42
1 Bab I Status Pasien I. Identitas 1. Nama : Tn. Arif 2. Umur : 42 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Pendidikan : SMP 5. Alamat : Rt.11 arab melayu 6. Tanggal periksa : 13-9-2013 II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi Demografi dan Lingkungan Keluarga a. Status perkawinan : menikah b. Jumlah anak : 2 orang c. Status ekonomi keluarga : cukup d. Kondisi rumah : ukuran rumah +/- 6x12 meter, dengan dua kamar, berlantai papan, dan beratap dari seng, dinding rumah terbuat dari papan. Rumah berjenis Panggung. Os menggunakan air ledeng. Jarak antara rumah os dengan rumah di kanan dan kirinya +/- 4 meter, sedangkan muka rumah dibatasi oleh jalan kecil yang tidak di aspal. e. Kondisi Lingkungan Keluarga

ulkus diabetikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ulkus diabetikum

Citation preview

1

Bab I

Status Pasien

I. Identitas

1. Nama : Tn. Arif

2. Umur : 42 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pendidikan : SMP

5. Alamat : Rt.11 arab melayu

6. Tanggal periksa : 13-9-2013

II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi Demografi dan Lingkungan Keluarga

a. Status perkawinan : menikah

b. Jumlah anak : 2 orang

c. Status ekonomi keluarga : cukup

d. Kondisi rumah :

ukuran rumah +/- 6x12 meter, dengan dua kamar, berlantai

papan, dan beratap dari seng, dinding rumah terbuat dari

papan. Rumah berjenis Panggung. Os menggunakan air

ledeng. Jarak antara rumah os dengan rumah di kanan dan

kirinya +/- 4 meter, sedangkan muka rumah dibatasi oleh jalan

kecil yang tidak di aspal.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga

Os tinggal di rumah bersama seorang istri dan dua orang

anaknya, Ani (8 tahun) dan Rian (5 tahun). Sehari-hari os

bekerja sebagai pedagang. Jam 6 pagi os sudah berangkat ke

pasar. Istri os sebagai Ibu Rumah tangga, dan dua orang anak

os masih SD. Os dikenal agak keras dalam mendidik anak-

anaknya. Tapi os tidak pernah menggunakan cara kekerasan.

2

III. Aspek psikologis di keluarga :

Secara psikologis os tidak bermasalah. Hubungan os dengan anggota

keluarganya baik.

IV. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga :

Os punya riwayat sakit kencing manis. Istri os mempunyai penyakit

reumatik.

V. Keluhan utama

Luka pada kedua kaki

VI. Riwayat perjalanan penyakit

Keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum os ke puskesmas,

awalnya luka hanya kecil akibat terkena kaca, tetapi os tidak

berobat sehingga luka melebar, nanah (+), bau (+), nyeri pada

luka (+).

 

Demam (-) riwayat demam pada awal sakit 2 minggu yang lalu

selama 4 hari.

Os mengetahui dirinya mempunyai sakit kencing manis sejak

2 tahun yang lalu, namun os tidak rutin berobat.

Os juga mengeluh cepat lapar dan cepat haus. Dan sering

terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.

Os Mengaku beberapa bulan yang lalu pernah diperiksa gula

darahnya di Puskesmas dan hasilnya 300an, os diberi obat tapi

os mengaku tidak meminum obat tersebut karena masih

merasa baik-baik saja. Os lupa nama obatnya.

3

Berat badan os juga menurun sejak dua tahun terakhir. Os

mengatakan dulu badannya sangat gemuk.

 

VII. Keluhan penyerta

Batuk (-), sesak (-), mual (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-)

VIII. Riwayat makanan

Os makan 3 kali sehari. Menurut pengakuan os, suka makan-makanan

berlemak seperti daging, gulai,dan makanan yang manis-manis. Os

setiap hari minum tes manis sebanyak dua gelas, yaitu sebelum

berangkat ke pasar dan siang hari.

IX. Pemeriksaan Fisik

BB: 60 kg

TD: 120/70 mmhg

Nadi: 72x/menit

RR: 20x/menit

suhu: 37 C⁰

Kepala: normocephal

Mata: secret (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

THT: dbn

Leher:pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O

Thorak : simetris.

cor: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

pulmo: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen: inspeksi : simetris

auskultasi: Bising usus (+) normal

perkusi: timpani

4

palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak

teraba.

Ektremitas: pitting edema-/-, Clubbing finger (-), akral hangat, CRT

<2 detik.

pedis dextra: luka di region mata kaki ukuran 3x5 cm, pus

(+), bau (+), darah (-).

pedis sinistra: luka di digiti II, edema (+), pus (-), darah(-)

luka pada plantar superior sejajar digiti II

ukuran 5x0,5cm, edema (+), pus (+), darah

(+)

X. Laboratorium

GDS: 350 gr/dl

XI. Usulan pemeriksaan

periksa HbA1C, GDS pre-meal (siang dan malam), GDP/hari

kultur pus dan sesitivitas antibiotic

Foto rontgen pedis dextra dan sinistra

XII. Diagnosa

Ulkus Diabetikum

XIII. Diagnosa Banding

- Ulkus diabetikum

- ulkus tropicum

- claudicatio intermitten

- osteomielitis

5

XIV. Manajemen

- Promotif dan preventif

Pencegahan primer

penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting

untuk pencegahan kaki diabetes. selalu mengingatkan cara

pencegahan dan perawatan kaki yang baik. Periksalah selalu kaki

pasien setelah melepaskan sepatu dan kausnya.

Pencegahan sekunder

Perawatan luka dan edukasi kepada pasien dan keluarga.

Membersihkan luka dengan air mengalir yang bersih, mengompres

luka dengan menggunakan rivanol yang dibasahkan pada kasa.

Menutup luka agar tidak terpajan infeksi.

- Kuratif

non Farmakologi

- control metabolic . Keadaan umum pasien harus

diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah harus

diusahakan agar senormal mungkin.

- control vascular. seperti memeriksa warna dan suhu

kulitnya, perabaan arteri dorsalis pedis dan tibialis. Setelah

dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan

pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut

vascular, yaitu berupa:

- modifikasi factor risiko

stop merokok, walking program, perawatan luka,

mikrobiologikal control.

- Merujuk pasien ke RSUD. untuk penanganan lebih lanjut.

6

Farmakologi

Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah

dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain

(jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain

sebagaiya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat

pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi

sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk

menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki

patensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM.

Pengobatan tradisional

Banyak pengobatan tradisional yang sudah dikemas dalam

bantuk ekstraksi. seperti ekstrasi dari kulit manggis, atau

terbuat dari teripang yang dikemas dalam bentuk salep.

pengobatan tradisional yang telah dikemas secara modern ini

dapat menjadi salah satu upaya untuk mengobati ulkus

diabetikum.

- Dissability limitation

memiliki alat tes gula darah sendiri di rumah

menyediakan alat-alat perawatan luka di rumah, seperti kasa,

rivanol dan plester.

menggunakan alas kaki setiap kali ke luar rumah dan

menghindari infeksi

- Rehabilitatif

Diperlukan perawatan luka yang adekuat.

7

XV. Resep

Dinas kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Kelurahan tahtul yaman kecamatan pelayangan

Dokter : Nurlaila oktora

Sip: No. 280/SIK/2013

Tanggal : 13-9-2013

R/ Ciprofloxacin mg 500 tab no x

S 2 dd tab 1

R/ Metronidazol tab no xv

S 3 dd tab 1

R/ Metformin tab no X

S dd tab 1

R/ Glibenklamid tab no X

S dd tab 1

Pro :Tn. Arif umur: 42 tahun

alamat :RT .11 arab melayu

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

8

Dinas kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

Kelurahan tahtul yaman kecamatan pelayangan

Dokter : Nurlaila oktora

Sip: No. 280/SIK/2013

Tanggal : 13-9-2013

R/ Amoxicillin mg 500 tab no xv

S 3 dd tab 1

R/ Metronidazol tab no xv

S 3 dd tab 1

R/ Metformin tab no x

S dd tab 1

R/ Glimepirid tan no x

S dd tab 1

Pro :Tn Arif umur: 42 tahun

alamat :RT .11 arab melayu

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

9

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan sistemik yang ditandai

dengan hiperglikemia karena glukosa beredar dalam sirkulasi darah dan tidak

seluruhnya masuk ke dalam sel karena insulin yang membantu masuknya glukosa

ke dalam sel terganggu sekresinya, glukosa diperlukan dalam metabolisme

seluler dalam proses pembentukan energi. Secara garis besar diabetes mellitus

terkait dengan supplydan demand insulin berdasarkan kualitas dan kuantitas dari

insulin itu sendiri.

Menurut American Diabetes Association (2003) dalam penelitian

Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan

sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah

atau hiperglikemia.

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization),diabetes mellitus

adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan

keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis

yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup

atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif.

10

2.2.Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitusmenurut PERKENI (2006) adalah yang

sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes

Association (ADA), yang membagi klasifikasi diabetes mellitus menjadi 4

kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus

tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional.

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena terjadinya destruksi sel beta,

umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute seperti autoimun (melalui

proses imunologik) dan idiopatik. Diabetes mellitus tipe 2 bervariasi mulai dari

yang dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relative, sampai yang

terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe

lain yang dikarenakan defek genetik fungsi sel beta karena gangguan pada

kromosom seperti kromosom 12, HNF - 1α, kromosom 7, glukokinase,

kromosom 20, HNF - 4α, kromosom 13, Insulin promoter factor, kromosom 17,

HNF - 1β, kromosom 2, Neuro D1, DNA Mitochondria. Defek genetik kerja

insulin mengakibatkan resistensi insulin tipe A, Leprechaunism, Sindrom Rabson

Mandenhall, diabetes liproatrofik, lainnya. Penyakit Eksokrin Pankreas seperti

pankreatitis, pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis,

pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. Endokrinopati seperti akromegali, sindrom

cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldoateronoma,

lainnya. Karena obat / zat kimia yang mempengaruhi kerja insulin seperti vacor,

pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, agonis β

adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya. Infeksi akibat rubella

congenital, cmv, lainnya. Gangguan imunologi seperti sindrom “stiff-man”,

antibody –antireseptor insulin, dan lainnya. Sindrom genetik lain seperti Sindrom

Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, Sindrom Wolfram’s, Ataksia

Friedreich’s, Chorea Huntington, Distrofi Miotonik, Porfiria, Sindrom Prodder

Willi, lainnya.

11

Diabetes kehamilan ialah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan yang

menyebabkan gangguan hormonal sehingga mengakibatkan peningkatan kadar

gula darah.

2.3 Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes Mellitus

Gejala dan tanda-tanda diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi

gejala akut dan gejala kronik. Gejala akut penyakitdiabetes mellitus dari satu

penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala

apa pun sampai saat tertentu namun pada permulaan gejala yang ditunjukkan

meliputi serba banyak / poli seperti banyak makan (poliphagia), banyak minum

(polidipsia), dan banyak berkemih (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera

diobati maka akan timbul gejala sering berkeringat pada malam hari disertai

peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan mulai berkurang / berat badan

turun dengan cepat (turun 5 –10 kg dalam waktu 2 –4 minggu), mudah lelah, bila

tidak segera mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kuratif maka akan

timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma

diabetic.

Gejala kronik diabetes mellitus yang sering dialami oleh penderita

diabetes mellitus adalah seperti kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti

tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit terutama pada bagian ekstremitas, kram,

mudah lelah, mudah mengantuk, mata kabur biasanya sering berganti kacamata,

gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan sampai menyebabkan terjadinya impotensi,

pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg sehingga arah

pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik.

12

1 Klasifikasi Edmonds (2004 – 2005) -

Stage 1 : Normal foot

Stage 2 : High Risk Foot

Stage 3 : Ulcerated Foot

Stage 4 : Infected Foot

Stage 5 : Necrotic Foot

Stage 6 : Unsalvable Foot

Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner

Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit

Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.

Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis

Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

3 Klasifikasi Liverpool

Klasifikasi primer :

Vascular-

Neuropati

Neuroiskemik

Klasifikasi sekunder :

- Tukak sederhana, tanpa komplikasi

- Tukak dengan komplikasi

13

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki

saat istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan

denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin

dan kuku menebal dan kulit kering.

2.4 Diagnosis Kaki Diabetes

Diagnosis kaki diabetesmeliputi :

1. Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan

tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/ rasa berkurang atau hilang,

palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2 Pemeriksaan Penunjang :

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk

mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman

penyebabnya.

2.5 Patogenesis Kaki Diabetes

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus

adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor

yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita

diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi

komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf

14

karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson

menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,

atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita

diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi

dan menjadi ulkus kaki diabetes.

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena

kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini

disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga

sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut

nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin

dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga

timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis

merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena

penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di

kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah,

sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu

lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi

ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada

tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai

menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes.

Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya akan

menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada

pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran

albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan

timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada

penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C

yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan

oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi

jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang

15

selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan

bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah

merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya

trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.

Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,

trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan

menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang

akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan inflamasi pada dinding

pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,

konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya

rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan

terhadap aterosklerosis.

Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun

sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya

terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung

kaki atau tungkai.Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah

tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis

di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid

menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan

oleh sistem plagositosi-bakterisid intra selluler.

Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 % akan mengalami infeksi akibat

adanya glukosa darah yang tinggi karena merupakan media pertumbuhan bakteri

yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik

Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium

Perfringens, Clostridium Novy, dan Clostridium Septikum.

2.6 Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetes

16

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki

diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang

tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah.

Faktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah :

1. Umur

Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging

terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi

tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal . proses

aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga terjadi

makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah

satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi

ulkus kaki diabetes.

2. Lama

Menderita Diabetes Mellitus ≥ 10 tahun.Ulkus kaki diabetes terutama

terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih,

apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi

yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan

mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan

menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita

diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan

neurophati perifer.

Faktor-faktor risiko yang dapat diubah :

1. Neurophati (sensorik, motorik, perifer). Kadar glukosa darah yang tinggi

semakin lama akan terjadi gangguan mikrosirkulasi, berkurangnya aliran

darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang mengakibatkan

degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf

yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga

17

penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat

menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa

hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi

yang kemudian berkembang menjadi ulkus kaki diabetes.

2. Obesitas.

Pada obesitas dengan index massa tubuh ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT (index

massa tubuh) ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan sering

terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini

menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang

berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah

sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi

ulkus/ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes.

3. Hipertensi.

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya

viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga

terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari

130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan

pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi

dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi

hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus

4. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.

Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi

sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah.

Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan kemampuan

18

pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan

yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel.

5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol.

Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar

trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensity -

lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl). Kadar

trigliserida ≥ 150 mg/dl, kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl akan

mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan

hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya

aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosisadalah penyempitan lumen

pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan

sehinggasuplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau

berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki

menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis

jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau

tungkai.

6. Kebiasaan Merokok.

Pada penderita diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai

risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan penderita

diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin

yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel

kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi

kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah

dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi

vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga

akan menurun.

19

7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus.

Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam

pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal

sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus kaki diabetes.

Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat

penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah

sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,

meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi

darah.

8. Kurangnya Aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga

akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali

maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih

3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme

karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan

terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam

kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat

otot -otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas),

selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha(Gastrocnemeus,

Hamsring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.

Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan

tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri

dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan

dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau

kedalam dan mencengkram pada jari – jari kaki. Latihan dilakukan sesering

mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa dingin.

20

9. Pengobatan Tidak Teratur.

Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan

menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Sampai pada

saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk memperbaiki

vaskularisasi perifer pada penderita Diabetes Mellitus, namun bila dilihat dari

penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt lain seperti jantung

dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada

pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk

menganjurkan penggunaan secara rutin.

Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap

kaki. Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang dapat

dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan tindakan

pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Sensasi normal tanpa deformitas

2.Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi

3.Insensitivitas tanpa deformitas

4.Iskemia tanpa deformitas

5.Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas dan / atau iskemia

10. Perawatan Kaki Tidak Teratur.

Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah

atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan

kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti selalu menjaga kaki

dalam keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air

suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan

21

sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki, memakai krem kaki yang

baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus,

dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak

memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-

retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki

secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah

dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging

dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur

atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada

kaki,jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya

diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah

terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau

bantal panas.

Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan teliti,

klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini

terdapat banyak sekali macam Dressing (pembalut) yang masing – masing dapat

dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut, teapi jangan

lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan

dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka, debridement yang baik and

adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus

dikeluarkan tubuh sehingga membantu mengurangi produksi pus/ cairan

dariulkus / gangrene diabetic.

Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba

pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak

akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai epitealisasi.

Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai

kasa yang dibasahi dengan salin

11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat

22

Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena

tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang

mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada tungkai

kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa

berkurang atau hilang.

Pencegahan dalam faktor mekanik dengan memberikan alas kaki yang pas

dan nyaman untuk penderita diabetes mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat

harus memperhatikan hal hal berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki,

termasuk di pasir, memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan

nyaman dipakai, sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu,

kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka

terhadap kulit, sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu

jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki, sepatu baru harus dipakai

secara berangsur-angsur dan hati-hati, memakai kaus kaki yang bersih dan

mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan

memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan

memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.

Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan kaki diabetes.

Dengan penyuluhan yang baik penderita diabetes mellitus dengan kaki diabetes

maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai

tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus

dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabetes, bahkan sejak pencegahan

terjadinya ulkus kaki diabetes, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat

diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien.

Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi,

untuk memberikan bantuan bagi para penderita kaki diabetes yang mengalami

amputasi untuk menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki khusus

untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah

23

terbentuknya ulkus baru yang akan memberikan prognosis yang lebih buruk dari

ulkus sebelumnya.

24

Bab III

Analisis Kasus

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :

Pada pasien ini, kita dapat mendiagnosis sebagai DM karena terdapat

gejala klasik berupa pasien cepat lapar, cepat haus, dan sering terbangun tengah

malam untuk buang air kecil. Dari hasil pemeriksaan gula darah didapatkan 350

gr/dl. Kondisi wilayah tempat tinggal os bukanlah berada sebagai wilayah dengan

iklim dingin, sehingga keluhan os yang sering terbangun tengah malam untuk

buang air kecil tidak dipengaruhi iklim di wilayah tempat tinggal os.

Rumah os merupakan rumah panggung pada dataran tanah yang becek, di bawah

rumah panggung tersebut tersusun barang” rongsokan yang tidak terpakai lagi.

kebanyakan barang-barang tersebut bermaterial besi yang sudah berkarat. Di

tempat inilah awalnya os mengalami luka. Saat itu os sedang menyusun barang-

barang berkarat tersebut tidak mengenakan sandal, tanpa sengaja kaki os terkena

potongan kaca. Luka tersebut hanya dibersihkan dan diberikan betadin. Luka

tersebut semakin melebar, sempat mengeluarkan nanah dan berbau.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga

Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga.Pasien

dikenal sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik bagi keluarganya.

Aspek psikologis dapat memengaruhi diagnosis os.Namun dalam

kasus ini tidak ditemukan masalah psikologis di keluarga. Os

mempunyai keluarga yang sehat dan bahagia.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit ulkus

diabetikum adalah kurangnya kesadaran os untuk mengobati penyakitnya

ke pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan pasien

dan keluarga tentang penyakit DM dan komplikasinya, kurangnya

25

menjaga kebersihan badan terutama kaki, tidak mengenakan alas kaki saat

keluar rumah.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :

Ada banyak factor risiko penyebab penyakit os. Di antaranya adalah

umur, lama, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,hipertensi, kebiasaan

merokok, kadar gula darah yang tidak terkontrol, pengobatan tidak

teratur, ketidak patuhan diet, perawatan kaki tidak teratur. Pada pasien ini

tidak dipengaruhi oleh umur, hipertensi. Namun ada multifactor seperti

lamanya mengidap DM yang mana os baru menyadarinya dua tahun yang

lalu, selain lamanya, os dulu mengaku berat badannya dulu 75kg sekarang

menurun menjadi 65 kg, os sangat jarang berolahraga, setiap hari os sibuk

berjualan di pasar angso duo.Os perokok berat, sehari merokok 2

bungkus, dan os sudah merokok selama 10 tahun. Os suka memakan dan

meminum minuman yang manis. Selama ini os hanya sekali minum obat

(2 tahun yang lallu)

e. Analisis untuk menghindari factor pencetusatau alergi dengan

penyakit :

-

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA

KELUARGA

- Menjelaskan kepada os dan keluarga os dengan bahasa yang

sederhana bahwa penyakit os merupakan penyakit yang

disebabkan oleh banyak factor. Seperti ada riwayat keturunan,

kegemukan, sering mengkonsumsi makanan yang manis-manis,

perokok berat, kurang berolahraga. Penyakit ini susah untuk

disembuhkan tapi bisa dihindari dan dicegah komplikasinya

dengan beberapa upaya.

26

- Menjelaskan gejala-gejala pada penyakit DM beserta

komplikasinya.

- Mengajarkan cara perawatan luka pada kaki os.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG

DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

PADA PASIEN

Memberikan pengertian kepada os bahwa penyakit yang diderita os belum

terlambat untuk ditanggulangi, untuk itu perlu dilakukan usaha agar tidak

memperparah keadaanya dengan cara:

- Mengikuti pola diet untuk diabetes mellitus, kurangi dan hindari

makan makanan yang manis. Ganti gula pasir dengan gula rendah

kalori.

- Teratur memeriksakan diri ke Puskesmas untuk mengontrol gula

darah, sebulan sekali.

- Melakukan olahraga setiap hari sebelum berangkat kerja ke pasar,

seperti marathon, dengan menggunakan sepatu yang bersih dan

bahan yang lembut.

- Menggunakan alas kaki yang bersih setiap keluar rumah.

Menjauhi jalanan yang kotor dan banyak benda berkarat seperti

yang ada di bawah rumah os.

- Mengkonsumsi buah setiap hari. yang dianjurkan terutama adalah

buah apel.

- Tiga kali sehari membersihkan luka-luka di kaki dengan air bersih

mengalir lalu mengompresnya dengan menggunakan kasa yang

sudah dilumuri rivanol lalu menutup luka.

- Patuh dan disiplin meminum obat.

- Menganjurkan os untuk mempunyai alat cek gula darah sendiri

- Mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi

- Menjaga agar berat badan tidak berlebih.

27

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Sudoya AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V Jilid III hal.

961-1070.InternaPublishing 2009.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus

Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011.

PERKENI. 2011. 

3. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes.

Diabetes Care,Volume 34, Supplement 1.2011.

4. Hasan, H. et al.Clinical and Laboratory Aspects of Diabetic Foot

Infection. The IndonesianJournal of Medical Science Volume 2 No. 1.

2009.

5. Robert G, et al. Diabetic Foot Disorders : A Clinical Practice Guideline.

The Journal of Foot& Ankle Surgery Volume 45, Number 5. 2006.

6. Kasper, DL. Harrison Principles of Internal Medicine 16 th Edition Page.

2168-2170. Mc-Graw-Hill. 2005.

7. Author: Burke A Cunha, MD, Professor of Medicine, State University of

New York Schoolof Medicine at Stony Brook; Chief, Infectious Disease

Division,WinthropniversityHospitalhttp://emedicine.medscape.com/articl

e/237378-overview . Diabetic Ulcers.

8. Samson O, et al. A Comparison of two Diabetic Foot Ulcer Classification

Systems. AmericanDiabetes Association. Diabetes Care 24:84-88. 2001.

9. American Diabetes Association-Self Assessment Program. Basic

Principles of Management of Type 2 Diabetes. American Diabetes

Association. 2007.

10. Fsadni D. The use of oral hypoglycemic agents . DESG Teaching Letter.

2007.

11. Tatti P and Berber A. Nutritional Treatment of Diabetic Foot Ulcers – 

A Key to Success.Global Perspective on Diabetic Foot Ulcerations.

2011.

28

LAMPIRAN

29

30