of 9 /9
Artikel Penelitian J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 481 Korespondensi: Chrisna Mayangsari Email: [email protected] Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien di Puskesmas Gambir (Studi Kualitatif) Chrisna Mayangsari, Petrin Redayani, Hervita Diatri Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Abstrak Pendahuluan: Gangguan cemas dan depresi telah menjadi global burden of disease . Di Indonesia sendiri, prevalensi gangguan cemas dan depresi adalah 11,6% dengan angka tertinggi adalah di Jakarta Pusat yaitu sebesar 23,0%. Akan tetapi, masih banyak penderita yang mengalami kesenjangan pengobatan yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam mengenai ungkapan stres untuk gejala cemas dan depresi serta perilaku mencari pertolongan pada pasien yang berobat ke puskesmas. Metode: Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada responden yang mengalami cemas dan depresi setelah penapisan dengan SRQ. Penelitian di Puskesmas Gambir pada September 2013 sampai Juli 2014. Hasil: Data diperoleh dari tiga responden initial somatizer dengan keluhan somatik multipel. Ungkapan berupa bahasa daerah, Indonesia, asing, dan peribahasa. Responden memiliki stresor nyata, meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan, tidak pernah mengungkapkan keluhan terkait perasaan, dan tenaga kesehatan tidak pernah menanyakan. Kesimpulan: Keluhan somatik mungkin merupakan ungkapan stres yang lebih diterima secara sosial. Ungkapan dipengaruhi bahasa atau kebudayaan seseorang. Pola mencari pertolongan dipengaruhi keluhan fisik sehingga tidak mengakses ke layanan jiwa. Kata kunci: budaya, cemas, depresi, kesenjangan pengobatan, perilaku mencari pertolongan, ungkapan stres

Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien ...staff.ui.ac.id/system/files/users/petrin.redayani/publication/ungkapan_stres_untuk...Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas

Embed Size (px)

Text of Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien...

  • Artikel Penelitian

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 481

    Korespondensi: Chrisna Mayangsari

    Email: [email protected]

    Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas danDepresi pada Pasien di Puskesmas Gambir

    (Studi Kualitatif)

    Chrisna Mayangsari, Petrin Redayani, Hervita Diatri

    Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo/

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Abstrak

    Pendahuluan: Gangguan cemas dan depresi telah menjadi global burden of disease. Di

    Indonesia sendiri, prevalensi gangguan cemas dan depresi adalah 11,6% dengan angka

    tertinggi adalah di Jakarta Pusat yaitu sebesar 23,0%. Akan tetapi, masih banyak

    penderita yang mengalami kesenjangan pengobatan yang dapat disebabkan oleh berbagai

    macam faktor. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam mengenai

    ungkapan stres untuk gejala cemas dan depresi serta perilaku mencari pertolongan

    pada pasien yang berobat ke puskesmas.

    Metode: Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada responden yang

    mengalami cemas dan depresi setelah penapisan dengan SRQ. Penelitian di Puskesmas

    Gambir pada September 2013 sampai Juli 2014.

    Hasil: Data diperoleh dari tiga responden initial somatizer dengan keluhan somatik

    multipel. Ungkapan berupa bahasa daerah, Indonesia, asing, dan peribahasa. Responden

    memiliki stresor nyata, meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan, tidak pernah

    mengungkapkan keluhan terkait perasaan, dan tenaga kesehatan tidak pernah

    menanyakan.

    Kesimpulan: Keluhan somatik mungkin merupakan ungkapan stres yang lebih diterima

    secara sosial. Ungkapan dipengaruhi bahasa atau kebudayaan seseorang. Pola mencari

    pertolongan dipengaruhi keluhan fisik sehingga tidak mengakses ke layanan jiwa.

    Kata kunci: budaya, cemas, depresi, kesenjangan pengobatan, perilaku mencari

    pertolongan, ungkapan stres

  • J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016482

    The Idioms of Distress Related to Anxiety and Depression Symptom in

    Patients at Gambir Public Health Centre, Jakarta

    (Qualitative Study)

    Chrisna Mayangsari, Petrin Redayani, Hervita Diatri

    Department of Psychiatry, Cipto Mangunkusumo Hospital/

    University of Indonesia, Jakarta

    Abstract

    Introduction: Anxiety disorders and depression have become global burden of

    disease. In Indonesia alone, the prevalence of anxiety and depression is 11.6%

    with the highest rate being Central Jakarta at 23.0%. However, although quite

    prevalent, there are still many patients who experience treatment gaps that

    can be caused by various factors. This study aims to gain understanding of

    idiom of distress for anxiety and depression’s symptom also help-seeking be-

    havior on patients in primary health care.

    Method: This is qualitative study with in-depth interview in respondents through

    screening using SRQ, at Puskesmas Gambir, September 2013 until July 2014.

    Result: The data from three initial somatizer respondents with multiple so-

    matic complaints. The phrase is given in local language, Indonesian, foreign,

    and proverbs. All respondents are known to have stressors. They chose to ask

    for help at health facility, never revealed their feelings and health personnel

    never asked.

    Conclusion: Somatic complaints may constitute the idiom that is socially more

    acceptable, influenced by personal language, culture, and physical complaints

    so no access to mental services.

    Keywords: anxiety, cultural, depression, help-seeking behavior, idiom of dis-

    tress, treatment gap

    Pendahuluan

    Gangguan cemas dan depresi terjadi di seluruh

    dunia dan telah menjadi global burden of disease.1,2

    Penelitian pada layanan kesehatan primer di 14 negara

    yang berbeda menunjukkan bahwa 24% pengunjung

    merupakan pasien dengan diagnosis gangguan

    psikiatri.3,4 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

    (Riskesdas) 2007, prevalensi gangguan mental

    emosional (distress psikologis dan distress emosional)

    pada penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun

    adalah sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta orang.5,6

    Angka prevalensi gangguan serupa untuk penduduk

    DKI Jakarta adalah sebesar 14,1% dengan prevalensi

    tertinggi ditemukan pada Jakarta Pusat dengan

    prevalensi sebesar 23,0%.5 Gangguan tersebut

    menyebabkan hendaya pada kehidupan seseorang

    karena dapat memengaruhi fungsi pendidikan, sosial

    ekonomi, dan keluarga serta dapat meningkatkan

    angka mortalitas akibat bunuh diri.7

    Sayangnya, banyak sekali orang yang mengalami

    cemas dan depresi namun tidak mendapatkan terapi

    atau dikenal dengan istilah kesenjangan pengobatan

    (treatment gap). Secara global, treatment gap pada

    gangguan depresi adalah sebesar 56,3% dan pada

    gangguan cemas adalah sebesar 57,5%.7 Menurut

    perhitungan utilisasi, kesenjangan pelayanan kesehatan

    jiwa di tingkat primer, sekunder dan tersier adalah lebih

    dari 90% atau hanya 10% orang yang mendapat layanan

    kesehatan jiwa di Indonesia.8

    Faktor yang menyebabkan timbulnya treatment gap

    ini adalah perilaku orang dengan cemas dan depresi

    yang tidak mencari pertolongan. Pada umumnya

    mereka memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

    gangguan mental. Mereka seringkali berpikir bahwa

    terapi tidak dapat membantu, berpikir bahwa gangguan

    cemas dan depresi akan hilang sendiri, berusaha untuk

    mengatasi atau menerima masalahnya tanpa bantuan

    orang lain, dan beranggapan bahwa gangguan tersebut

    memiliki stigma yang buruk di masyarakat. Faktor yang

    juga menjadi penghambat langsung terhadap layanan

    kesehatan dan terapi adalah biaya dan akses yang

    Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

  • Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 483

    terbatas di banyak negara atau beberapa populasi.7

    Gangguan mental dapat terjadi akibat berbagai

    macam faktor seperti faktor biologi, genetik,

    psikologis, dan sosiokultural.9,10 Keaneka ragaman

    budaya seperti adanya anggapan bahwa gangguan

    cemas dan depresi akan hilang dengan sendirinya

    dapat memengaruhi tampilan klinis gangguan cemas

    dan depresi.11,12 Hal ini menyebabkan ekspresi,

    interpretasi, dan respons sosial terkait gejala tersebut

    bervariasi dan mungkin menyebabkan seseorang tidak

    dapat mengekspresikan gejala cemas dan depresi yang

    sebenarnya ingin disampaikan.1

    Pasien di negara berkembang atau “non Western”

    dengan status ekonomi yang lebih rendah lebih sering

    mengeluhkan gejala somatik dan menyangkal gejala

    psikologisnya karena mereka kurang bersedia atau

    kurang mampu mengekspresikan stres emosionalnya

    apabila dibandingkan dengan pasien di negara maju

    atau “Western”.13,14 Gejala somatik yang sering

    ditemukan di layanan kesehatan primer merupakan

    suatu alternatif “ungkapan stres” yang sering di-

    temukan pada budaya yang memberi stigma negatif

    pada gangguan psikiatri sehingga pasien mengung-

    kapkan stresnya dengan gejala somatik.15 Hal ini

    menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dalam

    penegakan diagnosis oleh klinisi dan mengakibatkan

    timbulnya treatment gap.16

    Metode

    Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan

    wawancara mendalam pada responden yang telah

    diketahui mengalami gejala cemas dan depresi

    melalui penapisan dengan menggunakan instrumen

    Self-Reporting Questionnaire (SRQ). Penelitian ini

    melibatkan tiga orang responden wanita, usia paruh

    baya, sudah menikah dan memiliki anak, bekerja

    sebagai ibu rumah tangga, beragama Islam, serta

    berasal dari suku Jawa dan Betawi. Penelitian ini

    dilakukan di Puskesmas Gambir dan waktu

    pelaksanaan pada bulan September 2013 sampai Juli

    2014.

    Hasil

    Data penelitian diperoleh dari tiga orang

    responden yang ketiganya tergolong dalam initial

    somatizer dengan keluhan somatik multipel.

    Karakteristik ketiga responden tersebut dapat dilihat

    pada tabel 1. Ungkapan yang diberikan berupa bahasa

    daerah, bahasa Indonesia, peribahasa, atau bahasa

    asing (Belanda, Inggris). Arti ungkapan tersebut dapat

    dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Ketiga responden juga

    diketahui memiliki stresor biologis, psikologis, sosial-

    ekonomi, dan agama/budaya. Seluruh responden

    memilih untuk meminta pertolongan ke fasilitas

    kesehatan namun tidak pernah mengungkapkan

    keluhan terkait perasaannya dan tenaga kesehatan tidak

    pernah menanyakan. Kutipan wawancara dan analisis

    hasil wawancara ketiga responden dapat dilihat pada

    tabel 2, gambar 1, gambar 2, dan gambar 3.

    Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Wa-

    wancara Mendalam

    Inisial AB UY A

    Responden

    Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan

    Usia (tahun) 45 49 53

    Suku Jawa Jawa Betawi

    Agama Islam Islam I slam

    Pendidikan terakhir Tamat Tamat Tidak tamat

    SMP SMP SD

    Status pernikahan Menikah Menikah Menikah

    Jumlah anak (orang) 2 2 1

    Pekerjaan Ibu rumah Ibu rumah Ibu rumah

    tangga; me- tangga tangga; buruh

    ngasuh anak cuci; dagang

    SRQ (jumlah gejala 7 13 13

    neurosis)

    Tabel 2. Kutipan Wawancara Mendalam

    Pertanyaan Kutipan

    Alasan berobat ke “Ya karena saya ada penyakitnye. Pada

    Puskesmas waktu itu saya keluhannya pusing terus

    ternyata darahnya normal, saya koleste-

    rol.”

    Keluhan utama “Saya pusing terus menerus.”

    Persepsi responden “Saya gak ngerti kalo itu namanya vertigo

    mengenai sakitnya terus tanya ama Ibu Posyandu katanya itu

    penyakit vertigo.”

    Bahasa/ ungkapan “Vertigo. Pusing. Puyeng. Kliyeng. Ce-

    stres ngeng. Kenceng. Manteng. Spaneng. Spa-

    ning. Nyesek. Engap. Ini hidup tak mau

    matipun segan. Ngedrop.”

    Faktor penyebab “Posisi saya tidur. Mungkin kepikiran juga.

    sakit Kalau buat bayar utangnya dia kan abis.

    Pengen punya tempat teduh. Saya sempet

    ditinggalin ama dia selama 5 tahun dari

    posisi saya hamil yang kedua. Pernikahan

    saya gak disetujuin.”

    Hubungan keluhan “Bisa jadi ada hubungannye.”

    dengan faktor pe-

    nyebab sakit

    Pernah/ tidak me- “Nggak nyampein kecuali kalo nanya ke-

    nyampaikan ke pe- hidupan saya sehari-hari baru saya jawab

    tugas Puskesmas. Nanyanya tapi gak yang detail-detail.”

    Tindakan untuk me- “Pasti ke Puskemas, minum Neuralgin, ke

    ngatasi sakitnya klinik, ke UGD. Istighfar terus-terusan.

    Saya takut dibilang ngaco ke dokter keji-

    waan.”

    Komentar orang lain “Sabar aja dan banyak Istighfar. Kalo lagi

    mengenai kondisi sakit ke dokter atau ke Puskesmas juga.”

    responden

    [email protected]

  • Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016

    Ga

    mb

    ar 1

    . A

    na

    lisis

    R

    esp

    on

    den

    P

    erta

    ma

    484

    Pers

    epsi te

    nta

    ng

    sakit

    -Ve

    rtig

    o

    -Tid

    ak a

    da

    pik

    iran

    te

    rten

    tu, m

    em

    an

    g p

    enyakit

  • Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 485

    Ga

    mb

    ar 2

    . A

    na

    lisis

    R

    esp

    on

    den

    K

    ed

    ua

    Ala

    sa

    n b

    ero

    ba

    t ke P

    ukesm

    as :

    Sakit lutu

    t, a

    sam

    ura

    t, d

    ara

    h tin

    ggi,

    kole

    ste

    rol, s

    akit lam

    bu

    ng

    da

    n p

    usin

    g

    UN

    GK

    AP

    AN

    S

    TR

    ES

    Kelu

    han

    uta

    ma

    SA

    KIT

    LU

    TU

    TD

    ura

    si

    1 t

    ah

    un

    Pers

    epsi te

    nta

    ng

    sakit

    - G

    eja

    la p

    en

    ga

    pu

    ran

    - K

    ura

    ng s

    um

    sum

    ,

    su

    msu

    m k

    erin

    g

    - T

    ida

    k ta

    hu

    seb

    ab

    nya

    Istila

    h a

    tau u

    ngkap

    an s

    tres

    - N

    am

    bah

    pik

    iran

    , p

    usin

    g, b

    ing

    un

    g,

    ku

    su

    t, p

    uyen

    g, spa

    ne

    ng

    - S

    akit d

    rop

    - M

    ala

    s, tida

    k m

    au a

    pa

    -ap

    a

    - D

    osa a

    pa

    , sala

    h a

    pa

    , ko

    k d

    iuji s

    epe

    rti in

    i

    Fa

    kto

    r bio

    logi

    - Te

    lat

    ma

    kan

    - M

    akan

    ped

    as

    - M

    akan

    ka

    ng

    kun

    g

    - B

    anya

    k d

    ud

    uk

    Fa

    kto

    r sosia

    l-eko

    no

    mi

    - M

    asala

    h e

    ko

    no

    mi

    - S

    uam

    i m

    eng

    an

    gg

    ur

    - S

    uam

    i m

    en

    ge

    kan

    g

    - S

    uam

    i sa

    kit g

    ula

    , str

    oke,

    p

    erl

    u d

    iba

    ntu

    pera

    wa

    tann

    ya

    - B

    utu

    h b

    iaya

    sekola

    h a

    na

    k

    - R

    um

    ah d

    ijua

    l

    - A

    na

    k-a

    na

    k s

    eh

    aru

    snya

    d

    ipe

    rhatikan

    teta

    pi ju

    str

    u

    m

    em

    ikir

    kan

    ora

    ng tu

    an

    ya

    Fakto

    r bu

    da

    ya

    / a

    gam

    a

    - Ta

    kha

    yu

    l

    - T

    ida

    k c

    ocok h

    ari

    lah

    ir d

    eng

    an s

    ua

    mi

    - P

    erh

    itun

    ga

    n h

    ari n

    ika

    h

    - D

    ijod

    oh

    kan

    ora

    ng tua

    Tid

    ak p

    ern

    ah

    ce

    rita

    ke

    petu

    gas

    Puske

    sm

    as k

    ecu

    ali b

    ila

    dita

    nya

    PE

    RIL

    AK

    U M

    EN

    CA

    RI

    PE

    RT

    OLO

    NG

    AN

    PA

    ND

    AN

    GA

    N M

    AS

    YA

    RA

    KA

    T/

    S

    TIG

    MA

    Kelu

    ha

    n f

    isik

    dan

    psik

    is

    be

    rsam

    aan: U

    ngkap

    an

    fisik

    ka

    ren

    a m

    alu

    Gan

    ggua

    n d

    ep

    resi

    Ge

    jala

    ce

    ma

    s

    Tin

    da

    ka

    n s

    ela

    ma in

    i:

    - P

    en

    go

    ba

    tan

    alte

    rna

    tif

    - P

    eng

    oba

    tan m

    edis

    : ke d

    okte

    r

    - M

    enca

    ri k

    esib

    uka

    n

    - M

    en

    gh

    ibu

    r d

    iri

    - C

    urh

    at ke

    tem

    an

    dan

    ad

    ik

    - M

    en

    an

    gis

    - P

    erg

    i ke tem

    pa

    t hib

    ura

    n

    - M

    ain

    da

    n m

    en

    ga

    suh

    cu

    cu

    - P

    asra

    h d

    an

    me

    nd

    eka

    tka

    n d

    iri

    pa

    da

    Tu

    ha

    n

    Men

    go

    ba

    ti k

    elu

    ha

    n fis

    ik:

    - P

    en

    go

    ba

    tan

    alte

    rna

    tif

    - P

    erg

    i ke

    Puskesm

    as

    - P

    erg

    i ke k

    linik

    do

    kte

    r

    Men

    go

    ba

    ti k

    elu

    han

    psik

    is:

    - T

    idak p

    ern

    ah k

    e la

    yan

    an

    k

    eseh

    ata

    n jiw

    a

    - T

    idak p

    unya

    ua

    ng

    untu

    k

    b

    ero

    bat

    ke d

    okte

    r jiw

    a

    TR

    EA

    TM

    EN

    T G

    AP

    Ban

    yak o

    rang

    den

    ga

    n k

    elu

    han

    fis

    ik

    yan

    g s

    am

    a: sa

    kit lu

    tut

    Ada

    te

    ma

    n d

    en

    ga

    n k

    elu

    han

    se

    dih

    - D

    ata

    ng c

    urh

    at ke r

    um

    ah re

    spo

    nd

    en

    - C

    urh

    at

    via

    SM

    S

    - M

    en

    an

    gis

    Kom

    enta

    r a

    tau s

    ara

    n d

    ari

    ora

    ng

    lain

    :

    - T

    uru

    t p

    rih

    atin

    - S

    ab

    ar

    - S

    em

    ang

    at

    - H

    aru

    s te

    tap

    kua

    t

    - M

    akan

    ya

    ng

    tera

    tur

    sup

    aya

    jan

    ga

    n s

    akit

  • J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016

    Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    486

    Ga

    mb

    ar 3

    . A

    na

    lisis

    R

    esp

    on

    den

    K

    eti

    ga

    Pe

    rs

    ep

    si

    ten

    tan

    g

    sa

    kit

    -

    Su

    ka

    b

    as

    ah

    -b

    as

    ah

    an

    - S

    eri

    ng

    te

    lat

    ma

    ka

    n

    - S

    akit

    m

    aa

    g,

    ulu

    h

    ati

    -

    Ke

    liy

    en

    ga

    n,

    ke

    pa

    la

    tu

    juh

    ke

    lilin

    g

    Fa

    kto

    r b

    ud

    ay

    a/

    ag

    am

    a

    - P

    eru

    ntu

    ng

    an

    a

    tau

    n

    asib

    - S

    ud

    ah

    jo

    do

    h d

    en

    ga

    n

    S

    ua

    mi

    - S

    em

    ua

    b

    era

    sa

    l d

    ari

    A

    lla

    h/

    Tu

    ha

    n

  • Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    Diskusi

    Keluhan somatik multipel dapat menadi suatu

    bentuk ungkapan stres terkait gejala cemas dan depresi

    yang lebih dapat diterima secara sosial. Ungkapan

    stres ini juga dipengaruhi oleh bahasa atau kebudayaan

    seseorang. Pola perilaku mencari pertolongan medis

    hanya dipengaruhi keluhan fisiknya dan tidak pernah

    mengakses ke layanan kesehatan jiwa. Persepsi dan

    perilaku dari ketiga subjek dapat dilihat pada gambar

    4.

    Kesimpulan

    Responden tergolong initial somatizer yang

    mengungkapkan keluhan somatik pada awal

    wawancara. Responden memiliki stresor biologis,

    psikologis, sosial-ekonomi, dan agama/budaya.

    Ungkapan stres berupa gejala somatik mendorong

    perilaku mencari pertolongan ke fasilitas medis namun

    responden tidak menyampaikan gejala psikologisnya.

    Petugas puskesmas juga tidak menanyakannya

    mengenai gejala psikologis yang dialami pasien.

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 487

    Faktor biologis -makanan

    -posisi tidur

    -banyak duduk

    -kecapekan

    Faktor sosial-ekonomi -keuangan

    -tempat tinggal

    -keluarga

    -rumah tangga

    -pergaulan

    -komunikasi

    Faktor budaya/ agama -perhitungan hari

    -dijodohkan

    -pernikahan tidak disetujui

    -nasib/ peruntungan

    -semua berasal dari Tuhan

    Keluhan (Bahasa) pusing, bingung, kusut, kaku kepala, tujuh keliling, puyeng, kliyeng, keliyengan, cengeng,

    kenceng, manteng, spaneng, spaning, bebet, ngebet, ngedrop, kesel, hidup tak mau matipun

    segan, malas, tidak mauapa-apa, dosa apa salah apakok diuji seperti ini

    Diagnosis gangguan fisik

    vertigo, pengapuran, darah

    tinggi, maag kronis, asam urat,

    kolesterol

    Diagnosis gangguan jiwa tidak ada atau tidak pernah

    didiagnosis dengan gejala atau

    gangguan kejiwaan

    Persepsi tentang sakit memang memiliki penyakit

    fisik, tahu nama sakit dari

    orang lain, tidak tahu sebab

    sakitnya dengan pasti

    Pola mencari pertolongan

    Medis -minum obat

    -Puskesmas

    -klinik dokter

    -UGD

    -Pengobatan alternatif

    Non-medis (mekanisme koping) -mengatasi sendiri

    -cari kesibukan sendiri

    -menghibur diri sendiri

    -tidak mau memikirkan

    -diam saja

    -curhat

    -pergi ke tempat hiburan

    -bekerja

    -berdoa dan pasrah

    Layanan kesehatan jiwa tidak ada atau tidak pernah

    mencari pertolongan ke laya-

    nan kesehatan jiwa

    <

    >

    >

    >>

    >

    >

    >

    > >

    >

    Gambar 4. Persepsi dan Perilaku Pencarian Pertolongan

  • Kurangnya pengetahuan dan terbatasnya biaya dari

    pasien dengan gejala cemas dan depresi menyebabkan

    pengenalan gejala dan akses ke layanan kesehatan jiwa

    menjadi sulit.

    Daftar Pustaka

    1. Kirmayer LJ. Cultural Variations in the Clinical Presentation

    of Depression and Anxiety: Implications for Diagnosis and

    Treatment. J Clin Psychiatry. 2001; 62(13):22-8.

    2. Andrews G, Sanderson K, Slade T, Issakidis C. Why does

    the Burden of Disease Persist? Relating the Burden of Anxi-

    ety and Depression to Effectiveness of Treatment. Bull World

    Health Organ 2000;78(4):446-54.

    3. Bhugra D, Mastrogianni A. Globalisation and Mental Disor-

    ders Overview with Relation to Depression. Br J Psychiatry.

    2004; 184:10-20.

    4. Ormel J, Von Korff M, Van Den Brink W, Katon W, Brilman

    E, Oldenhikel T. Depression, Anxiety, and Social Disability

    Show Synchrony of Change in Primary Care Patients. Am J

    Public Health. 1993; 83(3):385-90.

    5. Idaiani S, Suhardi, Kristanto AY. Analisis Gejala Gangguan

    Mental Emosional Penduduk Indonesia. JInMA 2009;

    59(10):473-9.

    6. Gani A. Seminar MDGs dan Kesehatan Jiwa. Menu Dekon

    Kesehatan Jiwa. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Dirjen Bina

    Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010.

    7. Kohn R, Saxena S, Levav I, Saraceno B. The Treatment

    Gap in Mental Health Care. Bull World Health Organization

    2004;82(11):858-64.

    8. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementrian

    Kesehatan RI. Hargailah Penderita Gangguan Jiwa

    (Internet). 2012. Tersedia dari http://www.depkes.go.id/

    index.php/berita/press-release/1669-hargailah- penderita-

    gangguan-jiwa.html. Diakses 2 Juni, 2013

    9. Murray RM. Essential Psychiatry. 4th ed. Cambridge : Cam-

    bridge University Press; 2008. p. 215

    10. Ghaemi SN. The Rise and Fall of The Biopsychosocial

    Model. Br J Psychiatry 2009;195: 3-4

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016488

    Tabel 3. Idiom of Distress untuk Pusing

    Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/ definisi17,18

    Puyeng Dialek Melayu Jakarta Kata sifat; menunjukkan sakit kepala atau pening

    Kliyeng Disebut juga kliyengan; kata sifat; tidak baku; menunjukkan sakit kepala atau

    pusing

    Cengeng Jawa Kata sifat; menunjuk pada kaku leher atau tengkuk

    Kenceng Indonesia Bahasa Indonesianya adalah kencang; merupakan istilah untuk menunjukkan

    rasa nyeri seperti ditekan pada tension type headache

    Manteng Artinya adalah tegang atau merentang

    Spaneng Belanda Artinya pikiran yang terlalu tegang

    Spaning Tekanan, tegangan, desakan; biasanya digunakan dalam istilah listrik

    Ngebet Padanan katanya adalah nyeri

    Kusut Indonesia Tersimpul jalin-menjalin tidak keruan (rambut, benang); kacau, tidak teratur;

    rumit, rusuh dan bingung (hati, pikiran); padanan katanya adalah bingung

    Bingung Indonesia Hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan); kurang mengerti, kurang jelas;

    tidak tahu arah jalan

    Tujuh keliling Indonesia Merupakan kiasan; artinya adalah pusing sekali, sangat pusing, sangat

    kebingungan

    Tabel 4. Idiom of Distress untuk Gejala Depresi

    Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/ definisi17,18

    Hidup tak mau Indonesia Peribahasa; menunjukkan perasaan; hidup yang merana karena terus menerus

    sakit

    matipun segan

    Drop Inggris Kata benda artinya penurunan, keadaan jatuh; kata kerja artinya turun, menjatuh-

    kan, menurunkan

    Malas Indonesia Tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu; segan, tidak suka, tidak bernafsu

    Kesel Indonesia Kesal; artinya mendongkol, sebal; kecewa (menyesal) bercampur jengkel; tidak

    suka lagi (jemu)

    Tabel 5. Idiom of Distress untuk Gejala Lainnya

    Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/definisi17,18

    Krepek-krepek Jawa Krepyek-krepyek; suara pada sendi ketika berjalan; gejala pada penyakit rematik

    Seueul Sunda Rasa kembung dan perih di lambung

    Nyesek Indonesia Menunjuk pada sesak napas

    Engap Sunda Susah bernapas, terengah-engah, tersengal-sengal

    Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

  • Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien

    11. Patel V. Cultural Factors and Internal Epidemiology. Br Med

    Bull 2001;57:33-45

    12. Good B, Good MD, Grayman J, Lakoma M. Psychosocial

    Needs Assessment of Communities Affected by the Conflict

    in the Districts of Pide, Bireuen and Aceh Utara. Local Idi-

    oms of Distress. 2006.

    13. Kirmayer LJ. Overview Culture, Affect and Somatization

    Part 1. Transcult Psychiatric. 1984;21(4): 159-77.

    14. Fernandez RL, Diaz N. The Cultural Formulation: A Method

    for Assessing Cultural Factors Affecting the Clinical En-

    counter. Psychiatr Q. 2002;73(4): 271-95.

    15. Simon GE, Von Korff M, Piccinelli M, Fullerton C, Ormel J.

    An International Study of The Relation between Somatic

    Symptoms and Depression. N Engl J Med. 1999;341(18):

    1329-34.

    16. Goldberg DP, Bridges K. Invited Review Somatic Presenta-

    tions of Psychiatric Illness in Primary Care Setting. J

    Psychosom Res. 1988;32(2):137-44.

    17. Sugono D, editor. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-

    4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.

    J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 489