29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PERENCANAAN JALAN REL Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi jalan rel harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh kendaraan rel dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya. Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna. 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL 1.3. LINGKUP PENJELASAN LAPORAN Penyusunan laporan ini terdiri dari tiga bab, dimana masing- masing bab ini menjelaskan mengenai : a. BAB I : Pembangunan, Jenis Pembangunan Jalan Rel, serta Lingkup penjelasan laporan. b. BAB II : Komponen Jalan Rel, Kecepatan dan Beban Standar, Klasifikasi Jalan Rel, Ruang Bebas dan Ruang Bangun, Bentuk Konstruksi Jalan Rel, dan Jalur Jalan Rel. c. BAB III : Karakteristik Sepur, Alinyemen Horizontal, Alinyemen Vertikal, dan Formasi Tubuh Jalan Rel. d. BAB IV : Rel dan komposisi, Penyambungan Rel, Bantalan, Alat Penambat, Wesel dan Rel Panjang, Balas, Anjlokan, dan Operasi Kereta Api.

Tugas Rekayasa Jalan Rel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Rekayasa Jalan Rel

BAB I PENDAHULUAN

1.1. PERENCANAAN JALAN RELLintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi jalan rel harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh kendaraan rel dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya. Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.

1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

1.3. LINGKUP PENJELASAN LAPORANPenyusunan laporan ini terdiri dari tiga bab, dimana masing-masing bab ini menjelaskan mengenai :a. BAB I : Pembangunan, Jenis Pembangunan Jalan Rel, serta Lingkup penjelasan laporan.b. BAB II : Komponen Jalan Rel, Kecepatan dan Beban Standar, Klasifikasi Jalan Rel, Ruang

Bebas dan Ruang Bangun, Bentuk Konstruksi Jalan Rel, dan Jalur Jalan Rel.c. BAB III : Karakteristik Sepur, Alinyemen Horizontal, Alinyemen Vertikal, dan Formasi Tubuh

Jalan Rel.d. BAB IV : Rel dan komposisi, Penyambungan Rel, Bantalan, Alat Penambat, Wesel dan Rel

Panjang, Balas, Anjlokan, dan Operasi Kereta Api.

Page 2: Tugas Rekayasa Jalan Rel

BAB II KARAKTERISTIK BAGIAN KONSTRUKSI JALAN REL

1.1. KOMPONEN JALAN REL

1.2. KECEPATAN DAN BEBAN STANDAR

1.3. KLASIFIKASI JALAN REL

a. Penggolongan menurut Lebar SepurLebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 – 14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel.

Page 3: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Sepur Standar (standar gauge), lebar sepur 1435 mm, digunakan di negara-negara Eropa, Turki, Iran, USA dan Jepang.

Sepur Lebar (broael gauge), lebar sepur > 1435 mm, digunakan pada negara Finlandia, Rusia (1524 mm), Spanyol, Pakistan, Portugal dan India (1676 mm).

Sepur Sempit (narrow gauge), lebar sepur < 1435 mm, digunakan di negara Indonesia, Amerika Latin, Jepang, Afrika Selatan (1067 mm), Malaysia, Birma, Thailand, dan Kamboja (1000 mm).

b. Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan Maksimum yang diijinkan untuk Indonesia Kelas Jalan I : 120 km/jam Kelas Jalan II : 110 km/jam Kelas Jalan III : 100 km/jam Kelas Jalan IV : 90 km/jam Kelas Jalan V : 80 km/jam

c. Penggolongan Kelas jalan rel menurut Daya Lintas Kereta Api (juta ton/tahun) yang diijinkan untuk Indonesia

d. Penggolongan berdasarkan Kelandaian (tanjakan) Jalan Lintas Datar : kelandaian 0 - 10‰ Lintas Pegunungan : kelandaian 10 - 40‰ Lintas dengan rel gigi : kelandaian 40 – 80‰ Kelandaian di Emplasemen : kelandaian 0 – 1,5‰

e. Penggolongan Menurut Jumlah Jalur Jalur Tunggal : jumlah jalur di lintas bebas hanya satu, diperuntukkan untuk

melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel dari 2 arah. Jalur Ganda : jumlah jalur di lintas bebas > 1 (2 arah) dimana masing-masing jalur

hanya diperuntukkan untuk melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel dari 1 arah.

1.4. RUANG BEBAS DAN RUANG BANGUNRuang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang. Ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api. Ukuran ruang

Page 4: Tugas Rekayasa Jalan Rel

bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda, baik pada bagian lintas yang lurus maupun yang melengkung, untuk lintas elektrifikasi dan non elektrifikasi, adalah seperti yang tertera pada gambar di bawah ini. Ukuran-ukuran tersebut telah memperhatikan dipergunakannya gerbong kontener / peti kemas ISO (Iso Container Size) tipe “Standar Height”.Ruang Bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar. Batas ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55 meter. Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut : Pada lintas bebas : 2,35 - 2,53m di kiri kanan sumbu sepur. Pada emplasemen : 1,95 – 2,35m di kiri kanan sumbu sepur. Pada jembatan : 2,15m di kiri kanan sumbu sepur.

Ruang Bebas pada bagian lurusKeterangan :Batas I = Untuk Jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jamBatas II = Untuk “Viaduk” dan terowongan dengan kecepatan sampai 60 km/jam dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatanBatas III = Untuk “Viaduk” baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatanBatas IV = Untuk lintas kereta listrik

Page 5: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Ruang Bebas pada lengkungKeterangan :

Batas ruang bebas pada lintas lurus dan pada bagian lengkungan dengan jari-jari > 3000 mBatas ruang bebas pada lengkungan dengan jari-jari 300 sampai dengan 3000mBatas ruang bebas pada lengkungan dengan jari-jari <300 m.

Page 6: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Ruang Bebas pada jalur lurus untuk jalan ganda

Ruang Bebas pada jalur lengkung untuk jalan ganda

1.5. BENTUK KONSTRUKSI JALAN RELStruktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari kumpulan komponen-komponen jalan rel yaitu :a. Struktur bagian atas atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari komponen-

komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie).b. Struktur bagian bawah, atau dikenali sebagai substructure yang terdiri dari komponen balas

(ballast), subbalas (subballast), tanah dasar (improve subgrade) dan tanah asli (natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di bawah subbalas yang berasal dari tanah asli tempatan atau tanah yang didatangkan (jika kondisi tanah asli tidak baik), dan telah mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan khusus (treatment). Pada kondisi tertentu, balas juga dapat disusun dalam dua lapisan, yaitu : balas atas (top ballast) dan balas bawah (bottom ballast).

Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang menghimpun komponen-komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu dan disusun dalam sistem konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat dilalui kereta api secara aman dan nyaman. Gambar di bawah ini menjelaskan bagian-bagian struktur atas dan bawah konstruksi jalan rel dan secara skematik menjelaskan keterpaduan komponen-komponennya dalam suatu struktur.

Page 7: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Struktur Jalan Rel beserta Sistem Komponen Penyusunnya

1.6. JALUR JALAN REL

BAB IIIGEOMETRI JALAN REL

Page 8: Tugas Rekayasa Jalan Rel

1.7. KARAKTERISTIK SEPURUntuk seluruh kelas jalan rel lebar sepur adalah 1067 mm yang merupakan jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 – 14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel. Pelebaran Sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung tanpa mengalami hambatan. Pelebaran sepur dicapai dengan menggeser rel dalam ke arah dalam. Besar pelebaran sepur untuk berbagai jari-jari tikungan adalah seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Pelebaran SepurPelebaran sepur maksimum yang diijinkan adalah 20 mm. Pelebaran sepur dicapai dan dihilangkan secara berangsur sepanjang lengkung peralihan.

1.8. ALINYEMEN HORIZONTALAlinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari garis lurus dan lengkungan.a. Lengkungan Lingkaran

Dua bagian lurus, yang perpanjangnya saling membentuk sudut harus dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa lengkung-lengkung peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana, besar jari-jari minimum yang diijinkan adalah seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini.

Page 9: Tugas Rekayasa Jalan Rel

b. Lengkungan PeralihanLengkungan peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang berubah beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang lurus dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lengkung yang relatif kecil. Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan rumus berikut :

Dimana:Lh = panjang minimal lengkung peralihan.h =pertinggian relatif antara dua bagian yang dihubungkan (mm).v = kecepatan rencana untuk lengkungan peralihan (km/jam).

1.9. ALINYEMEN VERTIKALAlinyemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan rel tersebut. Alinyemen vertikal terdiri dari garis lurus, dengan atau tanpa kelandaian, dan lengkung vertikal yang berupa bususr lingkaran. Besar jari-jari minimum dari lengkung vertikal bergantung pada besar kecepatan rencana ada seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Jari – jari minimum lengkung vertikal1.10. FORMASI TUBUH JALAN REL

BAB IV KARAKTERISTIK MATERIAL PENYUSUN JALAN REL

Page 10: Tugas Rekayasa Jalan Rel

1.11. REL DAN KOMPOSISITipe rel untuk masing – masing kelas jalan tercantum pada tabel di bawah ini :

Kelas jalan dan tipe relnyaKarakteristik penampang rel tercantum pada tabel di bawah ini :

Jenis rel yang dipakai adalah rel tahan aus yang sejenis dengan rel UIC-WRA. Komposisi kimia rel tercantum pada tabel di bawah ini :

Page 11: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Komposisi relKuat tarik minimum rel adalah n90 kg/mm2 dengan perpanjangan minimum 10%. Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari pada 240 Brinell.Menurut panjangnya, rel dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :- Rel standar adalah rel yang panjangnya 25 meter.- Rel pendek adalah rel yang panjangnya maksimal 100 meter.- Rel panjang adalah rel yang panjang tercantum minimumnya pada tabel di bawah ini.

Panjang minimum rel panjang

1.12. PENYAMBUNGAN RELSambungan rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel sedemikian rupa sehingga operasi kereta api tetap aman dan nyaman. Yang dimaksud dengan sambungan rel adalah sambungan yang menggunakan pelat penyambung dan baut-mur. Dari kedudukan terhadap bantalan dibedakan dua macam sambungan rel, yaitu :a. Sambungan melayang

Sambungan melayangb. Sambungan menumpu

Sambungan menumpuPenempatan sambungan di sepur ada dua macam yaitu :

Page 12: Tugas Rekayasa Jalan Rel

a. Penempatan secara siku, dimana kedua sambungan berada pada satu garis yang tegak lurus terhadap sumbu sepur.

Sambungan Siku

b. Penempatan secara berselang – seling, dimana kedua sambungan rel tidak berada pada satu garis yang tegak lurus terhadap sumbu sepur.

Sambungan Berselang – seling

Untuk sambungan rel di jembatan :a. Di dalam daerah bentang jembatan harus diusahakan agar tidak ada sambungan rel.b. Rel dengan bantalan sebagai suatu kesatuan harus dapat bergeser terhadap gelegar

pemikulnya. Yang dimaksud dengan gelegar pemikul adalah bagian dari konstruksi jembatan dimana bantalan menumpu secara langsung.

c. Jika digunakan rel standar atau rel pendek, letak sambungan rel harus berada di luar pangkal jembatan.

d. Jika digunakan rel panjang, jarak antara ujung jembatan daerah muai rel itu (lihat gambar dan tabel di bawah).

Panjang daerah muai

Penempatan sambungan rel panjang yang melintasi jembatan

1.13. BANTALANBantalan berfungsi meneruskan bahan dari rel ke kelas balas, menahan lebar sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja, ataupun beton. Pemilihan didasarkan pada kelas yang sesuai dengan klasifikasi jalan rel Indonesia.

Bantalan Kayu

Page 13: Tugas Rekayasa Jalan Rel

1) Pada jalan yang lurus bantalan kayu mempunyai ukuran :Panjang = L = 2.000 mmLebar = t = 130 mmTinggi = b = 220 mm

2) Mutu kayu yang dipergunakan untuk bantalan kayu, harus memenuhi ketentuan Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI)

3) Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel, harus mampu menahan momen maksimum sebesar :

Kelas kayu Momen maksimum(kg –m)Bawah rel 800

Tengah Bantalan 530

4) Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi panjang pada seluruh tubuh bantalan.

Bantalan Baja1) Pada jalur lurus bantalan baja mempunyai ukuran :

Panjang = 2.000 mmLebar atas = 144 mmLebar bawah = 232 mmTebal Baja = minimal 7 mm

2) Mutu baja yang dipakai untuk bantalan baja, harus memenuhi ketentuan Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI).

3) Bantalan baja pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, harus mampu menahan momen sebesar = 650 kg-m.

4) Bentuk penampang melintang bantalan baja, harus mempunyai bentukan kait keluar pada ujung bawahnya.

5) Bentuk penampang memanjang baja, harus mempunyai bentukan kait ke dalam pada ujung-ujung bawah.

Page 14: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Bantalan Beton Tunggal Depan proses “Pretension”1) Pada jalur lurus, bantalan beton pratekan dengan proses “pretension” mempunyai ukuran

panjang :

Dimana : l = jarak antara kedua sumbu vertikal rel (mm) α = 80 sampai 160Ɵ = diameter kabel baja prategang (mm)

2) Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang dari 500kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari U-21 dan mutu baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar 17.000 kg/cm2.

3) Bantalan beton pratekan dengan proses “pretension” harus mampu memikul momen minimum sebesar :

Bagian Momen (kg –m)Bawah rel + 1.500

Tengah Bantalan - 765

4) Bentuk penampang bantalan beton harus menyerupai trapesium, dengan luas penampang bagian tengah bantalan, tidak kurang dari 85% dan luas penampang bagian bawah re.

5) Pusat berat Baja Prategang diusahakan sedekat mungkin dengan Pusat Berat Beton.6) Perhitungan kehilangan tegangan pada gaya prategang cukup diambil sebesar 25% gaya

prategang awal. Kecuali jika diadakan hitungan teoritis, maka dapat diambil lain dari 25%.

Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal dengan Proses “Posttension”1) Pada jalur lurus, bantalan beton pratekan dengan proses “Posttension” mempunyai ukuran

panjang :

Dimana : l = jarak antara kedua sumbu vertikal rel (mm) ᵞ = panjang daerah regularisasi tegangan, yang tergantung jenis angkernya.

2) Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang dari 500 kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari mutu U-24 dan mutu baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar 17.000 kg/cm2.

3) Bantalan beton pratekan dengan proses “posttension” harus mampu memikul momen minimum sebesar :

Bagian Momen (kg –m)Bawah rel + 1.500

Tengah Bantalan - 765

4) Bentuk penampang melintang bantalan beton harus trapesium, dengan luas penampang bagian tengah bantalan, tidak kurang dari 85% luas penampang bagian bawah rel.

5) Pusat berat baja prategang harus selalu terletak pada daerah galih sepanjang bantalan.

Page 15: Tugas Rekayasa Jalan Rel

6) Perhitungan kehilangan tegangan pada gaya prategang cukup diambil sebesar 20% gaya prategang awal. Kecuali jika diadakan hitungan teoritis, maka diambil lain dari 20%.

Bantalan Beton Blok Ganda1) Pada jalur lurus, satu buah bantalan beton blok ganda mempunyai ukuran sebagai berikut :

- Panjang = 700 mm- Lebar = 300 mm- Tinggi rata-rata = 200 mm

2) Pada bagian jalur yang lain, hanya panjang batang penghubungnya yang disesuaikan. 3) Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang dari 385

kg/cm2, mutu baja untuk tulang lentur tidak kurang dari U-32 dan mutu baja penghubung tidak kurang dari U-32.

4) Panjang batang penghubung, harus dibuat sedemikian rupa.5) Pusat Berat Baja Prategang harus selalu terletak pada daerah galih sepanjang bantalan.6) Perhitungan kehilangan tegangan pada gaya prategang cukup diambil sebesar 20% gaya

prategang awal. Kecuali jika diadakan hitungan teoritis, maka diambil lain dari 20%.

Jarak Bantalan1) Jarak bantalan beton, baja maupun kayu, pada jalan lurus jumlah bantalan yang

dipergunakan adalah 1.667 buah tiap kilometer panjang.2) Pada lengkungan, jarak bantalan diambil sebesar 60 cm diukur pada rel luar.

PengujianSetelah perencanaan selesai, baik bantalan beton serta bantalan baja maupun bantalan kayu harus diuji kekuatannya dengan pengujian sebagai berikut :- Uji beban statis- Uji beban dinamis- Uji cabutPengelasan hasil uji dilakukan oleh pihak yang berwenang menguji. Untuk bantalan beton, harus dilakukan pengujian tekan sebelum diadakan pengecoran.

1.14. ALAT PENAMBATPenambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak tergeser. Jenis penambat yang dipergunakan adalah penambat elastic dan penambat kaku. Penambat kaku terdiri atas tirpon, mur dan baut. Penambat elastik tunggal dan penambat elastik ganda. Penambat elastik ganda terdiri atas pelat andas, pelat atau batang jepit elastik alas rel, tarpon, mur dan baut. Pada bantalan beton, tidak diperlukan pelat andas, tetapi dalam hal ini tebal karet las (rubber pad) rel harus disesuaikan dengan kecepatan maksimum.Penambat kaku tidak boleh dipakai untuk semua kelas jalan rel. Penambat elastic tunggal hanya boleh dipergunakan pada jalan kelas 4 dan kelas 5. Penambat elastik ganda dapat dipergunakan pada semua kelas jalan rel, tetapi tidak dianjurkan untuk jalan rel kelas 5.Jenis penambat yang tergolong dalam jenis penambat elastic ganda mempunyai berbagai bentuk dengan hak paten tersendiri. Pemilihan model penambat harus disetujui oleh pemberi

Page 16: Tugas Rekayasa Jalan Rel

tugas. Persyaratan bahan untuk penambat harus memenuhi persyaratan bahan pada Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia atau Peraturan Dinas No. 10 C.

1.15. WESEL DAN REL PANJANGFungsi wesel adalah untuk mengalihkan kereta api dari satu sepur ke sepur yang lain.Jenis Wesel :1) Wesel Biasa

a. Wesel Biasa- Wesel Biasa kiri

- Wesel Biasa Kanan

b. Wesel dalam lengkung- Wesel serah lengkung

- Wesel berlawanan arah lengkung

- Wesel simetris

2) Wesel tiga jalana. Wesel biasa

- Wesel biasa searah

- Wesel biasa berlawanan arah

b. Wesel dalam lengkung- Wesel serah tergeser

Page 17: Tugas Rekayasa Jalan Rel

- Wesel berlawanan arah tergeser

3) Wesel Inggrisa. Wesel inggris lengkap

b. Wesel inggris tak lengkap

Komponen Wesel :Wesel terdiri atas komponen – komponen sebagai berikut :1) Lidah

a. Lidah adalah bagian dari wesel yang dapat bergerak pangkal lidah disebut akarb. Jenis Lidah

- Lidah berputar adalah lidah yang mempunyai engsel diakarnya- Lidah berpegas adalah lidah yang akarnya dijepit sehingga melentur

c. Sudut Tumpu (ᵝ)Sudut tumpu adalah sudut antara lidah dengan rel lantak, sudut tumpu, dinyatakan dengan tangennya, yakni tg ᵝ = 1 : m, dimana harga m berkisar antara 25 sampai 100.

2) Jarum beserta sayap – sayapnyaa. Jarum adalah bagian wesel yang memberi kemungkinan kepada flens roda melalui

perpotongan bidang – bidang jalan yang terputus antara dua rel.b. Sudut kelancipan jarum (α) disebut sudut samping arah.c. Jenis jarum

- Jarum kaku dibaut (bolted rigid frogs) terbuat dari potonga-potongan rel standar yang dibuat.

Page 18: Tugas Rekayasa Jalan Rel

- Jarum - rel – pegas (spring rail frogs)- Jarum - baja – mangan – cor (cast manganese steel frogs). Dipakai untuk lintas

dengan tonase beban yang berat atau lalu lintas yang frekuensi keretanya tinggi.- Jarum - keras - terpusat

3) Rel lantakSuatu rel yang diperkuat badannya yang berguna untuk bersandarnya lidah – lidah wesel

4) Rel paksaDibuat dari rel biasa yang kedua ujungnya dibengkok ke dalam. Rel paksa luar biasanya dibuat pada rel lantak dengan menempatkan blok pemisah diantaranya.

5) Sistem PenggerakPembalik wesel adalah mekanisme untuk menggerakkan ujung lidah.

Wesel dan bagannya

Nomor dan kecepatan ijin pada Wesel :1) Nomor wesel, n, menyatakan tangen sudut simpang yakni : tg = 1 : n2) Kecepatan ijin pada wesel tercantum pada tabel di bawah ini.

Nomor wesel dan kecepatan ijinnya

Bagan Wesel :Dalam gambar – gambar rencana untuk pelaksanaan pembangunan, wesel – wesel biasanya digambar hanya menurut bagannya.1) Bagan ukuran

Page 19: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Bagan ukuran menjelaskan ukuran – ukuran wesel dan dapat digunakan untuk menggambar bagan emplasemen secara berskala.

Bagan ukuran weselM = Titik tengah wesel = titik potong antara sumbu sepur lurus dengan sumbu sepur belok.A = Permulaan wesel = tempat sambungan rel lantak dengan rel biasa. Jarak dari A ke ujung lidah biasanya kira – kira 1000 mm.B = Akhir wesel = sisi belakang jarumn = Nomor wesel.

Bagan ukuran wesel biasa

Bagan ukuran wesel tergeser

Bagan ukuran wesel Inggris2) Bagan pelayanan

Page 20: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Dalam gambar emplasemen, bagan pelayanan menjelaskan kedudukan luar biasa lidah-lidah wesel dan cara pelayanannya.

Pemilihan Wesel Pemilihan wesel didasarkan pada kebutuhan pelayanan dengan memperlihatkan ketidaksediaan lahan, kecepatan, biaya pembangunan serta pemeliharaan.

Syarat – syarat bahanSyarat – syarat bahan untuk wesel ditentukan dalam Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI) atau Peraturan Dinas No. 10 C

Bantalan WeselWesel dipasang pada bantalan kayu. Ukuran penampang sama dengan bantalan biasa. Ukuran panjang bantalan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kekuatan bantalan harus diperiksa Perhitungan Wesel1) Perhitungan wesel harus didasarkan pada keadaan lapangan, kecepatan, nomor wesel dan

jenis lidah.2) Besar sudut tumpu (ᵝ) dan sudut simpang arah (α) dihitung b/ ditentukan dari nomor wesel

dan jenis lidah yang dipilih.3) Panjang jarum ditentukan oleh sudut simpang arah (α), lebar kepala rel (B), lebar kaki rel (C)

dan jarak siar (d) berdasarkan hubungan :

4) Pada lidah berputar, panjang lidah ditentukan oleh besar sudut tumpu (ᵝ), lebar kepala rel (B) dan jarak dari akar lidah ke rel lantak (Y). Panjang lidah (t) ditentukan oleh persamaan :

Page 21: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Untuk lidah berpegas (liat gambar di bawah) panjang lidah ditentukan oleh persamaan :

5) Jari – jari lengkung luar (Ru) dihitung dengan persamaan , dimana :Ru = Panjang jari –jari lengkung luarW = Lebar sepurt = Panjang lidahp = Panjang jarum

Panjang jari - jari lengkung luar yang dihitung dengan persamaan di atas tidak boleh lebih kecil dari pada :

Page 22: Tugas Rekayasa Jalan Rel

6) Jari – jari lengkung dalam (R) dihitung dari jari – jari lengkung luar dengan memperhatikan masalah pelebaran sepur.

1.16. BALASLapisan balas pada dasarnya adalah letusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukannya harus sangat terpilih.Fungsi utama balas adalah untuk :1) Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar2) Mengokohkan kedudukan bantalan3) Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan rel.Untuk menghemat biaya pembuatan jalan rel maka lapisan balas dibagi menjadi dua, yaitu lapisan balas atas dengan material pembentuk yang sangat baik dan lapisan alas bawah dengan material pembentuk yang tidak sebaik material pembentuk lapisan balas atas.

Lapisan Balas AtasLapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut tajam (angular) dengan salah satu ukurannya antara 2-6 cm serta memenuhi syarat-syarat lain yang tercantum dalam peraturan bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI). Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.

Lapisan Balas BawahLapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang memenuhi syarat - syarat yang tercantum dalam Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI). Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum lapisan balas bawah adalah 15 cm.

Bentuk dan Ukuran Lapisan Balas Atas1) Tebal lapisan balas atas adalah seperti yang tercantum pada klasifikasi jalan rel Indonesia.2) Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas adalah :

B > ½ L + xDimana : L = panjang bantalan (cm)

X = 50 cm untuk kelas I dan IIX = 40 cm untuk kelas III dan IV

X = 35 untuk kelas V3) Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:24) Bahan balas atas dihampar hingga mencapai elevasi yang sama dengan elevasi bantalan.

Page 23: Tugas Rekayasa Jalan Rel

Bentuk dan Ukuran Lapisan Balas Bawah1) Ukuran terkecil dari tebal lapisan balas bawah adalah d2, yang dihitung dengan persamaan :

D2 = d – d1 > 15Dimana dihitung dengan persamaan :

Σ1 = dihitung dengan menggunakan rumus “beam on elastic foundation” , yaitu :

Dimana :Pd = Beban roda akibat beban dinamisP = Beban roda akibat beban statisV = Kecepatan kereta api (km/jam) % beban = Prosentase beban yang masuk ke dalam bantalan

Dimana : b = Lebar bawah bantalan (cm) ke = Modus reaksi balas (kg/cm3) EI = Kekakuan lentur bantalan (kg/cm2) l = Panjang bantalan (cm) a = Jarak dari sumbu vertikal rel ke ujung bantalan (cm) c = Setengah jarak antara sumbu vertikal rel (cm)

2) Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas bawah dihitung dengan persamaan – persamaan :a. Pada sepur lurus :

k1 > b + 2d1 + mb. Pada tikungan :

k1d = k1

k11= b + 2d1 + m + 2 eE = (b + 1/2 )x h/l + t

3) Pada tebing lapisan balas bawah dipasang konstruksi penahan yang dapat menjamin kemantapan lapisan itu.Pemilihan konstruksi penahan harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas.

KepadatanLapisan balas dibawah bantalan, terutama dibawah dudukan rel harus dipadatkan dengan baik. Lapisan balas bawah harus dipadatkan sampai mencapai 100% ᵞd menurut percobaan ASTM D 698.

Page 24: Tugas Rekayasa Jalan Rel

1.17. ANJLOKAN1.18. OPERASI KERETA API