22
TUTORIAL KLINIK PAROTITIS Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Disusun oleh : Azizah Nur 01.209.5969 Nitto Agustino 01.209.5963 Nuri Fajariana 01.209.5971 Retno Asih Y.S. 01.209.5999 Luthfi Baihaqi 01.210.6212 Veransa Arizona 01.210.6293 Pembimbing : Drg. Nu

TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gilut

Citation preview

Page 1: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

TUTORIAL KLINIK

PAROTITIS

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Disusun oleh :

Azizah Nur 01.209.5969

Nitto Agustino 01.209.5963

Nuri Fajariana 01.209.5971

Retno Asih Y.S. 01.209.5999

Luthfi Baihaqi 01.210.6212

Veransa Arizona 01.210.6293

Pembimbing :

Drg. Nu

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2015

Page 2: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut
Page 3: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40% kasusnya

merupakan kasus infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus. Infeksi terjadi

pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Penyebaran virus

terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin.

Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan

epidemic secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular

jika disbanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika

cenderung tidak jelas secara klinis.

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun

jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa : Meningoencephalitis, arthritis,

miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.

Insidensi parotitis epidemika dengan ketulian adalah 1:15.000. meningitis yang

terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi parotitis Meningoencephalitis sekitar

250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20

tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%.

Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus,

dacryoadenitis,uveokeratitis, scleritis dan thrombosis vena central retina. Gangguan

pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral.

Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai

komplikasi serius yang akan menambah risiko terjadinya kematian.

B. Tujuan

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai parotitis epidemika, mulai dari etiologi,

epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnose banding, komplikasi,

penatalaksanaan dan prognosisnya.

Page 4: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KELENJAR SALIVA

Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva

mayor serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari

kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di

depan telinga antara ramus mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian

yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus

dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi

kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok kea rah medial,

menembus otot buccinators, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2

permanen rahang atas.

Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua yang

terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Salurannya bermuara melalui

lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis

adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar

mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis

sebelah kanan dan kiri bersatu untuk membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum

lingualis.

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis,

palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari

bibir, lidah, pipi, serta palatum.

Page 5: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

B. DEFINISI

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis atau Bengkak Babi) adalah suatu

penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang

menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga

menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit

gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemic.

Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85%

kasus).

Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%

penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subklinikal). Mereka dapat menjadi

sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang Nampak sakit. Masa tunas

(masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

Page 6: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

C. ETIOLOGI

Disebabkan oleh virus “mumps” yaitu paramyxovirus. Virus itu sudah berada

dalam air ludah 1-6 hari sebelum pipi anak membengkak. Biasanya bila salah satu

anak terkena gondongan maka anak-anak lain di daerah itu terkena juga karena virus

itu sangat menular.

D. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemic dan epidemic. Penyebaran

virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah dan mungkin

dengan urine. Virus dapat di isolasi dari faring 2 hari sebelum sampai 6 hari setelah

terjadi pembesaran parotis. Virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus dapat

ditemukan dalam urine dari hari pertama sampai hari ke-14 setelah terjadi

pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas

seumur hidup. Bayi sampai umur 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini karena

masih dilindungi oleh antibody yang didapatkan dari ibunya secara transplasental.

E. KLASIFIKASI

a. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia

antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya

anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

b. Parotitis Akut

 Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan

pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah

yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut,

khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan

dehidrasi.

Page 7: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

F. PATOFISIOLOGI

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab

parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

1. Percikan ludah

2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

3. Muntahan

4. urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya

kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada

kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara

bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan

virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus

respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan

selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan

menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi

demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian

dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral

kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia

selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan

liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

G. MANIFESTASI KLINIS

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami

keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit

(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang

mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa

Page 8: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 

hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya

masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu

badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,

nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku

rahang (sulit membuka mulut).

2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang

diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar

mengalami pembengkakan.

3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur

mengempis.

4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)

dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi

pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

H. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang

menunjukkan adanya pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga

dan hidung).

I. KOMPLIKASI

Komplikasinya meliputi septikemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,

obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi

nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,

pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa

penyulit,  tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Page 9: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang

organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi

setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau

pengobatan yang  kurang dini menurut Nelson (2000) :

1. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang

kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi

(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-

anak.

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya

rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,

kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang

terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen

Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala

demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala

sistemik, dan sakit pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa

epidedimitis.  Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis

biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat

berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak

dan kulit sekitarnya bengkak dan merah.  Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-

40% testis yang terkena menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar

13%.  Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

Page 10: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

4. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku

kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan

kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami

ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen,

seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada

penderita wanita pasca pubertas

6. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang

dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan

sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik

disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan

tanda adanya pankreatitis akibat mumps. 

7. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan

viruria terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum

diketahui.  Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis

ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna  tanpa meninggalkan

kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

Page 11: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat

terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan

selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan

dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi

dari miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.

Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

10. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan

pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang

sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya

parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.

Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,

biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan

gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan

dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan

fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam

20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

Page 12: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

J. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain. Seperti pada infeksi

virus termasuk infeksi virus imuno defisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza

1 dan 3, sitomegalovirus atau keadaan koksavirus yang jarang dan infeksi

koriomeningitis limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji

laboratorium spesifik, parotitis suparatif, parotitis berulang, kalkulus salivarius,

limfadenitis, preaurikuler/servikal anterior, limfosarkoma, tumor parotis lain yang

jarang, dan orkitis.

K. TATALAKSANA

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang

sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik

bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya

simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog

seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin

diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons

suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena

mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1.  Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum

cukup baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

Page 13: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

d. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

- Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

- Parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

- Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko

menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun

mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas

dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau

“acetylsalicylic acid“.

  2.  Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala

saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a.  Diet lunak, cair dan TKTP

b.  Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

   3.  Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a.  Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk

mengurangi sakit kepala.

b.  Orkhitis

-   istrahat yang cukup

Page 14: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

-   pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,

selama 2-4 hari

c.  Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

L. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif

dan imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.

2. Aktif 

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika

yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau

diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini tidak

menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak

menular.  Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin

campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian

vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan

bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi

dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-

kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,

dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.

Page 15: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam akut;

selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-obat

imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam

situasi ini

Page 16: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

BAB III

KESIMPULAN

Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis.

Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu

penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (paramyxovirus) yang menyerang

kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan

pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan

berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar

ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran.

Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak usia dibawah usia 15 tahun (sekitar

85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan

dari operasi abdomen, tetapi sekarang kasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-

kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

Page 17: TUTORIAL KLINIK Parotitis Gilut

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran: EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapicus Penerbit FK UI

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI