanfaat 14 36,8 %
5. Meningkatkan daya tahan tubuh 2 5,3 %
6. Pramuniaga produk 1 2,6 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Frekuensi Penggunaan
No. Frekuensi Penggunaan Frekuensi Persentase
1. 1 kali sehari 18 47,4 %
2. 2 kali sehari 8 21,1 %
3. 3 kali sehari 7 18,4 %
4. Tidak teratur 5 13,2 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
48
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Lama Penggunaan
No. Lama Penggunaan Frekuensi Persentase
1. 1 minggu s.d < 1 bulan 12 31,6 %
2. ≥ 1 bulan s.d < 3 bulan 7 18,4 %
3. ≥ 3 bulan s.d < 6 bulan 5 13,2 %
4. ≥ 6 bulan 11 28,9 %
5. Tidak ingat 3 7,9 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Efek Imunostimulan Perseptif yang Diharapkan
No. Efek Imunostimulan Perseptif
yang Diharapkan Frekuensi Persentase
1. Agar tubuh sehat 11 28,9 %
2. Menambah stamina tubuh 3 7,9 %
3. Cepat sembuh dari sakit 6 15,8 %
4. Peningkatan daya tahan tubuh 2 5,3 %
5. Agar tubuh sehat & menambah
stamina tubuh 6 15,8 %
6. Agar tubuh sehat & cepat sembuh
dari sakit 3 7,9 %
7. Agar tubuh sehat, menambah
stamina tubuh & cepat sembuh
dari sakit
7 18,4 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
49
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Efek Imunostimulan Perseptif yang Didapatkan
No. Efek Imunostimulan Perseptif
yang Didapatkan Frekuensi Persentase
1. Tidak mendapatkan efek 10 26,3 %
2 Tubuh sehat 9 23,7 %
3. Stamina tubuh meningkat 6 15,8 %
4. Cepat sembuh dari sakit 3 7,9 %
5. Tubuh sehat & stamina tubuh
meningkat 3 7,9 %
6. Tubuh sehat & cepat sembuh dari
sakit 1 2,6 %
7. Stamina tubuh meningkat & cepat
sembuh dari sakit 2 5,3 %
8. Stamina tubuh meningkat &
pikiran lebih focus 1 2,6 %
9. Tubuh sehat, stamina tubuh
meningkat & cepat sembuh dari
sakit
3 7,9 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
50
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Efek Samping Perseptif
No. Efek Samping Perseptif Frekuensi Persentase
1. Tidak ada efek samping 27 71,1 %
2 Sering buang air kecil 4 10,5 %
3. Gatal – gatal, kulit kemerahan 1 2,6 %
4. Nafsu makan meningkat 2 5,3 %
5. Sakit perut 1 2,6 %
6. Diare 1 2,6 %
7. Mual muntah 1 2,6 %
8. Sering buang air kecil & nafsu
makan meningkat 1 2,6 %
Jumlah 38 100 %
Tabel 4.22
Distribusi Frekuensi Penggunaan Imunostimulan Meniran Berdasarkan
Obat Lain yang Dikonsumsi
No. Obat Lain yang Dikonsumsi Frekuensi Persentase
1. Tidak menggunakan obat 18 47,4 %
2 Obat penurun gula darah 1 2,6 %
3. Obat penurun tekanan darah 3 7,9 %
4. Obat flu/batuk, sakit kepala &
demam 15 39,5 %
5. Obat penurun gula darah & obat
flu/batuk 1 2,6 %
Jumlah 38 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
51
Tabel 4.23
Distribusi Frekuensi Alasan Responden yang Tidak Menggunakan
Produk Imunostimulan Meniran
No. Alasan Tidak Menggunakan
Produk Imunostimulan Meniran Frekuensi Persentase
1. Sehat tanpa menggunakan produk
tersebut 86 41,5 %
2 Menggunakan produk lain untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
seperti :
• Non bahan alam (seperti vitamin
C, sentrum kardio, nutrilight)
• Jinten hitam
• Sarang semut
• Tianshi
• Sari kurma
• Mengkudu
• Cuka apel
• Fermino
• Obat raja
• Madu
• Omega Squalene
• Proimun
• Tidak ingat nama produk
33
38
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
8
15,9 %
18,4 %
0,5 %
0,5 %
0,5 %
0,5 %
0,5 %
0,5 %
0,5 %
1 %
0,5 %
0,5 %
3,9 %
3. Tidak pernah disarankan dokter 5 2,4 %
4. Informasi publikasi yang kurang 12 5,8 %
5. Belum pernah mencoba 2 1 %
6. Tidak berniat memakai 1 0,5 %
7. Tidak percaya akan khasiat produk
tersebut 1 0,5 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
52
8. Mahal dengan harga produk tersebut 2 1 %
9. Takut tidak cocok dalam
menggunakan produk tersebut 2 1 %
10. Takut ketergantungan 1 0,5 %
11. Sangat mudah alergi terhadap
sesuatu sehingga takut untuk
mencoba produk suplemen
2 1 %
12. Memiliki penyakit diabetes dan
takut untuk mencoba 1 0,5 %
13. Memiliki penyakit jantung dan takut
untuk mencoba 1 0,5 %
14. Sudah tua, jadi merasa
imunostimulan tersebut tidak akan
berefek
1 0,5 %
Jumlah 207 100 %
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
53
Tabel 4.24
Tabel Silang antara Jenis Kelamin Responden dengan
Penggunaan Imunostimulan Meniran
Status Penggunaan
Imunostimulan Meniran
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki Perempuan
Menggunakan 12 26
Tidak Menggunakan 107 100
Tabel 4.25
Tabel Silang antara Umur Responden dengan
Penggunaan Imunostimulan Meniran
Status Penggunaan
Imunostimulan
Meniran
Umur Responden
18-30 tahun 31-45 tahun 46-60 tahun > 60 tahun
Menggunakan 17 18 2 1
Tidak
Menggunakan 65 72 53 17
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
54
Tabel 4.26
Tabel Silang antara Pendidikan Terakhir Responden dengan
Penggunaan Imunostimulan Meniran
Status Penggunaan
Imunostimulan
Meniran
Pendidikan Terakhir Responden
Tidak
sekolah SD/SMP SMA D3/S1/S2/S3
Menggunakan 0 1 19 18
Tidak
Menggunakan 1 34 86 86
Tabel 4.27
Tabel Silang antara Pekerjaan Responden dengan
Penggunaan Imunostimulan Meniran
Status
Penggunaan
Imunostimulan
Meniran
Pekerjaan Responden
Tidak
bekerja/Ibu
Rumah
Tangga
Mahasiswa Pegawai Wirausaha
Menggunakan 13 2 21 2
Tidak
Menggunakan 52 9 113 33
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
55
Tabel 4.28
Tabel Silang antara Pendapatan per Bulan Responden dengan
Penggunaan Imunostimulan Meniran
Status
Penggunaan
Imunostimulan
Meniran
Pendapatan per Bulan Responden
< Rp1.000.000,-
≥ Rp
1.000.000,- s.d
< Rp
2.000.000,-
≥ Rp
2.000.000,- s.d
< Rp
4.000.000,-
≥ Rp 4.000.000,-
Menggunakan 3 13 9 7
Tidak
Menggunakan 18 58 54 19
Tabel 4.29
Tabel Silang antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya
Efek Imunostimulan Perseptif
Status Efek
Perseptif
Frekuensi Penggunaan
1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Tidak
teratur
Ada 14 6 5 3
Tidak Ada 4 2 2 2
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
56
Tabel 4.30
Tabel Silang antara Lama Penggunaan dengan Adanya
Efek Imunostimulan Perseptif
Status Efek
Perseptif
Lama Penggunaan
1 minggu
s.d
< 1 bulan
≥ 1 bulan
s.d
< 3 bulan
≥ 3 bulan
s.d
< 6 bulan
≥ 6 bulan Tidak Ingat
Ada 6 6 5 9 2
Tidak Ada 6 1 0 2 1
Tabel 4.31
Tabel Silang antara Frekuensi Penggunaan dengan Adanya
Efek Samping Perseptif
Efek Samping
Perseptif
Frekuensi Penggunaan
1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Tidak
teratur
Ada 4 4 2 1
Tidak Ada 14 4 5 4
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
57
Tabel 4.32
Tabel Silang antara Lama Penggunaan dengan Adanya
Efek Samping Perseptif
Efek Samping
Perseptif
Lama Penggunaan
1 minggu
s.d
< 1 bulan
≥ 1 bulan
s.d
< 3 bulan
≥ 3 bulan
s.d
< 6 bulan
≥ 6 bulan Tidak Ingat
Ada 4 3 1 3 0
Tidak Ada 8 4 4 8 3
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
58
Lampiran 3.1
Daftar Nama Apotek
Jakarta Pusat
1. Apotek Kimia Farma No. 2
2. Apotek Kimia Farma No. 5
3. Apotek Galuh
4. Apotek New Djakarta
Jakarta Utara
1. Apotek Kimia Farma No. 46
2. Apotek K24 Sunter
3. Apotek Putri
4. Apotek Rayhan
Jakarta Barat
1. Apotek Kimia Farma KS Tubun
2. Apotek K24 Slipi
3. Apotek Kimia Farma Pos Pengumben
4. Apotek Melco
Jakarta Timur
1. Apotek Kimia Farma No. 48
2. Apotek Djatinegara
3. Apotek K24 Pondok Kopi
4. Apotek Ciracas
Jakarta Selatan
1. Apotek Kimia Farma No. 47
2. Apotek Kimia Farma No. 55
3. Apotek Bunderan Pancoran
4. Apotek Cilandak
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
59
Lampiran 3.2
Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI Jakarta
Kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
60
Lampiran 3.3
Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI Jakarta
Dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
61
Lampiran 3.4
Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI Jakarta
dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
62
Lampiran 3.5
Surat Persetujuan Izin Melakukan Penelitian di Wilayah DKI Jakarta
dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
63
Lampiran 3.6
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara
di Jakarta
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program S1 Farmasi
Universitas Indonesia, saya akan melakukan penelitian tentang studi efek yang
dipersepsikan dari penggunaan imunostimulan herbal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menilai efek perseptif penggunaan produk imunostimulan yang
mengandung meniran (Phyllanthus niruri L.) di wilayah Jakarta. Untuk keperluan
tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia*) Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi
responden dalam penelitian ini, selanjutnya kami mohon bersedia/tidak
bersedia*) bapak/ibu/saudara untuk mengisi kuisioner yang saya sediakan dengan
kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara dijamin kerahasiaannya.
Demikian lembar persetujuan ini dibuat. Atas bantuan dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, …………………..
Peneliti, Responden,
Diah Puspitasari ………………...
*) coret yang tidak perlu
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
64
Lampiran 3.7
Kuesioner
Efek Perseptif Meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai Imunostimulan
(Studi Kasus di Wilayah Jakarta)
Tempat : ……………………………….
BAGIAN 1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda contreng (v) pada pilihan Anda
Jenis kelamin:
Laki – laki
Perempuan
Umur:
18-30 tahun
31-45 tahun
46-60 tahun
>60 tahun
Pendidikan terakhir:
Tidak sekolah
SD/SMP
SMA
D3, S1, S2, S3
Pekerjaan:
Ibu Rumah Tangga
Mahasiswa
Pegawai
Wirausaha
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
65
Pendapatan per bulan :
< Rp 1.000.000
≥ Rp 1.000.000 s.d < Rp 2.000.000
≥ Rp 2.000.000 s.d < Rp 4.000.000
≥ Rp 4.000.000
BAGIAN 2 : DATA PENGGUNA
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng (v) pada
kolom yang tersedia.
1. Produk yang Anda gunakan :
(pilih salah satu!)
Dibost®
Divens®
Erphacea®
Fituno®
Formuno®
Hepimun®
Imudator®
Imulan®
Imunal®
Imunogard®
Niran®
Primunox®
Stimox®
Stimuno®
Tribost®
Jika menggunakan produk di nomor 1, lanjutkan ke nomor selanjutnya di
bagian 2 ini. Jika tidak menggunakan produk di nomor 1, lanjutkan
langsung ke bagian 3.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
66
2. Darimana Anda mengetahui produk tersebut? (pilih salah satu!)
Iklan di media cetak/elektronik
Keluarga/teman
Dokter/apoteker/tenaga kesehatan
Pengetahuan
Lain-lain ……………………….
3. Apa alasan Anda menggunakan produk tersebut ? (pilih salah satu!)
Mengikuti iklan
Mengikuti keluarga/teman saya
yang juga menggunakan
Saran dokter/tenaga kesehatan
Karena saya mengetahui produk
tersebut bermanfaat bagi tubuh
saya
Lain-lain ………
4. Berapa kali Anda menggunakan produk tersebut ? (pilih salah satu!)
1 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Tidak teratur
Lain – lain ………
5. Sudah berapa lama Anda menggunakan produk tersebut? (pilih salah satu!)
1 minggu s.d < 1 bulan
≥ 1 bulan s.d < 3 bulan
≥ 3 bulan s.d < 6 bulan
≥ 6 bulan
Tidak ingat
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
67
6. Manfaat yang Anda harapkan dari penggunaan produk tersebut?
(boleh pilih lebih dari satu!)
Pernyataan Ya
Agar tubuh sehat
Menambah stamina tubuh
Cepat sembuh dari sakit
Lain-lain ………………
Jika tidak mengharapkan manfaat apapun (hanya coba – coba), nomor 6
tidak perlu diisi.
7. Manfaat yang Anda dapatkan setelah menggunakan produk tersebut?
(boleh pilih lebih dari satu!)
Pernyataan Ya
Tubuh sehat
Stamina tubuh meningkat
Cepat sembuh dari sakit
Lain-lain ………………
Jika tidak mendapatkan manfaat apapun (menurut Anda tidak berefek
apapun), nomor 7 tidak perlu diisi.
8. Apakah setelah menggunakan produk tersebut Anda merasakan gejala di
bawah ini? (boleh pilih lebih dari satu!)
Pernyataan Ya
Sering buang air kecil
Kepala pusing
Gatal-gatal, kulit kemerahan
Lain – lain ………….
Jika tidak mendapatkan manfaat apapun (menurut Anda tidak berefek
apapun), nomor 8 tidak perlu diisi.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
68
9. Apakah Anda menggunakan obat-obatan di bawah ini selama
menggunakan produk tersebut? (boleh pilih lebih dari satu!)
Pernyataan Ya
Obat penurun gula darah
Obat penurun tekanan darah
Obat jantung
Lain-lain ………………
Jika tidak menggunakan obat apapun, nomor 9 tidak perlu diisi.
10. Apakah Anda merasakan keluhan saat menggunakan obat pada nomor 9
yang dikonsumsi bersamaan dengan produk pada nomor 1?
Ya,
sebutkan ………………
Tidak
BAGIAN 3 : DATA BUKAN PENGGUNA
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng (v) pada
kolom yang tersedia.
Apakah alasan Anda tidak menggunakan produk imunostimulan meniran?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
69
Lampiran 4.1
Hasil Uji Validitas Kuesioner
Tujuan : Untuk menilai validitas dari kuesioner yang dipakai sebagai alat
pengumpul data.
Hasil : Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
sumber informasi 18.80 25.537 .630 .802
alasan penggunaan 18.55 28.576 .468 .823
frekuensi penggunaan 18.90 25.989 .455 .831
lama penggunaan 19.40 22.779 .696 .792
manfaat yg diharapkan 19.05 27.524 .640 .805
manfaat yg diperoleh 19.50 27.105 .678 .801
efek samping 20.15 28.450 .508 .819
konsumsi obat lain 18.25 27.039 .500 .820
Kesimpulan :
df = n – 2 = 20 – 2 = 18
r tabel (0,05, 18) = 0,444
jika r hitung < r tabel à tidak valid, dan jika r hitung > r tabel à valid
r hitung dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation
Maka, nilai Corrected Item-Total Correlation pada seluruh butir pertanyaan
adalah > 0,444 à kuesioner dinyatakan valid
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
70
Lampiran 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Tujuan : Untuk menilai reliabilitas dari kuesioner yang dipakai sebagai alat
pengumpul data.
Hasil :
Kesimpulan :
Menurut Nunally & Bernstein (1994), skala pengukuran yang reliabel sebaiknya
memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,70.
Maka, nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,831 à kuesioner dinyatakan reliabel
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.831 8
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
71
Lampiran 4.3
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan
Imunostimulan Meniran dengan Jenis Kelamin Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan jenis kelamin responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan jenis kelamin responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
jenis kelamin responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.199a 1 .023 Continuity Correctionb 4.425 1 .035 Likelihood Ratio 5.318 1 .021 Fisher's Exact Test .033 .017
Linear-by-Linear Association 5.178 1 .023 N of Valid Cases 245 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.46.
b. Computed only for a 2x2 table
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 5,199 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(2-1) = 1 dan nilai p =
0,023. Karena nilai p = 0,023 lebih kecil dari α = 0,05, maka Ho ditolak. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran
berhubungan dengan jenis kelamin responden.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
72
Lampiran 4.4
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan
Imunostimulan Meniran dengan Umur Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan umur responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan umur responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
umur responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 10.369a 3 .016
Likelihood Ratio 12.732 3 .005
Linear-by-Linear Association 7.548 1 .006
N of Valid Cases 245 a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.79.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 10,369 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,016. Karena nilai p = 0,016 lebih kecil dari α = 0,05, maka Ho ditolak. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran
berhubungan dengan umur responden.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
73
Lampiran 4.5
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan
Imunostimulan Meniran dengan Pendidikan Terakhir Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan pendidikan terakhir responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan pendidikan terakhir responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan pada
pendidikan terakhir responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.251a 3 .154
Likelihood Ratio 7.205 3 .066
Linear-by-Linear Association 2.662 1 .103
N of Valid Cases 245 a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .16.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 5,251 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,154. Karena nilai p = 0,154 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran tidak
berhubungan dengan pendidikan terakhir responden. Namun, hasil dari uji
independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 25 % dari total sel
memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai ekspektasi minimum di
bawah 1 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
74
Lampiran 4.6
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan
Meniran dengan Pendidikan Terakhir Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan pendidikan terakhir responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan pendidikan terakhir responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
pendidikan terakhir responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 5.251a 3 .154 .231 Likelihood Ratio 7.205 3 .066 .067 Fisher's Exact Test 6.235 .090 Linear-by-Linear
Association
2.662b 1 .103 .110 .064 .026
N of Valid Cases 245 a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16.
b. The standardized statistic is -1.632.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,090 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan
meniran tidak berhubungan dengan pendidikan terakhir responden.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
75
Lampiran 4.7
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan
Imunostimulan Meniran dengan Pekerjaan Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan pekerjaan responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan pekerjaan responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
pekerjaan responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.625a 3 .305
Likelihood Ratio 4.237 3 .237
Linear-by-Linear Association 2.670 1 .102
N of Valid Cases 245 a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.71.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 3,625 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,305. Karena nilai p = 0,305 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran tidak
berhubungan dengan pekerjaan responden.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
76
Lampiran 4.8
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Penggunaan
Imunostimulan Meniran dengan Pendapatan per Bulan Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran pendapatan per bulan responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan pendapatan per bulan responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
pendapatan per bulan responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.211a 3 .530
Likelihood Ratio 2.083 3 .555
Linear-by-Linear Association .561 1 .454
N of Valid Cases 181 a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.71.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 2,211 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,530. Karena nilai p = 0,530 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan meniran tidak
berhubungan dengan pendidikan terakhir responden. Namun, hasil dari uji
independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 25 % dari total sel
memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
77
Lampiran 4.9
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Penggunaan Imunostimulan
Meniran dengan Pendapatan per Bulan Responden
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan imunostimulan
meniran dengan pendapatan per bulan responden
Hipotesis : Ho = Penggunaan imunostimulan meniran tidak berhubungan
dengan pendapatan per bulan responden
Ha = Penggunaan imunostimulan meniran berhubungan dengan
pendapatan per bulan responden
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 2.211a 3 .530 .542 Likelihood Ratio 2.083 3 .555 .572 Fisher's Exact Test 2.176 .556 Linear-by-Linear
Association
.561b 1 .454 .507 .262 .067
N of Valid Cases 181 a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.71.
b. The standardized statistic is -.749.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,556 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan imunostimulan
meniran tidak berhubungan dengan pendapatan per bulan terakhir responden.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
78
Lampiran 4.10
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi
Penggunaan dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek imunostimulan perseptif
α = 0,05
Hasil : Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .664a 3 .882
Likelihood Ratio .629 3 .890
Linear-by-Linear Association .572 1 .450
N of Valid Cases 38
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.32.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 0,664 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,882. Karena nilai p = 0,882 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi
penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif. Namun, hasil dari uji
independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 62,5 % dari total sel
memiliki nilai ekspektasi di bawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
79
Lampiran 4.11
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan
Adanya Efek Imunostimulan Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek imunostimulan perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square .664a 3 .882 .947 Likelihood Ratio .629 3 .890 .947 Fisher's Exact Test 1.057 .908 Linear-by-Linear
Association
.572b 1 .450 .509 .276 .097
N of Valid Cases 38 a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.32.
b. The standardized statistic is .756.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,908 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
frekuensi penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
80
Lampiran 4.12
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Lama Penggunaan
dengan Adanya Efek Imunostimulan Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Ha = Ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya efek
imunostimulan perseptif
α = 0,05
Hasil : Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.231a 4 .183
Likelihood Ratio 7.174 4 .127
Linear-by-Linear Association 1.948 1 .163
N of Valid Cases 38
a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .79.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 6,231 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(5-1) = 4 dan nilai p =
0,183. Karena nilai p = 0,183 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama penggunaan
dengan adanya efek imunostimulan perseptif. Namun, hasil dari uji independensi
kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 70 % dari total sel memiliki nilai
ekspektasi di bawah 5 dan memiliki nilai ekspektasi minimum dibawah 1
sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
81
Lampiran 4.13
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan
Adanya Efek Imunostimulan Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek imunostimulan perseptif
Ha = Ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya efek
imunostimulan perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 6.231a 4 .183 .179 Likelihood Ratio 7.174 4 .127 .195 Fisher's Exact Test 5.498 .198 Linear-by-Linear
Association
1.948b 1 .163 .192 .104 .041
N of Valid Cases 38 a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.
b. The standardized statistic is -1.396.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,198 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
lama penggunaan dengan adanya efek imunostimulan perseptif.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
82
Lampiran 4.14
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Frekuensi
Penggunaan dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil : Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.315a 3 .510
Likelihood Ratio 2.188 3 .534
Linear-by-Linear Association .009 1 .925
N of Valid Cases 38
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.45.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 2,315 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(4-1) = 3 dan nilai p =
0,510. Karena nilai p = 0,510 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi
penggunaan dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil dari uji
independensi kai kuadrat tidak memenuhi syarat karena 62,5 % dari total sel
memiliki nilai ekspektasi dibawah 5 sehingga perlu dilakukan uji Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
83
Lampiran 4.15
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Frekuensi Penggunaan dengan
Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara frekuensi penggunaan dengan adanya
efek samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 2.315a 3 .510 .552 Likelihood Ratio 2.188 3 .534 .596 Fisher's Exact Test 2.303 .552 Linear-by-Linear
Association
.009b 1 .925 1.000 .520 .126
N of Valid Cases 38 a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.45.
b. The standardized statistic is -.094.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,552 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
frekuensi penggunaan dengan adanya efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
84
Lampiran 4.16
Uji Independensi Kai Kuadrat tentang Hubungan antara Lama Penggunaan
dengan Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya efek
samping perseptif
α = 0,05
Hasil : Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.203a 4 .699
Likelihood Ratio 2.996 4 .559
Linear-by-Linear Association 1.013 1 .314
N of Valid Cases 38
a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .87.
Kesimpulan :
Nilai Χ2 = 2,203 dengan derajat kebebasan (df) = (2-1)(5-1) = 4 dan nilai p =
0,699. Karena nilai p = 0,699 lebih besar dari α = 0,05, maka Ho diterima. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama penggunaan
dengan adanya efek samping perseptif. Namun, hasil dari uji independensi kai
kuadrat tidak memenuhi syarat karena 80 % dari total sel memiliki nilai dibawah 5
dan memiliki nilai ekspektasi minimum dibawah 1 sehingga perlu dilakukan uji
Fisher Eksak.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010
85
Lampiran 4.17
Uji Fisher Eksak tentang Hubungan antara Lama Penggunaan dengan
Adanya Efek Samping Perseptif
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Hipotesis : Ho = Tidak ada hubungan antara lama penggunaan dengan
adanya efek samping perseptif
Ha = Ada hubungan antara lama penggunaan dengan adanya efek
samping perseptif
α = 0,05
Hasil :
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 2.203a 4 .699 .753 Likelihood Ratio 2.996 4 .559 .699 Fisher's Exact Test 1.941 .828 Linear-by-Linear
Association
1.013b 1 .314 .376 .192 .062
N of Valid Cases 38 a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .87.
b. The standardized statistic is 1.006.
Kesimpulan :
Nilai p eksak = 0,828 dan lebih besar dari nilai α = 0,05, maka kesimpulannya Ho
diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
lama penggunaan dengan adanya efek samping perseptif.
Efek perseptif..., Diah Puspitasari, FMIPA UI, 2010