Upload
vitrosa-yosepta-dede-sera
View
603
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kedokteran
Citation preview
UJI KOAGULASI
A. Pendahuluan
Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2
fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta
memepertahankan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang
dewasa akan dibentuk 1200-1500 mL urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun
patologis volume urin dapat bervariasi.
Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet
tinggi protein akan meningkatan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada
proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi,
volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresi produk
metabolisme tubuh adalah 500 mL.
Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih
dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Pada keadaan
abnormal dapat ditemukan glukosa, badan keton, protei dam berbagai senyawa lain,
seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit tertentu.
Pada praktikum ini akan dilakukan beberapa uji dengan sediaan urin, salah satunya
adalah uji koagulasi untuk membuktikan adanya protein pada urin dengan adanya
endapam tetap dan menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana
asam.
B. Tijauan Pustaka
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Peranan urin sangat
penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan
cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
“kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urin pun akan mengandung
bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat secara
medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh.
Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi
urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama
bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Pada proses urinalisis terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa
analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik. Analisis
urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin, pH, dan suhu
urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein, dan
analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode
yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfa dan sodium
basa. Analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati di bawah
mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin
tersebut, misalnya kalsium phospat,serat tanaman, bahkan bakteri.
Kandungan urin inilah seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, dan
busa. Pada keadaan normal, urin memang tampak sedikit
berbusa karena urin mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan
ke dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang
menyebabkan urin tampak berbusa. Memastikan adanya kelainan pada urin perlu
diperhatikan beberapa hal seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan. Warna yang
merah menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin.
Jika warna sangat merah menandakan adanya perdarahan yang hebat di
saluran kemih. Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang
terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena factor makanan dan adanya infeksi
yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang kurang.
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang
tidakditentukan dengan khusus, urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan
rutin.Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi
hari setelahbangun tidur, urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang
hari, urinpagi baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, dan berat jenis.
Urin post prandial adalah urin yang pertama kali dikeluarkan 1½-3 jam setelah
makan, urin ini baik
untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan
selama 24 jam. Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat
dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam,
urin 3 gelas, dan urin 2 gelas.
Urin dihasilkan oleh ginjal melalui proses filtrasi plasma darah oleh
glomeruli, reabsorpsi oleh tubulus, sekresi oleh sel tubulus, pertukaran ion hidrogen,
dan pembentukan amonia. Sifat-sifat urin normal yaitu volumenya 800-2500 mL/hari,
berat jenis 1,003-1,030, pH asam dengan pH rata-rata 6 (4,7-8), warna kuning pucat
sampai kuning. Zat warna yang terkandung di dalamnya adalah urokrom, urobilin,
dan hematoporfirin. Zat normal dalam urin adalah urea yang merupakan hasil akhir
utama dari katabolisme protein. Sehari diekskresikan 25 g, tergantung intake
proteinnya. Ekskresi naik pada saat demam, penyakit kencing manis, aktivitas hormon
adrenokortikoid yang berlebihan.
Pada uji protein dalam urin digunakan dua percobaan yaitu Uji Heller dan Uji
Koagulasi. Uji Heller digunakan untuk melihat ada tidaknya protein dalam urin.
Kehadiran protein ditunjukkan dengan adanya cincin putih dipersimpangan solusi dan
asam nitrat pekat. Uji koagulasi merupakan tindak lanjut dari Uji Heller, yaitu melihat
adanya protein berlebih dalam urin. Uji protein ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan memantau fungsi ginjal, mendeteksi, dan mendiagnosis kerusakan
ginjal. Protein yang berlebih pada urin atau biasa disebut proteinuria menunjukkan
kerusakan pada ginjal atau mungkin sebelum dilakukan tes orang tersebut
mengonsumsi obat-obatan olahraga, infeksi, olahraga berat atau stress fisik.
Pada Uji Heller, protein yang ditambahkan asam nitrat pekat dapat diperoleh
hasil pengamatan bahwa urin tersebut ketika dicampurkan dengan asam nitrat pekat
tidak terbentuk cincin putih yang menandakan tidak terdapat protein pada urin.
Sedangkan Uji koagulasi yang dilakukan dengan pemanasan urin dan menggunakan
asam asetat jika terbentuk endapan maka endapan itu adalah protein karena fosfat
tidak larut dalam suasana asam.
C. Tujuan
Membuktikan adanya protein dalam urin.
D. Alat Dan Bahan
1. Urin normal (urin sewaktu)
2. Urin patologis (urin yang mengandung protein)
3. Asam asetat 2%
4. Penjepit tabung
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Aceton
8. Putih telur
9. Glukosa
E. Cara Kerja
Cara membuat Urin patologis :
1. 250 ml urin normal + ½ putih telur + glukosa + ½ ml aceton
2. Campurkan semua bahan tersebut dan aduk hingga homogen
Uji Koagulasi :
1. Ambil 2 buah tabung reaksi. Untuk tabung pertama pipet 5 ml urin normal ke
dalam tabung reaksi dan 5 ml urin patologis ke dalam tabung reaksi kedua.
2. Didihkan keduanya, urin normal dan urin patologis. Jika terdapat endapan, maka
endapan itu adalah protein atau fosfat.
3. Tambahkan asam asetat 2% ke dalam kedua tabung reaksi tersebut. Bila endapan
tetap ada itu menandakan protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.
F. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Larutan Tabung 1 (urin normal) Tabung 2 (urin patologis)
5 ml urin normal 5 ml urin patologis
setelah dididihkan tidak ada endapanada endapan (protein atau
fosfat)
ditambahkan asam
asetat 2%tidak ada endapan ada endapan protein
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil, pada urin normal setelah dididihkan
tidak terdapat endapan sama juga pada urin normal yang setelah didihkan itu lalu
ditambahkan asam asetat 2% juga tidak terdapat juga endapan. Sedangkan berbeda
pada urin patologis setelah dididihkan terdapat endapan (protein atau) lalu
kemudian ditambahkan lagi asam asetat 2% hasilnya pun sama terdapat endapan
(protein).
Sesuai dengan dasar teorinya uji koagulasi adalah uji yang dilakukan dengan
pemanasan urin dan menggunakan asam asetat jika terbentuk endapan maka
endapan itu adalah protein karena fosfat tidak larut dalam suasana asam. Pada urin
patologis hasilnya sesuai dengan dasar teori yaitu setelah dididihkan urin patologi
terdapat endapan yang selain protein dapat saja posfat.
Kemudian dipastikan lagi apakah benar urin mengandung protein dengan
ditambahankannya asam asetat 2% dan masih terdapat endapan sehingga dapat
diidentifikasi bahwa itu protein karena fosfat pada endapan urin yang dididihkan
tidak larut dalam suasana asam (asam asetat 2%).
G. Kesimpulan
Uji koagulasi adalah uji kualititatif karena menggunakan urin sewaktu. Pada urin
patologi terbukti mengandung protein sesuai dengan uji koagulasi berfungsi untuk
menguji adanya protein dalam urin.
H. Daftar Pustaka
1. K. Murray dan Robert, dkk. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2003
2. Poedjiadi A. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press. 2011
LAMPIRAN
Foto urin setelah dididihkan
Kiri, urin patologis ada
endapan yaitu postfat atau
protein
Kanan, urin normal tidak
ada endapan
Foto urin ditambahkan asam
asetat 2%
Kanan, urin patologis ada
endapan yaitu protein
Kiri urin normal tidak ada
endapan