34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di pekerjaan dan sebagainya. Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental

Tugas sosiologi pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas sosiologi pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada

generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya

bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya.

Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan

orang lain di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di pekerjaan dan

sebagainya.

Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama

individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat

primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus

belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan

yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang

bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju

kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan

dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa,

kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh

melalui pendidikan tak formal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka

untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian dari masyarakat?

2. Bagaimanakah proses terbentuknya masyarakat?

3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan masyarakat?

4. Bagaimana Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat dalam

Perspektif Sosiologi?

5. Apakah masalah yang terjadi pada proses pendidikan di masarakat?

Page 2: Tugas sosiologi pendidikan

6. Bagaimana pemecahan masalahnya?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar

mahasiswa/pembaca tahu tentang:

1.      Pengertian masyarakat.

2.      Proses terbentuknya masyarakat.

3.      Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat

4. Hubungan Pendidikan dalam Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

5. Contoh Masalah pendidikan di masyarakat

6. Solusi /pemecahan masalahnya

Page 3: Tugas sosiologi pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Masyarakat

Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah

“masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa

Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga

dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti

“kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.1 Sedang, istilah

“sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”. Sehingga bisa

dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi

dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya,

wilayah, dan identitas.

Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat.

Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu

kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri

mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.2

Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem

yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu

daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi.

Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran

kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.3

Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa

pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian

masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal

pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok

itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah

kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara

sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia

1Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-terbentuknya masyarakat_01.html, diakses, 26 Oktober 2013

2Ibid 3Ibid

Page 4: Tugas sosiologi pendidikan

dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini

dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.

Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu

kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam

menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara

harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama

pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup

besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang

melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan

interaksi. Ketiga hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen

sifatnya.4

Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan

yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu

suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan

kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau

duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat.

Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok

bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang

bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang

sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.

B.     Proses Terbentuknya Masyarakat

Proses terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa

disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat.

Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal),

sandang, dan pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah

dilaksanakan dengan kerja sama dari pada usaha perorangan.

2. Kemungkinan untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).

3. Keinginan untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.

4Dalam:http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 26 Oktober 2013

Page 5: Tugas sosiologi pendidikan

4. Dengan memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam

menghadapi kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.

5. Secara naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga

yang merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil.

6. Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku

yang berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia.

Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu,

meniru, dihargai, menyatakan rasaharu dan keindahan, serta memuja

tertampung dalam hubungan antar manusia, baik antar individu maupun

kelompok.

Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah

berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa

masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum

sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia.

Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang,

sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal ini, kiranya pembahasan

mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada

pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.

Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia”

(antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis

bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas

keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau

“suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah

“wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan

yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut

adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.5

 Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-

konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up

maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam

masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat

juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur.

5 Ibid

Page 6: Tugas sosiologi pendidikan

Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi

dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi

dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam

komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing

konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun,

keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-

nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa

tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu

hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu

pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat

dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan

ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.6

Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori

sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt :

1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut

syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi mempertahankan pola

(Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara

masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu

berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh

kerena diorientasikan realitas yang terakhir; Kedua, Fungsi integrasi

mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari

suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada

organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem; Ketiga, Fungsi

pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan

antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian.

Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi

masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut; Keempat, fungsi adaptasiyakni berkenaan dengan hubungan antara

masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan

dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian

masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.7

6 Ibid 7 Ibid

Page 7: Tugas sosiologi pendidikan

C.      Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat

Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena

apabila kita sadari arti pendidikan sebagai prosestransmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada

generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh

kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita

pelajarimerupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di

rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula

apabila segalasesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungantimbal balik

yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk olehmasyarakat kita.Bagi

masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan

dan proses kemajuan hidupnya. Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan

eksistensinya, maka kepadaanggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai,

pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan

akandimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya

meneruskankebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak

masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan,

secara khusus melalui interaksi sosial. Dengandemikian pendidikan dapat

diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan

sudah dimulai semenjakseorang individu pertama kali berinteraksi dengan

lingkunganeksternal di luar dirinya, yakni keluarga.

Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusantahun silam

pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dankebutuhan sosial

masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhanayang belum mengenal

tulisan maka para pemuda memperolehtranformasi pengetahuan lewat media

komunikasi lisan yangberbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua

mereka. Selain itu,pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap

dantanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikanteknik-

teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu

menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dansebagainya. Dalam cerita-

cerita lisanitu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara

Page 8: Tugas sosiologi pendidikan

bersosialisasiyang berkembang di masyarakatnya. Tidak

mengherankanapabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan

itudianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-

norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang

sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapimemiliki makna sakral yang

patut disyukuri dengan beberapapersembahan serta upacara-upacara ritual.

Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah

berlangsungorganis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan

keperluankhusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yangmapan

dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkanprajurit-prajurit

serta punggawa kerajaan yang tangguh demimempertahankan harta kekayaan

milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri

agar memilikikecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan

sistemsosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadiujung

tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuanrakyat jelata yang

memang dibikin bodoh. Melihat situasidemikian, wajar apabila jaman ini

predikat golongan terdidikhanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja

serta kaum-kaumagamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.

Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini makakisah

pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeserselaras dengan

kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah.Bagaimanapun juga

penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakarperputaran gerigi kehidupan

feodal telah mencapai titik klimaksnya.Kekuasaan para raja yang bersenyawa

dengan kekuatan gerejasecara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan

penentangansejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahandogma-

dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwalain juga memiliki

andil besar dalam menentukan lahirnyasemangat jaman yang semakin

konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin

Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah

dipresentasikanoleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar

pertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiranilmiah

para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkandengan penciptaan teknik-

Page 9: Tugas sosiologi pendidikan

teknik peralatan industri.Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara

perlahan-lahanmampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang

berhubungandengan pengajaran. Selain karena meluapnya industri-

industrimanufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannyabeberapa

wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnyaserta peningkatan

diferensiasi struktural maka masyarakatEropa Barat harus bisa menyediakan

kelompok manusia dalamjumlah massal yang memiliki kemampuan teknis

untuk menjalankanlahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan

cukuprumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat

mulaimenerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkanmekanisme

organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan

kecil argumentasi sederhana tentang renik-renikkarakter fungsi pendidikan di

masyarakat.

Melihat alurperkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi

pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins,

tentang tiga tipe dasarpendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:Pertama,

jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang

dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilanmaupun kemampuan

teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian

masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang

masihsederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat

agraris awal.Kedua,Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang

diupayakanuntuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hakistimewa

(privilige) kelompok elit dalam masyarakat yangmemiliki pelapisan sosial.

Pada umumnya pendidikan inidirancang bukan untuk digunakan dalam

pengertian teknisdan sering diserahkan kepada pengetahuan dan

diskusibadan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luastelah

dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris danindustri. Ketiga, tipe

pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahanuntuk melayani

kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungandengan pemerintahan

serta berguna pula sebagaisarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan

Page 10: Tugas sosiologi pendidikan

kepadamasyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya

memberipenekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat danderajat.8

Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak

kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu

hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu

karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang

terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang

sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara

global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.

Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan

kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah

mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga

memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat

proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem

dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah

kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

D. Hubungan pendidikan Islam  dengan masyarakat dalam perspektif

sosiologi

Indikasi globalnya ajaran al-Quran yang membuktikan bahwa Islam

tetap up to date, aktual sepanjang zaman untuk seluruh umat manusia di dunia,

dapat dipelajari dari beberapa pernyataan dalam al-Quran sendiri. Pertama,

panggilan Allah kepada seluruh ummat manusia (yaa ayyuhan naasu) adalah

bukti autentik dalam kitab suci Islam bahwa ajaran Islam berlaku universal

untuk semua manusia. Meskipun al-Quran diturunkan di tanah Arab, nabi

Muhammad juga berbangsa Arab, tetapi tidak ada satupun panggilan Allah

dalam ayat al-Quran yang ditujukan khusus untuk orang Arab (tidak ada ayat

yang diawali dengan kalimat yaa ayyuha al-“arabiyyu). Dalam ayat lain, Allah

juga menegaskan bahwa al-Quran sebagai sumber pedoman utama ajaran

Islam, diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia

8Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terbentuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.

Page 11: Tugas sosiologi pendidikan

hudan li al-naasi). Berbeda dengan pernyataan al-Kitab atau Bibel bagi kaum

Nasrani yang panggilannya khusus ditujukan hanya untuk “domba-domba

Israil”. Kedua, perintah Allah dalam al-Quran menyangkut ibadah shalat, cara

wudhu dan cara berpakaian, sama sekali tidak rinci-melainkan global dan

universal. luasnya ajaran Islam. Islam mengajarkan agar umat menyayangi

sesama, termasuk binatang sekalipun. Karena itu orang yang menyiksa

binatang peliharaan akan mendapat siksa, dan umat Islam diajarkan supaya

menyembelih hewan dengan cara yang baik, memelihara tumbuhan serta

lingkungan agar tidak rusak. Begitu luas dan mulianya ajaran Islam yang

memberi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan li al’alamin).9

Ibnu Khaldun memandang ilmu dan pendidikan sebagai satu aktifitas

yang semata–mata bersifat pemikiran dan perenungan serta jauh dari aspek

pragmatis dalam kehidupan. Ia memandang ilmu dan pendidikan sebagai suatu

gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan

perkembangannya didalam tahapan kebudayaan, akal mendorong manusia

untuk memiliki pengetahuan yang penting baginya di dalam kehidupannya

yang sederhana pada periode pertama pembentukan masyarakat, lalu lahirlah

ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan masa kemudian lahir pula

pendidikan sebagai akibat adanya kesenangan manusia dalam memahami dan

mendalami pegetahuan.10

Sebagai makluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan

hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena

manusia mengajarkan manusia yang lain, ketika sesuatu yang akan dilakukan

tidak dapat dilakukan seorang diri. Kecenderungan manusia untuk

berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang

mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka

interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan

timbal balik antara dua orang atau lebih.11

Interaksi antara manusia satu dengan lainnya selalu mempunyai motif

tertentu guna memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing-

9 Suyitno, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, UPI, Bandung, 2009, halm. 810 Abdurrahman Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Pustaka Firdaus, Jakarta,

2001, Hlm. 53511 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, halm. 47

Page 12: Tugas sosiologi pendidikan

masing. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat

bernilai edukatif apabila interaksi yang dilakukan dengan sadar meletakkan

tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang

bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai interaksi

edukatif. Dengan konsep di atas, memunculkan istilah guru di satu pihak dan

anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan

posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama

mencapai tujuan.12

Manusia menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya

mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan

orang lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial. Oleh karena itu

kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber

kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu

kehidupan didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama,

tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan

dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya

makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan yang masih

rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya

karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut

diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada

lingkungan dimana kita tinggal.13

Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira

fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata

problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang

aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh

kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah

urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa

yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa

pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa

12 Paul B. Horton, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 2006, Halm. 9913 M. Ihsanudin,  2009, Pragmatisme Pendidikan, Telaah Atas Pemikiran John Dewey,

http://indekos.tripod.com/id4.html//

Page 13: Tugas sosiologi pendidikan

menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung

tertingga.14

Shalat berjamaah secara sosiologis merupakan manifestasi dari

kebersamaan, solidaritas dan integritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Zakat manifestasi dari solidaritas sosial, rasa kemanusiaan yang adil dan

bertanggung jawab, kepedulian-sense of crisis, dan berempati terhadap

penderitaan atau kesusahan orang lain. Berpuasa merupakan upaya

pengendalian diri dari tindakan yang melampaui batas dan demikian pula pada

aspek ajaran-ajaran Islam yang lainnya. Pada rukun iman, misalnya iman

kepada Allah akan memberikan kontrol terhadap seorang muslim dalam

kehidupan sosial masyarakat. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna

diantara mahkluk yang lain ciptaan allah SWT.salah satu kelebihan yang di

miliki oleh manusia ialah manusia diberi akal pikiran dan nafsu yang tidak

dimiliki oleh malaikat, jin dan binatang. Dengan akal inilah diharapkan

manusia bisa menggelola bumi ini dengan baik, untuk melakukan tugas yang

berat tersebut maka manusia membutuhkan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang

menyebabkan manusia menjadi objek pendidikan,atau mahluk yang

membutuhkan pendidikan sebagai mana yang terdapat dalam Alquran. Dalam

surah Al-baqorah ayat 31-32 yang artinya: Dan ingatlah ketika allah

berfirman kepada malaikat “aku hendak menjadi kan kholifah di bumi

“mereka berkata apakah engkau hendak menjadikan orang orang perusak

dan menumpahkan darah di muka bumi,sedangkan kami selalu bertasbih

memuji engkau”dia berfirman  “sungguh aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui . Dan dia mengajarkan nama –nama benda, kemudian dia

perlihat kan kepada para malaikat “kata kan lah jika kamu orang  yang

benar.(Al-Baqorah ayat 31-32 )15.

Dari ayat tersebut kita memperoleh  pengertian bahwa manusia adalah

mahluk yang bisa dididik dan diajar. Untuk meningkatkan kualitas hidup,

manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal

maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan

14 http://lailynurarifa.wordpress.com/2011/10/07/asal-usul-pendidikan-dalam-perspektif-teori-sosiologi/

15 Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005), hal 7

Page 14: Tugas sosiologi pendidikan

manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.

Hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan

manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan

guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup

bermasyarakat dan berinteraksi. Kewajiban untuk bersosialisasi inilah yang

membuat manusia berbeda dari makhluk lain. Makhluk lain tidak pernah

berpikir untuk membuat hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Kainginan

untuk berkembangng menuju arah yang lebih baik inilah yang kemudian

menyebabkan manusia memerlukan pendidikan. Manusia adalah makhluk

yang harus hidup bermasyarakat untuk kelangsungan hidupnya, baik yang

menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan tindakannya serta agar

dapat mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam lingkungan manusia.

Interaksi antar manusia tumbuh sebagai suatu keharusan oleh karena kondisi

kemanusiaannya seperti; kebutuhan biologis dan psikologis. Kondisi manusia

tersebut menuntut adanya kerjasama dengan manusia lain. Kodrat manusia

sebagai makhluk bio-psiko-sosial, menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk

organisasi sosial yang berdiri atas landasan simbiotik-sinergistik, saling

memberi manfaat atas dasar tingkah laku fisik, bersifat otomatis dan

merupakan komunikasi sosial.16

E. Contoh Permasalahan yang terjadi dalam hubungan Pendidikan dengan

Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di

tanah air kita dewasa ini, yaitui:

1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.

2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan

keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah

kehidupan bermasyarakat.

16 Dwi Nugroho Hidayanto, Pemikiran Kependidikan; dari Filsafat ke Ruang Kelas, (Jakarta: Transwacana Jakarta, 2007).

Page 15: Tugas sosiologi pendidikan

Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah

masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.17

Seperti telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan dibahas empat masalah

pokok pendidikan yang telah menjadi kesempatan nasional yang perlu

diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah:

1. Masalah Pemerataan Pendidikan

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan

bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara

Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan

adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk

memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi

pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang

pembangunan.Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih

banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di

tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita

pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-

Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran

di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:

Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama

diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan

untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.18

Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI pasal 10 ayat 1

menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang sudah

berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat 2

menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan

dari menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.

Landasan yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya,

sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna

17 http://irmaasriani.blogspot.com/2010/06/masalah-pendidikan-dalam-masyarakat.html, diunduh : 26 Oktober 2013

18 Ibid

Page 16: Tugas sosiologi pendidikan

mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.Masalah pemerataan

memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia

sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki

bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung

sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui

berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu

nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian

mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat pembangunan.

Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya

pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat

berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan

pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu

pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu

pendidikan. Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang

berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing

maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap

jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan

kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus

menerus dengan saksama. Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan

penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas

pertimbangan faktor kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu

di berikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan

terutama pada jenjang pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan

didasarkan atas pertimbangan  kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan

kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja, dan keperluan pengembangan

masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar tercapai  

keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan memperoleh

pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai

bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang

dibutuhkan dalam pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru

dan langka.

Page 17: Tugas sosiologi pendidikan

Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus menerus

dari pelita ke pelita.  Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tengtang

sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk

memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan

dalam pasal 7 mengenai hak telah di tegaskan sebagai berikut:

“penerimaan seorang peserta didik dalam suatu satuan pendidikan

diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku,

ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap

mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam alternatif model

pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat

dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu,

bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan

alam yang dapat mendung.19

F. Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia

1. Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan

Banyak macam  pemecahan masalah yang telah dan sedang

dilakukan oleh pemerintah untuk  meningkatkan pendidikan dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah

ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.

Cara konvesional antara lain:

a) Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau

ruangan belajar.

b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem

bergantian pagi dan sore).

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk

pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi

masyarakat yang kurang mampu agar mau menyekolahkan

anaknya.

19 Ibid

Page 18: Tugas sosiologi pendidikan

Cara Inovatif antara lain:

Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru)

atau inpact sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan

didiseminasikan ke beberapa provinsi.

a)      SD kecil pada daerah terpencil

b)      Sistem guru kunjung

c)      SMP terbuka

d)     Kejar paket A dan b

e)      Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.

2. Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan

Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-

masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan

masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas

komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen

tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat

meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar

peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.

Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis

besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak,

personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:

a. Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah,

khususnay untuk Slta dan PT.

b. Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi

lanjut.

c. Penyempurnaaan kurikulum

d. Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang

tenteram untuk belajar

e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media

pembelajaran

f. Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang

mengenai anggaran

Page 19: Tugas sosiologi pendidikan

g. Kegiatan pengendalian mutu

BAB III

PENUTUP

Page 20: Tugas sosiologi pendidikan

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Mayarakat adalah suatu kelompok yang sama identifikasinya meliputi

unit biofisik para individu, bertempat tinggal pada suatu geografis

tertentu, selama pereode tertentu pula, teratur sedemikian rupa di

dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup

bersama.

2. Para ahli berbeda pendapat tentang proses terbentuknya masyarakat.

Plato berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati.

Sedangkan kaum sofis berargumen bahwa masyarakat merupakan

bentukan manusia.  Pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan

mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini,

pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih

dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang

ilmiah-rasional. Pandangan kaum sofis ini didukung oleh Kimmel and

Aronson yang mengemukakan bahwa masyarakat tidak sekonyong-

konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode

bottom-up maupun up-to-bottom.

3. Hubungan antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa

pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda

secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-

kekuatanmasyarakat. Di sisi lain pendidikan memiliki fungsi, peran

dan kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan

masyarakat.Pendidikan juga memberikan andil menerjemahkan nilai-

nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud

emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosial masyarakat,

sehingga dengan demikian masyarakat tidak pernah kering dari

dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Tugas sosiologi pendidikan

Abdurrahman Ibnu Khaldun, 2001 Muqaddimah Ibnu Khaldun, Pustaka

Firdaus, Jakarta

Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-

terbentuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.

Dalam:http://pakguruonline.pendidikan.net/

buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 26 Oktober 2013.

Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terben

tuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.

Dalam:http://lailynurarifa.wordpress.com/2011/10/07/asal-usul-

pendidikan-dalam-perspektif-teori-sosiologi/, diakses, 26 Oktober 2013.

Dalam:http://irmaasriani.blogspot.com/2010/06/masalah-pendidikan-

dalam-masyarakat.html diakses, 26 Oktober 2013

Departemen Agama, 2005, Alquran dan Terjemahannya, Bandung:

Diponegoro

Dwi Nugroho Hidayanto, 2007, Pemikiran Kependidikan; dari Filsafat ke

Ruang Kelas, Jakarta: Transwacana Jakarta

M. Ihsanudin,  2009, Pragmatisme Pendidikan, Telaah Atas Pemikiran

John Dewey, http://indekos.tripod.com/id4.html//

Oemar Hamalik, 2005, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara,

Suyitno, 2009, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, UPI, Bandung.

Paul B. Horton, 2006, Sosiologi, Erlangga, Jakarta

Page 22: Tugas sosiologi pendidikan