15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara utuh, naluri yang tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala bentuk yang membuat manusia itu hidup tertata dalam masyarakat adalah budaya itu sendiri yang dimana setiap manusia wajib melestarikan budaya demi kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Dengan melestarikan budaya nasional, warga Indonesia mampu mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang bersumber terhadap keselarasan jiwa setiap masyarakatnya, untuk itulah manusia yang ideal harus menganggap budaya sebuah hal yang intens. Dari berbagai definisi budaya yang terbilang banyak, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk 1

Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sosial budaya lokal

Citation preview

Page 1: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara utuh, naluri yang

tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala bentuk yang membuat manusia itu

hidup tertata dalam masyarakat adalah budaya itu sendiri yang dimana setiap manusia

wajib melestarikan budaya demi kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Dengan

melestarikan budaya nasional, warga Indonesia mampu mencerminkan jati diri bangsa

Indonesia yang bersumber terhadap keselarasan jiwa setiap masyarakatnya, untuk itulah

manusia yang ideal harus menganggap budaya sebuah hal yang intens.

Dari berbagai definisi budaya yang terbilang banyak, dapat diperoleh pengertian

mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata (konkrit), misalnya

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,

yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

Dalam makalah ini akan dibahas yakni sistem sosial budaya suku Bugis-Makassar

dalam konteks hidup dan perkembangan atau ciri khas mereka.

1

Page 2: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

B. RUMUSAN MASALAH

- Apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya?

- Bagaimana bentuk sistem sosial budaya suku Bugis-Makassar?

C. TUJUAN

- Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem sosial budaya Bugis-Makassar.

- Memenuhi tugas mata kuliah System Budaya Lokal Indonesia.

2

Page 3: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM SOSIAL BUDAYA

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial

ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,

serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan

adat tata kelakuan. Sifatnya konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat

diamati serta didokumentasikan.

Menurut Garna (1994), “sistem sosial adalah suatu perangkat peran sosial yang

berinteraksi atau kelompok sosial yang memiliki nilai-nilai, norma dan tujuan yang

bersama”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem sosial itu pada dasarnya

ialah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Seperti yang diungkapkan oleh Parsons(1951),

“Sistem sosial merupakan proses interaksi di antara pelaku sosial”.

Dalam pergaulan sehari-hari, dapat ditemukan istilah mentalitas. Mentalitas

adalah kemampuan rohani yang ada dalam diri seseorang, yang menuntun tingkah laku

serta tindakan dalam hidupnya. Pantulan dalam tingkah laku itu menciptakan sikap

tertentu terhadap hal-hal serta orang-orang di sekitarnya. Sikap mental ini sebenarnya

sama saja dengan sistem nilai budaya (culture value system) dan sikap (attitude).

3

Page 4: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

Sistem nilai budaya (atau suatu sistem budaya) adalah rangkaian konsep abstrak yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar suatu warga masyarakat. Hal itu menyangkut

apa dianggapnya penting dan bernilai. Maka dari itu suatu sistem nilai budaya

merupakan bagian dari kebudayaan yang memberikan arah serta dorongan pada

perilaku manusia. Sistem tersebut merupakan konsep abstrak, tapi tidak dirumuskan

dengan tegas.

Karena itu konsep tersebut biasanya hanya dirasakan saja, tidak dirumuskan

dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Itulah juga sebabnya mengapa

konsep tersebut sering sangat mendarah daging, sulit diubah apalagi diganti oleh konsep

yang baru.

Bila sistem nilai budaya tadi memberi arah pada perilaku dan tindakan manusia,

maka pedomannya tegas dan konkret. Hal itu nampak dalam norma-norma, hukum

serta aturan-aturan. Norma-norma dan sebagainya itu seharusnya bersumber pada

manusia, dijiwai, serta merincikan sistem nilai budaya tersebut.

Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya dorong dalam

diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh lingkungannya. Bagaimana pun

juga harus dikatakan bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh kebudayaannya.

Artinya, yang dianut oleh individu yang bersangkutan.

Dengan kata lain, sikap individu yang tertentu biasanya ditentukan keadaan fisik

dan psikisnya serta norma-norma dan konsep-konsep nilai budaya yang dianutnya.

Namun demikian harus pula dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap

seseorang sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itulah juga sebabnya

4

Page 5: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok warga masyarakat dengan

bertolak (hanya) dari asumsi yang umum saja.

Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya dorong dalam

diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh lingkungannya. Bagaimana pun

juga harus dikatakan bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh kebudayaannya.

Artinya, yang dianut oleh individu yang bersangkutan.

Dengan kata lain, sikap individu yang tertentu biasanya ditentukan keadaan fisik

dan psikisnya serta norma-norma dan konsep-konsep nilai budaya yang dianutnya.

Namun demikian harus pula dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap

seseorang sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itulah juga sebabnya

mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok warga masyarakat dengan

bertolak (hanya) dari asumsi yang umum saja.

Dari penjelasan di atas mengenai pengertian sistem, sistem sosial dan sistem budaya

dapat dinyatakan secara sederhana dalam arti luas bahwa pengertian Sistem Sosial

Budaya yaitu “suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial dan tata laku

manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri serta

bersama sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia

dalam bermasyarakat.”

B. Sistem Kepercayaan Kebudayaan Suku Bugis Makassar

Orang Bugis-Makassar lebih banyak tinggal di Kabupaten Maros dan Pangkajene

Propinsi Sulawesi Selatan. Mereka merupakan penganut agama Islam yang taat. Agama

Islam masuk ke daerah ini sejak abad ke-17. Mereka dengan cepat menerima ajaran

5

Page 6: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

Tauhid. Proses Islamisasi di daerah ini dipercepat dengan adanya kontak terus-menerus

dengan pedagang-pedagang melayu Islam yang sudah menetap di Makassar. Pada

zaman pra-Islam, religi orang Bugis-Makassar, seperti tampak dalam Sure’ Galigo,

mengandung suatu kepercayaan kepada satu dewa tunggal yang disebut dengan

beberapa nama, yaitu:

1. Patoto-e, yaitu Dia yang menentukan nasib.

2. Dewata Seuwa-e, yaitu Dewa yang tunggal.

3. Turie a’rana, yaitu Kehendak yang tertinggi.

Sisa-sisa kepercayaan ini masih terlihat pada orang To Lotang di Kabupaten Sindenreng-

Rappang, dan pada orang Amma Towa di Kajang, Kabupaten Bulukumba. Orang Bugis-

Makassar masih menjadikan adat mereka sebagai sesuatu yang keramat dan sakral.

Sistem adat yang keramat itu didasarkan pada lima unsur pokok sebagai berikut:

1. Ade’ (ada’ dalam bahasa Makassar) adalah bagian dari panngaderrang yang terdiri

atas:

a. Ade’ Akkalabinengneng, yaitu norma mengenai perkawinan, kaidah-kaidah

keturunan, aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban warga rumah tangga,

etika dalam hal berumah tangga, dan sopan-santun pergaulan antar kaum

kerabat.

b. Ade’ tana, yaitu norma mengenai pemerintahan, yang terwujud dalam

bentuk hukum negara, hukum antarnegara, dan etika serta pembinaan insan

politik.

6

Page 7: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

Pembinaan dan pengawasan ade’ dalam masyarakat Bugis-Makassar dilakukan

oleh beberapa pejabat adat, seperti pakka-tenni ade’, pampawa ade’, dan parewa ade.’

2. Bicara, berarti bagian dari panngaderreng, yaitu mengenai semua kegiatan dan

konsep-konsep yang bersangkut paut dengan hukum adat, acara di muka pengadilan,

dan mengajukan gugatan.

3. Rampang, berarti perumpamaan, kias, atau analogi. Sebagai bagian dari

panngaderreng, rampang menjaga kepastian dan kesinambungan suatu keputusan

hakim tak tertulis masa lampau sampai sekarang dan membuat analogi hukum kasus

yang dihadapi dengan keputusan di masa lampau. Rampang juga berupa perumpamaan-

perumpamaan tingkah-laku ideal dalam berbagai bidang kehidupan, baik kekerabatan,

politik, maupun pemerintahan.

4. Wari, adalah bagian dari panngaderreng yang berfungsi mengklasifikasikan berbagai

benda dan peristiwa dalam kehidupan manusia. Misalnya, dalam memelihara garis

keturunan dan hubungan kekerabatan antar raja.

5. Sara, adalah bagian dari pangaderreng, yang mengandung pranata hukum, dalam hal

ini ialah hukum Islam.

Kelima unsur keramat di atas terjalin menjadi satu dan mewarnai alam pikiran

orang Bugis-Makassar. Unsur tersebut menghadirkan rasa sentimen kewargaan

masyarakat, identitas sosial, martabat, dan harga diri, yang tertuang dalam konsep siri.

Siri ialah rasa malu dan rasa kehormatan seseorang.

7

Page 8: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

C. Sistem Kekerabatan Kebudayaan Suku Bugis Makassar

Perkawinan ideal menurut adat Bugis Makassar adalah:

1. Assialang marola, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu, baik

dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

2. Assialana memang, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik

dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

3. Ripanddeppe’ mabelae, yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat ketiga,

baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga banyak pemuda yang

menikah dengan gadis-gadis yang bukan sepupunya.

Perkawinan yang dilarang atau sumbang (salimara’) adalah perkawinan antara:

1. Anak dengan ibu atau ayah.

2. Saudara sekandung.

3. Menantu dan mertua.

4. Paman atau bibi dengan kemenakannya.

5. Kakek atau nenek dengan cucu.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan adalah:

1. Mappuce-puce, yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis

untuk mengadakan peminangan.

8

Page 9: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

2. Massuro, yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga si

gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis sunreng (mas kawin), dan

sebagainya.

3. Maduppa, yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai perkawinan

yang akan datang.

D. Sistem Politik Kebudayaan Suku Bugis Makassar

Orang Bugis-Makassar lebih banyak mendiami Kabupaten Maros dan Kabupaten

Pangkajene. Desa-desa di kabupaten tersebut merupakan kesatuan-kesatuan

administratif, gabungan sejumlah kampung lama, yang disebut desa-desa gaya baru.

Sebuah kampung biasanya terdiri atas sejumlah keluarga yang mendiami antara 10

sampai 20 buah rumah. Rumah-rumah itu biasanya terletak berderet menghadap ke

selatan atau barat. Apabila ada sungai, diusahakan membangun rumah membelakangi

sungai.Pusat kampung lama ditandai dengan sebuah pohon beringin besar yang

dianggap sebagai tempat keramat (possi tana).

Sebuah kampung lama dipimpin oleh seorang kepala kampung (matowa,

jannang, lompo’, toddo’). Kepala kampung dibantu oleh sariang dan parennung.

Gabungan kampung dalam struktur asli disebut wanua, pa’rasangan atau bori.’

Pemimpin wanua oleh orang Bugis dinamakan arung palili atau sullewatang, orang

Makassar menyebutnya gallarang atau karaeng. Dalam struktur pemerintahan sekarang

wanua sama dengan kecamatan.

9

Page 10: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

D. Sistem Politik Kebudayaan Suku Bugis Makassar

Orang Bugis-Makassar lebih banyak mendiami Kabupaten Maros dan Kabupaten

Pangkajene. Desa-desa di kabupaten tersebut merupakan kesatuan-kesatuan

administratif, gabungan sejumlah kampung lama, yang disebut desa-desa gaya baru.

Sebuah kampung biasanya terdiri atas sejumlah keluarga yang mendiami antara 10

sampai 20 buah rumah. Rumah-rumah itu biasanya terletak berderet menghadap ke

selatan atau barat. Apabila ada sungai, diusahakan membangun rumah membelakangi

sungai.Pusat kampung lama ditandai dengan sebuah pohon beringin besar yang

dianggap sebagai tempat keramat (possi tana).

Sebuah kampung lama dipimpin oleh seorang kepala kampung (matowa,

jannang, lompo’, toddo’). Kepala kampung dibantu oleh sariang dan parennung.

Gabungan kampung dalam struktur asli disebut wanua, pa’rasangan atau bori.’

Pemimpin wanua oleh orang Bugis dinamakan arung palili atau sullewatang, orang

Makassar menyebutnya gallarang atau karaeng. Dalam struktur pemerintahan sekarang

wanua sama dengan kecamatan.

E. Sistem Ekonomi Kebudayaan Suku Bugis Makassar

Orang Bugis-Makassar yang tinggal di desa-desa daerah pantai bermata

pencaharian mencari ikan. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi lautan

luas. Mereka menangkap ikan sampai jauh ke laut hanya dengan perahu-perahu layar.

Dengan perahu layar dari tipe pinisi dan lambo, orang Bugis-Makassar mengarungi

perairan nusantara sampai Srilanka dan Filipina.

10

Page 11: Tugas Sistem Sosial Budaya Lokal Indonesia

Mereka merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan

kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah mewarisi

hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut Ade’allopiloping Bicaranna Pabbalue ditulis

oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang Bugis-Makassar

mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia.

Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan diperdagangkan. Teripang dan

holothurioidea (sejenis binatang laut) ditangkap di kepulauan Tanimbar, Irian Jaya,

bahkan sampai ke Australia untuk dijual kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang

laut ini diekspor ke Cina. Mulai abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat

maju.

Selain pertanian, penangkapan ikan, pelayaran,dan perdagangan, usaha

kerajinan rumah tangga merupakan kegiatan orang Bugis-Makassar untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Berbagai jenis kerajinan rumah tangga mereka hasilkan.

Tenunan sarung sutera dari Mandar, dan Wajo, serta tenunan sarung Samarinda dari

Bulukumba adalah salah satu contohnya.

11