UAS

Embed Size (px)

Citation preview

2. LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori Dalam sub bab ini akan diulas tentang beberapa teori yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu tentang objektivitas pemberitaan kasus penembakan di Freeport pada April 2011 di Harian Kompas dan The Jakarta Post. Beberapa teori yang relevan adalah komunikasi massa, surat kabar sebagai media komunikasi massa, pengertian berita, konsep globalisasi, konsep objektivitas, dan analisis isi. 2.1.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (dalam Ardianto & Erdinaya, 2005, p. 3). Komunikasi massa yang menjadi objek pembahasan penelitian ini adalah komunikasi yang menggunakan media cetak surat kabar. Alasan peneliti memilih surat kabar untuk dijadikan sebagai media yang akan diteliti, karena surat kabar dapat dengan mudah didokumentasikan sehingga mudah untuk diteliti isi berita yang dimuat di surat kabar tersebut. Selain itu, dibandingkan dengan media online yang sedang berkembang, surat kabar memiliki keterikatan terhadap institusi yang lebih kuat. 2.1.2. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa Media massa adalah media yang digunakan sebagai sarana komunikasi yang melibatkan penerima pesan yang tersebar di mana-mana tanpa diketahui keberadaannya. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

mekanis, seperti surat kabar, film, radio dan 2televisi.2 (Cangara, 2003, pp.131134). Media massa mempunyai beberapa peranan penting yang dimainkan dalam masyarakat. Menurut McQuail (2005), peran dari media massa adalah: 1. Jendela pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami yang terjadi di sekitar kita, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak. 2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas. 3. Pembawa atau pengantar informasi dan pendapat 4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui pelbagai umpan balik 5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau instruksi. 6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara sadar dan sistematis ataupun tidak. 7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat sendiri, biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap segi yang ingin mereka hakimi atau cela. 8. Tirai atau penutup yang menutupi kebenaran demi pencapai tujuan propaganda atau pelarian dari satu kenyataan. Terkait kasus penembakan Freeport 2011, media massa mempunyai peran penting sebagai juru bahasa yang menjelaskan. Selain itu, media massa juga memiliki peran sebagai tirai atau penutup yang menutupi kebenaran demi pencapaian tujuan tertentu. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam konsep globalisasi. Dari sekian banyak media massa yang ada, surat kabar banyak dipilih oleh masyarakat sebagai media komunikasi dan media informasi karena ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh surat kabar. Beberapa kelebihan surat kabar ini dapat

dilihat dari karakteristik khusus yang berbeda dengan media yang lain (Ardinanto dan Erdinaya, 2005), yaitu: 1. Publisitas Publisitas adalah penyebaran pada 3denti atau khalayak. Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum atau menarik bagi khalayak pada umumnya. 2. Periodesitas Periodesitas adalah menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan ataupun dwi mingguan. Setiap hari masyarakat membutuhkan informasi sehingga mereka membutuhkan sebuah media yang mampu memberikan informasi kepada mereka secara kontinu. 3. Universalitas Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia atau dengan kata lain surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. 4. Aktualitas Aktualitas merujuk pada kekinian atau keadaan sebenarnya dan makna ini erat kaitannya dengan pengertian berita, yaitu laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting dan menarik minat. 5. Terdokumentasikan Dari beberapa artikel ataupun berita dalam surat kabar, ada beberapa yang dengan sengaja didokumentasikan oleh beberapa orang untuk keperluan tertentu dalam bentuk kertas, maka surat kabar mudah untuk didokumentasikan. Beberapa karakter dasar yang dimiliki oleh surat kabar tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih surat kabar sebagai objek penelitian. Periodisitas yang dimiliki oleh surat kabar membuat proses pengumpulan data-data yang diperlukan menjadi lebih mudah dan kebutuhan akan data yang diperlukan dapat terpenuhi.

Lebih lanjut, Effendi (2003) juga menjelaskan ada 4 fungsi surat kabar yaitu: 1. Fungsi menyiarkan informasi Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang utama. Khalayak pembaca yang membeli atau berlangganan surat kabar memerlukan informasi mengenai peristiwaperistiwa yang terjadi di dunia, baik peristiwa politik, sosial budaya, ekonomi atau juga olahraga. 2. Fungsi mendidik Surat kabar mempunyai fungsi mendidik karena surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca dapat bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, atau secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. 3. Fungsi menghibur Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi beritaberita hard news (berita berat). Isi surat kabar yang berbentuk hiburan biasanya ada di cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, karikatur. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca membaca berita-berita dan artikel hard news. 4. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Selain itu, fungsi surat kabar untuk mempengaruhi dengan tujuan komersial terdapat pada iklan-iklannya. Dalam kasus penembakan Freeport 2011 ini fungsi surat kabar yang dominan adalah sebagai media informasi yang menyampaikan informasi kepada khalayak tentang kasus penembakan serta tindak lanjut dari kasus penembakan tersebut.

2.1.3. Berita Menurut Suhandang (2004) berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa 5denti yang menarik perhatian orang banyak (p. 103-104). Menurut macamnya, berita dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu : 3. Berita langsung Berita langsung adalah berita yang hanya menyampaikan fakta utama saja. Berita langsung dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Matter of fact news, hanya mengungkapkan fakta utama yang terlibat dalam peristiwa itu saja. b. Action news, hanya mengemukakan perbuatan, tindakan (kejadian) yang terlibat dalam peristiwa itu saja. Dengan kata lain mengisahkan jalannya peristiwa itu. c. Quote news, hanya mengemukakan kutipan dari apa yang diucapkan oleh para tokoh yang terlibat dalam peristiwanya. 2. Berita tidak langsung Berita tidak langsung merupakan berita yang penyampaian informasinya dilakukan dengan tidak langsung (diplomatis) dalam arti tidak langsung mengemukakan faktanya, melainkan membangun fakta itu sehingga menarik perhatian atau menimbulkan minat untuk membacanya. Dalam melakukan pemberitaan sebuah berita, satu hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian adalah berita yang dimuat haruslah mempunyai nilai berita (news value). Siregar (2007, p.27) mengatakan bahwa news value menjadi satu penentu apakah sebuah sebuah peristiwa layak untuk menjadi berita dan tanpa adanya news value, sebuah peristiwa hanya akan menjadi sebuah cerita dan bukanlah berita. Secara umum nilai berita dapat dikategorikan menjadi enam poin saja, yaitu:1. Significance (kepentingan)

Kejadian yang mungkin akan memberi pengaruh pada kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca. 2. Timeliness (waktu)

Kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru dikemukakan. 3. Magnitude (Besaran) Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau akibat dari kejadian yang bisa dijumlahkan hingga menarik bagi pembaca. 4. Proximity (Kedekatan) Kejadian yang dekat bagi pembaca, bisa bersifat geografis (bersifat kedaerahan) maupun emosional (ada ikatan daerah). 5. Prominence (Keterkenalan) Menyangkut hal-hal yang terkenal atau dikenal seperti orang, benda atau tempat. 6. Human interest (Manusiawi) Kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, yang menyangkut orang dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa. (Siregar, 2007, p.27-28). 2.1.4. Konsep Globalisasi Globalisasi sering kali dihubungkan dengan neo-liberalisme, dimana kebijakan ekonomi dan sosial menekankan atau mendukung perusahaan swasta, liberalisasi perdagangan, pasar yang relatif terbuka. Sehingga cenderung memaksimalkan peran sektor swasta dalam menentukan prioritas politik dan ekonomi suatu negara (Ravi et.al 2007, p 27). Roland Robertson (dalam Littlejohn, 2009, p. 444) mengemukakan tentang paradigma transformasional yang didukung oleh perubahan struktur sosial ekonomi, politik dan budaya dalam globalisasi melalui bentuk baru yakni perbedaan yang global. Dampak dari globalization of difference ini adalah pembentukan komunitas-komunitas baru dalam masyarakat diseluruh dunia yang terdiri dari orang-orang di luar komunitas asal. Mereka disebut sebagai kelompok diasporic. Diaspora awalnya merupakan konsep yang diciptakan oleh Kaching Tololyan pada tahun 1980an, dimana pada saat itu, konsep tersebut identik dengan expatriate, exile, ethnic, minority, refugee, migrant, dan overseas community. Beberapa studi mengenai diaspora mempelajari tentang efek media massa pada kelompok disaporic

di suatu wilayah tertentu. Penelitian Hamid Naficy mengenai produksi acara televisi di Los Angeles pada tahun 1980an menunjukkan bahwa media komunikasi dapat dijadikan sebagai alat untuk menegosiasikan budaya politik antara home dan host (Littlejohn, 2009, p. 306). Dengan kata lain, media komunikasi dapat digunakan untuk menegosiasikan pendapat para kelompok diasporic di daerah tertentu. Terkait dengan pemilihan The Jakarta Post sebagai surat kabar yang dijadikan sampel. Peneliti ingin menganalisa lebih jauh berdasarkan konsep globalisasi pada pemberitaan penembakan Freeport 2011 yang ditulis oleh The Jakarta Post. 2.1.5. Objektivitas Tujuan jurnalisme adalah melaporkan kebenaran atau dengan kata lain memberikan laporan secara objektif, namun tugas ini bukan merupakan pekerjaan sederhana karena ada berbagai kepentingan yang ikut memegang peranan dalam jurnalisme sehingga akhirnya memberikan bentuk pada kebenaran yang disampaikan (Siahaan et al, 2001, p.60). Sedangkan objektivitas pemberitaan sendiri adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang (Siahaan et al, 2001, p.100). Menurut Ashadi Siregar, objektivitas pemberitaan merupakan prinsip pertama dari jurnalisme. Objektivitas pada dasarnya adalah menakar sejauh mana wacana fakta sosial dengan wacana fakta berita. Sebab berita adalah fakta sosial yang direkonstruksikan dan kemudian diceritakan. Selain itu, McQuail (1987, p.129-130) menambahkan objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh wartawan sendiri. Prinsip tersebut sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang di luar bidang media massa, terutama dalam kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi. Lebih lanjut, Siahaan et.al (2001) mengembangkan 7indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur objekvitas pemberitaan sebagai berikut :1. Dimensi truth, yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau

bisa diandalkan.

Sifat fakta (factualness) yakni sifat fakta bahan baku berita, yang terdiri dari dua kategori : Fakta Sosiologis adalah berita yang bahan bakunya berupa peristiwa, kejadian nyata. Fakta Psikologis adalah berita yang bahan bakunya berupa interpretasi subjektif (pernyataan atau opini) terhadap fakta kejadian atau gagasan. Akurasi, adalah kecermatan atau ketepatan fakta yang diberitakan. Indikator yang digunakan adalah check and recheck, yakni mengkonfirmasi atau menguji kebenaran dan ketepatan fakta kepada subjek, objek atau saksi berita sebelum disajikan. 2. Relevansi, adalah secara umum peristiwa yang dianggap memiliki nilai berita (relevan) adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur berikut ini: Significance (kepentingan) Kejadian yang mungkin akan memberi pengaruh pada kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca. Timelines (waktu) Kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau baru dikemukakan. Magnitude (besaran) Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau akibat dari kejadian yang bisa dijumlahkan hingga menarik bagi pembaca. Proximity (kedekatan) Kejadian yang dekat bagi pembaca, bisa bersifat geografis (bersifat kedaerahan) maupun emosional (ada ikatan darah). Prominence (keterkenalan) Menyangkut hal-hal yang terkenal atau dikenal seperti orang atau tempat. 3. Ketidakberpihakan (impartiality) Imparsialitas adalah tingkatan sejauh mana evaluasi subjektivitas (penilaian, interpretasi, dan opini pribadi) wartawan tak terlibat dalam memproses fakta menjadi berita. Indikator yang digunakan:

Neutrality adalah tingkatan sejauh mana sikap tak memihak wartawan dalam menyajikan berita. Netralitas diukur menggunakan: Percampuran fakta dengan opini dari wartawan masuk kedalam berita yang disajikan. Kesesuaian judul berita dengan isi atau tubuh berita. Balance adalah keseimbangan dalam penyajian aspek-aspek evaluative (pendapat, komentar, penafsiran fakta oleh pihak-pihak tertentu) dalam pemberitaan. Balance diukur dengan: Cover both sides adalah menyajikan dua atau lebih gagasan atau tokoh atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan dan proporsional. Nilai imbang (even handed-evaluation) adalah menyajikan evaluasi dua sisi (aspek negative dan positif) terhadap fakta maupun pihak-pihak yang menjadi berita secara bersamaan dan proporsional. 2.1.6. Analisis Isi Analisis isi merupakan satu teknik penelitian untuk membuat inferensiinferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Krippendorf, 2002, p.15). Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup beberapa prosedur khusus untuk memproses data secara ilmiah. Sedangkan menurut Walizer dan Wiener dalam Wimmer dan Dominick (2002) analisis isi merupakan sebuah prosedur sistematis untuk menganalisa isi dari sebuah informasi yang terekam, baik dalam bentuk cetak ataupun elektronik. Teknik analisis isi kuantitatif mengumpulkan data tentang isi media seperti 9dent atau isu, volume pembahasan issue, dan juga sirkulasi serta frekuensi munculnya satu isu, sedangkan teknik analisis isi kualitatif adalah satu teknik untuk menganalisa arti dari sebuah komunikasi (Macnamara, 2003). Dalam teknik analisis isi kuantitatif digunakan teknik penghitungan sistematis untuk mendapatkan satu deskripsi kuantitatif, sedangkan teknik analisis isi kualitatif tidak digunakan penghitungan secara sistematis, akan tetapi mencoba untuk menginterpretasikan isi pesan dengan lebih mendalam.

Sebagai sebuah jenis alat penelitian ilmiah, analisis isi juga mempunyai kerangka kerja sebagaimana jenis penelitian-penelitian yang lain. Kerangka kerja dalam analisis isi bersifat umum dan sederhana, dan hanya menggunakan beberapa konsep dasar saja (Krippendorf, 2002, p.23), yaitu: 1. Data sebagaimana yang dikomunikasikan kepada analis Dalam sebuah analisis isi, data yang digunakan haruslah jelas data mana yang dianalisis, dan dari populasi mana data tersebut diambil. Data dideskripsikan dalam berbagai unit atau dikodekan dalam sebuah skema multidimensional. 2. Konteks data Dalam sebuah analisis isi, konteks yang berhubungan dengan data yang dianalisis harus dieksplisitkan. Ketika data dihadirkan, konteksnya dikonstruksikan oleh analisis isi untuk memasukkan kondisi-kondisi yang mengitarinya, yang mendahuluinya, yang berkonsistensi dengannya atau akibat-akibat yang ditimbulkan. 3. Bagaimana pengetahuan analis membuat realitasnya Dalam melakukan analisis isi, minat dan pengetahuan analisis akan sangat menentukan konstruksi kontek untuk menarik inferensi, karena itu seorang analis perlu untuk mengetahui asal-usul data dan mengungkapkan asumsinya tentang bagaimana data dan lingkungannya berinteraksi. 4. Target analisis isi Dalam analisis isi, tujuan atau target inferensi harus dinyatakan secara jelas. 5. Inferensi sebagai tugas yang mendalam Sebuah analisis isi ditujukan untuk menarik inferensi-inferensi dari datanya kepada aspek tertentu dari konteksnya dan menjustifikasinya dengan pengetahuan tentang apa-apa yang ada dalam hubungan dengan pengetahuan tentang 10denti-faktor yang memberikan konstribusi kepada atau menjembatani keduanya. 6. Kesahihan sebagai kriteria akhir keberhasilan Dalam analisis isi, jenis pembuktian yang diperlukan untuk mengkaji kesahihan hasilnya harus dispesifikasikan terlebih dahulu sehingga cukup jelas agar uji kesahihan atau validasi dapat dipahami.

2.2. Nisbah Antar Konsep Dalam pemberitaan, objektivitas merupakan salah satu prinsip penting, terutama dalam penyampaian informasi dan prinsip ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Menurut Ashadi Siregar, objektivitas pemberitaan merupakan prinsip pertama dari jurnalisme. Objektivitas pada dasarnya adalah menakar sejauh mana wacana fakta sosial dengan wacana fakta berita. Sebab berita adalah fakta sosial yang direkonstruksikan dan kemudian diceritakan kembali. Konsep objektivitas mencoba untuk mereka ulang kejadian dengan kejujuran sebenar-benarnya sekalipun bias dalam penulisan tidak mungkin terhindari. Media massa mempunyai peran signifikan dalam penyebaran informasi kepada khalayaknya. Peran media sebagai juru bahasa dan tirai penutup dapat mengaburkan informasi yang diperoleh masyarakat jika tidak disertai dengan objektivitas berita. Karakteristik media massa, terutama surat kabar yang mudah dijangkau dan memiliki audiens yang lebih tersegmentasi mampu membuat surat kabar menjadi lebih dekat dengan audiensnya dibandingkan dengan media lain. Pengangkatan sebuah peristiwa menjadi berita didasarkan pada ada atau tidaknya nilai berita dalam peristiwa tersebut. Peristiwa penembakan Freeport pada April 2011 menjadi berita karena memiliki nilai significance, timelines, proximity, prominence, dan magnitude. Berkaitan dengan penembakan yang Freeport, objektivitas penulisan di Harian Kompas, sebagai harian nasional berbahasa Indonesia, dan di Harian berbahasa Inggris The Jakarta Post menarik untuk diteliti karena perbedaan segmentasi antara keduanya. Menggunakan metode analisis isi, peneliti menjalankan tahapan sistematik dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengukur objektivitas akan digunakan konsep yang dikemukakan oleh J. Westerstahl (1983) yang kemudian dimodifikasi oleh McQuail (1992) dan dikembangkan oleh Hotman M. Siahaan beserta tim.

2.3. Kerangka Pemikiran Media tidak sepenuhnya objektif sehingga perlu dilakukan penelitian tentang objektivitas surat kabar yang melakukan pemberitaan (Mc. Quail, 1987, p.130-131) Berita penembakan Freeport pada April 2011

Bagaimana objektivitas pemberitaan penembakan Freeport pada April 2011 di Kompas dan The Jakarta Post?

Teknik Analisis Isi digunakan untuk mengukur objektivitas pemberitaan penembakan Freeport pada April 2011 (Krippendorf, 2002, p.15)Indikator objektivitas 1. Dimensi truth a. Sifat Fakta (factualness) b. Akurasi 2. Relevansi a. Significance b. Prominence c. Magnitude d. Timeliness e. Proximity 3. Ketidakberpihakan (impartiality) a. Netralitas b. Balance 1) Cover both sides 2) Nilai imbang (even handed-evaluation) (Siahaan et.all, 2001, p.69)

Hasil penelitian yang menunjukkan objektivitas Harian Kompas dan The Jakarta Post

3. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Konseptual Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang (Siahaan et al, 2001, p.100). Untuk melihat apakah sebuah berita objektif atau tidak dapat dilihat dari kebenaran berita (truth) yang dapat dilihat dari factualness dan akurasi, relevansi berita yang dapat dilihat dari kelayakan berita (newsworthiness), yakni significance, magnitude, prominence, timeliness, dan proximity (geografis dan psikografis dan ketidakberpihakan berita yang dapat dilihat dari netralitas dan balance berita. 3.2.Definisi Operasional Berita yang diteliti adalah berita-berita mengenai penembakan dua pekerja Freeport pada April 2011 yang dimuat di Harian Kompas dan The Jakarta Post pada periode bulan April 2011. Katergorisasi objektivitas pemberitaan penembakan Freeport pada April 2011 ini adalah sebagai berikut: 1. Faktualitas dimensi kognitif, meliputi: Fakta sosiologis dan fakta psikologis. Akurasi, keakuratan terhadap fakta, akurasi penyajian, serta dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita. 2. Relevansi, meliputi: Proximity, timeline, significance, prominence, dan magnitude. 3. Imparsialitas, meliputi: Neutrality Neutrality-non evaluatif, yaitu: Adanya pencampuran opini dengan fakta wartawan. Tidak adanya pencampuran opini dengan fakta wartawan. Judul dengan isi berita sesuai. Judul dengan isi berita tidak sesuai.

Neutrality-non sensational, yaitu:

Balance Equal propotional, yaitu:

Ada, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi Tidak ada, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan

porsi yang sama sebagai sumber beritanya.

tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari sumber beritanya. Even handed evaluation, yaitu:

Penilaian negatif untuk pihak yang diberitakan. Penilaian positif untuk pihak yang diberitakan.

3.3.Populasi dan Sample Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah berita-berita tentang peristiwa penembakan pegawai Freeport di area Freeport pada tanggal 7 April 2011. Sedangkan teknik sampling yang dilakukukan adalah sensus sampling yang mengambil keseluruhan populasi atau total berita yang ada (Kriyantono, 2006, p. 159). Surat Kabar Kompas The Jakarta Post Edisi 9 April 2011 10 April 2011 9 April 2011 11 April 2011 Judul Berita Karyawan Tuntut Jaminan Keamanan Karyawan Minta Bertemu Presiden Police Investigate Freeport Car Accident Freeport car crash duo died in fire, police claim

3.4.Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menguji teori dan memfungsikan teori sebagai titik tolak menemukan konsep (yang terdapat dalam teori tersebut) yang kemudian dijadikan variabel (Hamidi, 2007, p.26). Sedangkan penelitian deskriptif ini mengacu pada tulisan Jalaluddin Rakhmat (2001, p.24) yang menjelaskan bahwa jenis penelitian deskriptif adalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan atau mencari hubungan. 3.5.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif yang menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variable tersebut. 3.6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam meneliti objektivitas pemberitaan penembakan di Freeport pada April 2011 adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan ini adalah dengan mengumpulkan kliping berita dari surat kabar. 3.7. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Pertama-tama peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti. Peneliti mengambil tema objektivitas pemberitaan hukuman mati Sumiarsih di media cetak.

Peneliti menyusun kerangka konseptual. Peneliti mendefinisikan serta Menentukan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep,

mengemukakan dimensi dan sub dimensi dari objektivitas. dalam hal ini konsep objektivitas dijabarkan dalam ukuran-ukuran tertentu, misalnya: masuk kategori factualness apabila pemberitaan mengandung fakta sosiologis atau fakta psikologis. Koding dilakukan oleh koder yaitu Vassilisa Agata, mahasisiwi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra. Vassilisa pernah menjadi koder untuk penelitian lain dengan teknik serupa.

Setelah melakukan analisis isi, hasil koding di uji reliabilitasnya

menggunakan rumus rumus Ole R. Hostly, (Wimmer dan Dominik, 2002):

Hasil dari perhitungan tersebut merupakan tingkat reliabilitas dalam rumus Holsti. Untuk mengetahui reliabilitas data, nilai C.R. harus lebih besar dari .90. Setelah dilakukan uji reliabilitas, langkah selanjutnya adalah melakukan melakukan analisa data kuantitatif dengan bantuan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah pengolahan data hasil penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubunganhubungan yang ada (Bungin, 2005, p.171).

4. ANALISIS DATA 4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Kompas Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Keduanya punya latar belakang guru dan punya minat dalam bidang sejarah. P.K. Ojong adalah Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi Majalah Penabur. Mereka berbincang-bincang, bahwa pada waktu itu pembaca Indonesia terbelakang dalam informasi karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat, sehingga muncul ide membuat majalah untuk menerobos isolasi tersebut. Majalah Intisari adalah awal dari kerjasama P.K. Ojong dengan Jakob Oetama. Mereka disebut sang pemula karena memang kemudian menjadi awal (pemula) dari kelompok Kompas Gramedia (KKG), yang awalnya berkembang dari multiple media sebagai core business, menjadi multibusiness group of companies yang terdiri atas related diversification dan unrelated diversification. Pada awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965), selaku Menteri atau Panglima TNI-AD menelpon rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda. Ahmad Yani mengungkapkan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis (PKI). Frans Seda menanggapi ide itu, lalu membicarakan dengan Ignatius Josef Kasimo (19001986) sesama rekan di Partai Katolikdan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, P.K. Ojong dan Jakob Oetama. P.K. Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih Bentara Rakyat. Penggunaan nama tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964-1966) menghadap Presiden di Istana Merdeka. Presiden Soekarno telah mendengar bahwa Seda akan menerbitkan sebuah koran, lalu menyarankan nama Kompas, yang artinya pemberi arah dan jalan dalam

mangarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah nama harian Kompas hingga saat ini. Sementara nama Yayasan Bentara Rakyat dijadikan sebagai nama penerbit harian Kompas. Para pendiri yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan P.K. Ojong. Pers PKI yang melihat kehadiran Kompas bereaksi keras bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan Kompas sebagai Komando Pastor. Pada hari Senin, 28 Juni 1965, lahirlah koran Kompas dengan motto Amanat Hati Nurani Rakyat. Pada tahun awal perkembangannya, Kompas dicetak di percetakan orang lain (sehingga sering terlambat). Baru pada 1972 Kompas mulai dicetak sendiri. Awalnya 4 halaman, sekarang sampai 60 halaman. Kompas memiliki visi untuk menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan misi mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya. Sebagai surat kabar nasional, peredaran Kompas meliputi hampir seluruh kota di Indonesia, dan selalu menjadi market leader. Pada awalnya tiras Kompas hanya 4248 eksemplar. Tahun 1999 Februari 2007 memilik oplah sebesar 600.000 eksemplar (Sularto, 2007). 4.1.2.The Jakarta Post Pertengahan 1982, menteri informasi saat itu, Ali Moertopo dan Jusuf Wanandi, yang mewakili surat kabar Golkar, Suara Karya memperbincangkan tentang kemungkinan untuk menerbitkan surat kabar berbahasa Inggris. Ali Moertopo mengharapkan adanya surat kabar dengan standar editorial tinggi yang tidak hanya melayani masyarakat asing, yang jumlahnya meningkat sejak adanya ekonomi bebas. Namun lebih penting lagi adalah untuk menawarkan sudut pandang yang berbeda mengenai Indonesia yang pada saat itu banyak diliput oleh media asing dengan tidak berimbang.

Untuk melayani tujuan tersebut, beberapa persyaratan dipenuhi. Dikumpulkan wartawan terbaik beserta editor untuk menghasilkan surat kabar kualitas internasional yang mampu menumbuhkan persepektif Indonesia yang tepat. Pada tahun 1982, didirikan PT Bina Media Tenggara sebagai lembaga surat kabar independen milik pribadi oleh empat kelompok media publikasi nasional terkemuka, Suara Karya, Kompas, Sinar Harapan, dan Tempo. Sepuluh persen dari ekuitas (yang lalu meningkat menjadi duapuluh persen) diberikan secara kolektif kepada karyawan. Pada awal publikasinya, The Jakarta Post hanya melayani 5474 eksemplar yang kini berkembang hingga lebih dari 500 ribu eksemplar. 4.1.3. Penembakan di Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah perusahaan pertambanga Amerika Serikat yang masuk sejak tahun 1971. Informasi singkat mengenai PTFI dalam website mereka adalah sebagai berikut: PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari FreeportMcMoRan Copper & Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. Kompleks tambang milik kami di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain cadangan tunggal emas terbesar di dunia. Grasberg berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia panjang. (www.ptfi.com) Penembakan pada April 2011 bukan penembakan yang pertama kali terjadi di kawasan PTFI. Sejak tahun 2009, serangkaian peristiwa penembakan terjadi bahkan

mengakibatkan Drew Nicholas Grant, warga negara Australia yang bekerja di Freeport meninggal dunia. Beberapa isu kontroversial terkait dengan keberadaan PTFI di Indonesia antara lain isu suap kepada para pejabat untuk diperbolehkan tetap membuka usaha pertambangan di Indonesia, isu pengusiran Suku Amugme dari wilayah asal mereka. Selain itu kerterkaitan PTFI dan TNI dengan membayar tentara Indonesia ini untuk mengamankan area PTFI dari serangan warga lokal banyak memicu polemik. Selain isu sosial dan politik, PTFI juga terganjal pada isu lingkungan hidup ketika pada 23 Maret 2006, Kementrian Lingkungan Hidup menyatakan PTFI tidak memenuhi batas limbah dan telah mencemari biota laut. Pada 7 April 2011 pukul 18.00 WIT, rentetan tembakan diberondong pada mobil yang ditumpangi Daniel Mansawan dan Hary Siregar, mengakibatkan keduanya tewas berbakar dalam mobil. Sehari sebelumnya, insiden penembakan juga terjadi pada mobil operasional PTFI. Kedua penembakan tersebut dilakukan oleh orang yang tidak dikenal. 4.2. Analisa Data Kuantitatif Pada lembar koding berdasarkan kategorisasi objektivitas berita yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi sebelum dilakukan deskripsi data, maka terlebih dahulu peneliti akan melakukan uji reliabilitas atas kategorisasi yang telah dilakukan oleh peneliti, apakah kategorisasi tersebut memang sudah reliabel atau dapat dipakai atau belum. Persamaan yang dipakai untuk menguji reliabilitas dari alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah persamaan yang dikemukakan oleh Holsti. 4.2.1. Analisa Faktualitas Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) nilai C.R. dalam sub indikator faktulitas yaitu fakta sosiologi dan fakta psikografis adalah sebagai berikut:

Media

Jumlah

paragraph Jumlah item yang

yang dikoding disetujui Kompas 22 20 TJP 36 35 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator faktualitas

Nilai C.R. 0.91 0.97

Karena hasil perhitungan nilai uji reliabilitas diatas angka 0.90, maka peneliti dapat menggunakan hasil koding sebagai acuan untuk analisis faktualitas pada pemberitaan dikedua media. Kompas dan The Jakarta Post sebagai media yang dipilih oleh segmen audiensnya memiliki keunggulan untuk menyodorkan fakta sosiologi dibanding psikologis. Pada table dibawah, terlihat jumlah paragraph dengan fakta sosiologis lebih dominan dibandingkan fakta psikologis. Frekuensi fakta Frekuensi fakta

Media

sosiologis psikologis 9 April 2011 11 2 Kompas 10 April 2011 9 0 9 April 2011 16 0 The Jakarta Post 11 April 2011 14 6 Rekap frekuensi fakta sosiologis dan fakta psikologis Kompas dan TJP Perbedaan yang cukup signifikan terjadi pada artikel The Jakarta Post edisi 11 April 2011 yang membahas mengenai klaim polisi atas penyebab meninggalnya dua orang karyawan PTFI. Pada awal artikel disebutkan bahwa penyebab kematian telah dipastikan polisi karena kebakaran yang terjadi akibat kecelakaan mobil. Namun beberapa paragraph menunjukkan spekulasi yang dimunculkan dari pernyataanpernyataan polisi sendiri, misalnya pada paragraph 3: The car itself had bullet holes, raising speculation that the men were shot dead. However the police say autopsy results proved otherwise. Lalu pada paragraph 12 yang dinyatakan oleh Komandan Militer Mimika Bonni Christian Pardede:

Edisi

He (Bonni Christian Pardede) said guaranteeing security for Freeport employees and Mimika residents in general was a shared responsibility Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan The Jakarta Post memiliki alternatif penyebab dari meninggalnya dua pegawai Freeport. 4.2.2 Analisa Akurasi Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) nilai C.R. dalam sub indikator akurasi yaitu pelaksanaan check and recheck yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: Jumlah paragraph Jumlah item yang

Media

Nilai C.R. yang dikoding disetujui Kompas 22 22 1 TJP 36 36 1 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator akurasi (check and recheck) Hasil perhitungan reliabilitas yang mencapai angka sempurna 1 menunjukkan kedua koder setuju bahwa wartawan telah melakukan check and recheck terhadap fakta atau opini yang berkembang mengenai isu penembakan di Freeport ini. Kedua media, Kompas dan The Jakarta Post dengan akurat menentukan lokasi penembakan, siapa korban yang meninggal, korban yang diserang pada hari sebelumnya dan keigatan unjuk rasa yang dilakukan oleh karyawan Freeport pasca meninggalnya kedua rekan mereka. Selain itu, kedua media juga melakukan pencarian fakta pada pihak terkait seperti polisi, pihak yang berwenang di Freeport dan karyawan Freeport.

4.2.3. Analisa Relevansi Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) nilai C.R. dalam sub indikator relevansi yaitu adanya nilai berita proximity,

prominence, significance, timelines dan magnitude dalam berita penembakan di Freeport pada April 2011 adalah sebagai berikut: Jumlah paragraph Jumlah item yang

Media

yang dikoding disetujui Kompas 21 19 TJP 14 14 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator relevansi

Nilai C.R. 0.90 1

Nilai C.R. kedua media dalam sub indikator relevansi adalah 0.90 untuk Kompas dan 1 untuk The Jakarta Post menunjukkan data hasil koding dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisa isi berita. Pada table berikut dijelaskan distribusi nilai berita apa saja yang siginifikan di berita yang mana. Media Edisi Prox time 9 April 2011 2 6 Kompas 10 April 2011 0 2 9 April 2011 0 3 The Jakarta Post 11 April 2011 0 3 Rekap frekuensi nilai berita dalam sub indikator relevansi sig 1 0 0 0 prom 1 1 0 0 mag 5 3 5 3

Jika dilihat table rekap frekuensi di atas, artikel Kompas edisi 9 April 2011 dengan judul Karyawan Tuntut Jaminan Keamanan sarat akan nilai berita. Nilai berita timelines dominan karena pengulanagan penulis dalam penekanan waktu dan penyampaian beberapa kejadian yang mendahului dan mengikuti kejadian penembakan pada tanggal 7 April 2011. Artikel ini juga kaya akan nilai berita karena disertai grafis yang memapaparkan kronologis penembakan yang terjadi di Freeport sejak tahun 2009. Selain itu, artikel Kompas tersebut juga menekankan pada jumlah korban yang telah berjatuhan di Freeport. Sementara The Jakarta Post melihat dari sisi yang berbeda. Ketika Kompas banyak menyuarakan jumlah korban di Freeport, The Jakarta Post menyampaikan magnitude berbeda yang menunjukkan solidaritas karyawan Freeport dalam menghadapi tragedy penembakan ini.

Selain magnitude dan timelines, Kompas juga menangkap sisi lain dari permintaan para karyawan Freeport yaitu keinginan mereka untuk berdialog dengan Presiden. Presiden memiliki prominence yang tinggi karena ia adalah kepala negara. Kompas dengan menyebutkan tuntutan karyawan Freeport sebagai judul untuk artikel tanggal 10 April 2011 (Karyawan Minta Bertemu Presiden) ingin membahasakan suara hati mereka yang meminta keamanan dari Panglima Tertinggi TNI. Penggunaan prominence dalam artikel Kompas ini menjadi bentuk penarik perhatian atas peristiwa yang terjadi di Papua tersebut. 4.2.4. Analisa Pencampuran Opini dengan Fakta Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) nilai C.R. dalam sub indikator netralitas dengan penentuan atau tidaknya pencampuran antara fakta dan opini dalam sebuah artikel adalah sebagai berikut: Jumlah paragraph Jumlah item yang

Media

Nilai C.R. yang dikoding disetujui Kompas 23 21 0.91 TJP 36 36 1 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator netralitas pencampuran fakta dan opini Dengan nilai C.R. 0.91 dan 1 maka data hasil koding untuk pencampuran fakta dan opini dalam penulisan artikel pada kedua media dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisa isi. Media Kompas Edisi Tidak Campur Campur 9 April 2011 11 2 10 April 2011 9 0 The Jakarta Post 9 April 2011 16 0 11 April 2011 17 3 Rekap frekuensi pencampuran fakta dan opini dalam sub indikator netralitas Dari hasil rekap table frekuensi pencampuran fakta dan opini di atas, kedua media relative tidak mencampurkan fakta dan opini dalam paragraph mereka. Pencampuran fakta dan opini cukup terasa dalam penggunaan kata sifat yang

menunjukkan keadaan traumatis yang dialami oleh karyawan Freeport lain seperti kata menghantui, terror dan burnt like animals. 4.2.5. Analisa Kesesuaian Isi Berita Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) nilai C.R. dalam sub indikator netralitas dengan penentuan atau tidaknya pencampuran antara fakta dan opini dalam sebuah artikel adalah sebagai berikut: Media (sesuai) Jumlah paragraph Jumlah item yang Nilai C.R. yang dikoding disetujui Kompas 23 21 0.91 TJP 36 36 1 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator kesesuai isi berita dengan judul Dengan nilai C.R. yang lebih besar dari 0.90, peneliti bisa menggunakan hasil koding sebagai acuan untuk menganalisa kesesuaian isi berita dengan judul berita pada kedua media. Secara eksplisit, judul artikel dari kedua media sangatlah berbeda. Tabel berikut memberi penjelasan lebih lanjut antara perbedaan judul serta frekuensi jumlah paragraph dengan sesuainya terhadap judul. Media Edisi Judul S Kompas 9/4 Karyawan Tuntut Jaminan Keselamatan; Dua 12 Pejabat Freeport Tewas Tertembak di Sekitar 10/4 9/4 11/4 Areal Pertambangan Karyawan Minta Bertemu Presiden Police Investigate Freeport Car Accident Freeport car crash duo died in fire, police claim 3 7 6 6 9 14 TS 1

The Jakarta

Post Rekap frekuensi kesesuaian judul dengan berita Kompas edisi 9 April 2011 tidak membahas secara detil mengenai penembakan yang terjadi namun lebih pada dampak pasca penembakan dan bagaimana karyawan Freeport menanggapi insiden tersebut. Ketidaksesuaian

paragraph dibanding judul hanya terjadi pada satu paragraph, yaitu paragraph penutup. Ketidaksesuaian yang terjadi pun cukup unik karena Kompas malah menginformasikan tentang bakti sosial yang dilakukan Freeport sekalipun terjadi insiden di sekitar areal pertambangan mereka. Pada artikel kedua Kompas yang sebenarnya merupakan artikel follow up untuk kejadian penembakan, Kompas menggunakan judul Karyawan Minta Bertemu Presiden. Namun bahasan tentan apa yang ingin disampaikan para karyawan kepada presiden hanya sebatas bentuk kegiatan yang ingin dilakukan. Selebihnya, Kompas kembali membahas tentang insiden penembakan dan pra anggapan terhadap insiden tersebut. Menariknya, jika Kompas berulang kali mengguanakan kata penembakan, The Jakarta Post memilih untuk menggunakan kata accident dalam artikel pertamanya berkaitan dengan insiden penembakan Freeport pada April 2011 tersebut. Namum, penggunaan kata accident sebagai judul malah mengingkari isi berita tersebut, berulang kali dalam beberapa paragraph The Jakarta Post membahas mengenai kemungkinan mobil ditembak dan temuan polisi yang mengindikasikan bahwa kecelkaan tersebut bukan murni accident. Pada artikel kedua The Jakarta Post yang terbit tanggal 11 April 2011, menggunakan frase police claim, The Jakarta Post mencoba untuk tetap berprasangka bahwa kejadian tersebut murni kecelakaan. Namun lagi-lagi tulisan dalam artikel menunjukkan hal yang berbeda. Bahkan lebih dari dua kali lipat paragraph menyatakan bahwa artikel tersebut malah bertolak belakang dengan judul yang diusung The Jakarta Post. 4.2.6. Analisa Cover Multisides. Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) dalam sub indikator keseimbangan yang dilihat melalui cover multi sides, peneliti melihat dari pemberian suara kepada tiga kelompok yakni karyawan PTFI,

PTFI sebagai perusahaan, dan pemerintah yang termasuk di dalamnya adalah polisi, presiden, dan militer. Melalui sub indikator tersebut, ditemukan nilai C.R. sebagai berikut: Media Jumlah paragraph Jumlah item yang Nilai C.R. 1 1 (keseimbangan) yang dikoding disetujui Kompas 15 15 TJP 27 27 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator cover multi-sides

Dengan nilai C.R. kedua media tepat 1 menunjukkan kedua koder setuju dalam penentuan porsi narasumber dalam masing-masing artikel. Selain itu, data hasil koding dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut mengenai cover multisides yang dilakukan kedua media. Kompas dan The Jakarta Post menulis artikel meraka dengan mewawanarai, mengutip dari kantor berita, dan memperoleh pers release dari berbagai pihak. Pihakpihak tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas, memiliki keterwakilan masingmasing dalam tiap artikelnya. Setiap perwakilan ingin menyampaikan agenda penting terkait dengan insiden penembakan tersebut. Misalnya, karyawan PTFI yang ingin agar keselamatan dan keamanan mereka terjamin sehingga mereka, terutama yang bekerja sebagai petugas keamanan tidak dihantui rasa takut ketika harus berpatroli. Sedangkan pemerintah mempunyai kewajiban untuk menenangkan masyarkat. Tidak hanya menjaga stabilitas produksi PTFI namun juga harus bisa menjawab tuntutan masyarakat sekitar PTFI. PTFI sendiri memiliki perwakilan atau juru bicara yang akan menyampaikan kepentingannya untuk menjaga stabilitas produksi pertambangannya. Berikut table frekuensi kemunculan tiap perwakilan narasumber pada artikel-artikel tertentu. Media Kompas The Post Edisi 9 April 2011 10 April 2011 Jakarta 9 April 2011 11 April 2011 Karyawan 2 4 1 5 PTFI 2 0 6 2 Pemerintah 5 2 4 9

Rekap frekuensi kemunculan narasumber dalam artikel menurut paragraph Pada Kompas edisi 9 April, pemberitaan terkait konfirmasi kejadian dan dampak apa yang terjadi pasca insiden. Karyawan belum banyak diekspos karena tuntutan mereka hanya penyediaan rasa aman. Sementara PTFI diberi ruangan kecil untuk konfirmasi dan klarifikasi masalah penembakan ini. Selanjutanya, sesuai dengan judul artikel, Kompas memberikan ruangan yang luas kepada karyawan PTFI untuk menyuarakan kegelisahan mereka. Berkaitan dengan moto Kompas sebagai suara nurani rakyat, kompas mengangkat ketakutan dan rasa tidak aman yang tercipta dalam karyawan PTFI dan bagaimana mereka menuntut untuk diberi kesempatan berdialog dengan presiden. Sebaliknya, The Jakarta Post menyediakan ruang yang begitu luas untuk penyampaian simpati, klarifikasi kejadian dan lokasi kejadian kepada PTFI melalui jubir mereka. Komposisi yang begitu tidak adil kepada karyawan PTFI yang hanya diberi sebanyak satu paragraph. Sementara pemerintah dalam hal ini polisi juga hanya diberi kesempatan untuk mengumumkan bukti forensic yang belum pasti. Edisi berikutnya, The Jakarta Post berbalik arah dan memberikan lebih banyak ruang pada kepolisian dan militer untuk memberikan klaim bahwa insiden penembakan tersebut sebenarnya kecelakaan yang berbuntut kebakaran. Karyawan juga diberi porsi yang lebih banyak namun konten yang dibahas adalah solidaritas yang karyawan berikan bagi rekan mereka yang meninggal. Jika ada ketakutan yang ditampilkan dalam artikel tersebut, sangat kecil kemungkinan pembaca bisa melihat permintaan dari para karyawan seperti yang ditampilkan oleh Kompas. 4.2.7. Analisa Even Handed Evaluation Berdasarkan hasil koding antara koder 1 (peneliti) dan koder 2 (Vassilisa Agata) ditemukan nilai C.R. bagi sub indikator even handed evaluation adalah sebagai berikut:

Media (+/-)

Jumlah

paragraph Jumlah item yang Nilai C.R.

yang dikoding disetujui Kompas 11 9 0.82 TJP 18 16 0.89 Rekap nilai reliabilitas untuk sub indikator even handed evaluation Dari hasil perhitunga realiabilitas menggunakan rumus Holsti, hasil koding tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi nilai 0.90. sehingga peneliti tidak bisa melihat kecenderungan berita pada kedua media tersebut.

5. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Objektivitas pemberitaan merupakan sebuah penyajian berita yang benar, dalam arti penyajian tidak berpihak pada salah satu individu, golongan ataupun etnis. Sebuah pemberitaan akan dikatakan objektif apabila pemberitaan tersebut memenuhi standar-standar jurnalistik yang digunakan sebagai indikator objektivitas berita. Pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas dan The Jakarta Post tidaklah sepenuhnya objektif. Ketidakobjektivitasan kedua surat kabar tersebut didasarkan pada relevansi berita yang berkaitan dengan nilai berita yang dibawa, kesesuaian dengan judul serta konsep cover multisides yang seharusnya bisa lebih berimbang. Pada Kompas, relevansi berkaitan dengan nilai berita yang dibawa terpusat pada magnitude dan memaparkan banyak fakta angka. Sedangkan The Jakarta Post minim dalam relevansi nilai berita. Untuk indikator kesesuaian judul berita pemilihan kata The Jakarta Post cenderung memparafrasekan insiden. Mungkin tujuan The Jakarta Post adalah agar menghilangkan pra anggapan yang bisa terjadi setelah membaca judul saja, namun pembaca akan merasa tertipu ketika membaca lebih dalam mengenai berita tersebut. Konsep cover multisides yang belum berimbang pada kedua media juga merupakan salah satu indikator kurangnya objektivitas dalam memberitakan insiden penembakan Freeport April 2011 ini. Kompas, sesuai dengan motonya, mencoba untuk menjadi hati nurani rakyat dan menyampaikan aspirasi rakyat. Sementara The Jakarta Post, yang memiliki segmentasi eksptriat agak menutup diri dari suara rakyat dan menyuarakan perusahaan asing seperti PTFI dalam kompisisi yang lebih banyak dan lebih manis.