61
REFERAT POLRI TUMOR MANDIBULA Pembimbing : drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BM drg. Nila Utama, Sp. BM Disusun Oleh : Ella Minati Putri 2014-16-042 Fitri Noor 2014-16-076

Tumor Mandibula

  • Upload
    ads226

  • View
    308

  • Download
    45

Embed Size (px)

Citation preview

REFERAT POLRI

TUMOR MANDIBULA

Pembimbing :

drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BMdrg. Nila Utama, Sp. BM

Disusun Oleh :

Ella Minati Putri 2014-16-042Fitri Noor 2014-16-076Ganesha 2014-16-077Gerry Permana U.P 2014-16-078Gustin Nurisma 2014-16-081Arini Cyndwiana 2014-16-053Aulia Rahmi Gasani 2014-16-056

RS BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SOEKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan referat

ini. Adapun judul yang akan dibahas adalah mengenai case report tumor

mandibula

Ucapan terima kasih ditujukan kepada semua pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu dalam proses

menyelesaikan makalah ini. Penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan

dalam penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami

harapkan untuk perbaikan dikemudian hari.

Jakarta, April 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................

.........................................................................................................................2

2.1 Anatomi Mandibula ............................................................................

...................................................................................................................2

2.2 Definisi Tumor Mandibula ................................................................. 7

2.3 Etiologi Tumor Mandibula .................................................................

...................................................................................................................10

2.4 Klasifikasi Tumor Mandibula ............................................................

...................................................................................................................11

BAB III Penatalaksaan ................................................................................

.........................................................................................................................18

3.1 Penatalaksanaan ..................................................................................

...................................................................................................................18

3.2 Laporan Kasus ...................................................................................

...................................................................................................................19

BAB IV Kesimpulan .....................................................................................

32

Daftar Pustaka .............................................................................................. 34

iii

Lampiran....................................................................................................... 35

iv

BAB I

PENDAHULUAN

Mandibula merupakan bagian dari muka yang ikut menentukan bentuk

wajah seseorang, terutama sepertiga bagian bawah. Selain berfungsi estetik,

mandibula berperan dasar mulut yang berfungsi untuk mengunyah, menelan,

bicara dan menguap. Seperti organ tubuh lainnya, tulang mandibula dapat

mengalami kelainan antara lain tumor jinak maupun ganas. Diantara tumor jinak

mandibula yang sering dijumpai adalah ameloblastoma, sedangkan tumor ganas

primer terutama osteosarkoma. Paska reseksi tumor mandibula biasanya timbul

defek besar

Tumor mandibula adalah tumor jinak odontogenik pada mandibula

yang mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga

menimbulkan deformitas wajah.Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel yang

besifat infltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari

75 % terjadi akibat adanya kista folikular.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mandibula

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang

paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada

tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu

membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit

digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu

mengunyah. Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang

yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan

tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya

horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menonjol ke muka serta mempunyai

dua buah cabang yang menonjol ke atas dari ujung posterior korpus (gambar 1).1

Bagian – bagian mandibula, yaitu :

A. Korpus

Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :

1) Permukaan eksternus

Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu

linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke

bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di dekat garis tengah.

Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan

2

simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian

atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus

mandibula.

2) Permukaan internus

Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah

linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke

bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo

dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari

fossa submandibularis (gambar 2).

Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :1,2

1) Pinggir atas (alveolaris)

Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari

masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring,

dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi –

gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang

mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula.

2) Pinggir bawah (basis)

Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior

dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada

batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa

digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari

garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus.

3

Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya

(superfasialis) dilekatkan platisma (gambar 3).

B. Ramus

Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :

1) Permukaan eksternus (lateralis)

Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang

berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio

dari muskulus masseter.

2) Permukaan internus (medialis)

Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal

dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh –

pembuluh darahnya.

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :

Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung

mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus

kondiloideus.

Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.

Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis

dari glandula parotis.

Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan

bersama – sama membentuk basis mandibula. Mandibula termasuk ke

dalam bagian sepertiga bawah wajah. Mandibula berhubungan dengan

basis kranii dengan adanya temporo mandibula joint dan disangga oleh

4

otot-otot pengunyahan. Mandibula terdiri dari korpus berbentuk tapal kuda

dan sepasang ramus. Korpus mandibula bertemu dengan ramus masing-

masing sisi pada angulus mandibula. Pada permukaan luar digaris tengah

korpus mandibula terdapat sebuah rigi yang menunjukkan garis fusi dari

kedua belahan selama perkembangan, yaitu simfisis mandibula.

Nervus Mandibularis merupakan cabang terbesar, yang keluar dari ganglion

Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan bercabang menjadi

3 percabangan yang mensyarafi mandibula. Mandibula dipersyarafi oleh 3 cabang

nervus, yaitu N. Lingualis, N. Alveolaris Inferior, dan N. Bukalis (Gambar 4).3

5

Gambar 1

Anatomi kraniumdari lateral

6

Gambar 3

Anatomi kranium dari frontal

Gambar 2

Anatomi kranium dari bawah

Gambar 4

Nervus yang berada di wajah pada pandangan lateral

2.2 Definisi Tumor

Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan

jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut, tumor atau

neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan di dalam dan

di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikembalikan dan tidak

berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar mulut,

palatum, lidah, dan didalam tulang rahang. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan

epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah.

Berdasarkan garis besarnya dan keganasannya neoplasma atau tumor dapat

diklasifikasikan menjadi : jinak (benigna) dan ke pertumbuhan ganas (maligna

7

atau kanker). Tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna atau kanker)

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tumor Jinak (Benigna)

a. Pertumbuhannya ekspansif

Pertumbuhan ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya

sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai atau kapsul dari

tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsul.

Karena tidak ada pertumbuhan infiltratif biasanya tumor jinak dapat

digerakkan dari dasarnya.

b. Tidak bersifat residif

Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan

seluruhnya sehingga tidak ada jaringan tumor tertinggal dan tidak

menimbulkan kekambuhan.

c. Tidak bermetastase

Tumor jinak biasanya tidak dapat bermetatase sehingga tumor

jinak tidak dapat menyebar kejaringan sekitarnya.

d. Pertumbuhan yang lambat

Dengan pertumbuhan yang lambat tumor tidak cepat membesar

dan dari pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis

abnormal. Adanya gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.

e. Tidak menyebabkan kematian

8

Tumor jinak tidak membahayakan atau mengancam jiwa, namun

bila tumor tersebut tumbuh didaerah vital maka tumor tersebut dapat

mengancam jiwa.

2. Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )

a. Pertumbuhan infiltratif

Pertumbuhan infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk

kedalam jaringan sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting sehingga

disebut kanker. Karena itu tumor ganas biasanya sulit digerakkan dari

dasarnya.

b. Residif

Tumor ganas sering tumbuh kembali ( residif ) setelah diangkat

atau diberi pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya

sel tumor yang tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk

tumor ditempat yang sama.

c. Metastase

Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup

mengadakan anak sebar ditempat lain melalui peredaran darah ataupun

cairan getah bening.

d. Pertumbuhan yang cepat

Secara klinik tumornya cepat membesar dan secara mikroskopik

ditemukan mitosis normal ( bipolar ) maupun abnormal ( atipik ). Sebuah

sel membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada

9

tumor yang ganas terjadi pembelahan multiple pada saat bersamaan

sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau empat anak sel.

Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik mitosis

atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.

e. Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian

Berbeda dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkan

kematian bila letaknya tidak berada didaerah vital.

2.3 Etiologi dan Predisposisi Tumor Mandibula

Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa

tumor mandibula dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik,

karsinogenik kimia dan virus. Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa

tahun setelah terjadinya trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat

dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan

maupun parah jarang menyebabkan tumor.

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi

dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya tumor ini. Ada dugaan lain

bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan pasien

berkembang menjadi tumor mandibula. Penelitian tentang virus yang dapat

menyebabkan tumor baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk

menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma manusia tidak berhasil.

Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel

tumor.

10

Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari

proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa

sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari

beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer

berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian

tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.

Terlihat sisa-sisa epitel Malassez yang biasanya terdapat pada membran

periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang

mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista

odontogenik.7,8

Sedangkan predisposisi terjadinya tumor mandibula adalah dengan

melakukan kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, obesitas,

faktor usia, faktor genetik, terkena paparan sinar matahari atau ultraviolet, dan

polusi udara.

2.4 Klasifikasi

Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan:

a. Berasal dari jaringan epitel

Tumor yang berasal dari epitel adalah:

Karsinoma sel squamosa (KSS)

Gambaran klinis KSS:

Merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut.

Plak keratosis

11

Ulserasi

Tepi lesi indurasi dan kemerahan.

Dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.

Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenes p53.

Gambar 5

Karsinoma sel squamosa pada rahag bawah kiri pasien.

Karsinoma sel basal ( Basal Cell Carsinoma / BCC)

Gambaran klinis :

• Umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari yang

berlebihan.

• Terutama pada orang yang berkulit terang atau putih.

• Lokasinya pada bibir dan berkembang dari sel-sel basal

epidermis,terutama dari benih folikel rambut atau mukosa.

• Lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami ulserasi.

12

Gambar 6

Karsinoma Sel basal

b. Berasal dari jaringan ikat

Tumor yang berasal dari jaringan ikat adalah :

Fibrosarkoma :

Gambaran klinis :

Merupakan tumor ganas jaringan ikat fibrosa.Sarkoma adalah tumor ganas

jaringan mesenkim, missal limfosarkoma, osteosarkoma, kondrosarkoma.

Predileksi tempat : dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut. Lebih

sering pada jaringan ikat fibrosa rahang bawah disbanding di maksila.

Tumor pada rahang biasanya berasal dari jaringan periosteum atau

endosteum. Laki-laki lebih sering dibanding wanita.

Neurosarkoma :

Gambaran klinis :

Juga disebut malignant schwannoma atau fibrosarkoma dari

selubung saraf.

13

Tumor yang berkembang dari sel schwann atau dari saraf perifer

Biasanya lesi primer terjadi sepanjang proksimal batang saraf

utama

Tumor biasanya asimtomatis sampai terjadi adanya neuropraksia

Pemeriksaan menunjukan massa fusiform yang besar

c. Berasal dari jaringan otot

Tumor yang berasal dari jaringan otot adalah : Leiomyoma, Granular cell

myoblastoma

d. Berasal dari jaringan syaraf

Tumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah : Traumatic neuroma,

Neurofibroma, Pigmented ameloblastoma

e. Berasal dari kelenjar ludah

Tumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah :

Karsinoma mukoepidermoid ( Mucoepidermoid carsinoma)

Gambaran klinis :

Pada umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar

ludah parotis.

Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang

paling sering melibatkan kelenjar ludah minor di palatum.

• Sering terjadi pada orang dewasa.

14

• Penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki.

• Tumor ini tumbuh lambat.

• Berasal dari sel epithelium duktus.

Karsinoma adenoid kistik ( Adenod cystic carsinoma)

Gambaran klinis:

• Tumbuhnya lambat.

• Cenderung local invasive.

• Kambuh setelah operasi.

• Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor.

• Dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah salura

pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus paranasalis.

• Umumnya terjadi pada penderita usia 40-60 tahun.

• Berpotensi metastasis.

• 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah

kelenjar ludah parotis

f. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenic. Termasuk didalamnya

Enameloma, Ameloblastoma/Adamantinoma.

g. Tumor jinak tepi jaringan periodontal

Tumor jinak yang berasal dari tepi jaringan periodontal contohnya adalah

epulis gravidarum, epulis angiomatosa, epulis giant cell, epulis kongenital,

epulis fibromatosa, epulis granulomatosa dan epulis fissuratum

15

Staging tumor pada rongga mulut

Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging

and End Result reporting (AJCCS). Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu:

T:Tumor primer, N: Kelenjar getah bening regional, M: Metastasis jauh tumor

primer dan dipakai pada rongga mulut :

T – Tumor primer

TX : Tumor yang belum dapat dideteksi

T0 : Tidak ada bukti tumor primer

TIS : Karsinoma insitu (tumor permukaan)

T1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil

T2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm

T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm

T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot

– otot lidah

N – Kelenjar getah bening regional

NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan

N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional

N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang

dari 3 cm

N2 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6

cm atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran

16

kurang dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan

ukuran kurang dari 6 cm

N2a : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6

cm

N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6

cm

N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang

dari 6 cm

N3 : Metastatis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm

Universitas Sumatera Utara

M – Metastatis jauh tumor primer

MX : Adanya metastatis jauh tidak dapat diperkirakan

M0 : Tidak ada metastatis jauh dari tumor primer

M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer

Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Stage 1 : T1 N0 M0

Stage 2 : T2 N0 M0

Stage 3 : T3 N0 M0, T1 N1 M0, T2 N1 M0, T3 N1 M0

Stage 4 : T4 N0 M0

T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0

T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1

17

BAB III

PENATALAKSANAAN

3.1 Penatalaksanaan

Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat

rekurensi berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konservatif. Mengingat

besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat

dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang

rahang, bridging plate titanium dapat digunakan untuk mengganti sebagian tulang

yang hilang dan berfungsi sebagai alat rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi

dengan memasang tandur ahli tulang kalau mungkin bisa dikerjakan.1

Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan

yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat.

Menurut Ohishi indikasi perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda

dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah

ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran soap

bubble, lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan secara konservatif dan

ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi

segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).4

Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat

jaringan tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula

bagian bawah yang masih intak.Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus

dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara

18

rontgenologis yang diperkirakan batas minimal reseksi. Adapun tindakan dapat

dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral, hal ini tergantung pada seberapa

besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi tumor.

Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini

mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa

cara yang dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik,

misalnya bridging plate titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur

tulang iga, krista iliaka dan tibia serta dapat juga secara kombinasi aloplastik

material dengan autogenous bone grafting.

Perawatan paska operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik

dan analgetik. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat

menyebabkan fraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh

sempurna. Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu.Jika diperlukan dapat dibuatkan

prostesi gigi setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone

remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan paska operasi.

3.2 Laporan Kasus

No RM : 802909

Nama pasien : Ahmad Sutarto

Tanggal lahir : 5 Juli 1968

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Ruang : Nuri kamar 9

Alamat : Palsigunung RT03/RW02 Mekarsari Cimanggis

19

I. Anamnesa

Pasien datang ke RS Bhayangkara TK.1 R.Said Sukanto pada hari Jumat

tanggal 4 Maret 2016 dengan keluhan pipinya membengkak sejak 5 tahun lalu

yang terus membesar. Demam (-), nyeri tekan (-)

II. Pemeriksaan Klinis

A. Extra Oral

Inspeksi

Lokasi/ regio : Pipi kanan

Bentuk Kelainan : Pembengkakan

Warna : Normal

Palpasi

Suhu : Normal

Batas : jelas

Mudah digerakkan/tidak : Mudah digerakkan

Permukaan : Bengkak

Konsistensi : Keras

Nyeri tekan : -

Fluktuasi : -

Ukuran : P 6 cm x L 4 cm x T 6 cm

Kelenjar Getah Bening : kanan teraba, keras, tidak sakit

kiri teraba, lunak, tidak sakit

20

Gambar 7

Foto extra oral pasien di ruang Nuri 30 Maret 2016

B. Intra Oral

Inspeksi

Trismus : -

Kelainan : Pembengkakan posterior regio 4

Lokasi : kanan bawah sepanjang regio 4

Warna : Kemerahan

Palpasi

Suhu : Normal

Batasnya : Tidak jelas

Permukaan : irregular

Mudah digerakkan/tidak: Mudah digerakkan

21

Konsistensi : Keras

Fluktuasi : -

Nyeri tekan : -

Ukuran : P 6 cm x L 3 cm x T 4 cm

Keterangan Lain

Bibir Atas : Normal

Bibir bawah : Normal

OH : Buruk

Ginggiva : gingivitis pada regio rahang bawah dan

rahang atas

Oklusi : Normal

Palatum : Dalam

Mukosa pipi ki & ka : kiri Normal

kanan Pembengkakan irregular

Lidah : Normal

Dasar mulut : Normal

III. Pemeriksaan penunjang

A. Ro Foto : CT-Scan kepala

22

Gambar 8

Rontgen CT-Scan pasien

Tampak gambaran lesi hipodens berdensitas 25 HU dengan pemberian kontras

tampak gambaran penebalan dinding berukuran 6,85x4,92x6,83 cm disertai

dengan destruksi os mandibula kanan, tidak tampak deviasi midline, sistem

ventrikel normal, sulci/gyri normal, orbita/aircell mastoid kanan kiri normal.

tulang-tulang normal.

Kesan : Gambaran abses mandibula kanan

23

B. Ro Foto : Thorax :

Hasil interpretasi :

Sinus/diafragma baik

Cor normal

Iga-iga, trachea dan mediastinum baik

Tidak tampak kelainan paru

Kesan : Normal chest

24

C. Pemeriksaan Lab : :

Hematologi III:

Hb : 14.2 g/dl

Leukosit : 7.800 u/l

Hematokrit : 41%

Trombosit : 288.000 u/l

Hitung jenis leukosit :

Basofil: 1

Eosinofil: 5

Segmen: 45

Limfosit: 47

Monosit: 2

LED: 10

Eritrosit: 4.53

Masa pendarahan: 2'30"

Masa pembekuan: 12'

Kimia klinik:

GDS: 79

IV. Diagnosis utama : Ameloblastoma ekstraseluler dan epulis giant cell

V. Rencana Terapi : Reseksi tumor dengan WSE (Wide Surgical Excision) +

Ekstraksi gigi regio 4 yang terinfeksi+ Suturing dengan GA

VI. Laporan Pre Operasi, Operasi dan Post Operasi

25

Pasien masuk ruang rawat inap tanggal 16 Maret 2016 (Jam 17.30), pasien

direncanakan operasi pada tanggal 28 Maret 2016 (jam 7.00), akan tetapi karena

tensi pasien tinggi, penjadwalan operasi menjadi 31 Maret 2016 (08.30-10.10).

30 Maret 2016

Gambar 9

Foto extra oral pasien di ruang Nuri 30 Maret 2016

A. Tanda-tanda vital (TTV)

T : 130/70 mmHg

N : 88x/menit

S : 36º C

RR : 20x/ menit

B. Instruksi Pre Operasi

Puasa 6 jam sebelum operasi

Skin test terhadap Ceftriaxone

Inj. Ceftriaxone 1gr, Inj. Garamycin 80 mg, Inj. Ranitidin 1 amp

Pemasangan infus vena RL

Operasi dilakukan pada tanggal 31 Maret 2016

26

31 Maret 2016 - 05.00

Gambar 10

Foto extra oral pasien di ruang Nuri 31 Maret 2016

A. Tanda-tanda vital (TTV)

T : 120/80 mmHg

N : 84x/menit

S : 36º C

RR : 20x/ menit

B. Pre Operasi

Sedang melanjutkan puasa

Skin test terhadap Ceftriaxone, dengan hasil (-), yaitu tidak alergi

Inj. Ceftriaxone 1gr, Inj. Garamycin 80 mg, Inj. Ranitidin 1 amp

C. Operasi

27

Operasi Tumor mandibula menggunakan Wide Surgical Excision + Suturing

Laporan Operasi

Tanggal Operasi : Kamis, 31 Maret 2016 jam 08.00

Tindakan :

a. Pengangkatan Tumor dengan Dredging method+ wide excision

b. Pencabutan gigi yang terinfeksi

Tahapan :

1. Persiapan alat dan bahan operasi.

2. Pasien di baringkan di atas tempat tidur.

3. Dokter anestesi melakukan anestesi umum.

4. Dilakukan asepsis pada daerah operasi menggunakan betadine.

5. Anastesi infiltrasi ekstra oral pada daerah pembengkakkan.

6. Retraksi pipi menggunakan cheeck retractor, retraksi lidah menggunakan

tounge retractor.

7. Insisi di bagian perlekatan tumor, pada kasus ini dekat dengan gingiva

posterior dextra. Insisinya menggunakan wide-local excision.

8. Darah yang keluar dari jaringan diambil menggunakan suction.

9. Buka flapnya menggunakan rasparatorium.

10. Jaringan tumor dipisahkan dengan cryo.

28

11. Gunakan rasparatorium untuk mengungkit tumor.

12. Pengangkatan tumor, apabila sudah terangkat tumornya, spooling bagian

mukosa yang menjadi defek.

13. Pencabutan gigi yang terkena infeksi. Pada kasus ini gangren pulpa dan

impaksi.

14. Pembuangan tulang yang mengalami penyebaran tumor.

15. Penghalusan tulang yang tajam.

16. Spooling dengan betadine.

17. Penjahitan dengan interrupted dan continous locking pada daerah yang

diinsisi.

18. Pembuangan karang gigi menggunakan bein.

19. Spooling dengan betadine.

20. Spooling dengan NaOCl.

21. Bersihkan daerah asepsis betadine dan darah menggunakan alkohol.

22. Melepaskan alat anestesi.

23. Pasien dibangunkan.

24. Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

25. Instruksi pasca operasi :

Diet lunak

26. Resep post op :

Inj. Cefatriaxone 3x1gr

Inj. Garamycin 3x1gr

Inj.Rantin 3x1gr

29

Inj. Ketorolac 3x1gr

D. Post Operasi

Tanggal 31 Maret 2016

S : Pasien mengatakan nyeri post op, lemah

O : Keadaan Umum sakit nyeri, skala nyeri 4

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Observasi tanda vital

Kaji skala nyeri

Awasi tanda-tanda perdarahan

Beri terapi sesuai program

TTV :

BP : 120/90

N : 82x/menit

RR : 22x/menit

Sh : 37 C

30

Gambar 11

Foto extra oral pasien setelah operasi di ruang Nuri 31 Maret 2016

Tanggal 1 April 2016

TTV :

N : 86x/menit

S : 36 C

RR : 20x/menit

T:120/80mmHg

Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian operasi.

Pasien diizinkan untuk pulang

7 April 2016

Diberikan obat pulang:

Asam mefanamat 500mg 2x1

Dexamethasone 3x1

Ceftriaxone 2x1

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan anatominya, wajah atau maksilofasial dibagi menjadi 3

bagian, yaitu sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah dan sepertiga bawah

wajah. Mandibula termasuk ke dalam bagian sepertiga bawah wajah. Mandibula

31

dipersyarafi oleh 3 cabang nervus, yaitu N.Lingualis, N.Alveolaris Inferior, dan

N.Bucalis.

Tumor mandibula merupakan tumor odontogenik yang berasal dari

epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu

transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Tumor

mandibula mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga

menimbulkan deformitas wajah.

Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,

tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah

pencabutan gigi, pengangkatan kista dan/atau iritasi lokal dalam rongga

mulut.tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak

dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Karsinogenesis tumor mandibula terbagi

menjadi:

1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal

dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi

ganas.

2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk

klon melalui pembelahan (poliferasi).

3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi

mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh

karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini.Terapi utama pada tumor

mandibula adalah pembedahan.Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas

32

dan besarnya jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan

yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ajmal S, Khan MA, Jadoon H, Malik SA. 2007. Management Protocol of

Mandibula Ractures at Pakistan Institute of Medical Sciences. Islamabad,

Pakistan: J Ayub Med Coll Abbottabad Vol 19, issue 3; Hal 51-55.

2. Andi Sb, Masykur R. 2010. Trauma Oral & Maksilofacial. EGC; Hal 91-116.

33

3. Soepardi EA, Iskandar N. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala Leher. Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran,

Indonesia: Jakarta; Hal 132-156.

4. Dingman TM, Natvig AC. 1965. Surgery of Facial Fractures. Wisconsin; Hal

133.

5. Pederson GW. 1965. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (terj). EGC. Jakarta;

Hal 179-180.

6. Gde Rastu Adi Mahartha, Sri Maliawan, Ketut Siki Kawiyana.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484&val=970. Hal 1-

14.

7. Sri Rahayu. 2012. Titanium Bone Screw: Alternatif Fiksasi Intermaksilar

pada Fraktur Mandibula Sederhana. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol

XXVIII No.2; Hal 1-8.

8. Rahmat Babuta, Moch. Affandi. 2004. Perawatan Fraktur Berganda

Mandibula Dengan Reduksi. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi Khusus Komit.

Hal 141-142.

Lampiran Dokumentasi :

34

Hasil laboratorium pasien

Pasien dipersiapkan untuk anestesi umum

35

Anestesi umum oleh Dokter anestesi

Persiapan alat dan bahan

Tindakan asepsis pada daerah kerja

36

Operasi pengangkatan tumor mandibula oleh drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BM

Penggunaan cryo untuk pemisahan jaringan tumo

37

Pengangkatan tumor mandibula dan ekstraksi gigi regio 4 yang terinfeksi

Pengangkatan tumor berhasil dilakukan

38

Spooling daerah kerja

Suturing daerah insisi oleh drg. M. Toto Sugiharto, Sp. BM

39

Hasil operasi

Kontrol (Asepsis+suturing) tanggal 11 April 2016

40