Upload
dennyfatur
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 1/24
SUBSITEM PENGATURAN
TUGAS PERSAMPAHAN
Disusun oleh: KELOMPOK 6 Peminatan : Kesehatan Lingkungan
1. Rafika Syulistia 25010111110244
2. Avi Tsaniawati 25010111110245
3. Dwina Rizki A. 25010111110250
4. Indah Putri Nila Sari 25010111110257
5. Denny Fathurahman 25010111140258
6. Rifcha Rahmi Zahara 25010111140263
7. Devi Oktaviani 25010111140269
8. Alfian Budi Prasetyo 25010111140287
9. Annisa Fadhilah 25010111140292
10. Galuh Candra Dewi 25010111140293
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 2/24
A. SUBSISTEM PENGATURAN
Subsistem pengaturan adalah dimilikinya kebijakan pengaturan
pengelolaan di daerah yang mampu memberikan motivasi kesadaran peran serta
masyarakat untuk ikut secara utuh dalam pengelolaan baik menyangkut
pembiayaan dan teknis operasional. (Robert J. Kodoatie, 2005 : 216)
1. Pembentukan Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah merupakan hasil agenda kebijakan untuk mengatasi permasalahan
sampah di Kota Semarang. Perda tersebut bertujuan untuk mengatasi
permasalahan sampah dari hulu sampai ke hilir di kota Semarang. Namun sejak
ditetapkan 26 juli 2012 sampai sekarang belum menunjukkan perubahan
signifikan mengenai permasalahan sampah. Hal ini diakibatkan ketidakpahaman
masyarakat karena kurang dilibatkan pada proses pembentukan perda tersebut.
Selain itu Perda ini juga membawa paradigma baru yaitu sampah dipandang
sebagai sumber daya oleh karena itu sampah masih mempunyai nilai ekonomis
sehingga perlu adanya pengelolaan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Paradigma baru ini mengakibatkan pergeseran paradigma dalam memandang
sampah.
Dalam Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sampah ada beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam memformulasikan kebijakan ini. Upaya untuk
mengelola sampah itu sendiri seringkali justru malah menimbulkan beberapa
kekeliruan dalam perencanaan. Oleh karena itu, sangat dirasa penting sekali untuk
melakukan penelitian terhadap kebijakan pengelolaan sampah.
Proses Pembentukan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Pembentukan kebijakan merupakan keseluruhan tahap dalam kebijakan
publik yang berupa rangkaian keputusan. Adapun proses pembentukan kebijakan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 3/24
yaitu perumusan masalah, agenda setting, pemilihan alternatif kebijakan untuk
memecahkan masalah dan penetapan kebijakan.
1. Perumusan Masalah
Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh
wilayah perkotaan adalah masalah sampah. Laju pertumbuhan ekonomi di kota
dimungkinkan menjadi daya tarik luar bisa bagi penduduk untuk hijrah ke kota
(urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin bertambah, konsumsi
masyarakat perkotaan melonjak dan pada akhirnya akan mengakibatkan
peningkatan produksi sampah
Secara filosofis menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Diakui bahwa sampah merupakan sumber penyakit
oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik.
Paradigma, metode, dan teknik pengelolaan sampah selama ini masih
mengarah kepada cara lama yang kurang tepat, dimana berpandangan bahwa
sampah hanya layak untuk dibuang. Oleh karena itu pembentukan peraturan
daerah tentang pengelolaan sampah bertujuan untuk mengubah semua hal itu.
Dengan perda yang baru mengenai pengelolaan sampah diharapkan dapat
mengganti paradigma lama tadi menjadi paradigma baru yaitu 3R (Reduce, Reuse
dan Recycle) dimana memandang sampah sebagai suatu sumberdaya yang masih
mempunyai nilai ekonomis.
2. Agenda kebijakan
Secara yuridis, urgensitas untuk memasukkan rancangan peraturan daerah
tentang pengelolaan sampah karena Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun
1993 tentang Kebersihan Dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 4/24
sudah tidak relevan lagi dengan keadaan Kota Semarang sekarang ini. Bagaimana
dikatakan tidak relevan karena peraturan daerah tersebut sudah lama sekali sejak
tahun 1993, jika dilihat jumlah penduduknya pun Kota Semarang belum sepadat
pada tahun sekarang, dari segi perilaku masyarakat pun tidak seacuh sekarang,
dari segi konsumsi belum ada jenis makanan-makanan yang beragam seperti
sekarang ini. Dalam pasal 2 poin d pada peraturan daerah tersebut mengatakan
Pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPS dan atau
TPA, hal ini mengakibatkan TPA Jatibarang menjadi overload dan disana tidak
terjadi pengelolaan sampah.
Selain itu munculnya Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentangPengelolaan Sampah maka dalam level mengikuti Undang-Undang karena
levelnya berada di bawah Undang-Undang. Undang-Undang Pengelolaan Sampah
telah membagi tanggung jawab dan kewenangan pemerintah, baik pusat, provinsi
maupun daerah serta peran masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka
mengimplementasikan dan mengatur lebih lanjut tentang pengelolaan sampah di
Kota Semarang maka diperlukan adanya peraturan daerah yang mengatur
pengelolaan sampah di Kota Semarang.
3. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengelola sampah
menurut amanat Undang-Undang yaitu dengan cara pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah;
dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan sampahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi Pemilahan dalam bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat
sampah, Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu, Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, Pengolahan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 5/24
dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Guna mencapai hal tersebut ada beberapa hal yang dilakukan yaitu
mengubah paradigma lama tentang sampah menjadi paradigma baru yang melihat
sampah sebagai sumber daya yang masih berguna untuk kesejahteraan masyarakat
dengan cara menghimpun masyarakat lalu dilatih untuk mengelola sampah dengan
membentuk kelompok swadaya masyarakat atau bank sampah. Di samping itu
pemerintah Kota Semarang melibatkan pihak swasta sebagai mitra pemerintah
untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Semarang.
4. Penetapan Kebijakan
Sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk
memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pembentukan
kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil
pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang
terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut. Penetapkan kebijakan dapat
berbentuk undang-undang, yurisprudensi, keputusan presiden, keputusan-
keputusan menteri dan lain sebagainya.
Segala peraturan mengenai mekanisme dalam penetapan peraturan
daerah sudah diatur dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Semarang No 1 Tahun 2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Semarang pasal 108.
Kemudian Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah yang baru disampaikan ke tingkat provinsi, dalam hal ini
Gubernur agar terjadi harmonisasi antara produk hukum pada tingkat provinsi dan
pada tingkat kabupaten atau kota.
2. Perda Pembentukan Organisasi Pengelola Kebersihan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 6/24
Peraturan daerah tentang pembentukan organisasi pengelola kebersihan
dalam subsistem pengaturan ini adalah adanya aturan dari pemerintah daerah agar
terbentuknya susunan organisasi yang bisa memegang peranan untuk mengelola
atau mengatasi masalah kebersihan di suatu daerah.
Organisasi pengelola kebersihan seharusnya dimiliki oleh tiap-tiap daerah,
untuk bisa melaksanakan dan mengelola kebersihan didaerahnya, karena tiap
daerah memiliki masalah kebersihan yang berbeda-beda. Dalam PERDA
Organisasi pengelola kebersihan terdapat didalamnya Bab-bab memiliki pasal-
pasal terkait dengan ketentuan umum, fungsi, kedudukan, tugas, susunan
organisasi dan pemberhentian serta pengangkatan dalam jabatan.
Contoh Peraturan Daerah Organsisasi Pengelola Kebersihan :
PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI
NOMOR 5 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
DINAS KEBERSIHAN DAN PEMAKAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA JAMBI,
Menimbang a. bahwa dalam rangka penataan struktur organisasi dan
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan serta pelayanan
kepada masyarakat dibidang kebersihan dan pemakaman,
maka dipandang perlu meningkatkan kedudukan organisasi
dan tata kerja Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman
Kota Jambi menjadi Dinas Kebersihan dan Pemakaman;
b. bahwa peningkatan kedudukan organisasi dan tata kerja yang
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 7/24
dimaksud harus didasarkan pada kebutuhan dan kewenangan
yang ada dengan memperhatikan aspek personil, peralatan
dan pembiayaan dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas
dan rasional;
c. bahwa pengaturan tentang pengelolaan kebersihan dan
pemakaman sebagaimana diatur dalam Pasal 25, Pasal 26 dan
Pasal 27 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 04 Tahun 2001
tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah
Kota Jambi sudah tidak sesuai lagi dengan penataan struktur
organisasi sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kebersihan dan Pemakaman;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956, tentang
Pembentukan Daerah Otonomi Kota Besar Dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);
2.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1974 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 169 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890) ;
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 8/24
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493)
yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor167, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4194 ) ;
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 9/24
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262);
8. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Kota Jambi
(Lembaran daerah Kota Jambi Tahun 2001 Nomor 7);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI
dan
WALIKOTA JAMBI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN
ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN
DAN PEMAKAMAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Jambi.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Jambi.
4. Dinas adalah Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi.
6. Instansi adalah instansi pemerintah di Kota Jambi.
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 10/24
7. Lembaga Teknis Daerah adalah Badan / Kantor yang mempunyai fungsi
koordinasi dan perumusan kebijakan pelaksanaan serta fungsi pelayanan
masyarakat.
8. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam
rangka memimpin suatu satuan organisasi.
9. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam
rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan / atau keterampilan
untuk mencapai tujuan organisasi.
10. Eselonering adalah tingkatan jabatan struktural.
BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 2
(1) Dinas Kebersihan dan Pemakaman berkedudukan sebagai unsur pelaksana
otonomi daerah dibidang kebersihan dan pemakaman.
(2) Dinas Kebersihan dan Pemakaman dipimpin seorang Kepala Dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah.
(3) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan
oleh Walikota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 3
Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman mempunyai tugas pokok membantu
Walikota dalam melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian,
pelayanan dan pembangunan dibidang kebersihan dan pemakaman yang meliputi :
kebersihan, penyuluhan, angkutan, pemakaman, ketatausahaan dan tugas jabatan
fungsional.
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 11/24
Pasal 4
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, Dinas
Kebersihan dan Pemakaman mempunyai fungsi :
a. Perencanaan program dibidang kebersihan dan pemakaman;
b. Penyelenggaraan Tata Usaha dinas ;
c. Penyuluhan dan bimbingan dibidang kebersihan dan pemakaman ;
d. Pengawasan dan pengendalian kebersihan dan pemakaman ;
e. Pengelolaan dan pelayanan kebersihan dan pemakaman;
f. Penyelenggaraan perijinan dibidang kebersihan dan pemakaman;
g. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penangulangan sampah serta
pengembangan teknologi pemanfaatan sampah;
h. Koordinasi hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta
untuk kepentingan pelaksanaan tugas.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
Bagian Pertama
Susunan Organisasi
Pasal 5
(1). Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pemakaman terdiri dari :
a. Kepala
b. Bagian Tata Usaha , terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum;
2.
Sub Bagian Kepegawaian;c. Bidang Bina Program, terdiri dari :
1. Seksi Perencanaan;
2. Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan.
d. Bidang Kebersihan dan Angkutan, terdiri dari :
1. Seksi Angkutan dan pengolahan sampah;
2.Seksi Kebersihan Lingkungan dan pengembangan teknologi
pemanfaatan sampah
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 12/24
e. Bidang Pemakaman, terdiri dari :
1. Seksi Penataan dan Pemeliharaan Pemakaman.
2. Seksi Pelayanan Pemakaman.
f. Jabatan Fungsional.
Pasal 6
(1) Bagian dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
(2) Sub Bagian pada Bagian.dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
Pasal 7
(1) Bidang dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
(2) Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang.
Pasal 8
(1) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 hurup f
dikoodinir oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(2) Pembentukan, kedudukan,tugas dan fungsi serta penilaian angka kredit tenagafungsional akan diatur dengan Peraturan Walikota.
(3) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan beban kerja dan
kemampuan keuangan daerah yang akan diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 9
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 13/24
(1) Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pemakaman sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan.
(2) Ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsi Bagian, Bidang serta uraian tugas
sub-sub Bagian dan seksi-seksi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua
Tata Kerja
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala
Sub Bagian, Kepala Seksi dan kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip
koordinasi, sinkronisasi dan simplikasi secara vertikal dan horizontal baik
dilingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas
masing-masing.
Pasal 11
(1) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Kepala Dinas berkewajiban memberikan petunjuk, pembinaan, bimbingan dan
mengawasi tugas-tugas para unsur pembantu dan pelaksana yang berada dalam
lingkungan dinas.
(3) Masing-masing Pejabat dalam satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab kepada
atasannya serta melaporkan tugasnya secara hirarki dan berkala dalam rangkaevaluasi pelaksanaan tugas.
(4) Masing-masing Pejabat dalam satuan organisasi harus meningkatkan
profesionalisme dalam menjalankan tugas pokok serta uraian tugas masing-
masing sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya.
BAB IV
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 14/24
Pasal 12
(1) Kepala Dinas diangkat dan diberhentikan dalam jabatan oleh Walikota dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
(2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang diangkat dan diberhentikan dalam jabatan
oleh Walikota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul
Kepala Dinas melalui Sekretaris Daerah.
(3) Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan dalam jabatan
oleh Walikota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul
Kepala Dinas melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 13
(1) Walikota dapat mengangkat Pejabat Fungsional dari Pegawai Negeri Sipil yang
memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Fungsional ditetapkan dengan
Keputusan Walikota atas usul Kepala Dinas melalui Sekretaris Daerah.
BAB V
ESELONERING DINAS KEBERSIHAN DAN PEMAKAMAN
Pasal 14
Eselon jabatan Struktural pada Dinas Kebersihan dan Pemakaman terdiri dari :
a. kepala dinas Eselon II.b
b. kepala bagian dan kepala bidang Eselon III.a
c. kepala sub bagian dan kepala seksi Eselon IV.a
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 15/24
Pasal 15
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal
27 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Jambi.
Ditetapkan di Jambi
pada tanggal
WALIKOTA JAMBI
ARIFIEN MANAP
Diundangkan di Jambi
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KOTA JAMBI
M. ASNAWAI. AB
LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2007 NOMOR SERI NOMOR
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 16/24
3. Peraturan Daerah Ketertiban Umum di Bidang Kebersihan Lingkungan
Kota
Tertib jalur hijau, tanaman dan tempat umum
Bagian ini secara khusus mengatur mengenai bagaimana bertindak di tempat
umum. Termasuk larangan bagi seseorang atau perseroan terbatas, perseroan
komanditer, badan usaha milik negara atau daerah, dengan nama dan bentuk
apapun, persekutuan frma, kongsi, perkumpulan, kperasi, yayasan atau lembaga
dan bentuk usaha tetap (badan) untuk memasuki atau berada di jalur hijau atau
taman yang bukan untuk umum, melakukan perbuatan yang dapat merusak pagar,
jalur hijau atau taman beserta kelengkapannya. Setiap orang juga dilarang untuk
berdiri dan/ atau duduk pada sandaran jembatan dan pagar sepanjang jalan, jalur
hijau, taman dan tempat-tempat umum. Selanjutnya, setiap orang juga dilarang
memotong, menebang pohon atau tanaman yang tumbuh di sepanjang jalan, jalur
hijau dan taman, serta dilarang berjongkok dan berdiri di atas bangku taman serta
membuang sisa permen karet pada bangku taman.
Tertib sungai, saluran, kolam dan lepas pantai
Setiap orang atau badan membutuhkan izin gubernur untuk :
1. Membangun tempat mandi cuci kakus di hunian/ tempat tinggal atau
tempat usaha di atas saluran sungai dan bantaran sungai serta di dalam
kawasan serta waduk dan danau.
2. Memasang/menempatkan kabel di bawah atau melintasi saluran sungai
serta di dalam kawasan setu, waduk dan danau.
Kolam-kolam kota bukanlah digunakan utuk mandi (baik manusia dan/ hewan)
ataupun untuk mencuci pakaian, kendaraan atau benda-benda karena dibuat untuk
nilai estetika kota. Selanjutnya bagian ini juga mengatur mengenai eksploitasi
lepas pantai dan larangan mengenai saluran got.
Tertib Larangan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 17/24
Secara umum berisi peraturan mengenai bagaimana berperilaku agar tidak
mengganggu lingkungan. Hal ini dilakukan dengan mengatur larangan dan
bagaimana bertindak di tempat umum. Beberaa tindakan yang dilarang contohnya
:
1. Menangkap, memelihara, memburu dan memperdagangkan atau embunuh
hewan tertentu yang jenisnya ditetapkan dan dilindungi oleh undang-
undang.
2. Membiarkan binatang peliharaan berkeliaran.
3. Tidak memiliki sertifikasi atas pemeliharaannya.
4. Menjual dan/ atau menggunakan petasan tanpa izin Gubernur.
5. Membangun dan/ atau bertempat tinggal di pinggir dan di bawah jalan
layang kereta api, di bawah jembatan tol, jalan hijau, taman dan tempat
umum.
6. Merusak perlengkapan publik.
BAB III
KETERTIBAN LINGKUNGAN
Pasal 17
Setiap orang dan/atau badan wajib menjaga kebersihan lingkungan.
Pasal 18
Setiap orang dan/ ata badan dilarang membuang dan/ atau membongkar sampah di
jalan, trotoar, jalur hijau, taman, dan fasilitas umum lainnya dan tempat lainnya
yang terlarang.
Pasal 1 9
Setiap orang dan/atau badan wajib menyediakan tempat sampah.
Pasal 20
(1) Setia kendaraan umum wajib menyediakan tempat sampah bagi para
penumpangnya.
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 18/24
(2) Bagi kendaraan yang ditarik dengan hewan harus dilengkapi dengan goni
penampung kotoan/ tinja hewan penariknya dan dijaga agar selalu dalam keadaan
bersih/ baik.
Pasal 21
Setiap PKL dilarang :
a. melakukan kegiatan usahanya di jalan, trotoar, jalur hijau dan/ atau fasilitas
umum kecuali pada tempat-tempat yang diterapkan oleh Walikota.
b. melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan tempat usaha yang bersifat semi
permanen dan/ atau
c. ha yang menimbulkan kerugian dalam hal kebersihan, keindahan, ketertiban,
keamanan, da kenyamanan. melakukan kegiatan usmela ku ka n kegia ta n u s a h
a ya n g men imbu lka n keru gia n da lam h a l
kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan dan kenyamanan.
Pasal 22
(1) PKL dapat melakukan usaha kaki Lima pada tempat/lokasi, waktu dan jenis
usaha kaki Lima yang telah ditetkan.
(2) Penetapan tempat/ lokasi, waktu , jenis usaha perdagangan Kaki Lima
berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah dengan tetap memperhatikan
kepentingan umum, sosial, pendidikan, ekonomi, dan estetika lingkungan
sekitarnya.
Pasal 2 3
(1) Pemerintah Daerah menyediakan tempat sampah pada tempat -tempat
keramaian umum.
(2) Bentuk ukuran serta letak penempatan tempat sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 2 4
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 19/24
Pada setiap acara pertunjukan/ keramaian umum, Pelaksana kegiatan pertunjukan/
keramaian umum bertanggung jawab atas kebersihan / sampah yang berasal dari
pengunjung keramaian tersebut.
Pasal 2 5
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang :
a. membuat, mengedarkan, menyimpan, menimbun, menjual menyulut petasan;
b. membuat gaduh sekitar tempat tinggal atau berbuat sesuatu yang dapat
mengganggu ketenteraman orang lain;
c. memperjualbelikan hewan-hewan yang dilestarikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. membiarkan hewan peliharaan berkeliaran di tempat umum;
e. menangkap dan memelihara binatang-binatang yang dilestarikan;
f. memelihara hewan yang dapat mengganggu ketenteraman tetangga sekitarnya;
g. membuang benda yang berbau busuk yang dapat mengganggu penghuni
sekitarnya; dan/atau
h. menimbun benda -benda padat, cair dan gas yang mudah terbakar atau meledak
dan dapat mencemarkan lingkungan, kecuali di dalam bangunan – bangunan atau
tempat -tempat yang diizinkan oleh Walikota.
Pasal 2 6
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang :
a. mengotori, merusak sungai, saluran air dan sumber air;
b. membuang sampah atau limbah ke sungai, saluran air dan sumber air;
c. membuang air besar atau air kecil atau memasukkan kotoran serta limbah
lainnya pada sumber mata air, kolam air minum, dan sumber air bersih lainnya;
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 20/24
d. mengambil atau memindahkan penutup got , selokan atau saluran air lainnya,
kecuali dilakukan oleh petugas untuk kepentingan umum;
e. memelihara, menempatkan keramba ikan di saluran air dan/ atau sungai, kecualimendapatkan izin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk/berwenang; dan/atau
f. membuang bangkai kuda, sapi, kerbau dan hewan besar lainnya ke dalam air
yang mengalir atau yang tidak mengalir.
(2) Setiap orang atau pemilik diwajibkan melaporkan atau menyerahkan bangkai
hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, kepada Pemerintah Daerah
dalam hal ini Dinas Pertanian.
(3) Bangkai hewan kecil dan hewan piaraan lainnya yang mencemarkan
lingkungan harus ditanam atau dikubur.
Pasal 2 7
Setiap pengambilan dan air tanah untuk keper luan air minum komersial, industri,
serta untuk kepentingan yang bersifat komersial lainnya hanya dapat dilaksanakan
setelah mendapat izin dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
4. Perda Pembentukan Struktur Tarif Retribusi
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang selanjutnya disingkat
Retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Obyek retribusi adalah pelayanan Persampahan/Kebersihan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:
a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan
sementara;
b. pengambilan/Pengangkutan Sampah dari lokasi Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) ke lokasi/Tempat Pembuangan/Pemusnahan Akhir
Sampah (TPA); dan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 21/24
c. penyediaan lokasi Pembuangan/Pemusnahan Akhir Sampah (TPA).
Objek retribusi sebagaimana dimaksud diberlakukan, kecuali pada
pelayanan kebersihan jalan umum, taman, drainase dan tempat umum lainnya.
Subyek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan yang mendapatkan jasa
Pelayanan Persampahan/Kebersihan dari Pemerintah Daerah.
Orang pribadi dan atau badan yang memanfaatkan dan atau menikmati
Pelayanan Persampahan/Kebersihan wajib membayar retribusi. Tingkat
pengunaan jasa Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan diukur berdasarkan
jumlah, klasifikasi tempat, volume, dan waktu pengangkutan.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Biaya tersebut
meliputi biaya pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan atau pemusnahan
sampah. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
jenis serta volume sampah yang dihasilkan dan kemampuan masyarakat.
Pembentukan struktur tarif retribusi telah diatur dalam peraturan daerah
masing-masing. Dalam Perda tersebut diatur mengenai struktur dan besarnya tarif
retribusi, penyesuaian tarif retribusi, tata cara dan wilayah pemungutan, saat
retribusi terutang, sanksi administrative, tata cara pembayaran, tata cara
penagihan, pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi, keberatan
retribusi, pengembalian kelebihan pembayaran, kadaluarsa penagihan, insentif
pemungutan, penyidikan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, ketentuan
pidana, ketentuan penutup. Besarnya tarif retribusi dan pengaturan pada beberapa
bab pada perda memiliki perbedaan pada masing-masing daerah. Permasalahan
pada pengelolaan sampah berkaitan tarif retribusi biasa terjadi.Pada kawasan perkotaan dimana dinas kebersihan menjadi pengelola
persampahan, dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari pemerintah daerah dan
retrribusi jasa pelayanan persampahan yang berasal dari konsumen. Pada
umumnya ketersediaan dana pemerintah untuk menangani persampahan sangat
kecil, Demikian juga retribusi yang diperoleh dari konsumen juga sedikit. Rata-
rata retribusi yang diperoleh dinas kebersihan pada kota-kota besar adalah
Rp.1500 – 3600 /bulan/konsumen. Jumlah perolehan retribusi tersebut masih jauh
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 22/24
dari biaya pemulihan yang diperlukan untuk mengelola pelayanan sampah. Untuk
menarik retribusi tersebut sering digunakan jasa petugas - petugas dari penyedia
jasa lainnya, seperti PLN, PDAM. Hal tersebut disebabkan karena jumlah
perolehan dari retribusi kecil dan tidak menguntungkan bila menggunakan staf
dinas kebersihan untuk menarik retribusi tersebut.
Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan pengelolaan sampah akan
semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini menjadi semakin
sulit karena enforcement terhadap penunggak retribusi tersebut tidak dilakukan,
bila enforcement tersebut tidak juga dilakukan maka kecenderungan pelanggan
tidak membayar akan meningkat.. Dari aspek keuangan, indikator minimal yang
harus diterapkan adalah Biaya untuk pengelolaan persampahan harus menerapkan
prinsip pemulihan biaya (full cost receovery), dan sedapat mungkin menghindari
dana subsidi dari pemerintah. Rendahnya perhatian yang diberikan terhadap
masalah persampahan terbukti dengan kecilnya anggaran yang disediakan bagi
penanganan persampahan ini. Sementara disisi lain, penghasilan yang didapat dari
pelayanan persampahan masih jauh dari tingkat yang memungkinkan terjadinya
pemulihan biaya agar penanganan dapat mandiri dan berkelanjutan.
Dalam kaitan tersebut perlu kiranya dipersiapkan langkah-langkah
strategis, melalui penelusuran kemungkinan penerapan tarif progresif, dimana
tarif dikenakan atas dasar volume sampah yang dibuang pelanggan atau penimbul
baik domestik, industri, maupun komersial. Dengan landasan penerapan tarif
seperti itu, maka dimungkinkan adanya insentif bagi operator dalam melakukan
perhitungan jumlah volume yang dibuang dengan. tarif retribusi yang ditarik.
Struktur tarif retribusi yang berlaku pada umumnya dirasakan masih
konvensional dan belum memungkinkannya adanya subsidi diantar pelanggansebagaimana yang telah dilaksanakan pada sistem pelayanan publik yang lain
seperti air minum dan listrik. Struktur tarif tersebut perlu disesuaikan dengan
berpegang pada prinsip pemulihan biaya (full cost recovery) dan juga dengan
dasar yang berkeadilan, Dalam hal ini perlu dilakukan perbedaan struktur tarif
diantara domestik, industri dan komersial dengan melihat kemungkinan adanya
silang pembiayaan dari tipe pelanggan satu terhadap yang lain. Hal yang perlu
menjadi dasar pembedaan struktur tarif ini adalah adanya ability to pay dan
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 23/24
willingness to pay yang berlainan dari masing-masing tipe pelanggan. Dengan
melakukan silang pembiayaan akan dapat menciptakan insentif diantara
pelanggan tanpa membebani operator secara berlebihan, sehingga tarif retribusi
bagi masyarakat kurang mampu masih dapat terjangkau.
Penerapan subsidi seperti yang dikemukakan diatas perlu dikaji lebih
mendalam agar kebijakan atas subsidi tersebut tidak salah sasaran. Subsidi dalam
jasa pelayanan hanya dan harus diberlakukan kepada golongan dengan
kemampuan membayar yang rendah. Satu contoh yang menarik diambil dari
konsep kebijakan subsidi tarif air minum oleh Pemerintah Chili, dimana para
operator dikompetisikan untuk mendapatkan dana subsidi yang dibayarkan oleh
Pemerintah sehingga subsidi tersebut menjadi bagian dari insentif yang diberikan
kepada operator.
7/22/2019 Tugas Persampahan Subsistem Pengaturan
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-persampahan-subsistem-pengaturan 24/24
DAFTAR PUSTAKA
1. Dunn, William. 2003. Analisis Kebijaksanaan Publik (terjemahan).
Yogyakarta : PT Hanindita Graha Widya
2. Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2007. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia
3. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Remaja Rosdakarya : Bandung
4. Sudrajat, H.R. 2006. Mengelola Sampah Kota. : Jakarta: Penebar Swadaya
5. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Alfabeta : Bandung
6. Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
7. Suwitri, Sri. 2008. Jejaring Kebijakan Dalam Perumusan Kebijakan
Publik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
8. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik (Teori dan Proses). Media
Presindo: Yogyakarta
9. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 1 tahun 2011 tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kaur Nomor 14 tahun 2013 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan
11. Peraturan daerah Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalam
Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
12. Permana MA, dkk. 2013. “Jejaring Kebijakan dalam Pembentukan
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan”http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73035&val=4925 di unduh pada tanggal 29 Maret 2014
13. Salinan Perda Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Ketertiban Umum dan
Lingkungan.
14. Wibowo, Arianto dan Darwin T Djajawinata. Penangana Sampah
Perkotaan Terpadu. Bappenas.
(http://kc.monevacehnias.bappenas.go.id/dc/articles/
20021000_Penanganan_Sampah_Perkotaan_Terpadu.pdf