Upload
nurlaila-oktora
View
169
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ulkus diabetikum
Citation preview
1
Bab I
Status Pasien
I. Identitas
1. Nama : Tn. Arif
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : SMP
5. Alamat : Rt.11 arab melayu
6. Tanggal periksa : 13-9-2013
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi rumah :
ukuran rumah +/- 6x12 meter, dengan dua kamar, berlantai
papan, dan beratap dari seng, dinding rumah terbuat dari
papan. Rumah berjenis Panggung. Os menggunakan air
ledeng. Jarak antara rumah os dengan rumah di kanan dan
kirinya +/- 4 meter, sedangkan muka rumah dibatasi oleh jalan
kecil yang tidak di aspal.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
Os tinggal di rumah bersama seorang istri dan dua orang
anaknya, Ani (8 tahun) dan Rian (5 tahun). Sehari-hari os
bekerja sebagai pedagang. Jam 6 pagi os sudah berangkat ke
pasar. Istri os sebagai Ibu Rumah tangga, dan dua orang anak
os masih SD. Os dikenal agak keras dalam mendidik anak-
anaknya. Tapi os tidak pernah menggunakan cara kekerasan.
2
III. Aspek psikologis di keluarga :
Secara psikologis os tidak bermasalah. Hubungan os dengan anggota
keluarganya baik.
IV. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :
Os punya riwayat sakit kencing manis. Istri os mempunyai penyakit
reumatik.
V. Keluhan utama
Luka pada kedua kaki
VI. Riwayat perjalanan penyakit
Keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum os ke puskesmas,
awalnya luka hanya kecil akibat terkena kaca, tetapi os tidak
berobat sehingga luka melebar, nanah (+), bau (+), nyeri pada
luka (+).
Demam (-) riwayat demam pada awal sakit 2 minggu yang lalu
selama 4 hari.
Os mengetahui dirinya mempunyai sakit kencing manis sejak
2 tahun yang lalu, namun os tidak rutin berobat.
Os juga mengeluh cepat lapar dan cepat haus. Dan sering
terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.
Os Mengaku beberapa bulan yang lalu pernah diperiksa gula
darahnya di Puskesmas dan hasilnya 300an, os diberi obat tapi
os mengaku tidak meminum obat tersebut karena masih
merasa baik-baik saja. Os lupa nama obatnya.
3
Berat badan os juga menurun sejak dua tahun terakhir. Os
mengatakan dulu badannya sangat gemuk.
VII. Keluhan penyerta
Batuk (-), sesak (-), mual (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-)
VIII. Riwayat makanan
Os makan 3 kali sehari. Menurut pengakuan os, suka makan-makanan
berlemak seperti daging, gulai,dan makanan yang manis-manis. Os
setiap hari minum tes manis sebanyak dua gelas, yaitu sebelum
berangkat ke pasar dan siang hari.
IX. Pemeriksaan Fisik
BB: 60 kg
TD: 120/70 mmhg
Nadi: 72x/menit
RR: 20x/menit
suhu: 37 C⁰
Kepala: normocephal
Mata: secret (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
THT: dbn
Leher:pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O
Thorak : simetris.
cor: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
pulmo: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: inspeksi : simetris
auskultasi: Bising usus (+) normal
perkusi: timpani
4
palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas: pitting edema-/-, Clubbing finger (-), akral hangat, CRT
<2 detik.
pedis dextra: luka di region mata kaki ukuran 3x5 cm, pus
(+), bau (+), darah (-).
pedis sinistra: luka di digiti II, edema (+), pus (-), darah(-)
luka pada plantar superior sejajar digiti II
ukuran 5x0,5cm, edema (+), pus (+), darah
(+)
X. Laboratorium
GDS: 350 gr/dl
XI. Usulan pemeriksaan
periksa HbA1C, GDS pre-meal (siang dan malam), GDP/hari
kultur pus dan sesitivitas antibiotic
Foto rontgen pedis dextra dan sinistra
XII. Diagnosa
Ulkus Diabetikum
XIII. Diagnosa Banding
- Ulkus diabetikum
- ulkus tropicum
- claudicatio intermitten
- osteomielitis
5
XIV. Manajemen
- Promotif dan preventif
Pencegahan primer
penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting
untuk pencegahan kaki diabetes. selalu mengingatkan cara
pencegahan dan perawatan kaki yang baik. Periksalah selalu kaki
pasien setelah melepaskan sepatu dan kausnya.
Pencegahan sekunder
Perawatan luka dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Membersihkan luka dengan air mengalir yang bersih, mengompres
luka dengan menggunakan rivanol yang dibasahkan pada kasa.
Menutup luka agar tidak terpajan infeksi.
- Kuratif
non Farmakologi
- control metabolic . Keadaan umum pasien harus
diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah harus
diusahakan agar senormal mungkin.
- control vascular. seperti memeriksa warna dan suhu
kulitnya, perabaan arteri dorsalis pedis dan tibialis. Setelah
dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut
vascular, yaitu berupa:
- modifikasi factor risiko
stop merokok, walking program, perawatan luka,
mikrobiologikal control.
- Merujuk pasien ke RSUD. untuk penanganan lebih lanjut.
6
Farmakologi
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah
dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain
(jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain
sebagaiya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat
pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi
sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk
menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki
patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM.
Pengobatan tradisional
Banyak pengobatan tradisional yang sudah dikemas dalam
bantuk ekstraksi. seperti ekstrasi dari kulit manggis, atau
terbuat dari teripang yang dikemas dalam bentuk salep.
pengobatan tradisional yang telah dikemas secara modern ini
dapat menjadi salah satu upaya untuk mengobati ulkus
diabetikum.
- Dissability limitation
memiliki alat tes gula darah sendiri di rumah
menyediakan alat-alat perawatan luka di rumah, seperti kasa,
rivanol dan plester.
menggunakan alas kaki setiap kali ke luar rumah dan
menghindari infeksi
- Rehabilitatif
Diperlukan perawatan luka yang adekuat.
7
XV. Resep
Dinas kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
Kelurahan tahtul yaman kecamatan pelayangan
Dokter : Nurlaila oktora
Sip: No. 280/SIK/2013
Tanggal : 13-9-2013
R/ Ciprofloxacin mg 500 tab no x
S 2 dd tab 1
R/ Metronidazol tab no xv
S 3 dd tab 1
R/ Metformin tab no X
S dd tab 1
R/ Glibenklamid tab no X
S dd tab 1
Pro :Tn. Arif umur: 42 tahun
alamat :RT .11 arab melayu
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
8
Dinas kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
Kelurahan tahtul yaman kecamatan pelayangan
Dokter : Nurlaila oktora
Sip: No. 280/SIK/2013
Tanggal : 13-9-2013
R/ Amoxicillin mg 500 tab no xv
S 3 dd tab 1
R/ Metronidazol tab no xv
S 3 dd tab 1
R/ Metformin tab no x
S dd tab 1
R/ Glimepirid tan no x
S dd tab 1
Pro :Tn Arif umur: 42 tahun
alamat :RT .11 arab melayu
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
9
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan sistemik yang ditandai
dengan hiperglikemia karena glukosa beredar dalam sirkulasi darah dan tidak
seluruhnya masuk ke dalam sel karena insulin yang membantu masuknya glukosa
ke dalam sel terganggu sekresinya, glukosa diperlukan dalam metabolisme
seluler dalam proses pembentukan energi. Secara garis besar diabetes mellitus
terkait dengan supplydan demand insulin berdasarkan kualitas dan kuantitas dari
insulin itu sendiri.
Menurut American Diabetes Association (2003) dalam penelitian
Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah
atau hiperglikemia.
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization),diabetes mellitus
adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis
yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup
atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif.
10
2.2.Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diabetes Mellitusmenurut PERKENI (2006) adalah yang
sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes
Association (ADA), yang membagi klasifikasi diabetes mellitus menjadi 4
kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus
tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional.
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena terjadinya destruksi sel beta,
umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute seperti autoimun (melalui
proses imunologik) dan idiopatik. Diabetes mellitus tipe 2 bervariasi mulai dari
yang dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relative, sampai yang
terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe
lain yang dikarenakan defek genetik fungsi sel beta karena gangguan pada
kromosom seperti kromosom 12, HNF - 1α, kromosom 7, glukokinase,
kromosom 20, HNF - 4α, kromosom 13, Insulin promoter factor, kromosom 17,
HNF - 1β, kromosom 2, Neuro D1, DNA Mitochondria. Defek genetik kerja
insulin mengakibatkan resistensi insulin tipe A, Leprechaunism, Sindrom Rabson
Mandenhall, diabetes liproatrofik, lainnya. Penyakit Eksokrin Pankreas seperti
pankreatitis, pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis,
pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. Endokrinopati seperti akromegali, sindrom
cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldoateronoma,
lainnya. Karena obat / zat kimia yang mempengaruhi kerja insulin seperti vacor,
pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, agonis β
adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya. Infeksi akibat rubella
congenital, cmv, lainnya. Gangguan imunologi seperti sindrom “stiff-man”,
antibody –antireseptor insulin, dan lainnya. Sindrom genetik lain seperti Sindrom
Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, Sindrom Wolfram’s, Ataksia
Friedreich’s, Chorea Huntington, Distrofi Miotonik, Porfiria, Sindrom Prodder
Willi, lainnya.
11
Diabetes kehamilan ialah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan yang
menyebabkan gangguan hormonal sehingga mengakibatkan peningkatan kadar
gula darah.
2.3 Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes Mellitus
Gejala dan tanda-tanda diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi
gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut penyakitdiabetes mellitus dari satu
penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala
apa pun sampai saat tertentu namun pada permulaan gejala yang ditunjukkan
meliputi serba banyak / poli seperti banyak makan (poliphagia), banyak minum
(polidipsia), dan banyak berkemih (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera
diobati maka akan timbul gejala sering berkeringat pada malam hari disertai
peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan mulai berkurang / berat badan
turun dengan cepat (turun 5 –10 kg dalam waktu 2 –4 minggu), mudah lelah, bila
tidak segera mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kuratif maka akan
timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma
diabetic.
Gejala kronik diabetes mellitus yang sering dialami oleh penderita
diabetes mellitus adalah seperti kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit terutama pada bagian ekstremitas, kram,
mudah lelah, mudah mengantuk, mata kabur biasanya sering berganti kacamata,
gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan sampai menyebabkan terjadinya impotensi,
pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg sehingga arah
pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik.
12
1 Klasifikasi Edmonds (2004 – 2005) -
Stage 1 : Normal foot
Stage 2 : High Risk Foot
Stage 3 : Ulcerated Foot
Stage 4 : Infected Foot
Stage 5 : Necrotic Foot
Stage 6 : Unsalvable Foot
Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner
Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.
Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis
Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal
Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki
3 Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer :
Vascular-
Neuropati
Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder :
- Tukak sederhana, tanpa komplikasi
- Tukak dengan komplikasi
13
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki
saat istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal dan kulit kering.
2.4 Diagnosis Kaki Diabetes
Diagnosis kaki diabetesmeliputi :
1. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan
tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/ rasa berkurang atau hilang,
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
2 Pemeriksaan Penunjang :
X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman
penyebabnya.
2.5 Patogenesis Kaki Diabetes
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus
adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita
diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf
14
karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,
atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita
diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi
dan menjadi ulkus kaki diabetes.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga
sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis
merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena
penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di
kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah,
sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi
ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes.
Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C
yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan
oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
15
selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya
trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang
akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan inflamasi pada dinding
pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,
konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadap aterosklerosis.
Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun
sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung
kaki atau tungkai.Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah
tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis
di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid
menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan
oleh sistem plagositosi-bakterisid intra selluler.
Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 % akan mengalami infeksi akibat
adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri
yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik
Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium
Perfringens, Clostridium Novy, dan Clostridium Septikum.
2.6 Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetes
16
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki
diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang
tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah.
Faktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah :
1. Umur
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging
terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal . proses
aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi
makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah
satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi
ulkus kaki diabetes.
2. Lama
Menderita Diabetes Mellitus ≥ 10 tahun.Ulkus kaki diabetes terutama
terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih,
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi
yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan
mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan
menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita
diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan
neurophati perifer.
Faktor-faktor risiko yang dapat diubah :
1. Neurophati (sensorik, motorik, perifer). Kadar glukosa darah yang tinggi
semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi, berkurangnya aliran
darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan
degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf
yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga
17
penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat
menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa
hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi
yang kemudian berkembang menjadi ulkus kaki diabetes.
2. Obesitas.
Pada obesitas dengan index massa tubuh ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT (index
massa tubuh) ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan sering
terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini
menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang
berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah
sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi
ulkus/ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes.
3. Hipertensi.
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya
viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga
terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari
130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan
pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi
dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi
hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus
4. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi
sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan kemampuan
18
pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan
yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel.
5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol.
Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar
trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensity -
lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl). Kadar
trigliserida ≥ 150 mg/dl, kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl akan
mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan
hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosisadalah penyempitan lumen
pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan
sehinggasuplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai.
6. Kebiasaan Merokok.
Pada penderita diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai
risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan penderita
diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin
yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel
kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi
kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah
dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi
vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga
akan menurun.
19
7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus.
Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam
pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal
sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus kaki diabetes.
Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat
penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi
darah.
8. Kurangnya Aktivitas Fisik.
Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga
akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali
maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih
3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme
karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan
terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam
kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat
otot -otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas),
selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha(Gastrocnemeus,
Hamsring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.
Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan
tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri
dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan
dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau
kedalam dan mencengkram pada jari – jari kaki. Latihan dilakukan sesering
mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa dingin.
20
9. Pengobatan Tidak Teratur.
Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan
menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Sampai pada
saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk memperbaiki
vaskularisasi perifer pada penderita Diabetes Mellitus, namun bila dilihat dari
penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt lain seperti jantung
dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada
pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk
menganjurkan penggunaan secara rutin.
Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap
kaki. Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang dapat
dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan tindakan
pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Sensasi normal tanpa deformitas
2.Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3.Insensitivitas tanpa deformitas
4.Iskemia tanpa deformitas
5.Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas dan / atau iskemia
10. Perawatan Kaki Tidak Teratur.
Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah
atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan
kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti selalu menjaga kaki
dalam keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air
suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan
21
sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki, memakai krem kaki yang
baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus,
dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak
memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-
retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki
secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah
dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging
dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur
atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada
kaki,jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya
diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah
terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau
bantal panas.
Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan teliti,
klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini
terdapat banyak sekali macam Dressing (pembalut) yang masing – masing dapat
dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut, teapi jangan
lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan
dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka, debridement yang baik and
adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus
dikeluarkan tubuh sehingga membantu mengurangi produksi pus/ cairan
dariulkus / gangrene diabetic.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak
akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai epitealisasi.
Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai
kasa yang dibasahi dengan salin
11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat
22
Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena
tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang
mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada tungkai
kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa
berkurang atau hilang.
Pencegahan dalam faktor mekanik dengan memberikan alas kaki yang pas
dan nyaman untuk penderita diabetes mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat
harus memperhatikan hal hal berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki,
termasuk di pasir, memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan
nyaman dipakai, sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu,
kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka
terhadap kulit, sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu
jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki, sepatu baru harus dipakai
secara berangsur-angsur dan hati-hati, memakai kaus kaki yang bersih dan
mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan
memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan kaki diabetes.
Dengan penyuluhan yang baik penderita diabetes mellitus dengan kaki diabetes
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai
tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus
dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabetes, bahkan sejak pencegahan
terjadinya ulkus kaki diabetes, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat
diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien.
Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi,
untuk memberikan bantuan bagi para penderita kaki diabetes yang mengalami
amputasi untuk menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki khusus
untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah
24
Bab III
Analisis Kasus
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pada pasien ini, kita dapat mendiagnosis sebagai DM karena terdapat
gejala klasik berupa pasien cepat lapar, cepat haus, dan sering terbangun tengah
malam untuk buang air kecil. Dari hasil pemeriksaan gula darah didapatkan 350
gr/dl. Kondisi wilayah tempat tinggal os bukanlah berada sebagai wilayah dengan
iklim dingin, sehingga keluhan os yang sering terbangun tengah malam untuk
buang air kecil tidak dipengaruhi iklim di wilayah tempat tinggal os.
Rumah os merupakan rumah panggung pada dataran tanah yang becek, di bawah
rumah panggung tersebut tersusun barang” rongsokan yang tidak terpakai lagi.
kebanyakan barang-barang tersebut bermaterial besi yang sudah berkarat. Di
tempat inilah awalnya os mengalami luka. Saat itu os sedang menyusun barang-
barang berkarat tersebut tidak mengenakan sandal, tanpa sengaja kaki os terkena
potongan kaca. Luka tersebut hanya dibersihkan dan diberikan betadin. Luka
tersebut semakin melebar, sempat mengeluarkan nanah dan berbau.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga.Pasien
dikenal sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik bagi keluarganya.
Aspek psikologis dapat memengaruhi diagnosis os.Namun dalam
kasus ini tidak ditemukan masalah psikologis di keluarga. Os
mempunyai keluarga yang sehat dan bahagia.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit ulkus
diabetikum adalah kurangnya kesadaran os untuk mengobati penyakitnya
ke pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penyakit DM dan komplikasinya, kurangnya
25
menjaga kebersihan badan terutama kaki, tidak mengenakan alas kaki saat
keluar rumah.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :
Ada banyak factor risiko penyebab penyakit os. Di antaranya adalah
umur, lama, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,hipertensi, kebiasaan
merokok, kadar gula darah yang tidak terkontrol, pengobatan tidak
teratur, ketidak patuhan diet, perawatan kaki tidak teratur. Pada pasien ini
tidak dipengaruhi oleh umur, hipertensi. Namun ada multifactor seperti
lamanya mengidap DM yang mana os baru menyadarinya dua tahun yang
lalu, selain lamanya, os dulu mengaku berat badannya dulu 75kg sekarang
menurun menjadi 65 kg, os sangat jarang berolahraga, setiap hari os sibuk
berjualan di pasar angso duo.Os perokok berat, sehari merokok 2
bungkus, dan os sudah merokok selama 10 tahun. Os suka memakan dan
meminum minuman yang manis. Selama ini os hanya sekali minum obat
(2 tahun yang lallu)
e. Analisis untuk menghindari factor pencetusatau alergi dengan
penyakit :
-
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
- Menjelaskan kepada os dan keluarga os dengan bahasa yang
sederhana bahwa penyakit os merupakan penyakit yang
disebabkan oleh banyak factor. Seperti ada riwayat keturunan,
kegemukan, sering mengkonsumsi makanan yang manis-manis,
perokok berat, kurang berolahraga. Penyakit ini susah untuk
disembuhkan tapi bisa dihindari dan dicegah komplikasinya
dengan beberapa upaya.
26
- Menjelaskan gejala-gejala pada penyakit DM beserta
komplikasinya.
- Mengajarkan cara perawatan luka pada kaki os.
ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG
DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN
PADA PASIEN
Memberikan pengertian kepada os bahwa penyakit yang diderita os belum
terlambat untuk ditanggulangi, untuk itu perlu dilakukan usaha agar tidak
memperparah keadaanya dengan cara:
- Mengikuti pola diet untuk diabetes mellitus, kurangi dan hindari
makan makanan yang manis. Ganti gula pasir dengan gula rendah
kalori.
- Teratur memeriksakan diri ke Puskesmas untuk mengontrol gula
darah, sebulan sekali.
- Melakukan olahraga setiap hari sebelum berangkat kerja ke pasar,
seperti marathon, dengan menggunakan sepatu yang bersih dan
bahan yang lembut.
- Menggunakan alas kaki yang bersih setiap keluar rumah.
Menjauhi jalanan yang kotor dan banyak benda berkarat seperti
yang ada di bawah rumah os.
- Mengkonsumsi buah setiap hari. yang dianjurkan terutama adalah
buah apel.
- Tiga kali sehari membersihkan luka-luka di kaki dengan air bersih
mengalir lalu mengompresnya dengan menggunakan kasa yang
sudah dilumuri rivanol lalu menutup luka.
- Patuh dan disiplin meminum obat.
- Menganjurkan os untuk mempunyai alat cek gula darah sendiri
- Mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi
- Menjaga agar berat badan tidak berlebih.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoya AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V Jilid III hal.
961-1070.InternaPublishing 2009.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011.
PERKENI. 2011.
3. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes.
Diabetes Care,Volume 34, Supplement 1.2011.
4. Hasan, H. et al.Clinical and Laboratory Aspects of Diabetic Foot
Infection. The IndonesianJournal of Medical Science Volume 2 No. 1.
2009.
5. Robert G, et al. Diabetic Foot Disorders : A Clinical Practice Guideline.
The Journal of Foot& Ankle Surgery Volume 45, Number 5. 2006.
6. Kasper, DL. Harrison Principles of Internal Medicine 16 th Edition Page.
2168-2170. Mc-Graw-Hill. 2005.
7. Author: Burke A Cunha, MD, Professor of Medicine, State University of
New York Schoolof Medicine at Stony Brook; Chief, Infectious Disease
Division,WinthropniversityHospitalhttp://emedicine.medscape.com/articl
e/237378-overview . Diabetic Ulcers.
8. Samson O, et al. A Comparison of two Diabetic Foot Ulcer Classification
Systems. AmericanDiabetes Association. Diabetes Care 24:84-88. 2001.
9. American Diabetes Association-Self Assessment Program. Basic
Principles of Management of Type 2 Diabetes. American Diabetes
Association. 2007.
10. Fsadni D. The use of oral hypoglycemic agents . DESG Teaching Letter.
2007.
11. Tatti P and Berber A. Nutritional Treatment of Diabetic Foot Ulcers –
A Key to Success.Global Perspective on Diabetic Foot Ulcerations.
2011.