13
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015 ISBN: 978-602-7998-92-6 UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: MENAKAR POTENSI GAHOTAN Umi Purwandari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura PO Box 2 Kamal, Jawa Timur. Pendahuluan Ketahanan pangan didefinisikan sebagai “semua orang mendapatkan akses fisik dan ekonomi sepanjang waktu, terhadap pangan yang bergizi dan aman dalam jumlah mencukupi kebutuhan diet, dalam bentuk angan sesuai pilihan/kesukaan untuk kehidupan yang aktif dan sehat”, menurut hasil World Food Summit pada tahun 1996 (FAO 2006). Ketahanan pangan menjadi masalah dunia, karena pada tahun 1990-an 850 juta orang mengalami kelaparan, yang tersebar di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Eropa. Target FAO untuk menurunkan tingkat kelaparan ini menjadi setengahnya di tahun 2015 telah tercapai (FAO 2015). Di Asia, tingkat kelaparan pada sekitar tahun 1995 adalah 30,6 %, nagka ini menurun di tahun 2014-2015 menjadi 9,6 %, yang lebih baik daripada target MDG sebanyak 15 % (FAO 2015). Masih ada sebanyak setengah jumlah penderita kekurangan pangan yang masih harus diatasi. Ada empat dasar dalam ketahanan pangan menurut konsep FAO, yaitu ketersediaan fisik pangan, adanya akses fisik dan ekonomi masyarakat terhadap pangan, tingkat penggunaan pangan dalam bentuk pangan yang memenuhi kebutuhan nutrisi, dan keberlanjutan atau stabilitas ketiga faktor tersebut (FAO 2008). Ada tujuh indikator keberhasilan program ketahanan pangan, yaitu tingkat kematian, tingkat malnutrisi, ketersediaan pangan, keragaman pangan, ketersediaan air bersih, strategi adaptasi, dan aset penghidupan. U-1

UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: MENAKAR POTENSI GAHOTAN

Umi Purwandari

Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura

PO Box 2 Kamal, Jawa Timur.

Pendahuluan

Ketahanan pangan didefinisikan sebagai “semua orang mendapatkan akses fisik dan

ekonomi sepanjang waktu, terhadap pangan yang bergizi dan aman dalam jumlah mencukupi

kebutuhan diet, dalam bentuk angan sesuai pilihan/kesukaan untuk kehidupan yang aktif dan

sehat”, menurut hasil World Food Summit pada tahun 1996 (FAO 2006). Ketahanan pangan

menjadi masalah dunia, karena pada tahun 1990-an 850 juta orang mengalami kelaparan, yang

tersebar di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Eropa. Target FAO untuk menurunkan tingkat

kelaparan ini menjadi setengahnya di tahun 2015 telah tercapai (FAO 2015). Di Asia, tingkat

kelaparan pada sekitar tahun 1995 adalah 30,6 %, nagka ini menurun di tahun 2014-2015

menjadi 9,6 %, yang lebih baik daripada target MDG sebanyak 15 % (FAO 2015). Masih ada

sebanyak setengah jumlah penderita kekurangan pangan yang masih harus diatasi.

Ada empat dasar dalam ketahanan pangan menurut konsep FAO, yaitu ketersediaan

fisik pangan, adanya akses fisik dan ekonomi masyarakat terhadap pangan, tingkat penggunaan

pangan dalam bentuk pangan yang memenuhi kebutuhan nutrisi, dan keberlanjutan atau stabilitas

ketiga faktor tersebut (FAO 2008). Ada tujuh indikator keberhasilan program ketahanan pangan,

yaitu tingkat kematian, tingkat malnutrisi, ketersediaan pangan, keragaman pangan, ketersediaan

air bersih, strategi adaptasi, dan aset penghidupan.

U-1

Page 2: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Salah satu strategi penting yang digunakan FAO untuk mencapai ketahanan pangan

adalah dengan memberdayakan system pangan tradisional. Pengetahuan dalam hal menentukan

bahan pangan, menjaga kelestarian tanaman, pengetahuan budidaya dan pengolahannya, yang

telah digunakan selama berabad-abad merupakan pengetahuan penting yang mendukung

ketahanan pangan dan kesehatan (FAO 2009). Pangan tradisional umumnya sudah berkurang

ketersediaannya karena terdesak oleh makanan-makanan impor baru yang didatangkan ke suatu

wilayah. Meskipun demikian, makanan tradisional masih dianggap sebagai murni/segar, enak,

sehat, bergizi, murah, danmemiliki fungsi social dan budaya (Lambden, Receveur, Kuhnlein

2007). Meninggalkan makanan tradisional bagi suatu etnik juga dapat mengakibatkan masalah

kesehatan berupa kelebihan berat hingga obesitas, dan diabetes pada orang dewasa; serta

kekurangan vitamin A dan kekerdilan, serta kerusakan gigi pada anak-anak (Englberger et al.

2009). Untuk mengatasinya, diperkenalkan kembali makanan-makanan tradisional mereka yang

dibuat menggunakan sumberdaya yang ada di tempat tersebut, misalnya sayuran hijau, pisang,

talas, sukun dan pandan-pandanan yang menyediakan sumber energy berkalori rendah, dan

vitamin A (Englberger et al. 2009). Meningkatkan keanekaragaman makanan tradisional untuk

mencegah malnutrisi dan menjaga kesehatan juga merupakan salah satu strategi ketahanan

pangan (Creed-Kanashiro et al. 2009).

Singkong merupakan bahan pangan yang banyak tumbuh di pedesaan di Indonesia, dan

dianggap mudah cara budidayanya (Indarto dan Ulya 2012). Sekitar separuh dari hasil panen

singkong digunakan untuk konsumsi petani sendiri. Gathot merupakan salah satu makanan

tradisional dari Jawa, yang dibuat dari bahan dasar singkong. Gathot dibuat dengan membiarkan

berbagai jenis jamur dan mikroorganisma lain tumbuh di singkong sedemikian sehingga

diperoleh produk yang bagian dalamnya berwarna kehitaman. Cara pembuatan yang tidak

U-2

Page 3: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

higienis kemungkinan menyebabkan makanan ini termasuk yang ditinggalkan. Meskipun

Aspergillus flavus, salah satu jamur yang dapat menghasilkan aflatoxin, tumbuh di bagian luar

gathotan (bahan mentah gathot), tetapi uji aflatoxin menggunakan teknik HPLC dan Elisa

memberi hasil negative (Purwandari 2000). Meskipun pernah dilaporkan mengandung aflatoksin

sebelumnya, tidak ada laporan resmi korban gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi gathot.

Tulisan ini mengulas penganekaragaman gathotan menjadi mi kering, kajian teknologi,

dan analisis yang berkaitan dengan kesehatan sebagai akibat konsumsi mi gathotan.

Proses Pembuatan Gathotan (gathot mentah)

Gathotan adalah singkong yang bagian dalamnya berwarna hitam akibat pertumbuhan

jamur Botryodiplodia theobromae (Purwandari 2000), yang merupakan pathogen tanaman,

berasal dari tanah (Purwandari 2000). Secara tradisional, pembuatan gathotan adalah dengan

mengupas singkong, mencucinya, memotong membujur menjadi dua bagian, atau dibiarkan utuh,

kemudian diletakkan di atas atas rumah, atau di pematang, selama berbulan-bulan, tanpa

perlindungan dari cuaca, sehingga tumbuh berbagai jamur, dan akhirnya bagian dalam singkong

didominasi oleh warna hitam jamur B. theobromae (Purwandari 2000).

Selama proses pembuatan gathotan, dilakukan penutupan tumpukan singkong pada

malam hari, atau dilakukan penyiraman dengan air jika kelihatan terlalu kering. Hal ini

dilakukan nampaknya untuk mengatur kelembaban sehingga jamur tetap tumbuh. Penutupn

tumpukan singkong pada malam hari menciptakan lingkungan yang lembab. Pengaturan

kelembaban ini sepertinya dipandang penting, sehingga ada cara pembuatan gathotan yang

melalui proses yang dinamakan ‘empep’. Proses empep adalah penyimpanan potongan singkong

yang telah dijemur 2 hari, di dalam sebuah bakul bamboo, kemudian ditutup tumpukan singkong

itu dengan daun pisang. Proses empep berlangsung 2-3 hari, jika telah ada sedikit bercak warna

U-3

Page 4: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

hitam di bagian dalam potongan singkong. Setelah proses empep, singkong lalu dijemur

sehingga kering. Selama proses pengeringan itu, yang berlangsung sekitar 4-5 hari, area

berwarna hitam semakin luas. Proses empep merupakan proses penciptaan lingkungan yang

hangat dan lembab. Pembuatan gathotan melalui proses empep ini, didahului dengan tahap

perendaman sehari semalam (24 jam). Setelah perendaman, singkong dicuci hingga bersih.

Setelah perendaman, dilakukan penjemuran selama 2 hari hingga setengah kering, lalu

dilanjutkan proses empep. Proses perendaman mungkin untuk melunakkan jaringan singkong

agar memudahkan jamur tumbuh. Pada tahap ini, kemungkinan besar tumbuh pula bakteri atau

yeast yang dapat mensintesa asam-asam organic.

Kebanyakan jamur yang diisolasi dari gathotan adalah jamur-jamur yang berasal dari

tanah. Jamur-jamur yang diisolasi dari bagian luar, kebanyakan jamur yang membentuk spora

dalam jumlah banyak, misalnya Rhizopus oryzae, R. niger, Aspergillus flavus, A. niger, A.

ochraceus, Penicillium spp., dan kadang diisolasi pula Trichoderma harzianum Rifai. Jamur

yang diisolasi dari bagian dalam gathotan adalah Botryodiplodia theobrome Pat. B. theobromae

merupakan jamur dari golongan fungi dematiaceous yang memiliki ciri hifa berwarna hitam.

Jamur lain yang tergolong dematiaceus yang diisolasi dari gathotan adalah Alternaria sp., akan

tetapi diisolasi dalam jumlah yang sangat sedikit dan dari beberapa sampel saja. Dengan

demikian, sepertinya Alternaria sp. Merupakan kontaminan saja dalam fermentasi gathotan. B.

theobromae merupakan jamur pathogen buah-buahan dan umbi-umbian pasca panen. Misalnya

pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga tidak mengherankan bahwa

jamur ini juga mudah tumbuh di singkong.

Kami membuat gathotan dengan cara menginokulasi singkong yang telah dikupas,

dicuci, dan dijemur 2 hari, atau dikeringkan dalam mesin pengering (suhu 40°C, 4 jam), ditaburi

U-4

Page 5: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

dengan potongan gathotan kering yang diambil dari pembuatan gathotan sebelumnya. Kami juga

membuat gathotan dengan menggunakan inoculum berupa parutan singkong setengah kering

yang diberi potongan gathotan, sehingga parutan singkong ditumbuhi jamur B. theobromae.

Inokulum parutan singkong itu kemudian ditanam di lubang di singkong setengah kering,

ditutup, dan disimpan dalam tempat tertutup untuk menjaga kelembaban. Setelah penyimpanan 2

hari, potongan singkong kemudian dijemur di panas matahari hingga kering, sekitar 3 hari. Cara

ini dapat mempersinngkat cara pembuatan gathotan, dari beberap minggu atau bulan, menjadi

sekitar 5 hari.

Meskipun pembuatan gathotan dengan menggunakan jamur tunggal B. theobromae

lebih cepat, namun belum dikaji apakah ada peran jamur lain yang selalu diisolasi dari gathotan

dalam jumlah banyak, seperti Rhizopus oryzae, pada kualitas gathotan. Rhizopus oryzae

merupakan jamur yang dapat menghasilkan beberapa jenis enzim untuk mendegradasi pati,

sehingga mungkin memiliki peran dalam perombakan pati selama fermentasi gathotan. Selain

itu, produksi metabolit sekunder jamur dapat dipicu oleh adanya jamur lain. Demikian pula,

belum dikaji pengaruh produksi metabolit-metabolit sekunder terhadap kualitas gathotan.

Sifat Tekstural Tepung dan Pati Gathotan

Sifat gelatinisasi tepung dan pati gathotan, secara umum lebih tinggi daripada tepung

atau pati singkong, kecuali pada parameter suhu puncak. Suhu puncak tepung (73,7°C) atau pati

gathotan (85,7°C) berada pada kisaran teratas suhu puncak tepung ataupun pati singkong

(Charoenkul et al. 2011). Waktu puncak tepung gathotan adalah 9,33 menit, sedangkan waktu

puncak pati gathotan adalah 9,87 menit, menunjukkan bahwa tepung atau pati gathotan lebih

tahan perlakuan panas, dibandingkan tepung atau pati singkong pada umumnya (Charoenkul et

al. 2011). Proses fermentasi mungkin merupakan penyebab perubahan sifat tekstural ini.

U-5

Page 6: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Proses pembuatan mi dari gathotan

Tepung gathotan dibuat menjadi mi kering, dengan cara mencampurkan tepung

gathotan dengan gel yang dibuat dari tepung gathotan (Purwandari et al. 2014a). Proporsi tepung

terhadap gel, dan proporsi air yang digunakan untuk membuat gel, mempengaruhi kekerasan

(hardness) dan kelengketan (adhesiveness) mi gathotan yang dihasilkan. Mi gathotan termasuk

relatif lebih tinggi daripada mi gandum, yaitu mendekati 6000 g. Demikian pula, kelengketan mi

gathotan lebih tinggi dibandingkan mi gandum, yaitu sekitar -1000 g. Tingkat kehilangan saat

masak (cooking loss) mi gathotan cenderung lebih rendah daripada mi gandum. Akan tetapi

tingkat kesukaan terhadap semua parameter sensoris (kesukaan pada warna, rasa, bau, tekstur di

mulut, dan kesukaan keseluruhan) mi gathotan lebih rendah (nilai 4-5) daripada mi gandum (nilai

7-8). Warna mi gathotan yang hitam, tekstur yang keras dan bau serta rasa yang belum familiar,

kemungkinan menyebabkan tingkat kesukaan menjadi lebih rendah dibandingkan mi gandum

yang sudah sangat dikenal. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa kesukaan terhadap tekstur

di mulut merupakan faktor utama penentu kesukaan keseluruhan terhadap mi gathotan.

Kami mengkaji pengaruh waktu inkubasi, suhu inkubasi, persentase inoculum, lama

perendaman, dan lama pengeringan singkong segar, terhadap pertumbuhan B. theobromae dalam

proses pembuatan gathotan (Purwandari et al. 2014d). dengan menggunakan desain Response

Surface Methodology, diketahui bahwa lama inkubasi, suhu inkubasi, dan lama pengeringan

singkong segar, memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan miselia B. theobromae.

Hasil optimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan miselia dapat dimaksimumkan dengan

mengatur kondisi proses sebagai berikut: suhu inkubasi 34,5C, lama inkubasi 2,4 hari,

perendaman selama 26,4 jam, lama pengeringan 3,7 jam pada suhu 40°C, dan inoculum

sebanyak 2%.

U-6

Page 7: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Gel gathotan sebagai pembentuk tekstur mi bebas gluten dari tepung-tepung non

konvensional

Gel mi gathotan telah digunakan sebagai pembentuk tekstur dari beberapa mi yang

dibuat menggunakan tepung non konvensional misalnya tepung sukun, pisang, dan talas. Mi

sukun dibuat dengan mencampurkan tepung sukun dengan gel tepung gathotan dengan proporsi

sekitar 1:1 (Purwandari et al. 2014b). Tergantung kadar air dalam gel dan proporsi tepung sukun

yang dicampurkan dengan gel, kekerasan mi sukun (2520 g) dapat setara dengan mi gandum atau

dua kali lebih keras (2520-5074 g), dengan kelengketan yang cukup tinggi (-458 hingga -1097

g). Akan tetapi mi sukun memiliki waktu masak yang setara dengan mi gandum, yaitu antar 3-4

menit. Kelemahan yang menonjol mi sukun adalah kehilangan saat masak yang tinggi, yaitu

12,45 hingga 17,04 %. Kekerasan mi pisang (2049-2606 g) yang setara dengan kekerasan mi

gandum. Akan tetapi kekerasan mi talas (2393-4055 g) lebih tinggi daripada mi gandum. Kedua

mi memiliki kelengketan yang lebih rendah dibandingkan mi gathotan, akan tetapi mi talas

tergolong lengket (nilai adhesiveness -100,900 hingga -587,900 g). Sedangkan mi pisang relative

tidak lengket (nilai adhesiveness -19,600 hingga -52,600 g).

Sifat Fungsional mi gathotan

Aktifitas Antioksidan

Mi gathotan menunjukkan aktifitas antioksidan yang tinggi, yaitu sebesar 84,26% yang

ditunjukkan dengan tingkat penghambatan DPPH (Purwandari et al. 2014c). Sedangkan mi lain

yang menggunakan gathotan sebagai pembentuk tekstur, juga memiliki aktifitas penghambatan

DPPH yang tergolong tinggi, yaitu 91,61% pada mi pisang, dan 86,03% pada mi talas. Kadar

antioksidan pada mi gathotan kemungkinan disebabkan oleh melanin yang memberi warna hitam

miselia jamur Botryodiplodia theobromae. Pigmen melanin pada jamur dapat memberi efek

U-7

Page 8: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

antioksidan (Goncalves and Pombeiro-Spouchiado 2002). B. theobromae dilaporkan mampu

menghasilkan senyawa taxol dengan aktifitas antioksidan yang tinggi (Pandi et al. 2010). Pisang

banyak mengandung senyawa fenolik, seperti galaktokatekin yang ada di pisang dalam jumlah

banyak (Someya et al. 2002). Demikian pula, talas memiliki kadar senyawa antioksidan yang

cukup tinggi (Goncalves et al. 2013). Tingginya aktifitas antioksidan mi talas ataupun pisang

yang mengandung tepung gathotan kemungkinan disebabkan oleh kadar antioksidan pada tepung

pisang dan talasnya, sebab hanya sedikit tepung gathotan yang digunakan dalam proses

pembuatannya.

Efek Hipoglisemik

Mi gathotan juga menunjukkan efek hipoglisemik. Dengan menggunakan 10

sukarelawan dan mengikuti prosedur standar, kadar gula darah postprandial sukarelawan yang

mengkonsumsi mi gathotan lebih rendah secara signifikan (p<0,05) sejak menit ke-80 hingga

akhir uji (menit ke-120) setelah konsumsi, dibandingkan kadar gula darah setelah mengkonsumsi

roti putih sebagai makanan standar. Singkong dilaporkan termasuk makanan dengan indeks

glisemik yang tinggi, yaitu sekitar 84 (Ramdath et al. 2004). Kemampuan penurunan kadar gula

darah oleh mi gathotan kemungkinan karena perubahan struktur pati akibat fermentasi

sedemikian sehingga menjadi pati yang relative sulit dicerna. Dari penelitian kami yang terpisah,

pati gathotan memiliki kristalinitas yang lebih tinggi daripada pati singkong, dan juga bahkan

lebih tinggi daripada pati legume, yang mungkin menurunkan daya cernanya.

Satiety power

Uji satiety power digunakan untuk mengetahui efek konsumsi mi gathotan pada respon

kenyang (Purwandari et ale. Manuskrip diterima untuk publikasi). Digunakan 30 sukarelawan,

dan prosedur sebagaimana dalam prosedur standar, untuk mengkaji satiety power mi gathotan.

U-8

Page 9: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Parameter yang diukur adalah tingkat rasa lapar (hunger feeling), tingkat rasa kenyang (feeling

of fullness), tingkat keinginan untuk makan (desire to eat), dan berapa banyak makanan yang

ingin dimakan (how much food wanted to be taken), dalam bentuk skor 1-9, dan dibanding

dengan makanan standar berupa mi kering dari gandum. Hasilnya menunjukkan bahwa,

meskipun sukarelawan hanya mengkonsumsi separuh berat mi dibandingkan mi kering gandum,

tetapi tingkat rasa kenyang yang diperoleh lebih tinggi daripada jika makan mi kering gandum.

Demikian pula, keinginan makan, jumlah makanan yang ingin dimakan, dan rasa lapar setelah

mengkonsumsi mi gathotan, lebih rendah daripada jika mengkonsumsi mi kering gandum.

Hasil uji satiety power ini masih harus diteliti lebih lanjut dalam hal apakah tidak ada

faktor lain yang mempengaruhi penilaian komponen dalam satiety power. Satiety dipengaruhi

oleh banyak faktor, meliputi sensoris, kognitif, pasca pencernaan, dan pasca penyerapan

nutrisinya (Chamber et al. 2015). Faktor yang mungkin berpengaruh adalah warna mi gathotan

yang hitam, yang mungkin menurunkan minat panelis untuk makan. Demikian pula rasa yang

asing mi gathotan. Meskipun demikian, ada pula kemungkinan kontribusi kekenyalan dan

densitas mi gathotan yang tinggi mampu memberikan efek satiety power yang lebih baik. Serat

pangan yang memiliki viskositas tinggi meningkatkan satiety (Chambers et al. 2015). Mi

gathotan lebih kenyal daripada mi biasa. Viskositas gel tepung gathotan juga tergolong tinggi,

dan lebih tinggi daripada terigu.

Efek hipolipidemik

Pengujian efek konsumsi mi gathotan terhadap profil lipida darah dilakukan dengan

menggunakan dua kelompok tikus wistar yang diberi pakan standard (sebagai control) dan pakan

mi gathotan kering (sebagai perlakuan). Tikus yang diberi pakan standar ataupun pakan mi

gathotan memiliki berat badan yang tidak berbeda pada awal periode pengujian, dan

U-9

Page 10: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang tidak berbeda. Akan tetapi, pada akhir masa uji, berat

badan tikus perlakuan hanya sekitar sepertiga dari berat tikus kontrol. Hasil analisis

menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi pakan mi gathotan memiliki kadar trigliserida

dan HDL (lipoprotein densitas tinggi) yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberi pakan

standar. Kadar LDL kedua kelompok tikus tersebut tidak berbeda. Kadar kolesterol bukan HDL

(non-HDL-C) adalah dihitung dari total kolesterol dikurangi LDL, yang dipandang lebih

berkorelasi pada kesehatan pembuluh darah jantung (Kilgore et al. 2014). Tikus perlakuan

menunjukkan kadar non-HDL-C yang lebih tinggi dibandingkan tikus kontrol. Mi gathotan

nampaknya kandidat makanan yang dapat digunakan unutuk mengontrol berat tubuh dan kadar

lipida darah.

Penutup

Gathotan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi makanan fungsional

pendukung ketahanan pangan, yang tidak hanya mengatasi kelaparan, tetapi juga mendukung

kesehatan, dengan tingkat ketersediaan bahan yang cukup baik di seluruh wilayah Indonesia. Hal

yang masih perlu ditingkatkan adalah tingkat penerimaan sensoris produk ini.

Daftar Pustaka

Chambers L, McCrikerd K, Yeomans Y. 2015. Optimising foods for satiety. Trends in Food

Science & Technology 41:149-160.

Charoenkul N, Uttapap D, Pathipanawat W, Takeda Y. 2011. Physicochemical characteristics of

starches and flours from cassava varieties having different cooking root texture. LWT-

Food Science and Technology 44:1774-1781.

Creed-Kanashiro HM, Carvasco M, Abad M, Tuesta I. 2013. Promotion of traditional foods to

improve the nutritional and health of the Awajún of the Cenepa River in Peru. In

U-10

Page 11: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Indigenous People’s Food Systems & Well-being. Kuhnlein H, Erasmus B, Spigelski D,

Burlingame B (Editor). FAO. Rome.

Englberger L, Lorens A, Pedrus P, Albert K, Levendusky A, Hagilmai W, Paul Y, Moses P, Jim

R, Jose S, Nelber D, Santos G, Kaufer L, Larsen K, Pretrick ME, Kuhnlein HV. 2013.

Let’s Go Local! Pohnpei promotes local food production and nutrition for health. In

Indigenous People’s Food Systems & Well-being. Kuhnlein H, Erasmus B, Spigelski D,

Burlingame B (Editor). FAO. Rome.

FAO. 2006. Food Security-Policy Brief, June 2006 Issue 2. www.fao.org/forestry/

FAO. 2008. An Introduction to the basic concept of food security. In Food Security Information

for Action – Practical Guides. www.fao.org/docrep/013/al93be00.pdf

FAO. 2009. FAO and traditional knowledge: The linkage with sustainability, food security and

climate change impacts. www.fao.org/docrep/011/i0841e/i0841e00

FAO. 2015. The state of food insecurity in the world in brief 2015. www.fao.org/hunger/en/

Goncalves dCRR, Pombeiro-Spuchiado SR. 2005. Antioxidant activity of the melanin pigment

extracted from Aspergillus nidulans. Biol Pharm Bull 28(6):1129-1131

Goncalves RF, Silva AMS, Silva AM, Valentao P, Ferreres F, Gil-Izquierdo A, Silva JB, Santos

D, Andrade PB. 2013. Influence of taro (Colocasia esculenta L. Schott) growth

conditions on the phenolic composition and biological properties. Food Chemistry

141:3480-3485.

Indarto C, Ulya M. 2012. Potensi ubi-ubian di wilayah Madura. Seminar Kedaulatan Pangan dan

Energi 2012. Fakultas Pertanian, Universsitas Trunojoyo Madura.

U-11

Page 12: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Kilgore, M., Muntner, P., Woolley, M., Sharma, P., Bittner, V. and Rosenson, R. S. 2014.

Discordance between high non-HDL cholesterol and high LDL-cholesterol among US

adults. Journal of Clinical Lipidology 8: 86-93.

Lambden J, Receveur O, Kuhnlein HV. 2007. Traditional food. International Journal of

Circumpolar Health 66(4):308-319.

Pandi M, Manikandan R, Muthumary J. 2010. Anticancer activity of fungal taxol derived from

Botryodiplodia theobromae Pat. An endophytic fungus, against 7,12 dimethyl

ben(a)antracene (DMBA)-induced mammary gland carcinogenesis in Sprague dawley

rats. Biomedicine & Pharmacotheraphy 64:48-53.

Purwandari U. 2000. Aflatoxin in gathotan in relation to fungal distribution. Master Thesis.

RMIT. Melbourne. Australia.

Purwandari, U., Hidayati, D., Tamam, B., Arifin, S. 2014. Gluten-free Noodle Made from

Gathotan (An Indonesian Fungal Fermented Cassava) Flour: Cooking Quality, Textural,

and Sensory Properties. International Food Research Journal 21(4): 1615-1621.

Purwandari, U., Khoiri, A., Muchlis, M., Noriandita, B., Zeni, N.F., Lisdayana, N., Fauziyah, E.

2014. Textural, Cooking Quality, and Sensory Evaluation of Gluten-free Noodle Made

from Breadfruit, Konjac, or Pumpkin Flour. International Food Research Journal 21(4):

1623-1627.

Purwandari, U., Nava, N., Hidayati, D. 2014. Modeling and Optimising the Growth of

Lasiodiplodia theobromae during Gathotan Fermentation. Microbiology Indonesia 8(3):

112-120.

U-12

Page 13: UMBI-UMBIAN UNTUK KETAHANAN PANGAN: …tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/U1-U13-Umi-Purwanda... · pada buah kakao dan mangga, uwi dan ketela rambat. Sehingga ... itu,

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Purwandari, U., Tristiana, G.R., Hidayati, D. 2014. Gluten-free Noodle Made From Gathotan

Flour:Antioxidant Activity and Effect of Consumption on Blood Glucose Level.

International Food Research Journal 21(4): 1629-1634.

Ramdath DD, Isaac RL, Teelucksingh S, Wolever TM. 2004. Glycaemic index of selected

staples commonly eaten in the Carribean and the effects of boiling and crushing. British

Journal of Nutrition 91(6):971-977.

Someya S, Yoshiki Y, Okubo K. 2002. Antioxidants compounds from bananas (Musa

Cavendish). Food Chem 79:351-354.

U-13