Upload
suarnono
View
221
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS TERSTRUKTURPERENCANAAN PROYEK INDUSTRI PANGAN
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI SIRUP “MARIJENE” DI WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO
Disusun Oleh :
Anisa Pujirahayu A1M010002Novi Tri Wahyuni A1M010031
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO2012
Latar Belakang
Pengembangan bidang industri menjadikan kebijakan yang prioritas
pemerintahan dalam usaha menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kebijakan ini berorientasi pada keadaan sumber daya alam Indonesia yang sangat
potensial dalam bidang industri.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pembangunan suatu industri
adalah aspek-aspek mengenai studi klayakan. Studi kelayakan yang harus
diperhatikan antara lain : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen operasional, aspek yuridis, aspek finansial. Aspek-aspek
tersebut untuk memastikan agar produk yang dibuat diterima oleh masyarakat luas
dan diterima dengan baik.
Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah suatu kegiatan yang mempelajari
secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan dengan
menganalisis berbagai macam aspek. Namun investasi tersebut juga harus
memperhatikan kondisi-kondisi dibidang ekonomi, hukum, politik, budaya,
keamanan, perilaku dan perubahan lingkungan masyarakat karena sering kali
terjadi ketidakpastian yang dapat mengakibatkan apa yang sudah direncanakan
menjadi tidak tercapai.
Bahan baku yang digunakan dalam perencanaan proyek industi pangan
adalah kombinasi penggunaan jeruk nipis dan markisa. Jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis
tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya
berkayu ulet dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam.
Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Bunganya
berukuran kecil-kecil berwama putih dan buahnya berbentuk bulat sebesar bola
pingpong berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Buah jeruk nipis
yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat
yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.
I. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang pertama dianalisis
dalam kajian ini. Analisis yang dilakukan pada aspek pasar dan pemasaran antara
lain riset pasar yang meliputi proyeksi permintaan dan penawaran, perkembangan
harga serta strategi pemasaran yang mencakup strategi harga, produk, tempat
distribusi, dan promosi. Apabila permintaan pasar menguntungkan maka usulan
proyek memiliki prospek atau layak jika ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran.
Kajian aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui keadaan objek di
masa lalu dan saat ini, sedangkan tujuan pemasaran dalam ilmu marketing adalah
untuk mengendalikan pasar di waktu yang akan datang (Subagyo, 2007). Dalam
melakukan penelitian terhadap aspek pasar dan pemasaran perlu diadakan
penelitian terhadap beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu Permintaan,
Penawaran, Proyeksi permintaan dan penawaran, Proyeksi penjualan, Produk
(barang/jasa), Segmentasi pasar, Strategi dan implementasi pemasaran.
1. Permintaan dan Penawaran
Sirup Marijene merupakan produk olahan sirup kombinasi antara markisa
dan jeruk nipis yang baru akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Wonosobo,
sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui jumlah penawaran secara pasti.
Jumlah permintaan berhubungan dengan jumlah penawaran. Permintan
adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan
tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Sedangkan penawaran adalah mengukur responsif penawaran sebagai akibat
perubahan harga. Dengan kualitas yang baik dan mengingat sirup Marijene
merupakan produk baru di pasaran, maka peluang untuk penawaran sirup jeruk
nipis masih sangat besar selain itu didukung dengan cara menentukan strategi
pemasaran yang tepat.
2. Perkembangan Harga
Bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan sirup Merijene (untuk
6 botol/ 1 dus) yaitu :
Bahan-bahan Ukuran Harga
Jeruk nipis 3 Kg Rp. 9000
Markisa 3 Kg Rp. 9000
Gula pasir 6 Kg Rp. 36.000
Botol 6 Rp. 15.000
Dus 1 Rp. 500
Label 6 Rp. 6000
Jumlah Rp. 75.500,- untuk 6 botol
Modal per buah Rp. 75.500,- : 6 = Rp. 13.000,-
Harga jual per botol = Rp. 17.000,-
Harga jual per dus = Rp. 100.000,-
3. Saingan Usaha
Potensi persaingan produk sirup berbahan dasar markisa dan jeruk nipis
dapat ditinjau dari aspek persaingan produk sejenis. Persaingan produk sirup
memang cukup tinggi dilihat dari bahan baku pembuatan sirup yang berbeda,
misalnya sirup strawberry, melon, anggur, frambozen dan sebagainya. Akan
tetapi sirup yang berbahan dasar kombinasi antara markisa dan jeruk nipis
masih jarang ditemukan di pasaran dan sirup marijene ini merupakan produk
baru yang dikembangkan di kabupaten Wonosobo. Wonosobo merupakan
wilayah dengan dataran tinggi yang mudah untuk membudidayakan markisa
dan jeruk nipis, sehingga bahan baku yang dibutuhkan akan mudah didapat.
4. Strategi Pemasaran
Kotler (2003) menyatakan bahwa strategi pemasaran adalah pendekatan
rata-rata yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam mencapai sasaran yang
telah ditetapkan lebih dahulu, didalamnya tercantum keputusan-keputusan
pokok mengenai target pasar, penempatan produk dipasar, bauran pemasaran
dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan.
Perusahaan juga memerlukan perencanaan dan pengawasan yang matang,
serta tindakan-tindakan konkrit dan terprogram. Lebih lanjut Kotler (2003)
menyatakan bahwa perusahaan dapat melakukan empat macam tindakan
bauran pemasaran yaitu product, price, place and promotion (4P).
a. Produk (product)
Strategi produk adalah suatu strategi yang berkaitan dengan produk
yang akan diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan. Strategi yang tepat
dapat menjadikan produk lebih unggul dibandingkan dengan produk
saingannya. Produk yang akan ditawarkan harus sudah melewati beberapa
tahapan uji produk. Spesifikasi produk ditentukan sebagai standar kualitas
yang meliputi bahan baku yang digunakan, proses pembuatan, ukuran,
warna, rasa, tekstur, bentuk, dan sebagainya (Subagyo, 2007).
Pihak perusahaan terlebih dahulu harus mendefinisikan, memilih, dan
mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik. Strategi
produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan suatu
produk adalah antara lain:
Penentuan logo dan moto
Logo merupakan cirri khas suatu produk, sedangkan moto
merupakan serangkaian kata-kata yang berisikan misi dan visi
perusahaan dalam melayani masyarakat. Baik logo dan moto harus
dirancang dengan benar. Logo industri sirup yang akan kami dirikan
adalah sirup kombinasi antara jeruk nipis dan markisa, dilogo tersebut
ada buah jeruk nipis dan markisanya. Karena memang kami
menggunakan buah jeruk nipis dan markisa sebagai bahan baku
pembuatannya. Sedangkan moto dari industri ini yaitu “Mie lokal rasa
nasional”
Menciptakan merek
Merek merupakan suatu hal penting bagi konsumen untuk
mengenal barang atau jasa yang ditawarkan. Pengertian merek sering
diartikan sebagai nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasi dari
semuanya. Merek sirup dari industri yang akan didirikan yaitu
“Marijane”.
Menciptakan kemasan
Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Penciptaan
kemasan pun harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kualitas
kemasan, bentuk, warna dan persyaratan lainnya. Penampilan produk
sangat berpengaruh karena selain dapat melindungi produk juga sebagai
daya tarik bagi konsumen. Sirup yang dihasilkan dikemas dalam botol
kaca yang terjaga kebersihannya, tidak mudah terkontaminasi dengan
lingkungan di luar kemasan. Kemasan yang digunakan menarik,
pencatatan administrasi dan identifikasi pada kemasan dilengkapi oleh
label yang berisi informasi mengenai produk seperti nama perusahaan,
nama barang, tanggal produksi, berat bersih dan batas kadaluarsa.
Pencantuman sertifikasi mutu dan instansi atau badan yang berwenang
juga sangat membantu bagi pembeli untuk menjamin mutu barang.
Keputusan label
Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk yang
ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label harus
dijelaskan siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, cara
menggunakannya, waktu kadaluarsa dan informasi lainnya. Strategi
yang tepat dapat menjadikan produk lebih unggul dibandingkan dengan
produk saingannya. Keunggulan dari produk ini adalah keunikan karena
produk ini merupakan produk baru yang lain dari pada produk yang
selama ini ada dipasaran, serta kombinasi buah yang digunakan antara
markisa dan jeruk nipis merupakan inovasi baru dalam industri sirup
sehingga masyarakat ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sirup
markisa dan jeruk nipis dengan cara membeli produk tersebut. Selain
itu, karena produk ini merupakan produk yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh dan juga jenis produk ini masih jarang yang
memproduksi.
b. Harga (price)
Satu-satunya aspek dalam strategi pemasaran yang menghasilkan
pendapatan adalah harga. Strategi penetapan harga produk dilakukan
sebelum produk dipasarkan. Perusahaan akan menetapkan harga
berdasarkan analisis biaya produksi dan penjualan serta laba yang
diinginkan. Besarnya biaya produksi sangat tergantung pada beberapa
variabel seperti bahan baku, tenaga kerja, alat dan bahan produksi, besarnya
investasi, perawatan, penyusutan dan kondisi pasar.
Harga yang dipasarkan untuk satu botol sirup marijene adalah sebesar
Rp 17.000,-. Dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh
semua lapisan masyarakat serta sirup merupakan produk baru maka usaha
sirup sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Disamping itu manfaat
dari kombinasi dua buah ini memberikan nilai plus bagi konsumen yang
mengkonsumsi.
c. Tempat ( place )
Pendistribusian sirup Marijane dari produsen ke konsumen dilakukan
secara langsung, yaitu produsen menjual sirup jeruk nipis kepada konsumen
melalui outlet sirup Marijane, toko oleh-oleh khas Wonosobo, ataupun
rumah makan di wilayah Wonosobo dan sekitarnya sebagai tempat
penjualan. Pemasaran dilakukan juga untuk luar wilayah Wonosobo, seperti
Yogyakarta, Banyumas, Tegal, Temanggung, Batang, Semarang dan lain-
lain.
Sistem distribusi untuk produk ini direncanakan dengan menggunakan
sistem distribusi langsung dan semi langsung. Saluran distribusi langsung
dan semi langsung dapat dilihat pada Gambar 1.
Sistem distribusi langsung dan semi langsung digunakan karena
saluran tidak terlalu panjang sehingga mudah untuk mengontrol harga dan
mutu produk yang dijual.
d. Promosi ( promotion )
Promosi perlu dilakukan untuk mengenalkan produk ke konsumen,
karena pada dasarnya produk yang sudah terencana dengan baik yang telah
ditentukan harga jualnya, belum dapat menjamin keberhasilan pemasaran
produk.
Promosi yang dilaksanakan adalah dengan cara membagikan sampel
sirup Marijane kepada masyarakat, sehingga produsen akan mengetahui
secara langsung tanggapan dari masyarakat mengenai produk tersebut yang
dapat digunakan sebagai tolok ukur daya terima dari masyarakat terhadap
sirup Merijane ini.
Produsen Distributor Konsumen
II. Aspek Teknis dan Teknologis
Aspek teknis dan teknologis merupakan aspek kedua yang dianalisis.
Acuan Analisis teknis dan teknologis meliputi penyediaan bahan baku, rencana
kapasitas produksi, teknologi proses produksi, penentuan lokasi, penentuan
kebutuhan mesin dan peralatan, pengawasan mutu, serta penentuan kebutuhan
ruangan pabrik dan keterkaitan antar aktivitasnya.
Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum
perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-
hal yang berkaitan dengan teknis / operasi, sehingga apabila tidak dianalisis
dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di
kemudian hari.
1. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan syarat penting dalam menjamin keberlangsungan
produksi. Ketersediaan bahan baku yang baik akan dapat menjaga keseimbangan
proses produksi suatu industri, selain itu kajian bahan baku dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku di masa yang akan
datang. Kebutuhan jeruk nipis dan markisa sebagai bahan baku pengolahan sirup
Marijene tersedia di Kabupaten Wonosobo. Kedua bahan baku tersebut
dibudidayakan di sekitar wilayah Kabupaten Wonosobo. Hal tersebut dikarenakan
Wonosobo merupakan daerah dataran tinggi yang cocok untuk membudidayakan
kedua bahan baku tersebut.
2. Rencana Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi
untuk mencapai keuntungan yang optimal, sedangkan kapasitas adalah
kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu,
dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (out put) per satuan waktu
(Husnan dan Suwarsono, 1984 dalam Indrawati, 2006). Faktor yang
mempengaruhi perencanaan kapasitas produksi pada pabrik pengolahan sirup
marijene ini adalah ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal, peluang usaha,
teknologi mesin dan kapasitas alat pengolahan, jumlah tenaga kerja, serta nilai
ekonomis usaha.
Melihat jumlah permintaan minuman segar di Kabupaten Wonosobo
semakin bertambah besar setiap tahunnya, maka jumlah penawaran sirup marijene
dapat mencukupi dari jumlah permintaan sehingga peluang usaha sirup marijene
yang masih terbuka lebar. Penentuan kapasitas tersebut diharapkan dapat
memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
3. Teknologi Proses Produksi
proses produksi pada pembuatan sirup jeruk nipis dan markisa meliputi
tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengolahan, dan pengemasan.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan bahan baku dilakukan untuk menentukan tingkat
kematangan dari bahan baku yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan sirup jeruk nipis dan markisa dengan kualitas yang terbaik.
Bahan baku yang digunakan adalah jeruk nipis dan markisa yang memiliki
tingkat kematangan dan kualitas yang baik.
b. Tahap pengolahan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatan sirup marijene yaitu
bahan baku yang telah melewati tahapan persiapan kemudian dilakukan
proses pencucian dengan mesin pencuci jeruk, dimasukkan kedalam mesin
pemeras jeruk, panaskan air yang dibutuhkan, tunggu mendidih kemudian
masukkan gula pasir secara bertahap, tunggu larutan gula dingin kemudian
tambahkan air jeruk nipis hasil perasan.
c. Tahap pengemasan
Sirup marijene yang telah diolah kemudian dimasukkan kedalam botol
yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan alat UV. Setalah dimasukkan
kedalam botol steril kemudian dikemas menggunakan kardus. Pengemasan
menggunakan kardus dimaksudkan agar sirup yang di pasarkan tidak
pecah.
4. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi menjadi faktor penting bagi industri sirup Marijene,
karena hal ini sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan
menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi pabrik harus memperhatikan
ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, listrik
dan air, supply tenaga kerja serta fasilitas transportasi.
Terdapat dua tahap penentuan lokasi yang dilakukan, yaitu penentuan
bobot prioritas parameter kelayakan lokasi dengan metode Analysis Hierarchy
Process (AHP) dan penentuan alternatif lokasi dengan metode zero-one.
Menurut Satty (1993) metode AHP adalah sebuah kerangka untuk
mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode zero-one merupakan penilaian terhadap perbandingan alternatif
lokasi yang didasarkan pada kondisi wilayah yang dimiliki dengan menggunakan
bobot parameter yang telah diketahui sebelumnya. Terdapat 8 Kecamatan di
Kabupaten Wonosobo yang diproyeksikan menjadi alternatif lokasi pendirian
sirup marijene yaitu Kecamatan Watumalang, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan
Selonerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kejajar,
Kecamatn Kaliwiro, dan Kecamatan Kalibawang.
Seluruh alternatif ini dibandingkan satu persatu berdasarkan pada setiap
parameter secara bertahap. Hasil perbandingan suatu alternatif bernilai satu (1)
berarti kondisi alternatif tersebut memilki kondisi yang lebih baik atau lebih
menguntungkan dibanding dengan pembandingnya, sebaliknya jika lebih buruk
atau tidak menguntungkan akan bernilai nol (0). Hasil penilaian bobot parameter
akan digabungkan dengan metode AHP dalam satu matriks keputusan alternatif.
5. Mesin dan peralatan
Alat dan mesin merupakan salah satu faktor produksi utama selain bahan
baku, tanpa alat maka proses produksi tidak dapat berjalan. Alat yang digunakan
pada industri sirup marijene meliputi mesin pencuci jeruk, mesin pemeras jeruk,
mesin UV untuk mensterilkan botol, panci, dan kompor.
6. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu sangat diperhatikan dalam industri sirup marijene.
Pengawasan mutu yang diperhatikan mulai dari persiapan bahan baku hingga
pengemasan. Pemeriksaan kualitas bahan baku yang diterapkan pada industri
dilakukan dengan cermat. Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku
yang telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Produk akhir
yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Setiap
perusahaan memiliki standar mutu yang berbeda-beda. Salah satu pengawasan
mutu produk akhir dapat dilakukan dengan memeriksaan pH, dan kadar gula sirup
marijene.
7. Penentuan Kebutuhan Ruangan Pabrik
Jenis bangunan pada perusahaan dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu bangunan produksi dan non produksi. Bangunan produksi adalah bangunan
yang diperlukan untuk keseluruhan proses produksi, sedangkan bangunan non
produksi adalah bangunan yang mendukung proses produksi.
Bangunan produksi yang dibutuhkan memiliki kriteria antara lain cukup
luas, mudah dibersihkan, ventilasi dan penerangan cukup, dan tersedianya
perlengkapan P3K. Lantai dibuat dari bahan yang kuat, rata, dan kedap air
misalnya keramik. Dinding ruang produksi dibuat dari bahan yang kuat, rata,
halus, dan berwarna terang. Langit-langit ruang dibuat cukup tinggi sehingga
tidak terjadi penumpukkan debu dan mudah dibersihkan (Suryani et.al, 2006
dalam Ardi, 2007).
a. Ruang produksi
Menurut Apple (1990) dalam Ardi (2007), kebutuhan ruang yang
digunakan untuk ruangan produksi ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) kebutuhan ruang disesuaikan dengan bentuk alat dan wadah alat,
2) kebutuhan ruangan mesin adalah panjang mesin dikalikan lebarnya,
3) kebutuhan ruang untuk operator (bila ada) adalah panjang peralatan
dikalikan satu meter,
4) kelonggaran yang dipakai adalah 150 persen, kelonggaran ini dipakai
untuk jarak antar peralatan serta lorong untuk pergerakan orang dan bahan.
Perkiraan kebutuhan luas lahan untuk ruang produksi dapat dilihat pada
Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Perkiraan kebutuhan luas ruang produksi
Lokasi Luas
Panjang Lebar Luas (m2)
Persiapan
Ruang pencucian
Ruang pengolahan
Pengemasan
Gudang produk jadi
5
3
6
5
8
3
4
5
4
5
15
12
30
20
40
Total 117
b. Ruang non produksi
Ruangan non produksi atau ruang sipil yang dibutuhkan dalam industri ini
meliputi kantor, gudang bahan baku, WC, dapur, mushola, tempat parkir, pos
satpam, gudang produk jadi dan lainnya. Perkiraan luas dari tiap ruangan
dijelaskan pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 4. Perkiraan kebutuhan luas ruang non produksi
Lokasi Ukuran Luas (m2)
Kantor
Gudang bahan baku
Dapur dan kantin
Mushola
WC
Tempat Parkir
Pos satpam
Gudang produk jadi
P = 4 m, L = 3,5 m
P = 5 m, L = 3 m
P = 4 m, L = 4 m
P = 5 m, L = 3 m
P = 4 m, L = 4 m
P = 8 m, L = 3 m
P = 2 m, L = 1,5 m
P = 5 m, L = 5 m
12,5
15
16
15
16
24
3,5
25
Total 127
Perkiraan kebutuhan luas lahan keseluruhan perusahaan dapat disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkiraan kebutuhan luas lahan
No Pusat Aktivitas Luas lahan (m2)
1.
2.
Bangunan produksi
Bangunan non produksi
117
127
Total luas 244
8. Keterkaitan antar aktivitas
Keterkaitan antar aktivitas dapat diketahui dengan metode Analysis
Relationship Chart (ARC) yang menggambarkan hubungan kerja antar satu unit
kegiatan dengan kegiatan lainnya. Menurut Apple (1990), peta keterkaitan
kegiatan adalah teknik ideal untuk merencanakan keterkaitan antar setiap
kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Peta keterkaitan antar aktivitas pada
industri sirup ”Marijene” dapat dilihat pada Gambar 2.
1. Gudang bahan baku
7. Mushola
8. Toilet
9. Tempat parker
10. Pos satpam
Gambar 2. Peta keterkaitan antar aktivitas
Keterangan:
A (Absolutely necessary) : letak antar kegiatan mutlak perlu berdekatan
E (Especially important) : letak antar kegiatan sangat penting berdekatan
I (Important) : letak antar kegiatan penting berdekatan
O (Ordinary) : letak antar kegiatan biasa saling berdekatan
U (Unimportant) : letak antar kegiatan tidak perlu saling berdekatan
X (Undesirable) : letak antar kegiatan tidak diharapkan saling
berdekatan
1 : menggunakan catatan yang sama
2 : mengunakan tenaga kerja yang sama
3 : menggunakan ruang yang sama
4 : derajat kontak personel yang sering dilakukan
5 : derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan
6 : urutan aliran kerja
7 : melaksanakan pekerjaan yang sama
8 : menggunakan peralatan yang sama
9 : kemungkinan adanya bau yang tidak enak, ramai, dan lain-lain.
Semua data yang terdapat dalam peta awal dipindahkan dalam lembar
kerja (worksheet) yang terdapat pada Tabel 5. Kode angka pada lembar kerja
A- 6 E-X-2I-5 O-8,9,10
A -2,4,5 3 E-X-7,8,9I- O-1
A- 1 E-X-7,8I-2 O-3,9
A-3,5 4 E-X-7,8,9I- O-
A-3 2 E- X-6,7,8,9 I- 1 O-
A-3,4 5 E-X-7,8I- 6,9 O-
A- 9 E-X-2,3,4,8I-5,10 O-1,6,7
A- 8 E-X-1,2,3,4,5,9,10I- O-6,7
A- 7 E-X-1,2,3,4,5,10I- O-8,9
A- 10 E-X-7,8I- 9 O-6
menyatakan departemen mana saja yang mempunyai hubungan dengan
departemen tersebut.
Tabel 5. Lembar kerja (worksheet)
Nama Departemen Derajat keterdekatan
A E I O U X
1. Gudang bahan
baku
2. Ruang persiapan
3. Ruang produksi
4. Ruang
pengemasan
5. Ruang produk jadi
6. Kantor
7. Mushola
8. Toilet
9. Tempat parkir
10. Pos satpam
-
3
2,4,5
3,5
3,4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
1
-
-
6,9
5
-
-
5,10
9
3,9
-
1
-
-
8,9,10
8,9
6,7
1,6,7
6
4,5,6,10
4,5,10
6,10
1,2,6,10
1,2,10
1,3,4,7
6
-
-
1,2,3,4,5
7,8
6,7,8,9
7,8,9
7,8,9
7,8
2
1,2,3,4,5,10
1,2,3,4,5,9,10
2,3,4,8
7,8
Data yang telah dikelompokkan dalam lembar kerja (worksheet) kemudian
dimasukkan dalam diagram aktifitas template (Activity Template Block Diagram
(ATBD). Hubungan unimportant (U) tidak perlu dicantumkan kembali dalam
diagram ATBD. Tujuan dibuatnya ATBD adalah untuk mempermudah
meletakkan departemen yang akan dibangun dengan memperhatikan hubungan
departemen tersebut dengan departemen yang lain. ATBD hubungan keterkaitan
antar ruang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Activity Template Block Diagram (ATBD)
Setelah ATBD selesai dibuat, kemudian disusun sebuah rencana rancangan
tata letak pabrik yang sebelumnya dibuat diagram hubungan aktivitas antar
departemen atau ARD (Activity Relationship Diagram) dengan memperhatikan
pola hubungan yang tertera dalam ATBD diatas. ARD menerangkan alur proses
produksi dan perpindahan bahan dan material produksi yang dibuat berdasarkan
kepada alur proses produksi. ARD dibuat dengan menyusun tiap blok pada ATBD
dengan memperlihatkan pola hubungan yang ada dan mengabaikan luasan
sebenarnya dari tiap departemen. Pola ARD dapat dilihat pada Gambar 4.
Jalan raya
Pos satpam
Parkir
Gambar 4. Layout Perusahaan
Kantor Gudang bahan baku
Ruang persiapan
Ruang pengolahan
Ruang pengemasan
Ruang produk jadi
Mushola
Toilet Toilet
Aspek Manajemen Operasional
Analisis manajemen operasional merupakan aspek yang dikaji mengenai
bagaimana pengaturan manajerial suatu industri. Hasil dari analisis aspek
manajemen operasional ini merupakan suatu simpulan apakah pendirian industri
sirup Marijane ini memiliki keteraturan manajerial serta didukung oleh
ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.
1. Struktur Organisasi
Industri pengolahan sirup memerlukan manajemen pengolahan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan manajemen yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengontrolan dan pengevaluasian. Manajemen organisasi yang kuat
dapat meningkatakan kinerja dan produktifitas pabrik secara keseluruhan yang
dapat mendorong tercapainya efisiensi dan target-target perusahaan. Manajemen
produksi yang dipresentasikan dalam sebuah struktur organisasi harus
mengindikasikan pendelegasian wewenang dari beberapa unit fungsional dalam
perusahaan.
Perencanaan struktur organisasi perusahaan didasarkan pada kebutuhan
mengenai fungsi-fungsi organisasi, skala usaha dan karakteristik usaha atau
komoditi. Fungsi-fungsi organisasi yang menjadi fokus perusahaan adalah fungsi
produksi, fungsi administrasi dan keuangan serta fungsi SDM dan pemasaran.
Pertimbangan lain adalah tingkat beban kerja dan tanggung jawab masing-masing
fungsi. Tanggung jawab dan wewenang setiap orang tercermin dari posisinya
dalam struktur organisasi.
Sistem manajemen pada industri sirup dilakukan dengan cukup jelas.
Sistem yang dianut adalah sistem organisasi garis (line organization). Sistem ini
mempunyai pengertian bahwa setiap atasan mempunyai bawahan yang tetap dan
sebaliknya setiap bawahan mempunyai satu atasan tetap.
Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.
Direktur
Kabag. Produksi
ProduksiStaf QC
Kabag. UmumUmum
Staf Keuangan
non Produksi
Staf ME
Staf Pemsaran
Staf keamanan
Kabag. Administras
i
Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan “Marijane”
2. Rancangan Jabatan
Sebuah organisasi memerlukan rancangan jabatan. Rancangan jabatan
berisi spesifikasi, kualifikasi, wewenang, deskripsi tugas, serta tanggung jawab
setiap karyawan. Peningkatan produktivitas dapat dipacu dengan penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasi dan kualifikasinya. Penyusunan
spesifikasi dan kualifikasi tenaga kerja dilakukan dengan mempertimbangkan
skala usaha, jenis usaha, serta ruang lingkup pekerjaan. Kualifikasi dan
spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi dan spesifikasi jabatan
No No JabatanJumla
hKualifikasi
1 Direktur S1 1
Manajemen
Teknologi
Pertanian
2Kabag
AdministrasiS1 1 Manajemen
3 Kabag Produksi S1 1 Teknologi
Pertanian
4 Kabag Umum S1 1 Manajemen
5Staf Quality
ControlS1 1 Teknik Kimia
6 Staf ME S1 1Teknologi
Pertanian
7 Staf Produksi S1, D3,
SMU/K
15 Tidak perlu
8 Staaf Non
Produksi
S1, D3,
SMU/K
3 Tidak perlu
9Staf adm
KeuanganS1, D3 1 Akutansi
10 Sataf Pemasaran D3 4 Tidak perlu
11 Staf Keamanan SMU/K 2 Tidak perlu
Total 31
Pembuatan deskripsi dan tanggung jawab jabatan bertujuan agar manajemen
dalam pabrik berjalan secara sehat dan efisien serta memudahkan orang yang
melaksanakan pekerjaan, mengenali, dan mendapatkan gambaran mengenai tugas
dan tanggung jawabnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja usia
produktif yaitu antara 18-30 tahun. Deskripsi tugas dan tanggung jawab pada
industri pengolahan kecap berbahan dasar kedelai hitam adalah sebagai berikut:
a) Direktur
Direktur merupakan pemimpin perusahaan yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab terhadap semua aktivitas produksi dan operasi
perusahaan, serta bertugas memimpin, mengkoordinasikan,
mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan penyelenggaraan perusahaan.
Direktur juga bertugas mengelola sumber daya manusia untuk
mendapatkan SDM yang produktif, menentukan jumlah tenaga kerja, dan
mengembangkan sistem yang dapat memotivasi karyawan.
b) Kepala bagian umum
Kepala bagian umum bertanggung jawab sepenuhnya pada
pengelolaan sumber daya manusia yang ada, sistem keuangan dalam
perusahaan, sistem pemasaran produk serta keamanan perusahaan.
c) Kepala bagian produksi
Kepala bagian produksi bertanggung jawab terhadap jalannya proses
produksi. Kepala bagian tidak boleh mengabaikan spesifikasi dan mutu
produksi, menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi, meningkatkan
efisiensi produktivitas tenaga kerja, serta mengurangi dampak pencemaran
yang timbul akibat proses produksi.
d) Staf QC (quality control)
Bagian ini bertangung jawab terhadap tinggi rendahnya mutu
produk. Bagian QC bertugas mengadakan pengawasan mutu mulai dari
bahan baku, proses produksi, produk akhir, dan limbah sesuai standar
kualitas perusahaan.
e) Staf ME (maintenance and enginering)
ME bertugas menangani aktivitas pemeliharaan mesin dan
keteknikan untuk memastikan semua sistem dari proses produksi berjalan
dengan baik. ME bertanggung jawab untuk menjamin operasi dari mesin
dan pemeliharaannya secara benar dan efisien, serta menjaga agar jadwal
produksi tidak terganggu sehingga operasi produksi berjalan dengan
efisien.
f) Staf administrasi keuangan
Staf administrasi keuangan mempunyai tugas untuk
mengkoordinasikan aktivitas yang berkenaan dengan administrasi,
purchasing, data, processing, dan analisa keuangan. Batasan tanggung
jawab dari staf administrasi keuangan adalah mempertanggung jawabkan
aktivitas bagian administrasi keuangan kepada kabag umum dan mengatur
keuangan perusahaan.
g) Staf pemasaran
Tugas dari staf pemasaran adalah merealisasikan target penjualan,
serta mempromosikan produk suatu perusahaan.
h) Bagian produksi
Bagian produksi terdiri dari beberapa orang yang terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
a. Bagian gudang bahan baku dan produk jadi
Bagian ini terdiri dari 1 orang pekerja yang bertugas menerima
bahan baku untuk disimpan di gudang, dan sekaligus mengirimkan
bahan baku ke ruang persiapan dan ke ruang produksi. Bagian ini juga
bertugas mencatat produk jadi yang masuk dan keluar dalam gudang
produk jadi.
b. Bagian ruang persiapan
Bagian ini terdiri dari 1 orang pekerja yang bertugas menentukan
konsentrasi gula yang akan digunakan dan menentukan markisa dan
jeruk nipis yang ditambahkan untuk menghasilkan sirup yang berkualitas
sangat baik.
c. Bagian ruang produksi
Bagian ini terdiri dari 15 orang pekerja, yang bertugas dalam
pembuatan sirup dari pemasakan sampai pengadukan.
d. Bagian pengemasan
Bagian terdiri dari 5 orang pekerja yang bertugas mengisi kecap ke
dalam botol dan plastik kemasan, mengemas dan menyegel produk.
Pengemasan dilakukan sesuai dengan volume dan ukuran kemasan yang
telah ditentukan.
i) Staf non produksi
Staf non produksi merupakan karyawan yang membantu kelancaran
jalannya perusahaan di luar proses produksi. Staf non produksi adalah
supir dan cleaning service.
j) Staf Keamanan
Staf keamanan bertugas mengamankan lingkungan pabrik terhadap
tindak kriminal yang dapat merugikan perusahaan.
3. Manajemen Penggajian
Kurniawan (2003) dalam Ardi (2007) menyatakan bahwa manajemen
penggajian harus disusun dengan mempertimbangkan beberapa faktor, meliputi:
a. Kemampuan perusahaan dalam memberikan gaji atau upah
b. Analisis beban kerja yang dimiliki seseorang dalam perusahaan
c. Rentang gaji antara jabatan tertinggi dan terendah
d. Mengacu pada peraturan pemerintah tentang Upah Minimum Regional
(UMR)
Manajemen penggajian mengacu pada Surat Ketetapan Gubernur Jawa
Tengah No.561.4/52/2008 tanggal 20 November 2012 tentang Upah Minimum
pada 35 Kabupaten atau Kota di Jawa Tengah per 1 Januari 2012 yang
menyebutkan bahwa besarnya UMK Wonosobo tahun 2012 sebesar Rp.
825.000,00. Manajemen penggajian pada industri pengolahan sirup ini
mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan struktur organisasi, beban tugas
serta wewenang yang dirancang sebelumnya. UMK Kabupaten Wonosobo segi
non sector tahun 2009 adalah Rp. 715.000,00 dan tahun 2010 Rp. 775.000,00.
Hari kerja dalam satu minggu adalah 6 hari. Bila suatu saat terjadi
permintaan lebih dari kapasitas produksi atau over supply bahan baku maka akan
diadakan jam kerja tambahan dengan kompensasi 150 persen dari upah pekerja
tersebut per jam dalam keadaan normal. Struktur gaji pokok karyawan disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Daftar rencana gaji pokok karyawan perusahaan
No Jabatan Jmlh Gaji (Rp) Gaji/bulan
(Rp)
Gaji/tahun
(Rp)
1 Direktur 1 3.000.000 3.000.000 36.000.000
2 Kabag Administrasi 1 2.000.000 2.000.000 24.000.000
3 Kabag Produksi 1 1.800.000 1.800.000 21.600.000
4 Kabag Umum 1 1.800.000 1.800.000 21.600.000
5 Staf Quality Control 1 1.300.000 1.300.000 15.600.000
6 Staf ME 1 1.300.000 1.300.000 15.600.000
7 Staf Produksi 15 950.000 14.250.000 171.000.000
8 Staaf Non Produksi 3 950.000 2.850.000 34.200.000
9 Staf adm Keuangan 1 1.100.000 1.100.000 126.000.000
10 Sataf Pemasaran 4 1.100.000 4.400.000 52.800.000
11 Staf Keamanan 2 900.000 1.800.000 21.600.000
Total 31 16.200.000 35.600.000 540.000.000
III. Aspek Yuridis
Aspek yuridis merupakan faktor yang sangat perlu dikaji. Hasil dari kajian
aspek yuridis merupakan suatu simpulan apakah rencana pendirian industri ini
memiliki kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan tidak menyimpang dari
hukum yang ada, jika rencana pendirian industri ini tidak bertentangan dengan
peraturan hukum yang berlaku maka rencana pendirian industri ini memiliki
kelayakan ditinjau dari aspek yuridis.
1. Bentuk badan usaha
Menurut Sumarni dan Soeprihatno (1998) dalam Ardi (2007),
pemilihan bentuk badan usaha harus ditetapkan pada saat perusahaan akan
didirikan atau akan mulai melaksanakan operasinya. Beberapa pertimbangan
dalam memilih bentuk perusahaan adalah sebagai berikut :
a) Jenis usaha yang akan dilaksanakan (jasa, industri atau perdagangan)
b) Jumlah modal yang ditanamkan dan kemungkinan untuk penambahan
modal
c) Rencana pembagian laba
d) Penentuan tanggung jawab perusahaan
e) Penanggungjawab resiko yang akan dihadapi
f) Prinsip-prinsip pengawasan yang akan digunakan
g) Jangka waktu berdirinya perusahaan
Atas dasar pertimbangan keefektifan koordinasi dalam fungsi
organisasi dan modal usaha yang diperlukan cukup besar, maka bentuk badan
usaha yang memungkinkan untuk dijalankan adalah Commanditaire
Vennotschap (CV). Hal ini disebabkan perusahaan memiliki jenis usaha
industri pengolahan dengan jumlah modal usaha yang besar yaitu terdiri dari
modal sendiri dan modal pinjaman serta terbagi atas beberapa jenis dan
pemegang saham. Pemegang saham perusahaan terbatas pada orang-orang
tertentu. Penambahan modal dapat dilakukan dengan mengeluarkan saham-
saham baru pada periode tertentu. Pembagian deviden kepada pemegang
saham dilakukan jika perusahaan memperoleh laba sesuai dengan jumlah
saham yang dimiliki pemegang saham. Para pemegang saham bertanggung
jawab terbatas terhadap hutang-hutang perusahaan sebesar modal yang
ditanamkan artinya para pemegang saham tidak bertanggung jawab terhadap
para kreditur perusahaan.
Pengawasan keseluruhan kegiatan perusahaan dilakukan oleh
komisaris selaku pemilik perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. Dewan
komisaris akan memilih dan mengangkat pimpinan perusahaan.
2. Perijinan
Perizinan yang diperlukan dalam pendirian industri meliputi beberapa
macam perizinan antara lain yaitu akta notaris, Izin Lokasi, Izin Gangguan
(HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Perdagangan (IUP) dan
Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), serta Izin Usaha Industri (IUI) dan
Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin Reklame serta Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
Menurut Peraturan Daerah kabupaten Wonosobo Nomor 13 Tahun
2004 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga-lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Wonosobo, dan didukung oleh Peraturan Daerah
Nomor 30 tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Pelayanan Perizinan dan Investasi serta didasari oleh Surat Keputusan Bupati
Purbalingga Nomor 44 Tahun 2003 maka dibentuklah Kantor Pelayanan
Perizinan dan Investasi (KPPI) yang mempunyai kewenangan untuk
menerima, memproses permohonan perizinan dan menandatangani SK.
Pelayanan perizinan yang diterapkan oleh KPPI Kabupaten Wonosobo
adalah menganut pola “one stop servise”. Dengan pola ini, pelayanan
perizinan dimulai dari penerimaan berkas permohonan, pemrosesan sampai
dengan penandatanganan dokumen izin, ditangani langsung oleh KPPI. Hal
tersebut dilakukan agar masyarakat memperoleh pelayanan yang prima.
Prosedur pelayanan perizinan dibuat sesederhana mungkin agar mudah
dipahami oleh masyarakat atau pemohon yang ingin mengurus izin yang
diperlukannya.
KPPI Kabupaten Wonosobo sampai saat ini menangani 12 macam
perizinan antara lain yaitu Izin Lokasi (LOKASI), Izin Pengeringan (IP), Izin
Gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Industri (TDI)
atau Izin Usaha Industri (IUI), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), Izin
Pemasangan Reklame (REK), Izin Mendirikan Usaha Pengangkutan (IMPP),
Izin Penggunaan Tanah Pengairan (IPTP) dan Izin Pertambangan Daerah
(IPD).
a) Akta Badan Usaha
Permohonan akta notaris untuk perusahaan dalam bentuk C.V
dilakukan dengan mencantumkan nama dan alamat penghadap, direksi
perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan, dan modal yang akan
digunakan.
b) Izin Lokasi
Izin Lokasi diatur dalam peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi dan
Keputusan Bupati Wonosobo Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan
Jenis-jenis Pelayanan Umum/ Perizinan yang Dikelola oleh Dinas Terpadu
Kabupaten Wonosobo. Waktu penyelesaian izin lokasi di KPPI Kabupaten
Purbalingga adalah 12 hari kerja setelah berkas diterima lengkap dan benar
serta mempunyai masa berlaku selamanya.
c) Izin Gangguan (HO)
Izin Gangguan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 17 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Gangguan dan
Keputusan Bupati tanggal 2 Desember 1999 Nomor 23 Tahun 1999
tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo
menyebutkan bahwa setiap industri yang dalam kegiatan produksinya
dapat mengganggu masyarakat baik dikawasan industri maupun tidak
harus memiliki Izin Gangguan. Waktu penyelesaian izin gangguan di
KPPI Kabupaten Purbalingga adalah 10 hari kerja setelah berkas diterima
lengkap dan benar serta mempunyai masa berlaku selama 5 tahun.
d) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Izin tentang IMB diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 18 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan. Dalam peraturan ini diatur mengenai biaya yang harus dibayar
sesuai dengan besarnya bangunan yang didirikan. Waktu penyelesaian izin
mendirikan bangunan di KPPI Kabupaten Wonosobo adalah 12 hari kerja
setelah berkas diterima lengkap dan benar serta mempunyai masa berlaku
selama 5 tahun.
e) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Izin
Usaha Industri, izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri. Waktu
penyelesaian izin tanda daftar perusahaan di KPPI Kabupaten Wonosobo
adalah 5 hari kerja setelah berkas diterima lengkap dan benar serta
mempunyai masa berlaku selama 5 tahun.
f) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Dasar hukum Izin Usaha Perdagangan (IUP) diatur dalam SK
Menperindag RI Nomor 254/MPP/Kep./7/1997 tentang Kriteria Industri
Kecil dan Perdagangan Kecil di Lingkungan Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, SK Menperindag RI Nomor 255/MPP/Kep./7/1997
tentang Pelimpahan Wewenang pemberian perizinan di bidang industri
dan perdagangan di Lingkungan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, SK Menperindag RI Nomor 408/MPP/Kep./10/1997 tentang
Ketentuan dan tata cara pemberian Tanda Daftar Usaha Perdagangan
(TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 15 Tahun 2003 tentang Surati Izin Usaha
Perdagangan. Waktu penyelesaian izin usaha perdagangan di KPPI
Kabupaten Wonosobo adalah 3 hari kerja setelah berkas diterima lengkap
dan benar serta mempunyai masa berlaku selama perusahaan masih
berjalan.
g) Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin Usaha Industri (IUI)
Tanda Daftar Industri (TDI) diperuntukkan bagi perusahaan
industri yang nilai investasinya antara 5 sampai 200 juta, sedangkan Izin
Usaha Industri (IUI) diperuntukkan bagi perusahaan industri yang nilai
investasinya lebih dari 200 juta.
Tata cara permohonan Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin Usaha
Industri (IUI) diatur dalam Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986
tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan, dan Pengembangan Industri,
Peraturan Pemerintah Nomor. 13 Tahun 1995 tentang Ijin Usaha Industri,
Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 1987 tentang Penyederhanaa Izin
Usaha Industri, Keputusan Menperindag RI No.255/MP/Kep./7/1997
tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Perizinan di Bidang Industri
dan Perdagangan di Lingkungan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, dan Keputusan Menperindag RI No.256/MP/Kep/7/1997
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Usaha Industri, Ijin
Perluasan, dan Tanda Daftar Industri. Waktu penyelesaian Tanda Daftar
Industri (TDI) dan Izin Usaha Industri (IUI) di KPPI Kabupaten
Wonosobo adalah 5 hari kerja setelah berkas diterima lengkap dan benar
serta mempunyai masa berlaku selama 5 tahun.
h) Izin Pemasangan Reklame (REK)
Izin Pemasangan Reklame (REK) diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor 4 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame.
3. Pengelolaan lingkungan
Aspek yuridis juga mencakup tata cara pengelolaan lingkungan yang
merupakan suatu kegiatan atau kajian yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
memprediksi, menginterpretasikan dan mengkomunikasikan pengaruh suatu
rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok lingkungan hidup, suatu
industri yang mencemarkan lingkungan harus dapat bertanggung jawab dalam
penanganan limbah tersebut (Silalahi, 1995 dalam Ardi, 2007).
Menurut Pasal 2 PP 27/99 tentang Analisis Mengenai dampak
lingkungan (AMDAL), dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
merupakan bagian dari kelayakan teknis finansial ekonomi. Dokumen tersebut
juga merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin
melakukan usaha dan atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang (pasal 7 PP27/1999).
Berdasarkan keputusan Bupati Wonosobo Nomor 29 Tahun 2004
tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
dokumen pengelolaan lingkungan, menyatakan bahwa semua jenis usaha yang
berada di kawasan industri wajib dilengkapi dengan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) sesuai dengan Lampiran Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001. Berdasarkan
keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056 Tahun 1994 tentang pedoman
mengenai dampak lingkungan. menyatakan bahwa pabrik yang dibangun di
atas lahan kurang dari 20 hektar cukup dilengkapi unit pengolahan limbah dan
pengelolaan lingkungan.
Hampir semua industri menghasilkan limbah yang berupa limbah cair,
limbah gas, dan limbah padat. Limbah pabrik pengolahan kecap ditangani
berdasarkan jenisnya yaitu limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair dihasilkan pada saat pencucian bahan baku (perendaman
dan perebusan) dan pembersihan alat produksi. Pada proses pembersihan
tersebut, kotoran- kotoran akan ikut ke dalam system atau tempat pembuangan
limbah cair. Penanganan limbah cair pada industri pengolahan kecap
umumnya dengan membuat saluran pembuangan limbah cair. Limbah cair
yang dihasilkan dalam pengolahan kecap tidak menimbulkan bau yang dapat
menggangu kenyamanan lingkungan karena limbah tersebut hanya dihasilkan
pada saat proses pencucian bahan baku dan pencucian alat-alat produksi.
Limbah padat yang dihasilkan dalam pengolahan kecap adalah ampas kedelai
yang dihasilkan pada saat kedelai direndam untuk pengambilan filtrat. Limbah
padat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Jenie, 1993).
V. Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek terakhir yang dianalisis. Penentuan
didirikannya perusahaan harus melalui aspek ini. Aspek finansial meliputi semua
aspek dalam rencana pendirian perusahaan, sehingga sangat bergantung pada
analisis aspek sebelumnya. Jumlah investasi perusahaan, parameter analisis, biaya
operasional, penyusutan, serta perhitungan berbagai kemungkinan yang mungkin
terjadi pada masa yang akan datang diperhitungkan dalam aspek ini.
Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penialian aliran
kas dari investasi, yaitu metode Pay Back Period, Net Present Value, Internal
Rate of Return, dan Profitability Index (Gray, 1992), dan Break Even Point.
1. Parameter Analisis Keuangan
Dasar perhitungan dan parameter yang digunakan dalam analisis
keuangan pada industri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Dasar perhitungan dan parameter dalam analisis keuangan
N
o
Asumsi Satuan Jumlah
1 Periode proyek Tahun 10
2 Bulan kerja per tahun bulan 12
3 Hari kerja per bulan Hari 25
4 Kapasitas produksi maks. per
minggu
kardus 120
5 Volume penjualan maks. per
minggu
kardus 120
6 Tenaga kerja bersifat tetap Orang 17
7 Suku bunga % 20
8 Modal sendiri % 100
9 Jangka waktu kredit investasi Tahun 3
2. Investasi perusahaan
Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam industri ini terdiri dari tanah
dan bangunan, perizinan, alat dan mesin produksi dan non produksi, serta biaya-
biaya yang lain. Setiap jenis biaya mempunyai umur ekonomis, nilai sisa, dan
nilai depresiasi. Depresiasi pada investasi selama 10 tahun dan depresiasi per
tahun dihitung dengan cara membagi nilai harga peralatan yang sudah dikurangi
nilai sisa barang dengan umur proyek. Nilai sisa barang diasumsikan sebesar
sepuluh persen dari harga peralatan. Investasi perusahaan beserta jumlah dan
nilainya serta nilai sisa dan depresiasi peralatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 : Investasi Perusahaan
No Peralatan JumlahHarga
satuan (Rp)
Total
(Rp)
1.
A
2.
B
3.
C
4.
E
Pengadaaan tanah
Perijinan
Bangunan
Persiapan
Ruang pencucian
Ruang pengolahan
Pengemasan
Gudang produk jadi
Kantor
Gudang bahan baku
Dapur dan kantin
Mushola
WC
Tempat Parkir
Pos satpam
Unit Pemerasan
Mesin pencuci
Mesin pemeras
Unit Penyaringan
65x48 m
5x3 m
3x4 m
6x5 m
5x4 m
8x5 m
4x3,5 m
5x3 m
4x4 m
5x3m
4x4 m
8x3 m
2x1,5 m
1unit
5unit
200.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
1.320.000
950.000
700.000
1.345.000
8.600.000
624.000.000
10.000.000
19.800.000
15.840.000
39.600.000
26.400.000
52.800.000
18.480.000
19.800.000
21.120.000
19.800.000
21.120.000
22.800.000
2.100.000
1.345.000
43.000.000
5.
6.
G
7.
H
8.
9.
10.
Penyaring
Ember penampumg
Pengemas
Mesin induksi (UV)
Meja panjang
Kursi
Peralatan pendukung
Trolley manual
Instalasi air
Instalasi telepon
Instalasi listrik
Peralatan bengkel
Peralatan kantor
Kendaraan (motor)
Biaya uji coba produksi
3unit
17unit
1unit
7 unit
4 unit
10 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 unit
1 unit
250.000
15.000
15.000.000
200.000
50.000
300.000
6.000.000
1.300.000
1.450.000
5.500.000
18.000.000
11.350.000
1.850.000
7.500.000
255.000
15.000.000
1.400.000
200.000
3.000.000
6.000.000
1.300.000
1.450.000
5.500.000
18.000.000
11.350.000
51.000.000
Total Investasi 1.079.960.000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa investasi pertama untuk
bangunan dan peralatan produksi yaitu Rp. 1.079.960.000,- yang termasuk ke
dalam fasilitas, peralatan, peralatan pendukung, kendaraan dan peralatan kantor.
Investasi tersebut masing-masing memiliki umur ekonomis dan nilai
depresiasi yang berbeda-beda. Nilai depresiasi dari peralatan-peralatan tersebut
dibagi menjadi tiga bagian yaitu depresiasi dengan umur ekonomis 5 tahun, 10
tahun dan tidak habis disusut (tidak mengalami depresiasi).
Depresiasi per tahun dihitung dengan cara membagi nilai harga peralatan
yang sudah dikurangi nilai sisa barang dengan umur proyek. Nilai sisa peralatan
sebesar sepuluh persen dari harga peralatan. Peralatan yang memiliki umur
ekonomis harus diperbaharui setelah umur ekonomisnya habis. Depresiasi aktiva
peralatan yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar peralatan dengan umur ekonomis 5 tahun dan nilai depresiasinya
N
o
Peralatan Jumlah Harga satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Nilai sisa pada
th ke-5 (Rp)
Depresiasi/
thn (Rp)
1.
2.
3.
Ember
penampung
Kursi
Meja panjang
17 buah
4 buah
7 buah
15.000
50.000
200.000
460.000
200.000
1.400.000
46.000
20.000
140.000
82.800
36.000
252.000
Total investasi 2.060.000 200.000 370.800
Peralatan dengan umur ekonomis 5 tahun memiliki total investasi sebesar
Rp. 2.060.000,-. Nilai sisa dari peralatan tersebut sebesar Rp. 200.000,- dan nilai
depresiasi tiap tahun dari peralatan tersebut yaitu sebesar Rp. 370.800,-.
3. Biaya OperasionalBiaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap terdiri atas biaya beban listrik, biaya telephon dan
biaya gaji tenaga kerja, sedangkan biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan setiap bulan dan tahun tertentu yaitu terdiri dari biaya pembelian
bahan baku, pembelian bahan bakar, biaya transportasi dan lain lain. Rincian
biaya operasional perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.
No Keterangan Jumlah Perbulan
(Rp)
Pertahun (Rp)
1.
2.
3.
Listrik
Telepon
Gaji
Direktur
Kabag Administrasi
1
1
1.000.000
200.000
3.000.000
2.000.000
12.000.000
2.400.000
36.000.000
24.000.000
4.
5.
6.
Kabag Produksi
Kabag Umum
Staf QC
Staf ME
Staf Produksi
Staaf Non Produksi
Staf adm Keuangan
Staf Pemasaran
Stf keamanan
Tunjangan pegawai
Pajak Bumi &
Bangunan
Pajak Kendaraan
1
1
1
1
15
3
1
4
2
1.800.000
1.800.000
1.300.000
1.300.000
950.000
950.000
1.100.000
1.100.000
900.000
21.600.000
21.600.000
15.600.000
15.600.000
171.000.000
34.200.000
126.000.000
52.800.000
21.600.000
45.000.000
59.000.000
2.000.000
200.000
Jumlah 668.600.000
Biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap bulan dan
setiap tahunnya terdapat pada tabel berikut;
Tabel 5. Biaya variabel (kapasitas produksi 1000botol/hari)
No Komponen biaya
variabel
Satuan Harga
Satuan / Hari
Per
bulan (Rp)
Per tahun
(Rp)
1.
2..
3..
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kain saring
Kertas saring
Kardus kecil
Kardus besar
Botol kaca
Biaya perawatan mesin
Bahan bakar
Transport pemasaran
Biaya pelatihan plasma
Pengujian laboratorium
Biaya pemasaran
150 m/ 2 hr
40 lb / hr
3.750 bh / hr
75 bh/hr
100 bh / hr
40 pkt/6 bln
1 kali/bln
5.000
10.000
300
1000
2500
2.000.000
450.000
62.500
250.000
28.125.000
1.875.000
7.500.000
300.000
6.000.000
450.000
750.000
3.000.000
337.500.000
22.500.000
90.000.000
2.000.000
3.600.000
72.000.000
4.000.000
5.400.000
20.000.000
Jumlah 560.750.000
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variable cost). Jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan adalah jumlah dari fixed cost dan variable cost yaitu sebesar
Rp. 1.229.350.000
4. Perkiraan Pendapatan Produksi
Pendapatan perusahaan merupakan hasil yang didapat dari penjualan produk
yang dihasilkan. Pendapatan perusahaan tersebut merupakan pendapatan kotor
(bruto) yang belum dikurangi biaya produksi dan pajak. Perusahaan memperoleh
pajak dengan dengan mengurangi pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Laba setelah pajak merupakan laba bersih yang akan diperhitungkan untuk
menghitung Net Cash Flow. Nilai net cash flow diperoleh dengan menjumlahkan
laba setelah pajak dengan depresiasi. Nilai Net Cash Flow digunakan untuk
menentukan nilai net present value, pay back periode, PBP dan IRR. Pajak
penghasilan dihitung berdasarkan undang-undang perpajakan tahun 2001 pasal 17
tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha dan Perseroan, sehingga besarnya pajak
yang harus dibayarkan sebagai berikut: apabila pendapatan mengalami kerugian
maka tidak dikenakan pajak, apabila pendapatan per tahun kurang dari Rp
50.000.000 maka dikenakan pajak 10%, selanjutnya bila pendapatan berada
diantara Rp. 50.000.000 sampai Rp. 100.000.000 maka dikenakan pajak 10% dari
Rp 50.000.000 ditambah dengan 15 persen dari pendapatan yang telah dikurangi
dengan Rp 50.000.000. kemudian bila pendapatan berada di atas Rp 100.000.000
maka ditetapkan pajak 10% dari Rp 50.000.000 ditambah 15% dari Rp
50.000.000 dan ditambah lagi 30% dari pendapatan yang telah dikurangi dengan
Rp 100.000.000.
Proses produksi yang dilakukan pada perusahaan ini adalah sebanyak 80%
pada tahun pertama, 90% pada tahun kedua, lalu proses produksi dilakukan secara
maksimal (100%) pada tahun ketiga dan seterusnya. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi situasi pasar yang belum bisa diprediksi.
Proses produksi pada perusahaan ini berlangsung selama 25 hari dalam
satu bulan dengan kapasitas yang telah ditentukan sebesar 600 botol per hari. Jika
dalam satu tahun diasumsikan 300 hari kerja dan banyaknya hari libur nasional
dalam satu tahun adalah 14 hari, maka produksi sirup Marijane dalam satu tahun
dapat mencapai 216.000 botol.
Dengan mempertimbangkan situasi pasar dan daya beli konsumen, maka
pada Studi Kelayakan Proyek ini harga sirup Marijane yang ditawarkan adalah
Rp.17.000 per botol. Harga ini dirasa sangat sesuai mengingat berbagai
keuntungan yang didapat konsumen dengan mengkunsumsi sirup Marijane ini
seperti sangat praktis dan tidak meninggalkan after taste yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pertimbangan bahan baku yang ada di Kabupaten Wonosobo, maka
ditetapkan kapasitas produksi 9000kg per bulan. Jika harga sirup Marijane
dianggap stabil sesuai yang diperkirakan, maka pemasukkan dari penjualan
produk sebesar Rp 3.672.000.000. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan
kotor yang belum dipotong biaya operasional dan pajak pendapatan