Author
doanthien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Artikel Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 481
Korespondensi: Chrisna Mayangsari
Email: [email protected]
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas danDepresi pada Pasien di Puskesmas Gambir
(Studi Kualitatif)
Chrisna Mayangsari, Petrin Redayani, Hervita Diatri
Departemen Psikiatri, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo/
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak
Pendahuluan: Gangguan cemas dan depresi telah menjadi global burden of disease. Di
Indonesia sendiri, prevalensi gangguan cemas dan depresi adalah 11,6% dengan angka
tertinggi adalah di Jakarta Pusat yaitu sebesar 23,0%. Akan tetapi, masih banyak
penderita yang mengalami kesenjangan pengobatan yang dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam mengenai
ungkapan stres untuk gejala cemas dan depresi serta perilaku mencari pertolongan
pada pasien yang berobat ke puskesmas.
Metode: Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada responden yang
mengalami cemas dan depresi setelah penapisan dengan SRQ. Penelitian di Puskesmas
Gambir pada September 2013 sampai Juli 2014.
Hasil: Data diperoleh dari tiga responden initial somatizer dengan keluhan somatik
multipel. Ungkapan berupa bahasa daerah, Indonesia, asing, dan peribahasa. Responden
memiliki stresor nyata, meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan, tidak pernah
mengungkapkan keluhan terkait perasaan, dan tenaga kesehatan tidak pernah
menanyakan.
Kesimpulan: Keluhan somatik mungkin merupakan ungkapan stres yang lebih diterima
secara sosial. Ungkapan dipengaruhi bahasa atau kebudayaan seseorang. Pola mencari
pertolongan dipengaruhi keluhan fisik sehingga tidak mengakses ke layanan jiwa.
Kata kunci: budaya, cemas, depresi, kesenjangan pengobatan, perilaku mencari
pertolongan, ungkapan stres
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016482
The Idioms of Distress Related to Anxiety and Depression Symptom in
Patients at Gambir Public Health Centre, Jakarta
(Qualitative Study)
Chrisna Mayangsari, Petrin Redayani, Hervita Diatri
Department of Psychiatry, Cipto Mangunkusumo Hospital/
University of Indonesia, Jakarta
Abstract
Introduction: Anxiety disorders and depression have become global burden of
disease. In Indonesia alone, the prevalence of anxiety and depression is 11.6%
with the highest rate being Central Jakarta at 23.0%. However, although quite
prevalent, there are still many patients who experience treatment gaps that
can be caused by various factors. This study aims to gain understanding of
idiom of distress for anxiety and depression’s symptom also help-seeking be-
havior on patients in primary health care.
Method: This is qualitative study with in-depth interview in respondents through
screening using SRQ, at Puskesmas Gambir, September 2013 until July 2014.
Result: The data from three initial somatizer respondents with multiple so-
matic complaints. The phrase is given in local language, Indonesian, foreign,
and proverbs. All respondents are known to have stressors. They chose to ask
for help at health facility, never revealed their feelings and health personnel
never asked.
Conclusion: Somatic complaints may constitute the idiom that is socially more
acceptable, influenced by personal language, culture, and physical complaints
so no access to mental services.
Keywords: anxiety, cultural, depression, help-seeking behavior, idiom of dis-
tress, treatment gap
Pendahuluan
Gangguan cemas dan depresi terjadi di seluruh
dunia dan telah menjadi global burden of disease.1,2
Penelitian pada layanan kesehatan primer di 14 negara
yang berbeda menunjukkan bahwa 24% pengunjung
merupakan pasien dengan diagnosis gangguan
psikiatri.3,4 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, prevalensi gangguan mental
emosional (distress psikologis dan distress emosional)
pada penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun
adalah sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta orang.5,6
Angka prevalensi gangguan serupa untuk penduduk
DKI Jakarta adalah sebesar 14,1% dengan prevalensi
tertinggi ditemukan pada Jakarta Pusat dengan
prevalensi sebesar 23,0%.5 Gangguan tersebut
menyebabkan hendaya pada kehidupan seseorang
karena dapat memengaruhi fungsi pendidikan, sosial
ekonomi, dan keluarga serta dapat meningkatkan
angka mortalitas akibat bunuh diri.7
Sayangnya, banyak sekali orang yang mengalami
cemas dan depresi namun tidak mendapatkan terapi
atau dikenal dengan istilah kesenjangan pengobatan
(treatment gap). Secara global, treatment gap pada
gangguan depresi adalah sebesar 56,3% dan pada
gangguan cemas adalah sebesar 57,5%.7 Menurut
perhitungan utilisasi, kesenjangan pelayanan kesehatan
jiwa di tingkat primer, sekunder dan tersier adalah lebih
dari 90% atau hanya 10% orang yang mendapat layanan
kesehatan jiwa di Indonesia.8
Faktor yang menyebabkan timbulnya treatment gap
ini adalah perilaku orang dengan cemas dan depresi
yang tidak mencari pertolongan. Pada umumnya
mereka memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
gangguan mental. Mereka seringkali berpikir bahwa
terapi tidak dapat membantu, berpikir bahwa gangguan
cemas dan depresi akan hilang sendiri, berusaha untuk
mengatasi atau menerima masalahnya tanpa bantuan
orang lain, dan beranggapan bahwa gangguan tersebut
memiliki stigma yang buruk di masyarakat. Faktor yang
juga menjadi penghambat langsung terhadap layanan
kesehatan dan terapi adalah biaya dan akses yang
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 483
terbatas di banyak negara atau beberapa populasi.7
Gangguan mental dapat terjadi akibat berbagai
macam faktor seperti faktor biologi, genetik,
psikologis, dan sosiokultural.9,10 Keaneka ragaman
budaya seperti adanya anggapan bahwa gangguan
cemas dan depresi akan hilang dengan sendirinya
dapat memengaruhi tampilan klinis gangguan cemas
dan depresi.11,12 Hal ini menyebabkan ekspresi,
interpretasi, dan respons sosial terkait gejala tersebut
bervariasi dan mungkin menyebabkan seseorang tidak
dapat mengekspresikan gejala cemas dan depresi yang
sebenarnya ingin disampaikan.1
Pasien di negara berkembang atau “non Western”
dengan status ekonomi yang lebih rendah lebih sering
mengeluhkan gejala somatik dan menyangkal gejala
psikologisnya karena mereka kurang bersedia atau
kurang mampu mengekspresikan stres emosionalnya
apabila dibandingkan dengan pasien di negara maju
atau “Western”.13,14 Gejala somatik yang sering
ditemukan di layanan kesehatan primer merupakan
suatu alternatif “ungkapan stres” yang sering di-
temukan pada budaya yang memberi stigma negatif
pada gangguan psikiatri sehingga pasien mengung-
kapkan stresnya dengan gejala somatik.15 Hal ini
menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dalam
penegakan diagnosis oleh klinisi dan mengakibatkan
timbulnya treatment gap.16
Metode
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan
wawancara mendalam pada responden yang telah
diketahui mengalami gejala cemas dan depresi
melalui penapisan dengan menggunakan instrumen
Self-Reporting Questionnaire (SRQ). Penelitian ini
melibatkan tiga orang responden wanita, usia paruh
baya, sudah menikah dan memiliki anak, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, beragama Islam, serta
berasal dari suku Jawa dan Betawi. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Gambir dan waktu
pelaksanaan pada bulan September 2013 sampai Juli
2014.
Hasil
Data penelitian diperoleh dari tiga orang
responden yang ketiganya tergolong dalam initial
somatizer dengan keluhan somatik multipel.
Karakteristik ketiga responden tersebut dapat dilihat
pada tabel 1. Ungkapan yang diberikan berupa bahasa
daerah, bahasa Indonesia, peribahasa, atau bahasa
asing (Belanda, Inggris). Arti ungkapan tersebut dapat
dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Ketiga responden juga
diketahui memiliki stresor biologis, psikologis, sosial-
ekonomi, dan agama/budaya. Seluruh responden
memilih untuk meminta pertolongan ke fasilitas
kesehatan namun tidak pernah mengungkapkan
keluhan terkait perasaannya dan tenaga kesehatan tidak
pernah menanyakan. Kutipan wawancara dan analisis
hasil wawancara ketiga responden dapat dilihat pada
tabel 2, gambar 1, gambar 2, dan gambar 3.
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Wa-
wancara Mendalam
Inisial AB UY A
Responden
Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan
Usia (tahun) 45 49 53
Suku Jawa Jawa Betawi
Agama Islam Islam I slam
Pendidikan terakhir Tamat Tamat Tidak tamat
SMP SMP SD
Status pernikahan Menikah Menikah Menikah
Jumlah anak (orang) 2 2 1
Pekerjaan Ibu rumah Ibu rumah Ibu rumah
tangga; me- tangga tangga; buruh
ngasuh anak cuci; dagang
SRQ (jumlah gejala 7 13 13
neurosis)
Tabel 2. Kutipan Wawancara Mendalam
Pertanyaan Kutipan
Alasan berobat ke “Ya karena saya ada penyakitnye. Pada
Puskesmas waktu itu saya keluhannya pusing terus
ternyata darahnya normal, saya koleste-
rol.”
Keluhan utama “Saya pusing terus menerus.”
Persepsi responden “Saya gak ngerti kalo itu namanya vertigo
mengenai sakitnya terus tanya ama Ibu Posyandu katanya itu
penyakit vertigo.”
Bahasa/ ungkapan “Vertigo. Pusing. Puyeng. Kliyeng. Ce-
stres ngeng. Kenceng. Manteng. Spaneng. Spa-
ning. Nyesek. Engap. Ini hidup tak mau
matipun segan. Ngedrop.”
Faktor penyebab “Posisi saya tidur. Mungkin kepikiran juga.
sakit Kalau buat bayar utangnya dia kan abis.
Pengen punya tempat teduh. Saya sempet
ditinggalin ama dia selama 5 tahun dari
posisi saya hamil yang kedua. Pernikahan
saya gak disetujuin.”
Hubungan keluhan “Bisa jadi ada hubungannye.”
dengan faktor pe-
nyebab sakit
Pernah/ tidak me- “Nggak nyampein kecuali kalo nanya ke-
nyampaikan ke pe- hidupan saya sehari-hari baru saya jawab
tugas Puskesmas. Nanyanya tapi gak yang detail-detail.”
Tindakan untuk me- “Pasti ke Puskemas, minum Neuralgin, ke
ngatasi sakitnya klinik, ke UGD. Istighfar terus-terusan.
Saya takut dibilang ngaco ke dokter keji-
waan.”
Komentar orang lain “Sabar aja dan banyak Istighfar. Kalo lagi
mengenai kondisi sakit ke dokter atau ke Puskesmas juga.”
responden
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
Ga
mb
ar 1
. A
na
lisis
R
esp
on
den
P
erta
ma
484
Pers
epsi te
nta
ng
sakit
-Ve
rtig
o
-Tid
ak a
da
pik
iran
te
rten
tu, m
em
an
g p
enyakit
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 485
Ga
mb
ar 2
. A
na
lisis
R
esp
on
den
K
ed
ua
Ala
sa
n b
ero
ba
t ke P
ukesm
as :
Sakit lutu
t, a
sam
ura
t, d
ara
h tin
ggi,
kole
ste
rol, s
akit lam
bu
ng
da
n p
usin
g
UN
GK
AP
AN
S
TR
ES
Kelu
han
uta
ma
SA
KIT
LU
TU
TD
ura
si
1 t
ah
un
Pers
epsi te
nta
ng
sakit
- G
eja
la p
en
ga
pu
ran
- K
ura
ng s
um
sum
,
su
msu
m k
erin
g
- T
ida
k ta
hu
seb
ab
nya
Istila
h a
tau u
ngkap
an s
tres
- N
am
bah
pik
iran
, p
usin
g, b
ing
un
g,
ku
su
t, p
uyen
g, spa
ne
ng
- S
akit d
rop
- M
ala
s, tida
k m
au a
pa
-ap
a
- D
osa a
pa
, sala
h a
pa
, ko
k d
iuji s
epe
rti in
i
Fa
kto
r bio
logi
- Te
lat
ma
kan
- M
akan
ped
as
- M
akan
ka
ng
kun
g
- B
anya
k d
ud
uk
Fa
kto
r sosia
l-eko
no
mi
- M
asala
h e
ko
no
mi
- S
uam
i m
eng
an
gg
ur
- S
uam
i m
en
ge
kan
g
- S
uam
i sa
kit g
ula
, str
oke,
p
erl
u d
iba
ntu
pera
wa
tann
ya
- B
utu
h b
iaya
sekola
h a
na
k
- R
um
ah d
ijua
l
- A
na
k-a
na
k s
eh
aru
snya
d
ipe
rhatikan
teta
pi ju
str
u
m
em
ikir
kan
ora
ng tu
an
ya
Fakto
r bu
da
ya
/ a
gam
a
- Ta
kha
yu
l
- T
ida
k c
ocok h
ari
lah
ir d
eng
an s
ua
mi
- P
erh
itun
ga
n h
ari n
ika
h
- D
ijod
oh
kan
ora
ng tua
Tid
ak p
ern
ah
ce
rita
ke
petu
gas
Puske
sm
as k
ecu
ali b
ila
dita
nya
PE
RIL
AK
U M
EN
CA
RI
PE
RT
OLO
NG
AN
PA
ND
AN
GA
N M
AS
YA
RA
KA
T/
S
TIG
MA
Kelu
ha
n f
isik
dan
psik
is
be
rsam
aan: U
ngkap
an
fisik
ka
ren
a m
alu
Gan
ggua
n d
ep
resi
Ge
jala
ce
ma
s
Tin
da
ka
n s
ela
ma in
i:
- P
en
go
ba
tan
alte
rna
tif
- P
eng
oba
tan m
edis
: ke d
okte
r
- M
enca
ri k
esib
uka
n
- M
en
gh
ibu
r d
iri
- C
urh
at ke
tem
an
dan
ad
ik
- M
en
an
gis
- P
erg
i ke tem
pa
t hib
ura
n
- M
ain
da
n m
en
ga
suh
cu
cu
- P
asra
h d
an
me
nd
eka
tka
n d
iri
pa
da
Tu
ha
n
Men
go
ba
ti k
elu
ha
n fis
ik:
- P
en
go
ba
tan
alte
rna
tif
- P
erg
i ke
Puskesm
as
- P
erg
i ke k
linik
do
kte
r
Men
go
ba
ti k
elu
han
psik
is:
- T
idak p
ern
ah k
e la
yan
an
k
eseh
ata
n jiw
a
- T
idak p
unya
ua
ng
untu
k
b
ero
bat
ke d
okte
r jiw
a
TR
EA
TM
EN
T G
AP
Ban
yak o
rang
den
ga
n k
elu
han
fis
ik
yan
g s
am
a: sa
kit lu
tut
Ada
te
ma
n d
en
ga
n k
elu
han
se
dih
- D
ata
ng c
urh
at ke r
um
ah re
spo
nd
en
- C
urh
at
via
SM
S
- M
en
an
gis
Kom
enta
r a
tau s
ara
n d
ari
ora
ng
lain
:
- T
uru
t p
rih
atin
- S
ab
ar
- S
em
ang
at
- H
aru
s te
tap
kua
t
- M
akan
ya
ng
tera
tur
sup
aya
jan
ga
n s
akit
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
486
Ga
mb
ar 3
. A
na
lisis
R
esp
on
den
K
eti
ga
Pe
rs
ep
si
ten
tan
g
sa
kit
-
Su
ka
b
as
ah
-b
as
ah
an
- S
eri
ng
te
lat
ma
ka
n
- S
akit
m
aa
g,
ulu
h
ati
-
Ke
liy
en
ga
n,
ke
pa
la
tu
juh
ke
lilin
g
Fa
kto
r b
ud
ay
a/
ag
am
a
- P
eru
ntu
ng
an
a
tau
n
asib
- S
ud
ah
jo
do
h d
en
ga
n
S
ua
mi
- S
em
ua
b
era
sa
l d
ari
A
lla
h/
Tu
ha
n
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
Diskusi
Keluhan somatik multipel dapat menadi suatu
bentuk ungkapan stres terkait gejala cemas dan depresi
yang lebih dapat diterima secara sosial. Ungkapan
stres ini juga dipengaruhi oleh bahasa atau kebudayaan
seseorang. Pola perilaku mencari pertolongan medis
hanya dipengaruhi keluhan fisiknya dan tidak pernah
mengakses ke layanan kesehatan jiwa. Persepsi dan
perilaku dari ketiga subjek dapat dilihat pada gambar
4.
Kesimpulan
Responden tergolong initial somatizer yang
mengungkapkan keluhan somatik pada awal
wawancara. Responden memiliki stresor biologis,
psikologis, sosial-ekonomi, dan agama/budaya.
Ungkapan stres berupa gejala somatik mendorong
perilaku mencari pertolongan ke fasilitas medis namun
responden tidak menyampaikan gejala psikologisnya.
Petugas puskesmas juga tidak menanyakannya
mengenai gejala psikologis yang dialami pasien.
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 487
Faktor biologis -makanan
-posisi tidur
-banyak duduk
-kecapekan
Faktor sosial-ekonomi -keuangan
-tempat tinggal
-keluarga
-rumah tangga
-pergaulan
-komunikasi
Faktor budaya/ agama -perhitungan hari
-dijodohkan
-pernikahan tidak disetujui
-nasib/ peruntungan
-semua berasal dari Tuhan
Keluhan (Bahasa) pusing, bingung, kusut, kaku kepala, tujuh keliling, puyeng, kliyeng, keliyengan, cengeng,
kenceng, manteng, spaneng, spaning, bebet, ngebet, ngedrop, kesel, hidup tak mau matipun
segan, malas, tidak mauapa-apa, dosa apa salah apakok diuji seperti ini
Diagnosis gangguan fisik
vertigo, pengapuran, darah
tinggi, maag kronis, asam urat,
kolesterol
Diagnosis gangguan jiwa tidak ada atau tidak pernah
didiagnosis dengan gejala atau
gangguan kejiwaan
Persepsi tentang sakit memang memiliki penyakit
fisik, tahu nama sakit dari
orang lain, tidak tahu sebab
sakitnya dengan pasti
Pola mencari pertolongan
Medis -minum obat
-Puskesmas
-klinik dokter
-UGD
-Pengobatan alternatif
Non-medis (mekanisme koping) -mengatasi sendiri
-cari kesibukan sendiri
-menghibur diri sendiri
-tidak mau memikirkan
-diam saja
-curhat
-pergi ke tempat hiburan
-bekerja
-berdoa dan pasrah
Layanan kesehatan jiwa tidak ada atau tidak pernah
mencari pertolongan ke laya-
nan kesehatan jiwa
<
>
>
>>
>
>
>
> >
>
Gambar 4. Persepsi dan Perilaku Pencarian Pertolongan
Kurangnya pengetahuan dan terbatasnya biaya dari
pasien dengan gejala cemas dan depresi menyebabkan
pengenalan gejala dan akses ke layanan kesehatan jiwa
menjadi sulit.
Daftar Pustaka
1. Kirmayer LJ. Cultural Variations in the Clinical Presentation
of Depression and Anxiety: Implications for Diagnosis and
Treatment. J Clin Psychiatry. 2001; 62(13):22-8.
2. Andrews G, Sanderson K, Slade T, Issakidis C. Why does
the Burden of Disease Persist? Relating the Burden of Anxi-
ety and Depression to Effectiveness of Treatment. Bull World
Health Organ 2000;78(4):446-54.
3. Bhugra D, Mastrogianni A. Globalisation and Mental Disor-
ders Overview with Relation to Depression. Br J Psychiatry.
2004; 184:10-20.
4. Ormel J, Von Korff M, Van Den Brink W, Katon W, Brilman
E, Oldenhikel T. Depression, Anxiety, and Social Disability
Show Synchrony of Change in Primary Care Patients. Am J
Public Health. 1993; 83(3):385-90.
5. Idaiani S, Suhardi, Kristanto AY. Analisis Gejala Gangguan
Mental Emosional Penduduk Indonesia. JInMA 2009;
59(10):473-9.
6. Gani A. Seminar MDGs dan Kesehatan Jiwa. Menu Dekon
Kesehatan Jiwa. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Dirjen Bina
Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2010.
7. Kohn R, Saxena S, Levav I, Saraceno B. The Treatment
Gap in Mental Health Care. Bull World Health Organization
2004;82(11):858-64.
8. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementrian
Kesehatan RI. Hargailah Penderita Gangguan Jiwa
(Internet). 2012. Tersedia dari http://www.depkes.go.id/
index.php/berita/press-release/1669-hargailah- penderita-
gangguan-jiwa.html. Diakses 2 Juni, 2013
9. Murray RM. Essential Psychiatry. 4th ed. Cambridge : Cam-
bridge University Press; 2008. p. 215
10. Ghaemi SN. The Rise and Fall of The Biopsychosocial
Model. Br J Psychiatry 2009;195: 3-4
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016488
Tabel 3. Idiom of Distress untuk Pusing
Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/ definisi17,18
Puyeng Dialek Melayu Jakarta Kata sifat; menunjukkan sakit kepala atau pening
Kliyeng Disebut juga kliyengan; kata sifat; tidak baku; menunjukkan sakit kepala atau
pusing
Cengeng Jawa Kata sifat; menunjuk pada kaku leher atau tengkuk
Kenceng Indonesia Bahasa Indonesianya adalah kencang; merupakan istilah untuk menunjukkan
rasa nyeri seperti ditekan pada tension type headache
Manteng Artinya adalah tegang atau merentang
Spaneng Belanda Artinya pikiran yang terlalu tegang
Spaning Tekanan, tegangan, desakan; biasanya digunakan dalam istilah listrik
Ngebet Padanan katanya adalah nyeri
Kusut Indonesia Tersimpul jalin-menjalin tidak keruan (rambut, benang); kacau, tidak teratur;
rumit, rusuh dan bingung (hati, pikiran); padanan katanya adalah bingung
Bingung Indonesia Hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan); kurang mengerti, kurang jelas;
tidak tahu arah jalan
Tujuh keliling Indonesia Merupakan kiasan; artinya adalah pusing sekali, sangat pusing, sangat
kebingungan
Tabel 4. Idiom of Distress untuk Gejala Depresi
Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/ definisi17,18
Hidup tak mau Indonesia Peribahasa; menunjukkan perasaan; hidup yang merana karena terus menerus
sakit
matipun segan
Drop Inggris Kata benda artinya penurunan, keadaan jatuh; kata kerja artinya turun, menjatuh-
kan, menurunkan
Malas Indonesia Tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu; segan, tidak suka, tidak bernafsu
Kesel Indonesia Kesal; artinya mendongkol, sebal; kecewa (menyesal) bercampur jengkel; tidak
suka lagi (jemu)
Tabel 5. Idiom of Distress untuk Gejala Lainnya
Istilah/ungkapan Asal bahasa Arti/definisi17,18
Krepek-krepek Jawa Krepyek-krepyek; suara pada sendi ketika berjalan; gejala pada penyakit rematik
Seueul Sunda Rasa kembung dan perih di lambung
Nyesek Indonesia Menunjuk pada sesak napas
Engap Sunda Susah bernapas, terengah-engah, tersengal-sengal
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
Ungkapan Stres untuk Gejala Cemas dan Depresi pada Pasien
11. Patel V. Cultural Factors and Internal Epidemiology. Br Med
Bull 2001;57:33-45
12. Good B, Good MD, Grayman J, Lakoma M. Psychosocial
Needs Assessment of Communities Affected by the Conflict
in the Districts of Pide, Bireuen and Aceh Utara. Local Idi-
oms of Distress. 2006.
13. Kirmayer LJ. Overview Culture, Affect and Somatization
Part 1. Transcult Psychiatric. 1984;21(4): 159-77.
14. Fernandez RL, Diaz N. The Cultural Formulation: A Method
for Assessing Cultural Factors Affecting the Clinical En-
counter. Psychiatr Q. 2002;73(4): 271-95.
15. Simon GE, Von Korff M, Piccinelli M, Fullerton C, Ormel J.
An International Study of The Relation between Somatic
Symptoms and Depression. N Engl J Med. 1999;341(18):
1329-34.
16. Goldberg DP, Bridges K. Invited Review Somatic Presenta-
tions of Psychiatric Illness in Primary Care Setting. J
Psychosom Res. 1988;32(2):137-44.
17. Sugono D, editor. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-
4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.
J Indon Med Assoc, Volum: 66, Nomor: 10, Oktober 2016 489