Author
trinhnga
View
244
Download
12
Embed Size (px)
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGGUNAAN INDONESIA
SEBAGAI OBJEK PENYEMANGAT MASYARAKAT KOREA UNTUK
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
DALAM PUISI INDONESIA INMINEGE JUNEN SI
KARYA PARK IN-HWAN: PENDEKATAN SEMIOTIK
MAKALAH NON SEMINAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Humaniora
YANUAR MAHENDRA RAHARJO
1206210175
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA
DEPOK
MEI 2016
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
ANALISIS PENGGUNAAN INDONESIA
SEBAGAI OBJEK PENYEMANGAT MASYARAKAT KOREA UNTUK
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
DALAM PUISI INDONESIA INMINEGE JUNEN SI
KARYA PARK IN-HWAN: PENDEKATAN SEMIOTIK
Yanuar Mahendra Raharjo, Eva Latifah
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Dalam sebuah puisi berjudul Indonesia Inminege Junen Si, yang ditulis oleh penyair Korea tahun 1940-an yang
bernama Park In-Hwan, terlihat bahwa ia menyemangati Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari
serangan penjajah. Akan tetapi, meskipun puisi tersebut membicarakan banyak tentang Indonesia, sasaran utama
pembaca puisi tersebut adalah orang Korea. Jurnal ini akan menganalisis tentang bagaimana Park In-Hwan
menggunakan Indonesia sebagai objek penyemangat masyarakat Korea dalam mempertahankan kemerdekaan
pada puisi Indonesia Inminege Junen Si, serta alasan Park In-Hwan menggunakan negara Indonesia sebagai
objek puisinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana Park In-Hwan meggunakan Indonesia
sebagai objek puisinya untuk penyemangat masyarakat Korea dan alasan Park In-Hwan menggunakan Indonesia
sebagai objeknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode studi pustaka. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat sebuah pesan
tersirat bahwa sebenarnya Korea masih harus berjuang kembali setelah kemerdekaan, seperti Indonesia, untuk
mempertahankan kemerdekaannya dari para penjajah.
Kata kunci; Indonesia, kemerdekaan, Park In-Hwan, puisi Korea, pengakuan negara lain.
The Analysis of Using Indonesia as The Object to Encourage Korean People in
Mantaining Its Independence on A Poem Entitled Indonesia Inminege Junen Si by Park
In-Hwan: Semiotic Approach
Abstract
In a poem entitled Indonesia Inminege Junen Si, written by a Korean poet 1940s, Park In-Hwan, is seen that he
supported Indonesia to maintaining the independence from imperialist’s invasion. Although the poem discusses
about Indonesia, the target readers are Korean people. This journal analyzes how Park In-Hwan used Indonesia
as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence and Park In-Hwan’s
reason in using Indonesia as his object of his poem. The purpose of this research is to know how Park In-Hwan
used Indonesia as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence, and to
know the reason of using Indonesia as the object of his poem. The method used is qualitative method by
literature method. The result of this research is to found the conclusion that there is an implied message about
actually after the independence, Korea still have to struggle, like Indonesia, to maintaining their independence
from imperialists.
Keyword; Indonesia, independence, Park In-Hwan, Korean poem, recognition of other countries.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
2
PENDAHULUAN
Sastra merupakan media komunikasi, yang melibatkan tiga komponen, diantaranya
pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu sendiri, serta penerima
pesan yakni pembaca karya sastra (Budianta, 2006: 20). Menurut Wicaksono, sastra
merupakan seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya (2014: 1). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sastra merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan, karena dengan karya sastra, seseorang mampu
mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, serta pelajaran tentang kehidupan dalam bentuk
kata-kata. Jenis karya sastra pun beragam, di antaranya yaitu prosa, film, lagu, esai, dan
terakhir yaitu karya sastra yang biasanya menggunakan bahasa yang indah dan berbentuk bait,
yakni puisi.
Puisi menurut Pradopo (1990: 7), merupakan ekspresi yang membangkitkan perasaan,
yang mampu merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Berbeda
dengan prosa, puisi berbentuk bait-bait, menggunakan bahasa serta rima, yang akan
memberikan kesan yang indah. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sudah ada sejak
zaman dahulu. Puisi seringkali digunakan sebagai media untuk mengungkapkan ide, perasaan,
serta kritik sosial. Choi Myeong-Suk mengatakan bahwa puisi adalah sastra yang
mengungkapkan perasaan serta pikiran manusia melalui bahasa yang berirama (2013: 47).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan salah satu karya sastra yang
digunakan dalam mengungkapkan ide, gagasan, maupun perasaan.
Pada masa 1940-an di Korea, merupakan masa-masa yang cukup sulit bagi sastrawan
Korea dan merupakan masa-masa gelap akibat sakit hati dengan kolonialisme Jepang, karena
pada saat itu, segala kegiatan sastra yang ada di Korea benar-benar diawasi oleh Jepang. Pada
masa-masa tersebut, meskipun kegiatan untuk bersastra selalu diawasi oleh Jepang, bahkan
isinya pun tidak boleh mengkritik tentang Jepang, para sastrawan di Korea juga tidak berhenti
berkarya dan menyerah begitu saja. Mereka memutar otak mereka bagaimana mereka tetap
bisa berkarya, tetapi tidak menyinggung negara Jepang. Kemudian pada masa itu aliran
realisme semakin berkembang, yakni merupakan suatu paham yang mengkritik suatu keadaan
yang terdapat pada masa tersebut.
Terdapat salah satu penyair Korea beraliran realisme pada masa 1940-an yang menarik
perhatian penulis, yaitu Park In-Hwan, dengan karyanya yang berjudul Indonesia Inminege
Junen Si. Park In-Hwan memang sering dikritik karena dianggap lari dari fantasi serta
menggunakan situasi-situasi yang ada di luar negeri untuk menemukan solusi masalah yang
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
3
sedang dialami oleh negaranya saat itu. Dalam puisinya yang berjudul Indonesia Inminege
Junen Si, terlihat bahwa Park In-Hwan menyemangati Indonesia untuk dapat
mempertahankan kemerdekaan. Akan tetapi, tentu terdapat alasan serta tujuan mengapa Park
In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objek puisinya. Dari hal tersebut penulis merasa
tertarik untuk meneliti salah satu puisi karya Park In-Hwan, yang berjudul Indonesia
Inminege Junen Si. Jurnal ini akan menjelaskan bagaimanakah Park In-Hwan menggunakan
Indonesia sebagai penyemangat masyarakat Korea untuk mempertahankan kemerdekaan
dalam puisinya yang berjudul Indonesia Inminege Junen Si, serta alasan Park In-Hwan
menggunakan negara Indonesia sebagai objeknya.
Untuk mempermudah penulisan jurnal ini serta agar lebih terarah dengan baik, maka
perlu dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan jurnal ini yaitu, pertama, penulis hanya membahas tanda-tanda penggunaan
Indonesia oleh Park In-Hwan, sebagai objek penyemangat masyarakat Korea untuk
mempertahankan kemerdekaan dalam puisi Indonesia Inminege Junen Si. Kedua, penulis
meneliti alasan Park In-Hwan menggunakan negara Indonesia sebagai objek puisinya,
berdasarkan hasil analisis serta keadaan Korea pada masa puisi ini dibuat.
Dari sekian masalah yang muncul dalam proses penelitian, terdapat dua masalah inti
yang akan dibahas dalam makalah ini. Pertama, tentang bagaimana Park In-Hwan
menggunakan Indonesia sebagai objek penyemangat masyarakat Korea untuk
mempertahankan kemerdekaannya, dalam puisi Indonesia Inminege Junen Si. Kedua, alasan
mengapa Park In-Hwan menjadikan Indonesia sebagai objek puisinya.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui bagaimana Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objek
penyemangat masyarakat Korea untuk mempertahankan kemerdekaan, dalam puisi Indonesia
Inminege Junen Si dan mengetahui alasan Park In-Hwan menjadikan Indonesia sebagai objek
puisinya. Untuk membahas hal tersebut, penulis menggunakan salah satu teknik pendekatan
sastra, yaitu pendekatan semiotik. Pendekatan semiotika secara harfiah berarti ilmu tentang
tanda-tanda, yang bermanfaat pada saat kita ingin menganalisis makna teks. Nama lain
semiotika yaitu semiologi. Keduanya memiliki definisi yang sama, yaitu sebagai ilmu tentang
tanda.
Pada jurnal ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Creswell mengatakan bahwa
penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada penggunaan logika induktif, yang kategorisasi
dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang
ditemukan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif bercirikan informasi
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
4
berupa ikatan konteks, yang akan menggiring pada pola-pola teori yang menjelaskan
fenomena sosial (dalam Soemantri, 2005: 58). Metode kualitatif lebih menekankan pada
aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Penulis juga akan
menggunakan metode studi pustaka, untuk mencari teori yang berhubungan dengan topik
penelitian. Dalam penelitian, penulis menggunakan puisi Indonesia Inminege Junen Si karya
Park In-Hwan sebagai sumber primer, serta menggunakan buku, jurnal dan website, sebagai
sumber sekunder.
TEORI SEMIOTIKA
Semiotika merupakan salah satu teknik pendekatan sastra yang mempunyai fungsi
untuk mengetahui makna yang terdapat pada sebuah teks, melalui tanda-tanda yang ada.
Menurut Rafiek (2011), semiotika adalah salah satu metode yang paling interpretatif dalam
menganalisis teks, berhasil atau gagalnya sebagai sebuah metode bergantung pada baik
tidaknya peneliti dalam mengartikulasikan masalah yang mereka teliti. Sedangkan Aart van
Zoest (dalam Santosa, 2013: 4), mengatakan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda dan
segala yang berhubungan dengannya, seperti cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-
tanda lain, pengirimannya, serta penerimaannya oleh mereka yang menggunakan.
Menurut Santosa, komponen dasar semiotika tidak terlepas dari masalah-masalah
pokok yang berhubungan dengan tanda (sign), lambang (symbol), dan isyarat (signal).
Mengenai masalah lambang, akan mencakup dua hal masalah pemahaman, yakni penanda dan
pertanda. Penanda adalah sesuatu yang segera terserap atau teramati, hal tersebut dapat
terdengar sebagai suatu bunyi maupun terbaca sebagai sebuah tulisan. Sebagai contoh adalah
[cinta], hal tersebut dapat terlihat dalam bentuk penampilan, seperti tubuh yang gemetaran,
muka yang memerah, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian petanda merupakan suatu
kesimpulan yang terpahami maknanya dari ungkapan bahasa maupun nonbahasa (2013: 5-8).
Dari sekian banyaknya teori semiotik, pada jurnal ini penulis akan menggunakan teori
semiotik yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda menjadi ikon,
indeks dan simbol ((EP2: 291) dalam Short, 2007: 214). Peirce menyebutkan bahwa ikon
adalah tanda yang mengacu pada objek, yang memiliki kemiripan sifat dan bentuk ((EP2: 291)
dalam Short, 2007: 215). Sedangkan indeks yaitu tanda yang mengacu pada objek, tetapi tidak
memiliki begitu banyak memiliki kesamaan (Short, 2007: 219). Dalam indeks antara tanda
dan petanda memiliki hubungan yang bersifat kausal atau sebab-akibat (Pradopo, 2007: 121).
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
5
Sedangkan simbol yaitu sebuah tanda yang mengacu kepada objek, yang telah ditentukan
sebelumnya, yang dianggap dapat menunjukkan objek yang dimaksud ((EP2: 292 dalam Short,
2007: 220). Dari tiga tanda yang dikemukakan oleh Peirce tersebut, penulis akan lebih fokus
terhadap ikon, yang dalam penelitian ini, penulis akan menunjukkan kemiripan situasi antara
Indonesia dan Korea pada masa puisi Indonesia Inminege Junen Si dibuat, yang kemudian
mampu menjadikan puisi tersebut sebagai penyemangat orang Korea dalam mempertahankan
kemerdekaan.
TEORI PENGAKUAN SUATU NEGARA TERHADAP NEGARA LAIN
Kemerdekaan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara. Dengan adanya
kemerdekaan, berarti suatu negara telah mendapat kebebasan, baik bebas dari penindasan
maupun penguasaan oleh negara lain. Pada dasarnya, seperti yang dituliskan dalam
Pembukaan UUD 1945 Republik Indonesia, bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa.
Kemerdekaan juga merupakan sebuah bentuk pertentangan terhadap suatu penjajahan. Akan
tetapi, sebelum meraih kemerdekaan, suatu negara harus memenuhi beberapa syarat
berdirinya negara terlebih dahulu, supaya negara tersebut dapat dikatakan utuh.
Menurut Budiardjo (2008: 49), negara merupakan suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat serta pihak-pihak yang berhasil
menuntut warga negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui
penguasaan monopolistis terhadap kekuasaan yang sah. Menurut Adolf (2002: 1-7), syarat-
syarat pokok terbentuknya suatu negara agar negara tersebut dapat dikatakan sebagai subjek
hukum internasional yaitu adanya penduduk yang tetap, wilayah yang tetap, pemerintah
(penguasa yang berdaulat), serta kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lainnya.
Apabila keempat syarat tersebut telah terpenuhi, perlu adanya satu unsur lagi untuk
menjadikan negara tersebut menjadi suatu negara yang utuh. Unsur tersebut yaitu pengakuan
(recognition).
Meskipun pengakuan bukanlah syarat atau unsur pokok dalam berdirinya suatu negara,
keberadaan unsur tersebut cukuplah penting. Fachri (2003) mengatakan bahwa pengakuan
memiliki dua fungsi, yakni fungsi politik dan fungsi hukum. Fungsi politik dari pengakuan
yaitu negara yang telah diakui tersebut diterima sebagai pribadi internasional dalam
interaksinya dengan negara yang memberi pengakuan, sehingga kedudukan serta tindakan-
tindakannya diakui memiliki konsekuensi politik yang tegas. Sedangkan fungsi hukum dari
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
6
pengakuan yaitu negara yang telah diakui secara formal, telah sah menggunakan atribut-
atribut kenegaraannya dalam interaksinya dengan negara-negara lain, terutama negara-negara
yang telah mengakuinya. Jenis-jenis pengakuan terdiri dari pengakuan de jure, pengakuan de
facto, pengakuan kolektif, pengakuan bersyarat, pengakuan ad hoc, pengakuan prematur dan
pengakuan kuasi.
Dari sekian banyaknya jenis pengakuan, dalam jurnal ini akan lebih fokus pada
pengakuan de facto. Pengakuan de facto merupakan pengakuan yang diberikan dengan
penilaian bahwa negara atau pemerintah baru tersebut secara faktual telah memenuhi syarat
sebagai negara atau pemerintah (Fachri, 2003). Pengakuan ini merupakan awal sebelum
pengakuan de jure (pengakuan secara hukum diberikan). Kaitannya dengan puisi Indonesia
Inminege Junen Si, yang dibahas pada jurnal ini yaitu Park In-Hwan mengakui bahwa adanya
negara Indonesia, meskipun secara resmi negara Korea baru mengakui negara Indonesia pada
tahun 19491. Dengan kata lain, Park In-Hwan mengakui negara Indonesia pada tahun 1947
(pada saat puisi Indonesia Inminege Junen Si terbit) secara de facto, belum secara de jure.
Bentuk pengakuannya tersebut diperlihatkan dengan menjadikan negara Indonesia sebagai
objek puisi untuk menyemangati masyarakat Korea dalam mempertahankan kemerdekaan.
LATAR BELAKANG PARK IN-HWAN
Park In-Hwan adalah seorang sastrawan Korea yang lahir pada tanggal 15 Agustus
1926, di Inje, Gangwon-do. Ia menempuh pendidikannya di Kyeongseong Cheil High School,
kemudian meneruskannya ke Pyeongyang Medical School. Dalam karirnya, Park In-Hwan
pernah menjadi seorang pemimpin pada sebuah toko buku Malieseosa di Seoul. Dari situlah
ia dapat memperluas pengetahuannya mengenai sastra. Park In-Hwan mulai menulis puisi
sejak tahun 1946, lalu karyanya tersebut diterbitkan dalam Kookje sinbo pada tahun yang
sama. Sepanjang akhir era 1940-an, ia beserta beberapa temannya yang juga merupakan
penyair yaitu Kim Gyeong-Rim, Yang Byeong-Sik, Kim Su-Yeong, Lim Ho-Gwon, dan Kim
Byeong-Uk, untuk bekerja sama menerbitkan jurnal yang berjudul New Poetics (Sinsiron) and
Anthology, dan A New City and a Chorus of Citizens (Saeroun Dosiwa Sinmindeurui
Hapchang). Setelah pecahnya perang Korea, Park In-Hwan bekerja sebagai koresponden.
1 “Sejarah Hubungan Diplomatik antara Korea-Indonesia,” diakses pada Senin, 07 Maret 2016, pukul 09.35 WIB,
http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
7
Selain itu, pada masa tersebut Ia juga menulis puisi yang bertemakan tentang perang, salah
satunya adalah “Signal Flare” (Sinhotan).
Karya-karyanya selama perang Korea menandai perubahan signifikan dalam nada
tulisannya. Sebagai saksi atas kematian serta keputusasaan akibat perang, Park In-Hwan
menerbitkan puisi seperti “Signal Flare” (Sinhotan), “Going Home” (Gohyange Gaseo), dan
“Problem” (Munjedeoneun Geot). Puisi-puisi tersebut menggambarkan tentang rasa
kepedihan yang amat mendalam ketika menghadapi situasi perang dan pertumpahan darah.
Beberapa karya Park In-Hwan yang lain seperti “Unfortunate God” (Bulhanenghan Sin), “O
Black God” (Geomeun Siniyeo), dan “Final Dialogue” (Choehuui Hoehwa), merupakan
karya-karya masa gelap yang megekspresikan ketidakpuasan dan ketiadaan harapan yang
menjadi ciri khas era modern.
Karya-karya Park In-Hwan dapat dilukiskan sebagai penerus fenomena modernisasi,
yang berupaya untuk memperlihatkan akibat-akibat yang tidak dikehendaki dari kemajuan
peradaban manusia. Puisi-puisinya menggambarkan tentang realitas kejam urbanisasi, tragedi
perang, pertumpahan darah, serta perasaan putus asa dan tanpa tujuan hidup yang semakin
meluas di zamannya. Akan tetapi, puisi-puisi Park In-Hwan tidak dapat diklasifikasikan
sebagai realisme murni. Dengan beberapa pengecualian, banyak dari karyanya yang
bernuansa pemahaman abstrak atas dunia lain di luar sana, yakni seperti sebuah tanah lapang
di pinggiran kontemporer yang memberikan sebuah wadah ataupun sebagai tempat pelarian
akibat rasa ketidakpuasan terhadap modernisasi. Karya Park In-Hwan dikritisi karena lari
pada fantasi dan situasi di luar negeri sebagai sarana untuk dapat menemukan solusi masalah-
masalah yang terjadi pada masa itu, daripada harus mencari jawabannya dalam realitas. Salah
satu karya Park In-hwan yang mengambil nuansa luar negeri yaitu berjudul “Puisi Buat
Rakyat Indonesia” (Indonesia Inminege Junen Si). Park In-Hwan meninggal di usia yang
masih muda, yakni di umur 30 tahun, pada tanggal 20 Maret 1956.
PUISI INDONESIA INMINEGE JUNEN SI DAN TERJEMAHANNYA
Park In-Hwan adalah seorang sastrawan yang beraliran realisme modern. Salah satu
karya puisinya berjudul Indonesia Inminege Junen Si, dibuat pada tahun 1947. Dalam puisi
tersebut, yang juga menjadi pokok bahasan jurnal ini, berisikan tentang pemberian semangat
kepada orang Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda. Pada
tahun puisi tersebut dibuat, yakni tahun 1947, Indonesia yang belum lama menikmati
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
8
kemerdekaan, masih harus berjuang kembali untuk melawan serangan Belanda akibat
ketidakrelaanya menenerima Indonesia merdeka. Berikut adalah kutipan artikel yang
menceritakan keadaan Indonesia pada tahun 1947:
“..., 21 Juli 1947, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia yang belum 2 tahun
merdeka. Saat itu diputuskan untuk menempuh jalur militer tersebut, dengan dalih
penafsiran Perjanjian Linggarjati, bahwa Indonesia merupakan Negara Federal yang
masih di bawah kekuasaan dari Negeri Kincir Angin tersebut. ...”
“Tentara Belanda mulai menerobos, menggempur, dan merebut daerah-daerah vital
(seperti kota pelabuhan, perkebunan, dan pertambangan) yang dikuasai oleh Republik
Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak warga yang
jadi korban. Hingga kini, belum ada sumber pasti tentang jumlah korban akibat agresi
tersebut.” (Gunawan)2.
Meskipun dalam puisi tersebut banyak menceritakan tentang Indonesia, namun
sasaran utama pembaca dari puisi ini tetaplah orang Korea. Park In-Hwan menggunakan
Indonesia sebagai objek dalam puisinya untuk memberi motivasi masyarakat Korea dalam
mempertahankan kemerdekaan. Dengan kata lain, Park In-Hwan menggunakan Indonesia
sebagai gambaran dan penyemangat untuk masyarakat Korea. Berikut adalah puisi Park In-
Hwan yang berjudul Indonesia Inminege Junen Si, beserta terjemahannya ke dalam Bahasa
Indonesia, yang diterjemahkan oleh Chung Young-Rim, selaku juru alih bahasa dalam buku
sumber yang berjudul “Puisi buat Rakyat Indonesia.” Bagian yang penulis beri garis bawah
merupakan tanda-tanda penyemangat oleh Park In-Hwan untuk masyarakat Korea dalam
mempertahankan kemerdekaan:
인도네시아 인민에게 주는 시
(박인환)
동양의 오케스트라
가메란의 반주악이 들려온다
오 약소민족
우리와 같은 식민지의 인도네시아
삼백 년 동안 너의 지원은
구미 자본주의 국가에 빼앗기고
반면 비참한 희생을 받지 않으면
구라파의 반이나 되는 넓은 땅에서
살 수 없게 되었다
그러는 사이 가메란은 미칭 듯이 울었다
PUISI BUAT RAKYAT INDONESIA
(Park In-Hwan)
Orkestra Timur
Bertalu-talu gamelan berkumandang
oh, bangsa yang tak berdaya
Indonesia yang dijajah seperti kami.
Tiga ratus tahun sumber alammu
Dirampas kapitalis Barat
Kalau tidak tertahan penderitaan
Kau tidak upaya hidup di bumi yang luas
Seluas separuh Eropa
Sementara itu gamelan berkumandang
sayu.
2 Gunawan, Rasheed. “21-7-1947: Agresi Militer Belanda I dan Politik Adu Domba.” Diakses pada Selasa, 26
April 2016, pukul 21.18 WIB, http://global.liputan6.com/read/2276105/21-7-1947-agresi-militer-i-dan-politik-
adu-domba.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
9
오란다의 58 배나 되는 면적에
오란다인은 조금도 갖지 않은 슬픔을
밀시처럼 지니고
육천칠십섬만인중 한 사람도 빛나는
남십자성은
처다보지 못하며 살아왔다
수도 바다비아 상업항 스라바야
고원분지의 중심지
반돈의 시민이여
너희들의 습성이 용서하지 않는
남을 때리지 못하는 것을 회교서 온 것만이
아니라
동인도회사가 붕괴한 다음
오란다의 식민정책 밑에 모든 힘까지도
빼앗긴 것이다
사나이는 일할 곳이 없었다
그러므로 약한 여자들은 백인 아래 눈물
흘렸다
수많은 혼혈아는 살길을 잃어 애비를
찾았으나
스라바야를 떠나는 상선은
벌써 기적을 울렸다
오란다인은 포르투갈이나 스페인처럼
사원을 만들지는 않았다
영국인처럼 은행도 세우지 않았다
토인은 저축심이 없을 뿐만 아니라
저축할 여유란 도무지 없었다
오란다인은 옛날처럼 도로를 닦고
아시아의 창고에서 임자 없는 사이
보물을 본국으로 끌고만 갔다
주거와 의식은 최저도
노예적 지위는 더욱 심하고
예날과 같은 창조적 혈액은 완전히
부패하였으나
인도네시아 인민이여
생의 광영은 그놈들의 소유만이 아니다
마땅히 요구할 수 있는 인민의 해방
세워야 할 너희들의 나라
인도네시아 공화국은 성립하였다 그런데
연립 임시 정부란 또 다시 박해다
지배권을 회복하려는 모략을 부숴라
이제는 식민지의 고아가 되면 못쓴다
전인민은 일치단결하여 스콜처럼 부서져라
국가방위와 인민전선을 위해 피를 뿌려라
Luasmu 58 kali negeri Belanda
Belanda tidak punya kesedihan
tapi, kau sedih berkepanjangan
60.730.000 juta jiwa
dalam hidupnya
tak seorang pun melihat bintang kejora
cemerlang.
Mereka yang di Bandung,
di dataran Surabaya,
di pelabuhan dagang ibu kota Betawi,
kalian tak balas dendam pada si kejam
bukan hanya karena ajaran Islam
tetapi karena kehabisan upaya
di bawah jajahan Belanda
selepas V.O.C. runtuh.
Para lelaki terus menganggur
wanita lemah berurai air mata dikuasai
orang putih
anak-anak Indo sukar hidupnya
mereka mencari ayah
tapi, kapal dagang berbunyi peluit
dan meninggalkan Surabaya.
Belanda tidak membina gereja
seperti Portugis dan Spanyol
tidak mendirikan bank seperti orang
Inggris
pribumi tak punya minat menabung
tidak punya uang juga.
Belanda membangun jalan-jalan baru
membawa ke luar harta benda ke
negaranya
dari gudang Asia tanpa izin pemiliknya.
Sandang pangan papan terburuk
hamba sahaya terpuruk
daya kreatif semula kuat menjadi tumpul
tapi rakyat Indonesia!
kemewahan bukan hanya untuk Belanda.
Kemerdekaan rakyat mesti dituntut
bangunkan negaramu
Republik Indonesia sudah berdiri,
tapi, pemerintah darurat menindas
kembali.
Hapuskan usaha mereka untuk menjajah
lagi
kini, jangan biarkan dirimu menjadi yatim
kembali di bawah penjajah.
Seluruh rakyat mesti bersatu
teruskan perjuangan membela tanah air
sebab rakyat sudah tiga ratus tahun
menderita
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
10
삼백 년 동안 받아온 눈물겨운 박해의
반응으로
너의 조상이 남겨놓은 저 야자나무의
노래를 부르며
오란다군의 기관총 진지에 뛰어들어라
제국주의의 야만적 제재는
너희뿐만 아니라 우리의 모욕
힘 있는 대로 영웅 되어 싸워라
자유와 자기보존을 위해서만이 아니고
야욕과 폭압과 비민주적인 식민정책을
지구에서
부숴내기 위해
반항하는 인도네시아 인민이여
최후의 한 사람까지 싸워라
참혹한 옛날이 지나면
피 흘린 자바섬에는
붉은 칸나꽃이 피리니
죽음의 보람은 남해의 태양처럼
조선에 사는 우리에게도 빛이려니
해류가 부딫치는 모든 육지에선
거룩한 인도네시아 인민의 내일을
축복하리라
사랑하는 인도네시아 인민이여
고대 문화의 대유적 보로부도울의 밤
평화를 울리는 종소리와 함께
가메란에 맞추어 스림피로
새로운 나라를 맞이하여라
nyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”
terjunlah ke padang perangi Belanda.
Penaklukan imperialisme yang ganas
bukan hanya kau yang terhina
kami juga turut merasa
kumpulkan kekuatan pahlawan, berjuang
terus
bukan hanya untuk kewujudan diri dari
kebebasan
tetapi jua untuk menghapus penjajah,
keganasan, dan tiadanya demokrasi di
bumi ini.
Rakyat Indonesia yang bangun menentang
berjuanglah hingga kering darahmu!
Jika sudah tiada lagi penderitaan
akan mekar bunga gandaria warna merah
di Pulau Jawa yang berdarah
pengorbanan ini
matahari di laut selatan akan memberi
sinar
kepada kami di Chosun.
Di seluruh daratan terdamparnya ombak
laut
akan merayakan hari esok
untuk rakyat Indonesia yang hebat.
Rakyat Indonesia yang kekasih
pada malam di Borobudur yang bersejarah
kedengaran bunyi lonceng kedamaian
dengan alunan palu gamelan diiringi
serimpi
Sambutlah negara baru.
PENGGUNAAN INDONESIA SEBAGAI OBJEK PENYEMANGAT
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MASYARAKAT KOREA
Untuk menggunakan Indonesia sebagai objek penyemangat masyarakat Korea dalam
mempertahankan kemerdekaan, Park In-Hwan harus terlebih dahulu mengakui keberadaan
negara Indonesia. Berdasarkan teori pengakuan yang telah dipaparkan di atas, dalam puisi
karya Park In-Hwan yang berjudul Indonesia Inminege Junen Si, terlihat bahwa Park In-
Hwan telah mengakui keberadaan Indonesia, meskipun saat itu Park In-Hwan baru mengakui
Indonesia secara de facto. Pengakuannya terhadap negara Indonesia, terlihat dalam isi
puisinya yang berjudul Indonesia Inminege Junen Si, yang berisikan tentang pemberian
semangat kepada Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Namun sebenarnya puisi tersebut ditujukan untuk menyemangati masyarakat Korea dalam
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
11
mempertahankan kemerdekaan, melalui negara Indonesia yang dijadikan sebagai
gambarannya.
Maksud dari mempertahankan kemerdekaan di sini adalah menjaga negara mereka
agar tidak terjajah kembali oleh negara lain. Namun kenyataannya terdapat dua negara yang
turut mengintervensi kemerdekaan Korea, yakni Amerika Serikat (AS) dan Rusia (Uni Soviet).
Melalui intervensi tersebut Korea tidak terjajah melalui fisik, tetapi terjajah secara politik.
Oleh karena itu Park In-Hwan ingin mengajak masyarakat Korea untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah mereka capai, dengan menggunakan Indonesia sebagai
perumpamaan. Berikut adalah tanda-tanda penyemangat oleh Park In-Hwan untuk
masyarakat Korea dalam mempertahankan kemerdekaan, pada puisi yang berjudul Indonesia
Inminege Junen Si:
“오란다인은 조금도 갖지 않은 슬픔을/밀시처럼 지니고” (Belanda tidak punya
kesedihan/tapi, kau sedih berkepanjangan) (Bait ke-3, baris ke-2 dan 3).
Pada bait ke-3, baris ke-2 dan 3 tersebut, merupakan tanda penyemangat yang pertama
oleh Park In-Hwan, dalam puisi Indonesia Inminege Junen Si. Isi pada baris tersebut seolah-
olah ditujukan untuk orang Indonesia, tetapi sebenarnya ditujukan untuk masyarakat Korea.
Layaknya Indonesia, masyarakat Korea pada saat itu pun masih mengalami penderitaan
meskipun Korea telah merdeka. Penderitaan yang dimaksud bukanlah penderitaan secara fisik,
tetapi penderitaan secara politik akibat intervensi Rusia (Uni Soviet) dan Amerika Serikat
(AS). Pada baris tersebut, terlihat bahwa Park In-Hwan ingin menyadarkan masyarakat Korea
untuk segera mangambil tindakan dan lepas dari penderitaan.
“마땅히 요구할 수 있는 인민의 해방/세워야 할 너희들의 나라/인도네시아
공화국은 성립하였다 그런데/연립 임시 정부란 또 다시 박해다/지배권을
회복하려는 모략을 부숴라/이제는 식민지의 고아가 되면 못쓴다/전인민은
일치단결하여 스콜처럼 부서져라” (Kemerdekaan rakyat mesti dituntut/bangunkan
negaramu/Republik Indonesia sudah berdiri/tapi, pemerintah darurat menindas
kembali/Hapuskan usaha mereka untuk menjajah lagi/kini, jangan biarkan dirimu menjadi
yatim kembali di bawah penjajah) (Bait ke-7).
Pada bait ke-7 mengatakan bahwa negara Indonesia telah merdeka dan berhasil berdiri
sendiri. Akan tetapi, penjajah yang tidak rela dengan kemerdekaan Indonesia tersebut,
berusaha untuk menjatuhkan dan menyerang Indonesia kembali. Pada bait puisi tersebut, Park
In-Hwan terlihat memberikan semangat kepada Indonesia untuk menghalangi para penjajah
merebut kemerdekaan yang telah Indonesia raih. Keadaan Indonesia yang diceritakan pada
bait tersebut cukup mirip dengan keadaan Korea pada masa puisi ini dibuat, yakni tahun 1947.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
12
Korea memang telah merdeka pada tahun 1945, namun setelah itu masuk pengaruh dari luar,
yaitu dari Amerika Serikat (AS) dan Rusia (Uni Soviet), yang kemudian memecah
masyarakat Korea menjadi dua kubu. Dengan kata lain Korea pada saat itu tertindas secara
politik. Pada bait tersebut tersirat harapan Park In-Hwan, yaitu mengajak masyarakat Korea
untuk menghapus segala unsur penjajahan, baik fisik maupun politik, serta mempertahankan
kemerdekaan yang telah mereka raih.
“국가방위와 인민전선을 위해 피를 뿌려라/삼백 년 동안 받아온 눈물겨운 박해의
반응으로/너의 조상이 남겨놓은 저 야자나무의 노래를 부르며/오란다군의 기관총
진지에 뛰어들어라” (Seluruh rakyat mesti bersatu teruskan perjuangan membela tanah
air/sebab rakyat sudah tiga ratus tahun menderita/nyanyikan lagu “Indonesia
Pusaka”/terjunlah ke padang perangi Belanda) (Bait ke-8).
Pada bait ke-8, terlihat jelas bahwa Park In-hwan memberikan semangat kepada
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Tanpa ungkapan yang sulit dipahami, pada
bait tersebut, dapat dikatakan Park In-Hwan memberikan semangatnya secara eksplisit. Park
In-Hwan menyarankan agar seluruh rakyat Indonesia bersatu dan terus berjuang untuk
mengusir Belanda, agar Indonesia tidak menderita lebih lama lagi. Melalui gambaran pada
bait tersebut, dapat dilihat bahwa Park In-Hwan juga ingin menyemangati masyarakat Korea
yang terpecah menjadi dua kubu supaya bersatu dan terus berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah mereka dapat, serta lepas dari campur tangan negara lain.
“제국주의의 야만적 제재는/너희뿐만 아니라 우리의 모욕/힘 있는 대로 영웅 되어
싸워라/자유와 자기보존을 위해서만이 아니고/야욕과 폭압과 비민주적인
식민정책을 지구에서/부숴내기 위해/반항하는 인도네시아 인민이여/최후의 한
사람까지 싸워라” (Penaklukan imperialisme yang ganas/bukan hanya kau yang terhina,
kami juga turut merasa/kumpulkan kekuatan pahlawan, berjuang terus/bukan hanya untuk
kewujudan diri dari kebebasan/tetapi jua untuk menghapus penjajah/ keganasan, dan
tiadanya demokrasi di bumi ini/Rakyat Indonesia yang bangun menentang/berjuanglah
hingga kering darahmu!) (Bait ke-9).
Dalam bait ke-9, Park In-Hwan menyarankan agar seluruh rakyat Indonesia berjuang
hingga titik darah penghabisan untuk mempertahankan kemerdekaan serta melawan penjajah.
Jikalau bisa tidak hanya mengusir, tetapi hingga menghapus penjajah dari tanah Indonesia.
Dari interpretasi penulis terhadap isi bait tersebut, Park In-Hwan juga menginginkan agar
masyarakat Korea terus berjuang mempertahankan kemerdekaan hingga titik darah
penghabisan dan menghapus segala bentuk penjajahan dari negara mereka.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
13
“조선에 사는 우리에게도 빛이려니/해류가 부딫치는 모든 육지에선/거룩한
인도네시아 인민의 내일을 축복하리라” (Matahari di laut selatan akan memberi sinar
kepada kami di Chosun/Di seluruh daratan terdamparnya ombak laut akan merayakan
hari esok /untuk rakyat Indonesia yang hebat) (Bait ke-10, baris ke-5, 6, 7).
Pada bait ke-10 tersebut terdapat sebuah tanda yang menunjukkan bahwa puisi
Indonesia Inminege Junen Si memang dibuat untuk masyarakat Korea. Hal tersebut
ditunjukan pada kalimat “조선에 사는 우리에게도 빛이려니” (Joseone sanen uriegedo
bichiryeoni) yang berarti matahari di laut selatan akan memberi sinar kepada kami di Chosun.
Pada kalimat itu tersirat bahwa Indonesia yang merdeka kelak dapat dijadikan contoh oleh
negara Korea dalam hal mempertahankan kemerdekaan. Setelah berhasil mencapai
kemerdekaan, Korea masih harus berjuang kembali layaknya Indonesia dengan situasi yang
diceritakan pada puisi Indonesia Inminege Junen Si. Korea harus berjuang kembali supaya
lepas dari penjajah. Penjajah yang dimaksud di sini, bukanlah penjajah yang menjajah secara
fisik, tetapi penjajah yang menjajah politik pemerintahan Korea. Penjajah yang dimaksud
adalah Amerika Serikat (AS) dan Rusia (Uni Soviet), yang mampu memecah Korea menjadi
dua kubu. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan bahwa kemerdekaan Korea pada masa
itu diintervensi oleh negara lain:
“... 해방을 맞이한 후에 새롭게 건설해야 하는 독립국가의 성격을 둘러싸고
한민족은 좌익과 우익으로 나누어져 서로 대립하였다. 한민족은
국제사회로부터 민족 해방의 주체로 인정받지 못했기 때문에 북위 38 도선을
경제로 북쪽은 소련군이, 남쪽은 미군이 주둔하여 3 년간의 군정 통치를 받을
수밖에 없었다. 1946 년 이후 임시로 정해 놓은 38 도선은 점점 더 넘기 어려운
벽이 되었으며, 마침내 1948 년에는 남과 북이 각기 이념을 달리하는 독자적인
정부를 설립하기에 이르렀다. ... “ (이선이, 김현양, 채호석: 2012, 98)3.
“… Setelah masa kemerdekaan, Korea yang harusnya membangun negara dengan
sifat-sifat kemerdekaan, terbagi menjadi dua kubu yang saling berlawanan, yaitu
golangan kanan dan golongan kiri. Karena saat itu kemerdekaan Korea belum diakui
secara internasional, mau tidak mau Korea Utara menerima pemerintahan oleh Rusia
(Uni Soviet) dan Korea Selatan menerima pemerintahan oleh Amerika Serikat (AS),
yang kemudian menjadikan garis lintang 38° sebagai garis pemisah antara utara dan
selatan. Setelah tahun 1946, garis lintang 38° tersebut semakin lama menjadi tembok
yang sulit untuk dilewati. Akhirnya pada tahun 1948, Korea Utara dan Korea Selatan
membangun pemerintahannya masing-masing, dengan ideology yang tentunya
berbeda. …” (Lee Seon-ui, Kim Hyeon-yang, Chae Ho-seok: 2012, 98).
Jadi dapat dikatakan bahwa sebelum masa puisi ini dibuat, yakni tahun 1947,
perseteruan antara warga Korea sudah muncul ke permukaan. Perseteruan tersebut terjadi
karena perbedaan pandangan ideologi oleh Rusia (Uni Soviet) dan Amerika Serikat (AS),
yang mampu memecah masyarakat Korea menjadi dua kubu. Pada tahun 1947, Indonesia
3이선이, 김현양, 채호석. (2012). 한국인을 위한 한국문학사. 한국: 한국문학사 (Lee Seon-ui, Kim Hyeon-
yang, Chae Ho-seok. (2012). A History of Korean Literature. Korea: Hanguk Munhaksa).
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
14
adalah negara yang telah merdeka dari kolonial Belanda. Akan tetapi, pada saat itu Belanda
masih belum rela atas kemerdekaan Indonesia. Akibat ketidakrelaannya tersebut, Belanda
berusaha kembali untuk merebut Indonesia, dengan melancarkan serangan udara ke berbagai
daerah di Indonesia. Hal tersebut tentu membuat negara Indonesia harus mempertahankan
kemerderdekaan yang telah didapat. Meskipun pada saat itu rakyat Indonesia melawan
serangan militer Belanda dengan senjata dan teknologi yang minim, rakyat Indonesia tetap
berjuang dan bersatu hingga titik darah penghabisan, karena rakyat Indonesia tidak ingin
kemerdekaannya diambil dan ditindas kembali oleh kaum penjajah4.
Dengan melihat gambaran tentang Indonesia pada tahun 1947 dan bait ke-10, pada
baris 5, 6 dan 7 tersebut, tersirat bahwa Park In-Hwan menginginkan masyarakat Korea
mencontoh perjuangan dan semangat rakyat Indonesia yang tidak pernah padam dalam
melawan penjajah. Selain itu Park In-Hwan juga menginginkan agar masyarakat Korea
bersatu. Apabila Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau namun rakyatnya mampu
menjadi satu, maka dapat menjadi harapan pula bahwa Korea yang lebih kecil dari Indonesia
pun juga bisa bersatu.
“평화를 울리는 종소리와 함께/가메란에 맞추어 스림피로/새로운 나라를
맞이하여라” (Kedengaran bunyi lonceng kedamaian/dengan alunan palu gamelan
diiringi serimpi/Sambutlah negara baru) (Bait ke-11, baris ke-3, 4, 5).
Pada bait ke-11, di baris ke 3, 4 dan 5, Park In-Hwan seakan-akan merasa sangat
optimis bahwa Indonesia akan berhasil mempertahankan kemerdekaannya. Pada kalimat
terakhir, tertulis ”새로운 나라를 맞이하여라” (Saeroun narareul majihayeora) yang berarti
sambutlah negara baru. Negara baru yang dimaksud adalah negara yang bebas, yang hanya
milik rakyat Indonesia, tanpa adanya lagi unsur penjajahan. Secara tersirat kalimat pada baris
tersebut juga ditujukan untuk masyarakat Korea, karena pada saat itu masyarakat Korea masih
mengalami perseteruan karena terciptanya dua kubu. Sehingga dapat dikatakan baris tersebut
merupakan harapan Park In-Hwan, supaya kelak Korea juga dapat menyambut negara baru
yang damai tanpa unsur penjajahan.
4 “Peristiwa Heroik 29 Juli 1947,” diakses pada Senin, 25 April 2016, pukul 16.05 WIB, http://tni-
au.mil.id/content/peristiwa-heroik-29-juli-1947.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
15
ALASAN PARK IN-HWAN MENGGUNAKAN INDONESIA SEBAGAI OBJEK
PUISINYA
Park In-Hwan merupakan seorang penyair, yang isi puisinya menggambarkan fantasi
serta situasi yang berada di luar negeri, dengan tujuan untuk menemukan dan memberikan
solusi agar dapat menangani masalah-masalah yang sedang dialami oleh negaranya saat itu.
Park In-Hwan menggunakan negara Indonesia sebagai objek puisinya karena Indonesia
nasibnya tidak jauh berbeda dengan Korea. Puisi Indonesia Inminege Junen Si adalah puisi
yang ditulis pada tahun 1947. Pada saat yang sama puisi tersebut dibuat, Indonesia masih
harus berjuang kembali akibat serangan Belanda yang tidak rela apabila Indonesia telah
merdeka. Meski puisi tersebut menceritakan tentang Indonesia, tetapi sasaran pembaca yang
sesungguhnya dari puisi itu adalah masyarakat Korea.
Dibalik puisi yang isinya memberikan semangat kepada Indonesia untuk
mempertahankan kemerdekaan dan melawan penjajah, terdapat sebuah pesan tersirat bahwa
negara Korea masih harus berjuang kembali layaknya Indonesia, untuk mempertahankan
kemerdekaannya. Ketika itu kemerdekaan yang telah diraih oleh Korea dapat dikatakan masih
belum seutuhnya. Maksud dari ‘belum merdeka seutuhnya’ adalah Korea setelah lepas dari
kolonial Jepang, rakyatnya masih belum menyatu untuk mendirikan negara Korea yang
sejahtera. Hal tersebut karena masuknya pengaruh Amerika Serikat (AS) dan Rusia (Uni
Soviet), yang menyebabkan rakyat Korea menjadi dua kubu. Berikut adalah kutipan artikel
yang ditulis oleh Kim Bae-Gyeom, mengenai pesan tersirat dari puisi Indonesia Inminege
Junen Si :
“1947 년에 썼다는 이 시는 서사와 주제의 깊이가 훌륭한데 마치 80 년내의
빼어난 민중시나 저항시를 읽는 듯하다. 이 작품이 창작된 배경이 궁금해서 자료를
보았다. 인도네시아를 소재로 썻지만 사실은 해방정국에 미국과 소련이 개임해 있는
한국의 정황을 인도네시아의 상황을 통해 환기하내고 있다. 창작자는 내심으로 진정한
한반도의 해방은 인도네시아의 해방처럼 진정으로 이루어지지 않았다는 것과, 진정한
해방을 위해서는 반제국 인민무력투쟁도 가능하다는 것을 암시하고 있다”.... (김배겸)5.
“Puisi ini (Indonesia Inminege Junen Si) adalah puisi yang ditulis pada tahun 1947,
yang memiliki tema serta makna mendalam, sama seperti ketika membaca puisi rakyat yang
hebat pada tahun 1980-an. Karena saya merasa penasaran terhadap latar belakang puisi
tersebut saya mencoba mencari tahu. Pada puisi tersebut memang menceritakan tentang
Indonesia, akan tetapi sebenarnya melalui situasi Indonesia, ingin menceritakan kemerdekaan
Korea yang sebenarnya masih diintervensi oleh AS (Amerika Serikat) dan Uni Soviet (Rusia).
Park In-Hwan secara diam-diam menyiratkan bahwa Korea masih belum meraih kemerdekaan
5김백겸 “신화와 현실의 경계를 산 명동백작 박인환.” (Kim Baek-Gyeom “Sinhwawa Hyeonsireui
Gyeonggyerel San Myeongdongbekjak”). Diakses pada Selasa, 08 Maret 2016, pukul
10.22WIB,http://www.washingtonmunhak.com/xe/index.php?mid=book2&document_srl=38859&sort_index=e
xtra_vars1&order_type=desc.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
16
seutuhnya sama seperti Indonesia, dan Ia menyarankan untuk memperkuat tentara rakyat dan
berjuang agar bisa mengusir penjajah” .... (Kim Bae-Gyeom).
Pada kutipan artikel di atas, disebutkan bahwa dibalik isi puisinya tentang dukungan
kepada negara Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, terdapat sebuah pesan tersirat.
Pesan tersebut yaitu bahwa negara Korea pada saat itu masih belum merdeka secara utuh. Hal
tersebut karena pengaruh dari dua paham yang berbeda dari Amerika Serikat (AS) dan Rusia
(Uni Soviet) yang mengakibatkan rakyat Korea pada masa itu terpecah menjadi dua kubu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai
objek puisinya karena kemiripan situasi antara Indonesia dan Korea, yang setelah berhasil
meraih kemerdekaan, masih harus berjuang kembali untuk mempertahankan kemerdekaan
dari penjajah. Park In-Hwan menjadikan Indonesia sebagai contoh untuk memberikan rasa
semangat kepada masyarakat Korea untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah mereka
raih serta lepas dari campur tangan negara lain.
KESIMPULAN
Puisi karya Park In-Hwan yang berjudul Indonesia Inminege Junen Si, adalah sebuah
puisi yang berisikan tentang Park In-Hwan yang ingin memberikan motivasi kepada
masyarakat Korea untuk mempertahankan kemerdekaan, dengan menjadikan negara
Indonesia sebagai gambarannya. Park In-Hwan menjadikan Indonesia sebagai objek puisinya
karena kemiripan situasi yang dialami antara Indonesia dan Korea, pada tahun puisi tersebut
dibuat. Dalam puisi Indonesia Inminege Junen Si, memang banyak diceritakan tentang
Indonesia. Akan tetapi, sasaran utama pembaca puisi tersebut tetaplah masyarakat Korea.
Dalam puisi tersebut terdapat suatu pesan tersirat, bahwa pada saat itu meskipun negara Korea
telah merdeka, tetapi mereka masih belum merdeka seutuhnya. Maksud ‘belum merdeka
seutuhnya’ adalah rakyat Korea masih belum bersatu untuk membangun negara mereka.
Mereka terbagi menjadi dua kubu karena pengaruh masuknya dua paham yang berbeda dari
Amerika Serikat (AS) dan Rusia (Uni Soviet). Sehingga negara Korea harus berjuang kembali
sama halnya dengan rakyat Indonesia pada era tersebut serta mempertahankan kemerdekaan
dari serangan dan campur tangan negara lain.
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
17
DAFTAR PUSTAKA
Korpus
Chung, Young Rim, dan Sapardi Djoko Damono (ed). (2007). Puisi buat Rakyat Indonesia: Kumpulan Puisi 25
Penyair Korea. Jakarta: Korean Literature Translation Institute (KLTI) dan Yayasan Obor
Indonesia.
Sumber Buku
이선이, 김현양, 채호석. (2012). 한국인을 위한 한국문학사. 한국: 한국문학사 (Lee Seon-Ui, Kim Hyeon-
Yang, Chae Ho-Seok. (2012). A History of Korean Literature. Korea: Hanguk Munhaksa).
최명숙. (2013). 문학과 글. 한국: 푸른사상. (Choi Myeong-Suk. (2013). Literature and Writing. Korea:
Prunsasang).
Adolf, Huala. (2002). Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Budianta, Melani, dkk. (2006). Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chung, Young Rim, dan Sapardi Djoko Damono (ed). (2007). Puisi buat Rakyat Indonesia: Kumpulan Puisi 25
Penyair Korea. Jakarta: Korean Literature Translation Institute (KLTI) dan Yayasan Obor
Indonesia.
Pradopo, Rachmat Djoko. (1990). Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik.
Yogyakarta: Gajah Mada Univerity Press.
Santosa, Puji. (2013). Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra (Edisi Revisi). Bandung: CV Angkasa.
Short, T. L. (2007). Peirce’s Theory of Signs. New York: Cambridge University Press.
Wicaksono, Andri. (2014). Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya. Yogyakarta:
Garudhawaca.
Sumber Jurnal
Fachri, Yuli. (2003). Politik Pengakuan dalam Hukum Internasional. Jurnal Antar Bangsa Vol. 2 No. 2.
Soemantri, Gumilar Rusliwa. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, NO.2:
57-65. hlm. 58.
Rafiek, M. (2011). Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Sumber Internet
김백겸. “신화와 현실의 경계를 산 명동백작 박인환.” (Kim Baek-Gyeom. “Sinhwawa Hyeonsireui
Gyeonggyerel San Myeongdongbekjak”). Diakses pada Selasa, 08 Maret 2016, pukul 10.22 WIB.
<http://www.washingtonmunhak.com/xe/index.php?mid=book2&document_srl=38859&sort_inde
x=extra_vars1&order_type=desc>
Gunawan, Rasheed. “21-7-1947: Agresi Militer Belanda I dan Politik Adu Domba.” Diakses pada Selasa, 26
April 2016, pukul 21.18 WIB.
<http://global.liputan6.com/read/2276105/21-7-1947-agresi-militer-i-dan-politik-adu-domba>
“Peristiwa Heroik 29 Juli 1947.” Diakses pada Senin, 25 April 2016, pukul 16.05 WIB.
<http://tni-au.mil.id/content/peristiwa-heroik-29-juli-1947>
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016
18
“Sejarah Hubungan Diplomatik antara Korea-Indonesia.” Diakses pada Senin, 07 Maret 2016, pukul 09.35 WIB.
<http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp>
Analisis penggunaan ..., Yanuar Mahendra Raharjo, FIB UI, 2016