21
1 BAGIAN ILMU RADIOLOGI LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2014 UNIVERSITAS HASANUDDIN PNEUMOPERITONEUM Oleh: A.Rika Rahmayani A Ulmi Fadillah Juniar Nobel Hasliani Azhar Dzulhadj B.A Pembimbing Residen dr. Fatmawati Dosen Pembimbing dr. Dario A. Nelwan, Sp.Rad DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Ulmi Fadillah s.ked - Pneumoperitoneum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiologi

Citation preview

  • 1

    BAGIAN ILMU RADIOLOGI LAPORAN KASUS

    FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2014

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    PNEUMOPERITONEUM

    Oleh:

    A.Rika Rahmayani A

    Ulmi Fadillah Juniar

    Nobel

    Hasliani

    Azhar Dzulhadj B.A

    Pembimbing Residen

    dr. Fatmawati

    Dosen Pembimbing

    dr. Dario A. Nelwan, Sp.Rad

    DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    DI BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • 2

    Pneumoperitoneum

    I. KASUS

    No. RekamMedik : 652988

    NamaPasien : An. MI

    Umur : 3 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Jl. Andi Caco Pangkep

    Tempat/Tanggal lahir : Pangkep, 21 April 2010

    Agama : Islam

    Kebangsaan : Indonesia

    Tanggal Pemeriksaan : 4 Maret 2014

    Perawatan Bagian : PICU

    1.1 Anamnesis : Alloanamnesis

    - Keluhan utama : Perut membesar

    - Anamnesis terpimpin :

    Perut membesar dialami sejak + 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Ada

    sesak sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Batuk dan lendir tidak

    ada. Demam tidak ada, kejang tidak ada. Riwayat demam + 1 minggu

    sebelum masuk rumah sakit. Mual ada tapi tidak muntah. Anak tampak

    lemah. Riwayat BAB encer sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit

  • 3

    frekuensi 2x. Riwayat berobat di RS Pangkep karena BAB encer dan

    dirawat selama 5 hari. BAK via kateter, kesan kurang.

    Riwayat penyakit sebelumnya : Riwayat penyakit serupa disangkal

    Riwayat pengobatan : Riwayat berobat kedokter prakter

    sebelum masuk RS Pangkep dan diberi

    puyer untuk diare.

    Riwayat keluarga : Riwayat penyakit yang sama dalam

    keluarga disangkal.

    1.2 PemeriksaanFisis

    Keadaan umum : Keadaan sakit berat, keadaan gizi baik, kesadaran

    koma. (GCS :E2M3V2)

    Tanda Vital dan Antropometri

    Tekanan darah : 70/400 mmHg

    Nadi : 150 kali/menit

    Pernafasan : 40 kali/menit

    Suhu : 37,8oC

    BB : 14,3 kg

    TB : 99 cm

    BB/TB : Terletak diantara median s.d -1 SD (Gizi Baik)

    Pemeriksaan Fisis

    Regio Abdomen

  • 4

    - I : Distended, ikut gerak napas, darm contour (-), darm steifung (-)

    - P : Distensi, asites (+), massa tumor (-)

    Hepar : sulit dinilai

    Lien : sulit dinilai

    - P : Thympani (-)

    - A : Peristaltik (-) kesan menurun, metalic sound (-)

    Rectal Touche

    - Spinchter ani longgar

    - Ampulla kosong

    - Mukosa licin

    - Massa tumor (-), Nyeri tekan (-)

    - Handschoen : feses (+), darah (-), lendir (-)

    1.3 Laboratorium

    Laboratorium (28-02-2014)

    Parameter Hasil Nilai rujukan Unit

    WBC 6,6 4.00 10.0 103/uL

    RBC 4,58 4.50 6.50 106/uL

    HGB 12,9 14.0 18.0 g/dL

    HCT 38,3 40.0 54.0 %

    PLT 412 150 400 103/uL

    Ureum 23 < 48 mg/dl

    Kreatinin 0,40 0 - 1 mg/dl

  • 5

    Protein Total 5,0 6 - 8 g/dL

    Albumin 2,0 3,5 5,2 g/dL

    GDS 125 60 - 100 mg/dl

    Natrium 129 132 145 mmol/L

    Kalium 2,8 3,1 5,1 mmol/L

    Clorida 103 96 111 mmol/L

    Imunoserologi

    IgM Salmonella Positif 10 Negatif

    1.4 Radiologi

    Foto Polos Abdomen 3 Posisi (28-02-2014)

  • 6

    Ekspertise :

    - Tampak udara bebas subdiafragma kanan dan kiri

    - Tidak tampak udara didistal colon

    - Tampak loop-loop usus yang berkumpul dibagian medial, tidak

    tampak dilatasi

    - Kedua psoas line tidak tervisualisasi

    - Kedua prepreritoneal fat line intak

    - Tulang-tulang intak

    Kesan: - Gambaran pneumoperitoneum

    - Susp. Ascites

    Diagnosis

    - Susp. Perforasi e.c Demam Tifoid

    - Hipoalbuminemia

    1.5 Terapi

    - O2 Nasal kanul 2 liter/menit

    - IVFD Kaen 3B 20cc/kgBB

    290 cc habis dalam 15 menit

    - Ceftriaxone 700mg/12 jam/ iv

    (dalam 100ml NaCl 0,9% piggy bag habis dalam 1 jam)

    - Koreksi Albumin

    (3,5 2) x 14,5 x 0,8 x 4 = 70 mL

  • 7

    Transfusi Plasbumin 25% 70mL dilanjutkan furosemid

    1mg/kgBB/intravena

    - Stop intake oral

    - OGT Dekompresi

    - Rencana laparotomi explorasi

    II. DISKUSI

    2.1. Pendahuluan

    2.1.1 Definisi

    Pneumoperitoneum adalah suatu keadaan dimana terdapat udara

    bebas dalam ruang peritoneum yang biasanya terkait dengan perforasi dari

    usus halus. Namun, setiap viskus berongga dapat menyebabkan terjadinya

    pneumoperitoneum.

    2.1.2 Anatomi

    Abdomen tubuh manusia dibagi atas 4 kuadran yaitu: kuadran kanan

    atas, kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah, dan kuadran kiri bawah.

  • 8

    Dinding abdomen tubuh manusia memiliki batas batas sebagai berikut:

    Superior : Diafragma

    Posterior : M. Psoas mayor, M. Quadratus lumbarum

    Inferior : M. Levator ani, M. Coccygeus (Pelvic floor)

    Anterolateral : M.Obliqus abdominis, M. Rectus abdominis

    Permukaan internal otot- otot abdomen dibungkus oleh fascia transversalis

    dan peritoneum.

    Cavum abdomen terdiri atas cavum peritoneum dan retroperitoneal

    (preperitoneal space). Organ- organ yang terletak dalam cavum peritoneum adalah

    jejunum, ileum, olon transversum, colon sigmoideum, caecum, dan processus

    vermiformis, sedangkan yang terletak retropeitoneal adalah duodenum, colon

    ascendens, dan colon descendens. Peritoneum terdiri dari peritoneum parietal

    yang melapisi dinding bagian dalam rongga abdomen, diafragma dan organ

    retroperitoneum dan peritoneum visceralis yang melapisi seluruh permukaan

  • 9

    organ dalam abdomen. Luas total peritoneum lebih kurang 1,8 m2

    . Setengahnya (

    1 ) m2

    berfungsi sebagai membran semipermeabel terhadap air, elektrolit dan

    makro serta mikro molekul.

    Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ

    intraperitoneum. Normal terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum,

    yang memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Karakter-istik cairan

    peritoneum; berupa transudat, berat jenis 1,016, konsentrasi protein kurang dari 3

    g/dl, leukosit kurang dari 3000/uL; mengandung komplemen mediator sebagai

    antibakterial dan aktivitas fibrinolisis. Sirku-lasi cairan peritoneum melalui

    kelenjar lymph dibawah permukaan dia-fragma dengan kecepatan pertukaran

    cairan ekstrasellular 500 ml perjam. Melalui stoma di mesothelium diafragma

    partikel-partikel termasuk bakteri dengan ukuran kurang dari 20 m dibersihkan,

    selanjutnya di alirkan terutama ke dalam duktus thorasikus kanan.

    Peritoneum parietal disarafi oleh saraf aferen somatik dan visceral yang

    cukup sensitif terutama pada peritoneum parietal bagian anterior, sedangkan pada

    bagian pelvis agak kurang sensitif. Peritoneum visceral disarafi oleh cabang

    aferen sistem otonom yang kurang sensitif. Saraf ini terutama memberikan respon

    terhadap tarikan dan distensi, tetapi kurang respon terhadap tekanan dan tidak

    dapat menyalurkan rasa nyeri dan temperatur

    2.1.3 Etiologi

    Penyebab paling umum terjadinya pneumoperitoneum adalah perforasi

    saluran pencernaan yang lebih dari 90 %. Perforasi dari lambung atau duodenum

  • 10

    yang disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap penyebab paling sering dari

    pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum juga dapat disebabkan karena pecahnya

    divertikular atau trauma abdomen. Ini biasanya muncul dengan gejala peritonitis.

    Pneumoretroperitoneum adalah adanya gas dalam ruang retroperitoneal.

    Merupakan gambaran yang selalu abnormal dan memiliki diferensial relatif kecil :

    Perforasi organ berongga pada peritonium

    Duodenum

    o penyakit ulkus peptikum

    o trauma tumpul pada abdomen

    o trauma yang menembus abdomen

    o endoskopi + / - biopsi (jarang)

    o ERCP terutama ketika sphincterotomy yang dilakukan : kejadian

    0,5-2%

    Kolon asendens dan desendens

    o karsinoma kolorektal ( CRC )

    o diverticulitis

    o endoskopi + / - biopsi

    o kolitis ischeamic

    Rectum

    o operasi, misalnya eksisi transanal pada karsinoma rektal

    o masuknya benda asing

    o endoskopi

    o trauma

  • 11

    udara sisa dari operasi retroperitoneal

    urologis / adrenal

    tulang belakang (pendekatan anterolateral)

    Jika lokal, dan terutama dengan adanya air-fluid level, abses

    retroperitoneal harus dicurigai.

    2.2. Resume Klinis

    Seorang anak 3 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama perut

    membesar. Keluhan dirasakan sejak + 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit.

    Ada sesak sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Batuk dan lendir

    tidak ada. Demam tidak ada, kejang tidak ada. Riwayat demam + 1

    minggu sebelum masuk rumah sakit. Mual ada tapi tidak muntah. Anak

    tampak lemah. Riwayat BAB encer sejak 7 hari sebelum masuk rumah

    sakit frekuensi 2x. Riwayat berobat di RS Pangkep karena BAB encer dan

    dirawat selama 5 hari. BAK via kateter, kesan kurang. Riwayat penyakit

    sebelumnya yang serupa disangkal. Riwayat berobat kedokter prakter

    sebelum masuk RS Pangkep dan diberi puyer untuk diare. Riwayat

    penyakit yang sama dalam keluarga disangkal. Pada hasil pemeriksaan

    foto BNO 3 posisi ditemukan gambaran pneumoperitoneum dan susp.

    Ascites.

    2.3. Radiologi

  • 12

    Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan perforasi

    abdomen. Paling tidak diambil 2 foto , meliputi foto abdomen posisi supine dan

    foto Thorax posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam

    jumlah yang sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada

    posisi tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil.

    Gambar 2. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus (LLD)

    Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran

    udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow)

    diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak

    area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral

    dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan

  • 13

    permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular

    Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi

    miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di

    antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine,

    berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Ligament

    Sign dan Rigler`S Sign.

    Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, dimana udara

    bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan

    peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.

    Gambar 3. Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding abdomen dengan

    hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam).

  • 14

    Gambar 4. Gambaran linier (anterior subhepatic space air )

    Gambar 5. Foto posterior subhepatic space air (Morrisons pouch, gambaran triangular )

  • 15

    Gambar 6. Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar

    Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi

    pneumoperitoneum dalam jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah

    besar yang dengan >1000 mL udara bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan

    udara dalam jumlah besar antara lain:

    1) Football Sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara

    di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak

    membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen

    falsiformis sehingga memberi jejak seperti gambaran bola kaki.

  • 16

    Gambar 7. Football sign

    2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Sign yang

    memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara

    di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.

  • 17

    Gambar 8. Rigler Sign

    3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya

    tidak terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas

    yang sama dengan struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya,

    tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi

    urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian

    bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah

    kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.

  • 18

    Gambar 9. Gambaran urachus

    4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah

    epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di

    daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah

    banyak.

    5) Telltale Triangle Sign menggambarkan daerah segitiga udara

    diantara 2 lingkaran usus dengan dinding abdomen.

  • 19

    Gambar 10. Telltale triangle sign

    6) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal

    (melalui prosesus vaginalis yang paten).

    7) Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon

    sentral diafragma

  • 20

    Gambar 11. The Sign Cupola

    8) Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi

    dinding posterior abdomen.

    Gambar 12. cupola sign (panah putih) dan lesser sac gas sign (panah hitam).

    9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum

    sigmoid dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda

    pneumoperitoneum

    Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih

    disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto

    polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada

    perforasi viskus abdomen. Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan

    dicurigai mengalami perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos

    abdomen.

  • 21

    2.4 Diagnosis Banding

    Pneumoperitoneum menggambarkan gas dalam rongga peritoneal , dan

    sering pertanda dari penyakit kritis. Berdasarkan penampakannya pada foto polos

    dengan gambaran udara pada cavum peritoneum, maka pseudopneumoperitoneum

    dan pneumoretroperitoneum menjadi diagnosis banding.

    Pseudopneumoperitoneum

    Pseudopneumoperitoneum adalah gas apapun dalam rongga perut yang

    terlihat sebagai pneumoperitoneum tetapi ternyata bukan. Mengidentifikasi

    dengan benar pneumoperitoneum sangat penting, tetapi membuat diagnosis

    dengan salah dapat menyebabkan pengobatan yang tidak diperlukan.

    Penyebabnya antara lain:

    Atelektasis linear basal

    Pneumomediastinum

    Sindrom chilaiditi

    Gas dalam lipatan kulit

    Gas pada dinding usus bilier , atau vena portal

    Lemak dalam ruang subdiaphragmatic atau ligamentum teres

    Properitoneal fat stripe