27
PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN KANKER NASOFARING DALAM BERBAGAI STADIUM USULAN PENELITIAN Oleh: Rima Ramadania B1J012106 Vina Ramadiana B1J012126 Ade Winda Pradana B1J012168 Putri Restu Pujianti B1J012170 Fajar Nour Cholis B1J012180 Ditta Aninda Hendra B1J012196

Uji Kruskal Wallis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kruskal Wallis adalah metode yang sering digunakan dalam penelitian. kelemahannya adalah keakuratan dengan metode ini masih kurang. kelebihannya lebih simple atau mudah dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Citation preview

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN KANKERNASOFARING DALAM BERBAGAI STADIUM

USULAN PENELITIAN

Oleh:Rima RamadaniaB1J012106Vina RamadianaB1J012126 Ade Winda PradanaB1J012168Putri Restu Pujianti B1J012170 Fajar Nour Cholis B1J012180Ditta Aninda HendraB1J012196

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2014

2

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN KANKERNASOFARING DALAM BERBAGAI STADIUM

Rima RamadaniaB1J012106Vina RamadianaB1J012126Ade Winda PradanaB1J012168Putri Restu PujiantiB1J012170Fajar Nour CholisB1J012180Ditta Aninda HendraB1J012196

Diajukan sebagai pedoman pelaksanakan penelitian studi akhirpada Fakultas Biologi Universitas Jenderal SoedirmanPurwokerto

Disetujui dan disahkanpada tanggal ... Desember 2014

Dosen Pembimbing I

Dr. Daniel Joko W., M.Biomed. NIP. 19630913 199103 1 003Dosen Pembimbing II

Drs. Sukanto, M.Kes.NIP. 19531224 198403 1 001

Mengetahui,Pembantu Dekan I Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Drs. Agus Hery Susanto, M.S. NIP. 19590814 198603 1 004

PRAKATAPuji syukur penulis memanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan usulan penelitian ini dapat terselesaikan. Usulan penelitian ini diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal soedirman. Penulis mengambil topik tentang Perbedaan Kadar Albumin pada Pasien Kanker Nasofaring dalam berbagai Stadium. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Agus Hery Susanto, M.S. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik yang memberikan izin penelitian, Dr. Daniel Joko W., M.Biomed. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan, dan Drs. Sukanto, M.Kes. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan bimbingan, serta kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan usulan penelitian ini.Penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat dijadikan pedoman yang baik dan sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Purwokerto, Desember 2014 Penulis

DAFTAR ISIHalamanLembar Pengesahan iiPrakataiiiDaftar IsiivDaftar Gambar vDaftar TabelviDaftar Lampiran viiDaftar SingkatanviiiRingkasanixI. PENDAHULUAN 1a. Latar Belakang 1b. Perumusan Masalah 1c. Tujuan Penelitian 1d. Hipotesis Penelitian 1e. Kegunaan Penelitian 2II. TELAAH PUSTAKA 3III. METODE PENELITIAN 6a. Materi 6b. Metode Penelitian 6IV. JADWAL PENELITIAN 8Daftar Referensi 9

DAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1. Letak Nasofaring 3

DAFTAR TABELHalamanTabel 3.1. Kadar Albumin pada Pasien Penderita Penyakit Kanker Nasoparing dengan Berbagai Stadium 7Tabel 4.1. Waktu Rencana Penelitian 8

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN

SingkatanArti

KNFKanker Nasoparing

EBVEpstein Barr Virus

SBEStandard Base Excess

RINGKASANKanker nasofaring masih menjadi penyakit ganas yang mematikan di berbagai negara tidak terkecuali di Indonesia. Penderita kanker nasofaring dengan stadium yang berbeda mempunyai kadar albumin yang berbeda. Kondisi tersebut dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan terapi penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar albumin pada darah penderita kanker nasofaring dengan stadium berbeda. Penelitian ini menggunakan data catatan medik pasien kanker nasofaring yang berobat di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto. Data catatan medik yang digunakan ada 30 yang terbagi dalam empat stadium yaitu stadium I, II, dan III dengan jumlah masing-masing 10 pasien penderita kanker nasoparing stadium I; 13 pasien penderita kanker nasoparing stadium II; dan 7 pasien penderita kanker nasoparing stadium III. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan uji Kruskal Wallis. Kata kunci: kadar albumin, kanker nasofaring, stadium

ix

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKanker nasofaring merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, karena mortalitas dan morbiditas penderitanya yang tinggi. Jumlah kasus kanker nasofaring di Indonesia menduduki peringkat keempat setelah kanker payudara, kanker rahim, dan kanker kulit (Indrati et al., 2005). Terapi yang tepat untuk penderita kanker nasofaring dapat diketahui melalui perbedaan kadar albumin, hal ini dikarenakan perbedaan kadar albumin mencerminkan status gizi seseorang.Proses timbulnya kanker nasofaring merupakan kejadian kompleks yang melibatkan berbagai faktor. Salah satunya adalah menurunya kualitas hidup yang akan mengakibatkan turunnya daya imunitas tubuh. Meningkatkanya aktivitas proliferasi sel dan kelainan akan menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel (Indrati et al., 2005).Beberapa terapi pada pasien dengan kanker nasofaring diantaranya yaitu radioterapi, kemoterapi atau kombinasi diantara dari keduanya. Terapi tersebut mempunyai beberapa efek samping yang dapat mempengaruhi status gizi pasien. Status gizi dapat dinilai dari berbagai parameter antara lain pengukuran antropometri, kadar Hb, kadar albumin, dan transferrin. Albumin merupakan bagian terbesar dari protein darah. Serum albumin merupakan salah satu tanda penting yang dapat digunakan untuk mendeteksi status nutrisi penderita kanker (Gunawan, 2010).Kanker dapat menurunkan status gizi melalui gejala umum yang disebabkan oleh kanker itu sendiri dan efek samping terapi. Kadar albumin pada penderita kanker nasofaring sangat penting karena merupakan salah satu parameter pengukuran status gizi seseorang. Prognosis dan cara pengobatan tergantung dari kondisi penderita. Status gizi perlu diketahui untuk meningkatkan keberhasilan terapi (Gunawan, 2010).Status nutrisi diartikan sebagai suatu kondisi tubuh yang berhubungan dengan ketersediaan dan pengunaan nutrisi. Nutrisi menyediakan energi dan bahan lain yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, untuk menjaga semua organ tubuh agar tetap dalam keadaan normal, untuk proses regenerasi jaringan dan untuk fungsi efektif dari semua sistem tubuh termasuk sistem persarafan dan pertahanan tubuh. Status nutrisi yang rendah dapat menyebabkan terganggunya salah satu dari semua hal tersebut sehingga ketika orang sedang sakit akan mengalami proses penyembuhan yang cukup lama (Wardhani et al., 2011).Status nutrisi pada pasien kanker diketahui berhubungan dengan prognosis dan kualitas hidup. Kurang lebih 20-50% pasien kanker mengalami penurunan nutrisi sebelum menjalani terapi. Pasien kanker mempunyai resiko yang tinggi terhadap malnutrisi yang dikenal sebagai kaheksia, terutama pada pasien kanker stadium lanjut. Status gizi merupakan faktor yang berpengaruh pada keberhasilan terapi medik termasuk radiasi dan kemoterapi. Berbagai faktor penyebab malnutrisi pada pasien kanker belum dipastikan dan diduga penyebabnya. Malnutrisi ditandai dengan adanya penurunan berat badan, anoreksia, asthenia, dan anemia (Wardhani et al., 2011).B. Perumusan masalahApakah terdapat perbedaan kadar albumin pada penderita kanker nasofaring dengan stadium berbeda.

C. Tujuan penelitianTujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar albumin pada penderita kanker nasofaring dengan stadium bebeda.D. Hipotesis PenelitianH0: Tidak ada perbedaan kadar albumin antara penderita kanker nasofaring dengan stadium berbeda.H1: Ada perbedaan kadar albumin antara penderita kanker nasofaring dengan stadium berbeda.E. Kegunaan PenelitianMengetahui kadar albumin pada tiap stadium kanker nasofaring yang dapat dijadikan sebagai parameter status gizi yang selanjutnya menjadi pertimbangan dalam memberikan terapi penyembuhan pasien.

II. TELAAH PUSTAKAKanker nasofaring (KNF) merupakan keganasan epitelial yang merupakan neoplasma dengan insiden tersering pada traktus aerodigestif bagian atas dan merupakan penyakit genetik multifaktor dengan karakter endemis. Ada sekitar 80.000 kasus baru setiap tahunnya dengan insidens tertinggi di Cina Selatan 2500 kasus per tahun. Insidens kanker nasofaring tertinggi pada ras mongoloid dengan frekuensi yang cukup tinggi di Cina Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Kanker nasofaring menduduki urutan ke-4 di Indonesia di antara semua penyakit kanker setelah kanker rahim, payudara, dan kulit, dengan insidens sekitar 4,7 per 100.000 penduduk. Data DepKes tahun 1980 menunjukkan prevalensi 4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7.000-8.000 kasus pertahun (Savitri et al., 2014). Gambar 2.1. Letak Nasoparing

KNF lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita dengan perbandingan 23 pria berbanding 1 wanita, dan banyak dijumpai pada usia produktif, yaitu 4060 tahun, tumor ganas ini tidak mempunyai gejala yang spesifik, seringkali tanpa gejala, sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Bahkan pada >70 % kasus gejala pertama berupa lymphadenopathy cervical, yang merupakan metastasis kanker nasofaring, sehingga perlu dilakukan usaha maksimal untuk menurunkan angka kematian dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasinoma nasofaring (Erfinawati et al., 2014). Beberapa faktor sebagai penyebab kanker nasofaring, selain virus, juga etnik, pola makan, merokok, genetik, dan gender. Virus yang berperan dalam meningkatkan resiko terjadinya kanker nasofaring adalah Epstein Barr Virus (EBV). Salah satu faktor genetik yang paling dicurigai adalah gen HLA yang diturunkan secara heterozigot dan bersifat kodominan (Savitri et al., 2014).Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 5560% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur (Murtutik dan Marjiyanto, 2014). Albumin adalah suatu protein yang berperan penting dalam tubuh untuk mempertahankan pH, SBE (Standard Base Excess), dan HCO3- dalam batas normal. Pada pasien sehat kontribusi albumin terhadap tekanan koloid onktonik plasma sebesar 80% terhadap tekanan koloid onkotik plasma. Pada pasien sakit kritis, hipoalbuminemia dapat menyebabkan edema saat tekanan hidrostatik meningkat, dan ikatan dengan molekul protein lainnya menurun (Praptiwi et al., 2012). Albumin merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan perubahan nutrisi (Ndraha dan Simadibrata, 2012).Konsentrasi albumin serum merupakan indikator kesehatan seseorang. Rendahnya konsentrasi albumin dalam serum dapat menyebabkan mortalitas. Selain itu, menyebabkan penurunan masa otot pada wanita dan pria dewasa. Hipoalbumin sering dijumpai pada pasien pra bedah, pemulihan setelah tindakan operasi atau dalam proses penyembuhan. Serum albumin merupakan parameter penting dalam pengukuran status gizi pada penderita penyakit akut maupun kronik (Gunawan, 2010).Penelitian terdahulu tentang kadar albumin pada pasien kanker serviks dalam berbagai stadium dapat menurun melalui pendarahan akibat rapuhnya sel-sel kanker atau malnutrisi karena stres psikis yang menyebabkan pasien tidak mengonsumsi makanan yang cukup. Kadar albumin dalam serum yang kurang dari 2,5 mg/dl disebut abnormal, sedangkan kurang dari 1,5 mg/dl menunjukkan tanda klinis khusus seperti edema. Hal yang paling umum ditemukan pada penderita kanker adalah penurunan nafsu makan yang drastis (anoreksia), sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan, hingga akhirnya memperburuk status gizi pasien. Status gizi penderita kanker nasofaring sangat diperlukan karena umumnya kematian penderita kanker disebabkan oleh status gizi yang semakin memburuk (Gunawan, 2010). Informasi kadar albumin diperlukan untuk menentukan terapi yang tepat bagi penderita kanker nasofaring, akan tetapi informasi tersebut masih sangat terbatas, sehingga dalam penelitian ini akan dievaluasi perbedaan kadar albumin pada pasien kanker nasofaring dalam berbagai stadium.

III. METODE PENELITIANA. MateriMateri penelitian ini adalah catatan medik dari 30 pasien penderita nasofarig yang terbagi dalam tiga stadium yaitu 10 pasien penderita kanker nasofaring stadium I, 13 pasien penderita kanker nasofaring II, dan 7 pasien penderita kanker nasofaring stadium III.B. Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2015. Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien kanker nasofaring yang berobat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Variabel bebas pada penelitian ini adalah stadium yang mempunyai skala ordinal dan variabel tergantung adalah albumin yang mempunyai skala rasio. Kedua data tersebut dilihat dari catatan medik pasien kanker nasofaring yang diambil dari bagian catatan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Data pasien kanker nasofaring merupakan data sekunder karena dilihat melalui catatan medik pasien. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal Wallis karena data tidak terdistribusi dengan normal.

Tabel 3.1. Kadar Albumin pada Pasien Penderita Penyakit Kanker Nasoparing dengan Berbagai StadiumKadar Albumin

PasienStadium II Rank

Stadium II Stadium IIIStadium IVRank Std 1Rank Std 2Rank Std 3

1A1B1C1123

2A2B2C2578

3A3B3C3469

4A4B4C4121110

5A5B5C5131415

6A6B6C6201916

7A7B7C7211817

8A8B82224

9A9B92325

10A10B102627

11B1128

12B1229

13B1330

14

15

Jumlahn1=n2=n3=R1=R2=R3=

Rumus:

Keterangan : Ri = Jumlah ranking kelompok ke-i N = Jumlah seluruh data nj = Banyaknya data kelompok ke-i

IV. JADWAL PENELITIANPenelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 bulan dengan perincian sebagai berikut :Tabel 4.1. Waktu Rencana PenelitianNo.Stadium penelitianBulan ke-

IIIIIIIVVVI

1Penyusunan proposal

2Seminar Proposal

3Pelaksanaan penelitian

4Analisis data

5Penyusunan laporan

6Seminar Hasil

DAFTAR REFERENSIErfinawati., Kadrianti., E, dan Basri., H.M. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Karsinoma Nasofaring (KNF) Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 4(2): 221-227.

Gunawan, W. 2010. Perbedaan Kadar Albumin Pada Pasien Kanker Serviks Dalam Berbagai Stadium. Universitas Diponegoro, Semarang.

Indrati., R, Setyawan., H, dan Handojo., D. 2005. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Nasofaring. Universitas Diponegoro, Semarang.

Murtutik., L, dan Marjiyanto. 2013. Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Di Ruang Mawar Rumah Sakit Slamet Riyadi Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 6(3): 24-34.

Ndaraha, S dan Simadibarat, M. 2012. Improvement of Nutritional Status in Liver Cirrhotic Patients with Adequate Dietary Feeding and High Branched-chain Amino Acids Supplementation. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy 13(2): 90-93.

Praptiwi., A, Mulyo., D.G, Iskandar., H.R, dan Suryatin., Y. 2012. Kadar Albumin Pasien Rawat PICU RSAB Harapan Kita Tahun 2010: Dampak Terhadap Mortalitas dan Morbiditas. Jurnal Sari Pediatri 14(4): 256-259.

Savitri., E, Kuhuwael., F.G, Punagi., A.Q, dan Agus., I.G. 2014. HIA-a24 Gen Allele At Peripheral Blood Samples And Nasopharyngeal Cytobrush In Nasopharyngeal Carcinoma Patients In Makassar. International Journal of Biological & Medical Research 5(3): 4350-4354.

Wardhani., S.O, Arsana., P.M, dan Mutamsir., N.Z. 2011. Hubungan Status Nutrisi Dengan Frekuensi Pemberian Kemoterapi Pada Pasien Tumor Solid Yang Dirawat Di Rumah Sakit Saiful Anwar. Universitas Brawijaya, Malang.

6