14
TUGAS RADIOLOGI SEJARAH, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MACAM-MACAM MODALITAS Pembimbing: Dr. Donny Sulifan, Sp.Rad Disusun Oleh: Michael Jaya Stefano Giovani KEPANITRAAN KLINIK STASE RADIOLOGI RUMAH SAKIT R SYAMSUDIN SH

Tugas Radiologi Sejarah, Keuntungan Dan Kerugian-Atma Jaya

  • Upload
    michael

  • View
    209

  • Download
    37

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Radiologi

Citation preview

TUGAS RADIOLOGI

SEJARAH, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MACAM-MACAM

MODALITAS

Pembimbing:

Dr. Donny Sulifan, Sp.Rad

Disusun Oleh:

Michael Jaya

Stefano Giovani

KEPANITRAAN KLINIK STASE RADIOLOGI

RUMAH SAKIT R SYAMSUDIN SH

UNIVERSITAS ATMA JAYA JAKARTA

2015

SEJARAH, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MACAM-MACAM

MODALITAS

Pada awalnya, sejak ditemukannya x-ray oleh Roentgen pada tahun 1895, pencitraan

radiologi hanya berdasarkan foto polos maupun enhance dengan kontras. Dan seiring dengan

kemajuan teknologi, radiologi diagnostik telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan.

Angiography, ultrasonografi, computed tomography (CT) dan kedokteran nuklir berkembang di

tahun 1950-1970 dan diikuti oleh magnetic resonance imaging (MRI), interventional radiology,

dan positron emission tomography (PET) di tahun-tahun berikutnya sehingga memberikan

variasi yang multipel untuk radiologi diagnostik. Modalitas-modalitas yang ada memiliki

kegunaan dan interpretasi masing-masing dalam mengevaluasi berbagai sistem organ.

Radiografi Konvensional

Radiografi konvensional (foto polos) adalah foto yang dihasilkan ketika film x-ray

diekspos terhadap radiasi pengion dan telah melalui proses fotokimia. Selama proses fotokimia,

logam perak pada film x-ray terpresipitasi sehingga gambar menjadi berwarna hitam. Tingkat

penghitaman yang terjadi pada film tersebut sebanding dengan jumlah pemaparan sinar x-ray.

Foto polos ini bergantung pada densitas objek yang harus dilewati untuk mencapai film x-ray.

Semakin rendah densitas objek, semakin hitam gambar pada film x-ray. Udara menghasilkan

warna hitam, sedangkan tulang menghasilkan warna putih. Meskipun penggunaan modalitas lain

seperti CT, ultrasonografi, dan MRI sebagai alat diagnostik radiologi mulai meningkat, namun

saat ini penggunaan foto polos masih digunakan terutama untuk penilai dada, tulang, gigi dan

kelainan abdomen.

Selain foto polos, terdapat variasi penggunaan x-ray sebagai alat diagnostik radiologi

seperti computed radiography/digital radiography, yaitu foto polos menggunakan plate fosfor

sebagai film. Kelebihan dari digital radiography ini adalah dapat diatur dalam bentuk digital

seperti pencitraan digital yang didapatkan dari CT atau MRI. Fluoroscopy menggunakan layar

fluoresens sebagai ganti film radiografik. Fluoriscopy biasa digunakan untuk menganalisa traktus

gastrointestinal. Conventional tomografi memberikan gambaran spesifik satu area dengan

mengaburkan struktur di sekitarnya, namun cara ini telah tergantikan oleh CT. Mammography

menggunakan tabung x-ray khusus dan alat yang berbahan plastik untuk mengompresi mammae

dan foto standar dilakukan pada 2 posisi, yaitu craniocaudal dan mediolateral oblique. Kontras

biasa digunakan untuk mengevaluasi traktus gastrointestinal, traktus urinarius, sistem vaskuler,

dan organ yang solid.

Thorax

Foto polos thorax sering digunakan untuk menilai jantung, paru-paru dan pembuluh darah

besar pada daerah dada. Posisi yang sering dilakukan adalah posteroanterior (PA) dan lateral.

Posisi ini sesuai dengan arah sinar x-ray (PA berarti arah sinar dari posterior ke anterior, lateral

dari samping). Selain posisi PA dan lateral, dapat dilakukan AP, lateral decubitus, dan oblique.

Posisi AP digunakan apabila pasien tidak dapat bergerak atau tidak dapat berdiri. Posisi lateral

decubitus digunakan terutama untuk menilai efusi pleura yang minimal. Sedangkan posisi

oblique digunakan untuk membedakan asal lesi (pulmo atau mediastinum) apabila tidak bisa

dibedakan menggunakan PA dan lateral.

Penyakit yang dapat dinilai dengan foto polos thorax adalah penyakit pada paru-paru dan

pleura, misalnya pneumonia, bronchitis, pneumothorax, efusi pleura, edema paru, atelectasis,

massa pada parenkim paru. Kelainan jantung dan pembuluh juga dapat dilihat melalui foto polos,

misalnya pembesaran jantung, elongasi aorta, dan atherosclerosis. Kelainan tulang yang dapat

dinilai melalui foto polos adalah kyphosis, scoliosis, dan fraktur (os. Scapula, os. Clavicula, os.

Costae). Foto polos posisi lateral dapat digunakan untuk menilai mediastinum, misalnya

pembesaran jantung kanan atau massa pada mediastinum.

Kelebihan dari foto polos adalah murah, dapat dilakukan menggunakan mesin portabel,

dan telah dipelajari dengan mendalam. Sedangkan kekurangannya adalah radiasi yang

dihasilkan. Oleh karena itu, foto polos dihindari penggunaannya pada ibu hamil.

BNO (Blass-Nier Overzicht)

Merupakan pencitraan berupa foto polos didaerah abdomen untuk melihat traktus

urinarius dari ginjal (Neir) hingga kandung kemih (blass). Pemeriksaan ini menggunakan film X-

ray dan posisi pasien dalam keadaan supine.

Foto BNO bertujuan untuk mencari penyebab dari nyeri abdomen seperti masa, perforasi,

atau obstruksi. Foto BNO dapat dilakukan untuk mengevaluasi traktus urinarius sebelum

prosedur diagnostik lain dilakukan. Selain itu dapat juga digunakan untuk follow up tatalaksana

batu traktus urinarius (bersih, bertambah besar, rekurensi, post operatif, terapi konservatif).

Kemungkinan jika terdapat gambaran abnormal :

- Akumulasi udara dalam usus

- Ascites

- Calculi

- Kelaingan kongenital

- Kista

- Hidronefrosis

- Obstruksi intestinal

- Ileus paralitik

- Trauma ginjal

- Tumor

Foto Abdomen (3 posisi)

Foto abdomen yang dilakukan dalam 3 proyeksi untuk melihat gastrointestinal.

Seringkali digunakan untuk mengevaluasi pasien pasien dengan akut abdomen. Ketiga posisi

tersebut antara lain supine, left lateral decubitus (LLD), dan upright. Posisi supine diperlukan

untuk melihat distribusi gas pada usus, kalsifikasi dan massa. Posisi LLD untuk melihat adanya

udara bebas di bagian atas rongga abdomen. Posisi upright untuk melihat air-fluid level serta

udara bebas di intraperitoneal.

Mamography

Mammografi mulai digunakan sejak tahun 1970an, merupakan salah satu variasi penggunaan x-

ray yang dikembangkan secara spesifik untuk pemeriksaan lesi di payudara. Setiap alat

mammografi terdiri atas tabung X-ray, compression plate, dan film reseptor.Mammografi yang

efektif membutuhkan gambar kualitas tinggi yang konsisten dengan kontras yang optimal,

resolusi tinggi, dan dosis radiasi yang rendah. Mammografi memerlukan fitur-fitur tertentu yang

membedakannya dari teknik X-ray biasa, salah satunya adalah kompresi payudara. Kompresi

yang baik adalah hal wajib dalam mammografi agar hasil gambarnya memiliki ketebalan yang

seragam agar paparan dan densitas seragam di sebagian besar bagian payudara, kompresi

membantu memberikan gambaran anatomi yang lebih detail untuk mengurangi tumpang tindih

jaringan dan membantu imobilisasi payudara sehingga memberikan gambaran yang jelas.

Pemeriksaan mammografi standar terdiri dari foto medio-lateral-oblique (MLO) dan cranio-

caudal (CC) dari masing-masing payudara.

Posisi Cranio-Caudal Posisi Medio Lateral Oblique

Foto MLO didapatkan dengan tabung yang diposisikan pada sudut 45° ke arah horizontal, engan

kompresi secara oblik terhadap dinding dada, perpendikular terhadap aksis panjang dari otot

pektoralis mayor. Tidak semua jaringan payudara dapat dimasukkan kedalam satu posisi foto,

tetapi foto MLO memasukkan jaringan payudara yang paling banyak dibandingkan posisi lain.

Foto CC didapatkan dengan sinar X-ray yang vertikal. Posisinya dicapai dengan menarik

payudara keatas dan kedepan, menjauhi dinding dada, dengan kompresi dari atas. Projeksi CC

mendemonstrasikan bagian subareolar, medial, dan lateral dari payudara. Akan tetapi, bagian

posterolateral tidak dapat didemonstrasikan secara sempurna.

Mammograf termasuk diagnostik radiologi yang aman dan menggunakan x-ray dosis rendah

serta spesifik untuk pemeriksaan payudara secara detail. Namun mammograf sendiri dari kurang

nyaman bagi pasien dari segi prosedur pemeriksaan, selain itu mammograf kurang efektif pada

wanita berusia kurang dari 40 tahun.

Computed Tomography (CT)

Pada foto polos, organ-organ tubuh seperti jantung, ginjal, hepar, limpa dan pankreas akan

menunjukan gambaran yang kurang lebih sama seperti air (memiliki radiodensitas yang kurang

lebih sama). Namun, organ-organ ini memiliki struktur kimia yang berbeda, dan dengan teknik

tertentu, perbedaan tersebut dapat diukur, diperjelas dan ditampilkan dalam warna yang berbeda.

Inilah adalah dasar dari CT, dan Godfrey Hounsfield adalah orang pertama yang

mengembangkan CT di Inggris.

Pada CT, sebuah pemancar x-ray dan detector akan berputar 360°. Dengan ini, detektor akan

dapat mengukur intensitas radiasi yang melewati subjek. Data dari pengukuran ini akan dianalisa

oleh sistem komputer dan akan menampilkan bayangan kelabu yang berbeda untuk tiap struktur

organ berdasarkan jumlah sinar yang diabsorbsi, hal ini diukur dalam satuan yang disebut

Hounsfield units. Udara memiliki nilai -1000HU, tulang berkisar antara 400-600 HU, air 0 HU,

dan jaringan lunak berkisar antara 20-100 HU. Kelebihan CT scan adalah gambar yang

dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat. Tidak invasif dan waktu perekaman cepat.

Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer menjadi gambaran tiga dimensi

sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kekurangan CT scan adalah paparan radiasi

akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen.

Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan. Dapat

ditemukan artefak yang biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman. Dapat

ditemukan reaksi alergi pada zat kontras.

USG

USG adalah modalitas diagnostik radiologi yang memanfaatkan gelombang suara untuk

menghasilkan gambar suatu objek atau organ dalam tubuh manusia. USG dapat digunakan untuk

memeriksa organ tubuh manusia kecuali organ yang berisi udara atau tulang. Pemeriksaan USG

menggunakan gelombang suara berfrekuensi 1-10 MHz, bahkan teknologi terkini sudah ada

penggunaan frekuensi sampai 16 MHz.

USG pertama kali digunakan untuk radar, yaitu teknik SONAR ( Sound, Navigation and

Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada waktu perang dunia ke I. Kemudian

digunakan dalam pelayaran untuk menentukan kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II

(1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya

belum memuaskan. Berkat kemajuan teknologi, setelah perang dunia ke-II, USG berhasil

digunakan untuk pemeriksaan organ-organ tubuh. Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah

melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya pada hati dan ginjal.

USG merupakan modalitas diagnostik radiologi yang non invasive, tidak terdapat efek

samping, sehingga dapat dilakukan pula pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator,

karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi. Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat

perbedaan interaksi dengan gelombang suara, mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi,

mendeteksi kanker payudara, adanya kehamilan di dalam rahim di awal-awal masa kehamilan,

memantau perkembangan posisi bayi sebagai persiapan kelahiran.

Namun dapat pula ditemukan beberapa kekurangan USG yaitu jarak antara tranducer (probe)

dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik (interface) sehingga biasa terjadi artefak sehingga

perlu diberi jelly sebagai penghantar ultrasound. Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara

akan dihamburkan sehingga gambar tidak jelas. Akurasi/ketepatan pemeriksaan USG pun tidak

100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan tidak terdeteksi atau interpretasi

yang tidak tepat. 

REFERENSI

Herring W. Learning Radiology Recognizing the Basics -2nd edition. ELSEBIER. Philadelphia :

2012.

Chen MYM, Pope TL, Ott DJ. Basic radiology. Ed ke-2. Chicago, 2011, McGraw-Hill.

Daffner - Clinical Radiology - The Essentials, 4th ed.

Moeller, Normal Findings in CT and MRI (Thieme 2000)