Tuntunan Buddha Maitreya

Embed Size (px)

Citation preview

Tuntunan Buddha Maitreya

TUNTUNAN BUDDHA MAITREYAWANG CHE KUANG Hanya dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, barulah kita dapat merealisasikan makna dan nilai luhur iman yang benar. Dengan iman yang benar, barulah ada kebahagiaan, berkah, terang, harapan, dan rasa percaya diri.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kata PengantarOh... Maitreya Hyang Maha Terang, tuntunlah kami menuju terang Oh... Maitreya Hyang Maha Arif, bukalah pintu kearifan kami Oh... Maitreya Hyang Maha Kasih, bimbing kami menjadi pengasih Sukacita oh... Maitreya, bersama-Mu kami sukacita Engkau pembawa sukacita, bersama-Mu kami bahagia Oh... Maitreya sumber berkah, berkah-Mu berlimpah bagi kami Oh... Maitreya yang penuh tawa, kami ingin tertawa bersama-Mu Oh... Maitreya Mahasempurna, tuntunlah kami menuju sempurna Oh... Maitreya yang Mahaindah, bimbing kami berjiwa besar Sjati, bajik, indah, oh... Maitreya, kami ingin seperti-Mu sjati, bajik, indah Oh... Maitreya yang penuh kasih, bawalah kami menuju sukawati indah Oh... Maitreya yang kekal abadi, bersama-Mu abadi spanjang masa Saat dengan ketulusan sejati melantunkan tembang suci Buddha Maitreya Penuntun Hidupku versi doa, sambil berdoa memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Beliau akan menuntun kita menuju terang. Saya selalu merasakan getaran hati yang demikian sehingga air mata pun mengalir tak tertahankan. Sungguh, kita sebagai manusia amatlah kecil dan lemah. Kekuatan seorang manusia sangatlah terbatas! Setelah memahami syair-syair di dalamnya, barulah kita menyadari bahwa tembang suci ini begitu penting dalam pembinaan kita! Di dalam melantunkannya, yang diutamakan bukanlah hanya keindahan musik dan kemerduan suara. Yang terpenting adalah memahami seluruh makna yang terkandung di dalam setiap syair dengan baik. Melalui irama dan nyanyian, kita gugah hati ini. Selanjutnya selangkah demi selangkah kita berjuang mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya. Demikianlah, dengan melantunkan tembang suci Ketuhanan, selain dapat membentuk kepribadian, kita juga mendapatkan siraman kebenaran. Melantunkan tembang suci Buddha Maitreya Penuntun Hidupku - versi doa, sebenarnya adalah untuk diperdengarkan bagi diri sendiri, agar nurani kita benar-benar tergugah, terbangkit, dan sadar. Hingga kita pun menginsafi bahwa hanya dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, barulah kita bisa mengaktualisasikan iman yang benar. Karena dengan iman yang benar, barulah ada kebahagiaan, sukacita, berkah, terang, harapan, dan kepercayaan diri yang sejati. Marilah kita berjuang bersama! Providence Maitreya Buddha Missionary Institute, E-Mei Wang Che Kuang, Penulis

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Daftar IsiKata Pengantar............................................................................................................. Daftar Isi ....................................................................................................................... Pendahuluan ................................................................................................................ Bab I Buddha Maitreya yang Maha Terang, Tuntunlah kami menuju terang .................................................................... Bab II Buddha Maitreya yang Maha Bijaksana, Tuntunlah kami menuju kebijaksanaan ........................................................ Bab III Buddha Maitreya yang Maha Kasih, Tuntunlah kami menjadi Pengasih ............................................................... Bab IV Buddha Maitreya yang Penuh Sukacita, Tuntunlah kami menuju Sukacita ................................................................. Bab V Buddha Maitreya yang Maha Bahagia, Tuntunlah kami menjadi Kebahagiaan ......................................................... Bab VI Buddha Maitreya yang Penuh Berkah, Tuntunlah kami hidup Penuh Berkah ........................................................... Bab VII Buddha Maitreya yang Berwajah Kasih, Tuntunlah kami Berwajah Kasih .................................................................. Bab VIII Buddha Maitreya yang Maha Harmonis, Tuntunlah kami menuju Keharmonisan ........................................................ Bab IX Buddha Maitreya yang Maha Sempurna, Tuntunlah kami menuju hidup yang Sempurna ............................................ Bab X Buddha Maitreya yang Maha Sejati, Maha Bajik, Maha Indah Tuntunlah kami menuju hidup yang Sejati, Bajik, dan Indah ........................ Bab XI Buddha Maitreya yang Maha Kasih, Tuntunlah kami menuju Taman Sukacita Semesta ...................................... Bab XII Buddha Maitreya yang Maha Abadi, Tuntunlah kami menuju Hidup Abadi ........................................................... Bab XIII Ikrar Agung Buddha Maitreya Adalah Harapan Seluruh Umat Manusia ..................................................... Bab XIV Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Terang, Sang Maha Bijaksana, Sang Pembawa Kebahagiaan Universal, Sang Pembawa Sukacita, Sang Pembawa Berkah, Sang Senyum Kasih, Sang Maha Harmonis, Sang Maha Sempurna, Sang Maha Sejati, Sang Maha Bajik, Sang Maha Indah. Buddha Maitreya telah mewujudkan seluruh kewajiban Nurani-Nya dengan sempurna ..................................................................... Bab XV Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Kasih ................................................ Bab XVI Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Abadi ................................................ i ii iii 1 7 14 19 23 28 31 36 40 42 44 46 48

59 65 70

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

PendahuluanHanya dengan Menerima Tuntunan Buddha Maitreya, Barulah Kita Dapat Merealisasikan Makna dan Nilai Luhur Iman yang Benar. Iman yang benar adalah keyakinan yang benar, pandangan hidup yang benar, pengertian keberlangsungan hidup yang benar, pola hidup yang benar, konsep terhadap nilai dan keindahan yang benar. Tahun baru, suasana baru. Tahun ini kita akan membahas topik baru, yaitu Signifikasi Iman yang Benar. Dengan adanya iman yang benar, barulah kita bisa memancarkan pesona kodrati manusia. Apa itu iman yang benar? Iman berarti keyakinan. Iman juga berarti pola pikir, konsep, orientasi, tujuan, dan sasaran. Wujud dari iman yang benar adalah mendatangkan kesejahteraan bagi orang lain: keluarga, masyarakat, negara, dan dunia. Tidak mendatangkan kesejahteraan bagi orang lain berarti tidak memiliki iman yang benar. Dengan memiliki iman yang benar, barulah kita dapat merasakan kebahagiaan sejati. Tanpa iman yang benar, selamanya kita hidup dalam penderitaan. Dengan iman yang benar, hidup kita penuh dengan sukacita. Tanpa iman yang benar, hidup kita selalu dirundung duka. Memiliki iman yang benar, barulah ada kecemerlangan hidup. Tanpa iman yang benar, kita hidup dalam kegelapan. Dengan iman yang benar, hidup jadi penuh harapan. Tanpa iman yang benar, hidup tak berpengharapan. Orang yang memiliki iman yang benar, hidupnya penuh kepercayaan diri, orang yang hidup tanpa iman yang benar hidup tanpa rasa percaya diri. Demikianlah, iman yang benar sangat penting dalam hidup kita. Namun bagaimanakah agar kita mampu mengaktualisasikan makna dan nilai luhur iman yang benar di masa ini, di mana setiap orang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, di mana orang hanya mengutamakan perolehan keberuntungan daripada norma kebajikan? Langkah awalnya adalah dengan mengimani Buddha Maitreya, menyakini Buddha Maitreya, dan menerima Tuntunan Buddha Maitreya. Dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, maka makna dan nilai luhur iman yang benar akan mampu kita realisasikan. Saudara yang budiman, kekuatan manusia sangatlah terbatas. Manusia sesungguhnya sangatlah kecil dan lemah. Sebagai contoh, sekalipun seseorang berpengetahuan luas dan berkemampuan tinggi, tetapi untuk menghilangkan tabiat yang tidak baik, meskipun telah berusaha sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun, bahkan hingga seumur hidup pun, belum tentu ia mampu. Contoh lainnya, menghilangkan kecanduan narkoba, kebiasaan merokok atau mabuk-mabukkan juga merupakan hal yang sulit. Jika manusia memang begitu hebat, hal-hal tersebut seharusnya mudah diatasi bukan? Bila mengatasi hal demikian saja terasa sulit, apalagi menghilangkan kemelekatan batin yang telah kita bawa selama enam puluh ribu tahun? Tentu lebih sulit lagi! Demikianlah, selama ini kita terus berada dalam kegelapan.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Seorang manusia yang jiwanya terang tidak akan selamanya terjerat dalam kungkungan tabiat dan kebiasaan buruk. Hidup yang bermakna, bersinar cemerlang, dan penuh harapan, adalah hidup yang bebas dari segala tabiat dan kebiasaan buruk. Sekarang, bagaimana agar kita dapat terbebas dari kegelapan, menuju terang? Bagaimana agar kita dapat menghilangkan tabiat dan kebiasaan buruk yang ada? Adalah tidak mungkin jika hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri. Selain perjuangan diri yang sepenuh hati dan sekuat tenaga, kita juga membutuhkan kekuatan Buddha Maitreya untuk melindungi dan menuntun kita. Dengan demikian, menghilangkan tabiat dan kebiasaan buruk bukan lagi sesuatu yang tidak mungkin. Karena itu, kita harus senantiasa berdoa dan memohon tuntunan Buddha Maitreya. Serahkan hidup, jiwa, dan raga kita kepada Buddha Maitreya. Percaya dan yakinlah pada-Nya, maka kita akan berhasil! Masa depan kita akan penuh kegemilangan!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab I

BUDDHA MAITREYA YANG MAHATERANG, TUNTUNLAH KAMI MENUJU TERANGTerang Berarti Tiada Masalah yang Perlu Dirahasiakan, Tiada Niat yang Harus Disembunyikan, dan Tiada Ucapan yang Harus Ditutup-tutupi. Terang Berarti Terbuka, Jujur, dan Lurus. Hati Bagaikan Terangnya Surya-Rembulan. Sejak lahir hingga sekarang, kita selalu bergelut dalam kegelapan. Mengapa demikian? Mari bertanya ke dalam nurani, adakah kita mempunyai niat yang tidak baik, seperti pikiran jahat, sesat, khayal, dan nafsu yang bertentangan dengan hati nurani? Selama ini kita selalu menjadi budak dari semua itu, dengan munculnya banyak niat, perbuatan, dan ucapan yang takut diketahui orang lain. Inilah tandanya kita berada dalam kegelapan. Pada jiwa yang terang, tidak akan ada perilaku, pikiran, dan ucapan yang harus dirahasiakan. Segalanya terang, jujur, dan lurus. Hati bagaikan terangnya surya dan rembulan. Sebagai insan Maitreyani, bagaimanapun juga kita harus berjuang menuju terang! Asalkan hati kita terang, hidup pun akan menjadi terang. Sebaliknya, di dalam jiwa yang gelap, tidak akan ada hidup yang terang. Seorang yang hatinya tidak terang, walaupun menjadi pejabat tinggi atau pengusaha yang kaya raya, ia tetap berada dalam kegelapan. Tiada kebahagiaan dan sukacita, hidupnya hambar dan tawar. Sekalipun nampaknya sangat mengagumkan, selalu mendapatkan pujian, sanjungan, dan penghargaan, namun semua itu hanyalah formalitas! Di dalam masyarakat, apakah dengan menjadi pejabat tinggi atau hartawan, seseorang pasti hidup bahagia? Tidak ada jaminan! Beberapa tahun lalu di Taiwan, Korea Selatan, dan Indonesia, ada pengusaha-pengusaha besar yang hartanya mencapai miliaran dolar, namun akhirnya memilih bunuh diri dengan terjun dari bangunan tinggi. Penderitaan dan beban jiwa tidak dapat mereka atasi. Tak ada jalan keluar, sehingga akhirnya mereka memilih jalan pintas. Betapa banyak harta kekayaannya, betapa tinggi jabatan dan kedudukannya, betapa besar pengaruh kekuasaannya, tetapi semua itu tidak dapat mendatangkan kebahagiaan untuknya. Ini dikarenakan jiwanya dirundung kegelapan, hatinya tidak terang! Marilah kita pahami apakah akar dari kegelapan jiwa? Yaitu dosa karma kita pada kehidupan-kehidupan lampau dan sekarang, yang telah membelenggu kita dengan sangat kuat. Setiap orang tentunya mengharapkan masa depan yang gemilang. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang menarik berkaitan dengan masa depan gemilang. Dengan menjadi pimpinan Wadah Ketuhanan, apakah menjamin adanya masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi Pandita, seseorang sudah pasti mempunyai masa depan yang gemilang? Jawabannya adalah: belum pasti!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Lebih jelas lagi kita lihat dalam kehidupan luas. Apakah dengan menjadi presiden, sudah pasti seseorang mempunyai masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi pejabat tinggi, bisa dijamin seseorang mempunyai masa depan yang gemilang? Apakah orang sekaya Bill Gates sudah pasti memiliki masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi tokoh masyarakat yang terpandang, berpengaruh, dan kaya raya, seseorang dijamin memiliki masa depan yang gemilang? Apakah orang yang bergelar doktor atau profesor pasti memiliki masa depan yang gemilang? Tentu belum pasti! Adalah sebuah tragedi bilamana manusia berpandangan bahwa kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan adalah kunci masa depan yang gemilang. Sumber masa depan yang gemilang bukanlah semua itu! Marilah kita sadari bahwa masa depan yang gemilang bukan terletak pada wujud rupa! Orang yang terpandang, berkedudukan, berpengaruh, dan kaya raya sekalipun, tak lama setelah menghembuskan nafas terakhir akan segera dilupakan. Walau semasa hidup begitu berkuasa dan berwibawa, namun setelah wafat tiada lagi yang mempedulikannya. Tiada lagi yang bersyukur dan mengenang jasanya. Inilah bukti nyata bahwa semua wujud kekayaan, kedudukan, kekuasaan, dan lainnya tidak menjamin adanya masa depan yang gemilang. Sama halnya dengan semua insan yang masih berada dalam roda samsara. Masa depannya tidak terbilang gemilang, karena masih berada dalam kegelapan. Sebagai contohnya, walau seseorang berhasil menjadi presiden atau konglomerat, namun bila hatinya masih penuh dengan kebencian, ketidakpuasan, penuh kecemburuan dan kecurigaan, suka bertikai dan berselisih, sombong dan egois, berarti ia masih berada dalam roda samsara. Akankah dia memiliki masa depan yang gemilang?

Seorang yang hidup dalam terang, dalam segenap hidupnya tidak akan mementingkan diri sendiri, sebaliknya senantiasa memajukan dan menyejahterakan masyarakat, selalu mencurahkan budi jasa bagi orang lain. Dalam segenap hidupnya tiada henti berkarya, berdedikasi, dan berkorban untuk masyarakat, negara, dan dunia. Hingga selepas kepergiannya dari dunia ini, semua orang akan merasa sedih dan kehilangan. Inilah yang dimaksud dengan masa depan yang gemilang. Kita kembali pada kondisi masyarakat dewasa ini. Di tengah kehidupan yang moderen, ada anak yang sejak usia balita sudah disekolahkan di sekolah selebriti. Sekalipun dalam setahun harus mengeluarkan biaya puluhan hingga ratusan juta, orang tuanya tetap memilih sekolah tersebut. Persaingan di masyarakat yang semakin ketat membuat orang tua dan guru terus mengkonsepi anak-anak sejak dini untuk tidak dikalahkan orang lain dan selalu menjadi juara. Diharapkan agar kelak si anak dapat diterima di sekolah terbaik, kemudian memperoleh profesi yang terbaik dengan gaji yang tinggi, atau menjadi pengusaha yang berjaya dalam segala bidang hingga menghasilkan uang yang berlimpah. Umumnya kita menganggap, inilah masa depan yang gemilang. Tetapi benarkah? Menaklukkan orang lain, seorang diri berdiri di puncak

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kesuksesan, menjadi orang terdepan, semua ini adalah konsep keliru akan masa depan gemilang! Sungguh memprihatinkan. Jika manusia mempunyai masa depan yang gemilang, maka seharusnya situasi dunia tidak akan seperti sekarang ini, tatanan dan akhlak masyarakat tidak akan rusak. Semua ini berawal dari anggapan bahwa masa depan yang gemilang bergantung pada reputasi, kekayaan, dan kekuasaan. Demikianlah, pandangan hidup masyarakat telah jauh menyimpang. Manusia telah kehilangan makna hidup yang sesungguhnya. Lantas di manakah kunci masa depan yang gemilang? Buddha Maitreya adalah Buddha yang akan menuntun umat manusia di masa sekarang menuju kecemerlangan nurani. Dengan iman sejati kepada Buddha Maitreya, dengan mengikuti jejak langkah Buddha Maitreya, maka kita mendapat jaminan akan masa depan yang gemilang. Masa depan gemilang yang sejati adalah sebuah kegemilangan yang bersifat abadi. Kegemilangan yang tidak hanya berlaku pada saat hidup di dunia, tetapi juga setelah kehidupan ini. Apalah arti kegemilangan jika hanya berlangsung sesaat? Itu bukanlah kegemilangan yang sejati. Mengapa kini kita harus memohon Buddha Maitreya yang Mahaterang untuk menuntun kita menuju kegemilangan? Karena Buddha Maitreya mampu memancarkan terang nurani-Nya secara nyata untuk memulihkan cahaya hati nurani kita, sehingga terang nurani kita perlahan-lahan dapat berpancar seperti sedia kala. Buddha Maitreya akan menuntun kita untuk terus merefleksi dan memperbaiki diri, menerobos dan melampaui diri, hingga mencapai terang nurani yang sempurna. Inilah kegemilangan yang sejati! Buddha Maitreya Ingin Menciptakan Dunia yang Mahaterang, yang Disebut Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Buddha Maitreya yang Mahaterang, tuntunlah kami menuju terang. Buddha Maitreya akan menuntun kita menuju terang, karena Beliau akan mewujudkan mahaikrarnya untuk mengubah dunia ini menjadi dunia yang mahaterang, yang disebut Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Apakah kita semua mempunyai masa depan yang gemilang? Ini terlihat dari apakah kita bisa memasuki Bumi Suci yang mahaterang tersebut. Hanya dengan memasuki Bumi Suci Maitreya, barulah kita dikatakan memiliki masa depan gemilang yang sejati, mencapai keterbebasan abadi, merasakan kebahagiaan sejati, dan selamanya tidak terjatuh ke dalam roda samsara lagi.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Sejak dahulu kala, hanya segelintir pembina agung dan tokoh-tokoh yang berjiwa setia, bakti, cinta kasih, berprikebenaran, bijaksana, berjasa, dan bersumbangsih besar bagi masyarakat, negara, dan dunia, yang memiliki masa depan yang gemilang. Di luar itu, lebih dari 99% umat manusia tidak memiliki masa depan yang gemilang. Meskipun seumur hidup penuh berkah karena terlahir di keluarga yang kaya, sejak usia muda hingga tua tidak pernah kekurangan sandang dan pangan, harta dan popularitas selalu melekat pada diri, kondisi demikian tidak ada hubungannya dengan masa depan yang gemilang! Masa depan gemilang tidak bergantung pada sandang, pangan, dan papan yang mewah. Juga bukan ditentukan dari status sosial, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan. Masa depan yang gemilang dari aspek rohaniah berarti mencapai kesadaran nurani yang cemerlang, dan dari aspek jasmaniah berarti dapat memasuki Bumi Suci, berpadu dengan Sumber Sejati, yaitu Tuhan Sang Pencipta. Buddha Maitreya telah memanifestasikan realitas nurani-Nya dengan sempurna, sehingga siapa pun akan timbul keyakinan ketika memandang sosok Beliau. Tak peduli apa latar belakang suku bangsa, kewarganegaraan, warna kulit, agama, budaya, ideologi, dan adat istiadat, siapa pun yang melihat Buddha Maitreya, serta merta hatinya akan penuh dengan terang dan harapan. Sungguh Buddha Maitreya adalah lambang kegemilangan, harapan, kebahagiaan, dan sukacita. Seluruh dunia mengakui hal ini. Membina Ketuhanan pada hakekatnya sangat mudah. Namun masalahnya, apakah kita mau menerima dan menyakini Buddha Maitreya dengan iman yang benar? Iman yang benar adalah sumber kekuatan. Jika kita senantiasa berdoa dan bersujud memohon tuntunan Buddha Maitreya, niscaya secara perlahan dan penuh mukjizat, kita akan berjalan menjauhi kegelapan. Rajinlah bersujud, bertobat, dan menyelamatkan umat manusia dalam semangat Maitreyani, maka segala kebencian, kedengkian, dan ketidakpuasan akan semakin berkurang. Kecemburuan dan prasangka akan semakin pudar. Pertikaian dan perseteruan tidak lagi terjadi. Sirnalah kesombongan, keserakahan, ego, dan kebodohan. Dengan sendirinya, secara bertahap dan pasti kita meninggalkan kegelapan dan mencapai kegemilangan. Dengan Prinsip Melibatkan dan Mengandalkan Kekuatan Tuhan dan para Buddha, Kita Gapai Kegemilangan. Memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk menjauhi kegelapan menuju terang, berarti melibatkan dan mengandalkan kuasa ilahi untuk menggapai kegemilangan. Di dalam jalan pembinaan terdapat semboyan sebanyak 30% dari kesuksesan pembinaan mengandalkan perjuangan manusia, dan 70% kesuksesan bergantung pada kekuatan Tuhan dan para Buddha. Sedangkan di dalam masyarakat ada sebuah semboyan yang bertuliskan Kepintaran manusia menaklukkan semesta. Dari semboyan ini terlihat betapa takabur dan angkuhnya seorang manusia.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Manusia tidak pernah mencintai langit, bumi, dan segala makhluk, sekalipun banyak jasa dan manfaat yang telah diberikan oleh alam, langit, bumi, dan semua makhluk hidup kepada umat manusia. Manusia terus mengeksploitasi dan memboroskan sumber daya alam, sehingga keseimbangan alam rusak. Iklim yang tidak seimbang mendatangkan bencana gempa bumi, kekeringan, banjir, badai topan, dan lainnya. Di tengah fenomena alam seperti ini manusia tidak mampu berbuat banyak. Bagaimana mungkin manusia bisa menaklukkan semesta? Seharusnya manusia tidak boleh sombong dan takabur, sekalipun ilmu dan teknologi berkembang pesat. Manusia seharusnya rendah hati, bersikap hormat, dan selalu bersyukur terhadap langit dan bumi. Tidak lagi berkata bahwa kepintaran manusia dapat menaklukkan semesta. Pernyataan tersebut justru telah banyak mencelakai umat manusia sendiri. Tanpa langit dan bumi, adakah manusia? Tanpa udara, dapatkah manusia bertahan hidup? Jika matahari tidak terbit selama 6 bulan, jika sayur-mayur serta buah-buahan tidak lagi tumbuh, bagaimana kepintaran manusia mengatasi semua ini? Jika saja manusia sadar untuk mencintai dan menghormati, serta mensyukuri segala jasa yang diberikan langit, bumi, dan semua makhluk hidup, niscaya dengan sendirinya antarmanusia pun akan saling menghormati dan menghargai, tidak akan lagi terjadi persaingan dan pertikaian, karena manusia telah dapat bersikap rendah hati dan saling mengalah. Namun kenyataannya, manusia bukan hanya tidak mencintai dan menghormati alam, langit, bumi, dan semua makhluk, tetapi juga tidak dapat menghormati sesamanya. Sehingga sejak dahulu hingga sekarang, selalu terjadi pertikaian di mana umat manusia saling mencelakai satu sama lain. Semua adalah akibat kegelapan batin umat manusia, yang jiwanya dipenuhi kejahatan, sehingga tiada secercah kegemilangan. Dengan keadaan seperti ini, marilah kita pahami bahwa adalah mustahil untuk mencapai kegemilangan dengan kekuatan manusia sendiri! Bila saja bisa, maka kondisi manusia tidak akan seperti sekarang! Di era Buddha Maitreya ini, marilah kita memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk meninggalkan kegelapan dan menggapai kegemilangan. Dengan memohon kepada Buddha Maitreya, berarti kita telah melibatkan dan mengandalkan kekuatan ilahi kekuatan Tuhan dan para Buddha - untuk menuju kegemilangan. Memohon tuntunan Buddha Maitreya berarti mengoptimalkan seluruh daya untuk mencapai tujuan tersebut. Sebaliknya, jika kita mengabaikan kekuatan ilahi, berarti kita kehilangan 70% daya, maka adalah mustahil untuk meninggalkan kegelapan menuju kegemilangan. Ada sebuah kisah yang dialami oleh seorang umat Maitreya yang bernama Marcelo, yang berasal dari Brazil. Sebelumnya dia adalah seorang pecandu berat narkoba. Ketika tersadar akan kesalahannya, dia selalu bersujud setiap hari. Suatu hari, saat bersujud sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat yang mengandung racun-racun obat terlarang. Dia terus bersujud dan bertobat tiada henti, sehingga kini tubuhnya telah pulih kembali. Padahal, pada umumnya untuk meninggalkan kecanduan akan narkoba bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diutarakan oleh seorang kepala penjara di Hsin Cu, Taiwan, yang bertugas mengawasi narapidana narkoba. Ketika berkunjung ke Pusdiklat Rahmat Tuhan, E-mei, Beliau mengutarakan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

pengalamannya, Seorang pecandu narkoba seumur hidup sulit meninggalkan kecanduannya. Mereka selalu menertawai dunia. Ketika menggunakan narkoba, rasanya wah!! Melampaui segala kenikmatan lainnya. Kepuasan dan rangsangan inderawi tersebut tiada tandingannya. Karena itulah, pecandu narkoba sulit bertobat dan berubah! Namun Marcelo adalah sebuah pengecualian. Di samping berjuang sepenuh hati, dia juga melibatkan dan mengandalkan kekuatan Tuhan dan para Buddha untuk membantunya. Dari sini terbukti bahwa kekuatan manusia ada batasnya, namun kekuatan Tuhan yang tiada tara dapat membantu kita. Betapa pentingnya bersujud dan bertobat! Banyak sekali jenis kegelapan batin. Keserakahan, kebencian, kedengkian, kedendaman, kecemburuan, prasangka buruk, semua adalah kegelapan. Untuk meninggalkan kegelapan ini kita tidak dapat mengandalkan keahlian, kepintaran, kejeniusan, dan pengetahuan. Bukan juga mengandalkan uraian kebenaran yang telah kita dengar dan kita baca. Hanya dengan bersujud dan bertobat, setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk menjauhi kegelapan menuju terang, maka Buddha Maitreya akan menunjukkan kasih-Nya. Buddha Maitreya mempunyai dharma agung yang tiada tara. Apa yang mustahil bagi manusia, tidaklah mustahil bagi-Nya. Berimanlah kepada Buddha Maitreya, serahkanlah segalanya pada Buddha Maitreya. Biarkanlah Buddha Maitreya menuntun hidup kita. Keyakinan akan mendatangkan kekuatan. Asalkan kita yakin, serta merta akan timbul kekuatan, sehingga akhirnya kita dapat meninggalkan kegelapan menuju terang. Marilah kita saling memotivasi! Dalam kehidupan ini, kita beruntung bisa hadir bertepatan masa pada era kedatangan Buddha Maitreya. Beliau memiliki mahaikrar yang begitu agung, yaitu mengubah dunia yang penuh kekacauan ini menjadi Dunia Damai Sentosa, mengubah dunia yang penuh kekotoran ini menjadi Bumi Sukawati, mengubah dunia yang penuh dosa kejahatan ini menjadi Negeri Buddhata, mengubah samudera duka ini menjadi Bumi Suci Maitreya, mengubah bumi yang penuh bencana ini menjadi Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Betapa kita merasa bahagia dan diberkahi, karena dapat bersua dengan Buddha Maitreya yang begitu mengasihi kita, mengasihi dunia, mengasihi setiap negara, setiap masyarakat, setiap keluarga, dan setiap insan. Buddha Maitreya mengasihi seluruh kehidupan, termasuk hewan-hewan yang hidup di darat, air, dan udara. Buddha Maitreya menghormati harkat dan martabat segala bentuk kehidupan di bumi. Karena inilah, Beliau hendak menciptakan dunia yang damai. Asalkan kita senantiasa mengikuti jejak langkah Beliau, maka berkah dan kebahagiaan akan senantiasa memenuhi hidup kita. Demikianlah kita menjauhi kegelapan menuju terang.

Saat melantunkan lagu doa Maitreya Penuntun Hidupku, nyanyikanlah dengan setulus hati agar kita dapat menginsafi makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, setiap kali bernyanyi, hati kita akan tergugah. Satu kali kita menyanyikannya setulus hati, maka satu kali pula hati nurani kita tergugah. Seterusnya kita menuntut diri, berjuang menjauhi kegelapan dan mengikuti Buddha Maitreya menuju terang. Kita benar-benar beruntung, kita adalah anak yang berbahagia dan penuh berkah, karena telah hadir Buddha Maitreya yang akan menuntun kita menuju terang. Jika tidak, kemanakah kita memohon tuntunan?

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab II

BUDDHA MAITREYA YANG MAHABIJAKSANA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU KEBIJAKSANAANKebijaksanaan bukanlah IQ, bukan ilmu pengetahuan, bukan pula kemampuan, keterampilan, kepintaran, atau kejeniusan. Kebijaksanaan bukan IQ, bukan ilmu pengetahuan, bukan pula kemampuan, keterampilan, kepintaran, atau kejeniusan. Ini penting untuk kita pahami! Saat ini, karena jiwa kita dipenuhi kemelekatan dan kebodohan batin, barulah timbul berbagai kerisauan dan penderitaan. Mengapa kita memiliki begitu banyak tabiat buruk dan kekurangan? Mengapa kita melakukan begitu banyak kesalahan dan dosa? Mengapa di dalam benak kita sering timbul pikiran jahat? Mengapa kita memiliki kebencian, ketidakpuasan, kedengkian, keangkuhan? Mengapa kita suka bertikai dan berselisih? Semua ini adalah kemelekatan dan kebodohan batin yang bersumber dari keakuan. Segala kejahatan bersumber dari oleh kebodohan batin. Segala penderitaan dan kerisauan juga timbul akibat adanya kebodohan batin. Bagaimana agar kita dapat menjauhi kebodohan batin dan mencapai kebijaksanaan? Inilah yang harus kita perjuangkan sebaik-baiknya! Selama ini kesesatan dan dosa karma telah menutupi pintu kebijaksanaan, sehingga kita selalu berada di dalam kebodohan batin. Kini untuk terbebas dari kebodohan batin, selain mengandalkan perjuangan diri sendiri, kita juga harus dengan setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya agar kita dapat memancarkan kebijaksanaan. Dengan berpancarnya kebijaksanaan, maka berkuranglah segala penderitaan dan kerisauan. Munculnya pandangan yang keliru terhadap konsep kehidupan bermasyarakat, konsep pola hidup, dan konsep nilai dan keindahan adalah akibat dari tidak adanya kebijaksanaan. Manusia selalu beranggapan bahwa hidup di masyarakat harus kaya, terpandang, berkedudukan, dan berkekuasaan. Berpandangan bahwa tanpa semua itu hidup menjadi tak berarti. Ini merupakan sebuah kebodohan! Sungguh tidak bijaksana! Akibatnya manusia mencelakai diri sendiri melalui terjadinya perebutan, pertikaian, peperangan, dan pembunuhan demi nama, kekayaan, dan kepuasan nafsu.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Tiada lagi ketenteraman dan kedamaian. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang sungguh tragis dan memilukan! Pribadi yang Mahabijaksana Dapat Merealisasikan Sepuluh Semangat Kebersamaan Maitreyani. Dengan kebijaksanaan kita melampaui masa lalu, untuk menapak di jalan kehidupan yang gemilang, dan mengukir sejarah hidup yang bermakna. Dengan kebijaksanaan pula, hidup akan terasa bahagia dan nyaman, walaupun hanya hidup dengan sandang, pangan, dan papan yang sangat sederhana. Inilah berkat didapat dari hati yang cemerlang, di dalam pandangan hidup yang benar. Jika tidak memiliki pandangan hidup yang benar, maka manusia dengan mudahnya terseret dan tersisih di dalam arus kehidupan. Seumur hidup membabi buta, tiada henti mencari dan mengejar. Inilah tragedi hidup manusia moderen. Walaupun kehidupan materiil begitu berlimpah, tetapi kebijaksanaan manusia tidak ikut berkembang. Manusia sejak jauh hari telah mampu menapakkan kaki di Bulan, dan mungkin mencapai Planet Mars di masa depan. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) juga mencapai puncak kejayaan dan mengalami inovasi dari hari ke hari. Namun sejalan dengan itu, benih kebijaksanaan dalam diri manusia tidak berkembang sama sekali! Justru kenyataannya, semakin maju iptek dan kehidupan materiil, kebijaksanaan manusia semakin pudar. Hal ini menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia! Marilah bersama kita teladani Buddha Maitreya. Beliau mengasihi seluruh umat manusia. Beliau mengasihi setiap insan di dunia ini. Buddha Maitreya berharap agar dunia ini damai sentosa selama-lamanya. Buddha Maitreya menghendaki setiap negara makmur dan sejahtera, setiap masyarakat tenteram, rukun, maju, dan berjaya, setiap keluarga berbahagia dan harmonis, setiap orang berhati nurani cemerlang, hidup bebas dan leluasa. Namun untuk terwujudnya semua ini, setiap orang harus terlebih dahulu memancarkan kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan semua menjadi mustahil, karena kita masih dikuasai oleh ego, dalam segala hal selalu mementingkan diri sendiri. Apakah manifestasi kebijaksanaan? Orang yang memancarkan kebijaksanaan sejati memiliki sepuluh semangat kebersamaan: hidup bersama, mulia bersama, berkah bersama, kaya bersama, sadar bersama, damai bersama, sukses bersama, kemilikan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bersama, bahagia bersama, dan perolehan bersama. Sepuluh semangat kebersamaan inilah semangat Maitreyani. Jika saya bisa bertahan hidup sementara orang lain tidak, mungkinkah kita bertahan di Dunia Damai Sentosa? Bagi orang bijaksana, saya dan orang lain harus sama-sama bertahan hidup, karena keberlangsungan hidup orang lain berkaitan dengan hidupku. Jika orang lain tak dapat bertahan hidup, hanya diriku yang bisa, apalah artinya hidup ini? Selain diri kita makmur dan kaya, kita juga harus mendorong orang lain untuk menjadi makmur dan kaya. Kemakmuran yang demikian barulah bermakna! Jika semua orang melarat, hanya diri kita yang kaya, apakah kita bisa melewati hari demi hari dengan tenang? Mungkin dinding rumah kita harus dibangun berlapis-lapis, kemudian dipasang banyak alat pendeteksi maling, ditambah lagi dengan satuan petugas pengaman. Saat bepergian selalu dikawal secara ekstra ketat bagaikan seorang narapidana. Bahagiakah hidup yang demikian? Kemuliaan Buddha Maitreya adalah ingin membangun sebuah dunia yang menikmati kekayaan dalam kebersamaan. Semua orang memiliki dalam kebersamaan. Bukan yang satu memiliki, dan yang lain tidak. Saya memiliki uang, semua orang juga memiliki uang. Sama-sama kaya dan makmur. Sama-sama bahagia dan bersukacita. Tiada yang mendahulukan kepentingan diri, demikianlah wujud nyata kebijaksanaan. Kebahagiaan bersama, itulah kebahagiaan yang abadi. Semua manusia hidup dalam kemuliaan, inilah kemuliaan yang abadi. Semua orang sama-sama melangsungkan kehidupannya, inilah keberlangsungan hidup yang abadi! Memohon Tuntunan Buddha Maitreya Menuju Kebijaksanaan, Berarti Harus Memiliki Kelapangan Dada Seperti Buddha Maitreya, dalam Segala Hal Selalu Mengutamakan Kepentingan Orang Lain. Seorang yang bijak tidak mengutamakan kepentingan sendiri, tetapi selalu mengutamakan kepentingan umum. Jiwanya besar dan lapang bagai jiwa Buddha Maitreya yang seluas angkasa raya. Buddha Maitreya yang Mahakasih sungguh-sungguh merasakan penderitaan sesama saudara yang menderita di dalam kegelapan, kejahatan, dan dosa. Karena itulah Beliau berikrar untuk mengubah dunia ini menjadi alam Nirwana, mengubah bumi ini menjadi Dunia Surgawi Negeri Buddhata. Semuanya sama-sama bahagia, bebas, makmur, berjaya, dan damai selamanya. Beliau berikrar agung, Tiada artinya jika hanya diriku sendiri yang mencapai Nirwana. Kemuliaan yang sesungguhnya adalah, jika seluruh saudara di

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

dunia dapat sama-sama mencapai Nirwana! Apalah artinya jika diriku sendiri yang mencapai Kebuddhaan? Keagungan yang sebenarnya adalah apabila semuanya dapat sama-sama mencapai Kebuddhaan. Inilah yang disebut sadar bersama. Sama-sama mencapai kesadaran tertinggi. Apakah yang dimaksud sukses bersama? Sama-sama sukses mencapai kesucian Dewata, Bodhisatva dan Buddhata, inilah kebijaksanaan! Buddha Maitreya memancarkan cinta kasih yang demikian besar dan kebijaksanaan yang begitu tinggi, inilah yang mendorong Beliau memanjatkan Mahaikrar yang begitu agung! Untuk memohon tuntunan Buddha Maitreya menuju kebijaksanaan, kita harus memancarkan semangat Buddha Maitreya yang selalu mementingkan dan memikirkan orang lain! Saudara pembaca yang terkasih, ada sebuah kunci rahasia hidup. Yaitu semakin Anda mementingkan dan berdedikasi demi orang lain, maka pada akhirnya yang memperoleh paling banyak adalah diri Anda sendiri. Segalanya akan berpulang kembali kepada Anda. Hukum Tuhan sungguh adil! Buddha Maitreya sejak berkalpa kehidupan lampau telah berikrar untuk mengubah dunia ini menjadi Dunia Damai Sentosa. Beliau menginginkan agar semua insan dapat hidup bebas leluasa di Bumi Suci, agar umat manusia bisa kembali ke Sumber Asal, berpadu jiwa dengan Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Tuhan mengutus Beliau ke dunia untuk mengemban tugas penyempurnaan trilokya - sebuah tugas termulia di jagat raya ini. Di seluruh dunia, hampir semua orang mengenal Buddha Maitreya. Apapun latar belakang keyakinannya, termasuk yang atheis, semua menyukai Buddha Maitreya. Semua mengakui Beliau sebagai sosok Buddha Kebahagiaan, Buddha Tawa Ria, Buddha Sukacita, dan Buddha Keberuntungan. Tak ada seorangpun yang tidak menyukainya, sungguh luar biasa! Bagaimanakah Buddha Maitreya bisa memperoleh pengakuan dari seluruh umat manusia? Semua itu karena jiwa Beliau bebas dari keakuan dan pementingan diri. Di setiap kelahiran-Nya Beliau selalu berkorban dan berdedikasi demi umat manusia, selalu memikirkan kepentingan umat manusia. Hukum Tuhan yang adil selalu bekerja dengan sempurna. Jika kita banyak berkorban demi umat manusia, meskipun sekilas tampaknya sedang dirugikan, tetapi sebenarnya tidak demikian. Semakin besar pengorbanan kita, semakin banyak yang kita dapatkan. Semoga kebenaran ini dapat kita hayati. Inilah kebijaksanaan! Janganlah selalu

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

mementingkan diri dan menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi. Janganlah penuh muslihat demi menguasai hak orang lain dan mengalahkan sesama. Ini merupakan perbuatan yang bodoh dan dungu, karena akhirnya diri sendirilah yang akan menanggung akibatnya. Sejarah membuktikan bahwa jika demi meraih sesuatu kita berupaya dengan cara merampok, merampas, ataupun menipu, pada akhirnya kita tetap akan kehilangan segalanya. Karena itu, kita harus meneladani semangat Buddha Maitreya yang mahabijaksana yang selalu mendatangkan kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, kepercayaan diri, dan harapan bagi orang lain. Hukum Tuhan berlaku di mana dan kapan saja. Semakin banyak kita berkorban, semakin banyak yang kita peroleh! Yang Suci Maha Sesepuh Kao San Bersabda, Sepenuh Hati dan Sekuat Tenaga Membantu Orang Lain Meraih Kesuksesan, Tanpa Mengharapkan Imbalan dan Pamrih, Jiwa Tiada Keakuan! Inilah Semangat dan Prinsip Dasar Maha Tao Maitreya. Yang Suci Maha Sesepuh Kao San bersabda, Sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu orang lain meraih kesuksesan, tanpa mengharapkan imbalan dan pamrih, jiwa tiada keakuan!. Sabda Beliau ini merupakan salah satu semangat, spirit, dan prinsip dasar Maha Tao Maitreya. Segenap hidup kita membina diri, sebenarnya bertujuan untuk membantu orang lain sukses membina dan mengamalkan Ketuhanan. Membantu kesuksesan orang lain dalam melaksanakan triamal dan menunaikan ikrar, dalam membabarkan kebenaran Tuhan, dalam mengembangan Wadah Ketuhanan, serta dalam mencapai kesucian Buddhata. Semuanya dilakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Lantas setelah orang lain mencapai kesuksesan, diri ini sama sekali tak menuntut pamrih, imbalan, ataupun ucapan terima kasih dari orang lain. Jiwa bebas dari keakuan, segala perjuangan sama sekali tak berjejak di hati, seolah-olah peristiwa tersebut tidak pernah terjadi. Jika kita dapat menjiwai dan merealisasikan sabda tersebut, itulah mahabijaksana. Jika di antara sesama kita aku, engkau, dan dia memancarkan semangat tanpa pamrih dan keakuan, saling mendukung kesuksesan orang lain, niscaya dengan sendirinya dunia menjadi damai sentosa, masyarakat tenteram dan sejahtera, setiap keluarga bahagia dan harmonis, relasi antar individu terjalin erat dan harmonis. Orang yang bijaksana akan mengamalkan sabda tersebut selamanya.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Yang Suci Maha Sesepuh Kao San selalu bersabda, Kesuksesan orang lain adalah kesuksesanku. Prestasi orang lain adalah prestasiku. Kemuliaan orang lain adalah kemuliaanku. Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaanku. Kita harus berbahagia dan bersyukur atas kemilikan orang lain. Jangan merasa dengki dan iri ketika menyaksikan kemilikan dan keberuntungan orang lain. Orang bijaksana selalu berjiwa simpatik atas prestasi, keberhasilan, dan kemuliaan orang lain. Orang bijaksana adalah yang paling bahagia dan leluasa. Ia bebas dari rasa benci, dengki, iri, egois, angkuh, dan sombong. Pribadi Buddha Maitreya adalah manifestasi mahabijaksana yang paling sempurna, sehingga kita harus senantiasa memohon tuntunan Buddha Maitreya yang mahabijaksana untuk beranjak dari kebodohan menuju kebijaksanaan. Niscaya hidup kita semakin gemilang dan penuh makna. Buddha Maitreya yang Mahaterang, tuntunlah kami menuju terang. Sesungguhnya dengan memancarkan cahaya terang yang tiada tara, berarti dengan sendirinya kita juga memancarkan kebijaksanaan yang tiada tara. Begitu juga sebaliknya. Mengapa kini kita terjurumus di dalam kegelapan? Karena diri kita dipenuhi kemelekatan dan segala konsep keakuan. Kemelekatan ego bagaikan tembok baja yang sulit dihancurkan, bahkan dengan nuklir sekalipun! Kemelekatan tersebut sering tidak disadari. Ibarat seorang penjudi yang takkan insaf walaupun telah menghamburkan seluruh hartanya. Dahulu terdapat seorang penjudi yang jatuh bangkrut karena kebiasaan buruknya tersebut. Dalam kekesalan dan penyesalannya, dia membuntungi semua jari tangannya! Apakah itu berarti dia sudah bertobat dan insaf secara total? Tidak! Ternyata tak lama kemudian ia kembali berjudi lagi! Betapa mengerikannya sebuah kemelekatan! Ketika timbul kemelekatan akan judi, minuman keras, seks, harta, dan nama, orang tidak sadar dan tidak mampu berpaling hingga nafas terakhir! Dewasa ini, seiring pesatnya perkembangan teknologi dan tingginya kebutuhan materi, kemelekatan dan kebodohan batin pun semakin menjadi! Manusia semakin melekat pada status, kedudukan, dan harta. Demi mengejar semua ini, manusia berani menghalalkan segala cara! Tragisnya lagi, manusia tak pernah bertobat dan insaf hingga akhir hayatnya. Terus melekat pada makanan yang serba lezat, pakaian indah, mobil mewah, rumah megah, dan lainnya. Sungguh memprihatinkan! Apalagi wanita muda yang mendambakan penampilan cantik. Jika berat badan bertambah sedikit saja, hatinya jadi risau dan kurang puas. Jiwanya melekat pada penampilan tubuh yang

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

ramping dan jelita, sehingga apapun berani dilakukan. Bahkan resiko mautpun tak membuatnya gentar! Betapa mengerikannya sebuah kemelekatan! Jika seseorang telah terperangkap dalam kemelekatan egonya, dirinya takkan sadar dan juga tidak percaya apabila dinasehati. Kalaupun menyadari kemelekatan tersebut, tetapi tetap saja ia melakukannya lagi, sehingga semakin terjerumus dan semakin tak mampu berpaling. Kebodohan batin semakin menjerumuskan kita ke jurang penderitaan. Bukan hanya pada hal duniawi, terikat pada konsep filosofi dan kebenaran tertentu juga merupakan kemelekatan. Terlebih pada kemampuan supranatural dan gaib, ini adalah kemelekatan yang sangat membahayakan! Dalam pembinaan Ketuhanan, terikat pada reputasi dan kedudukan juga termasuk kemelekatan batin. Benci, dengki, iri, dan prasangka buruk juga merupakan kemelekatan. Sikap suka bersaing dan berselisih juga merupakan kemelekatan. Jika seorang yang suka bersaing dijauhi dari situasi persaingan, hidupnya akan terasa hambar dan tersiksa. Jika seorang yang penuh rasa benci, iri, dan prasangka diharuskan menjauhi sikap-sikap buruk tersebut untuk jangka satu hari saja, dia akan merasa kehilangan makna hidup! Demikianlah, ego saja telah mendatangkan penderitaan yang begitu berat bagi kita. Kemelekatan ego membuat kita terjerumus dalam roda samsara tanpa akhir. Karena itu, perjuangan puluhan tahun pun belum tentu dapat melenyapkan kemelekatan tersebut. Kondisi dunia mudah berubah, namun tidak demikian dengan kemelekatan ego! Karena itulah kita membutuhkan tuntunan dan kekuatan Buddha Maitreya untuk mencapai kegemilangan dan kebijaksanaan!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab III

BUDDHA MAITREYA YANG MAHAKASIH, TUNTUNLAH KAMI MENJADI PENGASIHSemakin Memancarkan Kasih, Semakin Besarlah Kegembiraan dan Kebahagiaan dalam Hidup Kita. Marilah kita menilik diri! Mengapa kita tidak bisa merasakan sukacita dan kebahagiaan yang bertahan lama? Semua dikarenakan kurang berpancarnya kasih dari hati kita. Mengapa Buddha Maitreya diakui dunia sebagai Buddha Kegembiraan, Buddha Keberuntungan, Buddha Kebahagiaan, dan Buddha Tawa Ria? Karena Buddha Maitreya memancarkan kasih yang tiada tara. Hari ini kita merasa kurang gembira dan kurang bahagia karena kasih yang kita pancarkan masih terbatas. Hanya dengan memancarkan kasih, barulah kebahagiaan dan kegembiraan semakin bersemi di dalam hidup kita. Kita renungkan kembali, mengapa pada kehidupan kita sampai hari ini - baik telah berusia 20, 30, 40, 50, 60, 70, ataupun 80 tahun - sukacita, senyum, dan tawa menjadi sesuatu yang cukup langka? Apakah penyebabnya? Kembali, penyebabnya adalah pandangan hidup yang keliru. Manusia hidup membabi buta mengejar nama, harta, dan segala jenis kenikmatan. Manusia mengira dengan memiliki kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan, maka kebahagiaan dan sukacita akan menjadi miliknya. Pandangan ini sangatlah tidak tepat. Mari kita lihat kehidupan orang-orang kaya! Berapa banyak dari mereka yang benar-benar berbahagia, yang suasana hatinya senantiasa riang gembira, yang wajahnya selalu dihiasi senyum ceria? Langka sekali! Sekarang yang harus kita pahami adalah bagaimana agar kita bisa senantiasa berbahagia, bergembira, dan tersenyum ceria. Tentu bukanlah dengan nama, harta, dan segala kenikmatan. Bukan juga dengan status, kedudukan, dan kekuasaan. Caranya sangat mudah! Yaitu, pancarkanlah cinta kasih yang tiada batas seperti halnya Buddha Maitreya. Senantiasa memaklumi dan memaafkan orang lain, mampu memahami dan menenteramkan hati orang lain, dapat mencurahkan perhatian dan membangkitkan semangat orang lain, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu orang lain untuk mencapai kesuksesan tanpa keakuan dan pamrih. Inilah pancaran cinta kasih yang tiada tara. Dengan memancarkan kasih, barulah kita terpanggil untuk mendukung kesuksesan orang lain. Dalam segenap hidup ini selalu sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu sesama. Asalkan untuk hal yang baik dan positif, maka pasti dengan sekuat tenaga kita mendukungnya. Bahkan setelah membantu orang lain meraih keberhasilan, kita sama sekali tidak mengharapkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

imbalan dan pamrih. Inilah semangat cinta kasih yang mulia! Dalam diri tidak timbul niat untuk mencelakai ataupun merusak karya orang lain. Apalagi secara diam-diam melukai orang dan melakukan hal yang hina! Langit dan bumi adalah teladan nyata. Langit dan bumi memberikan faedah dan berkah yang besar bagi umat manusia dan seluruh makhluk. Namun langit dan bumi tidak pernah mengharapkan balasan apapun. Inilah kasih langit dan bumi! Karena itulah langit dan bumi berusia panjang di tengah semesta. Marilah sesungguh hati meneladani kebajikan langit dan bumi. Marilah kita berjuang sepenuh hati membantu orang lain meraih kesuksesan! Setelah itu, tidak lupa mengucapkan selamat atas kesuksesannya. Jiwa tiada pamrih, bebas dari segala kemelekatan. Memiliki pandangan yang benar, bahwa pada dasarnya semua ini merupakan kewajiban nuraniah. Kita sekedar melaksanakan kewajiban kodrati sebagai seorang manusia, sudah sewajarnya kita berbuat demikian. Kita lihat fenomena kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Apabila seseorang telah membantu dan berbudi pada yang lain, biasanya ia akan merasa sepantasnya dirinya mendapatkan ucapan terima kasih dan menerima balas budi ataupun imbalan. Lantas jika tidak mendapatkannya, hatinya akan dipenuhi ketidakpuasan. Akhirnya diri sendirilah yang menderita dan penuh kerisauan. Kasih Buddha Maitreya setara dengan kasih langit-bumi. Buddha Maitreya berjuang sepenuh hati dan sekuat tenaga mewujudkan Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Paling Sejati, Bajik, dan Indah bagi umat manusia dan seluruh makhluk. Beliau ingin menciptakan kemakmuran dan kejayaan bagi setiap negara, ketenteraman dan kedamaian bagi setiap masyarakat, keharmonisan dan kebahagiaan bagi setiap keluarga, kesuksesan dan masa depan yang gemilang bagi setiap insan. Namun Beliau tak menuntut imbalan apapun atas semua itu. Dalam hatinya yang bebas bagai ruang angkasa, tiada suatu kemilikan baginya. Inilah hati kasih yang tiada tara. Bila kita dapat mengaplikasikan kebenaran akan kasih sejati yang telah diuraikan di atas, maka kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, kesejahteraan, dan senyuman yang indah akan senantiasa menghiasi hidup kita. Tak perlu lagi berpetualang untuk mencari kebahagiaan, karena kebahagiaan tumbuh dengan sendirinya di dalam relung jiwa kita. Kasih adalah akar kebahagiaan. Kasih adalah sumber segala sukacita dan senyum ceria. Marilah dengan setulus jiwa kita terima tuntunan Buddha Maitreya untuk mewujudkan kasih. Mari berjuang bersama! Maitreya Adalah Kasih. Kasih Berarti Mendatangkan Kebahagiaan, Sukacita, Kegembiraan, dan Keleluasaan bagi Orang Lain. Kasih Tidak Mendatangkan Kekhawatiran dan Kegelisahan. Kasih Tidak Mendatangkan Kerisauan, Melainkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kecemerlangan, Harapan, dan Kepercayaan Diri bagi Orang Lain. Kasih Juga Mendatangkan Kesempurnaan bagi Orang Lain. Kata Maitreya berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti kasih. Kasih berarti mendatangkan kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, membuat orang bebas leluasa, jauh dari segala kilesa dan penderitaan. Kasih berarti mendatangkan harapan, terang, dan kepercayaan diri. Kasih berarti menghantarkan kesempurnaan kepada orang lain. Karena itulah, Maitreya bermarga kasih. Maitreya juga menjadikan kasih sebagai gelar Kebuddhaan-Nya. Mahaikrar kasih Buddha Maitreya adalah mewujudkan Bumi Suci. Pahamilah bahwa kasih adalah kekuatan terpenting yang mendorong terwujudnya Bumi Suci, Negeri Buddhata, Alam Surgawi Kerajaan Tuhan, Taman Sukacita Semesta di muka bumi ini. Kasih adalah kekuatan yang mendorong tercapainya kemakmuran, kemajuan, dan kejayaan suatu negara. Kasih adalah kekuatan yang mendorong terwujudnya kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan sebuah masyarakat. Kasih adalah kekuatan yang mendorong lahirnya kebahagiaan, keharmonisan, dan kehangatan keluarga. Kasih adalah kekuatan yang mendorong terciptanya keserasian dan kebersamaan dalam hubungan antarsesama. Kasih menghadirkan masa depan yang gemilang dan penuh harapan, kehidupan yang bebas leluasa bagi setiap insan. Kasih adalah tiada keakuan. Kasih bukanlah sesuatu yang kita berikan sebagai balasan atas kasih sayang yang kita terima dari orang lain. Kasih adalah pengorbanan dan dedikasi tanpa ego. Kasih tidak berpamrih, tidak mengharapkan imbalan, dan tidak menantikan pengakuan. Kasih yang dicurahkan langit-bumi bagi umat manusia dan semua unsur kehidupan, itulah kasih yang sejati. Kasih Tanpa Ego Adalah Sumber Kebahagiaan. Kita mengetahui bahwa Buddha Maitreya adalah Buddha Bahagia, Buddha Berkah, Buddha Sukacita, dan Buddha Tawa Ria yang telah diakui dunia. Mengapa Buddha Maitreya memiliki kemuliaan yang tiada tara? Mengapa Beliau dicintai oleh seluruh umat manusia? Alasannya adalah, karena Beliau senantiasa berjiwa kasih, berperilaku kasih, dan berwajah kasih. Karena itu perlu kita camkan, bahwa mengimani Buddha Maitreya bukanlah mengimani wujud pratimanya semata. Juga bukan mengimani sebutan Buddha Maitreya ini. Yang harus kita imani adalah kebajikan dan pribadi agung Buddha Maitreya, yaitu semangat kasih-Nya. Karena jiwa-Nya dipenuhi dengan kasih, barulah Beliau dapat mendatangkan kebahagiaan dan sukacita yang tiada tara untuk kita semua. Mari kita renungkan realitas hidup ini. Kita hidup di era pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Namun mengapa kita yang telah berbekal pengetahuan dan pendidikan tinggi ini masih memiliki segudang ketidakpuasan di hati? Mengapa permusuhan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

antarsesama manusia masih demikian kental? Mengapa kesenjangan sosial begitu tinggi? Mengapa di antara umat manusia terdapat begitu banyak prasangka, kedengkian, perselisihan, dan pertikaian? Mengapa? Jawabannya adalah lemahnya iman kita. Tanpa iman yang benar, hidup kita dipenuhi segala prasangka, kecemburuan, ketidakpuasan, kebencian, juga perselisihan dan pertikaian. Jika kita beriman penuh pada Buddha Maitreya yang mahakasih dan senantiasa memohon tuntunan-Nya untuk menjauhi sifat benci, dengki, dan iri; menjauhi sifat egois, pongah, dan sombong; menjauhi perilaku yang suka berprasangka, bertikai, dan berselisih, maka kita pasti akan berhasil menjadi seorang pengasih. Fakta membuktikan bahwa meskipun seseorang mempunyai beberapa gelar pendidikan berkat pengetahuannya yang luar biasa, mereka tetap tidak mampu melenyapkan kebencian, kedendaman, dan kedengkian di hatinya. Betapapun fasihnya berbicara dengan kemampuan berargumentasi yang mengagumkan; betapapun tinggi IQ-nya; betapapun tinggi kedudukan, reputasi, dan kekuasaannya, namun sifat benci, dengki, iri, dan suka berprasangka masih saja eksis dalam hatinya. Apa penyebabnya? Alasannya adalah, tidak berpancarnya kasih di dalam diri. Dengan meneladani Buddha Maitreya, jadilah insan yang senantiasa bahagia dan memancarkan kasih. Imani semangat kasih Buddha Maitreya. Selalu memohon kepada Buddha Maitreya yang Mahakasih untuk menuntun kita memancarkan cinta kasih, maka kita pun berkesempatan untuk hidup bahagia, bersukacita, dan tersenyum ceria. Sebuah kebenaran yang harus kita pahami adalah bahwa harta, status, jabatan, dan kekuasaan bukanlah jaminan akan hadirnya sebuah kebahagiaan. Hanya cinta kasihlah yang mampu mewujudkan kebahagiaan abadi. Hayatilah bahwa kemampuan manusia sangat terbatas. Tingginya pendidikan, pengetahuan, kepintaran, dan kemampuan yang tinggi tidak dapat menjamin terbebasnya hati kita dari segala kebencian, kedengkian, ketidakpuasan, kecemburuan, pertikaian, dan niat jahat lainnya. Tanpa iman sejati, tanpa kasih, semua kehebatan itu justru jadi momok yang mengkhawatirkan! Apa yang menjadi tragedi umat manusia dewasa ini? Mutu pendidikan, ilmu pengetahuan, serta keahlian yang tinggi tidak dimanfaatkan demi kepentingan, kebahagiaan, dan kesejahteraan bersama, namun sebaliknya digunakan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga justru semakin menciptakan atmosfir pertikaian, kecemburuan, kebencian, dan kedengkian. Selama ini kita tidak mampu memancarkan kasih karena jiwa ini ditutupi oleh ikatan karma yang berat, serta tabiat, kebiasaan, dan sifat buruk yang telah mendarah daging. Kasih tidak lagi berpancar sebagaimana mestinya, karena kesadaran nurani terhalangi oleh sampah-sampah batin berupa kebencian, kedengkian, keserakahan, kecemburuan, dan sebagainya. Mulai saat

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

ini, marilah kita tinggalkan kepalsuan dan meraih kesejatian. Berpalinglah untuk menerima tuntunan Buddha Maitreya yang Mahakasih agar kita dapat kembali memancarkan cinta kasih. Di bawah cahaya kasih Buddha Maitreya, disertai perjuangan kita, setahap demi setahap kita buang sifat iri, benci, serakah, angkuh, egois, serta kebiasaan bertikai dan berselisih. Semakin berpancarlah kasih, yang secara hakiki sesungguhnya adalah sifat kodrati setiap manusia. Jauhnya kebahagiaan dan keharmonisan yang merupakan kebutuhan dasar hidup manusia juga dikarenakan kita tidak memancarkan kasih! Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk mewujudkan kebahagiaan dan keharmonisan adalah memohon Buddha Maitreya yang Mahakasih untuk menuntun kita memancarkan cinta kasih, sehingga cinta kasih yang secara kodrati ada dalam diri kita dapat berpancar tanpa batas. Buddha Maitreya diakui sebagai Buddha Bahagia, Buddha Sukacita, dan Buddha Tawa Ria karena Beliau memancarkan semangat cinta kasih yang tak terbatas. Karena itu, marilah kita imani semangat serta karakteristik cinta kasih Beliau. Kita harus meneladani dan memohon tuntunan Buddha Maitreya dengan setulus jiwa, sehingga bersama-Nya, setiap hari hingga sepanjang masa kita pancarkan cinta kasih. Semakin besar cinta kasih yang berpancar, niscaya kebahagiaan, sukacita, keharmonisan, kegembiraan, dan senyuman semakin bersemi dalam hidup kita. Di era pesatnya perkembangan teknologi, di mana industri berkembang melejit dan hawa pertikaian semakin merebak, hanya tersedia satu jalan untuk memperoleh kebahagiaan sejati, yaitu memancarkan cinta kasih. Namun untuk itu upaya kita seorang diri saja tidaklah cukup. 70% kesuksesan kita bergantung pada tuntunan Buddha Maitreya. Mari kita berjuang bersama! Dalam tuntunan Buddha Maitreya, jadilah pengasih sejati!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab IV

BUDDHA MAITREYA YANG PENUH SUKACITA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU SUKACITASelalu Mendahulukan dan Mempertimbangkan Kepentingan Orang Lain, Rela Berkorban dan Merugi Diri, Inilah Sumber Sukacita. Salah satu karakteristik pribadi agung Buddha Maitreya adalah sifat-Nya yang penuh sukacita. Beliau tidak hanya bersukacita seorang diri, namun juga menebarkan sukacita-Nya bagi semua insan di muka bumi, termasuk hewan yang hidup di udara, darat, maupun air. Bahkan Buddha Maitreya juga memancarkan sukacita-Nya kepada bunga-bunga, rerumputan, dan pepohonan. Inilah pribadi agung Buddha Maitreya yang harus kita teladani sebaik-baiknya. Mari bertanya ke dalam diri, mengapa kita tidak senantiasa bersukacita? Peradaban semakin maju, iptek pun berkembang pesat, diiringi materi yang berlimpah. Namun mengapa justru sukacita tidak ikut bertambah, bahkan justru semakin berkurang? Apakah penyebabnya? Jawabannya adalah karena setiap individu egois, selalu mementingkan diri sendiri, tidak peduli akan sesama. Padahal kunci utama untuk merasakan sukacita adalah terlebih dahulu menghantarkan sukacita bagi orang lain. Saat ini terdapat banyak penderita depresi dan stres. Pernah diberitakan di surat kabar bahwa di Amerika banyak orang yang menderita penyakit ini. Mereka suka menutup diri. Penyebabnya adalah sifat yang terlalu emosional. Sepanjang hari jiwanya labil dan perasaannya tidak menentu, selalu menjadi budak emosi dan kehilangan akal sehat. Inilah tragedi manusia moderen. Setiap orang ingin bersukacita, namun sulit untuk menggapainya. Mengapa demikian? Jawabannya sangat klise: jeratan dosa - hutang karma pada kehidupan-kehidupan lalu, ditambah lagi dengan kesesatan kita saat ini. Inilah yang membuat kita tidak dapat bersukacita. Kita bahkan suka mencari kenikmatan inderawi dan menganggapnya sebagai sumber sukacita. Padahal ini sama saja dengan menjerumuskan diri ke dalam lingkaran mara. Hati nurani yang merupakan sumber sukacita ada di dalam diri kita. Oleh karenanya, sebuah sukacita bukanlah diperoleh dari luar diri. Jika kecemerlangan nurani belum berpancar, dengan sendirinya kita tak akan bisa merasakan sukacita sejati. Karena itu hanya ada satu cara, yaitu berjuang memulihkan kesadaran nurani yang secara kodrati penuh dengan sukacita. Dalam segala hal kita utamakan kepentingan orang lain. Seperti sabda suci Yang Suci Maha Sesepuh Kao San, Sebelum mendapatkan Jalan Ketuhanan pun, saya senantiasa mengutamakan kepentingan orang lain. Dalam urusan apapun saya terlebih dahulu mempertimbangkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kepentingan orang banyak secara seksama, untuk kemudian menyesuaikan diri. Jika tidak mendapatkan bagian, berkorban pun tak apa! Inilah sumber sukacita! Jika selalu mengutamakan kepentingan sendiri tanpa mempedulikan orang lain, maka meski bergembira saat mendapatkan, di dalam lubuk hati yang terdalam akan timbul rasa bersalah. Jika terdapat deraan nurani seperti itu, mungkinkah kita bersukacita? Semoga kita bisa memahami makna sukacita yang sejati. Hantarkanlah sukacita bagi orang lain, dengan sendirinya kita akan bersukacita. Ini kuncinya! Jika kita tidak mendatangkan kebahagiaan bagi sesama, namun selalu mendambakan sukacita, ini adalah sebuah harapan yang kosong. Renungilah, di tengah himpitan hidup, masihkah kita ingin menambah beban penderitaan jiwa dengan kemurungan dan kegelisahan? Dengan hati yang senantiasa bersukacita, setiap fenomena dan kejadian adalah baik adanya. Sebaliknya, tanpa hati yang bersukacita, walaupun setiap hari menyantap makanan lezat, semua itu akan terasa hambar. Meski tinggal di rumah yang megah, mengendarai mobil mewah, dan mengenakan pakaian yang mahal, tanpa hati yang bersukacita hidup akan terasa tawar, membosankan, dan tak bermakna. Seorang yang senantiasa bersukacita mampu beradaptasi di setiap tempat dan kondisi. Dengan hati yang penuh sukacita, masalah yang sulit dan rumit pun menjadi mudah dan sederhana. Ketika masalah buruk menimpa, ia mampu mengambil hikmah dibaliknya, sehingga keburukan berbalik menjadi sebuah kebaikan. Sebaliknya, bagi orang yang tidak bersukacita, kebaikan sebesar apapun akan berbalik menjadi sebuah keburukan! Orang yang senantiasa bersukacita, walau hidup di tengah kemiskinan, ia tidak akan menyalahkan Tuhan ataupun orang lain. Ia tetap berbahagia dalam kesederhanaan materi. Bagaimanapun kondisi hidupnya, semua dihadapi dengan penuh keberanian dan rasa syukur. Suka maupun duka tetap dilewati dengan riang gembira. Inilah jalan menuju hidup yang bermakna! Hidup bersukacita merupakan dambaan semua orang. Memang hal ini tidaklah mudah! Karena itulah, mengapa kita harus bersujud kepada Buddha Maitreya. Asalkan kita memohon setulus hati, Buddha Maitreya akan senantiasa menggandeng tangan kita, menuntun kita menuju hidup yang penuh sukacita. Beliau adalah Buddha yang Mahakasih. Asalkan kita terpanggil untuk terlepas dari kelabilan emosi, depresi, stress, sedih, dan duka, asalkan kita bertekad untuk mewujudkan hidup yang penuh sukacita, maka dengan memohon tuntunan-Nya, Buddha Maitreya akan menggandeng tangan kita menuju sukacita. Kekuatan Buddha berperan sebesar 70% atas kesuksesan kita dalam menggapai sukacita, sisanya 30% mengandalkan kekuatan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kita sendiri, yaitu tekad yang bulat dan perjuangan dalam segenap hidup kita. Asalkan kita memancarkan ketulusan sejati, kekuatan Buddha Maitreya akan bekerja mengubah hidup kita. Sadarilah bahwa hidup yang penuh emosi, dengan jiwa yang selalu labil dan bergejolak, adalah sebuah hidup yang tidak bermakna. Bangkitkanlah tekad untuk meninggalkan samudera duka ini. Jangan lagi hidup di tengah penderitaan. Sesungguhnya kita bisa hidup bersukacita! Dengan tekad dan panggilan hati ini kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka Beliau pasti akan menuntun kita. Jika kita tidak memiliki tekad seperti ini, jika kita lebih memilih untuk mencari sukacita di luar diri melalui sensasi kenikmatan dan kepuasan inderawi, ini sangat berbahaya! Semua ini pada akhirnya hanya akan menjatuhkan kita ke dalam lingkaran mara yang tak berujung. Insafilah sebaik-baiknya! Seorang yang Senantiasa Bersukacita Adalah Orang yang Paling Rupawan, Kaya, dan Bijaksana. Pada dasarnya sukacita telah kita miliki secara kodrati, karena sukacita adalah sifat luhur nurani. Dan sesungguhnya, hati nurani Buddha Maitreya dengan hati nuraniku adalah satu dan sama. Namun mengapa Buddha Maitreya dapat mendatangkan sukacita bagi semua kehidupan, sedangkan kita tidak dapat? Masalahnya berada pada diri kita! Karena itu, marilah kita menerima tuntunan Buddha Maitreya untuk memulihkan kesadaran nurani kita, sehingga sukacita nurani kembali berpancar dalam diri kita. Betapa tampan ataupun cantiknya seseorang, namun bila hatinya tidak bersukacita, maka jiwanya labil dan tidak menentu, hingga bisa mengalami stres dan depresi. Terlebih jika hati terikat akan ketampanan dan kecantikan fisiknya, kelak masa depannya bisa hancur. Ketampanan dan kecantikan yang tak diiringi sukacita nurani hanya akan mendatangkan penderitaan! Seperti halnya aktor atau aktris yang rupawan dan kaya raya namun akhirnya bunuh diri. Meski segala popularitas, kekayaan, dan kenikmatan duniawi dimiliki, lubuk hatinya masih jauh dari kebahagiaan. Hidupnya terasa tak bermakna, sehingga memilih jalan pintas untuk mengakhir segalanya. Kita semua sangat mendambakan sukacita. Kita sudah banyak merasakan penderitaan hidup. Semoga hidup kita selanjutnya dipenuhi dengan sukacita. Baik kaya maupun miskin, kita tetap bersukacita menjalani hidup! Pintar atau bodoh, cantik atau buruk rupa, semua itu bukanlah masalah utama. Yang paling penting adalah, aku mampu memancarkan sukacita. Dengan hati yang penuh sukacita, semua dualisme kehidupan pun terlampaui. Dengan berpancarnya sukacita nurani, maka kitalah orang yang paling indah, kaya, dan bijaksana.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Pahamilah, bahwa tidaklah sulit untuk menggapai sukacita. Dengan setulus hati kita memohon tuntunan Buddha Maitreya menuju sukacita. Kita memohon uluran tangan Beliau agar jiwa kita menjadi stabil, tidak lagi dipenuhi perasaan tak menentu. Kita tidak ingin menjadi budak emosi lagi. Kita tidak mau hidup dalam tekanan jiwa. Kita ingin menjauhi kesedihan dan penderitaan. Kita ingin hidup yang riang gembira, bahagia, dan penuh sukacita. Oh... Buddha Maitreya, mohon tuntunlah aku! Dengan memancarkan ketulusan sejati, kita pasti akan berhasil! Masalahnya sekarang adalah, kita tidak mempunyai keyakinan yang kuat kepada Buddha Maitreya. Padahal hanya keyakinanlah yang bisa mendatangkan kekuatan. Mari kita tanamkan keyakinan! Kita harus yakin sepenuhnya kepada Buddha Maitreya. Beliau adalah Mahakasih. Beliau akan mendatangkan sukacita bagi semua insan dengan mewujudkan dunia yang penuh sukacita, yaitu Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Buddha Maitreya selalu siap membantu dan menuntun kita menuju hidup yang penuh sukacita. Mengapa kita tidak mau mengulurkan tangan pada-Nya? Mengapa kita masih tidak menunjukkan ketulusan? Begitu sederhana, asalkan bersedia menerima tuntunan-Nya, kita pasti berhasil!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab V

BUDDHA MAITREYA YANG MAHABAHAGIA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU KEBAHAGIAANBuddha Maitreya Diakui Secara Universal Sebagai Buddha Kebahagiaan, Karena Beliau Memancarkan Kebahagiaan Nurani dengan Sempurna. Bahagia dan sukacita secara umum memiliki arti yang sama. Kebahagiaan yang tak terbatas secara kodrati telah dimiliki oleh hati nurani. Buddha Maitreya adalah Buddha Kebahagiaan yang telah diakui secara universal. Bila kita beranggapan bahwa pribadi Buddha Maitreya sangatlah jauh dan tinggi sehingga sulit dijangkau, ini adalah sebuah kekeliruan. Karena sesungguhnya, Buddha Maitreya selama ini hanyalah melaksanakan kewajiban nurani-Nya, yaitu senantiasa memancarkan kebahagiaan. Buddha pada dasarnya juga berasal dari manusia. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci bukanlah turun dari langit. Kesucian Buddha dan Bodhisatva merupakan hasil dari aktualisasi kewajiban hati nurani. Kita semua tanpa terkecuali, pada dasarnya memiliki hati nurani yang paling bahagia. Sekarang tergantung bagaimana kita melaksanakan kewajiban kita, yaitu untuk memancarkan kebahagiaan nurani ini. Kemuliaan Buddha Maitreya bukan bertolak dari figur yang super, melainkan dari pengamalan kewajiban nurani yang pada dasarnya bersukacita dan berbahagia. Asalkan kita mengaktualisasikan realitas nurani yang mahabahagia, maka kita adalah manifestasi dari Buddha Maitreya. Inilah keagungan kasih Buddha Maitreya! Beliau membimbing dan menuntun setiap orang awam untuk menjadi manifestasi Maitreya. Jika seorang demi seorang mengaktualisasikan realitas nuraninya, setiap orang menjadi manifestasi pribadi Maitreya, mendatangkan kebahagiaan bagi sesama, maka di dunia ini tidak hanya terdapat satu Maitreya saja. Seluruh warga Bumi Suci memancarkan pribadi Maitreyani. Kebahagiaan Bersumber dari Perbuatan yang Mendatangkan Kebahagiaan bagi Sesama. Bisakah kita sungguh-sungguh berbahagia, apabila perbuatan kita sepanjang hari hanyalah menimbulkan penderitaan dan kegelisahan bagi orang lainBisakah berbahagia jika ucapan kita selalu menimbulkan ketakutan, ancaman, rasa putus asa, jengkel, marah, tidak puas, menimbulkan pertikaian, perselisihan, persaingan, dan pertentangan, bahkan merusak persahabatan dan menciptakan permusuhan di antara sesama? Tidak! Karena semua itu

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

adalah sikap yang bertentangan dengan nurani. Jika perbuatan kita senantiasa sejalan dengan suara nurani, kita pasti senantiasa berbahagia. Kebahagiaan bukan berasal dari luar diri. Kebahagiaan yang diperoleh dari hidup bersenang-senang dengan makan, minum, dan pesta pora takkan bisa bertahan lama. Hanya kebahagiaan nuranilah yang sejati dan abadi. Siapakah gerangan yang tidak merindukan kebahagiaan? Setiap manusia tentu sangat mendambakan hari-harinya dihiasi kebahagiaan. Tiada seorangpun yang ingin hidupnya dipenuhi kegelisahan. Tiada yang berharap menderita sepanjang hayatnya. Namun, mengapa kenyataannya kini kita tidak berbahagia? Mari kita berintrospeksi diri pada cermin nurani. Lihatlah tindak-tanduk kita! Lihatlah perilaku kita setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahunnya. Adakah kita menguntungkan, atau justru merugikan sesama? Apakah kita mendatangkan berkah atau justru kemalangan bagi sesama? Apakah diri kita adalah penyebar rezeki, atau justru malapetaka bagi sesama? Lihatlah sedalam-dalamnya hingga menembus dasar hati. Karena kekuatan introspeksi kita lemah, kita tidak sadar bahwa ucapan dan perilaku kita selama ini telah mendatangkan banyak kegelisahan dan kesedihan bagi orang lain. Sekalipun telah membuat orang lain begitu menderita dan terluka, kita masih merasa sangat biasa dan wajar-wajar saja. Kita tidak pernah menyadari bahwa diri kita selama ini telah menjadi sumber masalah. Dengan kondisi diri seperti ini, tidak mungkin kita hidup berbahagia. Dengan kata lain, hanya dia yang memiliki sikap hati introspektif, yang dapat merasakan kebahagiaan hidup yang sejati. Mari kita sadari, bahwa selama tutur kata dan perbuatan kita menyebabkan penderitaan dan kesedihan bagi orang lain, maka kebahagiaan selamanya jauh dari diri kita. Mengapa demikian? Karena kita mengalami deraan nurani! Hati nurani tidak tenteram, penuh dengan kecaman! Sekalipun kita belum menyadari dan menyesali kesalahan yang telah kita lakukan, namun nurani kita tetap akan tersiksa. Karena nurani adalah hakim yang paling adil. Baik kita berintropeksi diri ataupun tidak, asalkan ada ucapan dan perilaku kita yang tidak sesuai dengan kebenaran, yang menimbulkan kerugian bagi orang lain maupun diri sendiri, maka hati nurani serta-merta akan mengalami deraan. Selama nurani masih merasakan deraan, tidak akan pernah ada kebahagiaan sejati! Dari kacamata hukum kebenaran, penyesalan dan deraan nuranilah yang membuat perasaan menjadi tak menentu, emosi labil, hati gelisah dan tak tenang. Tetapi kita sungguh bebal, gejala-gejala hati tersebut tidak juga membuat kita menyadari kesalahan diri. Inilah wajah kesesatan manusia yang tragis.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Orang yang lemah dalam pengendalian diri sangat jarang berintropeksi, sehingga walaupun telah berbuat salah terhadap orang lain, ia tidak menyadarinya. Ia membiarkannya berlalu begitu saja, seakan tak pernah terjadi. Namun, sebenarnya saat itu hati nurani telah menerima deraan. Melakukan apapun diri ini merasa tidak tenang. Duduk salah, berdiri pun salah. Selera makan hilang dan tidur pun tak nyenyak. Sekujur tubuh terasa tak leluasa. Inilah wujud deraan dan siksaan hati nurani. Hati terasa menderita dan tidak bahagia. Tetapi untuk mengatasinya, manusia umumnya justru mencari kebahagiaan di luar diri agar dapat melupakan segala kegelisahannya. Sebagai pelarian, manusia memilih hiburan yang membius diri: berpesta pora, minum minuman keras, berjudi, dan melakukan tindak asusila. Akhirnya terjerumuslah ke dalam lingkaran mara. Betapa tragis hidup seperti ini! Jangan lagi menganggap kesalahan yang kita lakukan seakan tidak pernah terjadi. Kenyataannya tidak semudah itu. Bagaimanapun hukum kebenaran tetap berlaku! Hukum kebenaran mengetahuinya dengan sangat jelas. Hukum kebenaran bukan berada di tempat yang jauh. dia berada di dalam diri, dialah sang hati nurani. Hukum kebenaran tidak akan begitu saja memaafkan kesalahan yang telah kita lakukan. Itulah sebabnya hati nurani kita tersiksa. Sekalipun sandang, pangan, dan papan begitu berlimpah ruah, kita tetap tidak akan berbahagia, tidak bisa ceria dan berbahagia. Sungguh merana dan menderita. Sekali lagi, marilah kita berintrospeksi diri. Selama ini kita sangat mudah menyakiti sesama dengan tutur kata, tetapi kita tak pernah menyadarinya. Sebaliknya saat orang lain melontarkan kata-kata yang belum tentu berniat untuk menyakiti kita, kita sudah merasa tersinggung. Suasana hati lantas berubah menjadi tidak enak. Kita tidak pernah menghitung berapa banyak ucap kata yang telah kita lontarkan dan melukai perasaan orang lain, namun kita begitu mudah tersinggung dengan sepatah kata dari orang lain yang belum tentu berniat menyakiti kita. Demikianlah kesesatan kita. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci Senantiasa Melakukan Introspeksi Diri. Apa yang membedakan antara Buddha-Bodhisatva dengan manusia awam? Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci senantiasa melakukan introspeksi diri. Mata bukan untuk menilai orang lain, tetapi untuk menilai diri sendiri. Telinga untuk mendengar kata-kata sendiri, mulut untuk menasihati diri sendiri, hati untuk mengevaluasi diri sendiri. Inilah sikap Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci. Tinggalkanlah pandangan bahwa pribadi Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci begitu jauh dan tinggi sehingga tak mungkin dijangkau. Juga anggapan bahwa mereka adalah sosok yang sangat luar biasa, yang bisa terbang di angkasa. Ini adalah pandangan yang salah.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci juga berasal dari kalangan manusia biasa. Jasmani manusia adalah media untuk mencapai Kebuddhaan dan kesucian. Dengan mengamalkan pribadi luhur sebagai seorang manusia dengan sempurna, tercapailah kesempurnaan Kebuddhaan. Jika sebagai manusia saja tidak mengamalkan pribadi yang luhur, tak mungkin mencapai Kebuddhaan. Tak pernah ada dalam sejarah, di mana manusia yang tidak sempurna dalam mengamalkan pribadi luhur sebagai seorang manusia, dapat mencapai Kebuddhaan. Ini adalah mustahil. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci memancarkan pribadi luhur manusia yang indah dan sempurna. Semua tindakannya selalu menguntungkan orang lain, bukan mendatangkan penderitaan dan kegelisahan. Mereka tidak pernah mau mencelakai orang lain. Perilaku-Nya menggugah hati, sehingga umat manusia terpanggil untuk bersembah sujud dan memuliakan-Nya. Sejak dahulu hingga sekarang, sangat sedikit raja ataupun orang kaya yang disembah dan dipuja manusia karena kekuasaan ataupun kekayaannya. Yang dimuliakan umat manusia adalah pribadi yang benar-benar mendatangkan berkah bagi seluruh umat manusia, yang berbudi jasa bagi manusia. Kembali lagi, mengapa kita tidak berbahagia? Mari kita berintrospeksi. Adakah kita mendatangkan kebaikan bagi orang lain, ataukah justru mendatangkan kesulitan dan masalah? Pernahkah kita mendatangkan segudang penderitaan, aneka kegelisahan bercampur kesedihan bagi orang lain? Kini kita hidup di zaman yang penuh persaingan, tiada yang mau mengalah. Hanya dengan berintrospeksi dan memperbaiki diri, barulah kita menemui jalan keluar. Hayatilah hal ini. Dengan Introspeksi Diri Mencapai Kebahagiaan Tertinggi. Orang yang Tak Memahami Arti Pertobatan, Selamanya Takkan Merasakan Kebahagiaan. Dengan memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Beliau akan menggandeng tangan kita. Jari kita tidak akan lagi menunjuk dan menyalahkan orang lain, melainkan selalu menunjuk ke arah diri sendiri untuk melihat, mendengar, menasihati, dan mengevaluasi diri. Terus berintrospeksi, semakin menyadari betapa lemah dan berdosanya diri ini. Ternyata setiap perilaku dan ucapan dalam hidup kita selama ini selalu melukai hati orang lain. Dengan berintrospeksi barulah kita sadar dan merasa bersalah. Kita mulai merasakan pentingnya baktipuja dan pertobatan dalam pembinaan kita. Tanpa memahami arti pertobatan, selamanya kita tidak akan menemukan kebahagiaan. Yang paling dikhawatirkan bukanlah melakukan kesalahan, tetapi tidak menyadari dan menyesali kesalahan tersebut. Memohon Buddha Maitreya untuk menuntun kita menuju kebahagiaan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bukanlah takhayul. Buddha Maitreya pasti menuntun kita menuju kebahagiaan. Namun tentunya juga membutuhkan perjuangan dari diri kita. Karena itu, kita harus selalu bertobat kepada Buddha Maitreya, agar memiliki kekuatan jiwa untuk memperbaiki diri. Buddha Maitreya akan menuntun kita berintrospeksi diri, untuk menyadari kesalahan yang telah kita lakukan seumur hidup ini, untuk merenungi sebaik-baiknya setiap kata-kata salah yang pernah kita ucapkan. Dengan penuh ketulusan kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka dharma agung-Nya akan bekerja mendamaikan hati kita. Tersadarlah bahwa ternyata kita adalah manusia yang berdosa besar! Rupanya diriku telah menyakiti begitu banyak orang. Saat itu hati nurani mengadili diri sendiri. Betapa lemahnya diri ini! Dengan kesadaran nurani, barulah kita dapat setulus hati berlutut di hadapan Buddha Maitreya untuk memohon pengampunan-Nya. Dengan pertobatan nuraniah, hati nurani terbebas dari belenggu deraan, kembali merasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebenarnya kebahagiaan sangat mudah didapatkan. Asalkan hati nurani merasa damai, itulah kebahagiaan. Hati nurani yang bebas dari penyesalan, itulah kebahagiaan. Hati nurani bebas dari deraan, inilah kebahagiaan. Sangat sederhana bukan? Kebahagiaan bukan secara mutlak ditentukan oleh kekayaan. Tidak ada hubungan antara kebahagiaan dengan uang, kekuasaan, dan kedudukan. Kebahagiaan juga tidak ada hubungannya dengan materi, popularitas, kemuliaan, dan kemewahan. Semoga kita semua menginsafi hal ini. Berpendidikan ataupun tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan. Apakah mereka yang tuna aksara dan hidup di pedesaan tidak bisa merasakan kebahagiaan? Bahkan sering kali mereka lebih bahagia dibandingkan dengan kita, karena noda batin mereka lebih tipis. Mungkin pendidikan kita tinggi, namun noda batin kita tebal, dan hambatan dalam jiwa pun semakin banyak, sehingga kebahagiaan semakin jauh dari kita. Karena itu kita harus lebih giat dalam memperbaiki diri! Buddha Maitreya memiliki dharma agung yang tiada tara. Buddha Maitreya sangat mencintai kita. Namun kita sendiri harus menunjukkan ketulusan hati untuk memohon tuntunan-Nya. Beliau pasti mengulurkan tangan. Ini adalah hubungan aksi-reaksi! Tanpa ketulusan, kita tak akan bisa merasakan dharma agung Buddha Maitreya. Jika di dalam hati tidak ada Buddha Maitreya, jika kita selalu menutup diri akan kehadiran Beliau, tentu uluran tangan Buddha Maitreya tak dapat menjamah diri kita. Mulailah bertobat, biarlah Buddha Maitreya menuntun kita menuju kebahagiaan sejati!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab VI

BUDDHA MAITREYA YANG PENUH BERKAH, TUNTUNLAH KAMI HIDUP PENUH BERKAHHal yang Terpenting dalam Hidup Bermasyarakat adalah Senantiasa Mendatangkan Berkah Bagi Sesama. Hanya dengan Menjadi Pembawa Berkah bagi Sesama, Barulah Hidup Kita Penuh Akan Berkah. Berkah merupakan kebutuhan dasar hidup ini. Setiap manusia pasti menginginkan berkah di dalam hidupnya. Maka dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan, yang terpenting adalah mendatangkan berkah bagi sesama. Dengan menjadi pembawa berkah bagi sesama, barulah hidup kita dipenuhi berkah! Mengapa kita perlu berkorban, berdedikasi, dan bersumbangsih begitu besar di dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan? Mengapa harus mengalami penderitaan dan mencurahkan semangat, tenaga, dan waktu sedemikian banyak? Semua adalah demi mendatangkan berkah bagi sesama, bagi negara dan bangsa, bagi masyarakat, bagi keluarga, dan setiap insan manusia. Jika hanya diri kita yang hidup penuh berkah, sementara orang lain tidak, maka hati nurani kita takkan damai! Dalam segenap hidup ini tentunya terdapat banyak cobaan, pukulan, kesulitan, halangan, kegagalan, dan kemalangan. Halangan datang silih berganti dan bertubi-tubi, seolah-olah satu kesulitan akan diikuti kesulitan lainnya. Memang penyebab semua itu adalah ikatan dosa karma selama enam puluh ribu tahun. Namun ada satu penyebab yang lebih mendasar, yaitu apakah kita senantiasa mendatangkan berkah bagi sesama? Setiap perbuatan tidak terlepas dari hukum karma. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Bila kita sering menjadi penyebab kemalangan orang lain, mungkinkah kita hidup penuh berkah? Tentu tidak! Hukum kebenaran Tuhan mahaadil. Jika seumur hidup ini pikiran, ucapan, dan perbuatan kita selalu mendatangkan berkah bagi sesama, niscaya berkah akan memenuhi hidup kita. Mengapa kita tidak merasakan hidup yang penuh berkah? Mengapa berkah seakan jauh dari kita? Mari kita bertanya ke dalam diri. Di segenap hidup ini, berapa banyak berkah yang telah kita curahkan bagi orang lain? Bila dalam kenyataannya kita tidak pernah memberikan berkah kepada sesama, namun sebaliknya mengharapkan berkah yang berlimpah, sesuaikah hal ini dengan hukum kebenaran Tuhan? Bolehkah harapan semacam ini terwujud?

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Pahamilah, bahwa bila dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan kita banyak mendatangkan berkah bagi sesama, maka berkah tersebut akan mendatangkan kelanggengan dalam pembinaan kita. Ini merupakan hukum sebab-akibat. Dalam proses membina, semakin banyak mendatangkan berkah bagi orang lain, kita akan semakin terpanggil untuk membina. Semakin giat membina, semakin banyak berkah di dalam hidup kita. Semakin hidup penuh berkah, semakin konsisten dan lestarilah pembinaan kita. Inilah kebenarannya! Jika dalam proses membina kita tidak menemui hidup yang penuh berkah, lantas memilih berhenti dan meninggalkan wadah Ketuhanan, maka problemanya bukan terletak pada wadah Ketuhanan, tetapi kembali pada dasar hati dan pola pembinaan kita. Kita harus memiliki pengertian dan pandangan yang benar. Mengapa kita wajib membina dan mengamalkan Ketuhanan, seakan jadi berbeda dengan orang umumnya? Orang lain mengejar popularitas, kekayaan, kenyamanan, dan kenikmatan. Sebaliknya kita harus menjalankan pembinaan, pengorbanan, dan dedikasi. Mengapa saya harus berbuat demikian? Bukankah ini sebuah kebodohan? Tidak! Karena semua yang kita lakukan adalah demi mendatangkan berkah bagi orang lain. Kita ingin menjadi pembawa berkah dan kita akan melakukannya dengan sepenuh hati. Yang ada di dalam benak kita adalah bagaimana mendatangkan berkah bagi orang lain. Utamakanlah selalu kepentingan sesama. Selalu waspada dalam setiap tutur kata dan perilaku kita, agar jangan sampai menyebabkan penderitaan dan kemalangan bagi sesama. Dengan sikap seperti ini, semua hal akan dilaksanakan secara hati-hati, karena motivasi dasar dari semua itu adalah untuk mendatangkan berkah bagi sesama. Di dalam Wadah Ketuhanan, kita membina dan mengamalkan Ketuhanan juga demi mendatangkan berkah bagi Sesepuh, Pandita, teman sepembina, dan seluruh umat Ketuhanan. Juga demi mendatangkan berkah bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara kita. Pada akhirnya juga demi mendatangkan berkah bagi seluruh umat manusia! Motivasi dasar atas segala yang kita lakukan adalah demi mendatangkan berkah bagi sesama. Marilah setulus hati memohon kepada Buddha Maitreya yang penuh berkah untuk menuntun kita meninggalkan segala pukulan, halangan, kesulitan, kemalangan, penderitaan, dan kegagalan menuju hidup yang penuh berkah. Selangkah lebih maju lagi, mohonlah tuntunan-Nya agar kita dapat mendatangkan berkah bagi sesama. Ini sangat penting.

Dengan penuh ketulusan memohon kepada Buddha Maitreya, maka Beliau akan memancarkan Dharma Agung-Nya dalam segenap hidup kita. Buddha Maitreya akan senantiasa mencurahkan inspirasi kearifan bagi kita, sehingga kita dapat memperbaiki pola pikir dan pandangan yang

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

keliru. Tersadarlah bahwa ternyata kita harus terlebih dahulu memberikan berkah bagi orang lain, barulah kelak hidup dalam berkah yang berlimpah. Tanpa tuntunan Buddha Maitreya, kita tidak akan pernah mengerti mengapa kita terlebih dahulu harus memberikan berkah bagi orang lain, sehingga kelak hidup kita penuh berkah. Namun kini berkat iman kita kepada Buddha Maitreya, di dalam pancaran dharma agung-Nya kita menjadi mengerti bahwa hanya dengan mendatangkan berkah bagi orang lain, maka kita akan semakin jauh dari kemalangan. Semakin banyak mendatangkan berkah bagi sesama, dengan sendirinya kita semakin terjauh segala pukulan, halangan, kesulitan, kegagalan, dan penderitaan. Inilah konsep pandangan yang benar. Kemuliaan Buddha Maitreya terletak pada panggilan hati Beliau untuk mendatangkan berkah bagi enam miliar manusia, bahkan untuk segala kehidupan di alam semesta. Beliau ingin membangun dunia yang penuh berkah, dunia yang berlimpah anugerah: Bumi Suci Maitreya, Dunia Damai Sentosa, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Pada akhirnya Beliau mencapai kesempurnaan sebagai Buddha Berkah, Buddha Kebahagiaan! Mari kita teladani sifat dan semangat agung Beliau.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab VII

BUDDHA MAITREYA YANG BERWAJAH KASIH, TUNTUNLAH KAMI BERWAJAH KASIHSenyuman Kasih Harus Berakar dari Hati Nurani.

Ciri khas Buddha Maitreya adalah berwajah kasih. Di antara kita, siapa yang tidak ingin bila setiap hari dapat selalu tersenyum? Setiap insan pasti sangat mendambakan agar tawa ria senantiasa mengisi kehidupannya. Akan tetapi jarang sekali ada orang yang bisa tertawa penuh sukacita setiap harinya. Mengapa kita tidak dapat selalu tertawa bahagia? Mari kita renungkan dengan seksama. Semua adalah akibat kegelapan batin selama 6 laksa tahun. Terlebih dengan belenggu dosa karma yang terus menjerat, bagaimana mungkin kita bisa tertawa bebas? Oleh karena itulah, kita harus memohon kepada Buddha Maitreya yang senantiasa memancarkan wajah kasih untuk menuntun kita menuju hidup yang dihiasi wajah kasih.

Selama ini kita tidak menyadari bahwa sulit tertawa merupakan bagian dari belenggu dosa karma. Karena itu kita harus setulusnya bersujud kepada Buddha Maitreya yang raut wajah-Nya penuh kasih untuk menuntun kita agar dapat senantiasa berwajah kasih. Lihatlah, Buddha Maitreya setiap hari tertawa haha, sedangkan kita tidak bisa. Setiap hari kita bercermin diri, yang terlihat adalah raut wajah yang kaku, tegang, dingin, muram, ataupun penuh emosi. Singkat kata wajah kita tidak memancarkan kasih. Mari kita mengevaluasi diri. Bila kita ingin mengembangjayakan Maha Tao Maitreya, maka berwajah kasih merupakan hal yang mendasar. Sekalipun kita tidak berkhotbah, asalkan setiap hari bisa berwajah kasih, niscaya kita akan memberikan suatu kesan yang baik di hati setiap orang. Baik kenal ataupun tidak, siapa pun yang melihat wajah kasih kita akan menerima dan senang berteman dengan kita. Berikut ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Su Au, Taiwan. Ada seorang ibu rumah tangga yang di rumahnya terdapat altar pemujaan Buddha Maitreya. Tahukah Saudara apa yang senantiasa dimohon oleh ibu tersebut kepada Buddha Maitreya? Karena setiap hari melihat wajah Buddha Maitreya yang selalu tertawa haha, maka beliau juga ingin seperti Buddha Maitreya. Beliau tidak memohon kemurahan rezeki atau apapun. Yang dimohon hanyalah agar dia juga bisa tertawa haha setiap harinya seperti Buddha Maitreya. Dulunya ibu ini dikenal sangat emosional. Wajahnya selalu tak enak dipandang. Tutur katanya juga tak baik. Di dalam kebulatan tekadnya, setiap malam dengan hati yang tulus beliau

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bersujud seribu sujudan kepada Buddha Maitreya, agar menuntun dirinya menuju hidup yang penuh dengan wajah kasih. Setahun, dua tahun terus berlanjut tanpa henti, hingga sempurna sebab jodohnya. Akhirnya beliau menjadi adik Buddha Maitreya, karena setiap hari senantiasa tertawa haha. Di mana dan kapan saja, dia selalu tersenyum. Senyumnya bukan dibuat-buat, tetapi merupakan sebuah senyum yang alami, dari pagi hingga malam tidak berubah. Demikianlah ibu ini memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk berwajah kasih. Berkat tekad dan perjuangannya, diapun berhasil! Inilah sebuah kesaksian yang nyata. Saudara Seketuhanan, yang dikhawatirkan adalah kurangnya ketulusan hati, keuletan, tekad, dan kesabaran kita. Karena itu ketulusan hati harus kita pupuk sejak dini. Asalkan setulus hati kita bersembah sujud memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Buddha Maitreya pasti akan menuntun kita hingga kita bisa berwajah kasih. Ini adalah sebuah kenyataan. Apabila kita ingin berwajah kasih, maka kita harus mulai dari akarnya, yaitu hati nurani. Jika hati nurani kita tidak sadar cemerlang, bagaimana kita bisa berwajah kasih? Jika hati nurani masih dipenuhi penyesalan dan deraan, bagaimana kita dapat memancarkan wajah yang penuh kasih? Karena itu, apabila kita ingin berwajah kasih, maka perjuangan harus dimulai dari dasar nurani kita. Bukan karena memiliki harta yang banyak, baru seseorang bisa berwajah kasih! Bukan karena mengenakan pakaian bermerek, baru seseorang dapat berwajah kasih! Bukan karena mengendarai mobil mewah, baru seseorang memancarkan berwajah kasih! Bukan karena tinggal di rumah megah, baru seseorang bisa berwajah kasih! Juga bukan karena menjadi pejabat tinggi, baru seseorang dapat berwajah kasih! Wajah kasih bersumber dari hati nurani yang sadar cemerlang. Asalkan nurani kita berpancar cemerlang, dengan sendirinya kasih berpancar di wajah kita. Untuk dapat memancarkan wajah kasih, tentu saja sebanyak 70% kita mengandalkan uluran kekuatan Tuhan dan para Buddha. Asalkan dengan penuh ketulusan kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka Buddha Maitreya pasti akan membentangkan jalan bagi kita. Para Buddha dan Bodhisatva akan menyukseskan kita dalam menggapai hidup yang berhiaskan wajah kasih. Siapapun juga, asalkan dia berangan memiliki wajah kasih dan terbebas dari raut wajah yang sedih, dingin, atau penuh amarah, niscaya para Buddha akan membantunya. Karena para Buddha-Bodhisatva dan Para Suci di jagat raya ini juga berpartisipasi dalam misi agung Buddha Maitreya. Barang siapa berikrar untuk hidup seperti Buddha Maitreya, berhati kasih seperti Buddha Maitreya, berperilaku kasih seperti Buddha Maitreya, dan berwajah kasih seperti

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Buddha Maitreya, maka para Buddha pasti akan membantunya. Para Bodhisatva dan Para Suci sejagat raya juga akan membantunya hingga sukses! Amalkanlah kebenaran ini! Janganlah kita mengabaikan 70% kekuatan yang berasal dari Tuhan dan para Buddha. Jangan pula kita menjadi pongah, mengangap keberhasilan kita semata adalah