Upload
achmad-aidil-tazakka
View
62
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perinatologi
Citation preview
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Tutorial KlinikFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah Dengan
Gangguan Napas
Disusun oleh:Achmad Aidil Tazakka
0910015006
Pembimbing:
dr. Hendra, Sp. A
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Laboratorium Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahun, diperkirakan 15 juta bayi terlahir dalam
keadaan prematur, yakni lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu dan jumlah angka ini semakin meningkat. Hal ini berarti
bahwa lebih dari 1 diantara 10 bayi terlahir dalam keadaan
prematur. Beberapa dari mereka yang berhasil bertahan hidup
dapat mengalami kecacatan dalam hidupnya, mencakup
ketidakmampuan dalam proses belajar, melihat (visual) dan
mendengar.3
Lebih dari 1 juta bayi meninggal setiap tahunnya akibat
komplikasi kelahiran prematur. Kelahiran preterm merupakan
penyebab utama kematian bayi baru lahir (bayi dalam usia
empat minggu pertama kehidupannya) dan berada diperingkat
kedua penyebab kematian setelah pneumonia pada anak
dibawah usia lima tahun.3
Angka bayi yang berhasil hidup tidak sama di seluruh
dunia. Pada daerah dengan tingkat pendapatan yang rendah
misalnya, setengah bayi terlahir pada usia kehamilan 32 minggu
(dua bulan lebih awal) meninggal karena kemungkinan
kurangnya perawatan yang bersifat cost-effective, seperti
kehangatan, pendukung ASI, dan pelayanan dasar terhadap
infeksi dan kesulitan bernapas. Sedangkan pada negara dengan
pendapatan yang tinggi, hampir semua bayi prematur berhasil
bertahan hidup.3
1.2. Tujuan
Tujuan dibuatnya tutorial klinik ini adalah agar dokter
muda mampu untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosis, penatalaksanaan pada bayi
yang terlahir dalam keadaan bayi kurang bulan, bayi berat
lahir sangat rendah. Dan diharapkan juga, dengan membuat
tutorial klinik ini dapat menambah wawasan pengetahuan baik
bagi penulis maupun teman-teman sejawat lainnya.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
1.1. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. A
Tanggal Lahir : 21 Mei 2014, pukul 12.52 WITA
Usia gestasi : 27-28 minggu
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Ibu : Ny. A
Usia : 41 tahun
Alamat : Jln. Talang Sari RT. 03
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. S
Usia : 34 tahun
Alamat : Jln. Talang Sari RT. 03
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
No. HP : 085250702708
1.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Bayi lahir dalam keadaan kurang bulan dan berat badan lahir sangat
rendah.
3
Riwayat Persalinan Sekarang
Pasien lahir pada hari Rabu, 21 Mei 2014 pukul 12.52 Wita di OK IGD
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda pada usia kehamilan 27-28 minggu secara
sectio caesaria (SC) atas indikasi hemoragik ante-partum e.c plasenta previa.
Apgar score pasien adalah 6/8, janin berjumlah tunggal, ketuban hijau, jenis
kelamin perempuan, terdapat anus dan tidak ditemukan cacat. Bayi merupakan
anak ketiga dari kehamilan ketiga.
Bayi kemudian menjalani perawatan di dalam inkubator ruang bayi karena
terlahir dengan masa kehamilan yang kurang dan berat badan lahir rendah.
Riwayat Kehamilan Sekarang
Selama masa kehamilan, ibu rutin melakukan pemeriksaan prenatal di
praktek bidan dan memperoleh vitamin tablet. Konsumsi alkohol (-) dan rokok (-).
Penyakit yang dialami oleh ibu selama masa kehamilan adalah perdarahan yang
terjadi sebanyak 2 kali. Darah yang keluar cukup banyak dan berbentuk seperti
gumpalan-gumpalan. perdarahan yang pertama, ibu tidak dirawat di rumah sakit ,
hanya diberikan obat penguat rahim dan kondisinya membaik. Pada saat
perdarahan pertama ini, ibu didiagnosa mengalami plasenta previa oleh dokter
sp.OG. namun pada saat terjadinya perdarahan yang ke dua (usia kehamilan
sekitar 27-28 minggu), ibu dibawa ke RSUD A.W. Sjahranie Samarinda dan
kemudian akhirnya dilakukan induksi persalinan secara sectio caesaria (SC) atas
indikasi hemoragik ante-partum. Penyakit hipertensi (-), diabetes mellitus (-),
mual (-), muntah (-).
Riwayat Obstetri
1. 1994/spontan/laki-laki/3250 gram
2. 2003/spontan/perempuan/3250 gram
3. Hamil ini
4
Apgar Score
Menit ke-1 Menit ke-5
Detak Jantung 2 2
Pernapasan 1 2
Warna kulit 1 2
Refleks 1 1
Tonus 1 1
Total 6 8
New Ballard Score
Maturitas
Neuromuskular
Nilai Maturitas Fisik Nilai
Sikap tubuh 2 Kulit 2
Jendela siku-siku 1 Lanugo 2
Rekoil lengan 0 Permukaan plantar kaki 2
Sudut popliteal 2 Payudara 1
Tanda selempang 1 Daun telinga 2
Tumit ke telinga 2 Kelamin (perempuan) 2
Jumlah 8 Jumlah 11
Total Ballard score : 19
Usia gestasi : 30 – 32 minggu
Lubchenco Curve
5
Berdasarkan kurva Lubchenco, pasien termasuk kagetori Sesuai Masa
Kehamilan
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum Sedang Panjang lengan 12 cm
Berat badan 1300 gram Panjang kaki 15 cm
Panjang badan 40 cm Jarak kepala
symphysis
24 cm
Lingkar kepala 29 cm Symphysis kaki 16 cm
Lingkar dada 25 cm Lingkar lengan atas 8 cm
Lingkar perut 23 cm Usia gestasi menurut
Ballard score
30 – 32
minggu
Tanda-tanda vital
Denyut jantung 132 kali/menit
Pernapasan 48 kali/menit
Suhu 36.0oC
Kepala Bentuk normal, caput (-), hematom (-), rambut hitam,
ubun-ubun datar
Mata Bentuk normal, simetris D=S, edema palpebral (-)
Telinga Bentuk normal, sekret (-)
6
Hidung Bentuk normal, sekret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut Bibir bentuk normal, kering, sianosis (-), labioskizis (-),
gnatoskizis (-), palatoskizis (-)
Thoraks
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
D=S, retraksi intercostal (-) & subcostal (-), ictus cordis
tidak terlihat
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris D=S
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Perkusi : sonor (+/+)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tali pusat terbungkus kasa steril,
rembesan darah (-), eritema (-), bau (-)
Auskulasi : Bising Usus (+)
Perkusi : Ttimpani
Palpasi : distensi (-), turgor kulit kembali cepat,
organomegali (-)
Genitalia Tidak tampak kelainan, Labia mayor mulai menutupi labia
minor
Ekstremitas Akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), edema (-), anomaly
(-)
1.4. Pemeriksaan Penunjang
1.4.1. Pemeriksaan Laboratorium (24 Mei 2014)
Bilirubin total 15,6
Bilirubin direk 0,4
Bilirubin
indirek
15,2
1.5. Diagnosis
Neonatus kurang bulan dan berat badan lahir sangat rendah.
1.6. Tatalaksana
IVFD Dex 10% 104 cc 4 tpm
Inj. Ampicillin 2 x 50 mg
Inj. Gentamicin 1 x 7 mg
7
Tanggal S O A P
22/05/2014
(pukul 09.00)
GDS :257
mg/dl
BAB (+), BAK
(+)
HR : 132 x/min;
RR : 49 x/min
T : 36,2 C
S1S2 tunggsl
reguler
Neonatus
kurang bulan
dan berat
badan lahir
sangat rendah
(BBLSR)
IVFD D10% 105 cc
Inj. Ampicilin 2 x 50
mg
Inj Gentamisin 1 x 7
mg
Inj aminofilin 2 x 5 mg
iv
23/05/2014
GDS : 108
mg/dl
BAB (+), BAK
(+)
O2 CPAP PEEP 7 Fi
30 Flow 6
RR: 58 x/min;
HR: 140 x/min;
T: 36.1oC;
Rho (-/-), whez
(-/-);
S1S2 tungg.
reguler
BAB (+), BAK (+);
Neonatus
kurang bulan
dan BBLSR
IVFD 4A 105 cc
Aminofusin 25 cc
Inj. Antibiotik dan lain
lanjut
24/05/2014
BAB (+) BAK (+)
Retraksi (+)
Ikterik (+)
Sianosis (-)
RR: 48 x/min;
HR: 132 x/min;
T: 36.3oC;
Rho (-/-) Whez
(-/-)
Retraksi (+);
S1S2 tunggal reguler
Neonatus
kurang bulan
dan BBLSR
Puasa
IVFD KaeN 4A 105 cc
Aminofusin 25 cc
Inj. Ampicilin 2 x 50
mg
Inj. Gentamisin 1 x 7
mg
Inj Aminofilin 2 x 5 mg
Cek Bilirubin T/D/I
26/05/2014BAB (+), BAK
(+)
HR: 142 x/min;
RR: 52 x/min;
T: 36.4oC;
Rho (-/-), whez
(-/-);
S1S2 tungg.
reguler
Neonatus
kurang bulan
dan BBLSR
Evelip 7 cc
ASI 8 X 1 cc
Inj. Ampicilin 2 x 50
mg
Inj. Gentamisin 1 x 7
mg
28/05/2014 Sesak (+)
HR : 142 x/min
RR : 48 x/min
T : 35,2 C
Rho (-/-) Whez (-/-)
S1S1 tunggal reguler
Neonatus
kurang bulan
dan BBLSR
Pasang CPAP PEEP 7 ;
Fi 30 ; Flow 6
ASI 8 x 1 cc
KaeN 4A 100 cc
Aminofusin 25 cc
Evelip 7cc
Stop Fototerapi
Inj. Ampicilin 2 x 50
mg
Inj. Gentamisin 1 x 7
mg
30/05/2014 02 Blender
terpasang
HR : 112 X/min
RR : 39 x/min
T : 36,4 C
Neonatus
kurang bulan
dan BBLSR
ASI 8 x 1 cc
Inj. Ampicilin 2 x 50
mg
10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
1.9. Bayi Kurang Bulan (Prematur)
1.9.1. Definisi
Prematur diartikan sebagai bayi yang lahir dalam keadaan
hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu. Berdasarkan usia
kehamilan, terdapat sub-kategori bayi prematur, yakni extremely
preterm, very preterm, dan moderate to late preterm (tabel
3.1).3
Tabel 3.1. Subkategori kelahiran bayi prematur
Sub-categories of preterm birth Age of gestational
extremely preterm < 28 weeks
very preterm 28 to < 32 weeks
moderate to late preterm 32 to < 37 weeks
Induksi atau kelahiran secara sectio caesaria (SC) tidak
harus direncanakan sebelum usia kehamilan 39 minggu kecuali
jika terdapat indikasi secara medis.3
1.9.2. Epidemiologi
Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan,
tetapi kelahiran prematur benar-benar menjadi masalah yang global. Di negara-
negara dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah, rata-rata, 12% bayi terlahir
prematur dibandingkan dengan sebesar 9% di negara-negara dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi.3
12
Tabel 3.2. 10 Negara dengan jumlah terbesar kelahiran
bayi prematur
No Negara Jumlah (jiwa)
1 India 3.519.100
2 China 1.172.300
3 Nigeria 773.600
4 Pakistan 748.100
5 Indonesia 675.700
6 Amerika 517.400
7 Bangladesh 424.100
8 Filipina 348.900
9 Republik Kongo 341.400
10 Brazil 279.300
1.9.3. Etiologi
Kelahiran prematur dapat terjadi akibat berbagai alasan.
Sebagian besar kelahiran bayi prematur terjadi secara spontan,
tetapi beberapa diantaranya karena induksi kehamilan yang
lebih awal atau kelahiran dengan SC, apakah untuk indikasi
medis atau non-medis.3
Penyebab yang sering terjadi pada kelahiran prematur
mencakup kehamilan mulipel, infeksi dan kondisi kronis, seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi; namun, seringkali
penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Terdapat juga pengaruh
genetik. Pemahaman yang baik terhadap penyebab dan
mekanisme dapat mengembangkan solusi untuk mencegah
kelahiran prematur.3
1.9.4. Pencegahan
Pencegahan kelahiran prematur tetap menjadi suatu tantangan karena
penyebab kelahiran prematur berjumlah banyak, kompleks, dan belum dipahami
13
secara sempurna. Walaubagaimanapun, wanita hamil dapat menjalani langkah
penting untuk membantu mengurangi risiko kelahiran prematur dan memperbaiki
kesehatan umum mereka. Langkah-langkah tersebut adalah berhenti merokok,
menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang, lakukan perawatan prenatal
dengan rutin, dan kunjungi pelayanan kesehatan ketika menemui tanda dan gejala
peringatan (warning signs or symptoms) dari kelahiran prematur.4
1.1. Bayi Berat Lahir Rendah
1.1.1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Bayi
disebut bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) jika berat lahir
kurang dari 1500 gram dan bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER) jika berat lahir kurang dari 1000 gram8. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth retardation/IUGR).7
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah diseluruh
dunia, karena menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian pada masa neonatal. Prevalensi BBLR masih cukup
tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.
Secara statistic diseluruh dunia, 15.5% dari seluruh kelahiran
adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir >2500 gram. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yang berkisar antara 9-30%.7
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu adalah umur (<20 tahun atau >40 tahun), paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.7
14
1.1.2. Masalah yang sering timbul pada BBLR
1. Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur.
2. Masalah pada jantung
3. Perdarahan otak
4. Fungsi hati yang belum sempurna
5. Anemia atau polisitemia
6. Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh
normal (hipotermia)
7. Masalah pencernaan toleransi imun
1.1.3. Tatalaksana
1. Pemberian vitamin K
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
3. Pemberian minum
a. ASI merupakan pilihan utama
b. Pemberian minum minimal 8 kali/hari dan apabila bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum)
c. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi
yang tidak stabil, status usus belum berfungsi/terdapat anomaly
mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir < 1000
gram.
4. Suportif
a. Jaga dan pantau kehangatan
b. Jaga dan pantau patensi jalan napas
1.1.4. Komplikasi
Tabel. 3.1. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR.7
1 Hipotermi 10 Necrotizing enterocolitis (NEC)
2 Hipoglikemia 11 Apnea of prematurity (AOP)
terutama terjadi pada bayi <
1000 gram
3 Hiperbilirubinemia 12 Patent ductus arteriosus (PDA)
15
pada bayi < 1000 gram
4 Respiratory distress syndrome
(RDS)
13 Disabilitas mental dan fisik
Mencakup keterlambatan
perkembangan, cerebral palsy
(CP), gangguan pendengaran,
gangguan penglihatan seperti
ROP (retinopathy of prematurity)
5 Intracerebral and
intraventricular haemorrage
(IVH)
6 Periventricular leukomalacia
(PVL)
7 Infeksi bakteri
8 Kesulitan minum
9 Penyakit paru kronis
16
GANGGUAN JALAN NAPAS
DEFINISI
Gangguan napas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan
yang ditandai dengan :
Takipnea : frekuensi napas > 60-80 x/menit
Retraksi : cekungan atau tarikan kulit anatar iga (interkostal) dan atau
dibawah sternum (substernal) selama inspirasi.
Napas cuping hidung : kembang kempis lubang hidung selama inspirasi
Merintih atau grunting : terdengar merintih atau menangis saat inspirasi
Sianosis : sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan
biru lebam) atau warna membran mukosa. Sianosis sentral tidak pernah
normal, selalu membutuhkan perhatian dan tindakan segera. Mungkin
mencerminkan abnormalitas jantung, hematologik atau pernapasan yang
harus dilakukan tindakan segera.
Apnue atau henti napas ( harus selalu dinilai dan dilakukan tindakan
segera)
Dalam jam-jam pertama sesudah lahir, empat gejala distress respirasi
(takipneu, retraksi, napas cuping, dan grunting) kadang juga dijumpai pada
BBL normal tetapi tidak berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena
perubahan fisiologik akibat reabsorbsi cairan dalam paru bay dan masa
trasnsisi dari sirkulasi fetal ke sirukulasi neonatal.
Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa
jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau
distress napas atau distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera.
MASALAH
1. Bayi dengan gangguan napas mempunyai risiko atau komplikasi terjadinya
:
Hipoksia, bila berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan pada
organ vital seperti otak, paru, jantung, dan ginjal.
Asidosis metabolik (hipoglikemia, hipotermia)
17
Problem hematologik misalnya : anemia, polisitemia.
2. Keadaan yang sering memberi gambaran klinis yang mirip atau sama :
Pneumonia
TTN (Transient Tachypnea of the Newborn, biasanya terjadi pada BCB
atau mendekati cukup bulan
Sindroma aspirasi mekonium yang dapat terjadi akibat aspirasi air ketuban
atau mekonium
Kebocoran udara pada paru
Kelainan paru kongenital
Kelainan jantung kongenital
Gejala sisa atau sekuel sindroma gangguan napas
PATOFISIOLOGI
Perkembangan Paru Normal
Paru berasal dari pengembangan “embryonic foregut” dimulai dengan
pekembangan bronkhi utama pada usia 3 minggu kehamilan. Pertumbuhan paru
kearah kaudal ke mesenkim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan
dan komponen fibroblas berasal dari jaringan ini. Secara endodermal epitelium
mulai membentuk alveoli dan saluran pernapasan. Di luar periode embrionik ini,
ada 4 stadium perkembangan paru yang telah dikenal. Pada seluruh stadium ini,
perkembangan saluran pernapasan, pembuluh darah dan proses diferensiasi
berlangsung secara bersamaan. 4 stadium tersebut adalah :
1. Pseudoglandular (5-17 minggu)
Terjadi perkembangan percabangan bronkhuis dan tubulus asiner
2. Kanalikuler ( 16-26 minggu)
Terjadi proliferasi kapiler dan penipisan mesenkhim
Diferensiasi pneumosit alveolar tipe II sekitar 20 minggu
3. Sakuler( 24 – 38 minggu)
Terjadi perkembangan dan ekspansi rongga udara
Awal pembentukan septum alveolar
4. Alveolar ( 36 minggu – lebih 2 tahun setelah lahir)
18
Penipisan septum alveolar dan pembentukan kapiler baru
Surfaktan Paru
Surfaktan dibentuk pada pneumosit alveolar tipe II dan disekresi kedalam
rongga udara kecil sekitar usia kehamilan 22 minggu. Komponen utama surfaktan
ini adalah fosfolipid, sebagian besar terdiri dari dipalmitylphosphatidylcholine
(DPPC). Surfaktan disekresi oleh eksositosis dari lamellar bodies pneumosit
alveolar tipe II dan mielin tubuler. Pembentukan mielin tubuler tergantung pada
ion kalsium dan protein surfaktan SP-A dan SP-B. Surfaktan lapisan tunggal
berasal dari mielin tubuler dan sebagian besar terdiri dari DPPC. Fungsinya
adalah untuk mengurangi tegangan permukaan dan menstabilkan saluran napas
kecil selama ekspirasiyang memungkinkan stabilisasi dan pemeliharaan sisa
volume paru. Terjadi proses “re-uptake dan recycling” secara aktif dari fosfolipid
surfaktan (baik endogen maupun dari pemberian surfaktan) oleh pneumosit tipe II.
Ada 3 jenis protein utama yang dibentuk, yaitu SP-S, SP-B, SP-C.
Klasifikasi Gangguan Napas
Gangguan napas dapat diklasifikasikan berdasarkan pada mekanisme
patofisiologi yang mengakibatkan hipoksemia dan/atau hiperkarbia. Gangguan
napas akut dapat terjadi akibat salah satu dari keadaan abnormal berikut ini :
1. Rasio ventilasi alveolar dan perfusi pulmoner menjadi terbalik
2. Pirau intrapulmonal
3. Hipoventilasi
4. Difusi gas abnormal pada pertemuan alveolar dan kapiler
5. Berkurangnya konsentrasi O2 yang dihirup (FiO2)
6. Meningkatnya desaturasi vena dengan gangguan fungsi jantung ditambah
satu atau lebih faktor tersebut diatas.
Klasifikasi gangguan napas dapat menggunakan skor Downes.
PemeriksaanSkor
0 1 2
Frekuensi Napas < 60/menit 60-80/menit >80/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi Berat
19
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang
dengan pemberian
O2
Sianosis menetap
walaupun diberi
O2
Air Entry Udara masuk Penurunan udara
masuk
Tidak ada udara
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar
dengan stetoskop
Dapat didengar
walaupun tanpa
alat bantu
Total
1-3
4-5
≥6
Diagnosis
Sesak napas
ringan
Sesak napas
sedang
Sesak napas berat
PENYEBAB GANGGUAN NAPAS PADA BBL
1. Obstruksi jalan napas :
Nasal atau nasofaringeal : obstruksi koana, edema nasalis, ensefalokel.
BBL bernapas dengan hidung dan dapat menunjukkan gejala distress
respirasi apabila ada sesuatu yang menyumbat lubang hidung (mukus
atau masker yang menutupi saat dilakukan terapi sinar)
Rongga mulut : makroglossi atau mikrognati
Leher : struma kongenital dan higroma kistik
Laring : laryngeal web, stenosis subglotik, hemangioma, paralisis
medulla spinalis dan laringomalasia
2. Trakhea : trakheomalasia, fistula trakheoesofagus, stenosis trakhea dan
stenosis bronkhial.
3. Penyebab pulmonal :
Aspirasi mekonium, darah atau susu formula
Respiratory Distress Syndrome: RDS = Penyakit membrana hialin
Atelektasis
20
Kebocoran udara: Pneumotoraks, pnemuomediastinum, emfisema
pulmonalis interstitalis
TTN
Pneumonia
Kelainan kongenital : hernia diafragmatika, kista atau tumor
intratorakal, agenesis atau hipoplasia paru, emfisema lobaris
kongenital
Efusi
4. Penyebab non-pulmonal :
Gagal jantung kongestif
Penyebab metabolik : asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
Hipertensi pulmonal menetap
Depresi neonatal
Syok
Polisitemia
Hipotermia
Bayi dari ibu dengan DM
Perdarahan susunan saraf pusat.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. BKB : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan
surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal :
Kehilangan darah dalam periode perinatal
Aspirasi mekonium
Pneumotoraks akibat tindakan resusitasi
Hipertensi pulmonal dengan pirau kanan ke kiri yang membawa darah
keluar dari paru
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distress akibat kelambatan pematangan paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : Bayi yang lahir dengan operasi sesar,
berapa pun usia gestasinya dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi
cairan paru (TTN)
21
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini, atau
air ketuban yang berbau busuk dapat terjadi pneumonia bakterialis atau
sepis.
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium, mungkin mengalami
aspirasi mekonium.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis
Penting untuk mengetahu riwayat maternal, prenatal dan intrapartum, antara
lain :
Pneumonia, sindroma gangguan napas, sindroma aspirasi mekonium,
infeksi
Gangguan SSP
Kelainan kongenital
Diabetes pada ibu, perdarahan antepartum pada persalinan kurang bulan,
partus lama, ketuban pecah dini, oligohidramnion, penggunaan obat yang
berlebihan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan napas,
berupa :
Merintih atau grunting tetapi waran kulit masih kemerahan, merupakan
gejala yang menonjol
Sianosis
Retraksi
Tanda obstruksi saluran napas
Air ketuban bercampur mekonium atau warna hijau-kekuningan pada tali
pusat
Abdomen mengempis (schapoid abdomen)
MANAJEMEN DAN EVALUASI BAYI DENGAN GANGGUAN NAPAS
Ventilasi
22
Lakukan ventilasi dengan menggunakan balon resusitasi dan sungkup atau
melalui pipa endotrakeal bila pernapasan bayi tidak adekuat
Beri oksigen bila ada indikasi seperti sianosis sentral atau hipoksemia
Lanjutkan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang diperlukan
Pemantauan diperlukan dengan mengambil analisis gas darah serial dan
pulse oxymeter untuk memantau saturasi O2 dan TcO2
Pemberian terapi O2
Terapi inisial untuk hipoksemia berguna untuk memberi suplementasi O2
Oksigen aliran tinggi (> 15 L/menit) termasuk alat jenis Venturi yang
diletakkan dengan menggunakan alat pemisah pada aliran O2. Oksigen ini
dicampur dengan udara ruangan dan jumlah O2 yang diperlukan
disesuaikan dengan berbagai jenis ukuran alat pemisah. Contoh lain
pemberian dengan menggunakan head box atau oksigen tenda.
Oksigen aliran rendah (< 6L/menit) melalui nasal kateter dan sungkup.
Oksigen dan tekanan positif kontinyu (CPAP)
Manajemen Ventilator Mekanik
Pemberian CPAP akan meningkatkan oksigenasi dan survival. CPAP mulai
dipasang pada tekanan sekitar 5-7 cm H2O melalui prong nasal, pipa
nasofaringeal atau pipa endotrakeal. Pada beberapa bayi dengan derajat sakit
sedang, CPAP mungkin dapat mencegah kebutuhan untuk pemakaian Ventilator
mekanik.
Untuk bayi dengan asidosis respiratorik, hipoksemia, atau apnue mungkin
diperlukan IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation) sebagai
tambahan mungkin diperlukan PEEP yang akan menstabilkan alveoli dan
meningkatkan volume dan oksigenasi.
Jalur arteri umbilikalis digunakan untuk memantau kadar gas darah dan
tekanan darah pada bayi yang sakit berat.
Jenis setting awal IMV (Intermitten Mandatory Ventilation)
FiO2 40-60
Peak Inspiratory Pressure (PIP) 18-25 cmH20
Positive End Expiratory Pressure (PEEP) 5 cmH20
23
Rate 40-60 x/menit
Inspiratory time 0,4 sec.
Flow rate 7 L/menit
Hasil Analisa Gas darah
PaCO2 40-60 mmHg
pH > 7,25
PaO2 59-70 mmHg
HCO3 20-22 mEq/L
Hasil pemantauan dengan oksimeter :
Saturasi 88-94 %
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari latar belakang etiologi gangguan napas.
Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan dengan keadaan
hipoksemia yang lama.
24
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Bayi Kurang Bulan (BKB), Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah (BBLSR), dengan gangguan jalan napas
1.1.1Anamnesa
Teori Fakta
Bayi kurang bulan (prematur)
diartikan sebagai bayi yang lahir
dalam keadaan hidup sebelum usia
kehamilan 37 minggu.
Kelahiran prematur dapat terjadi
akibat berbagai alasan. Sebagian
besar kelahiran bayi prematur terjadi
secara spontan, tetapi beberapa
diantaranya karena induksi kehamilan
yang lebih awal atau kelahiran
dengan SC, apakah untuk indikasi
medis atau non-medis.3
Pasien adalah seorang bayi yang
dilahirkan pada usia kehamilan 27-28
minggu secara section caesaria atas
indikasi hemorrhagic ante partum
(HAP).
Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram tanpa
memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (37
minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth
retardation/IUGR).
Pasien dilahirkan dengan berat badan
13 00 gram dan panjang badan 40
cm.
Fakta dan teori sesuai
1.1.2Faktor Risiko
Teori Fakta
Penyebab terbanyak terjadinya
BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu adalah umur (<20 tahun
Ibu mengalami perdarahan yang
terjadi sebanyak 2 kali selama
kehamilan. Darah yang keluar cukup
25
atau >40 tahun), paritas, dan lain-
lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskular, kehamilan ganda, dan lain-
lain, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya
BBLR.6
Selain itu, perdarahan
antepartum pada kehamilan BKB,
bayi yang dilahirkan secara SC
merupakan faktor predisposisi
terjadinya RDS
banyak dan berbentuk seperti
gumpalan-gumpalan. Pada saat
perdarahan pertama, ibu didiagnosa mengalami
plasenta previa oleh dokter sp.OG. namun pada
saat terjadinya perdarahan yang ke dua (usia
kehamilan sekitar 27-28 minggu), ibu dibawa
ke RSUD A.W. Sjahranie Samarinda dan
kemudian akhirnya dilakukan induksi
persalinan secara sectio caesaria (SC) atas
indikasi hemoragik ante-partum
Fakta dan teori sesuai
1.1.3Penatalaksanaan
Teori Fakta
1. Pemberian vitamin K
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
3. Pemberian minum
a. ASI merupakan pilihan utama
b. Pemberian minum minimal 8 kali/hari
dan apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi (ad libitum)
c. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status
kardiovaskular dan respirasi yang tidak
stabil, status usus belum
berfungsi/terdapat anomaly mayor
saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan
berat lahir < 1000 gram.
4. Suportif
a. Jaga dan pantau kehangatan
b. Jaga dan pantau patensi jalan napas
IVFD Dex 10% 104 cc 4 tpm
Inj. Ampicillin 2 x 50 mg
Inj. Gentamicin 1 x 7 mg
Neopuff 7
Loading Nacl 10 cc
Fakta dan teori sesuai
26
BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil tutorial klinik ini, dapat disimpulkan bahwa
pasien merupakan bayi Ny. A dilahirkan pada usia kehamilan 27-
28 minggu secara sectio caesaria (SC) atas indikasi hemoragik
ante-partum. Ibu memiliki riwayat perdarahan yang terjadi
sebanyak 2 kali selama kehamilan.
Berat badan bayi sebesar 1300 gram dan panjang badan sebesar 40 cm.
Pasien didiagnosis dengan Bayi kurang bulan (BKB), bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR) dengan gangguan jalan napas. dan telah mendapatkan terapi
yang sesuai.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan
atas penyusunan laporan kasus ini, sehingga diharapkan sekali
kepada rekan-rekan sejawat sekalian atas kritik dan saran yang
membangun demi bertambahnya khasanah ilmu pengetahuan
kita bersama.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.uichildrens.org/hypoglycemia-hyperglycemia-normoglycemia-
in-neonates/. (Di unduh pada 5 Mei 2014).
2. http://www.webmd.com/children/low-blood-sugar-hypoglycemia-in-
premature-infants. (Di unduh pada 5 Mei 2014).
3. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ . (Di unduh pada 5
Mei 2014).
4. http://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/
pretermbirth.htm. (Di unduh pada 6 Mei 2014).
5. http://www.babycentre.co.uk/a539018/hypoglycemia-in-newborns .
(Di unduh pada 11 Mei 2014)
6. Paul, V. (2005). Hypothermia in Newborn. NNF Teaching Aids: Newborn
Care.
7. Kosim, M., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G., & Usman, A. (2010).
Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
8. Simhan, Hyagrin. (2012). Preterm Labor and Birth. San Francisco:
Elsevier
28