Upload
hoangminh
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH DALAM KONTEKS
KEPERAWATAN PADA JEMAAT GEREJA HKBP PASAR MINGGU RESSORT
PASAR MINGGU
TESIS
SENANDUNG TUA RAVIKA HUTABARAT
1006748892
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEPOK
JULI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH DALAM KONTEKS KEPERAWATAN PADA JEMAAT GEREJA
HKBP PASAR MINGGU RESSORT PASAR MINGGU
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Keperawatan
SENANDUNG TUA RAVIKA HUTABARAT 1006748892
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEPOK
JULI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bapa yang bertahta di Surga untuk segala berkat dan
anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan tesis “Analisis faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dalam konteks keperawatan pada
jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu”.
Terselesainya laporan tesis ini tidak lepas dari arahan dan bimbingan
pembimbing, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Krisna Yetti, SKp., M.App.Sc selaku
pembimbing I dan Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS selaku pembimbing II
untuk bimbingan dan arahannya sehingga laporan tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini juga, peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Tuti Herawati, SKp, MN. selaku penguji yang telah banyak memberi
masukan kepada peneliti
4. Rita Herawati SKp, MKep. selaku penguji yang telah banyak memberi
masukan kepada peneliti
5. Staf akademik dan staf non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
6. Pendeta Ressort HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu beserta
jajarannya yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian
7. Dr. Sandri Manalu selaku penanggung jawab balai pengobatan gereja Pasar
Minggu beserta dokter dan bidan yang aktif di balai pengobatan yang yang
telah memfasilitasi dan mendukung selama proses penelitian
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa magister keperawatan angkatan 2010
khususnya program Medikal Bedah yang memberikan motivasi dan sebagai
teman diskusi dalam penyusunan laporan tesis
9. Keluargaku tercinta yang setia memberikan dukungan selama proses
pendidikan hingga penyelesaian laporan tesis
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
vi
10. Keluarga besar Akper Fatmawati yang memberikan dukungan selama proses
pendidikan hingga penyelesaian laporan tesis
11. Semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan laporan tesis ini.
Menyadari keterbatasan sebagai manusia, peneliti menyadari bahwa laporan tesis
ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti
mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun demi perbaikan yang akan
datang.
Jakarta, Juli 2012
Peneliti
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
viii
ABSTRAK
Senandung Tua Ravika Hutabarat Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Medikal Bedah FIK UI
Analisis faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh dalam konteks keperawatan pada jemaat HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu Delapan puluh persen kematian penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan kematian yang tidak diketahui bahwa sebelumnya penderita mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini adanya risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, memperkirakan tingkat risiko sehingga dapat dikaji lebih lanjut, dimonitoring dan diberikan intervensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah responden 72 orang. Uji statistik yang digunakan adalah mutivariat regresi logistik ganda. Hasil analisis didapatkan bahwa faktor riwayat keluarga dan hipertensi berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dimana faktor dominan adalah hipertensi (OR=22,76). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan perawat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam mendeteksi tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan memberikan pendidikan kesehatan untuk mengendalikan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Kata kunci: faktor risiko, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, perawat, tingkat risiko,
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
ix
ABSTRACT
Senandung Tua Ravika Hutabarat
Master of Nursing, specialization in Medical Surgical Nursing, Faculty of Nursing, UI
Risk factor analysing of cardiovascular disease in Nursing at Community of Church of HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Eighty percent of mortality of cardiovascular disease is an unknown mortality previously that people with cardiovascular disease. Therefore it is necessary for early detection of the riskness of cardiovascular disease, estimating the level of risk, monitoring and nursing intervention. This study aims to determine the association between risk factors and the level of riskness of cardiovascular disease. The type of research is cross sectional design with 72 respondents. The finding of the study showed that there is significant associated between result of family history, hypertension and level of riskness of cardiovascular disease and concludes that hypertension was the most predominant factor related to level of riskness of cardiovascular disease (OR=22,76). Based on the study, it is suggested that nurses need to improve their knowledge and skill in detection of the riskness of cardiovascular disease and providing heath education to prevent risk factor. Key words: cardiovascular disease, family history, hypertension, level of riskness, nurse
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I SURAT PERNYATAAN.................................................................................. Ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. Iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... Iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... V HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... Vii ABSTRAK........................................................................................................ viii ABSTRACT ....................................................................................................... Ix DAFTAR ISI .................................................................................................... X DAFTAR TABEL ............................................................................................ Xi DAFTAR SKEMA ........................................................................................... Xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... Xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 11 2.2 Faktor Risiko ...................................................................... 12 2.2.1 Faktor Predisposisi.............................................................. 13 2.2.2 Faktor Gaya Hidup.............................................................. 14 2.2.3 Faktor Biomedikal 21 2.3 Skoring Tingkat Risiko....................................................... 24 2.4 Strategi Pencegahan............................................................ 26 2.5 Peran Perawat dalam Pencegahan....................................... 27 2.6 Kerangka Teori 30
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ............................................................... 31 3.2 Hipotesis ............................................................................. 32 3.3 Definisi Operasional ........................................................... 33
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ................................................................ 36 4.2 Populasi dan Sampel .......................................................... 36 4.3 Tempat Penelitian................................................................ 37 4.4 Waktu Penelitian................................................................. 37 4.5 Etika Penelitian .................................................................. 37 4.6 Alat pengumpul data ......................................................... 38 4.7 Prosedur Pengumpulan Data.............................................. 39 4.8 Pengolahan dan Analisis Data 42
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
xi
4.8.1. Pengolahan Data ................................................................ 42 4.8.2. Analisis Data....................................................................... 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat ............................................................... 45 5.2 Analisis Bivariat ................................................................. 48 53
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 6.1.1 Distribusi faktor risiko........................................................ 59 6.1.2 Hubungan umur dan jenis kelamin dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah................................ 61
6.1.3 Hubungan riwayat keluarga dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah................................
62
6.1.4 Hubungan merokok dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah...............................................
63
6.1.5 Hubungan pola makan tidak sehat dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah................................
64
6.1.6 Hubungan minum alkohol dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah...............................................
65
6.1.7 Hubungan kurang aktivitas fisik dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah................................
65
6.1.8 Hubungan obesitas dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah............................................................
66
6.1.9
Hubungan dislipidemia dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah...............................................
66
6.1.10 Hubungan hipertensi dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah...............................................
67
6.1.11 Hubungan diabetes melitus dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah..............................................
68
6.1.12. Faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah................................
69
6.2. Keterbatasan Penelitian...................................................... 69 6.3 Implikasi Penelitian............................................................ 70 6.3.1 PelayananKeperawatan ...................................................... 70 6.3.2 Ilmu Keperawatan ............................................................. 70 6.3.3. Pelayanan Kesehatan Gereja.............................................. 70
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ............................................................................ 71 7.2 Saran .................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.2.2.2. Kandungan Lemak Pada Makanan ....................................... 16 Tabel 2.2.3.1. Klasifikasi Kadar Lipid ....................................................... 21 Tabel 2.4. Intervensi Risiko .................................................................. 27 Tabel 3.3. Definisi Operasional ............................................................ 33 Tabel 5.1.1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur ........... 45 Tabel 5.1.2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan .................... 46 Tabel 5.1.3. Distribusi karakteristik berdasarkan faktor risiko ................. 47 Tabel 5.2.1. Rangkuman hasil uji normalitas .......................................... 48 Tabel 5.2.2. Hubungan variabel bebas dengan terikat .............................. 49 Tabel 5.3.1. Rangkuman hasil analisis bivariat ........................................ 53 Tabel 5.3.2. Pemodelan tahap 1 ............................................................... 54 Tabel 5.3.3. Pemodelan tahap 2 ............................................................... 55 Tabel 5.3.4. Pemodelan tahap 3 ............................................................... 56 Tabel 5.3.5. Pemodelan tahap 4 ............................................................... 56 Tabel 5.3.6. Pemodelan tahap 5 ............................................................... 57 Tabel 5.3.7. Model akhir ........................................................................ 58
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
xiii
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.2. Skema Skoring WHO/ISH ................................................... 25 Skema 2.6. Kerangka Teori......................................................................... 30 Skema 3.1. Konsep Penelitian ................................................................ 31 Skema 4.7.3 Pengumpulan Data ................................................................ 42
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Lembar Hasil Pengukuran Lampiran 5 : Lembar Pengukuran Berisiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Lampiran 6 : Lembar Skoring Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
WHO/ISH Lampiran 7 : Prosedur Pengisian Kuesioner dan Pengukuran Lampiran 8 : Uji Etik Penelitian FIK UI Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian FIK UI Lampiran 10 : Daftar riwayat hidup peneliti
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan serta manfaat penelitian.
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung
dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini
terdiri dari penyakit jantung koroner, cerebrovascular disease, hipertensi,
peripheral arterial disease, penyakit jantung rheumatik, penyakit jantung bawaan,
gagal jantung, trombosis vena dalam (Brown, 2010 & Greenawalt, 2008).
Berdasarkan laporan Global atlas on cardiovascular disease prevention and
control World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, penyakit jantung
dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian dan kecatatan nomor satu di
dunia dan angka kematian penyakit ini akan terus bertambah. Pada tahun 2008
kematian akibat penyakit jantung pembuluh darah sebesar 17,3 juta orang dan
diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 23, 6 juta.
Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah juga menjadi penyebab
kematian utama. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007
memperlihatkan penyakit jantung dan pembuluh darah yang terdiri dari stroke,
hipertensi, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung lainnya merupakan
penyabab kematian utama pada semua umur dan angka kejadian mencapai 31, 9
% angka kematian di Indonesia (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
Menurut Libby, Bonow, Mann, Zipes, dan Braunwald (2008), 80 % kematian
penyakit jantung dan pembuluh darah tersebut merupakan kematian yang tidak
diketahui bahwa sebelumnya penderita mengalami penyakit jantung dan
pembuluh darah. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini adanya risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah melalui deteksi faktor risiko,
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
memperkirakan tingkat risiko sehingga dapat dikaji lebih lanjut, dimonitoring dan
diberikan intervensi yang tepat (Marteau-Kinmonth, 2002; Libby et al., 2008;
Sobbry, 2011).
Hal yang sama dengan Kemenkes RI Ditjen PP & PL (2011), Billy et al. (2008),
Marteau-Knimonth dan Sobbry (2002) menyatakan salah cara untuk
mengendalikan penyakit jantung dan pembuluh darah adalah dengan
mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini faktor risiko serta penanganan
faktor risiko tersebut. Perawat yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan mempunyai peranan dalam pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah yaitu dengan mendeteksi faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dan memprediksi risiko sehingga dapat diberikan intervensi yang
tepat (Halcomb, Davidson, Yallop, Griffiths, & Daly, 2007).
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah menurut Libby et al. (2008)
terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis
kelamin, dan riwayat penyakit keluarga. Sementara faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah merokok, dislipidemia, tekanan darah tinggi, obesitas,
alkohol, pola makan, dan kurang aktivitas fisik.
Faktor risiko tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga berdasarkan proses
patofisiologinya yaitu faktor predisposisi, gaya hidup, dan biomedikal. Faktor
predisposisi yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, faktor gaya hidup
yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat, minum alkohol, kurang aktivitas,
obesitas, serta faktor risiko biomedikal yaitu dislipidemia, hipertensi, dan diabetes
melitus.
Jenis kelamin merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut World Heart Federation (2012), risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah lebih besar pada laki-laki daripada perempuan akan tetapi perempuan post
menopause mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah (Macleod & Mcnally, 2008). Menurut Ditjen PP & PL
Kemenkes RI (2011), adanya riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung
dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki penyakit jantung
dan pembuluh darah.
Merokok adalah faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah utama yang
dapat diperbaharui (Rehill, Beck, Yeo, & Yeo, (2006). Menurut Mahan &
Escott-Stump (2008), merokok menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalan
darah, meningkatkan kadar trigliserida dan LDL, serta menurunkan kadar HDL
sehingga berisiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut
Libby et al (2008), merokok satu batang saja sehari meningkatkan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Pola makan tidak sehat adalah pola makan yang mengandung kalori, lemak,
protein, garam yang tinggi akan tetapi rendah serat. Menurut Ditjen PP & PL
Kemenkes RI (2010), yang dimaksud dengan pola makan tidak sehat adalah
makan makanan asin ≥ 1 kali/hari, makan makanan tinggi lemak ≥ 1 kali/hari,
makan makanan/minumam manis ≥ 1 kali/hari, kurang sayur (makan sayur < 2
kali (porsi)/hari, kurang buah (< 3kali (porsi)/hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hu, Manson, dan Willett pada tahun 2001,
terdapat hubungan mengonsumsi lemak dengan kejadian penyakit jantung koroner
(WHO, 2007). Konsumsi lemak yang tinggi (lebih dari 1/3 total kalori) akan
meningkatkan saturasi lemak dalam darah (Kasim-Karakas et al. dalam WHO,
2007). Penelitian yang sama yang dilakukan Hooper et al. (2001), terdapat
hubungan angka kejadian dan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah
dengan konsumsi lemak (WHO, 2007).
Konsumsi garam yang berlebih menjadi faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stamler et al. Pada
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
tahun 1991 bahwa peningkatan konsumsi garam menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan menyebabkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah (WHO, 2007). Pernyataan yang sama dengan Libby et al. (2008), konsumsi
garam yang tinggi akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.
Konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan penyakit jantung dan
pembuluh darah melalui mikronutrisi, antioksidan, flavonoid, serat dan kalium
yang terdapat pada buah-buahan dan sayuran (WHO, 2007). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Radhika, Sudha, Mohan Sathya, Ganesan, &
Mohan (2008) peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran setiap hari
menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga jika tidak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran akan meningkatkan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Kurang aktivitas fisik merupakan aktivitas sehari-hari yang ringan seperti berdiri,
berjalan pelan, mengangkat benda ringan, naik beberapa tangga tanpa melakukan
olahraga (jalan kaki, joging, lari, lari di tempat, bulu tangkis, sepak bola,
berenang, senam, sepeda) dengan lama olahraga minimal 30 menit/hari, dan
frekuensi 3 hari/minggu (Kusmana, 2006 & Physical Activity Guidelines for
Americans, 2009). Menurut laporan Wei et al dalam Brown (2010); Blair et al.
(1989); Dubbert et al. (2002; Farrell et al. (1998) dan Wannamethee & Shaper
(2001) diketahui bahwa kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah dan menyebabkan kematian pada semua kasus
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Minum alkohol merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
(Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2010). Menurut Libby et al. (2008) minum
alkohol dua kali sehari akan menyebabkan risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah akan tetapi jika diminum frekuensi 2-7 sekali dalam seminggu maka akan
menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut Klatsky
(2009), alkohol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
jika diminum lebih dan sama dengan tiga kali sehari sesuai dengan ukuran
standar.
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang berlebih dengan indeks masa
tubuh ≥ 27 Kg/m2 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan penelitian
studi kasus Framingham Heart Study pada tahun 2002 obesitas menjadi faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Pernyataan yang sama menurut
Wannamethee & Shaper pada tahun 2001 terdapat saling keterkaitan antara
obesitas dengan risiko peningkatan penyakit jantung koroner, hipertensi, angina,
stroke, diabetes dan merupakan beban mayor pada kesehatan jantung dan
pembuluh darah.
Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah. Peningkatan kadar kolesterol dan peningkatan kolesterol LDL serta
penurunan kadar HDL berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh
darah (Girard-Mauduit, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Chobanian et al., 2003). Peningkatan tekanan
darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hasil
penelitian Framingham Heart Study menunjukkan bahwa tekanan darah sisitolik
130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali dibandingkan dengan tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2010).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Price, 2006). Menurut Bonow dan Gheorghiade (2004), penyakit
jantung dan pembuluh darah akan meningkat menjadi 2 sampai 4 kali pada
penderita diabetes melitus.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Menurut Libby et al. (2008), seseorang akan berisiko penyakit jantung dan
pembuluh darah jika terpapar dengan salah satu faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Perkiraan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
dapat dilakukan dengan menskoring risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Skoring tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah menghitung
faktor risiko dan memperkirakan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah
dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan. Pada
saat ini banyak metode yang digunakan untuk menskoring tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah. Rekomendasi WHO (2007) untuk skoring tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada Asia Tenggara adalah skoring
menggunakan skema World Health Organization International Society for
Hypertension (WHO/ISH). Skoring ini memprediksi tingkat risiko penyakit
jantung dalam kurun waktu 10 tahun dan bertujuan sebagai pendekatan intervensi
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Gereja Pasar Minggu adalah suatu komunitas yang mempunyai pelayanan
kesehatan berupa balai pengobatan umum yang disebut sebagai klinik gereja yang
dibuka untuk jemaat setiap hari Sabtu dan Minggu dimana tenaga kesehatan
dalam pelayanan ini terdiri dari dokter, bidan, dan perawat. Selain pengobatan,
klinik tersebut memberikan pelayanan promosi dan pencegahan penyakit dengan
pelayanan senam pagi setiap sabtu dan pelayanan ini sudah berlangsung pada
tahun 2010. Akan tetapi berdasarkan Laporan Kerja Statistik dan Keuangan
tahun 2011 Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu pada tahun 2011
terdapat 41,7 % kematian dari jumlah total kematian pada tahun 2011di gereja
HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu merupakan akibat penyakit jantung
dan pembuluh darah (cerebrovascular disease dan penyakit jantung koroner).
Oleh karena itu perlu deteksi dini adanya penyakit jantung dan pembuluh darah
melalui deteksi faktor risiko dan skoring tingkat risiko penyakit jantung sehingga
dapat mengurangi angka kejadian dan kematian penyakit jantung dan pembuluh
darah karena. Dalam hal ini, perawat yang merupakan bagian integral dari tenaga
kesehatan mempunyai peran dalam deteksi faktor risiko penyakit jantung dan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
pembuluh darah untuk menurunkan angka kematian dan kejadian penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Berdasarkan data klinik gereja, ditemukan adanya distribusi faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah yaitu faktor biomedikal penyakit jantung dan
pembuluh (hipertensi sebesar 23, 2 %, dislipidemia 13, 4 %, diabetes melitus
sebesar 12, 3 %) dan berdasarkan hasil survei dengan wawancara dan pengisian
kuisioner pada tanggal 22 April 2012 terhadap 45 jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu yang berumur 40 tahun ke atas, terdapat faktor
gaya hidup kurang sehat yang tinggi yaitu kurang malakukan aktivitas fisik
(tidak melakukan olahraga tiga kali seminggu) sebesar 77, 78 %, makan makanan
asin setiap hari sebesar 66,76 %, makan makanan berlemak setiap hari (55,56 %),
konsumsi buah kurang dari 3 porsi setiap hari sebesar 75,56 %, konsumsi sayuran
kurang dari dua kali sehari sebesar 66,67 %, makan dan minum yang manis
sebesar 80 %, merokok sebesar 28 % dan riwayat merokok 9 %. Selain itu
ditemukan juga faktor predisposisi yang tinggi yaitu riwayat keluarga dimana
dari 45 responden terdapat 20 % yang mempunyai riwayat keluarga (orang tua)
menderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
Mengingat tingginya angka kematian penyakit jantung dan pembuluh darah pada
jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu dan terdapat distribusi
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (gaya hidup yang tidak sehat,
faktor biomedikal, dan faktor predisposisi) dapat dikategorikan menjadi kelompok
yang berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah dan belum
diketahuinya angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga
diperlukan suatu upaya penanganan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung
dan pembuluh darah. Oleh karena itu perawat yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan mempunyai peranan untuk melakukan pencegahan
primer dan sekunder terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu
dengan mendeteksi faktor risiko, melakukan skoring tingkat risiko serta
memberikan intervensi pencegahan yang tepat pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
1.2. Rumusan Masalah
Tingginya angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi
masalah kesehatan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini dan menjadi beban
ganda penyakit dimana masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani,
penyakit tidak menular semakin meningkat diantaranya penyakit jantung dan
pembuluh darah. Oleh karena itu diperlukan upaya dalam mengatasi masalah
tersebut dan perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai peranan
dalam mengatasi masalah tersebut. Peran perawat sebagai tindakan promotif dan
preventif adalah dengan mengendalikan faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah melalui deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah di masyarakat dan melakukan skoring tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah serta memberikan edukasi dan konsultasi untuk mencegah
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Salah satu komunitas yang berisiko tinggi mempunyai risiko penyakit jantung
dalam pembuluh darah adalah jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian penyakit jantung dan
pembuluh darah, tingginya faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
baik faktor predisposisi, gaya hidup, dan faktor biomedikal dan sampai saat ini
belum diketahui penelitian terkait analisis faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
dan perawat mempunyai peranan yang penting dalam usaha pencegahan penyakit
tersebut maka peneliti ntertarik meneliti faktor-faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada jemaat HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengidentifikasi :
1.3.2.1. Karakterisistik responden (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan).
1.3.2.2. Faktor risiko (jenis kelamin dan umur, riwayat keluarga, merokok, pola
makan yang tidak sehat, minum alkohol, kurang aktivitas, obesitas,
dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus) responden sebagai faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
1.3.2.3. Tingkat risikopenyakit jantung dan pembuluh darah.
1.3.2.4. Hubungan faktor risiko (jenis kelamin dan umur, riwayat keluarga,
merokok, pola makan yang tidak sehat, minum alkohol, kurang aktivitas,
obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus) responden
dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
1.3.2.5. Faktor risiko yang dominan yang berhubungan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan berguna dalam pelayanan keperawatan, penelitian
keperawatan, pelayanan kesehatan klinik Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu, dan jemaat Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
1.4.1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan peran
keperawatan dalam promotif dan preventif kesehatan yaitu mendeteksi risiko dan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah serta memberikan intervensi
keperawatan dalam pengendalian faktor risiko dan penurunan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah.
1.4.2. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data pendahuluan untuk
penelitian keperawatan terkait efektifitas deteksi dini penyakit jantung dan
pembuluh darah dan skoring tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
1.4.3. Pelayanan Kesehatan Klinik Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi pendahuluan untuk melakukan
program pelayanan kesehatan di Klinik Gereja Pasar Minggu dalam rangka
meningkatkan kesehatan jemaat Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjuan teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah mengenai definisi penyakit
jantung dan pembuluh darah, faktor risiko, skoring risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah, strategi pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah,
peran perawat dalam pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah, serta
kerangka teori.
2.1. Definisi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Menurut Greenawalt (2008) dan Brown (2010), penyakit jantung dan pembuluh
darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada
jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari penyakit jantung
koroner, cerebrovascular disease, hipertensi, peripheral arterial disease, penyakit
jantung rheumatik, penyakit jantung bawaan, gagal jantung, trombosis vena
dalam.
Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI (2011) mendefinisikan penyakit
jantung dan pembuluh darah adalah penyakit jantung dan pembuluh-pembuluh
darah dan penyakit yang termasuk dalam kelompok jantung dan pembuluh darah
adalah hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak,
penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit
jantung katup, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan,
kardiomiopati (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
Menurut Framingham Heart Study (2012) penyakit jantung dan pembuluh darah
secara umum adalah penyakit jantung koroner, cerebrovascular disease,
peripheral arterial disease, dan gagal jantung. Pada penelitiam ini yang dimaksud
dengan penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit jantung koroner,
cerebrovascular disease, peripheral arterial disease, dan gagal jantung.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
2.2. Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah suatu kondisi yang
secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah pada seseorang dan atau kelompok tertentu (Ditjen PP & PL
Kemenkes RI, 2011). Seseorang yang terpapar dengan salah satu faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah akan berisiko terhadap penyakit jantung
dan pembuluh darah (Libby et al., 2008).
Kategori atau klasifikasi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah terdiri
dari beberapa pendapat. Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
menurut Libby et al. (2008) terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga, dan yang
termasuk faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah merokok, dislipidemia,
tekanan darah tinggi, obesitas, alkohol, pola makan, kurang aktivitas fisik.
Menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2011) faktor risko penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, hipertensi,
merokok, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, kurang aktivitas fisik, pola
makan, minum minuman beralkohol, dan stress.
Menurut Goldston & Davidson (2004), faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dibagi menjadi lima yaitu faktor gaya hidup, faktor biomedikal,
faktor farmakologi, faktor non farmakologi, dan faktor psikologi dan sosial.
Faktor risiko gaya hidup terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat,
mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas, dan obesitas (kelebihan berat badan).
Faktor risiko biomedikal adalah dislipidemia, peningkatan tekanan darah
(hipertensi), dan diabetes melitus.
Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang telah dipaparkan
sebelumnya dapat dikategorikan menjadi tiga berdasarkan proses patofisiologinya
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
yaitu faktor predisposisi, gaya hidup, dan biomedikal (Libby et al., 2008) dan
bagian faktor tersebut menjadi variabel penelitian ini.
2.2.1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.
2.2.1.1. Umur
Umur merupakan faktor risiko mayor penyakit jantung dan pembuluh darah
(Davis, 2004 7 & Billy et al., 2008). Peningkatan umur akan menyebabkan
penebalan dinding ventrikel jantung, dilatasi pembuluh arteri, dan penurunan
elastisitas pembuluh darah arteri sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah. Bertambahnya umur berhubungan dengan proses
aterosklerosis dimana peningkatan umur meningkatkan proses aterosklerosis
sehingga menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Risiko Penyakit
jantung dan pembuluh darah meningkat pada umur 55 tahun ke atas untuk laki-
laki dan di atas 65 tahun untuk perempuan (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011
& World Heart Federation, 2012).
Menurut hasil penelitian analitik Sihombing terhadap data sekunder Riskesdas
tahun 2007 diperoleh hasil bahwa resiko hipertensi meningkat pada kelompok
umur 55 tahun ke atas menderita hipertensi sebesar 8,37 kali dibandingkan
kelompok umur 18-24 tahun dengan Confidential Interval 95 %.
2.2.1.2. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah. Menurut World Heart Federation (2012), risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah lebih besar pada laki-laki daripada perempuan akan tetapi
perempuan post menopause mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perempuan yang belum mengalami
menopause terlindung oleh kadar kolesterol HDL yang tinggi sebagai pelindung
dalam mencegah aterosklerosis.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
2.2.1.3. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah (Davis, 2004, Macleod & Mcnally, 2008). Menurut Ditjen
PP & PL Kemenkes RI (2011), adanya riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit jantung dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki
penyakit jantung dan pembuluh darah.
2.2.2. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat, minum alkohol,
kurang aktivitas fisik, obesitas.
2.2.2.1. Merokok
Merokok adalah menghisap rokok minimal satu batang dan berhenti merokok
dalam kurun waktu kurang dari satu tahun dikategorikan sebagai perokok (WHO,
2007). Merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
utama yang dapat diperbaharui (Rehill, Beck, Yeo, & Yeo, (2006). Zat nikotin
dalam rokok menyebabkan produksi katekolamin sehingga pembuluh darah
mengalami vasokontriksi, meningkatkan frekuensi denyut jantung, meningkatkan
penggunaan oksigen.
Menurut Nelms, Sucher, dan Long (2007), merokok dapat menyebabkan
kerusakan endothelial, inflamasi, dan menyebabkan aterosklerosis. Menurut
Mahan & Escott-Stump (2008), merokok menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol dalam darah, meningkatkan kadar trigliserida dan LDL, serta
menurunkan kadar HDL sehingga berisiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Menurut Libby et al. (2008), merokok satu batang saja sehari meningkatkan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah dan berhenti merokok kurang dari setahun
merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (WHO, 2007).
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
2.2.2.2. Pola makan yang tidak sehat
Pola makan tidak sehat adalah pola makan yang mengandung kalori, lemak,
protein, garam yang tinggi akan tetapi rendah serat. Menurut Ditjen PP & PL
Kemenkes RI (2010), yang dimaksud dengan pola makan tidak sehat adalah
makan makanan asin ≥ 1 kali/hari, makan makanan tinggi lemak ≥ 1 kali/hari,
makan makanan/minumam manis ≥ 1 kali/hari, kurang sayur (makan sayur < 2
kali (porsi)/hari, kurang buah (< 3kali (porsi)/hari.
Menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2010), makanan asin yang merupakan
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah telur asin, ikan asin,
kecap asin, keripik kentang asin dan keripik sejenisnya yang mengandung garam,
keju, daging kaleng, saos tomat dan cabe. Menurut Waspadji & Suyono ( 2007),
makanan yang mengandung garam sekitar 6 gram dan merupakan faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah adalah mie basah 2 gelas, mie kering 1
gelas, roti putih 3 iris, ikan asin kerung 1 potong kecil, kerang ½ gelas, corned
beef 3 sendok makan, biskuit 4 buat potong besar, keju 1 potong kecil, ham 1 ½
potong kecil, fried chicken 1 potong, kecap, tauco, air kaldu, sosis ½ potong.
Menurut penelitian, konsumsi garam yang berlebih menjadi faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Stamler et al pada tahun 1991 bahwa peningkatan konsumsi garam menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan menyebabkan risiko terjadinya penyakit jantung
dan pembuluh darah (WHO, 2007). Pernyataan yang sama dengan Libby et al.
(2008), konsumsi garam yang tinggi akan meningkatkan risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah. Kadar garam yang direkomendasikan oleh WHO (2003)
adalah 5 gram setiap hari setara dengan 1 sendok teh dan menurut penelitian
Michaud et al. dalam WHO (2003), konsumsi garam 6 gram setiap hari
meningkatkan tekanan darah 5 mmHg pada umur 15-19 tahun dan meningkatkan
tekanan darah sebesar 10 mmHg pada umur 60-69 tahun.
Makanan tinggi lemak adalah sop buntut, sate, pizza, burger, makanan gorengan,
daging sosis, daging kaleng, kulit ayam/bebek, kambing, jerohan, masakan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
bersantan, kuning telur (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2010). Menurut Waspadji
& Suyono ( 2007), makanan yang mengandung lemak yang sedang dan tinggi
dirinci lebih jelas pada tabel 2.2.2.2.
Tabel 2.2.2.2. Kandungan lemak pada makanan
Bahan Makanan Ukuran Rumah
Tangga Kandungan lemak tinggi
Kandungan lemak sedang
Babat 1 potong sedang V Daging sapi 1 potong sedang V Daging kambing 1 potong sedang V Hati babi 1 potong sedang V Hati sapi 1 potong sedang V Otak 1 potong besar V Telur ayam 1 butir V Telur bebek 1 butir V Usus sapi 1 potong besar V Ham 1 ½ potong kecil V Kuning telur ayam 4 butir V Keju 1 potong kecil V Tepung susu penuh 6 sendok makan V Fried chicken 1 potong V Bebek goring 1 porsi v Rendang daging 1 porsi v Gulai Tunjang 1 porsi v Hamburger 1 porsi v Pizza 1 porsi v Mie Baso 1 porsi v Mie Pangsit 1 porsi v Martabak manis 1 porsi v Martabak telur 1 porsi v Bakwan goring 1 potong besar v Lapis legit 3 potong v Kue lumpur 3 buah v Kue sus 3 buah v Pastel 4 buah v Sumber : Waspadji, S & Suyono, S. (2007). Daftar bahan makanan penukar : petunjuk praktis perencanaan makan sehat, seimbang, dan bervariasi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hu, Manson, Willett (2001), terdapat
hubungan mengonsumsi lemak dengan kejadian penyakit jantung koroner.
Konsumsi lemak yang tinggi (lebih dari 1/3 total kalori) akan meningkatkan
saturasi lemak dalam darah (Kasim-Karakas et al., 2000). Penelitian yang sama
yang dilakukan Hooper et al. (2001), terdapat hubungan angka kejadian dan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
kematian penyakit jantung dan pembuluh darah dengan konsumsi lemak (WHO,
2007).
Konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan penyakit jantung dan
pembuluh darah melalui mikronutrisi, antioksidan, flavonoid, serat dan kalium
yang terdapat pada buah-buahan dan sayuran (WHO, 2007). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Radhika, Sudha, Mohan Sathya, Ganesan, &
Mohan, (2008) peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran setiap hari
menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga jika tidak
mengonsumsi buah-buahan dan dan sayuran akan meningkatkan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah. Porsi atau frekuensi konsumsi sayuran dan buah-
buahan yang dianjurkan Ditjen PP & PL (2011) adalah ≥ 2 porsi sayur setiap hari,
≥ 3 porsi setiap hari.
2.2.2.3. Minum Alkohol
Minum alkohol merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
(Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2010). Minuman yang mengandung alkohol
adalah bir, whiskey, anggur, cap orang tua, cap tikus, sopi, tuak (Ditjen PP & PL
Kemenkes RI, 2010). Minum alkohol 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya akan
berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Satu satuan gelas ukuran standar
mengandung 8 – 13 g etanol terdapat dalam 1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 –
330 ml) bir, 1 gelas piala (120 ml) anggur, 1 sloki (30 ml) whiskey (Riset
Kesehatan Dasar, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng dan Tuminah dengan menggunakan data
sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 ditemukan
hasil bahwa minum alkohol minimal 1 bulan terakhir berisiko menderita
hipertensi sebesar 1,12 kali dibandingkan dengan tidak mengonsumsi alkohol.
Menurut Libby et al. (2008) minum alkohol dua kali sehari sesuai ukuran standar
akan menyebabkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah akan tetapi jika
diminum frekuensi 2-7 kali dalam seminggu maka akan menurunkan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut Klatsky (2009), alkohol dapat
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah jika diminum lebih
dan sama dengan tiga kali sehari.
2.2.2.4. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan dari kontraksi
muskuloskletal sehingga meningkatkan energi dan meningkatkan kesehatan
(Physical Activity Guidelines for Americans, 2008). Pergerakan tubuh ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu baseline activity dan health enhancing physical
activity. Baseline Activity merupakan aktivitas sehari-hari yang ringan seperti
berdiri, berjalan pelan, mengangkat benda ringan, naik beberapa tangga. Health
enhancing physical activity adalah aktivitas yang ditambah dengan aktivitas yang
meningkatkan kesehatan yaitu brisk walking atau joging, jumping rope, dancing,
yoga, bersepeda, berenang
Physical Activity Guidelines for Americans (2008) membagi empat level dari
aktivitas fisik :
1. Inactive adalah aktivitas sehari-hari yang merupakan baseline activity saja
tanpa melakukan aktivitas yang lain.
2. Low activity adalah aktivitas melebihi aktivitas baseline yaitu melakukan
aktivitas yang energik tetapi dilakukan hanya 150 menit dalam satu minggu.
Aktivitas energik yang dimaksud adalah race walking, joging, berenang, tenis,
aerobic dancing, bersepeda, jumping rope.
3. Medium Activity adalah baseline activity ditambah aktivitas yang energik
tetapi dilakukan diantara 150-300 menit dalam satu minggu
4. High activity adalah kegiatan aktivitas energik dengan intensitas lebih dari 300
menit dalam satu minggu.
Menurut Kusmana (2006) aktivitas fisik atau yang dikenal dengan olahraga
maupun aerobik adalah setiap aktivitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Adapun jenis
olahraga yang dapat meningkatkan kesehatan adalah jalan kaki, joging, lari, lari di
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
tempat, bulu tangkis, sepak bola, berenang, senam, sepeda dan nilai erobik yang
paling tinggi dan mudah dilakukan adalah berenang, berlari, joging, jalan kaki.
Pencapaian efektifitas olahraga atau aktivitas fisik harus memenuhi tiga huruf
yaitu FIT (Kusmana, 2006). FIT merupakan singkatan dari frekuensi, intensitas,
tempo. Frekuensi adalah banyaknya olahraga dalam seminggu yang member efek
latihan. Intensitas mengandung arti berat beban latihan yang diberikan agar
memberi efek tanpa membahayakan. Sedangkan yang dimaksud dengan tempo
latihan adalah jangka waktu atau lamanya latihan diberikan agar memberikan
manfaat bagi kesehatan tubuh.
Cooper sebagai penganjur olahraga erobik menyampaikan bahwa semakin sering
berolahraga maka akan semakin baik buat kesehatan. Akan tetapi setelah
melakukan pengamtaan yang lama akhirnya dia mengakui bahwa olahraga tiga
kali seminggu sudah cukup untuk kesehatan dan olahraga yang melebihi lima kali
dalam seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi secara psikologis
maupun fisiologis seperti cidera pada tungkai.
Kusmana (2006) menganjurkan frekuensi olahraga minimal tiga kali seminggu
pada hari yang bergantian, artinya selang sehari, hari ini olahraga, besok tidak
olahraga. Hal ini dikarenakan tubuh memerlukan pemulihan setelah selesai
olahraga sehingga memberikan kesempatan kepada otot dan persendian untuk
memulihkan diri. Hal yang sama yang dianjurkan Ditjen PP & PL Kemenkes RI
(2011), olahraga dilakukan tiga sampai empat kali dalam seminggu dengan durasi
tiga puluh menit setiap olahraga.
Intensitas atau yang dikenal dengan berat beban latihan atau dosis latihan yang
diberikan kepada setiap orang berbeda. Hal ini tergantung terhadap kekuatan
jantung. Beban yang diterima oleh jantung adalah sekitar 60-80 % dari kekuatan
maksimal jantung. Oleh karena itu olahraga sudah cukup memperbaiki atau
meningkatkan kemampuan jantung bila diberi beban antara 60-80 % dan jika
dilakukan sampai batas maksimal jantung akan menyebabkan kelemahan dan
membahayakan kesehatan (Kusmana, 2006). Tempo latihan atau jangka waktu
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
atau lamanya latihan akan mempengaruhi efektifitas olahraga. Penelitian
menunjukkan bahwa latihan antara 20-60 menit sudah dapat memperlihatkan
efektifitas dari olahraga jika dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu dan
dalam jangka waktu setengah bulan dan akan mencapai optimal jika dilakukan
selama enam bulan (Kusmana, 2006).
Berdasarkan pemaparan di atas (Kusmana, 2006 & Physical Activity Guidelines
for Americans, 2009), dapat disimpulkan bahwa kurang aktivitas fisik merupakan
aktivitas sehari-hari yang ringan seperti berdiri, berjalan pelan, mengangkat benda
ringan, naik beberapa tangga tanpa melakukan olahraga (jalan kaki, joging, lari,
lari di tempat, bulu tangkis, sepak bola, berenang, senam, sepeda) dengan lama
olahraga minimal 30 menit/ hari, dan frekuensi 3 hari/minggu. Menurut laporan
Blair et al., 1989; Dubbert et al., 2002; Farrell et al., 1998; Wannamethee &
Shaper, 2001; Wei et al., 1999 dalam Brown (2010) diketahui bahwa kurang
aktivitas fisik merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan
menyebabkan kematian pada semua kasus penyakit jantung dan pembuluh darah.
Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah
dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, melebarkan pembuluh darah dan
membuat kolateral atau jalan baru jika ada penyempitan pembuluh darah koroner
serta mencegah timbulnya pengumpulan darah sehingga menurunkan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dalam bentuk survei Monica pada tahun 1983 yang dilakukan terhadapa 2040
orang di kecamatan wilayah Jakarta Selatan menunjukkan bahwa masyarakat yang
teratur berolahraga atau bekerja fisik cukup berat mempunyai persentase terendah
untuk menderita hipertensi maupun penyakit jantung koroner (Arisman, 2008).
2.2.2.5. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dengan indeks masa
tubuh ≥ 30 Kg/m2 (WHO, 2007) dan di Indonesai indeks masa tubuh yang
dikategorikan sebagai obesitas adalah ≥ 27 Kg/m2 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI,
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
2010). Indeks masa tubuh merupakan suatu angka yang didapat dari hasil berat
badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
Berdasarkan penelitian studi kasus, obesitas menjadi faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah (The Framingham Heart Study dalam Joshi, Day,
Lubowski, & Ambegaonkar (2005)). Penelitian yang sama yang dilakukan oleh
Joshi et al pada tahun di 2005 di Amerika Serikat bahwa obesitas merupakan
faktor risiko peningkatan tekanan darah dan penurunan kadar HDL. Pernyataan
yang sama menurut Wannnamethee pada tahun 2005 terdapat saling keterkaitan
antara obesitas dengan risiko peningkatan penyakit jantung koroner, hipertensi,
angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan jantung dan
pembuluh darah. Menurut penelitian Mokdad, Ford, Bowman, Dietz, Vinicor,
Bales, et al (2003) bahwa obesitas mempengaruhi faktor risiko biomedikal yaitu
hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus.
2.2.3. Faktor Biomedikal
Faktor risiko biomedikal yaitu dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus.
2.2.3.1. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan kadar fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan
kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.
Menurut Brown (2000), dislipidemia ditegakkan jika rasio kolesterol total
terhadap HDL adalah lebih dari 4,5 sedangkan menurut Enscyclopedia of food
(2002), diagnosis dislipidemia adalah kenaikan dari salah satu kadar lipid
(berlebihan) seperti yang terlihat dalam tabel 2.2.3.1.
Tabel 2.2.3.1. Klasifiksi kadar lipid
Parameter yang diuji Kadar ( mg/dL) Optimal Border Line Berlebihan
Kolesterol total < 200 200-240 > 240 Kolesterol HDL ≥ 60 - ≤ 40 Kolesterol LDL < 100 100-160 > 160 Rasio Kolesterol /HDL < 4,5 4,5-5,5 > 5,5 Rasio LDL/HDL < 3 3-5 > 5 Trigliserida 150 150-200 > 200
Sumber : Enscyclopedia of food dalam Arisman (2008)
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Menurut Brown (2010), penyebab dari dislipidemia adalah faktor genetik,
obesitas, diabetes melitus, merokok, dan kurang aktivitas.
Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah. Peningkatan kadar kolesterol dan peningkatan kolesterol LDL serta
penurunan kadar HDL berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh
darah (Brown, 2008 & Girard-Mauduit, 2010). Libby et al. (2008) mengatakan
bahwa dislipidemia merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah. Peningkatan kadar kolesterol LDL 1 mg/dl akan menyebabkan risiko
penyakit jantung sebesar 2-3 %, penurunan kadar kolesterol HDL sebanyak 1
mg/dl akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 3-4 %
(National Cholesterol Education Program (NCEP) dalam Libby et al. (2008)).
2.2.3.2. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas dan sama dengan
140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik di atas atau sama dengan 90
mmHg pada pasien yang mengalami penyakit diabetes melitus dan penyakit
jantung. Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus dan penyakit jantung
harus mempunyai tekanan darah di bawah 130/90 mmHg (Rosendorf et al., 2007
dalam Ignatavicius 2010). Sedangkan menurut Chobanian, Bakris, Black,
Cushman, Green, Izzo., et al. (2003) hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur
sebanyak dua kali dan pengukurannya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penyebab
dari hipertensi adalah perubahan gaya hidup seperti kelebihan berat badan,
kelebihan konsumsi garam, dan konsumsi alkohol yang berlebih (Chobanian et
al., 2003).
Menurut Libby et al. (2008) hipertensi merupakan silent factor dan faktor mayor
penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hasil penelitian
Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dua kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
2.2.3.3. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Price, 2006). Lewis et al. (2007) mendefinisikan diabetes melitus
(DM) sebagai penyakit kronik multisistem yang berhubungan dengan
ketidaknormalan produksi insulin, adanya gangguan penggunaaan insulin atau
kedua-duanya.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006), gejala DM ada dua yaitu
gejala klasik atau khas dan gejala tidak khas. Gejala khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Gejala tidak khas adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika gejala klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, gejala tidak klasik dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa (puasa diartikan tidak mendapatkan kalori sedikitnya
delapan jam), gula darah puasa ≥ 126 mg/dL. Ketiga dengan Test Toleransi
Glucose Oral (TTGO) dengan beban 75 gram., hasil gula darahnya ≥ 200 mg/dL.
Menurut Bonow dan Gheorghiade (2004), penyakit jantung dan pembuluh darah
akan meningkat menjadi 2 sampai 4 kali pada penderita DM dan penyakit jantung
dan pembuluh darah merupkan penyebab kematian utama pada penderita diabetes
melitus dan sekitar 65 % kematian diabetes melitus disebabkan oleh penyakit
jantung koroner dan stroke.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
2.3. Skoring Tingkat Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Menurut Libby et al. (2008), setiap orang yang terpapar dengan faktor risiko
predisposisi, faktor gaya hidup, dan faktor biomedikal berisiko terhadap penyakit
jantung dan pembuluh darah. Rendah atau tingginya risiko harus dideteksi secara
dini sehingga dapat dilakukan intervensi preventif. Cara deteksi tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah yang mudah, aman dan murah adalah
menskoring faktor risiko (Libby et al., 2008).
Skoring risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah menjumlahkan faktor
risiko dan memperkirakan tingkat terjadinya penyakit jantung dan pembuluh
darah dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan.
Pada saat ini banyak metode yang digunakan untuk menskoring penyakit jantung
dan pembuluh darah. Rekomendasi WHO (2007) untuk skoring risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada Asia Tenggara adalah skoring menggunakan
skema WHO/ISH dengan memprediksi penyakit jantung dan pembuluh darah
dalam kurun waktu 10 tahun. Hasil dari skoring ini dikategorikan menjadi tingkat
risiko rendah (< 10 %), sedang (10 - 19,9 %), tinggi (20 – 29, 9 %), sangat tinggi
(≥ 30 %). Kelebihan dari model ini adalah pendekatan intervensi dari hasil skoring
penyakit jantung dan pembuluh darah dan sudah diteliti dan dapat diterapakan di
Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2007).
Pada model skoring, variabel yang digunakan adalah umur, jenis kelamin, tekanan
darah, kadar kolesterol total, dan adanya diabetes mellitus, serta merokok.
Menurut Lindholm, & Mendis (2007), tekanan darah, kadar kolesetreol, dan
adanya diabetes dapat mewakili faktor gaya hidup yang sehat sehingga model
skoring ini sudah mewakili faktor gaya hidup yang lain selain merokok.
Setelah diskoring melalui variabel yang telah disebutkan di atas, hasil skoring
berupa risiko yang dikategorikan menjadi empat tingkat risiko yaitu rendah (< 10
%), sedang (10 - 19,9 %), tinggi (20 – 29, 9 %), sangat tinggi (≥ 30 %). Adapun
Skema dan interpretasinya adalah dijelaskan pada skema 2.3.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Skema 2.3. Skema Skoring WHO/ISH
Kategori skoring tingkat risiko sangat tinggi dapat juga dikategorikan tanpa
menggunakan skema di atas yaitu jika pasien mempunyai penyakit atau hasil
pengukuran sebagai berikut (WHO, 2007) :
1. Pasien dengan angina pektoris, CAD, miokard infark, transient ischaemic
attacks, stroke, peripheral vascular disease.
2. Pasien dengan ventrikel hipertropy dan hipertensi retinopati.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
3. Pasien dengan total kolestrol 320 mg/dL, LDL 240 mg/dl, rasio total
kolesterol dengan HDL > 8, tekanan darah persisten > 160-170 mmHg/100-
105 mmHg.
4. Pasien diabetes melitus dengan nefropaty dan renal disease.
5. Pasien dengan gagal ginjal.
2.4. Strategi Pencegahan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Tingginya angka kematian, kejadian, dan kecatatan penyakit jantung dan
pembuluh darah merupakan masalah utama kesehatan sehingga banyak upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut (Pearson, 2007). Usaha
mengatasi masalah tersebut, WHO pada tahun 2007 telah membuat program
pencegahan melalui pengkajian atau deteksi faktor risiko, skoring faktor risiko
untuk menentukan tingkat risiko dan manajemen risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah. Secara umum program pencegahan yang dianjurkan adalah :
1. Berhenti merokok.
2. Diet makanan sehat.
3. Olahraga teratur.
4. Menurunkan indeks massa tubuh kurang dari 25 kg/m2 .
5. Menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg.
6. Menurunkan kadar kolesterol kurang dari 190 mg/dL.
7. Menurunkan kadar kolesterol LDL kurang dari 115 mg/dL.
8. Mengontrol gula darah dalam batas normal.
9. Minum obat aspirin 75 jika ada hipertensi.
Berdasarkan hasil skoring rsiko penyakit jantung dan pembuluh darah menurut
WHO/ISH (2007), intervensi yang dilakukan secara rinci dijelaskan pada Tabel
2.4.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Tabel 2.4. Intervensi tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sesuai skoring
WHO/ISH Kategori Skoring
� 30 % 20-30 % 10-20 % < 10 % Individu yang berada pada
kategori ini mempunyai risiko sedang ke tinggi penyakit jantung
dan pembuluh darah sehingga perlu dilakukan monitor faktor risiko setiap 3 -6 bulan sekali
Individu yang berada pada kategori ini
termasuk berisiko sedang sehingga perlu dilakukan monitor faktor risiko setipa 6 – 12 bulan sekali
Individu yang berada pada kategori ini, fokus intervensi
adalah menjaga gaya hidup sehat
TIDAK MEROKOK POLA MAKAN SEHAT
Olahraga minimal 30 menit setiap hari dan disesuaikan dengan kondisi kerja PENURUNAN BERAT BADAN
MENURUNKAN FREKUENSI MINUM ALKOHOL Minum obat anti hipertensi jika TD ≥ 160/100 mmHg dan gaya hidup sehat
Jika TD ≥ 130/80 mmHg dan tidak dapat
diturunkan, minum obat hipertensi
seperti diuretik, ACE inhibitor,
Ca Channel Blocker, Beta
Blocker
Jika TD ≥ 140/90 mmHg,
minum obat hipertensi
seperti diuretik, ACE inhibitor, Ca
Channel Blocker, Beta
Blocker
Jika TD ≥ 140/90 mmHg harus tetap menjaga
gaya hidup sehat dan perlu
melakukan pemeriksaan
ulang
Jika TD ≥ 140/90 mmHg harus tetap
menjaga gaya hidup sehat dan perlu
melakukan pemeriksaan ulang setiap dua tahun
Minum obat anti kolesterol jika kolesterol total ≥ 320 mg/dL Minum Obat DM jika kadar gukosa puasa > 6 mmol/L
Sumber : World Health Organization (2007)
2.5. Peran Perawat dalam Pencegahan Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI), 2010).
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
Praktik keperawatan diberikan melalui asuhan keperawatan untuk klien, individu,
keluarga, dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan mulai dari
yang sederhana sampai yang kompleks. Asuhan keperawatan dapat dilakukan
melalui tindakan keperawatan mandiri dan atau kolaborasi dengan tim kesehatan
dan atau dengan sektor yang lain dan praktik keperawatan dapat diberikan di
sarana kesehatan dan praktik mandiri kesehatan (PPNI, 2010).
Asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dinamis
dan siklik meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada
berbagai kondisi baik sehat maupun sakit.
Pengkajian keperawatan dilakukan untuk mengenali masalah kesehatan yang
dihadapi klien dan penyebab timbulnya masalah tersebut. Dengan dikenalinya
masalah dan penyebabnya dengan tepat akan mendasari penyusunan rencana
tindakan dengan efektif dan efisien. Rencana tindakan keperawatan akan dibuat
berdasarkan kebutuhan klien dan pelaksanaan praktik keperawatan akan dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama klien, keluarga, dan perawat.
Proses keperawatan tersebut dievaluasi terus menerus dan berkesinambungan
sehingga dapat dilakukan perbaikan atau modifikasi sesuai dengan hasil evaluasi
dan tujuan yang telah ditetapkan bersama klien. Tujuan yang telah ditetapkan
dapat berupa hilangnya gejala, menurunnya risiko, tercegahnya komplikasi,
meningkatnya pengetahuan, dan atau keterampilan kesehatan serta meninggalnya
klien dengan damai dan martabat.
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan dapat berperan sebagai perawat
pelaksana keperawatan, pengelola keperawatan dan atau kesehatan, pendidik, dan
peneliti dan dalam tugasnya berfungsi secara mandiri.
Tindakan mandiri keperawatan meliputi tindakan terapi keperawatan, observasi
keperawatan, terapi komplementer, penyuluhan kesehatan, nasehat, dan
kounseling. Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lainnya atau
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
dengan sektor terkait lain meliputi pengembangan dan pelaksanaan program
kesehatan lintas sektoral untuk peningkatan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat, perencanaan terhadap upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan
klien bersama tenaga profesi kesehatan lain.
Perawat yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai
peranan dalam pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu dengan
mendeteksi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan
mempredisikan risiko sehingga dapat diberikan intervensi yang tepat (Halcomb et
al., 2007). Menurut Goldston & Davidson (2003), perawat mempunyai peranan
dalam pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah melalui pencegahan
primer, sekunder, dan tersier.
Robinson (2007) mengatakan perawat mempunyai peranan dalam skoring tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Skoring faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah mempunyai dua fungsi dalam keperawatan yaitu
mengidentifikasi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga dapat
dilakukan pengkajian lanjut dan fungsi yang kedua adalah memberikan edukasi
dan konsultasi dalam menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
yaitu memonitor faktor risiko secara berkala, memberikan edukasi megenai gaya
hidup sehat (pola makan sehat, berhenti merokok, menurunkan frekuensi minum
alkohol, menurunkan berat badan, dan meningkatkan aktifitas fisik (olahraga)
sebanyak 3 kali seminggu. June David, seorang perawat jantung dalam Robinson
(2007) mengatakan bahwa skoring faktor risiko berguna untuk mengetahui
masalah kesehatan dan membantu pelayanan kesehatan menangani masalah
kesehatan tersebut.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
2.6. KERANGKA TEORI
Dari tinjuan pustaka yang telah dipaparkan di atas dapat dirangkum menjadi
kerangka teori penelitian. Adapun kerangka teori penelitian adalah sebagai
berikut.
Skema 2.6. Kerangka Teori
Sumber : Diolah dari Libby et al. (2008), World Health Organization (2007), Goldston & Davidson (2004), Robinson (2007) dengan modifikasi penulis dari tinjuan pustaka
Faktor predisposisi : Umur Jenis kelamin Riwayat keluarga
Faktor biomedikal Dislipidemia Hipertensi Diabetes melitus
Faktor gaya hidup Merokok Pola makan yang tidak sehat Minum alkohol Kurang aktivitas fisik Obesitas
Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Skoring (tingkat) Risiko WHO/ISH • Rendah • Sedang • Tinggi • Sangat
Tinggi
Faktor psikologi dan sosial
Faktor Non Farmakologis
Faktor Farmakologis
Intervensi WHO/ISH
� Monitor faktor risiko secara berkala
� Pola Makan sehat � Berhenti merokok � Menurunkan frekuensi
minum alkohol � Menurunkan berat badan � Aktivitas fisik (olahraga)
3x/minggu
� Minum obat anti kolesterol
� Minum obat hipertensi
� Minum obat DM
Intervensi keperawatan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
31 Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi
operasional.
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini mencakup dua variabel yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh yang terdiri faktor predisposisi (umur, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga), faktor gaya hidup (merokok, pola makan yang tidak sehat, minum
alkohol, kurang aktivitas, obesitas), serta faktor biomedikal (dislipidemia,
hipertensi, dan diabetes melitus). Variabel terikat adalah tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah (rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi). Adapun
kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor predisposisi Umur dan jenis kelamin
Riwayat keluarga
Faktor gaya hidup Merokok Pola makan yang tidak sehat Minum alkohol Kurang aktivitas fisik Obesitas
Faktor biomedikal Dislipidemia Hipertensi Diabetes melitus
Variabel Bebas Variabel Terikat
Tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Umur dan jenis kelamin mempunyai hubungan dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
3.2.2. Riwayat keluarga mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu.
3.2.3. Merokok mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu.
3.2.4. Pola makan yang tidak sehat mempunyai hubungan dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
3.2.5. Minum alkohol mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu.
3.2.6. Kurang aktivitas fisik mempunyai hubungan dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
3.2.7. Obesitas mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu.
3.2.8. Dislipidemia mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu.
3.2.9. Hipertensi mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu.
3.2.10. Diabetes Melitus mempunyai hubungan dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
33
Universitas Indonesia
3.2.11. Faktor risiko (umur dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, pola
makan yang tidak sehat, minum alkohol, kurang aktivitas, obesitas,
dislipidemia hipertensi, diabetes melitus) menjadi faktor dominan yang
berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
3.3. Definisi Operasional
Tabel 3.3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur
Hasil ukur Skala
Umur dan jenis kelamin
Umur adalah jumlah tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai saat penelitian dan jenis kelamin yang dimiliki responden sejak lahir
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0: ≥ 55 tahun pada laki-laki dan ≥ 65 tahun pada perempuan 01: < 55 tahun pada laki-laki dan < 65 tahun pada perempuan
Nominal
Riwayat keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yaitu orang tua kandung dan saudara kandung yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0 : memiliki riwayat keluarga 1 : tidak memiliki riwayat keluarga
Nominal
Merokok Merokok minimal satu batang rokok sehari sampai responden diteliti atau mempunyai riwayat merokok kurang dari satu tahun sebelum penelitian dilakukan
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0 : merokok 1 : tidak merokok
Nominal
Pola makan tidak sehat
Makan makanan yang asin, makanan makanan tinggi lemak, makan sayur < 2 kali atau 2 porsi/ hari, makan buah < 3 kali atau porsi/ hari
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0 : pola makan tidak sehat 1 : pola makan sehat
Nominal
Minum Alkohol
Meminum alkohol minimal dua kali sehari sesuai ukuran standar
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0: minum alkohol 1: tidak minum alkohol
Nominal
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Kurang Aktivitas Fisik
Tidak melakukan salah satu olahraga dengan lama olahraga minimal 30 menit dan frekuensi 3 kali/minggu
Alat ukur : Kuisioner Cara ukur : Isi kuisioner
0 : kurang aktivitas fisik 1: aktivitas fisik baik
Nominal
Obesitas Peningkatan Indeks Masa Tubuh ≥ 27 Kg/m2
Alat ukur : Indeks masa tubuh Cara ukur : menghitung indeks masa tubuh dengan satuan Kg/m2
0 : obesitas 1 : tidak obesitas
Nominal
Dislipidemia
Kenaikan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dL Kadar kolesterol total yang diperikasa setelah puasa 12 jam
Cara ukur : mengukur kadar kolesterol darah Alat ukur : Fresh Capillary Blood Cholesterol Test
0 : dislipidemia 1 : tidak dislipidemia
Nominal
Hipertensi Peningkatan tekanan darah sistolik di atas dan sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik di atas atau sama dengan 90 mmHg dan atau sudah terdiagnosa penyakit hipertensi
Cara : Isi kuesioner, Mengukur tekanan darah pada saat responden dalam keadaan relax dan dilakukan sebanyak dua kali Alat ukur : kuesioner, tensimeter air raksa
0 : hipertensi 1 : tidak hipertensi
Nominal
Diabetes Melitus
Peningkatan kadar glukosa plasma puasa gula darah puasa ≥ 126 mg/dL dan atau sudah terdiagnosa penyakit DM
Cara ukur : Isi kuesioner dan mengukur kadar gula darah pusa Alat ukur : Fresh Capillary Blood Glocose Test
0 : diabetes melitus 1 : tidak diabetes melitus
Nominal
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Responden yang mempunyai salah satu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (umur dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, pola makan yang tidak sehat, minum alkohol, kurang aktivitas, dislipidemia,
Cara ukur : Menjumlahkan skor Alat ukur : lembar pengukuran berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah
1: berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah 0 : tidak berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Nominal
Tingkat risiko
Penilaian tingkat risiko dengan menggunakan skema WHO/ISH yang terdiri dari risiko rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi
Cara ukur : mengukur tingkat risiko Alat ukur : skema skoring risiko penyakit jantung dan pembuluh darah WHO/ISH
0 : sedang (10-19,9%) 1 : rendah (< 10 %),
Ordinal
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
36 Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian,
waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan
data, dan analisis data.
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional cross sectional yaitu
melakukan observasi dan analisis faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah dan memprediksi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat
Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu yang terdiri dari jemaat dewasa yang beribadah di ibadah Umum
dan berdasarkan data pelayanan Zending Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu, jemaat dewasa yang menikah (prediksi umur ≥ 40 tahun) yang
aktif beribadah pada tanggal 15 April 2012 adalah sebanyak 420 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel dalam peneltian ini adalah jemaat dewasa HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu yang memenuhi kriteria inklusi sampel. Adapun kriteri inklusi dan
eksklusi adalah sebagai berikut :
Kriteria Inklusi :
1. Berumur lebih dan sama dengan 40 tahun
2. Bersedia mengikuti penelitian
3. Dapat membaca dan menulis
Kriteria eksklusi :
1. Menolak penelitian selama proses penelitian berlangsung.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Besarnya sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah rumus sampel
estimasi proporsi dengan simple random sampling (Sastroasmoro & Ismail, 2010)
� =��
�. PQ
��
Keterangan :
n = jumlah sampel
z α = tingkat kemaknaan (5 %)
d = tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki (10 %)
P = proporsi yang berisiko ( 50 % karena sebelumnya tidak diketahui)
Q = proporsi yang tidak berisiko
Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebesar 97 responden sedangkan
dalam penelitian jumlah respoden yang diperoleh adalah sebanyak 72 responden
sehingga tingkat ketetapan absolut menjadi berubah dari 0,1 menjadi 0,12.
4.3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu Jakarta.
4.4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu yaitu pada pada tanggal 19 Juni sampai
dengan 3 Juli 2012.
4.5. Etika Penelitian
Pertimbangan etika penelitian, meyakini bahwa responden dilindungi, dengan
memperhatikan aspek beneficience, freedom from harm, right to determination,
right to privacy, informed consent, right to fair treatment (Polit, Beck, & Hungler
2001). Sebelum penelitian, peneliti mengajukan permohonan uji etik dari komite
etik peneliti FIK UI. Sebagai upaya melindungi hak asasi dan kesejahteraan
responden maka peneliti melengkapi dengan bukti dalam bentuk surat keterangan
lolos kaji etik dari FIK UI dan surat izin penelitian dari FIK UI dan Gereja HKBP
Pasar Minggu Ressort HKBP Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Pada penelitian ini, reponden diberi informasi tentang tujuan penelitian, manfaat,
dan harapan peneliti terhadap responden. Responden diberi kebebasan untuk
menentukan kesediaan mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela dan tanpa
paksaan dari pihak manapun. Setelah diberi penjelasan semua responden (72
responden) bersedia bersedia mengikuti penelitian.
Pada penelitian ini juga, respoden memperoleh manfaat yaitu responden
mengetahui status kesehatan sehingga dapat melakukan usaha peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pada penelitian ini peneliti melindungi
responden sehingga responden bebas dari rasa tidak aman dan bahaya. Sebelum
penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada responden.
Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap risiko yang
mungkin terjadi akibat perlakuan penelitian selama 20 menit. Pada penelitian
tidak ditemukan adanya bahaya yang diakibatkan perlakuan penelitian.
Penelitian ini menjaga kerahasiaan informasi responden sehingga data yang
ditemukan tidak disebarluaskan dan yang mengetahui adalah peneliti dan data ini
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan data responden akan
dihanguskan dalam jangka waktu lima tahun.
Pada penelitian ini, responden mendapat perlakukan penelitian yang sama, yaitu
mengisi kuesioner, diukur berat badan dan tinggi badan, diukur tekanan darah,
kadar kolesterol total, dan kadar gula darah puasa serta menskoring tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah.
4.6. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dari penelitian ini adalah kuesioner (Lampiran 3), lembar
hasil pengukuran (Lampiran 4), lembar pengukuran berisiko penyakit jantung dan
pembuluh darah (Lampiran 5), lembar skoring tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah WHO/ISH (Lampiran 6), timbangan berat badan injak digital
untuk mengukur berat badan, meteran (microtoise) untuk mengukur tinggi badan,
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
39
Universitas Indonesia
tensi meter air raksa dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah, Fresh
Capillary Blood Glocose Test untuk mengukur gula darah dan Fresh Capillary
Blood Cholesterol Test untuk mengukur kadar kolesterol total.
Kuesioner terdiri dari bagian yaitu bagian I dan bagian II. Kuesioner bagian I
sekaligus merupakan faktor predisposisi, dan faktor biomedikal. Kuesioner yang
hanya memuat karakteristik responden adalah kuesioner bagian I2-I3. Kuesioner
yang memuat karakteristik responden sekaligus faktor predisposisi terdapat pada
kuesioner I4-I6 dan kuesioner yang memuat karakteristik responden dan faktor
biomedikal terdapat pada kuesioner I7.
Faktor predisposisi umur dan jenis kelamin akan diskoring bersama-sama dengan
nilai 0 jika umur < 55 tahun pada laki-laki dan < 65 tahun pada perempuan. Skor
1 jika umur ≥ 55 tahun pada laki-laki dan ≥ 65 tahun pada perempuan. Faktor
riwayat keluarga akan diberi skor 1 jika responden memiliki riwayat keluarga
(orang tua kandung dan saudara kandung) penyakit jantung dan pembuluh darah
(penyakit jantung koroner, cerebrovascular disease, peripheral arterial disease,
penyakit jantung rheumatik, penyakit jantung bawaan, gagal jantung, trombosis
vena dalam) dan diberi skor 0 jika tidak memiliki riwayat keluarga penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Kuesioner bagian II merupakan alat pengumpul data faktor gaya hidup. II1-2
merupakan pernyataan faktor merokok. Jika jawaban pernyataan dijawab “tidak”
maka akan diberi skor 0 dan dikategorikan menjadi tidak merokok dan jika
pernyataan dijawab “ya” akan diberi skor 1 dan dikategorikan menjadi merokok.
Kuesioner II2-II6 merupakan pernyataan faktor pola makan tidak sehat.
Pernyataan ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif ada
pada pernyataan II3, II4 dan setiap pernyataan jawaban yang dijawab “tidak”
diberi skor 0 dan jawaban “ya” akan diberi skor 1. Pernyataan negatif ada pada
pernyataan II5 dan II6 dan setiap pernyataan jawaban yang dijawab “tidak” diberi
skor 1 dan jawaban “ya” akan diberi skor 0 lalu skor dijumlahkan. Jika jumlah
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
40
Universitas Indonesia
skor 0 maka dikategorikan pola makan sehat dan jika lebih dan sama dengan satu
maka akan dikategorikan pola makan tidak sehat.
Kuesioner II7-II8 merupakan pernyataan faktor minum alkohol. Pernyataan terdiri
dari pernyataan posistif. Setiap pernyataan positif dengan jawaban “ya” akan
diberi skor 1 dan jawaban “tidak” akan diberi skor 0. Jika skor lebih dan sama
dengan 2 dikategorikan menjadi minum alkohol dan jika kurang dan sama dengan
1 dikategorikan menjadi tidak minum alkohol.
Kuesioner II9-II12 merupakan pernyataan faktor kurang aktivitas fisik.
Pernyataan terdiri dari pernyataan posistif dan negatif, Pernyataan negatif ada di
pernyataan II9, pernyataan positif ada pernyataan II10-II12. Dikategorikan
menjadi aktivitas fisik baik jika jawaban pernyataan negatif “tidak ” dan ketiga
jawaban pernyataan positif “ya” Dikategorikan aktivitas kurang jika jawaban
pernyataan negatif “ya” dan jawaban ketiga pernyataan positif “tidak”.
Lembar hasil pengukuran merupakan alat pengumpul data untuk faktor obesitas,
dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus. Dikategorikan menjadi obesitas dan
diberi skor 1 jika dalam pengukuran indeks masa tubuh ≥ 27 Kg/ m2 .
Dikategorikan menjadi dislipidemia dan diberi skor jika hasil pengukuran kadar
kolesterol darah ≥ 200 mg/dL. Dikategorikan menjadi hipertensi dan diberi skor 1
jika hasil pengukuran tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Dikategorikan menjadi
diabetes melitus jika hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL.
Kuesioner penelitian ini tidak dilakukan uji instrumen lagi dikarenakan
merupakan kuesioner yang diadopsi dari instrumen dari buku pedoman deteksi
dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Ditjen PP dan PL
Kemenkes RI, 2010) dan instrumen dari pedoman pengisian kuesioner riset
kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) dimana intrumen ini sudah dilakukan untuk
mendeteksi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
41
Universitas Indonesia
4.7. Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1. Tahap administrasi
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan setelah lolos uji etik dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Data responden dikumpulkan oleh peneliti di
klinik gereja HKBP Pasar Minggu.
4.7.2. Tahap pemilihan sampel
Pemilihan responden dilakukan dengan pemberitahuan di warta jemaat kebaktian
ibadah umum dan kebaktian kategorial lalu diberikan penjelasan mengenai
penlitian untuk menyetujui mengikuti penelitian .
4.7.3. Tahap Pelaksanaan
Langkah awal pemilihan responden adalah dengan cara menginformasikan
melalui warta jemaat adanya penelitian mengenai “Analisis Faktor Risiko
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah” dengan persyaratan yang memenuhi
kriteria inklusi (berumur lebih dan sama dengan 40 tahun, bersedia mengikuti
penelitian, dapat membaca dan menulis pada saat kebaktian ibadah umum di hari
minggu, kebaktian kategorial di hari selasa, rabu, kamis, dan jumat dan senam
pagi di hari sabtu. Jemaat yang memenuhi kriteria inklusi datang ke klinik untuk
dijadikan responden penelitian pada setiap hari pada pukul 07.00-09 WIB dalam
kurun waktu penelitian (19 Juni sampai 3 Juli 2012)
Responden yang memenuhi kriteria inklusi dijelaskan tujuan, manfaat dan
prosedur penelitian lalu menandatangani informed consent, kemudian responden
diminta untuk mengisi kuesioner dan peneliti memberikan penjelasan lebih lanjut
pada responden yang tidak mengerti dengan pertanyaan penelitian lalu responden
dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan pengukuran tekanan darah
sebanyak dua kali. Setelah itu responden dijelaskan untuk datang pada hari
berikutnya dengan kondisi puasa makan selama 12 jam untuk mengukur kadar
kolestrol total dan pengukuran gula darah puasa kemudian dilakukan skoring.
Adapun tahapan pengumpulan data lebih rinci digambarkan dalam skema 4.7.3.
(skema pengumpulan data) dan penjelasan cara mengisi kuesioner, cara
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
42
Universitas Indonesia
pengukuran tinggi badan, berat badan, dan pengukuran tekanan darah, pengukuran
kadar gula dan kadar kolesterol dan skoring risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah dijelaskan di lampiran 7.
Skema 4.7.3. Skema Pengumpulan Data
4.8. Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari proses ; editing, coding,
processing, dan cleaning data.
4.8.1.1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner
maupun hasil pemeriksaan yang meliputi kelengkapan semua jawaban pertanyaan,
Responden yang memenuhi kriteria inklusi
Dijelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian
Informed Consent
Mengisi
kuesioner
Mengukur tekanan darah sebanyak 2 kali Mengukur BB & TB
Mengukur kadar dula darah puasa Mengukur kadar kolesterol total
Skoring WHO/ISH
Warta Jemaat
Puasa 12 jam
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
43
Universitas Indonesia
kejelasan jawaban pertanyaan, relevansi pertanyaan dengan jawaban, dan
konsistensi dari jawaban.
4.8.1.2. Coding
Coding merupakan mengklarifikasikan dan memberi kode terhadap jawaban yang
diberikan responden. Kegunaan coding untuk memudahkan saat analisis data dan
mempercepat saat memasukan data. Dalam penelitian ini coding yang digunakan
adalah angka 0 dan 1, misalnya untuk variabel hipertensi angka 0 adalah
hipertensi dan angka 1 adalah tidak hipertensi.
4.8.1.3. Processing
Processing merupakan proses memasukan data untuk selanjutnya dianalisis.
Proses pengolahan data dilakukan dengan memasukkan data ke paket komputer
(software) sehingga data dapat teranalisis.
4.8.1.4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan penegecekan kembali data yang
sudah dimasukkan sehingga diketahui adanya kesalahan pada saat pemrosesan
data. Proses pembersihan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu mengetahui
missing data dengan melakukan distribusi frekuensi dari variabel yang ada,
mengetahui variasi data dengan mengeluarkan distribusi frekuensi masing-masing
variabel, dan yang terakhir adalah mengetahui konsistensi data dengan
menghubungkan dua variabel.
4.8.2. Analisis Data
Setelah dilakukan pengolaha data, tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah
analisis data. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
4.8.2.1. Analisis Univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk mendeskripsikan karakteristik respoden
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan), tingkat risiko, dan factor
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
risiko. Adapun jenis analisis univariat yang digunakan adalah analisa data
presentasi karena data penelitiannya bersifat kategorik dan untuk umur, analisa
yang digunakan adalah mean, median, modus dikarenakan datanya bersifat
numerik.
4.8.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat akan digunakan untuk melihat variabel bebas mempunyai
hubungan dengan variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data. Setelah dilakukan uji normalitas, data
menunjukkan terdistribusi normal maka dilakukan uji statistik Chi square.
4.8.2.3. Analisis Multivariat
Analisis ini akan digunakan untuk melihat faktor risiko mana yang menjadi faktor
risiko yang paling dominan berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah. Dalam penelitian ini, analisis multivariat yang dilakukan
adalah analisis multivariat uji regresi logistik ganda dengan model prediksi.
Model ini digunakan karena penelitian ini terdiri dari banyak variabel bebas yang
akan memprediksi variabel terikat yang bersifat kategorik (Hastono, 2007).
Adapun langkah-langkah dalam analisis multivariat adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p < 0,25, maka
variabel tersebut dapat masuk model multivariat akan tetapi jika nilai p >
0,25 tetapi secara substansi dianggap penting maka dapat dimasukkan dalam
uji multivariate.
2. Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model dengan
cara mempertahankan variabel yang mempunyai nilai p < 0,05 dan
mengeluarkan variabel yang mempunyai nilai p > 0,05. Pengeluaran
variabel ini tidak dilakukan serentak, namun dilakukan secara bertahap
dimulai dari variabel yang mempunyai nilai p terbesar.
3. Setelah memperoleh model yang memuat variabel penting, maka langkah
terakhir adalah melakukan uji interaksi lalu melakukan pemodelan akhir.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
45 Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di klinik
gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu ini. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional cross sectional cross dengan metode sampling
concecutive sampling pada tanggal 19 Juni sampai dengan awal 3 Juli 2012 dan
jumlah responden yang terkumpul adalah 72 responden. Setelah data terkumpul
dan diolah, sebanyak 72 responden (100%) responden berisiko terhadap penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Adapun hasil dari penelitian tersesebut akan dijelaskan pada bab ini.
5.1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini akan menggambarkan analisa data distribusi frekuensi
responden berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan), karakteristik variabel yang diteliti yaitu variabel bebas
(umur dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, pola makan yang tidak
sehat, minum alkohol, kurang aktivitas, obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan
diabetes melitus), variabel terikat (tingkat risiko rendah, sedang)
Tabel 5.1.1.
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur di gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu tahun 2012
(n =72) Mean Median Modus Strandar Deviasi Minimum Maximum
58,29 59,50 62 8,948 40 78
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa distribusi umur responden
paling banyak pada umur 62 tahun, umur yang paling muda adalah umur 40 tahun
dan umur paling tua adalah 78 tahun. Rata-rata umur adalah 58,29 tahun, median
59,50 tahun, dan standar deviasi 8,9 tahun.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Tabel 5.1.2. Distribusi karakteristik resonden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan di gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu tahun 2012
(n = 72)
Variabel n (%) Jenis kelamin Laki- laki 24 33,3 Perempuan 48 66,7 Tingkat pendidikan SD 3 4,2 SMP 10 13,9 SMA 32 44,4 Akademi 8 11,1 Sarjana 17 23,6 Pasca Sarjana 2 2,8 Pekerjaan Pensiunan 14 19,4 Tidak bekerja (IRT) 33 45,8 Tenaga pengajar 3 4,2 Tenaga kesehatan 4 5,6 Pegawai Swasta dan Sipil 7 9,7 Wiraswasta 9 12,5 Pendeta 2 2,8
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa jenis kelamin responden
perempuan lebih banyak dibandingkan dari laki-laki yaitu perempuan sebanyak
66,7 % dan laki-laki sebsesar 33,3 %. Distribusi pendidikan terakhir responden
terbanyak di tingkat pendidikan SMA (44,4 %), diikuti Sarjana (23,6 %), SMP
(13,9 %), Akademi (11,1%), dan Pasca Sarjana (2,8 %) dan distribusi status
pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja (IRT) sebanyak (45,8 %),
diikuti pensiunan (19,4 %), wiraswasta (12,5 %), pegawai swasta dan sipil (9,7
%), tenaga kesehatan (5,6 %), tenaga pengajar (4,2 %), dan pendeta (2%).
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
5.1.3. Distribusi faktor risiko dan tingkat risiko di gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu tahun 2012
(n =72)
Variabel n % Umur dan jenis kelamin ≥ 55 tahun pada laki-laki dan ≥ 65 tahun pada perempuan
23 31,9
< 55 tahun pada laki-laki dan < 65 tahun pada perempuan
49 68,1
Riwayat keluarga Ya 22 30,6 Tidak 50 69,4 Merokok Ya 11 30,6 Tidak 61 69,4 Pola makan tidak sehat Ya 60 83,3 Tidak 12 16,7 Minum alcohol Ya 0 0 Tidak 72 100 Kurang aktivitas fisik Ya 51 70,8 Tidak 21 29,2 Obesitas Ya 22 30,6 Tidak 50 69,4 Dislipidemia Ya 18 25 Tidak 54 75 Hipertensi Ya 18 25 Tidak 54 75 Diabetes melitus Ya 8 11,3 Tidak 64 18,9 Tingkat Risiko Rendah 58 80,6 Sedang 14 19,4
Berdasarkan tabel 5.1.3. di atas dapat digambarkan bahwa distribusi umur dan
jenis kelamin yang berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu umur ≥ 55
tahun pada laki-laki dan umur ≥ 65 tahun pada perempuan sebesar 31, 9 %,
faktor riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah adalah sebesar 30,6
%, faktor merokok sebesar 15,3 % dan yang tidak merokok sebesar 84,7 %.,
faktor pola makan tidak sehat sebesar 83,3 %, minum alkohol sebesar 0 %,
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
48
Universitas Indonesia
aktivitas fisik kurang yaitu responden yang tidak melakukan salah satu jenis
olahraga secara rutin dengan durasi olahraga minimal 30 menit dan frekuensi
minimal 3 kali dalam seminggu sebesar 70,8 %, faktor obesitas sebesar 30,6 %
faktor dislipidemia sebesar 25 %, faktor hipertensi sebesar 25 % dan faktor
diabetes melitus sebesar 11,1 % dan distribusi responden dan distribusi tingkat
risiko rendah penyakit jantung dan pembuluh darah adalah tingkat risiko rendah
sebesar 80,6 %, dan tingkat risiko sedang sebesar 19,4 %.
5.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat akan digunakan untuk menggambarkan hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas akan tetapi minum alkohol tidak dilakukan uji normalitas
karena variabel tersebut konstan yaitu (100 % tidak minum alkohol). Berikut ini
adalah tabel yang merangkum hasil uji normalitas variabel.
Tabel 5.2.1.
Rangkuman hasil uji normalitas Variabel p value
Umur dan jenis kelamin 0,432 Riwayat keluarga 0,439 Merokok 0,511 Pola makan tidak sehat 0,505 Kurang aktivitas fisik 0,446 Obesitas 0,439 Dislipidemia 0,467 Hipertensi 0.467 Diabetes melitus 0,526 Tingkat risiko 0,493 * Bermakna pada α > 0,05
Berdasarkan tabel di atas, digambarkan bahwa semua variabel mempunyai p value
> 0,05 sehingga semua variabel dapat diuji dengan Chi square untuk melihat
hubungan variabel bebas (umur dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok,
pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, dislipidemia, hipertensi,
diabetes melitus) dengan variabel terikat (tingkat risiko : rendah dan sedang).
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Setelah dilakukan uji normalitas makan variabel yang tersdistribusi normal
tersebut dilakukan uji Chi square untuk melihat hubungan variabel bebas (umur
dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, pola makan tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes melitus) dengan variabel
terikat (skoring risiko: rendah dan sedang).
Adapun hasil uji statistik dari penelitian ini terangkum pada tabel 5.2.2. di bawah
ini.
Tabel 5.2.2. Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
(n=72) Variabel Tingkat Risiko OR CI 95 % p value
Sedang Rendah n % n %
Umur dan jenis kelamin Ya 7 30,4 16 69,6 2,63 0,8-8,68 0,195 Tidak 7 14,3 42 85,7 Riwayat keluarga Ya 9 40,9 13 59,1 6,23 1,78-21,87 0,006 * Tidak 5 10 45 90 Merokok Ya 5 45,5 6 54,5 4,81 1,21-19,17 0,051 Tidak 9 14,8 52 85,2 Pola makan tidak sehat Ya 10 16,7 50 83,3 0,4 0,10-1,59 0,351 Tidak 4 19,4 8 66,7 Aktivitas fisik kurang Ya 11 21,6 40 78,4 1,65 0,41-6,64 0,702 Tidak 3 14,3 18 85,7 Obesitas Ya 4 18,2 18 81,8 0,89 0,25-3,22 1 Tidak 10 20 40 80 Dislipidemia Ya 4 22,2 14 77,8 1,26 0,34-4,64 1 Tidak 10 18,5 44 81,5 Hipertensi Ya 8 44,4 10 55,6 6,4 1,81-22,54 0,006* Tidak 6 11,1 48 88,9 Diabetes melitus Ya 3 37,5 5 62,5 2,89 0,6-13,92 0,371 Tidak 11 17,2 53 82,8 * Bermakana pada α < 0,05
Tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden yang mempunyai umur dan jenis
kelamin yang berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 7
responden (30, 4 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan
pembuluh darah, sedangkan responden yang mempunyai umur dan jenis kelamin
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
yang tidak berisiko terdapat 7 responden (14,3 %) yang mempunyai tingkat risiko
sedang penyakit jantung dan pembuluh darah. Proporsi ini secara statistik tidak
berbeda, tampak dari nilai p = 0,195 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP
Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis riwayat keluarga dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden yang memiliki
riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 9 responden
(40,9 %) mempunyai tingkat risiko sedang sedangkan responden yang tidak
mempunyai riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 5 responden
(10 %). Proporsi ini secara statistik berbeda, tampak dari nilai p = 0,006 (p <
0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat
keluarga dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat
gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu dimana OR = 6,23 pada CI 95
% yang mempunyai arti bahwa diyakini pada interval 95 %, responden yang
mempunyai riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah berpeluang sebesar
6,23 kali mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah
jika dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis merokok dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden yang merokok
sebanyak 5 responden (45,5 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit
jantung dan pembuluh darah sedangkan yang tidak merokok sebanyak 9
responden (14,8 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p
= 0,51 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara merokok dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil analisis hubungan pola makan tidak sehat dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai pola makan tidak sehat sebanyak 10 responden (16,7 %)
mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah
sedangkan yang mempunyai pola makan sehat sebanyak 4 responden (19,4 %).
Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,351 (p > 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak ada hubungan antara
pola makan tidak sehat dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara variabel aktivitas fisik kurang dengan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan
bahwa responden yang mempunyai aktivitas fisik kurang sebanyak 11 responden
(21,6 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah
sedangkan responden yang mempunyai aktivitas fisik baik sebanyak 3 responden
(14,3 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,702 (p
> 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
aktivitas fisik kurang dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara obesitas dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden
yang obesitas sebanyak 4 responden (18,2 %) mempunyai tingkat risiko sedang
penyakit jantung dan pembuluh darah sedangkan tidak obesitas sebanyak 10
responden (20 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p =
1 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara obesitas dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada
jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara dislipidemia dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden
yang dislipidemia sebanyak 4 responden (22,2 %) mempunyai tingkat risiko
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
52
Universitas Indonesia
sedang penyakit jantung dan pembuluh darah sedangkan tidak dislipidemia
sebanyak 10 responden (18,5 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda,
tampak dari nilai p = 1 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara dislipidemia dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden
hipertensi sebanyak 8 responden (44,4 %) mempunyai tingkat risiko sedang
sedangkan tidak hipertensi sebanyak 6 responden (11,1 %). Proporsi ini secara
statistik berbeda, tampak dari nilai p = 0,006 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara hipertensi dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu dimana OR = 6,4 pada CI 95 % yang mempunyai arti
bahwa diyakini pada interval 95 %, responden yang menderita hipertensi
berpeluang sebesar 6,4 kali mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung
dan pembuluh darah jika dibandingkan dengan responden yang tidak menderita
hipertensi pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara diabetes melitus dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden
yang menderita diabetes melitus sebanyak 3 responden (37,5 %) mempunyai
tingkat risiko sedang sedangkan responden yang tidak menderita diabetes melitus
sebanyak 11 responden (17,2 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda,
tampak dari nilai p = 0,371 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara diabetes melitus dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
53
Universitas Indonesia
5.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat ini digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh
bersama-sama seluruh faktor risiko yang diteliti terhadap tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi
logistik. Variabel bebas yang tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari
perhitungan. Variabel bebas yang dijadikan kandidat adalah variabel yang dalam
analisis bivariat mempunyai nila p < 0,25.
Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat ini sebanyak 9 variabel dan
akan terlihat lebih rinci pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3.1. Rangkuman hasil analisis bivariat dengan p < 0,25
Variabel OR 95 % CI p value Umur dan jenis kelamin 2,63 0,79-8,68 0,116 Riwayat keluarga 6,23 1,77-21.87 0,003 Merokok 4,81 1,20-19,17 0,030 Pola makan tidak sehat 0,40 0,1-1,588 0,207 Kurang aktivitas fisik 1,65 0,41-6,64 0,467 Obesitas 0,89 0,25-3,21 0,857 Dislipidemia 1,26 0,34-4,64 0,734 Hipertensi 6,40 1,81-22,53 0.003 Diabetes melitus 2,89 0,6-13,92 0,203
Berdasarkan tabel hasil analisis bivariat di atas, variabel yang dapat
dipertahankan untuk uji multivariat adalah variabel umur dan jenis kelamin,
riwayat keluarga, merokok, pola makan tidak sehat, hipertensi, diabetes melitus
karena p value < 0,25 akan tetapi dislipidemia dimasukkan ke dalam uji
multivariaat walaupun p value > 0,25 dikarenakan secara subtansi, variabel
tersebut akan mempengaruhi skoring tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Tabel 5.3.2. Pemodelan tahap 1
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Umur dan jenis
kelamin 1.320 .980 1.817 1 .178 3.745 .549 25.543
Riwayat
keluarag 2.249 .951 5.590 1 .018 9.474 1.469 61.103
Merokok 1.372 1.135 1.461 1 .227 3.941 .426 36.432
Pola makan
tidak sehat -2.164 1.047 4.272 1 .039 .115 .015 .894
Dislipidemia 1.394 1.134 1.512 1 .219 4.032 .437 37.219
Hipertensi 3.362 1.031 10.629 1 .001 28.846 3.822 217.701
Diabetes melitus 1.896 1.098 2.981 1 .084 6.660 .774 57.310
Constant -5.925 2.271 6.810 1 .009 .003
Dari model tahap 1 ternyata yang dikeluarkan variabel merokok dengan nilai p
paling besar yaitu 0,227 kemudian varibel umur dan jenis kelamin, riwayat
keluarga, merokok, pola makan , hipertensi dan diabetes melitus dimasukan dalam
model multivariat berikutnya dengan hasil pada tabel 5.3.3.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Tabel 5.3.3. Pemodelan tahap 2
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Umur dan jenis
kelamin 1.754 .912 3.700 1 .054 5.779 .967 34.524
Riwayat keluarga 2.587 .929 7.761 1 .005 13.290 2.153 82.035
Pola makan -2.145 1.027 4.367 1 .037 .117 .016 .875
Dislipidemia 1.011 1.011 1.000 1 .317 2.748 .379 19.920
Hipertensi 3.289 1.014 10.523 1 .001 26.813 3.676 195.590
Diabetes melitus 1.631 1.028 2.514 1 .113 5.107 .680 38.332
Constant -4.797 1.903 6.351 1 .012 .008
Dengan dikeluarkannya variabel merokok, ternayata ada variabel yang
mempunyai perbandingan OR lebih dari 10 % sehingga variabel merokok
dimasukkan kembali dalam model dan mengeluarkan variabel yang mempunyai
nilai p paling besar yaitu dislipidemia. Berikut ini adalah hasil model tahap 3 pada
tabel 5.3.4.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Tabel 5.3.4. Model tahap 3
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Umjen 1.051 .962 1.194 1 .274 2.861 .434 18.852
Riwayat 2.522 .934 7.283 1 .007 12.451 1.994 77.726
Poma -2.055 1.055 3.793 1 .051 .128 .016 1.013
Hipertensi 3.125 .969 10.395 1 .001 22.757 3.405 152.096
DM 1.591 1.037 2.351 1 .125 4.907 .642 37.492
Merokok 1.046 1.069 .957 1 .328 2.847 .350 23.141
Constant -4.255 1.593 7.138 1 .008 .014
Dari hasil model tahap 4 didapatkan bahwa variabel dislipidemia tidak menaikkan
OR >10 % sehingga dislipidemia dikeluarkan dari model dan mengeluarkan nilai
p paling besar yaitu umur dan jenis kelamin.
Tabel 5.3.5 Model tahap 4
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Riwayat keluarga 2.465 .924 7.116 1 .008 11.763 1.923 71.960
Pola makan tidak
sehat -2.149 1.050 4.191 1 .041 .117 .015 .912
Hipertensi 3.044 .950 10.272 1 .001 20.984 3.262 134.973
Diabetes meltus 1.563 1.027 2.319 1 .128 4.775 .638 35.708
Merokok 1.664 .962 2.995 1 .084 5.283 .802 34.800
Constant -3.999 1.586 6.355 1 .012 .018
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Dari hasil model di atas, umur dan jenis kelamin meningkatakan OR variabel
yang lain > 10 % sehingga variabel umur dan jenis kelamin dimasukkan kembali
dalam model berikutnya dan mengeluarkan variabel yang terbesar nilai p yaitu
diabetes melitus dan dilakukan model berikutnya yaitu model tahap 5.
Tabel 5.3.6. Model tahap 5
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Riwayat keluarga 2.522 .934 7.283 1 .007 12.451 1.994 77.726
Merokok 1.046 1.069 .957 1 .328 2.847 .350 23.141
Pola makan tidak
sehat -2.055 1.055 3.793 1 .051 .128 .016 1.013
Hipertensi 3.125 .969 10.395 1 .001 22.757 3.405 152.096
Umur dan 1.051 .962 1.194 1 .274 2.861 .434 18.852
Jenis kelamin
Constant -4.255 1.593 7.138 1 .008 .014
Setelah memuat variabel yang penting lalu dilakukan uji interaksi, uji interaksi
yang dilakukan adalah antara riwayat keluarga dengan hipertensi, merokok
dengan hipertensi, pola makan dengan hipertensi. Dari uji interaksi tersebut tidak
ada yang berinteraksi sehingga model akhir terperinci pada tabel 5.3.7.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Tabel 5.3.7
Model Akhir
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Riwayat keluarga 2.522 .934 7.283 1 .007 12.451 1.994 77.726
Merokok 1.046 1.069 .957 1 .328 2.847 .350 23.141
Pola makan tidak
sehat -2.055 1.055 3.793 1 .051 .128 .016 1.013
Hipertensi 3.125 .969 10.395 1 .001 22.757 3.405 152.096
Umur dan 1.051 .962 1.194 1 .274 2.861 .434 18.852
Jenis kelamin
Constant -4.255 1.593 7.138 1 .008 .014
Berdasarkan tabel 5.3.7 di atas dapat disimpulkan bahwa faktor risiko yang
paling dominan berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah hipertensi dengan OR yang paling tinggi yaitu 22,76
dengan CI 95 %, artinya hipertensi akan mempunyai peluang sebesar 22,76 %
lebih besar mempunyai tingkat risiko sedang dengan keyakinan 95 % .
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini akan dijabarkan tentang pembahasan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, serta implikasi hasil penelitian untuk pelayanan keperawatan
di rumah sakit dan penelitian selanjutnya.
6.1. Pembahasan hasil penelitian
6.1.1. Distribusi faktor risiko
Distribusi faktor risiko umur dan jenis kelamin diperoleh data bahwa bahwa umur
dan jenis kelamin yang berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu umur ≥
55 tahun pada laki-laki dan umur ≥ 65 tahun pada perempuan sebesar 31, 9 %
sedangkan umur dan jenis kelamin yang tidak berisiko penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah yaitu umur < 55 tahun pada laki-laki dan < 65 tahun pada
perempuan sebesar 68,1 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur dan jenis
kelamin mempunyai peluang sebesar 31,9 % terhadap faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil ini diperoleh karena responden penelitian kebanyakan perempuan yang
berumur dibawah 65 tahun dimana perempuan yang berumur di bawah 65 tahun
tidak berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Distribusi faktor riwayat keluarga diperoleh hasil penelitian bahwa responden yang
mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah adalah sebesar
30,6 % dan yang tidak mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh
darah sebesar 69,4 %. Hal ini memperlihatkan bahwa jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu lebih sedikit mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh
darah dibandingkan dengan jemaat yang tidak mempunyai riwayat penyakit jantung
dan pembuluh darah. Hal ini juga menggambarkan bahwa faktor risiko riwayat
keluarga mempunyai peluang sebesar 30,6 % pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Distribusi merokok sebesar 15,3 % dan yang tidak merokok sebesar 84,7 %. Hal ini
memperlihatkan bahwa jemaat gereja HKBP Pasar Minggu mempunyai jemaat
59
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
60
Universitas Indonesia
perokok lebih sedikit dibandingkan dengan jemaat yang tidak perokok. Proporsi ini
lebih sedikit dibandingkan faktor risiko merokok secara nasional yaitu sebesar 23,7
% (Riskesdas, 2007). Hal ini dikarenakan proporsi responden perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan proporsi laki-laki dimana kecenderungan merokok
pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.
Distribusi pola makan tidak sehat menunjukan bahwa distribusi responden yamg
mempunyai pola makan tidak sehat sebesar 83,3 % dan mempunyai pola makan
sehat sebesar 16,7 %. Proporsi ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan data
nasional (Riskesdas, 2007) dimana konsumsi makanan asin sebesar 24,5 %,
makanan berlemak sebesar 12,8 %, tidak makan sayur dan buah sebesar 93,6 %. Hal
ini memperlihatkan bahwa jemaat HKBP cenderung mempunyai pola makan tidak
sehat yaitu makan makan makanan yang asin, makanan makanan tinggi lemak,
makan sayur < 2 kali atau 2 porsi/ hari, makan buah < 3 kali atau porsi/ hari. Hal ini
dikarenakan menu makanan khas warga jemaat mengandung makanan yang asin dan
makanan berlemak.
Distribusi aktivitas fisik kurang yaitu responden yang tidak melakukan salah satu
jenis olahraga secara rutin dengan durasi olahraga minimal 30 menit dan frekuensi
minimal 3 kali dalam seminggu sebesar 70,8 % sedangkan data nasional
memperlihatkan bahwa aktifitas fisik kurang sebesar 48,2 %. Hal ini
memperlihatkan bahwa jemaat HKBP cenderung mempunyai aktivitas fisik kurang
dan proporsinya lebih besar diabndingkan dengan data nasional (Riskesdas, 2007)..
Hal ini dikarenakan karena kurangnya informasi mengenai aktivitas yang baik dan
waktu untuk melakukannya aktivitas tersebuta belim dapat menjadi prioritas hidup.
Distribusi responden yang menderita obesitas umum sebesar 30,6 % , hal ini cukup
tinggi dibandingkan dengan data nasional yaitu sebesar 19,1 %. Distribusi
responden yang menderita dislipidemia sebesar 25 % . Hal ini cukup rendah jika
dibandingkan dengan masyarakat Bali yang mempunyai tingkat kolesterol tinggi (>
191mg/dL) sebesar 83,1 % (Riskesdas, 2010) dimana budaya makan makanan
daging di Bali hampir sama dengan komunitas Batak yaitu makan daging yang
mengandung lemak tinggi. Distribusi faktor risiko hipertensi, sebesar 25 % dan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
61
Universitas Indonesia
yang tidak menderita hipertensi sebesar 75 %. Hasil tersebut menggambarkan bahwa
di jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu mempunyai jemaat
yang menderita hipertensi sebanyak 25 %. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor
risiko hipertensi pada jemaat HKBP lebih sedikit dibandingkan dengan prevalensi
Nasional (Riskesdas, 2010).
Distribusi diabetes mellitus sebesar 11,1 % dan responden yang tidak menderita
diabetes melitus sebesar 88,9 %. Hasil tersebut menggambarkan bahwa di jemaat
gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu mempunyai jemaat yang
menderita diabetes melitus sebanyak 11,1 %.
6.1.2. Hubungan umur dan jenis kelamin dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan umur dan jenis kelamin dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai umur dan jenis kelamin yang berisiko penyakit jantung dan pembuluh
darah sebanyak 7 responden (30, 4 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit
jantung dan pembuluh darah sedangkan responden yang mempunyai umur dan jenis
kelamin yang tidak berisiko terdapat 7 responden (14,3 %) yang mempunyai tingkat
risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah. Proporsi ini secara statistik
tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,195 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini berbeda dengan dengan teori yang dikemukakan yaitu umur
merupakan faktor risiko mayor penyakit jantung dan pembuluh darah (Davis, 2004
& Billy et al., 2008). Peningkatan umur akan menyebabkan penebalan dinding
ventrikel jantung, dilatasi pembuluh arteri, dan penurunan elastisitas pembuluh
darah arteri sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Bertambahnya umur berhubungan dengan proses aterosklerosis dimana peningkatan
umur meningkatkan proses aterosklerosis sehingga menimbulkan penyakit jantung
dan pembuluh darah. Risiko Penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
62
Universitas Indonesia
umur 55 tahun ke atas untuk laki-laki dan di atas 65 tahun untuk perempuan (Ditjen
PP & PL Kemenkes RI, 2011 & World Heart Federation, 2012) dan menurut
skoring penyakit jantung dan pembuluh WHO/ISH, umur dan jenis kelamin
berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Perbedaan teori dengan hasil penelitian dikarenakan oleh banyak faktor. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh distribusi responden berdasarkan jenis kelamin maupun
umur. Berdasarkan jenis kelamin, distribusi proporsi perempuan lebih banyak dari
proporsi laki-laki dan distribusi responden berdasarkan umur yang kurang heterogen
yaitu proporsi umur 62 tahun lebih banyak. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
kemungkinan dengan bertambahnya umur, pola hidup diperbaiki sehingga
peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah tidak meningkat secara
signifikan.
6.1.3. Hubungan riwayat keluarga dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis riwayat keluarga dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat
keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 9 responden (40,9 %)
mempunyai tingkat risiko sedang sedangkan responden yang tidak mempunyai
riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 5 responden (10 %).
Proporsi ini secara statistik berbeda, tampak dari nilai p = 0,006 (p < 0,05). Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga
dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja
HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu dimana OR = 6,23 pada CI 95 % yang
mempunyai arti bahwa diyakini pada interval 95 %, responden yang mempunyai
riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah berpeluang sebesar 6,23 kali
mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah jika
dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga penyakit
jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar
Minggu.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Davis, 2004, Macleod &
Mcnally, 2008 serta menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2011), adanya riwayat
keluarga yang mempunyai penyakit jantung dan pembuluh darah meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah.
6.1.4. Hubungan merokok dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis merokok dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang merokok
sebanyak 5 responden (45,5 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung
dan pembuluh darah sedangkan yang tidak merokok sebanyak 9 responden (14,8 %).
Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,51 (p > 0,05). Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dengan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Rehill, Beck, Yeo, & Yeo, (2006) yang
mengatakan merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
utama yang dapat diperbaharui. Zat nikotin dalam rokok menyebabkan produksi
katekolamin sehingga pembuluh darah mengalami vasokontriksi, meningkatkan
frekuensi denyut jantung, meningkatkan penggunaan oksigen sehingga
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal ini juga berbeda
dengan Nelms, Sucher, dan Long (2007) yang mengatakan bahwa merokok dapat
menyebabkan kerusakan endothelial, inflamasi, dan menyebabkan aterosklerosis.
Kesenjangan antara hasil penelitian dan teori kemungkinan disebabkan oleh banyak
faktor dimana kerusakan endotelial produksi katekolamin sehingga pembuluh darah
mengalami vasokontriksi, meningkatkan frekuensi denyut jantung dapaaat dicegah
oleh faktor yang laian seperti pola makan yang sehat dan aktifitas yang baik. Faktor
lain yang mempengaruhi hasil yang tidak signifikan adalah jumlah sampel yang
merokok hanya sedikit (30,6 %) sehingga akan mempengaruhi hasil uji statistik.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
64
Universitas Indonesia
6.1.5. Hubungan pola makan yang tidak sehat dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan pola makan tidak sehat dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang mempunyai pola makan tidak sehat sebanyak 10 responden (16,7
%) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah
sedangkan yang mempunyai pola makan sehat sebanyak 4 responden (19,4 %).
Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,351 (p > 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak ada hubungan antara pola
makan tidak sehat dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada
jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Stamler et al (1991) bahwa peningkatan
konsumsi garam menyebabkan peningkatan tekanan darah dan menyebabkan risiko
terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Hu, Manson, Willett (2001), terdapat hubungan mengonsumsi lemak
dengan kejadian penyakit jantung koroner. Konsumsi lemak yang tinggi (lebih dari
1/3 total kalori) akan meningkatkan saturasi lemak dalam darah (Kasim-Karakas et
al., 2000). Penelitian yang sama yang dilakukan Hooper et al. (2001), terdapat
hubungan angka kejadian dan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah
dengan konsumsi lemak (WHO, 2007).
Hal ini kumungkinan besar disebakan oleh keterbatasan instrumen dimana pola
makan tidak sehat adalah makan makanan yang asin, makanan makanan tinggi
lemak, makan sayur < 2 kali atau 2 porsi/ hari, makan buah < 3 kali atau porsi/ hari.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radhika, Sudha, Mohan
Sathya, Ganesan, & Mohan, (2008) peningkatan konsumsi buah-buahan dan
sayuran setiap hari menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
sehingga walaupu makan makanan yang asin dan makan makanan lemak tinggi
tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung jika diimbangi dengan makan
sayur dan buah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
65
Universitas Indonesia
6.1.6. Hubungan minum alkohol dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi responden yang minum alkohol yaitu
minum alkohol dua kali sehari sesuai ukuran standar sebesar 0 % sehingga variabel
ini tidak dapat dianalisis. Hal ini dikarenakan karakteristik responden adalah
homogen yaitu jemaat gereja dimana terdapat keyakinan tidak boleh meminum
minuman yang dapat memabukkan.
6.1.7. Hubungan aktivitas fisik kurang dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara variabel aktivitas fisik kurang dengan
tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai aktivitas fisik kurang sebanyak 11 responden (21,6 %)
mempunyai tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah sedangkan
responden yang mempunyai aktivitas fisik baik sebanyak 3 responden (14,3 %).
Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 0,702 (p > 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas
fisik kurang dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada
jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hal ini berbeda dengan hasil peneltian Blair et al., 1989; Dubbert et al., 2002; Farrell
et al., 1998; Wannamethee & Shaper, 2001; Wei et al., 1999 dalam Brown (2010)
diketahui bahwa kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dan menyebabkan kematian pada semua kasus penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Kesenjangan teori ini dengan hasil penelitian dikarenakan jemaat kemungkinan
mempunyai aktivitas fisik di rumah tangga yang banyak sehingga tidak mempunyai
waktu melakukan aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan dan kemungkinan
aktivitas ini juga dipertimbangkan ke dalam aktivitas fisik yang baik untuk
kesehatan.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
66
Universitas Indonesia
6.1.8. Hubungan obesitas dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara obesitas dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden yang
obesitas sebanyak 4 responden (18,2 %) mempunyai tingkat risiko sedang penyakit
jantung dan pembuluh darah sedangkan tidak obesitas sebanyak 10 responden (20
%). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai p = 1 (p > 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas
dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja
HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ditemukan yaitu berdasarkan
penelitian studi kasus The Framingham Heart Study dalam Joshi, Day, Lubowski, &
Ambegaonkar (2005), obesitas menjadi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Joshi et al pada tahun di 2005 di
Amerika Serikat bahwa obesitas merupakan faktor risiko peningkatan tekanan darah
dan penurunan kadar HDL.
Kesenjangan hasil penelitian dan teori kemungkinan disebabkan kurangnya
responden yang menderita obesitas sehingga mempengaruhi hasil uji statistik dan
faktor lain adalah pengukuran obesitas hanya dilakukan dengan pengukuran indeks
masa tubuh (obesitas umum) tetapi pengukuran obesitas yang lain seperti lingkar
perut (obesitas sentral) tidak dilakuan sehingga akan mempengaruhi hasil.
6.1.9. Hubungan dislipidemia dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara dislipidemia dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang dislipidemia sebanyak 4 responden (22,2 %) mempunyai tingkat
risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah sedangkan tidak dislipidemia
sebanyak 10 responden (18,5 %). Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak
dari nilai p = 1 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
67
Universitas Indonesia
hubungan antara dislipidemia dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa dislipidemia
merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan kadar
kolesterol LDL 1 mg/dl akan menyebabkan risiko penyakit jantung sebesar 2-3 %,
penurunan kadar kolesterol HDL sebanyak 1 mg/dl akan meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner sebesar 3-4 % (National Cholesterol Education Program
(NCEP) dalam Libby et al. (2008) dan menurut skoring WHO/ISH peningkatan
kadar kolesterol akan mempengaruhi peningkatan besarnya skoring risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Kesenjangan teori dan hasil penelitian ini disebabkan oleh proporsi responden yang
menderita dislipidemia lebih sedikit dibandingkan dengan tidak dislipidemia
sehingga uji statistik tidak memperlihatkan hasil yang signifikan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah definisi operasional pada penelitian yaitu dislipidemia
merupakan peningkatan kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dL sedangkan pada
skoring risiko WHO/ISH kadar kolesterol yang bermakna untuk peningkatan tingkat
risiko adalah kadar kolesterol lebih dari 240 mg/dL.
6.1.10. Hubungan hipertensi dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan tingkat risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah, tabel 5.2.2. menunjukkan bahwa responden hipertensi
sebanyak 8 responden (44,4 %) mempunyai tingkat risiko sedang sedangkan tidak
hipertensi sebanyak 6 responden (11,1 %). Proporsi ini secara statistik berbeda,
tampak dari nilai p = 0,006 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara hipertensi dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
dimana OR = 6,4 pada CI 95 % yang mempunyai arti bahwa diyakini pada interval
95 %, responden yang menderita hipertensi berpeluang sebesar 6,4 kali mempunyai
tingkat risiko sedang penyakit jantung dan pembuluh darah jika dibandingkan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
68
Universitas Indonesia
dengan responden yang tidak menderita hipertensi pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu hipertensi merupakan faktor mayor
penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hasil penelitian
Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dua kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
6.1.11. Hubungan diabetes melitus dengan tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara diabetes melitus dengan tingkat risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah, hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang menderita diabetes melitus sebanyak 3 responden (37,5 %)
mempunyai tingkat risiko sedang sedangkan responden yang tidak menderita
diabetes melitus sebanyak 11 responden (17,2 %). Proporsi ini secara statistik tidak
berbeda, tampak dari nilai p = 0,371 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara diabetes melitus dengan tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada jemaat gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ditemukan Menurut Bonow dan
Gheorghiade (2004), penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkat menjadi
2 sampai 4 kali pada penderita DM dan penyakit jantung dan pembuluh darah
merupkan penyebab kematian utama pada penderita diabetes melitus dan sekitar 65
% kematian diabetes melitus disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan stroke.
Kesenjangan ini dipengaruhi oleh distribusi diabetes melitus yang sedikit sehingga
tidak menghasilkan uji statistik yang bermakna.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
69
Universitas Indonesia
6.1.12. Faktor dominan berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa faktor risiko yang paling
dominan berhubungan dengan tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
adalah hipertensi dimana hipertensi akan mempunyai peluang sebesar 22,76 % lebih
besar mempunyai tingkat risiko sedang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu hipertensi merupakan faktor mayor
penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Hasil penelitian
Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan
tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dua kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011).
6.2. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah jumlah responden yang terbatas,
pengumpulan sampel, dan instrumen penelitian.
6.2.1. Jumlah responden yang terbatas
Pada penelitian ini jumlah responden yang memenuhi penelitian adalah hanya 72
responden sedangkan jumlah yang diinginkan dalam penelitian ini sebesar 97
sehingga ketepatan hasil analisis dari penelitian berkurang.
6.2.2. Pengumpulan sampel
Cara pengumpulan sampel adalah dengan menghimbau jemaat untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan sehingga yang datang adalah jemaat yang merasa dirinya
kurang sehat sehingga semua responden yang datang adalah yang berisiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
6.2.3. Intrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen yang mengacu pada
Kemenkes dan Riskesdas akan tetapi untuk pola makan yang tidak sehat dijadikan
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
70
Universitas Indonesia
menjadi satu yaitu : makan makanan asin, makan makanan tinggi lemak, kurang
makan sayur dan buah-buahan. Hal ini menjadikan hasil penelitian pada pola
makan menjadi bias.
6.3. Implikasi penlitian
6.3.1. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini berimplikasi terhadap pelayanan keperawatan khususnya pelayanan
preventif penyakit jantung dan pembuluh darah dimana hasil penelitian ini
memberikan informasi bagi perawat bahwa faktor risiko yang mempengaruhi tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah riwayat keluarga dan hipertensi.
Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
edukasi perawatan hipertensi dan cara pencegahan hipertensi sehingga penyakit
jantung dan pembuluh darah dapat dicegah. Selain hal tesebut, penelitian ini juga
memberikan informasi kepada perawat bahwa faktor risiko riwayat keluarga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah sehingga perawat dapat memberi edukasi khusus untuk pasien yang
mempunyai riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah agar menjaga
gaya hidup sehat untuk menghindari penyakit jantung dan pembuluh darah.
6.3.2. Ilmu Keperawatan
Penelitian ini membuka wacana bagi keilmuan keperawatan mengenai faktor riwayat
keluarga adalah salah satu faktor mayor selain hipertensi yang mempengaruhi
tingkat penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga perlu mengembangkan
format pengakajian keperawatan khususnya kardiovaskuler mengenai adanya
riwayat keluarga penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga dapat dideteksi
skoring risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
6.3.3. Pelayanan Kesehatan Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
Penelitian ini memberi kontribusi kepada pelayanan kesehatan di gereja HKBP
Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu mengenai status kesehatan jemaat khususnya
kesehatan kardiovaskuler sehingga dapat menjadi data pendahuluan untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan dan mengurangi angka kematian penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Pada penelitian ini ditemukan bahwa semua responden (72 responden) berisiko
penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu dengan risiko rendah dan sedang.
Adapun karakteristik responden yaitu rata-rata umur 59 tahun (usia lanjut) dengan
jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki, pendidikan terakhir adalah tingkat
pendidikan sekolah menengah atas dan tingkat pendidikan tinggi (akademi, sarjana,
dan pasca sarjana), status pekerjaan yang terbanyak adalah tidak bekerja (ibu rumah
tangga) dan pensiunan.
Pada penelitian ini ditemukan faktor-faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah yaitu faktor umur dan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, pola makan
yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang, obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan
diabetes melitus dimana faktor yang terbanyak adalah pola makan tidak sehat diikuti
aktivitas fisik kurang.
Pada penelitian in juga ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah riwayat keluarga dan hipertensi
dimana faktor dominan adalah hipertensi.
7.2. Saran
7.2.1. Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mendeteksi tingkat
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, edukasi gaya hidup sehat dan edukasi
self care of hypertension
7.2.2. Penelitian Keperawatan Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan format
pengakajian keperawatan khususnya kardiovaskuler sehingga dapat dideteksi
skoring tingkat risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
71
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
72
Universitas Indonesia
7.2.3. Pelayanan Kesehatan Klinik Gereja Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
Pelayanan klinik kesehatan lebih mengembangkan pelayanan promotif dan preventif
seperti pemeriksaan kesehatan secara berkala dan penyuluhan-penyuluhan gaya
hidup sehat dilakukan pada tingkat anak sekolah minggu sampai lansia, frekuensi
senam ditingkatkan menjadi tiga kali seminggu, dan menyelenggarakan pendidikan
self care of hypertension.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, M. J., Touzé, E., Mas, J., Hill, M. D., Michel, P., Bhatt, D. L., . . . Steg,
P. G. (2008). Risk factor profile and management of cerebrovascular
patients in the REACH registry. Cerebrovascular Diseases, 25(4), 366-74.
Alssema, M., Newson, R. S., P.H.D., Bakker, Stephan J L,M.D., P.H.D.,
Stehouwer, Coen D A,M.D., P.H.D., Heymans, M. W., P.H.D., Nijpels,
G., . . . Dekker, J. M., P.H.D. (2012). One risk assessment tool for
cardiovascular disease, type 2 diabetes, and chronic kidney disease.
Diabetes Care, 35(4), 741-8.
Anderson, J. T., Watson, M., & Hilleman, D. (1997). Cardiovascular risk factor
screening and intervention in african american adults. Journal of Health
Care for the Poor and Underserved, 8(3), 322-44.
Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi : Obesitas, Diabetes Melitus &
Dislipidemia. Jakarta : EGC.
Bauman, A., Phongsavan, P., Schoeppe, S., & Owen, N. (2006). Physical activity
measurement- a primer for health promotion. Global Health Promotion,
13(2), 92-103.
Bonow, R. O., & Gheorghiade, M. (2004). The diabetes epidemic: a national and
global crisis. Am J Med, 116 Suppl 5A, 2S-10S.
Brown, V. L. (2010). The assessment of cardiovascular disease risk in relation to
the built environment and race. University of Pittsburgh. ProQuest
Dissertations and Theses.
Capewell, S., Ford, E. S., Croft, J. B., Critchley, J. A., Greenlund, K. J., &
Labarthe, D. R. (2010). Cardiovascular risk factor trends and potential for
reducing coronary heart disease mortality in the united states of america.
World Health Organization.Bulletin of the World Health Organization,
88(2), 120-30.
Carlquist, J. F., Muhlestein, J. B., & Anderson, J. L. (2007). Lipoprotein-
associated phospholipase A2: A new biomarker for cardiovascular risk
assessment and potential therapeutic target. Expert Review of Molecular
Diagnostics, 7(5), 511-7. doi:10.1586/14737159.7.5.511.
Cash-Smith, S. (2002). Women and cardiovascular disease. Workplace Health &
Safety, 50(10), 443-8.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Cheng, H. (2012). Editorial preface to the first issue of 2012. Journal of
Cardiovascular Disease Research, 3(1), 1-2. doi:10.4103/0975-
3583.91589.
Chobanian, A. V., Bakris, G. L., Black, H. R., Cushman, W. C., Green, L. A.,
Izzo, J. L., Jr., et al. (2003). Seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. Hypertension, 42(6), 1206-1252.
Connolly, S., Jennings, C., Mead, A., Jones, J., Holden, A., Bacquer, D. D., . . .
Faergeman, O. (2008). Nurse-coordinated multidisciplinary, family-based
cardiovascular disease prevention programme (EUROACTION) for
patients with coronary heart disease and asymptomatic individuals at high
risk of cardiovascular disease: A paired, cluster-randomised controlled
trial. The Lancet, 371(9629), 1999-2012.
Damkondwar, D., Raman, R., Suganeswari, G., Kulothungan, V., & Sharma, T.
(2012). Assessing framingham cardiovascular risk scores in subjects with
diabetes and their correlation with diabetic retinopathy. Indian Journal of
Ophthalmology, 60(1), 45-8. doi:10.4103/0301-4738.91344.
Daniel, M. J. (2011). Lipid Management in Patients with Type 2 Diabetes.
American Health & Drug Benefits, 4(5), 312-321.
Davis, L. (2004). Cardiovascular Nursing Secrets. St. Louis : Elsevier Mosby.
Ditjen PP & PL Depkes. (2006). Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Jakarta : Ditjen PP & PL Depkes
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2010). Deteksi Dini Faktor Risiiko Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta : Ditjen PP & PL Kemenkes RI.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2011). Pedoman Pengendalian faktor Risiko
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta : Ditjen PP & PL
Kemenkes RI.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2011). Profil Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan tahun 2010. Jakarta : Ditjen PP & PL Kemenkes
RI.
Edelman, D. J., Gao, Q., & Mosca, L. (2008). Predictors and barriers to timely
medical follow-up after cardiovascular disease risk factor screening
according to Race/Ethnicity. Journal of the National Medical Association,
100(5), 534-9.
Edelmen, C. L., & Mandle, C.L. (2010). Health Promotion Throughout The Life
Span. 7th
. St. Loius : Mosby Elsevier.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Framimgham Heart Study. (2012). General Cardiovascular Disease.
http://www.framinghamheartstudy.org/risk/gencardio.html.
Gaziano, T. A., Young, C. R., Fitzmaurice, G., Atwood, S., & Gaziano, J. M.
(2008). Laboratory-based versus non-laboratory-based method for
assessment of cardiovascular disease risk: The NHANES I follow-up study
cohort. The Lancet, 371(9616), 923-31.
Goldston, K., & Davidson, P. M. (2003). Guidelines for reducing risk in heart
disease: Implications for nursing practice and research. Australian Nursing
Journal, 11(6), C1-C4.
Gordon, W. J., Polansky, J. M., John Boscardin, W., Fung, K. Z., & Steinman, M.
A. (2010). Coronary risk assessment by point-based vs. equation-based
framingham models: Significant implications for clinical care. Journal of
General Internal Medicine, 25(11), 1145-51. doi:10.1007/s11606-010-
1454-2.
Greenawalt, J. A. (2008). Modifiable cardiovascular risk factors in the early
adolescent period. University of Pittsburgh). ProQuest Dissertations and
Theses.
Halcomb, E. J., Davidson, P. M., Yallop, J., Griffiths, R., & Daly, J. (2007).
Strategic directions for developing the australian general practice nurse
role in cardiovascular disease management. Contemporary Nurse : A
Journal for the Australian Nursing Profession, 26(1), 125-35.
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Herrmann, S. (2011). Application of methods in physical activity measurement.
Arizona State University. ProQuest Dissertations and Theses.
HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu. (2011). Laporan Kerja Statistik dan
Keuangan tahun 2011 HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Jakarta : HKBP Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M. L. (2010). Medical Surgical Nursing :
Patient-Centerd Collaborative Care. St Louis : Saunders Elsevier.
Joshi, A. V., Day, D., Lubowski, T. J., & Ambegaonkar, A. (2005). Relationship
between obesity and cardiovascular risk factors: Findings from a multi-
state screening project in the united states. Current Medical Research and
Opinion, 21(11), 1755-61.
Jurkowski, J. M. (2006). Nativity and cardiovascular disease screening practices.
Journal of Immigrant and Minority Health, 8(4), 339-46.
doi:10.1007/s10903-006-9004-z.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Ki-Chul S., Kim, S. H., & Reaven, G. M. (2007). Relationship among alcohol,
body weight, and cardiovascular risk factors in 27,030 korean
men. Diabetes Care, 30(10), 2690-4.
Klatsky, A. L. (2009). Alcohol and cardiovascular diseases. Expert Review of
Cardiovascular Therapy, 7(5), 499-506. doi:10.1586/erc.09.22.
Kramer, M. K. (2007). Diabetes prevention and cardiovascular risk reduction in
primary care practice. University of Pittsburgh). ProQuest Dissertations
and Theses.
Kucia, A., Birchmore, L., Smith, J., & Davey, G. (2006). SA gets a new
cardiovascular nursing program. Australian Nursing Journal, 13(10), 35-
35.
Kusmana, D. (2006). Olahraga untuk orang sehat dan penderita penyakit jantung.
Ed. 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Lameshow, S., Hosmer, D.W., & Klar.,J. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan, editor Gadjah Mada University Press . Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Lartey-Rowser, M. (2009). The relationship between calcium intake, obesity, and
cardiovascular disease risk factors: The jackson heart study. The
University of Southern Mississippi). ProQuest Dissertations and Theses.
Lee, P. H., Macfarlane, D. J., Lam, T. H., & Stewart, S. M. (2011). Validity of the
international physical activity questionnaire short form (IPAQ-SF): A
systematic review. International Journal of Behavioral Nutrition and
Physical Activity, 8(1), 115-115. doi:10.1186/1479-5868-8-115.
Lewis et al. (2007). Medical Surgical Nursing : Assessment & Management of
Clinical Problem. St.Louis : Mosby.
Libby, P., Bonow, R.O., Mann, D.L., Zipes, D.P., & Braunwald, E. (2008).
Braunwald's heart disease : a textbook of cardiovascular medicine.
Philadelphia : Saunders Elsevier.
Lindholm, L. H., & Mendis, S. (2007). Prevention of cardiovascular disease in
developing countries. The Lancet, 370(9589), 720-2.
Macleod, H. M., & Mcnally, E. M. (2008). A pilot study of a family history risk
assessment tool for cardiovascular disease. Journal of Genetic Counseling,
17(5), 499-507. doi:10.1007/s10897-008-9174-z.
Mahan, L.K., & Escott-Stump, S. (2008). Krauses’s food nutrition & therapy
nutrition therapy. (12th
ed.). St. Louis : Saunders Elsevier.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Marshall, T. (2010). The effect of blood pressure and cholesterol variability on the
precision of framingham cardiovascular risk estimation: A simulation
study. Journal of Human Hypertension, 24(10), 631-8.
doi:10.1038/jhh.2009.114.
Marshall, T., & Rouse, A. (2002). Resource implications and health benefits of
primary prevention strategies for cardiovascular disease in people aged 30
to 74: Mathematical modelling study. British Medical Journal, 325(7357),
197-197.
Marteau, T. M., & Kinmonth, A. L. (2002). Screening for cardiovascular risk:
Public health imperative or matter for individual informed choice? British
Medical Journal, 325(7355), 78-80.
Millman, F. K. (2011). Factors associated with nurses practice intentions to
provide heart disease risk and prevention education to women
patients. Seton Hall University. ProQuest Dissertations and Theses.
Mokdad, A. H., Ford, E. S., Bowman, B. A., Dietz, W. H., Vinicor, F., Bales, V.
S., et al. (2003). Prevalence of obesity, diabetes, and obesity-related health
risk factors, 2001. Jama, 289(1), 76-79.
Molenaar, E. A., M.S.C., Hwang, S., Vasan, R. S., M.D., Grobbee, Diederick
E,M.D., P.H.D., Meigs, James B,M.D., M.P.H., DAgostino, Ralph B, SR,
PHD, . . . Fox, Caroline S,M.D., M.P.H. (2008). Burden and rates of
treatment and control of cardiovascular disease risk factors in obesity: The
framingham heart study. Diabetes Care, 31(7), 1367-72.
Mukamal, K. J. (2006). The effects of smoking and drinking on cardiovascular
disease and risk factors. Alcohol Research and Health, 29(3), 199-202.
Nelms, M., Sucher, K., & Long, S. (2007). Nutrition therapy & pathophysiology.
Belmont, CA : Thomson Brooks/Cole.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/Public Health Nursing :
promoting the health of population. St.Louis : Saunders Elsevier.
Pearson, T. A. (2007). The prevention of cardiovascular disease: Have we really
made progress?. Health Affairs, 26(1), 49-60.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. ( 2006). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : Perkeni.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010). Standar Profesi & Kode Etik
Perawat Indonesia. Jakarta : PP-PPNI.
Peterson, G. M., Fitzmaurice, K. D., Kruup, H., Jackson, S. L., & Rasiah, R. L.
(2010). Cardiovascular risk screening program in australian community
pharmacies. International Journal of Clinical Pharmacy, 32(3), 373-80.
doi:10.1007/s11096-010-9379-8.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler, B.P. (2001). Essentials of Nursing Research :
methods, appraisals, and utilization. USA : Lippincott
Pongwecharak, J., & Treeranurat, T. (2010). Screening for pre-hypertension and
elevated cardiovascular risk factors in a thai community pharmacy.
International Journal of Clinical Pharmacy, 32(3), 329-33.
doi:10.1007/s11096-010-9373-1
Popa, M. A. (2007). Modifiable factors for disability: Is there potential for
reducing racial disparities in disability in older age?.University of South
Florida. ProQuest Dissertations and Theses.
Price, S. A. ( 2006). Patofisiologi : konnsep klinis proses-proses penyakit/alih
bahasa, Brahm U. Pendi et. al; editor bahasa Indonesia, Huriawati
Hartanto…(et.al). Jakarta : EGC
Puddey, I. B., Rakic, V., Dimmitt, S. B., & Beilin, L. J. (1999). Influence of
pattern of drinking on cardiovascular disease and cardiovascular risk
factors--a review. Addiction, 94(5), 649-63.
Radhika, G., Sudha, V., Mohan Sathya, R., Ganesan, A., & Mohan, V. (2008).
Association of fruit and vegetable intake with cardiovascular risk factors
in urban south indians. The British Journal of Nutrition, 99(2), 398-405.
doi:10.1017/S0007114507803965.
Rahajeng, E. & Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(12), 580-587.
Rehill, N., Beck, C. R., Yeo, K. R., & Yeo, W. W., (2006). The effect of chronic
tobacco smoking on arterial stiffness. British Journal of Clinical
Pharmacology, 61(6), 767-773.
Rehm, J. (2011). The Risks Associated With Alcohol Use and Alcoholism.
Alcohol Research & Health, 34(2), 135-143. Ridker, P. M., Buring, J. E.,
Rifai, N., & Cook, N. R. (2007). Development and validation of improved
algorithms for the assessment of global cardiovascular risk in women: The
reynolds risk score. JAMA, 297(6), 611-619.
Robinson, F. (2007). New tool to help identify patients at high risk of
cardiovascular disease. Practice Nurse, 34(2), 11-12.
Rodriguez-Leyva, D., Malik, A., & Tappia, P. S. (2011). Gender-related gene
expression in response to dietary fatty acids and predisposition to
atherosclerosis and cardiovascular disease. Clinical Lipidology, 6(6), 653-
664. doi:10.2217/clp.11.62.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Rigsby, B.D. (2011). Hypertension Improvement Through Healty Life Style
Modifications. The ABNF Journal.
Riset Kesehatan Dasar. (2007). Pedoman Pengisian Kuesioner Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta : Tim Riset Kesehatan Dasar
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta : Sagung Seto.
Schaefer, E. J. (2010). Northern light: A commentary on the 2009 canadian
guidelines for the diagnosis and treatment of dyslipidemia and prevention
of cardiovascular disease in adults. Clinical Chemistry, 56(4), 502-4.
Shirato, S., & Swan, B. A. (2010). Women and cardiovascular disease: An
evidentiary review. Medsurg Nursing, 19(5), 282-6, 306.
Sihombing, M. (2010). Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi
Makanan/Minumam, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada
Respoden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Majalah Kedokteran
Indonesia, 60(9), 406-412.
Smith, C.M., & Maurer, F.A. (1995). Community Health Nursing : Theory and
Practise. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Sobbry, K. M. (2011). Assessment of cardiovascular disease risk in
firefighters. DYouville College). ProQuest Dissertations and Theses.
Unwin, N., Thomson, R., OByrne, A. M., Laker, M., & Armstrong, H. (1998).
Implications of applying widely accepted cholesterol screening and
management guidelines to a british adult population: Cross sectional study
of cardiovascular disease and risk factors. British Medical Journal,
317(7166), 1125-30.
Wannamethee, S. G., & Shaper, A. G. (2001). Physical activity in the prevention
of cardiovascular disease: an epidemiological perspective. Sports Med,
31(2), 101-114.
Waspadji, S & Suyono, S. (2007). Daftar bahan makanan penukar : petunjuk
praktis perencanaan makan sehat, seimbang, dan bervariasi. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Walters, C. A. (2009). Development and validation of risk stratification indices
for cardiovascular diseases: Addressing racial disparities in mortality
rates using person-level data from four U.S. cohorts. Medical University
of South Carolina).ProQuest Dissertations and Theses.
Westerby, R. (2011). An overview of cardiovascular disease risk assessment.
Nursing Standard, 26(13), 48-55; quiz 56.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
World Health Organization. (2003). Diet, Nutrition and The prevention of
Chronic Disease. Geneva : World Health Organization
World Health Organization (2007). Prevention of Cardiovascular Disease
Guidelines for assessment and management of cardiovascular risk.
World Health Organization. (2011). Global atlas on cardiovascular disease
prevention and control. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/
Wollin, S. D., & Jones, P. J. H. (2001). Alcohol, red wine and cardiovascular
disease. The Journal of Nutrition, 131(5), 1401-4.
World Heart Federation. (2012). Cardiovascular Disease Risk Factors. .
http://www.world-heart-federation.org/cardiovascular-
health/cardiovascular-disease-risk-factors/
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
PENJELASAN PENELITIAN
Judul
Penelitian
: Analisis faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
dalam konteks keperwatan pada jemaat Gereja HKBP
Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
Peneliti : Senandung TRH
NPM : 1006748892
Peneliti adalah mahasiswa Program Pascasarjana Kekhususan Keperawatan
Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada Jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu Ressort
Pasar Minggu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan kesehatan yaitu
mengembangkan program pelayanan kesehatan untuk mengendalikan penyakit
jantung dan pembuluh darah dan bermanfaat untuk peningkatan kesehatan
Bapak/Ibu yaitu Bapak/Ibu dapat mengetahui status kesehatan sehingga dapat
melakukan upaya peningkatan kesehatan.
Pada penelitian ini, Bapak/Ibu akan mengisi kuesioner dan dilakukan pengukuran
berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kadar
kolesterol total darah, serta gula darah puasa. Pada pemeriksaan kadar kolesterol
total dan gula darah puasa, darah yang akan diambil adalah dari ujung jari yang
diambil dengan cara menusukkan jarum kecil pada ujung salah satu jari.
Penusukan ini akan memberikan sedikit rasa kurang nyaman dan akan berkurang
jika melakukan tarik nafas dalam.
Lampiran 1
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif, dan bila
mengalami ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu mempunyai hak untuk berhenti
dan mendapatkan intervensi keperawatan. Peneliti juga akan menjunjung tinggi
hak responden dengan menjaga kerahasiaan yang diperoleh selama proses
pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan data Bapak/Ibu akan
dimusnahkan setelah lima tahun.
Dengan penjelasan ini, peneliti mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu. Atas
kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti ucapkan terima
kasih dan semoga dengan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini dapat
mengetahui status kesehatan dan berusaha menjaga kesehatan.
Jakarta, ...............................2012
Peneliti
Senandung TRH
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul
Penelitian
: Analisis faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
dalam konteks keperwatan pada jemaat Gereja HKBP
Pasar Minggu Ressort Pasar Minggu
Peneliti : Senandung TRH
NPM : 1006748892
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang penelitian
yang akan dilaksanakan sesuai judul di atas, saya mengetahui bahwa tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dalam konteks keperawatan pada jemaat Gereja HKBP Pasar
Minggu Ressort Pasar Minggu. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam
penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dan khususnya bagi saya sebagai responden.
Saya memahami bahwa risiko yang dapat terjadi sangat kecil dan saya berhak
untuk menghentikan keikutsertaan saya dalam penelitian ini. Saya juga mengerti
bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya, dan berkas
yang mencantumkan identitas hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data
dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan dan kerahasiaan data
tersebut hanya diketahui peneliti.
Selanjutnya saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan menyatakan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden
(……………………………..)
Jakarta, ……..…........2012
Peneliti
(Senandung TRH)
Lampiran 2
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
KUESIONER PENELITIAN
Analisis faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dalam konteks
keperawatan pada jemaat Gereja HKBP Pasar Minggu
Ressort Pasar Minggu
Petunjuk:
Mohon Kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan sesuai dengan
petunjuk di bawah ini !
I. Isian singkat
Petunjuk :
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
pada jawaban yang tersedia.
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. No. Telepon :
4. Status Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Umur :
7. Jenis kelamin :
8. Riwayat Penyakit Keluarga :
9. Riwayat Penyakit Responden:
II. Pilihan
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (v) pada kurung yang tersedia apabila
pernyataan sesuai dengan kehidupan Bapak/Ibu !
1. Saya merokok minimal satu batang rokok setiap hari
Ya ( ) Tidak ( )
Jika jawaban “ya” silahkan lanjut ke pertanyaan No. 3 dan jika jawaban
“tidak” silahkan lanjut ke pertanyaan No. 2
2. Saya berhenti merokok kurang dari 1 tahun
Ya ( ) Tidak ( )
3. Dalam satu hari, minimal saya makan makanan asin sebanyak 1 kali,
seperti telur asin, sayur asin, kecap asin, kripik kentang, saos, daging
kaleng dan makanan asin lainnya.
Ya ( ) Tidak ( )
Lampiran 3
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
4. Dalam satu hari, minimal saya makan makanan tinggi leamk sebanyak 1
kali, seperti sop buntut, sate, masakan bersantan, kuning telur, kambing,
kulit ayam/bebek dan makan makanan tinggi lemak lainnya
Ya ( ) Tidak ( )
5. Saya makan sayur minimal 2 kali atau 2 porsi setiap hari
Ya ( ) Tidak ( )
6. Saya makan buah minimal 3 kali atau 3 porsi setiap hari
Ya ( ) Tidak ( )
7. Saya minum salah satu jenis alkohol : bir, whiskey, anggur, cap orang tua,
cap tikus, sopi, tuak.
Ya ( ) Tidak ( )
Jika jawaban “ya” silahkan lanjut ke pertanyaan No. 8 dan jika jawaban
“tidak” silahkan lanjut ke pertanyaan No. 9
8. Saya minum alkohol tersebut 1 bulan terakhir dua kali sehari dengan
ukuran standar seperti di bawah ini :
o 1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 – 330 ml) bir
o 1 gelas piala (120 ml) anggur
o 1 sloki (30 ml) whiskey
o 1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 – 330 ml) cap orang tua
o 1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 – 330 ml) cap tikus
o 1 gelas tuak
Ya ( ) Tidak ( )
9. Setiap hari saya hanya melakukan aktivitas sehari-hari yang ringan
seperti berdiri, berjalan pelan, mengangkat benda ringan, naik beberapa
tangga tanpa melakukan olahraga.
Ya ( ) Tidak ( )
10. Saya melakukan salah satu olahraga di bawah ini secara rutin
(jalan kaki, joging, lari, lari di tempat, bulu tangkis, sepak bola, berenang,
senam, sepeda)
Ya ( ) Tidak ( )
Jika jawaban “ya” silahkan lanjut ke pertanyaan No. 11 dan 12 dan jika
jawaban “tidak” pertanyaan berikutnya tidak perlu dijawab.
11. Saya melakukan olahraga tersebut dengan durasi minimal 30 menit setiap
olahraga
Ya ( ) Tidak ( )
12. Saya melakukan olahraga tersebut dengan frekuensi minimal 3-
4x/minggu
Ya ( ) Tidak ( )
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Lembar Hasil Pengukuran (Diisi oleh peneliti)
1. Berat Badan (dalam Kg) :
2. Tinggi Badan (dalam meter) :
3. Indeks Masa Tubuh (Kg/m2) :
4. Tekanan Darah (dalam mmHg)
Pengukuran Pertama :
Pengukuran Kedua :
Rata-rata tekanan darah :
5. Kadar Gula Darah Puasa
(dalam mg/dL ) :
6. Kadar Kolesterol Total
(dalam mg/dL ) :
(dalam mmol/L) :
Lampiran 4
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Lembar Pengukuran Berisiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(Diisi oleh peneliti)
No Variabel Ya Tidak
1 Umur ≥ 55 tahun pada laki-laki
2 Umur ≥ 65 tahun pada perempuan
3 Riwayat Keluarga
4 Merokok
5 Pola makan tidak sehat
6 Minum alkohol
7 Kurang aktivitas fisik
8 Obesitas
9 Dislipidemia
10 Hipertensi
11 Diabetes Melitus
Jumlah Skor
Lampiran 5
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Lembar Skoring Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah WHO/ISH
SKORING :
Lampiran 6
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Prosedur Pengisian Kuesioner dan Pengukuran
1. Cara mengisi kuesioner
Kuesioner akan dibagikan kepada responden di klinik dan responden mengisi di
klinik sehingga jika ada pernyataan atau pertanyaan yang tidak dimengerti akan
dijelaskan kembali oleh peneliti.
2. Cara mengukur berat badan
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan digital
injak. Adapun pengukurannya sebagai berikut :
a. Responden diminta melepaskan alas kaki, mengeluarkan benda-benda
berat yang ada di kantong baju/celana dan tidak menggunakan pakaian
yang berlebihan.
b. Meminta responden untuk naik ke atas timbangan, berdiri tenang, tegak,
lengan di samping badan, melihat lurus ke depan sampai muncul angka
di kaca display.
c. Menuliskan hasil pengukuran pada lembar hasil pengukuran.
3. Cara mengukur tinggi badan adalah sebagai berikut
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan microtoise. Adapun
pengukurannya sebagai berikut :
a. Responden diminta untuk melepaskan alas kaki.
b. Responden berdiri tegak sejajar dengan garis lurus microtoise.
c. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, tangan, pantat, dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise dipasang dan tepat pada garis
lurus yang telah dibuat.
d. Pandang responden lurus ke depan (bila perlu peganglah dagunya) dan
kedua lengan dalam posisi tergantung bebas. Bagian atas telinga dan
mata berada pada 1 garis lurus.
e. Geser microtoise ke bawah sampai menyentuh bagian atas kepala
responden.
Lampiran 7
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
f. Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah,
lurus/beratap muka dengan responden. Jika pengukur lebih pendek,
naiklah ke atas bangku kecil saat membaca hasil pengukuran.
g. Menuliskan hasil pengukuran pada lembar hasil pengukuran.
4. Cara mengukur tekanan darah
Adapun cara pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut :
a. Responden yang akan diperiksa beristirahat selama 5 menit
b. Tekanan darah diukur pada posisi dimana alat pengukur tekanan darah
setinggi jantung (Gambar 4.7.1)
c. Pasang manset tensimeter sehiungga manset melingkari 2/31engan dan
bagian bawahnya harus 2 cm di atas daerah lipatan lengan.
d. Balon spigmomanometer dipompa sampai di atas tekanan sistolik,
kemudian dibuka perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per
denyut jantung. Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (Korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat pada saat
bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V)
e. Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri lalu dirata-rata.
5. Cara mengukur gula darah puasa dan kadar kolesterol
Pengukuran gula darah puasa dan kadar kolesterol dengan menggunakan alat
Nesco. Adapun cara pengukuran adalah sebagai berikut :
a. Aktifkan Fresh Capillary Blood Cholesterol Test untuk mengukur kadar
kolesterol total dan Fresh Capillary Blood Glucose Test yang untuk
mengukur kadar gula darah puasa
b. Masukkan chip gula dan strip gula pada alat Fresh Capillary Blood
Glucose Test
c. Masukkan chip kolesterol Fresh Capillary Blood Cholesterol Test
d. Pada layar akan muncul angka/kode sesuai pada botol strip.
e. Setelah itu akan muncul gambar tetes darah dan kedip-kedip.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
f. Masukkan jarum pada lancing/alat tembak berbentuk pen dan atur
kedalaman jarum.
g. Gunakan tissue alkohol untuk membersihkan jari responden.
h. Tembakkan jarum pada jari sehingga darah keluar.
i. Darah disentuh pada strip gula darah dan kolesterol
j. Sentuh pada bagian garis yang ada tanda panah.
k. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan bunyi beep.
l. Tekan daerah penusukan dengan kapas selama saatu menit dan pastikan
tidak ada lagi darah yang keluar
m. Tunggu sebentar,hasil akan keluar beberapa detik pada layar.
n. Catat pada lembar hasil pengukuran gula darah dan kolesterol.
o. Cabut jarumnya dari lancing dan stripnya dibuang.
p. Chip gula dan kolesterol disimpan ke botol lagi.
6. Cara pengukuran berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah
Setelah dilakukan pengisian dan kuesioner maka peneliti akan melakukan
pengukuran berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap faktor risiko
dimasukkan ke dalam lembar pengukuran lalu diskor. Skor lebih dan sama dengan
1 dikategorikan menjadi berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan jika
skornya sama dengan 0 maka dikategorikan menjadi tidak berisiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
7. Cara mengukur risko penyakit jantung dan pembuluh darah
berdasarkan WHO/ISH.
Hasil dari pengukuran dan pengisiian kuesioner : umur, jenis kelamin, merokok,
riwayat diabetes melitus, tekanan darah, dan kadar kolesterol total dimasukkan ke
dalam skema lalu dilakukan skoring.
Contoh : Seorang responden laki-laki berumur 40 tahun dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg, merokok setiap hari, tidak menderita diabetes melitus,
kolesterol total 6 mmol/l. Setelah nilai tersebut dimasukkan dalam skema,
hasilnya adalah responden beada di skema warna merah jingga yang artinya
responden mempunyia risiko tingkat tinggi yaitu diperkirakan dalam 10 tahun
kemudian, mempunyai peluang sebesar 20-20,9 % menderita penyakit jantung
dan pembuluh darah. Hasil lebih rinci dapat di lihat pada skema di bawah.
4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8
(kadar kolesterol total dalam mmol/l)
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
DATA PRIBADI
Nama : Senandung Tua Ravika Hutabarat
Tempat, Tanggal Lahir : Tarutung, 26 Januari 1985
Agama : Kristen Protestan
Status : Menikah
Alamat : Jl. Rancho Indah Dalam No. 69 Rt 06 / 02
Kel. Tanjung Barat , Jagakarsa
Jakarta Selatan 12530
Telp / Hp : 021-78842808/081318372033
PENDIDIKAN
1. 2010-2012 : Program Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan
Medikal Bedah Universitas Indonesia
2. 2007-2008 : Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
3. 2003-2007 : Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
4. 2000-2003 : SMU Negeri 28 Jakarta jurusan IPA
5. 1997-2000 : SLTP Negeri 239 Jakarta
6. 1996-1997 : SDL SPG 3 Jakarta
PENGALAMAN
1. 2010- sekarang : Staff Pengajar Tetap Akper Fatmawati Jakarta
2. 2009-2010 : Perawat Pelaksana Pelayanan Jantung Terpadu
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo (PJT-RSCM)
3. 2008-2009 : Perawat Pelaksana Rumah Sakit Pondok Indah
Jakarta
Lampiran 10
Analisis faktor..., Senandung Tua Ravika Hutabarat, FIK UI, 2012